Anda di halaman 1dari 5

Lembar Informasi

KANKER KOLOREKTAL


Apakah Kanker Kolorektal itu?
Kanker usus besar (kolon) dan daerah antara usus besar dan anus
(disebut rektum) memiliki banyak persamaan, dan oleh sebab itu
seringkali secara bersama-sama disebut dengan kanker kolorektal.
Usus besar dan rektum adalah bagian dari sistem pencernaan yang
memproses makanan yang kita makan dan membuang sisa
makanan dari tubuh. Kanker kolorektal adalah kanker yang
tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektum.

Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau disebut
adenoma, yang pada awalnya membentuk polip. Polip dapat diangkat dengan mudah namun
seringkali adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu
yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada
semua bagian dari usus besar. Kanker kolorektal ini dapat menyebar keluar jaringan usus besar
dan ke bagian tubuh lainnya.

Insiden Kanker Kolorektal
Pada tahun 2002, terdapat lebih dari satu juta kasus kanker kolorektal baru yang
menempatkan kanker ini pada urutan ke -3 jenis kanker yang paling sering terjadi di dunia
1

Menurut data WHO, diperkirakan 700.000 orang meninggal karena kanker kolorektal setiap
tahunnya ini berarti sekitar 2.000 orang meninggal setiap harinnya
2
.
Merupakan satu-satunya kanker yang dapat mengenai pria maupun wanita dengan perkiraan
frekuensi yang hampir sama (dari jumlah total penderita kanker pada pria, 9.5% terkena
kanker kolorektal sedangkan pada wanita mencapai 9.3% dari jumlah total penderita kanker)
dan perkiraan kasus baru di dunia sebanyak 401.000

pada pria per tahunnya dan 381.000
pada wanita. Jumlah kasus baru di dunia cenderung meningkat secara cepat sejak tahun 1975.
1, 3

Diperkirakan lebih dari 50% penderita kanker kolorektal meninggal karena penyakit ini
Pada tahun 2002, lebih dari setengah juta orang meninggal karena kanker kolorektal
1

Di Eropa dan Amerika pada tahun 2004, kanker kolorektal menempati urutan kedua sebagai
kanker yang paling sering terjadi pada pria dan wanita, dan juga merupakan penyebab
kematian nomor dua tersering.
4,5,6

Kanker kolorektal secara predominan terjadi pada kelompok usia diatas 50 tahun, meski
demikian juga dapat mengenai kelompok usia dibawah 40 tahun dengan insiden yang
bervariasi. Di Amerika dan Eropa 2-8% kanker kolorektal terjadi pada usia dibawah 40
tahun.
7
Di Indonesia, sesuai data dari bagian Patologi Anatomi FKUI tahun 2003-2007,
jumlah pasien kanker kolorektal dibawah usia 40 tahun mencapai 28,17%.

Faktor Resiko
Penyebab pasti kanker kolorektal masih belum diketahui, tetapi kemungkinan besar disebabkan
oleh:
Kebiasaan makan yang salah (asupan makanan yang tinggi lemak dan protein, rendah serat)
Obesitas/kegemukan
Pernah terkena kanker kolorektal sebelumnya
Sejarah keluarga dengan kanker kolorektal
Pernah memiliki polip di usus
Umur (resiko meningkat pada usia diatas 50 tahun)
Jarang melakukan aktifitas fisik

Gejala-gejala
Gejala-gejala kanker kolorektal meliputi:
Pendarahan pada usus besar, ditandai dengan ditemukannya darah pada feses saat buang air
besar
Perubahan kebiasaan buang air besar meliputi frekwensi dan konsistensi buang air besar
(diare atau sembelit) tanpa sebab yang jelas, berlangsung lebih dari enam minggu
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
Rasa sakit di perut atau bagian belakang
Perut masih terasa penuh meskipun sudah buang air besar

Kadang-kadang kanker dapat menjadi penghalang dalam usus besar yang tampak pada beberapa
gejala seperti kesakitan, sembelit, sulit buang air besar dan rasa kembung di perut.
Deteksi dini dan skrining
Dilakukan pada kelompok risiko tinggi, yaitu dengan pemeriksaan :
Pemeriksaan tes darah samar pada feses (Fecal Occult Blood Test/FOBT) : pemeriksaan
sederhana ini merupakan tes penapisan awal kanker kolorektal, dilakukan dengan mengambil
contoh feses yang diletakkan pada kartu khusus yang akan berubah warnanya jika feses
tersebut mengandung darah.
Sigmoidoskopi fleksibel : pipa/ selang kecil dan tipis berkamera dimasukkan ke rektum
sehingga dokter bisa melihat melalui layar monitor ke dalam rektum dan ke bagian pertama
dari usus besar dimana separuh dari polip biasa ditemukan. Pemeriksaan ini dilakukan setiap 5
tahun.
Atau Kolonoskopi : merupakan tes yang paling akurat. Pipa/ selang elastis yang panjang dan
kecil dimasukkan kedalam rektum sehingga dokter bisa melihat keseluruhan usus besar,
mengambil polip dan mengambil contoh jaringan untuk dilakukan biopsi. Pengambilan polip
akan mencegah kanker berkembang. Biasanya dokter akan memberikan anestesi ringan
sebelumnya. Pemeriksaan ini dilakukan secara berkala yaitu setiap 10 tahun.
Pemeriksaan lain untuk mendiagnosa
Pemeriksaan melalui rectum (colok dubur)
Rektoskopi
Double Contrast Barium enema : selang kecil dimasukkan ke rektum sehingga cairan barium
(berwarna putih seperti kapur) bisa masuk ke usus besar. Sinar-X khusus selanjutnya akan
dipancarkan pada tumor yang tampak sebagai bayangan gelap. Barium mempermudah untuk
melihat tumor. Sebelum tes dilakukan, Anda akan diminta berpuasa untuk beberapa jam.
Ultrasonografi : tes ini menggunakan gelombang suara untuk mengambil gambar dibagian
dalam tubuh. Pola yang tidak normal dari gambar dapat mengindikasikan adanya tumor.
Virtual Colonoscopy/CT Colonography : tes ini membuat rekonstruksi tiga dimensi dari usus
besar untuk mendeteksi adanya kelainan. Gambar diambil dalam beberapa detik setelah usus
besar dikembangkan dengan karbon dioksida yang dimasukkan melalui selang kecil.
Kolonoskopi virtual adalah teknik baru yang masih belum jelas akurasinya.

Pilihan Terapi Saat Ini
Pilihan terapi sangat tergantung pada stadium, posisi dan ukuran tumor serta penyebarannya.
Pembedahan/ operasi.
Tindakan ini paling umum dilakukan untuk jenis kanker yang terlokalisir dan dapat
diobati.
Radioterapi/ radiasi.
Tergantung pada letak/posisi dan ukuran tumor, radioterapi hanya digunakan untuk
tumor pada rektum, sehingga mempermudah pengambilannya saat operasi. Radioterapi
juga bisa diberikan setelah pembedahan untuk membersihkan sel kanker yang mungkin
masih tersisa.
Kemoterapi.
Kemoterapi menghancurkan sel kanker dengan cara merusak kemampuan sel kanker
untuk berkembangbiak. Pada beberapa kasus kemoterapi diperlukan untuk memastikan
kanker telah hilang dan tak akan muncul lagi. Salah satu pilihan kemoterapi yang banyak
digunakan adalah Capecitabine (Xeloda), kemoterapi berbentuk tablet yang pertama di
dunia. Capecitabine adalah tablet yang bekerja menyerang sel kanker saja tanpa
menimbulkan ketidaknyamanan dan bahaya seperti pada kemoterapi infus konvensional.
Terapi Fokus Sasaran (Targeted Therapy).
Salah satu jenis terapi fokus sasaran adalah antibodi monoklonal. Antibodi ada dalam
tubuh kita sebagai bagian dari sistem pertahanan tubuh yang disebut sistem kekebalan
(sistem imun) yang berfungsi melawan penyebab penyakit seperti bakteri. Antibodi
monoklonal dapat bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh alamiah untuk
secara khusus menyerang sel kanker. Terapi ini dapat digunakan secara tunggal, atau
kombinasi dengan kemoterapi. Salah satu terapi antibodi monoklonal adalah
Bevacizumab (dipasarkan dengan nama Avastin) yang bekerja dengan cara menghambat
pasokan darah ke tumor sehingga menghambat pertumbuhan tumor, memperkecil
ukuran tumor dan mematikannya.
Pencegahan
1. Dengan Pola makan yang baik yaitu mengkonsumsi makanan tinggi serat dan tinggi protein,
mengurangi konsumsi daging merah dan lemak jenuh yang berasal dari hewani.
2. Melakukan aktifitas fisik secara rutin/olah raga.
3. Menggunakan obat-obat chemoprevention seperti Aspirin dan golongan obat-obat anti-
inflamasi non steroid.


Referensi
1. J. Ferlay, F. Bray, P. Pisani and D.M. Parkin. GLOBOCAN 2002: Cancer Incidence,
Mortality and Prevalence Worldwide IARC CancerBase No. 5. version 2.0, IARCPress,
Lyon, 2004.
2. World Health Organization. Cancer
http://www.who.int/mediacenter/factsheets/fs297/en/
3. Boyle P, Langman JS. ABC of colorectal cancer. Epidemiology. BMJ 2000; 321:805808.
4. Bendardaf R. Colorectal cancer: from epidemiology to current treatment. www.ljm.org.ly
- Libyan J Med, AOP:060714, July 2006:1-10.
5. Hawk ET, Levin B. Colorectal Cancer Prevention. J. of Clin. Oncol., 2005;23(2):378-91.
6. Boyle P and Ferlay J. Cancer incidence and mortality in Europe, 2004. Annals of
Oncology.
doi:10.1093/annonc/mdi098.
7. Fernebro E, Halvarsson B, Baldetorp B, Nilbert M. Predominance of CIN versus MSI in
the development of rectal cancer at young age. BMC Cancer, 2002;2(25):1-8.

Anda mungkin juga menyukai