A. Problem (Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik) 1. Tangan dan kaki kiri susah digerakan 4 jam yang lalu 2. Muka merot ke kanan 3. Hipertensi tidak terkontrol 5 tahun 4. Riwayat Kolesterol tinggi 5. Riwayat merokok (+) 6. Riwayat sering makanan berlemak dan asin (+) 7. Pelo 8. Tekanan darah 170/100 9. Lipatan nasolabial mendatar ke kiri 10. Menggembungkan pipi kiri tidak bisa 11. Lidah deviasi ke kiri 12. Kekuatan anggota gerak atas (lengan atas, lengan bawah, tangan) dan bawah ( tungkai atas, tungkai bawah, kaki ) sebelah kiri 3 13. Tonus meningkat pada anggota gerak atas (lengan atas, lengan bawah, tangan) dan bawah ( tungkai atas, tungkai bawah, kaki ) sebelah kiri 14. Sensibilitas dan nyeri menurun pada anggota gerak atas (lengan atas, lengan bawah, tangan) dan bawah ( tungkai atas, tungkai bawah, kaki ) sebelah kiri 15. Gerakan anggota gerak atas (lengan atas, lengan bawah, tangan)dan bawah ( tungkai atas, tungkai bawah, kaki ) sebelah kiri menurun 16. Reflek patologis babinski (+)
B. Hypothesis (Diagnosis Banding) 1. Diagnosis klinis - Hemiparesis sinistra ( 1,13,14,15,16) - Paresis N VII sentral dextra ( 2,10, 11) - Paresis N XII sentral dextra ( 7, 12) - Hipertensi 2. Diagnosis topis Hemisfer dextra 3. Diagnosa etiologi Skor stroke siriraj 2
(2,5 x derajat kesadaran) + ( 2x muntah ) + ( 2x nyeri kepala) + ( 0,1 x tekanan diastolik ) ( 3x penanda ateroma ) 12 Dimana : Derajat kesadaran : 0 = kompos mentis ; 1 = somnolen ; 2 = sopor / koma Muntah : 0 = tidak ada ; 1= ada Nyeri kepala : 0 = tidak ada ; 1= ada Ateroma : 0 = tidak ada ; 1= salah satu atau lebih ( diabetes, angina, penyakit pembuluh darah ) Penilaian : jika skor <-1 = Strok non hemoragik -1 sampai 1 = meragukan >1 = Strok hemoragik Jadi skor dari yang didapatkan pada kasus : Sirriraj skor = ( 2,5 x 0) + ( 2 x 0) + ( 2 x 0 ) + ( 0,1 x 100) ( 3 x 0) 12 = -2 Berarti pada kasus ini diduga mengalami strok non hemoragik,
C. Mechanism (Patogenesis) 1. Stroke Hemoragi Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan subarachnoid. Insiden perdarahan intrakranial kurang lebih 20% adalah stroke hemoragik dimana masing-masing 10% adalah perdarahan subarachnoid dan perdarahan intraserebral. Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma (Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebelum dan batang otak. Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola berdiameter 100 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh darah tersebut berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien peningkatan tekanan darah yang tiba-tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriol dan 3
pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume perdarahan semakin besar. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi menyebabkan neuron-neuron di dearah yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis . Perdarahan subarachnoid (PSA) terjadi akibat pembuluh darah disekitar permukaan otak pecah sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM). 1
2. Stroke Nonhemoragik - Emboli Udara/pecahan aterosklerosis menyumbat arteri yang lebih kecil di otak sumbatan adanya daerah iskemik dan terjadi stroke (infark). 1 - Trombus PIS Robeknya pembuluh darah di capsula interna dan fossa post .(serebellum) ekstravasasi Edema jaringan otak dan hematoma
Diskontinuitas jaringan PSA - Pecahnya MAV - Aneurisma
Perdarahan Akumulasi darah di ruangan subarachnoid Kompresi pemb. darah Penyempitan pemb.darah Penurunanan aliran darah ke otak Stroke 4
Trombus yang terlokalisasi terjadi akibat penyempitan pembuluh darah oleh plak aterosklerotik sehingga menghalangi aliran darah pada bagian distal dari lokasi penyumbatan. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada lokasi pembuluh darah otak yang terkena.
Adanya trombus atau emboli pada pembuluh darah menyebabkan terputusnya aliran darah otak. Nilai normal Aliran Darah Otak (ADO) adalah 53 ml/100mg otak/menit. Apabila ADO < 30ml/100 mg otak/menit maka akan terjadi iskemik. Apabila aliran darah otak (ADO) turun drastis hingga < 10 ml/100 mg otak/menit maka akan menyebabkan oksigen ke otak berkurang sehingga proses oksidatif terhambat dan produksi ATP berkurang. Berkurangnya produksi ATP ini akan menyebabkan pompa Na, K, ATP-ase tidak berfungsi dan menyebabkan terjadinya depolarisasi membran sel saraf. Terjadinya depolarisasi ini mengakibatkan terbukanya kanal kanal ion Ca dan terjadilah influks yang cepat. Hal ini memicu terjadinya proses biokimia yang eksistotoksik sehingga menyebabkan kematian sel saraf dan akan memunculkan gejala gejala sesuai dengan saraf saraf yang rusak. 1
5
3. More Info ( Pemeriksaan Penunjang) 1. CT Scan 2. Profil lipid - Trigliserid - Kolesterol - HDL - LDL - Kolesterol total 3. EKG 4. GDS dan HBA1C 5. Darah Rutin 6. Ureum kreatinia
6
4. Dont Know 1. Reflek masseter 2. Reflek zigomatikus 3. Reflek kremaster 4. Drop hand 5. Pitchers hand 6. Claw hand 7. Tes Gaenslan 8. Tanda myerson 9. Tanda chovstek 10. Tanda homan 11. Tanda bing 12. Perbedaan cara jalan pada pasien stroke flaksid dan spastik
5. Learning issue 1. Reflek masseter Adalah cara pemeriksaan fungsi motorik trigeminal. Cara: pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan aaaaaa lalu pemeriksa menempatkan jari telunjuk tangan kiri di garis tengah dagi dan dengan palu refleks dilakukan pengetukan dengan tangan kanan pada jari telunjuk tangan kiri. Respon positif bila kontraksi otot maseter dan temporalis bagian depan yang menghasilkan penutupan mulut secara tiba-tiba. Cara lain: menempatkan kayu penekan lidah atau tongue spatel pada gigi seri bawah, kemudian dengan pengetukan pada kayu tersebut. Respon positif bila ada gerakan rahang bawah ke atas secara tiba-tiba. Refleks masseter hilang pada paralisis nuklearis dan infranuklearis nervus trigeminus, meninggi pada lesi pranuklearis nervus trigeminus (terutama lesi bilateral). 2 2. Reflek Zigomatikus Cara: melakukan pengetukan pada Os. Zygomaticus. Respon positif bilarahang bawah menyimpang ke sisi ipsilateral, hal ini terjadi pada orang dengan lesi nervus trigeminus supranuklearis. 2 3. refleks kremaster 7
Cara; penggoresan terhadap kulit paha bagian medial. Respon positif bila terjadi elevasi testis ipsilateral. Refleks kremaster menghilang pada lesi di segmen L.I-II, pada lanjut usia, bila ada hidrokel atau varikkel, epididimitis, atau arkhitis. 2 4. Drop hand : kelumpuhan pada tangan karena cedera nervus radialis
5. Pitchers hand : kelumpuhan pada tangan karena cedera nervus medianus - Carpal tunnel syndrome : jejas pada retinaculum fleksorum - Syndroma pronator : terjadi karena nervus medianus terjerat dan tertekan didaerah fossa cubiti.
6. Claw hand : kelumpuhan pada tangan karena cedera nervus ulnaris. 3
7. Tes Gaenslan Cara; pasien dengan posisi elentang dengan kedua tungkainya dilipat pada sendi lutut denan merangkul kedua lututnya di tepi tempat periksa. Kemudian pasien diminta untuk menggantungkan tungkai yang berada tepi tempat periksa. Bila terdapat proses patologik di sendi sakroiliaka maka akan terasa nyeri pada sendi sakroiliaka ipsilateral pada saat tungkai itu dilepaskan untuk bergantung di tepi tempat periksa. 2 8. Tanda myerson 8
Dilakukan dengan jalan mengetok di daerah glabela berulang-ulang. Pasien Parkinson tidak dapat mencegah mata berkedip pada tiap ketokan. Disebut juga sebagai tanda Myerson. 4 9. Tanda chovstek Dengan cara mengetuk N.VII lalu terjadi spasme muskulus facial jika positif. 5 10. Tanda Homan Untuk mendiagnosa deep vein thromboplebitis dilakukan dorsofleksi di pergelangan kaki pasien pada tungkai yang diluruskan. Bila terjadi nyeri akibat dorsofleksi itu, maka tanda Homan adalah positif. Juga pemijitan pada betis membangkitkan nyeri apabila ada deep vein thromboplebitis. 2 11. Tanda Bing Dibangkitkan dengan cara memberikan rangsang tusuk pada kulit yang menutupi metatarsal ke lima, positif juka ibu jari dorso fleksi dan jari lainnya abduksi. 2 12. Perbedaan cara jalan pada pasien stroke flaksid dan spastik Flaksid: kaki yang lemah diseret. Spastik: kaku, seperti anak kecil yang baru belajar berjalan.
6. PROBLEM SOLVING Suspek stroke non hemoragik Ip.Dx S : ( - ) O : CT- Scan, Profil lipid, EKG, Urium keratin, GDS dan HBA1C, Pemeriksaan darah rutin Ip.Tx 9
Penanganan awal 1. Breating Jaga jalan napas 2. Blood Tekanan darah - Dijaga agar cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak,dengan memeperhatikan nilai mean arteria preassure - Pada fase akut tensi naik, kemudian secara spontan akan menurun secara glanular - Pengobatan hipertensi pada fase akut Penanganan penyebab 1. Medikamentosa - IV line : Ringer laktat 20 tetes/menit - Anti koagulan/ anti platelet: - Aspirin 300mg x 1 tab PO per hari - Antasida : Ranitidin 50 mg x 2 tab PO per hari - rt-PA : < 3 jam setelah awitan strike dengan dosis 0.9 mg/kgbb maksimal 90mg. dosis awal dierikan sebagai bentuk bolus sisanya, dilanjutkan melalui invus dalam waktu 1 jam. - Neuro proteksi Ca channel bloker Nimodipin 2,1 cc/jam syringe pump 7 hari dilanjutkan oral 3X selama 1 bulan 2.Non-medikamentosa - Istirahat - Rehabilitasi medik Ip.Monitoring 1. Monitoring keadaan umum dan tanda vital. 2. Monitoring 5B (Breathing, Blood, Brain, Bowel, Bladder) 3. Rehab medik : neuromuskuloskeletal, evaluasi penampilan fungsi, evaluasi psikososial-fokasional) 4. Monitoring cairan dan elektrolit 5. Monitoring saturasi oksigen 6. Monitoring kadar gula darah 10
7. Monitoring EKG 8. Monitoring hasil fisioterapi Ip.Edukasi 1. Edukasi kepada keluarga pasien : - Tentang penyakit serta komplikasi - Menyarankan untuk rawat inap dan rehailitasi medic guna memperkecil resiko kecacatan setelah fase akut selama 7-10 hari. - Menyarankan kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien. - Menyarankan kepada keluarga untuk melatih pasien menggerakkan ekstremitas kiri 2. Pengontrolan tekanan darah dengan cara teratur minum obat dan pengecekan tekanan darah 3. Perbaikan gaya hidup yang dinilai mempengaruhi kekambuhan dari stroke. Dimulai dari input makanan untuk mengurangi asupan garam, dan makanan berlemak, serta melakukan olahraga ringan dan rutin.
DAFTAR PUSTAKA 1. Jusuf Miabach. 2011. Stroke, Aspek diagnosis, Patofisiologi dan Manajemen. Jakarta: BPFKUI . 2. Sidharta, Priguna. 2009. Tata Cara Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Jakarta: Dian Rakyat 11
3. Anonym. Vaskularisasi dan Innervasi Ekstremitas Superior. Departemen Anatomi FK Universitas Sumatera Utara.
4. Kelompok Studi Movement Disorder PERDOSSI. 2013.
5. Eliastam, M . Sternbach G,L . Bresler, M.J . Buku Saku Penuntun Kedaruratan Medis . 1998 . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.