Anda di halaman 1dari 53

TUGAS RENCANA DAN EVALUASI

KELOMPOK 9
Morbiditas Malaria
Berdasarkan data yang ada di
Banyumas pada Tahun 2008 Angka
Kesakitan malaria sebesar 5,20 per
1000 penduduk.
Sedangkan indikator Angka kesakitan
penyakit malaria (API = Annual Parasite
Incidence) di Jawa tengah menurut
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah sebesar 0,01 per 1000
penduduk, sesuai target nasional (< 1).
Faktor yang mempengaruhi penyakit malaria:
Lingkungan yang kotor
Perilaku masyarakat yang tidak sehat
Kontak manusia dengan vector.
Adanya manusia yang rentan terhadap
infeksi malaria.
Pelayanan kesehatan yang tidak mempunyai
fasilitas yang cukup untuk pengobatan
penyakit malaria.
Morbiditas DBD
Dari data yang ada di Banyumas pada
tahun 2008 angka kematian DBD
sebesar 43,59.
Sedangkan indikator Angka kesakitan
(Incidence rate/IR) Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Jawa Tengah menurut
Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah sebesar 5,86 per 10.000
penduduk.


Faktor yang mempengaruhi penyakit DBD:
Perilaku masyarakat yang tidak bersih, suka
membuang sampah sembarangan
Banyak genangan air yang memungkinkan
untuk menjadi tempat tinggal nyamuk
Kurangnya daya tahan tubuh
Kurang tanggapnya pelayanan kesehatan
guna menghadapi wabah DBD
Mortalitas DBD
Angka kematian DBD di banyumas mencapai 1,31%
Sedangkan indikator seluruh kabupaten kematian
DBD di Jawa Tengah <1%
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian
penderita DBD:
Kurangnya sarana kesehatan yang memadai
Kurang cepat dalam mengidentifikasi penyakit
dan terlambat membawa ke pelayanan
kesehatan
Kondisi iklim yang mendukung untuk
perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegepty


Morbiditas Diare
Angka morbiditas diare di Banyumas mencapai
15,94%.
Sedangkan indikator seluruh kabupaten
kematian DBD di Jawa Tengah menurut Renstra Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebesar 8-10%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi diare:
Perilaku tidak sehat
Lingkungan tidak sehat
Kurang gizi
Pendidikan rendah
Sosial ekonomi rendah
Adanya bakteri di saluran pencernaan

Balita BGM
Angka balita BGM di Banyumas mencapai
1,95%.
Sedangkan indikator balita BGM seluruh
kabupaten di
Jawa Tengah <1,5%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi balita
BGM:
Konsumsi energi kurang
Kekurangan konsumsi protein
Status sosial ekonomi yang rendah

Pola asuh kurang baik
Penyakit bawaan pada anak
Ketidaktauan orang tua
Faktor ketersediaan pangan
Pengelolaan yang buruk dan perawatan
kesehatan yang tidak memadai
Teori HL. Blum
Teori klasik yang dikembangkan oleh Blum
(1974) mengatakan bahwa adanya 4
determinan utama yang mempengaruhi
derajat kesehatan individu, kelompok atau
masyarakat. Empat determinan tersebut
secara berturut-turut besarnya pengaruh
terhadap kesehatan adalah: lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan, dan
keturunan atau herediter.
Hal tersebut dibuktikan dengan beberapa
faktor penyebab dari masalah-masalah di atas
mencakup determinan-determinan yang
mempengaruhi derajat kesehatan yang
dikemukakan Blum seperti lingkungan yang
tidak baik, penanganan/pelayanan yang
kurang tepat, sosial ekonomi rendah, tingkat
pendidikan yang rendah, perilaku yang tidak
sehat, serta penyakit keturunan.
Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk kabupaten banyumas pada tahun 2008 menccapai
1.571.614 jiwa denagn luas wilayah 1.327 km2 dan angka kepadatan
penduduk mencapai 1.184 per km2. Menurut WHO angka ideal kepadatan
penduduk di suatu daerah yaitu sekitar 9600 per km2. Pada faktanya angka
kepadatan penduduk di kabupaten bayumas dibandingkan dengan WHO
tidak terjadi masalah, namun disalah satu kecamatan di wilayah kabupaten
Banyumas hampir mendekati angka tersebut yaitu kecamatan kembaran
dengan angka kepadatan penduduk mencapai 9076 per km2

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan penduduk :
lingkungan yang mendukung
pertumbuhan penduduk
Faktor historis yaitu karena sudah turun menurun tinggal di daerah
tersebut

Stuktur Persebaran
Penduduk
Dari data tahun 2008, jumlah penduduk kabupaten Banyumas
mencapai 1.571.614 jiwa dengan luas wilayah 1.327 km2, namun
angka kepadatan penduduk di kecamatan kabupaten banyumas
belum tersebar secara merata. Hal ini bisa dilihat dari wilayah
kecamatan di kabupaten Banyumas yang angka kepadatan
penduduknya berbeda, misalnya angka kepadatan penduduk di
kecamatan Lumbir 472/km2 dan Gumelar 520/km2 yang jauh
berbeda angka kepadatan penduduknya dengan kecamatan
Sumbang 8461/km2 dan kecamatan Kembaran 9076/km2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk yaitu :
lingkungan yang mendukung
Faktor historis yaitu karena sudah turun menurun tinggal di
daerah tersebut


Angka Kelahiran (CBR)
Dari data tahun 2008, jumlah kelahiran di Kabupaten Banyumas sebesar
27,837 , sehinga angka rata-rat kelahiran sebasar 17,7 per 1000 penduduk.
Sedangkan menurut RPJPK sebesar 18 per 1000 penduduk, sehingga
hampir mendekati

27.837__ x 1000 = 17,7
1571614

Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kelahiran yaitu :
Tidak ada pembatasan yang tegas pada perkembangbiakan.
Kepercayaan yang menganggap banyak anak banyak rezeki
Tidak menggunakan progam KB


Angka Kematian Bayi (AKB)
Berdasarkan data yang dihitung, angka kematian bayi di
Kabupaten Banyumas adalah yaitu 8,26 %. Sedangkan menurut
MDG, cakupan cakupan angka kematian bayi adalah 20,7 per
1000.
Rumus:
Bayi mati____ x 1000
Lahir hidup

Faktor yang mempengaruhi angka kematian bayi yaitu :
Sarana pelayanan kesehatan
tenaga medis
asupan gizi
lingkungan
Angka kematian ibu (AKI
maternal)
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2008, angka
kematian ibu maternal di Kabupaten Banyumas adalah 97 per
100.000 penduduk. Sedangkan menurut RPJPK, cakupan angka
kematian ibu maternal adalah 74 per 100.000 penduduk


Faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian ibu
maternal yaitu :
pelayanan medis
lingkungan yang kurang mendukung
sosial-ekonomi
sarana kesehatan yang kurang memadai


Teori Malthus (Thomas Robert
Malthus)

menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuhan dan
binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang
biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa
bagian dari permukaan bumi ini. Tingginya pertumbuhan
penduduk ini disebabkan karena hubungan kelamin antar
laki laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping
itu Malthus berpendapat bahwa untuk hidup manusia
memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan
bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan
terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusia akan
mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari
kemelaratan dan kemiskinan manusia
Untuk dapat keluar dari permasalah kekurangan pangan
tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi.
Menurut Malthus pembatasan tersebut dapat
dilaksanakan dengan dua cara yaitu Preventive Checks,
dan Positive Checks. Preventive Checks adalah
pengurangan penduduk melalui kelahiran. Positive
Checks adalah pengurangan penduduk melalui proses
kematian. Apabila di suatu wilayah jumlah penduduk
melebihi jumlah persediaan bahan pangan, maka tingkat
kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya
kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses
ini akan terus berlangsung sampai jumlah penduduk
seimbang dengan persediaan bahan pangan.
1. Cakupan kunjungan bumil K4 95 %
2. Cakupan anak gizi buruk mendapat
perawatan 100%
3. Cakupan pemeriksaan anak SD 80%
4. Cakupan angka kesakitam diare 100%
5. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang
anak balita 95%
Persentase Cakupan Kunjungan Ibu
Hamil K4 95 %

Pada kenyataannya dikabupaten Banyumas,
presentase kunjungan ibu hamil K4 tercatat hanya
93,14% pada tahun 2008.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kunjungan
ibu hamil K4 ke pelayanan kesehatan ini salah
satunya adalah pada tingkat pendidikannya. Dilihat
dari segi pendidikan ibu, semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin mudah menerima informasi.
Informasi kesehatan yang cukup pada ibu hamil
mempengaruhi perilaku ibu hamil dalam melakukan
kunjungan pemeriksaan kehamilan dan hal ini secara
tidak langsung dapat memperkecil kematian ibu dan
bayi.




TEORI L.GREEN (1980)
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk
oleh faktor predisposisi, faktor pendukung
dan faktor pendong. Faktor predisposisi
(predisposing factors). Faktor-faktor ini
mencakup pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan,sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, pekerjaan,dan sebagainya

Persentase Cakupan Rumah
Tangga Ber-PHBS 65%

Pada kenyataannya dikabupaten Banyumas,
presentase rumah tangga ber-PHBS tercatat
hanya 55,94% pada tahun 2008.

Faktor yang menyebabkan masih sedikitnya
masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan
sehat adalah tingkat pendidikan yang rendah,
adanya panutan dari masyarakat yang berperilaku
tidak sehat sehingga sebagian besar masyarakat
juga menjadikan perilaku ini sebagai kebiasaan.


Teori WHO (1984)
Hal yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu adalah
Pemikiran dan perasaan (pengetahuan,
persepsi, kepercayaan dan penilaian
seseorang terhadap objek)
Tokoh penting sebagai panutan
Sumber-sumber daya (resources)
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai akan
menghasilkan suatu pola hidup (way of life)

Persentase Cakupan
Pemeriksaan Anak SD
100%
Pada kenyataannya dikabupaten Banyumas,
persentasi cakupan pemeriksaan anak SD tercatat
hanya 42,55% pada tahun 2008.

Faktor yang mempengaruhi masih sedikitnya
pemeriksaan anak SD di Kabupaten Banyumas
salah satunya adanya rasa ketakutan pada anak
SD serta pengetahuan orang tua yang rendah dan
kebiasaan masyarakat sekitarnya yang tidak
melakukan pemeriksaan pada anak SD. Padahal
pemeriksaan ini sangat penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak.


Teori WHO (1984)
Hal yang menyebabkan seseorang
berperilaku tertentu adalah
Pemikiran dan perasaan (pengetahuan,
persepsi, kepercayaan dan penilaian
seseorang terhadap objek)
Tokoh penting sebagai panutan
Sumber-sumber daya (resources)
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai akan
menghasilkan suatu pola hidup (way of life)

Persentase Cakupan Angka
Kesakitan Diare yang Di Tangani
100%

Pada kenyataannya dikabupaten Banyumas,
presentase angka kesakitan diare yang ditangani
tercatat hanya 43,21% pada tahun 2008.

Faktor yang menyebabkan masih sedikitnya
angka kesakitan diare yang di tangani adalah
masih rendahnya pengetahuan masyarakat
mengenai bahaya dari diare. Selain itu juga
perilaku masyarakat yang tidak berperilaku hidup
bersih dan sehat dapat meningkatkan angka
kesakitan diare.


TEORI L.GREEN (1980)
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk
oleh faktor predisposisi, faktor pendukung
dan faktor pendong. Faktor predisposisi
(predisposing factors). Faktor-faktor ini
mencakup pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan,sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi, pekerjaan,dan sebagainya

Persentase Cakupan Deteksi Dini
Tumbuh Kembang Anak Balita 95%

Pada kenyataannya dikabupaten Banyumas,
presentase cakupan deteksi dini tumbuh kembang
anak balita tercatat hanya 29, 42 % pada tahun 2008.

faktor yang menyebabkan masih sedikitnya persentasi
deteksi dini tumbuh kembang anak balita adalah masih
kurangnya dukungan sosial pada masyarakat untuk
melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak, dan
masih kurangnya informasi dan sarana prasarana yang
didapat serta digunakan untuk melakukan deteksi dini
tumbuh kembang anak.
.


Teori Snehandu B. Kar (1983)
Perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa
perilaku merupakan fungsi dari niat
(behavior itention), dukungan sosial
(social support), ada atau tidak adanya
informasi atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information), otonomi
pribadi (personal autonomy), dan situasi
yang memungkinkan (action situation

Permasalahan Terkait Pelayanan
Kesehatan di Kabupaten Banyumas
Menurut Data Tahun 2008 :
K4 ibu hamil : 95 % -> 93,14 %
Cakupan deteksi dini tumbang pra sekolah : 95% ->
29,42%
UCI : 100 % -> 97,58 %
Cakupan penjaringan/pemeriksaan kesehatan SD :
100 % -> 42, 55 %
Cakupan pelayanan kepada balita : 90 % -> 86,85 %
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
Cakupan kunjungan Ibu hamil K4 95 % (PERATURAN
MENTERI KESEHATAN RI NOMOR
741/MENKES/PER/VII/2008)
Pada Kabupaten Banyumas kunjungan Ibu Hamil K4 hanya
mencapai 93,14 %. Faktor yang mempengaruhi adanya
masalah ini antara lain
o Kesadaran dari ibu hamil untuk melakukan kunjungan
o Jarak rumah ibu hamil dari fasilitas kesehatan cukup jauh
o Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang manfaat dari
kunjungan tersebut.
o Dukungan dari suami atau keluarga
Cakupan Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Anak Pra Sekolah
Seluruh Kabupaten/Kota yang mencapai deteksi dini tumbuh
kembang anak balita dan pra sekolah mencapai 95% (Rencana
Strategis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010)
Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak pra sekolah di
Kabupaten Banyumas baru mencapai 29, 42 %. Faktor-faktor
yang mungkin mempengaruhi hal ini antara lain :
Kurangnya pelayanan dari tenaga kesehatan
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran orangtua untuk
melakukan deteksi dini tumbuh kembang anaknya
Fasilitas kesehatan untuk deteksi tersebut kurang memadai
(mencukupi seluruh anak yang ada)
Cakupan Desa/Kelurahan
Universal Child Immunization
(UCI)
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child
Immunization (UCI) 100% pada Tahun 2010
(PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI
NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008)
Universal Child Immunization (UCI) di Kabupaten
Banyumas baru mencapai 97,58 %. Faktor-faktor yang
mungkin mempengaruhi hal ini antara lain :
Fasilitas imunisasi belum memadai
Kurangnya kesadaran orangtua untuk melakukan
imunisasi untuk anaknya
Adanya efek samping setelah imunisasi
Cakupan Penjaringan Kesehatan
Siswa SD dan Setingkat
Cakupan Penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100 %
pada Tahun 2010 (PERATURAN MENTERI KESEHATAN
RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008)
Pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat di Kabupaten
Banyumas baru mencapai 42,55 %. Faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi terjadinya hal ini antara lain :
Fasilitas yang ada belum memadai
Beberapa sekolah belum memfasilitasi
Kesadaran orangtua untuk memeriksakan anaknya masih
rendah
Cakupan Pelayanan Kesehatan
Kepada Anak Balita
Cakupan pelayanan anak balita 90% pada Tahun
2010
Pelayanan kesehatan kepada balita di Kabupaten
Banyumas baru mencapai 86,85 %. Faktor-faktor
yang mungkin mempengaruhi hal ini antara lain :
Kurangnya kesadaran orangtua
Fasilitas kesehatan yang ada kurang memadai
Jarak rumah dari fasilitas kesehatan jauh
Masalah-masalah tersebut dapat dikaitkan dengan teori dari
Lawrence Green, yakni terkait dengan 3 faktor utama yang
mempengaruhi suatu kejadian atau perilaku seseorang yaitu :
Faktor yang mempermudah (predisposing factors), yakni pengetahuan masyarakat
(ibu hamil, orangtua, dll) sebagian besar sebagian besar berpengetauhuan cukup,
namun perilaku atau sikap yang belum sesuai dengan pengetahuan tersebut, artinya
sikap cenderung belum sehat
Faktor pendukung (enabling factors), dimungkinkan sebagian besar masyarakat
memiliki jarak dari ruah ke fasilitas kesehatan jauh, dan mungkin media atau fasilitas
kesehatan yang sudah ada belum memadai
Faktor pendorong (reinforcing factors), hal ini berkaitan dengan dukungan keluarga,
yang dapat dipengaruhi oleh beberapa kepercayaan atau budaya pada tiap-tiap
keluarga sehubungan dengan kesehatan; dan dukungan dari petugas kesehatan,
terkait dengan bagaimana cara petugas melakukan pelayanan kepada masyarakat,
cara mengajak masyarakat, cara bersikap kepada masyarakat, pengetahuan petugas
kesehatan, dll.
Presentase Rumah yang
Memenuhi Syarat Kesehatan
(80%)
Pada kenyataannya dikabupaten Banyumas. Presentase rumah
yang memenuhi syarat kesehatan tercatat hanya 49,95% pada
tahun 2008.

Faktor faktor yang mungkin mempengaruhi sedikitnya jumlah
rumah sehat ini adalah faktor predisposisi yang mencakup
pengetahuan penduduk akan kriteria rumah sehat masih kurang,
serta persepsi yang berbeda mengenai rumah sehat pada
warganya, kemudian kurangnya motivasi untuk memperoleh
keadaan yang lebih baik untuk menjadi sehat. Dan juga keadaan
ekonomi masyarakat yang kurang untuk mewujudkan kondisi
rumah yang sehat

TEORI L.GREEN (1980)
Faktor predisposisi (predisposing factors).
Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi
dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan,sistem
nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi,
pekerjaan,dan sebagainya

Presentase Keluarga yang Memilki
Akses Terhadap Air Bersih (85%)
Pada kenyataannya dikabupaten Banyumas. Presentase
keluarga yang memiliki akses terhadap air bersih tercatat
hanya 66,38% pada tahun 2008.

Faktor yang mungkin menyebabkan kurangnya akses air
bersih adalah faktor enabling/pendukung terkait
keterjangkauan terhadapap sumber daya air bersih itu
sendiri. Keadaan alam yang sulit dijangkau oleh
transportasi juga dapat menyebabkan air susah mencapai
daerah tersebut. Keterbatasan biaya dalam pembentukan
sarana untuk mendistribusikan air juga bisa menjadi
kendala dalam pendistribusian air bersih untuk tempat-
tempat yang jaraknya jauh dari sumber mata air bersih.
TEORI L.GREEN (1980)
Faktor pendukung (enabling factors).
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air
bersih, tempat pembuangan sampah,
tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan bergizi, dsb.

Presentase Keluarga Memilki
Jamban Sehat (88%)
Pada kenyataannya dikabupaten Banyumas. Presentase
keluarga yang memiliki jamban sehat
tercatat hanya 77,14% pada tahun 2008.

Faktor faktor yang mungkin mempengaruhi adalah faktor
enabling atau pendukung yang terkait keterbatasan fasilitas
jamban yang dimiliki oleh masyarakat Banyumas.
Masyarakat tidak memperhitungkan kriteria jamban-jamban
yang seharusnya dimiliki. Bahkan sebagian kecil warga
masih ada yang menggunakan fasilitas jamban umum.
Mereka tidak dapat membuat jamban sehat dirumahnya,
karena keterbatasan biaya. Pembuatan septiteng yang tidak
sesuai standar juga menjadi masalah oleh karena kebutuhan
biaya dalam pembuatannya yang cukup tinggi.

TEORI L.GREEN (1980)
Faktor pendukung (enabling factors).
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air
bersih, tempat pembuangan sampah,
tempat pembuangan tinja, ketersediaan
makanan bergizi, dsb.

Presentase keluarga memiliki
sarana pengelolaan air limbah
(85%)
Pada kenyataannya dikabupaten Banyumas.
Presentase keluarga yang memiliki jamban sehat
tercatat hanya 44,80% pada tahun 2008.


Faktor faktor yang mungkin mempengaruhi adalah faktor
perubahan perilaku self efficacy yang menjadikan
pengelolaan air limbah yang dari jaman dahulu
masyarakat selalu membuangnya di selokan yang akan berakhir
di sungai. Yang pada dasarnya dapat menyebabkan
pencemaran air sungai, tetapi kebiasaan ini sudah menadarah
daging pada masyarakat karena sudah tidak tahu lagi harus
dialihkan kemana selain ke sungai.

Judge dan Bono ( 2001)
Perubahan perilaku self efficacy yang
menekankan adanya contoh dalam
diri seseorang sehingga perilaku
seseorang dicontoh oleh masyarakat
sekitar hingga menjadikan sebuah
budaya masyarakat.

Presentase Rumah Bebas
Jentik Aedes Aegepty (95%)
Pada kenyataannya dikabupaten Banyumas. Presentase
keluarga yang memiliki jamban sehat
tercatat hanya 27,62% pada tahun 2008.

Faktor faktor yang mungkin mempengaruhi adalah faktor
perubahan perilaku The Ecology
Model of Health Behavior. Seperti yang kita tahu bahwa
Banyumas memiliki daerah pendidikan yaitu sekitar komplek
UNSOED yang sebagian besar penduduk disekitarnya adalah
mahasiswa. Kebiasaan mahasiswa menggantungkan pakaian,
perilaku hidup tidak sehat,mengakibatkan genangan air itu
semua dapat mempermudah dalam perindukan jentik-jentik
nyamuk.

Teori Lohrmann et al (2008)
Perubahan perilaku The Ecology
Model of Health Behavior
menekankan pada perubahan
perilaku yang dipengaruhi oleh situasi
lingkungan sekitar.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai