Anda di halaman 1dari 14

Tomy Marvian Haidie

710011151

TUGAS METALURGI

1. Penjelasan Golongan dan Periode Pada Tabel Periodik

Letak golongan dalam suatu unsur dalam tabel periodik dapat dilihat dari sub kulit
terakhir yang terisi electron, contohnya :

Sebagai contoh :
a). Na = 1s 2s 2p 3s
Karena konfigurasi elektron adalah 3s
1
, maka periodenya adalah 3 dan golongan
1A
b). Ga = 1s 2s2p 3s3p 4s 3d 4p
Maka periodenya adalah 4 (karena koefisien terbesar) dan Golonganny adalah 3A
2. Pengertian Logam
Logam adalah unsur kimia yang memiliki sifat kuat, keras, liat, merupakan
penghantar panas dan listrik, serta mempunyai titik lebur tinggi. Benda logam
pada awalnya dibuat dari bijih logam, dimana bijih logam dapat diperolah dengan
cara menambang baik yang berupa bijih logam murni maupun yang bercampur
dengan materi lain.
Bijih logam yang diambil dalam keadaan murni diantaranya adalah emas,
platina, perak, bismuth dll. Sedangkan ada juga bijih logam yang bercampur
dengan unsur lain seperti tanah liat, fosfor, silikon, karbon, serta pasir.

Gambar Logam Emas (Au)

3. Sifat-Sifat Elektron dan Susunan Elektron Pada Logam
Elektron memiliki muatan listrik -1.6022 x 10-19 coulomb, bermassa 9.11 x
10-31 kg berbasis pada muatan atau pengukuran massa dan massa diam relativistik
sekitar 0.511 MeV/c2. Massa elektron sekitar 1/1836 massa proton. Simbol elektron
umum
Konfigurasi elektron adalah merupakan gambaran tentangl posisi atau lokasi
dari elektron-elektron dalam suatu atom dengan mengikuti aturan atau rumus tertentu.
Peraturan dalam konfigurasi elektron ditunjukan seperti pada gambar di bawah ini :

Konfigurasi elektron pada setiap logam berbeda-beda karena bergantung
pada nomor atom nya. Seperti nomor Au yang memiliki nomor atom 79 sehingga
konfigurasi elektron pada Au : [
54
Xe] 4f
14
5d
10
6s
1
. Konfigursi Elektron untuk dengan
nomor atom 47 adalah [Kr] 5s
1
4d
10
.


4. Reaksi Reduksi dan Oksidasi (REDOKS)
istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi)
atom-atom dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang
sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi
karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses
yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer
elektron yang rumit.
Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat
dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
a. Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
b. Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa
lain dikatakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi.
Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi.
Oleh karena ia "menerima" elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron.
Oksidator bisanya adalah senyawa-senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan
bilangan oksidasi yang tinggi (seperti H2O2, MnO4, CrO3, Cr2O72, OsO4) atau
senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif, sehingga dapat mendapatkan satu atau
dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya oksigen,
fluorin, klorin, dan bromin).
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain
dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor
melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena
ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-
senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi.
Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan
sebagai reduktor. Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah.
Reduktor jenus lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan
LiAlH4), reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik[1][2],
terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi
lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium,
platinum, atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada reduksi ikatan
rangkap dua ata tiga karbon-karbon.
Reaksi REDOKS pada pengolahan beberapa logam yang meliputi proses
reduksi dan oksidasi dapat dilihat sebagai berikut :


a. Reduksi bijih besi (Fe2O3, hematite) oleh karbon (C)

Reaksi : 2 Fe2O3(s) + 3 C(s) " 4 Fe(s) + 3 CO2(g)
Pada Fe2O3, atom Fe mengikat 3 buah atom oksigen pada senyawanya kemudian
setelah direaksikan dengan karbon, oksigen dilepaskan menghasilkan logam besi
murni (Fe).
b. Tembaga(II) oksida direaksikan dengan gas hidrogen untuk
mendapatkan logamnya

Reaksi : CuO(s) + H2(g) " Cu(g) + H2O(g)
Pada CuO, atom Cu mengikat 1 buah atom oksigen pada senyawanya kemudian
setelah direaksikan dengan gas hidrogen, oksigen dilepaskan dan menghasilkan
logam tembaga (Cu).
c. Perkaratan besi oleh gas oksigen

4 Fe(s) + 3O2(g) " 2Fe2O3(s)
Logam besi (Fe) mengikat oksigen (O) sehingga menghasilkan karat ( Fe2O3).
d. Pembakaran logam magnesium di udara

2 Mg(s) + O2(g) " 2MgO(s)
Logam magnesium (Mg) mengikat oksigen (O) menghasilkan magnesium oksida
(MgO).
5. Pengertian Sintering, Kalsinasi dan Roasting
a. Sintering
Sintering merupakan proses pemanasan dibawah titik leleh dalam rangka
membentuk fase kristal baru sesuai dengan yang diinginkan dan bertujuan
membantu mereaksikan bahan-bahan penyusun baik bahan keramik maupun
bahan logam
Proses sintering akan berpengaruh cukup besar pada pembentukan fase
kristal bahan. Fraksi fase yang terbentuk umumnya bergantung pada lama dan
atau suhu sintering. Semakin besar suhu sintering dimungkinkan semakin cepat
proses pembentukan kristal tersebut. Besar kecilnya suhu juga berpengaruh
pada bentuk serta ukuran celah dan juga berpengaruh pada struktur
pertumbuhan kristal (setyowati, 2008).
Suhu sintering dapat ditentukan dari eksperimen termal seperti DTA, DTG,
dan DSC. Berdasarkan hasil eksperimen ini diperoleh suhu lelehan selain suhu
dekomposisi. Setiap komposisi senyawa tertentu memiliki titik leleh berbada.
Sintering bahan keramik biasanya ditentukan sekitar 75% dari titik leleh total .
Pada proses sintering, terjadi proses pembentukan fase baru melalui proses
pemanasan dimana pada saat terjadi reaksi komponen pembentuk masih dalam
bentuk padat dari campuran serbuk. Hal ini bertujuan agar butiran-butiran
(grain) dalam partikel-partikel yang berdekatan dapat bereaksi dan berikatan.
Proses sintering fase padat terbagi menjadi tiga padatan, yaitu:
a. Tahap awal
Pada tahap awal ini terbentuk ikatan atomik. Kontak antar partikel
membentuk leher yang tumbuh menjadi batas butir antar partikel. Pertumbuhan
akan menjdi semakin cepat dengan adanya kenaikan suhu sintering. Pada tahap
ini penyusutan juga terjadi akibat permukaan porositas menjadi halus.
b. Tahap menengah
Pada tahap ini terjadi desifikasi dan pertumbuhan partikel yaitu butir kecil
larut dan bergabung dengan butir besar. Akomodasi bentuk butir ini
menghasilkan pemadatan yang lebih baik. Pada tahap ini juga berlangsung
penghilangan porositas. Akibat pergeseran batas butir, porositas mulai saling
berhubungan dan membentuk silinder di sisi butir.
c. Tahap akhir
Fenomena desifikasi dan pertumbuhan butir terus barlangsung dengan laju
yang lebih rendah dari sebelumnya. Demikian juga dengan proses penghilangan
porositas, pergeseran batas butir terus berlanjut. Apabila pergeseran batas butir
lebih lambat daripada porositas maka porositas akan mucul dipermukaan dan
saling berhubungan. Akan tetapi jika pergeseran batas butir lebih cepat
daripada porosositas maka porositas akan mengendap di dalam produk dan
akan sulit dihilangkan.
Produk yang dihasilkan diharapkan memiliki densitas yang tinggi dan
homogen, maka pada proses sintering harus terjadi homogenisasi. Jika terdapat
lapisan oksida pada serbuk logam, proses sintering yang diharapkan bisa
menjadi lebih lambat. Selain lapisan oksida ini menyebabkan produk yang
dihasikan menjadi lebih getas, lapisan oksida tersebut juga menghambat proses
difusi antar partikel serbuk saat sintering dan meningkatkan temperatur
sintering.
Lapisan oksida yang menempel pada serbuk terbentuk akibat kontak antar
permukaan serbuk dengan udara dan akibat perlakuan yang diterima serbuk saat
proses produksi metalurgi serbuk berlangsung. Oksida pada serbuk dapat
diminimalkan dengan mengalirkan gas reduksi sebelum atau sewaktu sintering
berlangsung.



b. Kalinasi
Kalsinasi adalah penghilangan air, karbon dioksida atau gas lain yang
mempunyai ikatan kimia dengan bijih. Contoh; Hidrat, karbonat. Proses ini
dilakukan pada temperatur tinggi namun bijih itu tidak mengalami leleh, pada
proses ini juga tidak terjadi penambahan reagen. Kalsinasi adalah proses
endotermik artinya memerlukan panas, dan juga lebih endotermik daripada
proses Drying. Penghilangan air dalam senyawa karbonat dilakukan dalam
berbagai variasi temperatur tergantung jenis senyawa dan ikatan air pada
senyawa.
Kalsinasi adalah Thermal treatment / dekomposisi thermal ( penguraian
dengan temperatur ) yang dilakukan terhadap bijih, dalam hal ini batu kapur
agar terjadi dekomposisi dan juga untuk mengeleminasi senyawa yang
berikatan secara kimia dengan batu kapur yaitu karbon dioksida dan air. Proses
yang dilakukan adalah pemanggangan dengan temperatur yang bervariasi
bergantung dari jenis senyawa karbonat. Contoh: Hidrat, karbonat, FeCO
3
,
Mg(OH)
2
, MgCO
3
, CaCO
3
, dan lain-lain.
Kebanyakan senyawa karbonat berdekomposisi pada temperatur rendah.
Contoh, MgCO
3
pada temperatur 417
o
C, MnCO3 pada temperatur 377
o
C, dan
FeCO
3
pada temperatur 400
o
C. Tetapi untuk kalsium karbonat diperlukan suhu
900
o
C untuk melakukan dekomposisi hal ini dikarenakan ikatan kimia yang
cukup kuat pada air kristal. Dalam aplikasinya di industri, kalsinasi dilakukan
dalam berbagai furnace, diantaranya yaitu:
- Untuk kuarsa, CaCO3, digunakan Shaft Furnace
- Untuk lumps digunakan rotary kiln
Untuk penyeragaman material dengan ukuran kecil digunakan flidized bed.
Kalsinasi adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas. Panas
diperlukan untuk melepas ikatan kimia dari air kristal karena dengan panas,
maka ikatan kimia akan menjadi renggang dan pada temperatur tertentu atom-
atom yang berikatan akan bergerak sangat bebas menyebabkan terputusnya
ikatan kimia. Panas juga diperlukan untuk mengoksidasi batu kapur menjadi
oksidanya.
Reaksinya: CaCO
3
(800
o
C) = CaO (1000
o
C) + CO
2
(900
o
C), H
o
= 42,5 Kcal
Panas mengalir secara konduksi ke seluruh bagian batu kapur. Laju kalsinasi
batu kapur memiliki persamaan dengan reaksi yang dikendalikan oleh difusi.
Dengan ukuran dan bentuk butiran yang sama, semakin tinggi temperatur
semakin cepat proses dekomposisi. Waktu yang diperlukan dalam proses
kalsinasi bergantung pada ukuran dan bentuk dari butiran batu kapur. Dengan
temperatur yang sama semakin kecil ukuran semakin cepat proses kalsinasi,
bentuk yang bulat akan mempercepat proses kalsinasi.
c. Roasting
Roasting (pemanggangan) adalah suatu proses menghilangkan kelebihan
udara dimana udara dihembuskan pada bijih yang dipanaskan disertai
penambahan regen kimia dengan pemanasan ini tidak mencapai titik leleh
(didih) yang biasanya dilakukan terhadap material dengan mineral-mineral
sulfida. Jenis roasting :
1.Roasting Oksidasi
2.Roasting reduksi
3.Roasting khlorinasi atau khloridisasi
4.Roasting khusus
Kegunaan Roasting antara lain adalah :
- Mengeluarkan sulfur, Arsen, Antimon dari persenyawaannya
- Merubah mineral sulfida menjadi oksida dan sulfur - 2 ZnS + 3O2
2 ZnO + 2 SO4
- Membentuk material menjadi porous
- Menguapkan impurity yang foltair

Gambar untuk proses roasting :

Anda mungkin juga menyukai