Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Banyak sekali kekerasan dan ketidak adilan dalam masyarakat yang berasal dari prasangka
dan diskriminasi. Dalam makalah ini akan membahas definisi dasar dari prasangka dan
diskriminasi , teori-teori mengenai penyebab dan bertahannya prasangka dan diskriminasi,
target prasangka dan diskriminasi, akibat-akibat yang ditimbulkannya, serta teknik-teknik
yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkannya .
Prasangka adalah sikap negatif terhadap orang lain yang lebih didasari oleh keanggotaaannya
dalam kelompok tertentu dan bukan karena karakteristik pribai yang dimilikinya. Prasangka
dapat bersifat covert dan overt. Jika prasangka sudah nyata dalam prilaku overt , maka
dikatakan sebagai diskriminasi. Berkembangnya prasangka dan diskriminasi ini dipicu oleh
adanya stereotip.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Stereotip, Prasangka, dan Diskiminasi ?
2. Bagaimana Asal Muasal Prasangka ?
3. Siapa saja Target Prasangka dan Diskriminasi ?
4. Bagaimana Bentuk Diskriminasi ?
5. Bagaimana Stigma dan dampak Lain dari Korban Prasangka ?
6. Bagaimana Penjelasan Prasangka di Tingkat Individu serta Kepribadian dari
Prasangka dan Diskriminasi ?
7. Bagaimana Mengendalikan Tingkat Prasangka dan Diskriminasi ?




2

1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu Stereotip, Prasangka, dan Diskiminasi
2. Untuk mengetahui Asal Muasal Prasangka
3. Utuk mengetahui siapa saja Target Prasangka dan Diskriminasi
4. Untuk mengetahui Bentuk Diskriminasi
5. Untuk mengetahui Stigma dan dampak Lain dari Korban Prasangka
6. Untuk mengetahui Penjelasan Prasangka di Tingkat Individu serta Kepribadian dari
Prasangka dan Diskriminasi
7. Untuk mengetahui cara pengendalikan Tingkat Prasangka dan Diskriminasi

1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Bagi mahasiswa, sebagai bahan bacaan yang dapat memperluas wawasan
pengetahuan khususnya mengenai stereotip, prasangka, dan diskriminasi
2. Bagi dosen, sebagai bahan masukkan terhadap materi-materi terkait
3. Bagi penulis, mendapatkan pengetahuan tentang tentang stereotip, prasangka dan
diskriminasi.










3

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STEREOTIP, PRASANGKA, DAN DISKRIMINASI
Prasangka adalah sebuah sikap ( biasanya bersifat negatif ) yang ditujukan bagi anggota-
anggota beberapa kelompok, yang didasarkan pada keanggotaannya dalam kelompok .
prasangka tidak harus tampil dalam perilaku yang berlebihan (over), tetapi sebagai tampilan
dalam perilaku yang dapat dilihat , maka kita dapat mendefinisikan sebagai diskriminasi .
Diskriminasi adalah perilaku negatif terhadap orang lain yang menjadi target prasangka .
Dasar dari munculnya prasangka dan diskriminasi adalah stereotip.
Stereotip adalah belief tentang karakteristik dari anggota kelompok tertentu, bisa positif atau
bisa juga negatif . walaupun dikatakan bahwa stereotip adalah dasar dari prasangka dan
diskriminasi, namun tidak berarti bahwa seseorang yang memiliki stereotip negatif mengenai
sebuah kelompok tertentu pasti akan menampilkan prasangka dan diskriminasi .
2.2 ASAL MUASAL PRASANGKA
a. Konflik Langsung Antarkelompok
Baron dan Byrne (2003) menerangkan bahwa orang berprasangka karena adanya kompetisi
atas sumber-sumber berharga yang terbatas . teori ini disebut sebagai realistic conflict theory.
Misalnya, jika ada sumber nafkah yang terbatas di sebuah komunitas , maka di antara
kelompok-kelompok yang ada di komunitas tersebut sangat mungkin terjadi prasangka satu
sama lain karena mereka saling berkompetisi atas sumber yang sama untuk mendaptkan
nafkahnya .
b. Teori Belajar Sosial
Prasangka berkembang karena individunya . misalnya seorang anak mempelajari prasangka
dengan cara mengamati ekspresi orang tuanya , gurunya , atau kelompok lainnya terhadap
target prasangka . proses belajar lain adalah melalui pengalaman yang bersifat vicarious

4

c. Kategorisasi Sosial
Menekankan adanya kenyataan mendasar yang membuat seseorang dapat berprasangka .
kenyataan mendasar tersebut adalah demi membuat dunia terlihat mudah terkontrol dan dapat
diprediksi, maka individu melakukan apa yang disebut sebagai kategorisasi. Misalnya orang
membedakan jenjang pendidikan , jenis buah , jenis binatang dan banyak lainnya .
kecenderungan untuk membuat atribusi yang positif dan menyenangkan mengenai anggota
ingroup-nya daripada terhadap anggota outgroup-nya disebut sebagai ultimate attribution
d. Stereotip
Stereotip adalah kerangka kognitif yang berisi pengetahuan dan belief tentang kelompok
sosial tertentu dan dilihat sebagai kapital yang dimiliki oleh anggota kelompok tertentu
tersebut.
Melihat pemrosesan yang kuat dari stereotip terhadap pemrosesan informasi yang masuk ,
maka dikatakan bahwa stereotip adalah inferential prisons, sekali ia terbentuk, mak ia akan
membentuk persepsi kita mengenai orang lain . informasi yang masuk mengenai orang
tersebut akan diinterpretasi sebagai konfirmasi dari stereotip kita.

2.3 TARGET DARI PRASANGKA DAN DISKRIMINSI
Vaughan dan Hogg (2005) menjelaskan bahwa terdapat kelompok-kelompok tertentu yang
biasanya menjadi target prasangka dan diskriminasi yaitu:
a. Seksisme
Prasangka dan diskriminasi yang paling banyak terjadi adalah dalam pembedaan antara pria-
wanita .contoh paling nyata di negeri ini adalah ketika masa RA Kartini .
dalam praktik seksismme ditempat lain , sering terjadi apa yang di sebut selective infanticide,
yaitu pembunuhan bayi perempuan atau fetus .
Adanya prasangka tampak juga berkaitan dengan stereotip tentang seks yang ada . penelitian
tentang stereotip jenis kelamin menunjukkan bahwa laik-laki maupun perempuan memiliki
belief bahwa laki-laki itu kompeten dan mandiri dan wanita itu hangat serta ekspresif .
5

b. Rasisme
Diskriminasi terhadap ras dan etnis tampaknya merupakan diskriminasi yang paling banyak
menimbulkan perdebatan brutal di muka bumi ini . contohnya sikap kulit putih terhadap
orang Negro di AS adalah negatif . mereka cenderung melihat bahwa kulit hitam
merefleksikan persepsi umum mengenai orang desa ,budak , dan pekerja kasar . namun
demikian bentuk deskriminasi yang tersamar dan halus ternyata ditemukan .
bentuk baru dari rasisme ini disebut sebagai aversive racism, modern racism, symbolic
racism, regressive racism, atau ambivalent racism.
c. Ageism
Prasangka dan diskriminasi terhadap lansia . biasanya dalam sebuah komunitas , lansia
biasanya diperlakukan dengan penuh hormat . karena kaum tua lebih berpengalaman , bijak
dan memiliki intuisi tajam yang biasanya tidak di miliki kaum muda . namun di masyarakat
lain , kaum tua diperlakukan sebagai pihak yang kurang berharga dan kurang memiliki
kekuasaan . masyarakat ini bahkan mengabaikan hak dasar manusia dari pada lansia ini .
d. Diskriminasi terhadap Kelompok Homoseksual
Ada pro-kontra dalam memandang homoseksual . ada yang melihat sebagai pilihan atas hak
hidup. Namun juga ada yang melihatnya sebagai perilaku yang devian dan tidak bermoral .
sikap negatif terhadap kaum homoseksualitas ini melahirkan aturan-aturan yang dapat
menghukum orang yang memperaktikkan homoseksualitas.
e. Diskriminasi Berdasarkan Keterbatasan Fisik
Prasangka dan diskriminasi terhadap orang-orang yang keterbatasan fisik . orang dengan
keterbatasan fisik selalu dipandang sebagai hal yang menjijikkan dan kurang bermartabat .




6

2.4BENTUK DISKRIMINASI
Diskriminasi mewujudkan dalam perilaku yang bervariasi , mulai dari yang halus atau
tersamar hingga yang nyata dan kasar . Vaughan dan Hogg (2005) menjelaskan bentuk-
bentuk diskriminasi itu sebagai berikut :
a. Menolak untuk Menolong ( Reluctance to Help )
Menulak untuk menolong (reluctance to help) yang berasal dari kelompok tertentu sering kali
dimaksudkan untuk membuat kelompok lain tersebut tetap berada dalam posisinya yang
kurang beruntung . misalnya organisasi yang menolak memberikan fasilitas khusus bagi ,jam
kerja paruh waktu.
b. Tokenisme
Tokenisme adalah minimnya perilaku positif kepada pihak minoritas . perilaku ini nantinya
digunakan sebagai pembelaan dan justifikasi bahwa ia sudah melakukan hal baik yang tidak
melanggar diskriminasi (misalnya: saya sudah memberikan cukup, kan ?).
c. Reserve Discrimination
(praktik melakukan diskriminasi yang menguntungkan pihak yang biasanya menjadi target
prasangka & diskriminasi dengan maksud agar mendapatkan justifikasi & terbebas dari
tuduhan telah melakukan prasangka & diskriminasi).

2.5 STIGMA DAN DAMPAK LAIN DARI KORBAN
PRASANGKA
Prasangka sangat merusak karena memberikan stgma kepada semua anggota kelompok yang
ada didalamnya . Allport menjelaskan adanya 15 kemungkinan sebagai konsekuensinegatif
dari korban prasangka , beberapa diantaranya adalah stigma sosial, rendahnya self esteem ,
turunya kesejahteraan psikologis , kegagalan dan kurangnya keberuntungan atau attributional
ambiguity.

7

Pengalaman subjektif dalam menerima stigma bergantung pada 2 faktor :
1. Visibilitas
membuat individu yang ada di dalamnya tidak bisa melarikan diri dari cap yang diberikan
oleh orang lain.
2. Kontrolabilitas
Stigma yang bisa dikontrol memungkinkan penerimanya untuk bisa memilih apakah ia masuk
dalam kategori atau tidak (perokok, homoseks). Sedangkan stigma yang tidak terkontrol
contohnya ras, seks & pasien dengan penyakit tertentu.

2.6 PENJELASAN PRASANGKA DI TINGKAT INDIVIDU SERTA
KEPRIBADIAN DARI PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
Banya konflik terbuka antar kelompok terjadi karena merebaknya prasangka dan
diskriminasi. Dalam teori mere exsposure effect (Zajonc, 1968 dalam Vaughan dan Hogg,
2005 ) dijelaskan bahwa sikap seseorang terhadap berbagai stimulus berkembang sebagai
fungsi dari pemaparan stimulus yang berulang atau terjadi familiarity . hal ini terjadi jika
reaksi inisial terhadap stimulus bersifat tidak negatif.
Penjelasan lain berasal dari teori Tajfel (1981 dalam Vaughan dan Hogg, 2005 ) yang
menekankan bahwa prasangka terbentuk karena di pelajari . prespektif lain menjelaskan
bahwa prasangka yang dimiliki orang tua dapat ditransmisikan ke anak-anaknya melalui pola
modeling . misalnya ekspresi emosi orang tua saat berjumpa dengan kelompok tertentu dapat
terekam olaeh anak-anaknya yang pada akhirnya juga membentuk prasangka anak-anaknya
pada kelompok yang sama. Proses belajar untuk berprasangka pada keleompok tertentu ini
juga dapat dikembangkan melalui poses instrumental atau proses belajar conditioning.



8

Vaughan dan Hogg (2005) menjelaskan adanya enam teori mayor dalam menjelaskan
terbentunya prasangka dan diskriminasi :
a. Teori Frustasi Agresi dari Dollard- Miller
Teori ini mendasarkan dari pada asumsi psikodinamik yang menjelaskan adanya jumlah yang
pasti dari energi psikis individu yang memungkinkannya untuk melakukan aktivitas
psikologis yang disebut sebagai katarsis .
Katarsis adalah aktivitas psikis yang menggerkkan energi psikis yang ada sehingga dapat
mengembalikan pada kondisi psikologis yang seimbang . contohnya, jika terjadi hambatan
untuk mendapat mencapai sesuatu , maka hal ini akan menimbulkan frustrasi. Dalam kondisi
ini , energi psikis tetap aktif dan sistem psikologis yang seimbang tetap diciptakan dengan
jalan menampilkan agresivitas.
Kritik terhadap teori ini mengemukakan bahwa tidak semua frustrasi mendorong
terjadinya mendorong agresi. Berkowitz (1962 dalam Vaughan dan Hogg 2005 ) mencoba
merevisinya dengan mungusulkan adanya perubahan pada tiga hal.
1. Probabilitas muncul agresi karena frustrasi akan meningkat dengan kehadiran
situational cues mengenai agresi, termasuk di dalamnya asosiasi masa lalu dan
sekarang dengan kelompok yang dengannya berkonflik .
2. Hal yang terjadi bukanlah frustrasi yang objektif melainkan yang negatif .
3. Frustrasi hanyalah satu dari sekian banyak kejadian yang menyakitkan yang dapat
menimbulkan agresi .
b. Kepribadian Otoritarian
Kepribadian otoritarian ini didefinisikan sebagai konstelasi karakteristik yang meliputi
penghargaan terhadap pihak atau figur otoritas, Obsesi terhadap status dan rangking ,
kecenderungan untuk melakukan displacement kemarahan dan ketidaksukaan terhadap pihak
yang lebih lemah , toleransi yang rendah terhadap ketidakpastian , serta kebutuhan untuk
mendefinisikan dunia secara kaku dengan ini berkembang sejak masa kanak-kanak.
Dijelaskan lebih jauh bahwa orang tua yang menampilkan sikap kasar yang berlebihan serta
menjalankan kedisiplinan akan mengembangkan ketergantungan emosional dan kepatuhan
yang pada gilirannya akan membangun kegamangan pada anak , di satu pihak ia mencintai
orangtuanya namun juga sekaligus membencinya .
9

c. Dogmatisme dan Closed-Mindedness
Rokeach menjelaskan bahwa generalisasi dari sindrom ketidaktoleransian ini dapat dikatakan
sebagai dogmatis atau ketertutupan sikap (closed-mindedness). Adanya kontradiksi antara
sistem belief satu dengan lainnya, resistansi terhadap hal-hal baru , serta menuntut justifikasi
pihak otoritas terhadap kebenaran belief yang dimilikinya .
d. Otoritatif Sayap Kanan
Teori ini menjelaskan otoritatif sebagai sekumpulan sikap yang terdiri atas 3 komponen ,
yaitu :
1. Conventionalism, adanya devosi terhadap konvensi sosial yang digerakkan oleh pihak
otoritas ;
2. Authoritarian aggression, dukungan terhadap agresi pada pihak devian;
3. Authoritarian submission, submisif terhdap otoritas sosial yang berlaku.
e. Teori Dominasi Sosial
Teori ini menjelaskan seberapa jauh seseorang menerima dan menolak ideologi sosial atau
Mitos sosial yang melegitimasi hierarki dan diskriminasi , atau yang melegitimasi equality
dan keadilan. Orang yang menginginkan kelompoknya menjadi dominan dan superior
terhadap outgrup berarti memiliki orientasi dominasi sosial yang tinggi yang mendorongnya
untuk menolak ideologi egaliter serta menerima mitos yang melegitimasi hierarki dan
diskriminasi .
f. Belief Congruence
Sistem belief yang kongruen dapat memberikan konfirmasi terhadap validasi belief yang
dimiliki. Jadi munculnya prasangka dapat disebabkan oleh adanya ketidaksamaan antara
dirinya dengan outgrup-nya. Rasa tidak suka terhadap outgrup-nya bukan di sebabkan oleh
keanggotaannya dalam kelompok melainkan oleh tidak sejalannya antara sistem belief nya
dengan sistem belief kelompok outgrouop.


10

2.7 MENENGENDALIKAN TINGKAT
PRASANGKA DAN DISKRIMINASI

Baron dan Bryne (2003) menjelaskan teknik-teknik yang dapat digunakan untuk
mengendalikan prasangka dan diskriminasi . uraiannya adalah sebagai berikut .
1. Belajar untuk tidak membenci
Ada pandangan ya ng mengatakan bahwa prasangka dibawa seseorang sejak lahir .
psikologi sosial melihat secara lebih spesifik dengan mengatakan bahwa anak-anak memiliki
prasangka dengan mempelajari dari orang tuanya serta juga media massa. Dengan demikian
upaya logis yang dapat dilakukan untuk mengurangi prasangka adalah dengan melarang
orang tua atau orang dewasa lain untuk menurunkan sikap negatifnya tersebut kepada anak-
anaknya. Oleh karena itu, langkah pertama adalah dengan mmbantu orang tua atau orang
dewasa untuk menyadari prasangka yang dimilikinya, baru kemudian dapat memotivasinya
lebih jauh untuk tidak menularkanya pada anak-anaknya .
2. Direct Intergroup Contact
Pattigrew (1981,1997 dalam Baron dan Byrne,2003 ) menyatakan , bahwa prasangka yang
terjadi antara kelompok dapat dikurangi dengan cara meningkatkan intensitas kontak antara
kelompok yang berprasangka tersebut . apa yang dijelaskannya ini terkenal sebagai teori
contact hypothesis. Dasar argumentasinya adalah
a. Meningkatkan kontak memungkinkan terjadi pemahaman yang lebih mendalam
mengenai kesamaan yang mungkin mereka miliki . seperti diketahui, pemahaman
tentang kesamaan akan menimbulkan daya tarik dua belah pihak.
b. Walaupun stereotip resisten terhadap perubahan , namun stereotip dapat berubah jika
ada sejumlah informasi yang tidak konsisten atau bisa juga karena menemukan
adanya sejumlah pengecualian dalam stereotip yang dimilikinya .
c. Bahwa meningkatnya kontak dapat menjadi counter terhadap munculnya illusion of
outgrup homogenelty. Kontak yang semakin sering membawa kemungkinan bahwa
seseorang mampu melihat bahwa anggota-anggota outgroup dapat bervariasi , tidak
lagi homogen seperti yang dilihant sebelumnya



11

3. Rekategorisasi
Rekategirisasi adalah melakukan perubahan batas antara ingroup dan outgroupnya. Sebagai
akibatnya, bisa saja seseorang yang sebelumnya dipandang sebagai outgroupnya, tetapi
kemudian menjadi ingroupnya. Teori ini menjelaskan bahwa jika individu dalam kelompok
yang berbeda melihat diri mereka sebagai anggota dari entitas sosial yang tinggal , maka
kontak positif akan meningkat dan intergoup bias akan berkurang .
4. Intervensi Kognitif
Sejumlah intervensi untuk mengurangi dampak stereotip yang ada pada akhirnya dapat
mengurangi kecenderungan prasangka dan diskriminasi .
a. Memotivasi individu untuk tidak berprasangka , misalnya denagn membuatnya
menyadari mengenai norma egaliter ataupun standar yang menekankan pentingnya
semua orang untuk diperlakukan secara adil .
b. Melakukan sebuah intervensi untuk mengurangi kecenderungan orang berpikir
stereotip . intervensi ini berupa pelatihan yang membantu orang untuk mengurangi
aktivitas yang otomatis dari cara berpikir stereotip yang di milikinya .
5. Social Influence Sebagai Cara Mengurangi Prasangka
Seseorang akan termotifasi untuk mengubah sikapnya jika ia menyadari bahwa sikap
terhadap kelompok/ras tertentu yang dimilikinya ternyata tidak dimilki oleh orang lain yang
disukainya. Dalam keadaan seperti ini, ia akan lebih cenderung mengubah sikapnya agar
sama dengan sikap orang yang disukainya. Teori ini dapat memberi arahan kepada kita
mengenai pendekatan intervensi yang dapat dikembangkan untuk mengubah sikap terhadap
kelompok/ras tertentu.
6. Coping terhadap Prasangka
Banyak efek negatif yang ditemukan pada individu yang menjadi target prasangka dan
diskriminasi. Contohnya adalah penelitian dari Steele dan Aronson (1995 dalam Baron dan
Byrne,2003) menemukan bahwa individual yangtergolong minoritas sering mendapatkan
pengalaman yang disebutnya sebagai stereotype threat yaitu kesadaran orang-orangt
minoritas bahwa ia akan dievaluasi berdasarkan status minoritasnya. Kondisi semacam ini
tentu saja dapat mengganggu berkembangnya rasa percaya diri dalam berbagai setting sosial
yang ada .
12


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Prasangka adalah sikap negatif terhadap orang lain yang lebih didasari oleh keanggotaaannya
dalam kelompok tertentu dan bukan karena karakteristik pribai yang dimilikinya. Prasangka
dapat bersifat covert dan overt. Jika prasangka sudah nyata dalam prilaku overt , maka
dikatakan sebagai diskriminasi. Berkembangnya prasangka dan diskriminasi ini dipicu oleh
adanya stereotip.
Prasangka dan disriminasi yang paling luas adalah dalam aspek gender, ras, etnis,
usia, orientasi seksual serta keterbatasan fisik. Namun diantara hal ini yang paling menyebar
luas adalah prasangka dan diskriminasi gender.
Ada sejumlah penjelasan yang mencoba menerangkan mengapa prasangka dan
diskriminasi dapat muncul dan berkembang. Penjelasan tersebut bervariasi mulai dari yang
menjelaskannya sebagai sebuah karakteristik individual , sampai dikarenakan adanya
pengaruh sosial . penjelasan tersebut adalah Teori Frustasi- Agresi dan Dollard-Miller,
kepribadian Otoritarian, Dogmatism , Otoritarian kelompok kanan , Teori Dominasi Sosial
dan Belief Congruence.
Sejumlah teknik dapat mengurangi prasangka dan diskriminasi. Beberapa penjelasan
tersebut adalah belajar untuk tidak membenci , Direct Intergroup Contact , rekatagorisasi ,
intervensi kognitif , social influence sebagai cara m engurangi prasangka, dan coping
terhadap prasangka dan diskriminasi .




13

Anda mungkin juga menyukai