Anda di halaman 1dari 16

Pembimbing: dr. Dewi Behtri Yanifitri, Sp.

P
RESISTENSI OBAT PADA INFEKSI SALURAN PERNAPASAN
YANG DIDAPAT PADA KOMUNITAS:
PERAN DARI KEBERADAAN ANTIBAKTERIAL

Oleh:
Nuriah
Jurnal
Lorenzo Aguilar
1
Mara-Jos Gimnez
1
Jos Barbern
2

1Microbiology Department, School of Medicine, University Complutense, Madrid;
2Infectious Diseases Department, Hospital Central de la Defensa Gomez Ulla, Madrid, Spain

Kolonisasi nasofaringeal dan Isolasi
pencegahan
Mukosa Nasofaring : Tempat kolonisasi beberapa
spesiaes
Terbagi dalam 3 karakteristik :
1. Host eksklusif
2. New host
3. Agen penyebab infeksi traktus respiratorius

H. Influenza : 80 % individu sehat
S. Pneumonia : 10-40 % berbagai rentang usia
S. Pyogenes : 15-20% anak usia sekolah
Resistensi terhadap -lactam dan makrolide : penerimaan
gen resistensi eksogen :
S.pneumoniae, dan H.influenza (resistensi terhadap -lactam
dan makrolide) dan pada S.pyogenes (resistensi terhadap
makrolide)

Resistensi terhadap fluoroquinolon pada S.pneumoniae
muncul pada host dengan point mutasi.

Evolusi berdasarkan pada variasi produksi, variasi
manajemen, dan pemilihan alami dari varian yang ada
Prevalensi resistensi secara langsung berkaitan dengan
konsumsi antibiotik di masyarakat
Evolusi Bakterial terhadap Resistensi
Pada Biakan Saluran Pernapasan
Resistensi
Antibiotik
Sekitar 85%-90%
konsumsi antibiotik
di masyarakat,
80% di antaranya
untuk saluran napas.
-laktam dan mkrolide resistensi penisilin/eritromisin
pada s. pneumonia
Kaitan antara resistensi ampicillin/amoxicillin pada
H.influenza dan M. catarrhalis dan konsumsi
aminopenicillin,

sehubungan dengan resistensi eritromisin
pada S.pyogenes dan konsumsi makrolide dalam jangka
waktu lama
secara geografis, resistensi eritromisin pada S.pyogenes
berkaitan dengan resistensi penicillin dan eritromisin
pada S.pneumoniae
resistensi ampicillin pada H.influenza
resistensi dipertimbangkan sebagai masalah global
dengan mengamati biakan pada saluran pernapasan di
masyarakat
Streptococcus pneumonia
Biakan yang tidak rentan terhadap penisilin 45-50%, resistensi 20% dengan ketidakrentanan
amoxicilin 10%
Resisten penisilin 100% resisten sefalosporin gen. II (cefaclour atau cefuroxime)
55% resisten mikrolide
Biakan seluruh dunia, pasien 65 tahun ketidak rentanan penisilin 22 % Eropa timur dan
amerika utara
60% bagian timur
Resistensi amoxicilin sebelum resistensi penicilin berkaitan resistensi makrolide dan
cprofloxacin
Spanyol, Resisten eritromisin 35% , Fenotipe resisten utama MLS
B
(90%), dengan M-efflux
representing (10%), dengan demikian resistensi eritromisin juga berdampak pada resistensi
clarithromicyn dan azithromicyn
resistensi ciprofloxacin (MIC 4g/ml) adalah sekitar 5%-7%,
31,37
namun 85% dari biakan itu
rentan terhadap levofloxacin dan moxifloxacin
Di seluruh dunia, 2% angka ketidakrentanan telah dilaporkan untuk levofloxacin
Resistensi multipel, resistensi sepenuhnya terhadap dua atau lebih dari 6 jenis antibiotik
diantaranya penicillin, erythromycin, cefuroxime, tetracyclines,
trimethoprimsulfamethoxazole, and levofloxacin, terhadap S.pneumoniae telah dilaporkan
dengan jumlah yang tinggi di Amerika Utara yaitu 19,1%, 27,7% di Eropa Barat, dan 80,4% di Timur
Resistensi Terbaru pada Biakan Saluran
Pernapasan di Masyarakat
Streptococcus pyogenes
Streptococcus pyogenes sangat rentan terhadap
seluruh golongan -laktam.
Prevalensi resistensi terhadap eritromisin adalah 37%
pada tahun 2001-2002 di Spanyol
Pada beberapa tahun terakhir, telah dilaporkan bahwa
biakan S.pyogenes menunjukkan tingkatan resistensi
yang rendah terhadap fluoroquinolon
Resistensi Terbaru pada Biakan Saluran
Pernapasan di Masyarakat
Haemophilus influenza
Masalah utama pada resistensi pada spesies ini
ditetapkan
1996 hingga 2002, sekitar 25% dari biakan H.influenza
resisten terhadap ampicillin di Spanyol oleh ampicillin
sebagai penanda resisten
Lebih dari 80% biakan yang resisten ampicillin
menghasilkan -laktamase, 20% (5% dari seluruh
biakan H.influenza di Spanyol) resisten terhadap
ampicillin karena adanya mutasi pada gen ftsl
Resistensi Terbaru pada Biakan Saluran
Pernapasan di Masyarakat
perkembangan
antibiotik baru
dengan
farmakokinetik
yang adekuat dan
aktivitas in vitro
yang tinggi
peningkatan
dosis oral untuk
terapi infeksi
saluran
pernapasan di
masyarakat.
menghambat S.pneumoniae yang rentan penicillin pada konsentrasi
0.12 g/ml
Pada konsentrasi 0.5 g/ml, menghambat 92.6% pneumococcus yang
tidak rentan terhadap cefotaxime
97% dari strain yang tidak rentan terhadap antibiotik lainnya
(penicillin, sefalosporin, makrolide, ketolide, dan quinolon)

cefditoren dalam melawan H.influenza pada penelitian multicenter
Eropa dengan menguji 665 biakan klinis, dengan MIC
50/
MIC
90
0.06
g/ml.
60

IN VITRO

Cefditoren merupakan antibiotik oral, sefalosporin golongan ketiga
aminothiazolyl

Cefditoren merupakan
antibiotik oral, sefalosporin
golongan ketiga
aminothiazolyl dengan
komponen struktural yang
sama dengan sefalosporin
generasi pertama
Dipertimbangkan
sebagai prosedur
yang aman untuk
terapi Trismus.
Injeksi ke dalam otot-
otot trapezius, splenius
capitis, dan
sternokleidomastoideus
dapat meringankan
kekakuan leher yang
nyeri.
Farmakodina
mik
Infeksi Saluran Pernapasan Atas

Faringotonsilitis : tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada respon klinis yang ditemukan antara
cefditoren dan penicillin V
sinusitis akut : tidak terdapat perbedaan dalam respon
klinis yang ditemukan diantara cefditoren dan
pembendingnya (cefuroxime atau amoxicillin-asam
klavulanat)
Infeksi Saluran Pernapasan Atas

Tujuh penelitian , 4 penelitian pada pneumonia
pneumonia (CAP), dan 3 lainnya pada AECB.
CAP : tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan
pada sejumlah respon klinis gabungan antara
cefditoren dan pembandingnya (amoxicillin-asam
klavulanat atau cefpodoxime).
AECB : menunjukkan jumlah respon klinis dari 85.8%
hingga 91.3% pada akhir terapi dan dari 81.2% hingga
83.35 pada akhir follow up tanpa ada perbedaan
signifikan yang ditemukan pada sejumlah respon
klinis gabungan antara cefditoren dan pembandingnya
seperti cefuroxime atau chlaritromisin
Cefditoren memperlihatkan gambaran efek samping
yang sama terhadap antibiotik lainnya yang digunakan
baru-baru ini pada terapi infeksi saluran pernapasan
yang didapat di komunitas, dengan diare sebagai efek
samping yang paling sering terjadi (9.95) diikuti oleh
mual (3.5%), nyeri perut (1.8%), dan dispepsia (1.1%).
87

Jumlah vaginosis dilaporkan pada populasi wanita
dengan persentase 3.9%.
87


eradikasi bakteri sebaiknya menjadi tujuan utama terapi antibiotik karena
merupakan tujuan utama baik dari outcome terapi dan pencegahan resisten.
korelasi geografis resistensi secara konsisten ditemukan diantara antibiotik pada
satu spesies, dan pada spesies yang berbeda
Informasi yang didokumentasikan pada cefditoren dikumpulkan dari penelitian
yang dipublikasikan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk diantaranya yang
menunjukkan potensi ekologinya pada multibakterial, merupakan contoh
peranan untuk keberadaan antibakteri oral dalam menghadapi resistensi
antibiotik pada infeksi saluran pernapasan yang didapat dari masyarakat.



Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai