Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada usaha budidaya ikan yang dilakukan secara tradisional, kebutuhan
pakan ikan dapat dipenuhi oleh pakan alami yang tumbuh di kolam. Akan tetapi
pada usaha budidaya ikan secara intensif, ketersediaan pakan alami tersebut sudah
tidak mampu menopang pertumbuhan ikan secara optimal.
Pakan buatan adalah makanan yang diransum dari beberapa bahan
makanan yang dapat berasal dari hewan maupun tumbuhan, yang diolah menjadi
bentuk khusus sesuai yang dikehendaki, misalnya pelet, tepung, lembaran dan
cairan. Gizi pakan buatan ini diukur sedemikian rupa sehingga dapat disesuaikan
dengan kebutuhan gizi ikan. Penyediaan pakan bagi ikan selain harus mempunyai
nilai gizi tinggi juga harus memenuhi syarat pencernaan dan selera ikan
(Mudjiman, 1987).
Komposisi bahan dalam pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat
gizi setiap jenis ikan maupun udang. Komposisi ini sering disebut formulasi
pakan. Formulasi yang baik berarti mengandung semua zat gizi yang diperlukan
ikan dan secara ekonomis murah serta mudah diperoleh sehingga dapat
meinberikan keuntungan. Formulasi pakan dengan kebutuhan nutrisi ikan
haruslah tepat, karena secara ekonomis pengeluaran biaya pakan harus seefisien
mungkin, Maka dari itu, praktikum ini perlu dilakukan, guna mendapatkan
informasi tingkat kebutuhan nutrisi ikan.

1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Agar praktikan dapat menentukan nilai BETN
2. Agar praktikan dapat mengetahui tingkat kebutuhan nutrisi ikan

1.3 Manfaat Praktikum
Praktikum kali ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi mengenai
perhitungan BETN dan informasi tingkat kebutuhan nutrisi ikan.





























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Kebutuhan Nutrisi Ikan
Ikan membutuhkan nutrisi yang cukup untuk dapat hidup,tumbuh, dan
berkembang dalam keadaan sehat dan sempurna. Oleh karena itu ikanharus diberi
makanan yang mengandung nutrisi yang baik dan memadai (Anonim,2009).
Tujuan pemberian pakan pada ikan adalah menyediakan kebutuhan gizi
untukkesehatan yang baik, pertumbuhan dan hasil panenan yang optimum,
produksilimbah yang minimum dengan biaya yang masuk akal demi keuntungan
yang maksimum.Pakan yang berkualitas kegizian dan fisik merupakan kunci
untuk mencapaitujuan-tujuan produksi dan ekonomis budidaya ikan. Pengetahuan
tentang giziikan dan pakan ikan berperan penting di dalam mendukung
pengembangan budidayaikan (aquaculture) dalam mencapai tujuan tersebut.
Konversi yang efisiendalam memberi makan ikan sangat penting bagi
pembudidaya ikan sebab pakanmerupakan komponen yang cukup besar dari total
biaya produksi. Bagi pembudidayaikan, pengetahuan tentang gizi bahan baku dan
pakan merupakan sesuatu yangsangat kritis sebab pakan menghabiskan biaya 40-
50% dari biaya produksi. Didalam budidaya ikan, formula pakan ikan harus
mencukupi kebutuhan gizi ikanyang dibudidayakan, seperti: protein (asam amino
esensial), lemak (asam lemakesensial), energi (karbohidrat), vitamin dan mineral.

2.1.1. Protein kasar
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
produktivitas ikan. Jumlah protein dalam pakan ditentukan dengan kandungan
nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25
diperoleh dengan asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Kelemahan
analisis proksimat untuk protein kasar itu sendiri terletak pada asumsi dasar yang
digunakan. Pertama, dianggap bahwa semua nitrogen bahan pakan merupakan
protein, kenyataannya tidak semua nitrogen berasal dari protein dan kedua, bahwa
kadar nitrogen protein 16%, tetapi kenyataannya kadar nitrogen protein tidak
selalu 16% (Soejono, 1990). Menurut Siregar (1994) senyawa-senyawa non
protein nitrogen dapat diubah menjadi protein oleh mikrobia, sehingga kandungan
protein pakan dapat meningkat dari kadar awalnya..
Protein kasar adalah protein yang dihasilkan dari analisis proksimat (entah
apa itu, tapi itu analisis kimia yang dikerjakan para ahli di laboratorium). Protein
untuk pakan biasanya mengandung 16% Nitrogen. Kemudian, melalui analisis
proksimat itu, nitrogennya dipisahkan, juga unsur karbohidrat dan lipid (lemak
dan minyak)nya. Nilai sisanya kemudian dikalikan dengan 6.25 (1/16%). Angka
yang dihasilkan itu yang disebut sebagai Crude Protein atau Protein Kasar.

2.1.2. Lemak kasar
Dalam kimia pakan istilah lemak disebut juga fat, lipid, oil. Lemak
berfungsi sebagai sumber energi dan membantu penyerapan mineral-mineral
tertentu (terutama kalsium) serta vitamin yang mudah larut dalam leman (vitamin
A, D, E, K). Dalam kaitannnya dengan pakan buatan pengunaan lemak
berpengaruh pada tekstur dan rasa pakan yang dibuat.
Lemak tergolong mudah teroksidasi sehingga penggunaanya dalam
pembuatan pakan jumlahnya dibatasi. Jika kandungan lemak yang digunakan
terlalu tinggi akan tidak efiseien. Sebab ikan yang mengkonsumsi lemak terlalu
tinggi cenderung makan dalam jumlah sedikit.
Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang tidak larut dalam
air tetapi larut dalam pelarut lemak (ether, petroleum benzene, karbon tetra
khlorida dsb). Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-bahan yang
larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut
tersebut menjadi berkurang.

2.1.3. Serat Kasar
Serat adalah zat non gizi, ada dua jenis serat yaitu serat makanan (dietry
fiber) dan serat kasar (crude fiber). Peran utama dari serat dalam makanan adalah
pada kemampuannya mengikat air, selulosa dan pektin. Dengan adanya serat,
membantu mempercepat sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk
disekresikan keluar. Tanpa bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah akan
lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus
untuk dapat diekskresikan keluar karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar
menjadi lebih lamban.
Istilah dari serat makanan (dietary fiber) harus dibedakan dengan istilah serat
kasar (crude fiber) yang biasa digunakan dalam analisa proksimat bahan pangan.
Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh
asam atau basa kuat, bahan-bahan kimia yang digunakan untuk menentukan kadar
serat kasar yaitu asam sulfat (H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH
3,25%). Serat kasar adalah serat tumbuhan yang tidak larut dalam air.
Beberapa bahan yang tergolong serat makanan adalah selulosa,
hemiselulosa, gum, pektin, dan musilase yang merupakan polimer karbohidrat,
serta bahan yang bukan tergolong karbohidart seperti lignin, waxes (malam)
dan kutin. Serat makanan juga ada yang berasal dari food additives (bahan
tambahan makanan) berupa arabic gum, guar gum, alginat, karagenan, dan
carboxymetil cellulose (CMC).

2.1.4. Abu
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan
organik.Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan.
Mineral yangterdapat dalam bahan pangan terdiri dari 2 jenis garam, yaitu garam
organikmisalnya asetat, pektat, mallat, dan garam anorganik, misalnya karbonat,
fosfat,sulfat, dan nitrat. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa
pembakarandisebut pengabuan. Kandungan dan komposisi abu atau mineral pada
bahantergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya.
Jumlah abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan
perhitungan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Meskipun abu terdiri dari komponen
mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam bahan pakan asal
tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indeks untuk menentukan
jumlah unsur mineral tertentu.


2.1.5. BETN
Karbohidrat merupakan zat sumber energi dan pada umumnya berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang pembentukkannya melalui proses fotosintesis dengan
bantuan sinar matahari. Fungis karbohidar dalam pakan berfungsi sebagai sumber
energi yang murah dan juga sebagai perekat. Dalam formulasi pakan karbohidrat
termasuk kelompok yang sering disebut NFE (Nitogen Free Extract) atau dalam
bahasa Indonesia BETN (Bahan Extract Tanpa Nitrogen). Kemampuan ikan untuk
memanfaakan karbohidrat sangat tergantung pada jenis ikan. Pada ikan karnivora
kadar karbohidrat lebih dari 12% dalam pakannya akan menyebabkan
penimbunan glikogen dalam hatinya yang dapat menyebabkan kematian. Tetapi
ikan pemakan segala (omnivora) dapat hidup baik dengan kadar karbohidratnya
lebih dari 50%.

2.2. Tinjauan Umum Digestible Energy Pakan Ikan
Selain kandungan nutrisi maka yang terpenting adalah kemapuan ikan
untuk memcerna kandungan-kandungan nurtrisi yang ada dalam pakan.
Kecernaan tersebut meliputi kecernaan protein, lemak, karbohidrat, serat kasar
dan nutrient lainya yang terkandung pada bahan pakan. Samakin besar kemapuan
ikan memcerna nutrient dalam pakan maka semakin besar pula kemampuan ikan
untuk bertumbuh lebih cepat dan pakan yang dibutuhkan akan lebih efektif dan
efesien. Informasi tentang nilai kecernaan suatu makanan sangat penting sebagai
dasar dalam menilai mutu makanan dan dalam merancang ransum. Digestible
Energy (DE) suatu jenis pakan ikan dapat ditentukan dengan 2 cara: a) melalui
penggunaan petanda (marker) yang ditambahkan ke dalam pakan tersebut sebelum
diberikan pada ikan, dan selanjutnya nilai total energi pakan (GE) serta nilai total
energi feses (FE) diukur dengan bantuan bomb kalorimeter.




BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum Nutrisi Ikan materi Maturasi Ikan Komet dilaksanakan pada
hari Kamis, pada tanggal 30 April 2014 2014 pada pukul 14.00-15.00 WIB di
Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Padjadjaran

3.2 Prosedur Praktikum


Gambar 1. Prosedur Praktikum
(Sumber : Asisten Dosen)






Hitung BETN dengan rumus yang ada di modul
praktikum
Dipilih 3 bahan basal dan 2 bahan suplemen
Pemilihan dilihat dari modul praktikum
Bahan yang akan di hitung BETN dipilih
3.3 Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah

BETN = 100 ( PK +SK + LK + ABU)
Dimana:
BETN : Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen
PK : Protein Kasar
SK : Serat Kasar
LK : Lemak Kasar






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Data Perhitungan BETN
Bahan Penggunaan PK LK Abu SK BETN
Tepung Ikan

22,65 1,8 23,6 15,38 26,65
Whees

14,4 1,8 7,5 13,2 63,1
Corn uncocked

54,1 10,4 31,5 2,4 1,6
Ampas Kecap

11,5 3,45 5,1 1,48 10,5
Bone

10,9 4,3 1,5 2,9 20,4
Binder 6



Vitamin 3



Minyak ikan 1



Total 90




4.2. Pembahasan
Fungsi utama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan;
pakan yang dimakan oleh ikan pertama-tama digunakan untuk kelangsungan
hidup apabila ada kelebihannya akan dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Pakan
buatan merupakan pakan yang terbuat dari berbagai bahan kemudian diramu
menggunakan formula yang tertentu sehingga bisa memenuhi kebutuhan gizi ikan
secara lengkap (Effendi 2007). Sesuai prosedur praktikum, praktikan memadukan
dengan formulasi tertentu berbagai bahan (protein, lemak, serat) untuk kemudian
menjadi suatu formulasi pakan yang dikehendaki.
Untuk protein kasar dapat dibagi menjadi dua, yakni protein bassal dan
protein suplemen. Didapat data bahwa praktikan memilih protein kasarnya yaitu
tepung ikan sebagai suplemen dan jagung sebagai bassal. Kebutuhan Protein
untuk setiap jenis ikan/udang berbeda tergantung ukuran,jenis, kelompok
ikan (Carnivora-Omnivora-Herbivora) Dll. Kadar protein yang dibutuhkan
berkisar 18-50%.
Lemak berperan sebagai sumber energi dan asam esensial yang
dibutuhkan ikan dalam pakan untuk tumbuh dan berkembang. Lebih lanjut lagi
bahwa lemak juga berfungsi sebagai penyerap vitamin yang tidak larut dalam air
yaitu vitamin A, D, E dan K (Watanabe, 1988). Kadar lemak yang cukup dan tak
berlebih akan membantu pakan dalam terjaganya kualitas yang baik karena
pakantidak akan mudah teroksidasi dan menyebabkan ketengikan. Lemak yang
ditambahkan dalam pakan harus dihitung dengan cermatkarena akan
mempengaruhi kualitas pakan tersebut. Kadar lemak yang terlalu tinggi akan
menyebabkan penyimpanan lemak pada tubuh ikan yang akibatnya terjadi
penurunan konsumsi pakan dan pertumbuhan, degenerasi hati dan menurunkan
kualitas ikan pada waktu panen. Lemak sebagai sumber energi dan bau khas
pakan (attractant) yang tidak kurang dari 3%.
Serat termasuk keluarga karbohidrat yang sukar dicerna. Serat biasanya
digolongkan sebagai bahan bukan sumber energi namun penambahan serat dapat
memperbaiki proses asimilasi zat-zat makanan, memantapkan bentuk pakan yang
berguna membentuk gumpalan ampas makanan menjadi feses (kotoran) yang
mudah dikeluarkan dari saluran makanan. Pengunaan serat kasar pada makanan
ikan tidak lebih dari 8% karena jika terlalu banyak akan menganggu proses
pencernaan dan penyerapan sari makanan, dengan kata lain semakin banyak maka
semakin jelek pakan tersebut.
Untuk abu, semakin tinggi semakin banyak jumlah pakan yang tidak
tercerna. Kadar maksimal 15%. Nutrisi yang terdapat pada pakan ini mampu
mencukupi kebutuhan ikan tetapi untuk mengetahii seberapa besar nutrisi yang
terserap dilakukan pengujian kecernaan. Formulasi pada tabel diatas sudah baik
dimana protein sesuai dengan kadarnya, dan setelah dilakukan pengamatan dan
analisis lanjut juga perhitungan BETN, ternyata formulasi ini baik untuk
digunakan.
Pada dasarnya kebutuhan nutrisi ikan dalam pakan buatan memerlukan
asas efektif dan efisien, dengan begitu pertimbangan ekonomi menjadi dapat
ditekan, sehingga tidak begitu memerlukan biaya banyak. Kebutuhan nutrisi yang
efektif dan efisien dalam pakan dapat diamati atau dianalisis dengan cara melihat
kecernaan energinya, dari bahan-bahan tertentu, dari formulasi tertentu apakah
dapat secara efektif menimbulkan perkembangan dan pertumbuhan, atau secara
efektif diserap lebih menjadi daging ikan, dengan begitu kita dapat menentukan
formulasi yang tepat, dan takaran yang tepat dengan seefisien mungkin. Jadi bila
menghendaki pertumbuhan ikan yang baik, maka harus diberikan sejumlah pakan
yang melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya.


























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kebutuhan Protein untuk setiap jenis ikan/udang berbeda tergantung
ukuran,jenis, kelompok ikan pemakan dengan kadar protein yang
dibutuhkan berkisar 18-50%
Karbohidrat, semakin tinggi kadar serat kasar semakin jelek kualitas
pakan. Kadar serat kasar maksimal 8%
Lemak sebagai sumber energi dan bau khas pakan (attractant) tidak kurang
dari 3%.
Kadar maksimal abu 15%, semakin tinggi semakin banyak jumlah pakan
yang tidak tercerna.
Bila menghendaki pertumbuhan ikan yang baik, maka harus diberikan
sejumlah pakan yang melebihi kebutuhan untuk pemeliharaan tubuhnya..
5.2 Saran
Dalam membuat formulasi pakan ikan demi sesuainya dengan kebutuhan
nutrisi pakan ikan kita perlu mengetahui komposisi yang tepat dan baik dengan
perhitungan BETN yang tepat, sehingga kegiatan budidaya atau pemeliharaan
ikan berlangsung secara efektif dan efisien.











DAFTAR PUSTAKA
http://quailkefirfarm.wordpress.com/2013/07/03/urusan-pakan-pak-apa-sih-
protein-kasar-itu/ , diakses pada tanggal 7 Juni 2014, pukul 23.00 WIB
http://gittha21.blogspot.com/2012/09/analisis-kadar-lemak-pada-bahan-
pangan.html, diakses pada tanggal 7 Juni 2014, pukul 23.00 WIB
http://tips.diet-sehat.net/pengertian-serat-makanan/ , diakses pada tanggal 7 Juni
2014, pukul 23.00 WIB
http://wimvynurbahri.blogspot.com/2010/09/analisis-serat-kasar.html , diakses
pada tanggal 7 Juni 2014, pukul 23.00 WIB
http://pelajaranilmu.blogspot.com/2012/04/penetapan-kadar-air-abu-di-dalam-
pakan.html, diakses pada tanggal 8 Juni 2014, pukul 01.00 WIB
http://aswarpunyainfo.blogspot.com/2012/10/Nutrisi-pakan-dan-kebutuhan-zat-
gizi-ikan.html , diakses pada tanggal 8 Juni 2014, pukul 01.00 WIB
http://neniputrianivedca.wordpress.com/category/nutrisi-pakan-ikan/ , diakses
pada tanggal 8 Juni 2014, pukul 01.00 WIB
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid I. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. PT. Macaan Jaya Cemerlang. Klaten.
Sahwan M. F., 1999. PAKAN IKAN DAN UDANG (Formulasi, Pembuatan,
Analisis Ekonomi). Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai