Anda di halaman 1dari 30

Berbagi Ilmu

konsep tilawah dalam al-quran



MAKALAH
KONSEP TILWA DI DALAM Al-QURAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Tafsir Al-quran 3 (Naar Tarbaw)
Dosen Pembimbing:
Dr. Aam abdussalam, M.Pd.
Dr. Toyib Zakaria, M.A.





Oleh :
Dini Rinjani (1105816)
Ranty lembayu (1104403)
Dewi purwasani (1104971)

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
2012

Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Dzat Ilahi Rabbi
Allh Swt, yang telah memberikan ridha, rahmat, dan hidayah-Nya. Sehingga kami telah
menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep Tilwa di dalam Al-Quran. Tak lupa shalawat
serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Alam Nabi Muhammad Saw,
beserta Keluarganya, Sahabat-sahabatnya, Tabiin Tabiat, dan sampai kepada kita selaku
Umatnya sampai akhir zaman.
Makalah ini berisikan pemaparan tentang konsep tilawah dalam Al-quran Adapun
maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahTafsir
Al-quran 3 (Naar Tarbaw).
Sebelumnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dr. Aam abdussalam,
M.Pd.Dr. Toyib Zakaria, M.A. Selaku dosen mata kuliah yang telah membantu penyusun selama
menyusun makalah ini, rekan-rekan seangkatan yang telah memotivasi penyusun untuk
menyelesaikan penulisan makalah ini, dan semua pihak yang telah membantu pembuatan
makalah ini, tidak bisa kami sebut satu persatu. Dan semoga Allh Swt memberikan balasan
yang berlipat ganda.
Kami selaku penyusun sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika dan tehnik penulisannya. Oleh sebab itu,
penyusun sangat mengharapkan adanya kritikan yang membangun dari para pembaca sekalian.
Semoga makalah ini memberikan manfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi
pembaca sekalian. Aamiin.

Bandung, 11nopember 2012

Penyusun

Daftar Pustaka

Kata Pengantar
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan pembuatan makalah
D. Sistematika makalah
BAB II Konsep tilwa dalam al-quran
A. Definisi tilwa
B. Kata tilwa dalam al-quran
C. Konsep tilwa dalam al-quran
1. Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 51
2. Al-quran surat Al-Mutafifin ayat 13
3. Al-quran surat Al-Baqarah ayat 121
4. Al-Quran surat al-anfal ayat 2
5. Al-Quran surat Al-Imran ayat 164
BAB III Implikasi tilwa dalam kependidikan
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu mukjizat terbesar Nab Muhammad Saw adalah Al-Qur`n. Al-Qur`n
merupakan wahyu Illahi yang diberikan Allh kepada utusan-Nya Muhammad Saw, melalui
perantara malaikat Jibril. Tak kan pernah ada hentinya kita sebagai umat Muhammad untuk
selalu membaca dan mengkaji makna yang terkandung di dalamnya, karena Al-Qur`n
merupakan pedoman hidup seluruh manusia agar selamat dunia dan akhirat. Bahasa yang
terkandung didalam Al-Qur`n begitu indah dan menakjubkan, sehingga mampu membuat kita
merenungi kata demi kata untuk memahaminya. Selain itu juga didalam Al-Qur`n terkandung
begitu banyak ilmu pengetahuan yang membuat kita berpikir lebih rasional dengan disandarkan
kepada ayat-ayat Allh Swt tersebut.
Al-Quran sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Ayat al-Qur`n yang
pertama kali turun pun berisikan perintah untuk membaca. Membaca adalah kunci ilmu
pengetahuan, sehingga sejak awal Islam memang mencurahkan pehatian pada penguasaan ilmu.
Sebab ia merupakan alat untuk tersebar luasnya agama islam. Ini menunjukkan bahwa agama
sangat menekankan pentingnya aktifitas membaca, menelaah dan meneliti segala sesuatu yang
ada di alam raya ini. Dan aktifitas membaca tersebut hanya diperintahkan kepada manusia,
karena hanya manusialah makhluk yang memiliki akal dan hati, yang menjadi pembeda utama
dengan makhluk lainnya. Dengan hati dan akal itulah manusia bisa memahami fenomena-
fenomena yang ada di sekitarnya, sehingga memiliki kemampuan untuk mengemban amanah
sebagai khalfatullah fil ar .
Sudah tak asing lagi terdengar oleh kita semua, kata-kata tilwa, baik dalam kehidupan
sehari-hari ataupun khusunya di dalam Al-Qur`n. Kata tilwa memiliki makna, baik ketika
berdiri sendiri, ataupun sering disandarkan dengan kata lain, seperti tilwa Al-Qur`n. Lalu
sebenarnya apa yang dimaksud tilwa itu? Dan bagaimanakah konsep
pendidikan tilwa dalam Al-Qur`n. Oleh karena itu, maka kami tertarik dan mencoba untuk
membahasnya dalam sebuah makalah.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan tilwa ?
2. Ada berapa pengulangan kata tilwa didalam al-quran?
3. Bagaimanakah konsep tilwa didalam al-quran?
4. Bagaimana implikasi kependidikan dari konsep tilwa dalam al-quran?
C. Tujuan pembuatan makalah
1. Mengetahui maksud tilwa .
2. Mengetahui pengulangan kata tilwa didalam al-quran.
3. Mengetahui konsep tilwa didalam al-quran.
4. Mengetahui implikasi kependidikan dari konsep tilwa dalam al-quran.
D. Sistematika makalah
Dalam rangka mempermudah dan memahami penyusunan makalah ini, maka penulis
menyusun sistematika penulisan makalah yang meliputi :
Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan
sistematika penulisan makalah.
Bab II Konsep Tilwa dalam Al-Qur`n.
Bab III Implikasi Kependidikan Konsep Tilwa dalam Al-qur`n.
Bab IV Penutupan meliputi kesimpulan dan saran- saran.






BAB II
Konsep tilwa dalam al-quran
A. Definisi tilwa
Tilwa menurut kamus besar bahasa indonesia memiliki arti pembacaan (ayat Al-quran)
dengan baik dan indah.(nasional 2008). Sedangkan dalam kamus Al-Munawir kata () sama
() yang artinya bacaan. (Munawwir, 1997, hal. 138). Begitupun dalam Kamus Kontemporer
Arab-Indonesia artinya membaca, artinya bacaan atau tilwa . (Muhdlor, 1998) Jadi
dapat disimpulkan bahwa pengertian tilwa menurut bahasa adalah bacaan.
Tilwa menurut istilah seperti yang diungkapkan Ziad Khaled Moh al-Daghameen dalam
tulisannya Al-Qur`an : Between The Horizons of Reading and Recititation", yang dikutip
oleh (Harun, 2008) menyebutkan, tilwa adalah mengikuti petunjuk dan aturan-aturan (sunan)
kitab suci. Ini berarti keharusan berkesinambungan dalam memahami makna dan kebenaran-
kebenaran (haqa,iq)-nya dalam hati. Berbeda dengan tilwa lebih dikhususkan untuk al-Quran
saja. Menurut Abu Hilal al-Askari yang dikutip dari Ar-Raghib al-Asfahani di dalam al-Furq
al-Lughawiyah dan Murtadha az-Zubaidi di Tj al-Urs menyatakan bahwa at-tilwah itu
dikhususkan untuk mengikuti kitabullah dengan membaca (qiraah) dan mematuhi (irtism)
kandungannya baik perintah, larangan, motivasi atau ancaman. Jadi at-tilwah itu lebih khusus
dari qiraah, setiap tilwa adalah qiraah, tetapi tidak setiap qiraah adalah tilwa . (Banjar,
2011). Jadi, dapat disimpulkan pengertian tilwa secara istilah adalah membaca dan memahami
isi kandungan Al-Quran serta memahaminya.
B. Kata tilwa dalam al-quran
Dalam Al-Qur`n kata tilwa menurut kamus Al-Mujam, dan akar ('Isa, 1994)kata
asalnya yang terkait dengan tilwa disebut dan diulang sebanyak 42 kali. Diantaranya adalah
sebagai berikut (Baqi, 2009) :
Akar kata Tilwa Banyaknya Surat dalam Al-Qur`n

1 Kali Al-Baqara: 121

1 Kali Asy-Syam: 91


6 Kali - Al-Baqara: 102
- Ynus: 62
- Ar-Radu: 30
- Al-Qoo: 45
- Al-Ankabut: 48



7 Kali - Al-Baqara: 129
- Al-Baqara: 151
- Al-Imrn: 164
- Al-Qoo: 59
- Al-Jumua: 2
- A - alaq: 11
- Al-Bayyina: 2

2 Kali - Al-Baqara: 44
- Al-Imrn: 101

5 Kali - Al-Baqara: 113
- Al-Imrn: 113
- Al-Hajj: 72
- Fair: 29
- Az-Zumar: 71


1 Kali Hd: 17

1 Kali Al-Baqara:121

14 Kali - Al-anfal: 8
- Ynus: 15
- Maryam: 58
- Maryam: 73
- Al-Hajj: 72
- Al-Mu`minn: 66
- Al-Mu`minn: 105
- Lukmn: 7
- Saba: 43
- Al-Jatsiya: 25
- Al-Jatsiya: 31
- Al-Ahqof: 71
- Al-Qolam: 15
- Al-Muafifin: 13

7 Kali - An-Nis: 127
- Al-Maidah: 1
- Al-Isara: 107
- Al-Hajj: 30
- Al-Qoo: 53
- Al-Ankabt: 51
- Al-Ahzab: 34
Jumlah
42 Kali

C. Konsep tilwa dalam al-quran

1. Al-Quran surat Al-Ankabut ayat 51

)
Artinya:Dan Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al kitab
(Al Quran) sedang Dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat
rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.(QS. Al-Ankabut:51)

a. Makna Mufrodat

Apakah tidak


Mencukupi mereka


Bahwasannya kami


Kami telah menurunkan
Kepadamu


Kitab


Dibacakan


Kepada mereka


Sesungguhnya


Didalam


Itu


Benar-benar ada rahmat


Dan pelajaran


Bagi kaum


Mereka beriman


Sumber: (Kurnia, et al. 2012, 801)

b. Asbabun Nuzul
Yahya bin Jadah ra. Menjelaskan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan beberapa
orang muslin yang menemui Rasullullah saw. Sambil membawa kitab berisi tulisan yang mereka
dengar dari kaum Yahudi. Rasul saw. Pun bersabda, cukuplah kesesatan kaum itu yang tak
menyukai kitab yang diturunkan kepada nabi mereka, dan mengajak orang lain untuk mengikuti
apa yang dibawa oleh selain nabi.(Hatta 2009, 402)

c. Makna global

Allh menjelaskan tentang kebodohan mereka yang mendorong mereka meminta mukjizat-
mukjizat hissiy untuk menunjukan kebenaran kerasulannya, padahal telah diberikan kepada
mereka mukjizat yang bersifat abadi untuk selama-lamanya, yaitu Al-Quran yang dibacakan
kepada mereka pada malam dan siang hari. Didalamnya terdapat kisah tentang umat-umat
sebelum mereka dan berita tentang orang-orang sesudah mereka. Juga hukum yang memutuskan
diantara mereka. Dan didalam Al-Quran terkandung penjelasan tentang orang-orang sesudah
mereka. Juga hukum yang memutuskan diantara mereka. Dan didalam alquran terkandung
penjelasan tentang perkara yang haq dan tolakan terhadap perkara yang batil. Bahkan
didalamnya terkandung peringatan akan turunnya azab atas orang-orang yang
mendustakan orang-orang yang berbuat maksiat.(Al-Maragi 1993, 12)


d. Pendapat para mufassir
Menurut tafsir al-azhar, al kitab yang dimaksud dalam ayat ini adalah al-quran. Al-quran
ini sampai dari tuhan sebagai wahyu, yang telah dibacakan pula kepada mereka. Orang-orang
quraisy pun tahu bahwa al-quran memiliki kualitas bahasa yang tinggi.manusia-manuasia yang
tadinya tidak berarti, manusia yang tadinya tidak berharga, tidak mempunyai tujuan hidup, tidak
mempunyai cita-cita, lalu dibacakan kepadanya al-quran, maka kepada manusia itu jadi berubah.
Sebagaimana dalam ayat lain dikatakan hendaklah orang menyambut baik seruan Allh dan
rasul. Karena seruan Allh dan rasul untuk membuat dirimu menjadi hidup. Maka orang yang
tidak menerima seruan Al-quran samalah al-quran samalah arti hidupnya dengan mati.(Hamka
1988)
Adapun menurut tafsir Al-aisar maksud dari ayat ini adalah tidaklah cukup bagi kalian
satu mukjijat, bahwa Allh taala telah menurunkan kepadaku kitab-Nya, lalu aku
membacakannya kepada kalian pada pagi dan sore hari? Maka, mukjijat manakah yang lebih
besar selain kitab yang dibawa olehrasul ummi? Dimana ayat-ayatnya mengandung petunjuk dan
cahaya, pada waktu yang sama ia sebagai rahmat dan peringatan yaitu nasihat bagi kaum yang
beriman. Ia adalah mukjijat yang akan tetap ada, kokoh dan tegak. Mereka yang membacanya
akan memperoleh nasehat dan rahmat sehingga mereka saling menyayangi. Al-quran adalah
rahmat dan pengingat, yakni sebagai pelajaran dan nasihat bagi orang-orang yang
mengimaninya, dan mengimani orang yang diturunkan kepadanya Al-quran itu.(Jabir 2008)
Menurut pak M.Quraish Syihab(shihab 2009) yang dimaksuda dengan ayat ini
adalah.Dan mereka yakni tokoh-tokoh kafir makkah, berkata: mengapa tidak diturunkan
kepadanya bukti-bukti, yakni mukjijat-mukjijat yang bersifat indriawi dari tuhan yang diakui
sebagai pemelihara dan pembimbingnya? katakanlah: sesungguhnya bukti-bukti, yakni
mukjijat-mukjijat yang kamu minta itu, semata-mata berada disisi Allh, yakni dibawah
wewenang dan terserah kepada-Nya kepadaku dan aku hanya seorang pemberi berita gembira
yang jelas bagi yang taat kepada Allh peringatan yang nyata bagi yang membangkang.
Penggunaan bentuk mudhari (kata kerja masa kini dan datang) pada katayatlu mengisyaratkan
bahwa ayat-ayat al-quran, sejak masa nabi muhammad saw, kini, dan masa datang akan terus
dibaca.
Adapun menurut tafsir ibnu katsir ayat ini memiliki makna, apakah tidak cukup bagi
mereka satu tanda bahwa kami telah menurunkan kepadamu sebuah kitab agung yang
mengandung kabar sebelum mereka, kabar setelah mereka dan hukum di antara mereka.
Sedangkan engkau adalah seorang yang ummi, tidak mampu membaca dan tidak mampu menulis
serta tidak bercampur dengan seorang ahli kitab pun. Maka, engkau datangkan kepada mereka
dengan berita-berita yang ada pada shuhuf-shuhuf pertama dengan memberikan penjelasan yang
benar tentang apa yang mereka perselisihkan serta dengan kebenaran yang tegas, jelas dan nyata.
Didalam al-quran ini sungguh mengandung penjelasan kebenaran dan penghapus kebatilan serta
peringatan dengan isinya yang mengandung lepasnya bencana dan turunnya siksaan bagi para
pendusta dan para pelaku maksiat terhadap kaum yang beriman.(a. b. syaikh 2004)
Menurut tafsir al-maragi apakah kurang cukup dalil yang menunjukan kebenaranmu bagi
mereka. Yaitu kami telah menurunkan Al-Kitab kepadamu, yang dapat mereka baca dan mereka
pelajari dimalam dan siang hari. Sedang kamu adalah orang ummy yang tidak pandai membaca
dan menulis, serta kamu belum pernah berguru dengan seorang ahli kitabpun? Kamu telah
mendatangkan kepada mereka berita-berita tentang apa yang terdapat di dalam kitab-kitab yang
dahulu, kamu menjelaskan mana yang benar tentang apa yang mereka perselisihkan di antara
sesamanya.(Al-Maragi 1993, 15)
2. Al-quran surat Al-Mutafifin ayat 13

(

)
Artinya: yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang
yang dahulu" (QS. Al-Mutafifin:13)
a. Makna Mufrodat

Apabila


Dibacakan


Kepadanya


Ayat-ayat kami


Berkata
Cerita-cerita dongeng


Orang-orang yang terdahulu


Sumber : (Kurnia, et al. 2012, 1173)

b. Asbabun Nuzul
Ibnu Abi Hatim mengatakan, Ayat ini turun berkenaan denganUbay bin Khalaf.
Rabbmu yang telah menciptakanmu, lalu menjadikan anggota tubuhmu dalam keadaan
sempurna, tidak cacat lagi bermanfaat, dan menjadikanmu sebagai sosok yang seimbang dan
selaras. (Zuhaili, et al. 2009, 588)
c. Makna global
Dalam ayat-ayat ini dijelaskan bahwa Allh telah menyediakan sebuah kitab yang
mencatat semua perbuatan orang yang berdosa. Orang-orang yang melampaui batas agama
adalah mereka yang mendustakan hari akhir. Apabila ayat-ayat al-quran dibacakan, merekapun
menyatakan bahwa apa yang didengarnya itu tidak lain merupakan dongengan orang-orang
purbakala. Perbuatan mereka seperti itu, yang telah menjadi kebiasaan, menutup jiwa dan
hatinya sehingga sulit untuk menerima kebenaran.(ash-Shiddieqy 2003, 4525)
d. Pendapat para mufassir
Menurut tafsir al-maraghi cerita al-quran tentang syurga, tentang neraka, tentang
ancaman, tentang azab, siksaaan Tuhan kepada yang durhaka dianggapnya dongeng belaka.
Karena dari zaman purbakala telah datang rasul-rasul Allh menyampaikan berita itu. Berita
tentang hidup kekal sesudah mati, tentang pembalasan yang akan diterima kelak. Mereka anggap
itu dongeng sebab mereka memandang bahwa dalam hal itu tidak ada bukti. Tidak ada orang
yang telah masuk ke dalam kubur yang hidup kembali buat meberitahukan pengalaman-
pengalaman yang mereka tempuh di alam lain itu.(Hamka 1985)
Menurut tafsir al-qurthubi yang dimaksud dengan ayat ini adalah yang artinya yang
apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat kami, ia berkata: itu adalah dongengan orang-orang
terdahulu, menurut mayoritas ulama yang dimaksud dengan

dengan dua huruf ta ialah


qiraah atau membaca. Adapun menurut abu haiwah, abu simak, asyhab al uqaili, dan as-
sullami

dengan huruf ya firman Allh taala

(dongengan-dongengan) yakni
uah pembicaraan dan sendagurau mereka yang mereka tulis dan hias dengan penuh kebohongan,
bentuk tunggalnya adalahustuurotundan istoorotun penjelasannya telah di sebutkan
sebelumnya. (Al-Qurthubi 2009, 187-188)
Adapun menurut tafsir ulama unisba maksud dari ayat ini adalah, menolak kebenaran
ayat-ayat yang disampaikan nabi dan para rasulnya. Mereka mengatakan, ajaran yang
disampaikan nabi merupakan dongeng dan kisah orang-orang terdahulu.al-quran adalah
informasi-informasi oarng-orang kuno yang telah ketinggalan zaman. Orang-orang terdahulu
terkenal pembohong dan penyebar kesalahan. Jadi, orang-orang pendusta itu berdalih, al-quran
yang disampaikan nabi Muhammad bukan wahyu Allh Swt. Penolakan semacam ini seringkali
dikemukakan orang kafir saat disampaikan ajaran yang benar. (juz'ama 2008, 135)
Menurut tafsir al-azhar ayat ini mengandung arti (p. d. hamka 1985, 80)Cerita al-
quran tentang syurga, tentang neraka, tentang ancaman azab siksaan tuhan kepada yang durhaka
dianggapnya dongeng belaka. Karena dari zaman purbakala telah datang rasul-rasul Allh
menyampaikan berita itu. Berita tentang hidup kekal setelah mati, tentang pembalasan yang akan
diterima kelak. Mereka anggap itu dongeng sebab mereka memandang bahwa dalam hal itu tidak
ada bukti. Tidak ada orang yang telah masuk ke dalam kubur yang hidup kembali buat
memberitahukan pengalaman yang mereka tempuh di alam lain itu.
Dan menurut al-aisar ayat ini menjelaskan tentang orang-orang yang melampaui batas
dan banyak berbuat dosa ketika dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allh untuk mengingatkan
dan sebagai pelajaran untuk mereka, maka mereka akan menolaknya dan berkata itu adalah
dongengan rang-orang zaman dahulu, maksudnya dongeng dan cerita orang-orang terdahulu
yang masih tertulis. Mereka mendustakan dan mengingkari Al-Quran. (s. a. Al-jazairi 2009, 845)
Menurut tafsir al-mishbah maksud ayat ini adalah, pengingkaran terhadap hari
pembalasan mengakibatkan seseorang enggan melakukan kebaikan kalau tidak mendapat
ganjaran segera dan juga berani melakukan kejahatan terhadap yang lemah. Sebaliknya,
kepercayaan tentang adanya hari pembalasan menjadikan selalu awas dan waspada, dan kalau
dia mengahdapi orang lemah, ia tetap berhitung bahwa, kalau kini ia kuat dan dapat berlaku
berwenang-wenang atasnya, ada hari dimana manusia semua akan diperlakukan Allh secara adil
dan ketika itu ia terancam mendapat balasan kejahatannya. Keyakinan bahkan dugaan ini akan
mampu menjadikan manusia berpikir dua kali sebelum melangkahkan kaki melakukan
dosa. (shihab, tafsir al-mishbah 2009, 146)
Menurut sumber lain, mereka memperolok kebenaran dan menganggapnya kebohongan
saja.(Ali 1995, 1580)
Orang-orang yang apabila dibacakan al-quran, mengatakan: Al-Quran itu bukan
wahyu yang diturunkan dari Allh, tetapi nkumpulan cerita orang-orang purbakala, yang
diterima dari orang lain.(ash-Shiddieqy 2003, 4525)

3. Al-quran surat Al-Baqarah ayat 121

)
Artinya:orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan
yang sebenarnya[84], mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya,
Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.(QS. Al-Baqarah:121)
a. Makna Mufrodat

Orang-orang yang


Telah kami beri mereka


Kitab


Mereka membacanya


Sebenar-benarnya
Bacaannya


Mereka itulah


Mereka beriman


Kepadanya


Dan barang siapa


Dia ingkar


Kepadanya


Maka mereka itulah


Merekalah


Orang-orang yang merugi






b. Asbabun nuzul
Ayat ini turun disebabkan orang-orang Yahudi meminta Nabi untuk berdamai dan mereka
berjanji kepada beliau, bahwa jika beliau ingin berdamai dengan mereka, maka mereka akan
mengikuti dan setuju dengan ajaran yang beliau bawa.(Zuhaili, et al. 2009, 20)

c. Makna global
Menurut tafsir an-nur dalam ayat-ayat ini Allh menjelaskan ada segolongan orang
Yahudi yang bisa diharapkan akan beriman, yaitu golongan yang memahami Kitabnya dan dapat
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mereka bisa memahami rahasia-rahasia
agama dan meyakini apa yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad saw adalah benar sesuai
dengan kemaslahatan manusia. Itulah orang-orang yang jiwanya bersih.(T. M. ash-Shiddieqy
2000, 120)
d. Pendapat mufasir
Menurut tafsir an-nur ayat ini memberikan penjelasan diantara ahli kitab ada segolongan
orang yang membaca Taurat dan meresapi isinya, serta menghayatinya. Mereka juga memelihara
lafal-lafal Taurat dan mamahami makna, rahasia, serta hikmah yang terkandung didalamnya.
Merekalah yang dipandang sebagai orang-orang yang berakal , karena mereka memahami apa
yang dibawa nabi muhammad adalah benar dan mereka menjadikannya sebagai petunjuk.
Mereka itu seperti Abdullah ibn Salam dan kawan-kawannya yang telah beriman kepada nabi.(T.
M. ash-Shiddieqy 2000, 198)
Menurut tafsir al-azhar ayat ini memberikan penjelasan kepada kaum muslimin,
bahwasanya apabila mereka membaca kitab al-quran yang diturunkan kepada mereka dengan
perantaraan nabi. Sebenar-benarnya membaca, yaitu difahamkan isinya dan diikuti, orang yang
semacam itulah yang akan merasai nikmat iman kepadanya. Kalau kita sambungkan dengan ayat
sebelumnya, bahwasannya yahudi dan nasrani tidak bersenang hati, sebelum orang islam
mengikuti agama mereka, maka orang islam yang tidak memperhatikan, membaca dan mengikuti
al-Quran yang akan dapat mengikuti agama yang lain. Setelah ahli tafsir
mengartikanyatlnahu dengan membaca dan mengikutinya. Al-azhar pun menggabungkan kedua
arti itu, membaca dan mengikuti. Jangan hanya semata-mata hanya membaca, padahal tidak
diikuti. Jadi, setelah membaca maka ikuti apa yang telah dibaca. (hamka, 1982)
Adapun menurut tafsir al-maraghi maksud dari ayat ini adalah diantara ahli kitab ada
yang mempelajari kitab taurat dengan penuh pengertian, hingga mampu memahami secara detail.
Mereka juga menjaga kefasihan kata-katanya dan memikirkan makna yang terkandung, di
samping memahami hukum dan rahasia-rahasia. Mereka adalah orang-orang yang mengetahui
bahwa yang dibawa muhammad adalah kebenaran. Karenanya, golongan ini mau beriman
kepada rasulullah saw. Dan memakai petunjuk yang lurus ini. Di antara mereka, abdullah ibnu
salam dan kaum yahudi lain yang mengikuti jejaknya. Mereka adalah pemimpin yang keras
kepala dan orang-orang yang bodoh terhadap perkataan orang-orang kelompok pertama. Mereka
adalah orang-orang yang rugi karena kehilangan kebahagiaan di dunia, kemuliaan, kejayaan
yang Allh anugerahkan kepada siapa saja yang membeda agama-Nya. (Al-maraghi, 1992)
Dari tafsir al mishbah (syihab, 2007)Setelah mengancam siapa diantara ahl kitab yang
wajar diperingati dan diancam karena mengubah kandungan al-kitab, dijelaskan di sini kelompok
yang wajar mendapat berita gembira. Mereka adalah orang-orang yang telah kami berikan
kitab yakni taurat dan injil, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya yakni
mengikuti tuntutanannya secara baik dan sempurna serta sesuai dengan apa yang diturunkan
Allh tanpa melakukan atau mempercayai perubahan yang ada, mereka ituyakni yang sungguh
tinggi kedudukannya di sisi Allh beriman kepadanya yakni kepada kitab suci. Dan barang
siapa yang ingkar yakni kepada kitab suci, maka mereka itulah bukan selain mereka orang-
orang yang benar-benar rugi, celaka dan binasa. Kalimat yatlnahu haqqa tilwtihi yakni
mereka membaca dengan tekun sambil mempelajari secara sungguh-sungguh kandungannya,
lalau mengikuti bacaan itu dengan pengalaman yang benar.
Menurut tafsir al-aisar dalam ayat ini Allh taala memberitahukan bahwa mereka yang
diberi kitab taurat dan injil, lalu mereka senantiasa mengkajinya secara benar, mereka tidak
menyelewengkan dan tidak menyembunyikan isinya, mereka itulah orang-orang yang benar-
benar beriman kepada Al-kitab. Barang siapa dari ahli kitab yang beriman kepada Allh dan ia
membacanya dengan sungguh-sungguh, maka sudah pasti ia akan beriman kepada nabi
muhammad yang ummi (buta huruf) dan mau masuk ke dalam agamanya. Jalan petunjuk ilahi
bisa ditempuh melalui tilwa kitab Allh taala secara sungguh-sungguh, yaitu dengan
memperindah bacaan, menghayati isi petunjuknya, mengimani ayat yang muhkamat maupun
ayat mutasyabihat, menhalalkan apa yang dihalalkan dan mengaharamkan apa yang diharamkan,
serta menegakan batas-batas ketentuannya sebagaimana menegakan (membaca dengan baik dan
benar) huruf-hurufnya. (Al-jazairi, 2008)
Di dalam tafsir al-muyasar dikatakan bahwa maksud dari ayat ini adalah orang-orang
yang telah diberi kitab mereka menjalankan isinya dengan penuh ketaatan, berpetunjuk dengan
petunjuknya, menghalalkan apa yang dihalalkan olehnya, mengharamkan apa yang diharamkan
olehnya, mengamalkan semua hukum-hukumnya, dan mempercayai hal-hal yang hanya
diketahui oleh Allh maksudnya dari isi kitab tersebut maka mereka itulah orang-orang yang
benar-benar mempercayai dan memegangnya. Mereka bukan termasuk orang-orang yang
membeda-bedakan kitab-kitab Allh dan para rasul-Nya dengan berkata, kami beriman kepada
sebagian dan kafir kepada sebagian yang lain. Ketahuilah, barang siapa berperilaku seperti ini
maka ia telah keluar dari ketaatan kepada kami, membangkang dari syariat kami, dan melanggar
janji kami. Dan balasan baginya adalah kerugian, kebinasaan, dan siksaan yang kekal. (al-Qarni,
2007)
Menurut tafsir ibnu katsir yang dimaksud orang-orang dalam ayat ini adalah para sahabat
rasulullah. Barang siapa diantara ahlul kitab yang menegakan kitab Allh yang diturunkan
kepada para nabi terdahulu dengan sebenar-benarnya, maka ia akan berfirman kepada apa yang
engkau bawa. Jika kalian benar-benar menegakan taurat, injil, dan Al-quran, beriman kepadanya
dengan sebenar-benarnya, serta membenarkan kandungannya yang memuat berita-berita
mengenai pengutusan nabi muhammad saw, sifat-sifatnya, perintah untuk mengikutinya dan
membantu serta mendukungnya, niscaya hal itu akan menuntun kalian kepada kebenaran dan
menjadikan kalian mengikuti kebaikan di dunia dan di akhirat.(syaikh, 2009)
Menurut ath-tabari(isawi, 2009) Amru bin ali menceritakan kepada kami, ia berkata: Al
muammil menceritakan kepada kami, ia berkata: sufyan menceritakan kepada kami, ia berkata:
yazin menceritakan kepada kami dari murrah, dari abdullah; tentang firman Allh mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya ia berkata, mengikutinya dengan sebaik-
baiknya. Ada juga yang berpendapat bahwa ayat ini menjelaskan tentang maksud dari ayat ini
adalah membaca dengan bacaan yang sebenarnya adalah dengan menghalalkan yang halal dan
mengharamkan yang haram, membacanya sesuai yang diturunkan Allh, tidak mengubah
perkataan dari tempat-tempatnya, dan tidak mentakwilkan sesuatu diluar takwilnya.
4. Al-Quran surat al-anfal ayat 2

)
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman[594] ialah mereka yang bila disebut nama Allh[595]
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al-Anfal:2)

a. Makna Mufrodat

Sesungguhnya


Orang-orang yang beriman


Orang-orang yang


Apabila


Disebutkan


Allh


Gemetar


Hati mereka


Dan apabila


Dibacakan


Kepada mereka


Ayat-ayatnya


Maka ia menambahkan mereka


Keimanan


Dan kepada


Tuhan mereka


Mereka bertawakal




b. Asbabun Nuzul
Ayat ini turun berkenaan dengan pembagian harta rampasan Perang Badar. Ayat ini
tentang cara pembagian rampasan perang dan diperuntukan bagi siapa, apakah bagi sahabat
Muhajirin, atau sahabat Anshar, atau dua-duanya. (Zuhaili, et al. 2009, 178)
c. Makna global
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa Allhlah yang menetapkan pembagian harta rampasan
perang. Selain itu menjelaskan tentang sifat-sifat mukmin yang hak (benar), yaitu :
gentarhatinyajikadiingatkan (disebut) nama Allh, bertambah imannya apabila ayat-ayat Allh
dibaca di depannya, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allh (tawakal), mendirikan
sembahyang dan menafkahkan sebagian hartanya.(T. M. ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur'anul
Majid An-Nur 2000, 1548)
d. Pendapat para mufassir
Menurut tafsir an-nur berpendapat bahwa semuua orang mukmin yang benar dan hatinya
tulus ikhlas dalam beriman adalah mereka yang memiliki lima sifat seperti diuraikan berikut ini.
Pertama, mereka yang apabila ingat kepada Allh, mengakui kebesaran-Nya, serta mengingat
janji dan ancaman-Nya, maka timbulah ketakutan dalam jiwanya. Kedua, mereka yang apabila
dibacakan atau membacakan al-Quran yang diturunkan kepada Muhammad, maka bertambahlah
imannya, berangsur-angsur sempurnalah keyakinannya dan meningkatlah kesungguhan beramal.
Orang mukmin semakin banyak dalil yang diperolehnya semakin kuat hujjah yang didapatinya,
akan semakin tinggi imannya, semakin tertanam dalam akidahnya dan semakin mengerjakan
amalan yang baik. Ketiga, mereka sepenuhnya menyerahkan diri kepada Allh, tidak kepada
sesuatu yang lain, mereka bertawakal dan beramal degngan sesungguh hati, disamping
mengerjakan ibadat agama. Ketiga sifat tersebut ini merupakan sifat hati yang berkaitan dengan
hati. Adapun dua sifat lainnya yang berkaitan dengan amalan fisik.(T. M. ash-Shiddieqy, Tafsir
Al-Qur'anul Majid An-Nur 2000, 1547)
Dalam tafsir al maraghi juz 7,8,9 hal 311 disebutkan bahwa orang yang benar benar
beriman yaitu, orang-orang yang ikhlas dalam keimanan mereka adalah orang orang yang ingat
kepada Allh dalam hati mereka maka mereka merasa takut terhadap kebesaran dan kekuasan
Allh terhadap janji ancaman dan perhitungannya kelak terhadap hamba-hambanya. Dan apabila
dibacakan kepada ayat-ayat Allh yang diturunkan kepada Nabi-Nya yang terakhir maka
bertambah yakinlah mereka dalam beriman, bertambah mantaplah mereka dalam ketentraman
dan bertambah semangat dalam beramal. Bahwa orang-orang yang beriman itu bertawakal
kepada Tuhan semata-mata, tanpa menyerahkan urusan mereka kepada selain Allh siapa saja
yang yakin bahwa Allh lah yang mengatur segala urusannya dan segala urusan alam semesta
ini, dia tidak mungkin menyerahkan urusan-urusaan itu sedikitpun kepada selain Allh.
Dalam tafsir dalam tafsir al-qurthubi jilid hal. 923 disebutkan bahwa para ulama berkata
ayat ini merupakan dorongan kepada kaum Muslimin untuk menaati perintah Rasulullah saw.
Yang berkaitan dengan pembagian harta rampasan perang. Kalimat Dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambah iman mereka (karenanya), maksud ayat ini adalah
keyakinannya semakin bertambah. Keimanan seseorang pada hari ini merupakan tambahan dari
keimamannya di hari kemarin. Orang yang meyakini sesuatu hal untuk kedua dan ketiga kalinya,
maka hal itu merupakan tambahan bagi keyakinan sebelumnya. Ada yang berpendapat bahwa
maksudnya adalah dada mereka bertambah lapang dengan banyak ayat dan dalil yang didengar.
Dalam tafsir ibnu katsir jili 4 hal 6 disebutkan bahwa Imam Bukhari dan imam-imam
lainnya telah menjadikan ayat ini dan ayat semisal lainnya sebagai dalil yang membuktikan
bahwa iman itu bertambah dan tingakatannya di dalam hati berbeda-beda, sebagaimana pendapat
jumhur ulama. Makdud kalimat Dan kepada Rabb-lah mereka bertawakal adalah mereka tidak
mengharap selain Dia kepada-nya tidak berlindung kecuali di sisi-Nya tidak meminta kebutuhan-
kebutuhannya kecuali dari-Nya. Mereka pun mengetahui bahwa apa yang dikehendaki Allh
pastilah terjadi dan apa yang tidak Allh kehendaki tidaklah terjadi. Dialah yang mengatur
kerajaan-Nya, Dialah yang tunggal dan tiada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang menolak
keputusan-Nya dan Allh-lah yang Mahacepat hisab-Nya.
Dalam tafsir al-Misbah volum 5 hal 375 dijelaskan bahwa ayat ini Allh menjelaskan
sebagian sifat yang menyandang predikat mukmin yaitu: Orang-orang mukmin yang mantap
imannya dan kukuh lagi sempurna keyakinannya hanya mreka yang membuktikan pengakuan
iman dengan perbuatan sehingga apanbila disebut nama Allh sekedar mendengar kata itu,
getarlah hati mereka karena mereka sadar akan kekuasaan dan keindahan serta keagungan-Nya
dan apabila dibacakan oleh siapapun kepada mereka ayat-ayat-Nya, ia yakni ayat-ayat itu
menambah iman mereka karena memang mereka telah mempercayai sebelum dibacakan,
sehingga setiap ia mendengarnya kembali tebuka lebih luas wawasan mereka dan dan terpancar
lebih banyak cahaya ke hati mereka dan kepercayaan itu menghasilkan rasa tenang mengahadapi
segala sesuatu sehingga hasilnya adalah dan kepada Tuhan mereka saja mereka berserah diri.
Dalam Tafsir Al Azhar juz 7,8,9 hal 250 disebutkan bahwa apabila ada orang yang
mengakui dirinya beriman, belumlah diterima iman itu dan belumlah terhitung ikhlas, kalau
hatinya belum bergetar mendengar nama Allh disebut orang. Apabila nama itu disebut,
terbayanglah dalam ingatan orang yang beriman itu betapa maha besarnya kekuasaan Allh,
mengadakan, menghidupkan, mematikan, dan melenyapkan. Dan ingatan kepada Allh itu bukan
semata-mata karena disebut, melainkan karena melihat pula bekas kekuasaan-Nya. Maka merasa
takutlah ia kalau-kalau usianya akan habis padahal ia belum melaksanakan apa yang
diperintahkan oleh Allh.
5. Al-Quran surat Al-Imran ayat 164

)

Artinya: sungguh Allh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allh mengutus
diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat Allh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab
dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar
dalam kesesatan yang nyata.(QS. Al-Imran:164)
a. Makna Mufrodat

Sungguh telah


Memberi karunia


Allh


Kepada


Orang-orang beriman


Ketika


Dia mengutus
Diantara mereka


Seorang rasul
Dari


Mereka sendiri


Dia membacakan


Kepadanya


Ayat-ayatnya


Dan membersihkan mereka


Dan mengajarkan kepada mereka


Kitab


Dan hikmah


Dan jika


Mereka dahulu


Dari


Sebelum
Sungguh dalam


Kesesatan


Yang nyata




b. Asbabun Nuzul
Ibnu Abbas berkata,Ayat ini turun ketika sebuah topi merah yang hilang setelah Perang
Badar, lantas sebagian orang berkata, Mungkin Rasulullah mengambilnya, Lalu Allh
menurunkan ayat, dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat.(Zuhaili, et al. 2009, 72)
c. Makna global
Sesungguhnya Allh s.w.t. telah memberi karunia dan memuliakan kaum Muslimin
dengan mengutus Muhammad s.a.w. yang beraal dari bangsa dan kabilah mereka sendiri; agar
mereka mengikuti beliau dan menjadikan beliau sebagai panutan bagi mereka. Beliau
membacakan ayat-ayat Allh s.w.t. bagi mereka, menjelaskan segala hokum, menunjukkan budi
pekerti yang paling mulia,membersihkan hati mereka dari kotoran, najis, sangsi dan keraguan,
serta mengajarkan kepada mereka al-Quran dan as-Sunnah. Padahal, sebelumnya mereka
tenggelam dalam kegelapan dan terperosok dalam pelanggaran. Mereka tidak memiliki cahaya
yang dapat member mereka petunjuk. Juga tidak ada pemimpin yang layak diikuti, tidak ada pula
syariat yang bisa dijadikan sandaran hukum. Mereka justru berada kesesatan yang besar dan
nyata. (al-Qarni, Tafsir Muyassar, 2007)

d. Pendapat mufasir
Allh telah menggambarkan sifat nabi dengan gambaran yang masing-masingnya
menunjukan suatu anugerah yang agung dan tidak ternilai:, Sesungguhnya Nabi saw. Berasal
dari mereka. Maksudnya beliau berasal dari kalangan bangsa Arab. Dengan demikian, mereka
akan lebih cepat menanggapi ajakannya, mengambil hidayah dengan petunjuknya. Sang nabi
akan lebih dipercaya oleh mereka dibandingkan jika beliau bukan berasal dari kalangan mereka.
Nabi membacakan untuk mereka ayat-ayat Allh yang menunjukan kekuasaan, keesaan dan
pengetahuan-Nya, agar jiwa manusia terarah padanya untuk mengambil faedah dan teladan
darinya. Sesungguhnya nabi menyucikan dan membersihkan jiwa mereka dari lidah palsu,
bujukan-bujukan wasaniy dan kotorannya. Sebab bangsa Arab dan lainnya sebelum islam, hidup
dalam kekacauan akhlak, akidah dan etika. Kemudian Nabi Muhammad saw. Mencabut dari
mereka akar-akar wasaniy dan mengenyahkan kepercayaan batil dari akidah mereka. Nabi saw.
Mengajari mereka Al-Kitab (Al-Quran) dan hikmah (hadis). Mengajarkan Al-Kitab berarti
memaksakan mereka agar mau belajar menulis dan membebaskan mereka dari kebuta hurufan
menuju cahaya ilmu dan pengetahuan. Nabi meminta agar mereka menulis Al-Quran dan beliau
membentuk sekretaris-sekretaris wahyu. (al-maraghi 1993)
Menurut tafsir al-Qurthubi firman Allh SWT,

berada pada posisi nasab


dan ia adalah naat (sifat) bagi . makna

adalah membaca tilaawatan artinya perihal


membaca. (Al-Qurthubi, tafsir Al-Qurthubi 2008)
Adapun menurut tafsir al-muyassar ayat ini menjelaskan tentang, sesungguhnya Allh
telah memberikan karunia dan memuliakan kaum muslimin dengan mangutus Muhammad SAW.
Yang berasal dari bangsa dan kabilah mereka sendiri, agar mereka mengikuti beliau dan
menjadikan beliau sebagai panutan bagi mereka. Beliau membacakan ayat-ayat Allh bagi
mereka, menjelaskan secara hukum, menunjukan budi pekerti yang paling mulia, membersihkan
hati mereka dari kotoran,najis, sangsi, dan keraguan, serta mengajarkan kepada mereka al-quran
dan as-sunnah. Padahal sebelumnya mereka tenggelam dalam kegelapan dan terperosok dalam
pelanggaran. Mereka tidak memiliki cahaya yang dapat memberi mereka petunjuk. Juga tidak
ada pemimpin yang layak diikuti, tidak ada pula syariat yang bisa dijadikan sandaran hukum.
Mereka justru berada dalam kesesatan yang besar dan nyata. (al-Qarni 2007, 327)
Menurut M.Quraish Shihab volum 2 dijelaskan bahwa Allh swt. mengutus Nabi
Muhammad saw. kepada seluruh manusia tetapi karena yang meraih manfaat dari kehadiran dan
memperoleh anugrah dari pengutusan beliau sebagai Rasl Allh hanyalah orang-orang mukmin
maka ayat diatas yang memang dalam konsteks pembicaraan tentang anugrah ilahi. Sebagian
ulama memahami kata min anfusuhim yang diterjemahkan dari kalangan mereka sendiri, bukan
dalam arti jenis manusia, tetapi dari golongan mereka yakni orang Arab. Selain itu ada juga
memahami kata anfusihim dalam pengertian yang seluas-luasnya, pertama dari lingkungan
mereka sehingga Nabi yang luas itu, dikenal sejak kecil hingga dewasa pengenalan yang sangat
luas serta pengenalsifat-sifatnya yang terpuji (Shihab 2008, 264).
Dalam tafsir Al-Aisar jilid 2 hal. 247 ayat ini merupakan penjelasan Allh tentang
anugrah Allh kepada orang-orang yang beriman dari bangsa Arab, berupa diutusnya seorang
Rasul Allh kepada mereka. Rasul ini membacakan ayat-ayat Allh kepada mereka sehingga
mereka beriman dan mencapai kesempurnaan iman; ia mensucikan jiwa-jiwa mereka dari bahaya
syirik dan kegelapan kekafran melalui hidayah yang ia bawa ia menyeru ke jalan Allh dengan
beriman dan melaksanakan amal saleh berakhlak mulia dan beretika yang luhur dan ia
mengajarkan kepada mereka al-quran yang berisi aturan-aturan syariat, hidayah dan ilmu
hikmah untuk memahami rahasia-rahasia yang terkandung di dalam al-quran dan as-Sunnah.
Nikmat besar begitu jelas bagi siapapun yang mengingat kondisi kepada bangsa Arab pada
zaman jahiliyah sebelum kedatangan rasul tersebut kepada mereka (Al-Jaizari 2007, 247)
Adapun menurut tafsir ibnu katsir maksud dari ayat ini adalah di mana rasul yang diutus
kepada mereka itu adalah dari jenis mereka sendiri, sehingga dengan demikian mereka akan
dapat berkomunikasi dan menjadikannya tempat rujukan dalam memahami firmannya. Firman
Allh yang memiliki arti yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allh yakni
memerintahkan kepada mereka dari perbuatan munkar, agar dengan demikian mereka dapat
menyucikan diri mereka dari kotoran dan najis yang menyelimuti mereka ketika masih dalam
keadaan jahiliyah yang meliputi kemusyrikan. (DR 2004, 181)













BAB III
Implikasi tilwa dalam kependidikan

Ada beberapa tujuan pendidikan yang bisa diambil dari konsep tilwa menurut Al-Quran :
1. Mengembangkan minat dan kebiasaan membaca
Membaca adalah suatu kegiatan fisik dan mental. Melalui membaca informasi dan
pengetahuan yang berguna bagi kehidupan dapat diperoleh. Inilah motivasi pokok yang dapat
mendorong tumbuhnya dan berkembangnya minat membaca. Apabila minat ini sudah tumbuh
dan berkembang, sudah mulai suka membaca, maka kebiasaan membaca pun akan berkembang.
Tempat yang terbaik untuk menumbuhkan minat dan mengembangkan kebiasaan membaca
adalah di rumah, terutama karena suasana kekeluargaan itu.Waktunya sebaiknya sedini mungkin
semasa kanak-kanak. (Tampubolon, 1993, hal. 41)
Sedangkan menurut (Yamin, 2010, hal. 106) membaca adalah suatu cara untuk
mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pndapat,
gagasan, teori-teori, hasil penelitian para ahli untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa.
Menurut Steinberg menggariskan lima prinsip pokok pengajaran membaca dini :
a Materi bacaan harus terdiri atas kata-kata , frase-frase, dan kalimat-kalimat yang bermakna ,
terutama dari segi pengalaman anak.
b Membaca terutama harus didasarkan pada kemampuan memahami bahasa lisan, dan bukan pada
kemampuan berbicara.
c Membaca bukan mengajarkan (aspek-aspek bahasa) atau konsep-konsep.
d Membaca tidak harus bergantung pada pengajaran menulis.
e Pengajaran membaca harus menyenangkan bagi anak.
Tentunya dalam mengembangkan minat dan kebiasaan membaca pada peserta didik harus
ada usaha-usaha yang dilakukan oleh pendidik di sekolah maupun di rumah yakni orang
tua.Sehingga selaku pendidik di Sekolah yakni sosok seorang guru harus memberikan motivasi
agar peserta didiknya mau membaca dan tugas dari pendidik di rumah yakni orang tua adalah
dengan membiasakan budaya membaca di rumah.
Orang tua harus menjadi tei ladan bukan hanya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
umumnya, tetapi juga dalam membaca.Ibu hendaklah menjadi pecinta buku, dalam arti membuat
membaca menjadi kebiasaan pribadi dan keluarga. (Tampubolon, 1993, hal. 48)
Seperti ayah dan ibunya membiasakan membaca buku atau surat kabar.Itulah sebabnya maka
anak yang berusia satu sampai tiga tahun kadang-kadang tiba-tiba kedekat ibunya atau bapaknya
yang sedang membaca, seraya mengambil bacaan itu dan meniru apa yang telah dilakukan oleh
bapak atau ibunya. Itulah salah satu cara untuk mengembangkan minat dan kebiasaan membaca
pada seorang anak atau peserta didik.
2. Membimbing peserta didik dalam pelajaran membaca
Dasar yang paling utama dan yang paling penting untuk mengadakan suatu kerjasama yang
baik adalah saling pengertian yang mantap. Kerjasama antara orang tua dan guru dalam
membimbng peserta didik dalam pelajaran membaca. Maksudnya seperti yang telah dipaparkan
diatas orang tua di rumah membantu anaknya dalam pelajaran membaca salah satunya dengan
bentuk perhatian, ucapan orang tua hendaklah bersifat mendorong dengan memberikan
penghargaan berupa pujian atas apa yang telah dipelajarinya.
Dan dari pihak guru hendaknya tidak hanya mendorong atau memotivasi peserta didi saja
tetapi alangkah baiknya mengadakan pertemuan dengan orang tua khusus membahas kegiatan
belajar mengajar di Sekolah seperti membaca, memang perlu dukungan juga dari orang tua agar
peserta didik mau membiasakan membaca dari sejak dini.
3. Membaca membantu melihat inti masalah dan menambah wawasan intelektual

Setiap siswa dituntut banyak membaca, membaca akan membuat lebih mudah melihat apa
yang sedang dibicarakanseorang penceramah, guru, dosen, sebuah buku dan sebuah program
komputer. Siswa visual akan menjadi lebih baik bila dia melihat contoh nyata dari dunia nyata,
seperti diagram, peta konsep, peta gagasan, ikon gambar, dan gambar dari segala macam hal
ketika mereka sedang belajar.
Belum ada sejarah yang tercatat di dunia bahwa seseorang yang cerdas, memiliki daya
intelektual tinggi padahal dia tidak suk membaca, atau pengetahuan yang didapatkannya melalui
semedi. Rasl Allh Muhammad SAW pertama kali mendapat wahyu dari Allh adalah tentang
anjuran untuk membaca iqra.
Intelektual seseorang akan menjdi tajam manakala dia selalu membaca buku, informasi,
meneliti atau membaca hasil penelitian orang kemudian mengimplementasikan, dia dapat
berfikir rasional dengan hasil pengetahuan yang didapat melalui membaca, dan hasil kajiannya
berdasar teori yang ia baca.
Dalam buku yang berjudul Kiat Membaca Siswayang dikarang oleh Dr. Martinis Yamin,
M.Pd. mengungkapkan bahwa banyak aspek yang dilahirkan dari membaca dan membuat
intelektual eseorang bertambah tajam, seperti :
a. Mampu memecahkan masalah yang dihadapi
b. Mampu menganalisa pengalamannya
c. Mampu mengerjakan perencanaan strategismampu melahirkan gagasan kreatif dan inovatif
d. Mampu mencari dan menyaring informasi
e. Mampu merumuskan pertanyaan
f. Manpu menciptakan model mental
g. Mampu menerapkan gagasa baru pada pekerjaan
h. Mampu meramalkan implikasi suatu gagasan baru pada pekerjaan
i. Mampu meramalkan implikasi suatu gagasan
4. Meningkatkan kemampuan membaca
Menurut Sudarmanto sebagaimana yang dikutip oleh Yamin (2010: 119) kemampuan
sesorang membaca sangat ditentukan oleh bahan yang dibaca. Semakin berat bahan bacaan,
semakin sedikit jumlah kata yang berhasil dibaca, demikian sebaliknya semakin ringan bahan
bacaan semakin banyak jumlah kata yang berhasil dibaca.
Ada kiat untuk membuktikan, kita sudah berkonsentrasi atau siap untuk membaca dengan
mencoba :
a. Ambil segemgam beras, kemudian hitung butiran beras sampai seratus, setelah beras tersebut
dihitung, coba lagi menghitungnya kembali, bila ternyata hitungan kita tepat seratus butir
menunjukkan kita sudah berkonsentrasi, bila hitungan meleset kurang atau lebih berarti kita
belum berkonsentrasi
b. Dapat dilakukan dengan cara menghitung langkah, buat garis di halaman rumah kemudian
langkahkan kaki kita sampai ke 40 atau 50 ,setelah itu kembali ke garis yang kita buat, jika
jumlah langkah yang dilakukan sama maka kita sudah berkonsentrasi jika eleset maka kita belum
konsentrasi dan belum siap.
5. Dengan membaca dapat meningkatkan kualitas keimanan seseorang.
6. Sifat guru
Menurut Isa (1994: 131) salah satu kiat sukses pendidikan Islam adalah keteladanan,
karena untuk membangkitkan semangat iman dalam jiwa para siswa, dimana semangat itu
dijadikan hakikat yang nyata dikalangan siswa. Maka setiap guru dalam pendidikan Islam harus
mampu memberikan contoh keteladanan dan sebagai panutan yang baik bagi peserta didiknya.
Bisa menyelaraskan pemikiran dengan amal perbuatan. Sehingga guru yang memiliki sifat, sikap
dan keteladanan yang dapat dijadikan panutan bagi para anak didknya, pada gilirannya akan
merasa yakindengan kemampuan akal pikirannya.
Selain sifat keteladan yang harus dimilki oleh seorang guru adalah kebiasaan tindakan,
yakni seorang guru hendaklah berusaha membiasakan dirinya berbuat sesuai dengan ilmu yang
diajarkannya. Seorang guru mampu berbuat sama persis dengan apa yang diajarkannya, biasa
bersifat, bersikap dan bertindak sesuai dengan ilmu yang diajarkannya, maka peserta didk pun
akan berbuat demikian. ('Isa, 1994, hal. 133)
Berkaitan dengan firman Allh dalam Al Quran Surat Al-Anfal ayat 2
7 . E^^) ]ONLg`u^- 4g~-.- -O)
4OgO +.- ;eU_4 gOU~ -O)4
> U ) O 4 e ; N 4 U O g j 7 4 - C 4 - + O + e E 1- E ^ g
4LEC) _O>4N4)_)4O 4pOU-4O4-4C
^g
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berimani ialah mereka yang bila disebut
nama Allh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. Al-Anfal[8]:2)

Implikasi dari ayat tersebut yang bisa kita ambil, hendakalah seorang guru memiliki sifat
tawakal karena guru dituntut berusaha sekuat tenaga demi mencapai target pembelajaran. Segala
upaya harus dilakukan, agar anak didiknya menjadi paham dan pandai. Bahkan kebanggaan
tertinggi seorang guru tercapai ketika melihat anak didiknya memiliki prestasi yang
diperhitungkan ditengah masayarakat. Namun disis lain, seorang guru harus pula ingat bahwa
yang sedang dihadapinya adalah manusia. (Munir, 2007, hal. 22)



BAB IV
Penutup

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang bisa kita ambil dari makalah ini adalah Tilwa menurut kamus besar
bahasa indonesia memiliki arti pembacaan (ayat Al-quran) dengan baik dan indah.(nasional
2008). Sedangkan dalam kamus Al-Munawir kata () sama () yang artinya
bacaan. (Munawwir, 1997, hal. 138). Begitupun dalam Kamus Kontemporer Arab-
Indonesia artinya membaca, artinya bacaan atau tilwa . (Muhdlor, 1998) Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengertian tilwa menurut bahasa adalah bacaan.
Tilwa menurut istilah seperti yang diungkapkan Ziad Khaled Moh al-Daghameen dalam
tulisannya Al-Qur`an : Between The Horizons of Reading and Recititation", yang dikutip
oleh (Harun, 2008) menyebutkan, tilwa adalah mengikuti petunjuk dan aturan-aturan (sunan)
kitab suci. Ini berarti keharusan berkesinambungan dalam memahami makna dan kebenaran-
kebenaran (haqa,iq)-nya dalam hati. Berbeda dengan tilwa lebih dikhususkan untuk al-Quran
saja. Menurut Abu Hilal al-Askari yang dikutip dari Ar-Raghib al-Asfahani di dalam al-Furq
al-Lughawiyah dan Murtadha az-Zubaidi di Tj al-Urs menyatakan bahwa at-tilwah itu
dikhususkan untuk mengikuti kitabullah dengan membaca (qiraah) dan mematuhi (irtism)
kandungannya baik perintah, larangan, motivasi atau ancaman. Jadi at-tilwah itu lebih khusus
dari qiraah, setiap tilwa adalah qiraah, tetapi tidak setiap qiraah adalah tilwa . (Banjar,
2011). Jadi, dapat disimpulkan pengertian tilwa secara istilah adalah membaca dan memahami
isi kandungan Al-Quran serta memahaminya.
Adapun implikasi pembelajaran yang bisa diambil dari lima surat yang telah penyusun
pilih adalah:
1. Mengembangkan minat dan kebiasaan membaca
2. Membimbing peserta didik dalam pelajaran membaca
3. Membaca membantu melihat inti masalah dan menambah wawasan itelektual
4. Meningkatkan kemampuan membaca
B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini adalah supaya kita
beriman kepada kitab-kitab yang Allh turunkan yang meliputi kitab Taurat, Zabur , Injil dan Al
Quran, sebagai salah satu dari rukun iman yang kedua yakni beriman kepada kitab-kitab Allh.
Sebagai seorang muslim hendaknya menjalankan isi dari Al-Quran dengan penuh
ketaatan, berpetunjuk dengan petunjuknya, menghalalkan apa yang dihalalkan olehnya,
mengharamkan apa yang diharamkan olehnya, mengamalkan semua hukum-hukumnya
Kemudian dalam beberapa surat juga yang berkaitan dengan konsep tilwadalam Al-
Quran, menganjurkan kepada kita untuk membiasakan membaca mulai dari sejak dini, karena
melalui membaca kita dapat menambah wawasan dan memperluas pengetahuan. Serta setiap
seseorang bertambah luas ilmunya karena membaca maka seharusnya bertambah pula keimanan
mereka, karena semua ilmu pengetahuan yang ada didunia ini tidak lepas semua itu datang nya
dari Allh SWT.
Penulis juga menyarankan untuk pendidik baik yang berperan di rumah yakni orang tua
ataupun yang berperan di Sekolah yakni guru, hendaknya memotivasi peserta didik untuk
membiasakan membaca dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan. Karena orang tua dan
guru adalah sosok pendidik bagi peserta didik. Sehingga orang tua dan guru juga diharapkan
menjadi teladan bagi bagi peserta didik dengan membiasakan membaca.
Unruk mahasiswa kebiasaan membaca itu sudah harus tertanam dan menjadi kebiasaan
serta kebutuhannya. Kebiasaan membaca ini akan memudahkannya untuk mendapakan ilmu atau
pun informasi. Dan jika anda belum memulainya maka mulailah dari sekarang dan jika malas
paksakanlah. SEMANGAT MEMBACA.



Daftar Pustaka

Ali, Abdullah Yusuf. Qur'an Terjemah dan Tafsirnya. Dialihbahasakan oleh Ali Audah. Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1995.
Al-Jaizari, Syaikh Abu Bakar Jbir. Tafsir Al-Qur'an Al-Aisar Jilid 2. Jakarta : Daruss Sunnah, 2007.
Al-jazairi, abu bakar jabir. tafsir Al-Aisar. Dialihbahasakan oleh azhari hatim dan abdurrahim mukti.
Vol. 1. jakarta: darus sunnah press, 2008.
Al-jazairi, syaikh abu bakar jabir. tafsir Al-quran Al-aisar. Dialihbahasakan oleh fityan amaliy dan edi
suwanto. jakarta: darus sunnah, 2009.
Al-maraghi, ahmad mustafa. tafsir Al-maraghi. Dialihbahasakan oleh anwar rasyidi, anshori umar
sitanggal, hery noer aly dan bahrun abubakar. Vol. 1,2, dan 3. semarang: karya toha putra
semarang, 1992.
al-maraghi, ahmad musthafa. tafsir al-maraghi. Dialihbahasakan oleh bahrun abu bakar dan hery noer
aly. Vol. 4,5,dan 6. semarang: karya toha putra semarang, 1993.
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. TafsirAl-Maragi. Disunting oleh Anwar Rasyidi dan Mazmur Sya'roni.
Dialihbahasakan oleh Bahrun AbuBakar dan Hery Noer Aly. Vol. 4,5,6. Semarang: CV TOHA
PUTRA, 1993.
al-Qarni, aidh. tafsir Al-muyassar. Disunting oleh tim editor qisthi press. Dialihbahasakan oleh tim
penerjemah qisthi press. Vol. 1. jakarta: qisthi press, 2007.
Al-Qurthubi, syaikh imam. tafsir Al-Qurthubi. Disunting oleh ahmad zubairin. Dialihbahasakan oleh
dudi rosyadi, nashirul haq dan fathurrahman. Vol. 4. jakarta: pustaka azzam, 2008.
. tafsir al-qurthubi juz'ama. Disunting oleh m. sulton akbar dan mukhlis b. Dialihbahasakan oleh
dudi rosyadi dan faturrahman. jakarta: pustaka azzam, 2009.
ash-Shiddieqy, Tengku Muhammad Hasbi. Tafsir Al-Qur'anul Majid. Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra, 2003.
ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur. Vol. 1. Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra, 2000.
. Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur. Disunting oleh Nourozzaman Shiddiqi dan Fuad Hasbi ash-
Shiddieqy. Vol. 2. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000.
Banjar, Galuh. 26 Agustus 2011. http://galuhbanjar.wordpress.com/ (diakses November 02, 2011).
Baqi, Muhammad Fu'ad 'Abdul. Al-Mu'jam Mufahros lialfadzil Qur'an. Beirut: Dar al-mariefah, 2009.
DR, abdullah bin muhammad bin abdurrahman bin ishaq alu syaikh. tafsir ibnu katsir.Dialihbahasakan
oleh m. abdul ghoffar, abdurrahim mu'thi dan abu ihsan al-atsari. Vol. 2. bogor: pustaka imam
as-syafi'i, 2004.
Hamka. Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVIII. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985.
Hamka, prof. Dr. tafsir al-azhar. Vol. XXI. jakarta: pustaka panjimas, 1988.
hamka, prof.DR. tafsir al-azhar. Vol. 1,2 dan 3. jakarta: anggota IKAPI, 1982.
Harun, Ibnu. 02 Juli 2008. http://ibnuharun.multiply.com/journal/item/18 (diakses November 02,
2010).
Hatta, Ahmad. Tafsir Qur'an Per Kata. Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009.
'Isa, Kamal Muhammad. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: PT Fikahati Aneska, 1994.
isawi, muhammad ahmad. tafsir ibnu mas'ud. Dialihbahasakan oleh ali murtadho syahudi. jakarta:
pustaka azam, 2009.
Jabir, Syaikh Abu Bakar. tafsir Al-quran Al-Aisar. Disunting oleh team darus sunnah. Dialihbahasakan
oleh fityan amaliy dan Edi suwanto. Vol. 5. jakarta: darus sunnah, 2008.
juz'ama, tim penyusun tafsir. tafsir juz'ama universitas islam bandung. bandung: LSI unisba, 2008.
Kurnia, Iyus, Teteng Sopian, Yayan Suryana, Makbul, Sobar Nugraha , dan Mumung Maulana Al-
Ghifari. Al-Qur'an Qordoba. Bandung: Cordoba International Indonesia, 2012.
Muhdlor, Atabik Ali Ahmad Zuhdi. Kamus Kontemporer Arab Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya
Grafika, 1998.
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Penerbit Pustaka
Progressif, 1997.
Munir, Abdullah. Spritual Teaching. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007.
nasional, departemen pendidikan. kamus besar bahasa indonesia pusat bahasa. jakarta: gramedia
pustaka utama, 2008.
shihab, m.quraish. tafsir al-mishbah. Vol. 10. jakarta: lentera hati, 2009.
. tafsir al-mishbah. jakarta: lentera hati, 2009.
Shihab, Muhammad Shihab. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an Volum
2. Jakarta: Lentera Hati, 2008.
syaikh, abdullan bin muhammad bin abdurrahman bin ishaq alu. tafsir ibnu katsir. Disunting oleh
m.yusuf harun. Dialihbahasakan oleh m abdull ghoffar, abdurrahim mu'thi dan abu ihsan al-
atsari. Vol. 6. bogor: pustaka imam asy-syafi'i, 2004.
syaikh, DR. abdullah bin muhammad bin abdurrahman bin ishaq alu. tafsir ibnu katsir.Disunting oleh
m.yusuf harun. Dialihbahasakan oleh m abdul ghoffar, abdurrahim mu'thi dan abu ihsan al-atsari.
Vol. 1. bogor: pustaka imam as-syafi'i, 2009.
syihab, m.quraish. tafsir al-mishbah. jakarta: lentera hati, 2007.
Tampubolon. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak. Bandung: Angkasa, 1993.
Yamin, Martinis. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2010.
Zuhaili, Wahbah, Wahbi Sulaiman, Muhammad Adnan Salim, dan Muhammad Bassam Rusydi
Zein. Buku Pintar Al-Qur'an Seven in One. Disunting oleh Solihin, Abdul Rasyid Masykur dan
Amad Anis. Dialihbahasakan oleh Imam Ghazali Masykur, Ahmad Syaikhu dan M. Tatam
Wijaya. Jakarta Pusat: Penerbit Almahira, 2009.




kim Dini Rinjani 10:48
Twitter Facebook
:


: (Atom)

Cuteki cute

Cuteki kawaii

2012 (7)
o (7)
tawadhu
'iffah
zuhud
antropologi sosial
konsep tilawah dalam al-quran
muhkam mutasyabih
konsep dasar ilmu sosial

kim Dini Rinjani


Cuteki kawaii
Fish


Watermark. Blogger.

Anda mungkin juga menyukai