Anda di halaman 1dari 12

Lampiran Laporan KKL

Nuroniah Nuri Lestari (24111037)


PT Errita Pharma

Pengertian Industri Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1799/Menkes/Per/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin
dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi, untuk manusia. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun
tiidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu
sebagai bahan baku farmasi.
Sedangkan pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam
menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas,
produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat
untuk didistribusikan.

Persyaratan Industri Farmasi
Untuk melakukan proses produksi, industri farmasi harus memenuhi ketentuan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Adapun persyaratan untuk memperoleh izin
industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1779/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, adalah sebagai berikut :
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
c. Memiliki nomor pokok wajib pajak.
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga negara
indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi,
dan pengawasan mutu.
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Untuk memperoleh izin industri tersebut, diperlukan persetujuan prinsip yang
diajukan secara tertulis kepada Dirjen Binfar dan Alkes Kementrian Kesehatan. Jika
permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan
persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk
produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.


Departemen Quality Assurance (QA)
Fungsi dari departemen QA adalah untuk memastikan mutu obat yang dihasilkan,
mulai dari bahan awal hingga obat jadi siap untuk dipasarkan, selalu baik dan sesuai
dengan persyaratan. Wewenang departemen QA, diantaranya adalah :
1. Membuat Certificate of Analysis (CoA) produk jadi berdasarkan hasil spesifikasi,
yang kemudian CoA ini diberikan kepada PBF.
2. Evaluasi pemasok biasanya dalam laporan bulanan, meliputi data keterlambatan
pemasok, ketidaklengkapan administrasi saat pengiriman, ketidaksesuaian barang
dengan spesifikasi, ketidaksesuaian jumlah, data barang yang ditolak, jumlah
keluhan lisan dan tulisan, serta tanggapan dan respon yang dilakukan.
3. Penangana Pest Control, bekerjasama dengan pihak luar. Kegiatan ini dilakukan
sebanyak dua kali dalam satu bulan, berupa trapping menggunakan bahan atau
umpan yang disesuaikan agar tidak menimbulkan bahaya pada obat dan bahan obat.
4. Penanganan Q-System
a. Penyimpangan dan Kegagalan
Penyimpangan dan kegagalan yang terjadi harus dilaporkan, dengan bentuk
pelaporan menggunakan format Abnormal Report. Penelusuran terhadap
penyimpangan ini terdiri dari beberapa aspek, yaitu dokumentasi, personil, mesin
dan lain-lain.
b. Retur dan penarikan
c. Complain
Langkah sumber complain yang ditangani oleh QA berassal dari complain
internal, BPOM, distributor/konsumen. Berawal dari penerimaan laporan
complain, QA melakukan penyelidikan terhadap penyimpangan yang terjadi pada
departemen terkait dan membuat abnormal report, kemudian QA melakukan
disposisi status (release atau reject), repair atau reproses dan departemen terkait
membuat corrective action disertai monitoring oleh QA, kemudian dilakukan
evaluasi keberulangan.
d. Pengendalian perubahan
Pengajuan perubahan dilakukan dengan persetujuan dari departemen terkait
yaitu manajer QA, sebelumnya QA melakukan monitoring dan untuk persetujuan
akhir diputuskan oleh manajer QA.
Yang termasuk dalam cakupan kegiatan QA adalah kalibrasi, kualifikasi dan
validasi. Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa
setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan atau valid secara konsisten. Validasi dilakukan apabila terdapat prosedur
analisis yang diganti atau baru, produk baru dan penambahan substansi baru dalamm
produk. Validasi yang digunakan meliputi :
1. Validasi Proses Produksi (Manufacturing Procedure Validation)
Adalah tindakan pembuktian (terdokumentasi) bahwa proses produksi yang
dilakukan sesuai dengan ddokumen proses pengolahan dan menghasilkan produk
yang memenuhi persyartan mutu yang telah ditetapkan secara terus-menerus.
Validasi proses produksi ini bertujuan untuk :
a. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku
dan digunakan dalam proses produksi rutin (batch processing record) senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan secara terus-menerus.
b. Mengidentifikasi dan mengurangi problem (masalah) yang terjadi selama proses
produksi dan memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang.
c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi.
Validasi dilakukan bila terjadi perubahan bahan awal, alat produksi, prosedur
produksi, dan adanya produk baru. Macam-macam validasi proses terdiri dari :
a. Validasi Prospektif
Validasi dilaksanakan terhadap proses pembuatan produk baru sebelum
dipasarkan. Setidaknya dibutuhkan tiga batch untuk dapat menggambarkan tren
dan tingkat variasi untuk evaluasi. Ukuran batch sama dengan ukuran batch
produksi yang direncanakan. Validasi ini bukan termasuk skala laboratorium (trial
batch). Pengujian dilakukan pada berbagai tahap pembuatan, termasuk produk
akhir dan pengemasan. Jika batch sudah divalidasi, memenuhi ketentuan CPOB
serta sesuai spesifikasi dan izin edar, maka produk tersebut dapat dipasarkan.
b. Validasi Konkuren
Adalah validasi proses yang dilakukan bersamaan dengan produksi rutin untuk
dijual. Validasi ini dilakukan bila terjadi perubahan pada parameter kritis, seperti
peralatan yang digunakan, prosedur pembuatan, spesifikasi bahan baku, cara
pengujian, perubahan kekuatan produk, perubahan bentuk (contohnya tablet
menjadi kaplet) yang dapat mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk.
Revalidasi dijadwalkan secara periodik meskipun tidak melakukan perubahan
dalam kurun waktu empat tahun. Revalidasi ini merupakan pengulangan dari
validasi proses yang sudah dilakukan untuk memastikan bahwa spesifikasi yang
dihasilkan masih tetap memenuhi syarat yang ditentukan.
c. Validasi Retrospektif
Adalah validasi proses pembuatan produk yang telah dipasarkan (sudah lama
diproduksi) tetapi belum divalidasi. Penelusuran berdasarkan data produksi yang
sedang berjalan yaitu berasal dari batch record, minimum 10-30 batch berurutan.
Review riwayat data produksi dapat memberikan kesimpulan statistik yang
signifikan sebagai bukti tertulis bahwa proses berjalan sesuai dengan ketentuan.
Validasi retrospektif bukan metode validasi pilihan. Validasi ini hanya sesuai
untuk proses yang sudah mapan, tidak sesuai jika ada perubahan komposisi,
prosedur operasi atau peralatan.
2. Validasi Metode Analisis (Analytical Methode Validation)
Validasi metode analisis adalah untuk membuktikan semua metode aanalisa yang
digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan secara konsisten. Tujuan validasi ini untuk meyakinkan bahwa
metode analisis yang digunakan dapat memberikan hasil yang akurat dan
terpercaya. Validasi metode analisis dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Metode Analisa Adopsi (Verifikasi)
Adalah metode analisa dimana prosedur pengujian diambil atau diadopsi dari
kepustakaan atau dokumen resmi, seperti Farmakope Indonesia (FI), United
Scope Pharmacope (USP), British Pharmacope (BP), dan lain-lain. Parameter
yang diuji adalah akurasi dan presisi.
b. Metode Analisa Eksplorasi atau Modifikasi
Adalah metode analisa dimana prosedur pengujiannya tidak terdapat dalam buku
atau kepustakaan atau dokumen resmi. Metode ini dapat berasal dari eksplorasi
yang dilakukan oleh Bagian Pengembangan Produk (R&D) atau modifikasi
prosedur dari prosedur yang sudah ada ddi buku-buku resmi. Untuk metode
analisa ini, seluruh parameter harus diuji, yaitu selektifitas/spesifitas, linearitas,
akurasi, presisi, LOD, LOQ, dan robustness.
Kriteria dalam penentuan metode analisis yaitu :
a. Akurasi (Accuracy) / Ketepatan
Adalah kemampuan suatu metode untuk memberikan hasil analisis
mendekati nilai sebenarnya yang diperhitungkan secara teoritis. Akurasi
dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (rrecovery).
b. Presisi (Precision) / Ketelitian
Adalah kemampuan suatu metode analisis untuk menunjukkan kedekatan
dari suatu seri pengukuran yang diperoleh dari sampel yang homogen.
c. Linearitas (Linearity)
Adalah kemampuan suatu metode analisis untuk menunjukkan hubungan
secara langsung atau proporsional antara respon detektor dengan
perubahan konsentrasi analit.
d. Selektivitas (Selectivity)
Adalah kemampuan suatu metode untuk mengukur jumlah suatu analit
tertentu secara cermat dengan adanya komponen lain yang mungkin ada
dalam matriks sampel, misalnya kontaminan (imputiries), hasil degradasi,
dan sebagainya.
e. Rentang (Range)
Adalah interval antara nilai konsentrasi tertinggi dan terendah dari suatu
analit dalam sampel. Validasi dilakukan apabila terdapat prosedur analisis
yang diganti atau baru, produk baru dan penambahan substansi baru dalam
produk.
f. Sensitivitas (Sensitivity / Readability)
Adalah kemampuan suatu metode untuk menunjukkan nilai terkecil yang bisa
dibaca atau dihasilkan oleh suatu metode. Sensitivitas terbagi atas Limit of
Detection (LOD) dan Limit of Quantity (LOQ).
g. Ketangguhan (Robustness)
Adalah kemampan suatu metode untuk mempertahankan kesesuaian hasil
oleh variasi kecil yang sengaja dilakukan pada parameter metode
analisisnya. Variasi dapat dilakukan pada ukuran sampel, pH, larutan, suhu,
konsentrasi reagen, dan lain-lain.
3. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation)
Bertujuan untuk meyakinkan bahwa pembersihan yang dilakukan sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan dan telah mencapai tujuan, yaitu menghindari kontaminasi
pada produk yaang ditimbulkan aakibat penggunaan alat atau ruangan tersebut.
Prinsip validasi pembersihan, yaitu :
a. Memeriksa kebersihan peralatan dari residu produk setelah dilakukan
pembersihan.
b. Tes residu dijalankan pada titik-titik tertentu yang mewakili seluruh permukaan
alat (total residu) yang konak langsung dengan produk.
c. Untuk evaluasi keamanan akibat kontaminasi, dosis terapeutik terendah dalam
sehari (daily intake dose) dari bahan aktif dalam produk sebelumnya dinyatakan
sebagai dosis maksimum yang boleh ada pada produk selanjutnya.
d. Evaluasi tingkat cemaran mikroba setelah dilakukan pembersihan alat.
4. Validasi Pengemasan (Packaging Validation)
Proses pengemasan merupakan tahap akhir dari rangkaian prosess produksi suatu
sediaan farmasi (obat) sebelum didistribusikan. Proses pengemasan merupakan
salah satu proses yang kritis dalam proses produksi, hal ini disebabkan :
a. Sebagian besar kesalahan ada di bagian prosess pengemasan. Hal ini
dilatarbelakangi karena adanya anggapan bahwa proses pengemasan bukan
proses yang penting sehingga pengawasan sering diabaikan.
b. Kesalahan di bagian pengemasan sangat sulit dideteksi.
c. Resiko kesalahan di bagian pengemasan berakibat fatal bagi konsumen (resiko
kesalahan produk, label, dosis, daan lain-lain).
Berikut adalah tujuan validasi proses pengemasan :
a. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pengemasan yang
berlaku dan digunakan dalaam proses pengemasan rutin sesuai dengan
persyaratan rekonsiliasi yang telah ditentukan secara terus-menerus.
b. Proses pengemasan yang dilakukan tidak terjadi peristiwa mix-up (campur-baur)
antar produk maupun antar batch.
5. Validasi Transport (Transport Validation)
Validasi ini dirancang untuk meyakinkan semua kondisi pengangkutan lewat jalan
darat, udara, dan laut dengan perbedaan zona iklim di seluruh dunia untuk produk-
produk PT. Errita Pharma dapat menjamin mutu produk. Jaluur pengangkutan akan
dipilih sehingga dapat mencakup semua zona iklim dan cara pengagkutan. Untuk
setiap rute pengangkutan yang dipilih, barang akan disertakan dengan temperature
recording sehingga dapat mencatat data.
6. Validasi Sistem Komputerisasi (Computerized Systems Validation/CSV)
Computerized Systems Validation merupakan proses untuk mengevaluasi daan
mendokumentasikan semua komponen dari suatu sistem agar memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan. CSV memerlukan bukti yang didokumentasikan sehingga
dapat menjamin bahwa sistem sesuai spesifikasi yang ssudah ada dan akan
dilanjutkan untuk memberikan hasil yang teliti, dapat dipercaya, dan aman terhadap
adanya perubahan. Usaha ini dapat membantu untuk meyakinkan mutu dengan
meminimalkan resiko dari kegagalan error dan kegagalan sistem. CSV adalah
pendekatan untuk instalasi baru seperti sistem terkomputerisasi yang sudah ada
(legacy systems).
Kualifikasi adalah validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang.
Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang merupakan langkah pertama
dalam pelaksanaan validasi di industri farmasi. Terdapat 4 jenis kualifikasi, yaitu :
1. Kualifikasi Design
Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau
peralatan atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun sesuai dengan
ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku.
2. Kualifikasi Instalasi
Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau
peralatan yang diinstalasi sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen
pembelian, manual alat yang bersangkutan dan pemasangannya dilakukan
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Kegiatannya berupa :
a. Menyesuaikan lay out gambar dengan teknik
b. Membuat dokumen dan operasi perawatan
c. Membuat ketentuan dan syarat kalibrasi
d. Melakukan verifikasi bahan konstruksi
3. Kualifikasi Operasional
Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau
peralatan yang telah diinstalasi bekerja sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
Kegiatannya termasuk pengujian batas atas dan bawah.
4. Kualifikasi Kinerja
Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau
peralatan yang telah diinstalasi bekerja sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan
dengan cara menjalankan sistem sesuai dengan tujuan penggunaan atau melakukan
pengujian menggunakan bahan baku (simulasi proses).
Kalibrasi merupakan serangkaian kegiatan dalam kondisi yang telah ditentukan,
yang menetapkan hubungan antara lain yang ditunjuk oleh alat ukur atau sistem
pengukur, atau nilai yang ditampilkan oleh suatu ukuran bahan dengan nilai suatu rujukan
standar. Batasan hasil harus telah ditetapkan sebelumnya.

Departemen Quality Control (QC)
Quality Control atau pengawaasan mutu merupakan bagian CPOB untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten sesuai dengan mutu atau kualitas
dan tujuannya. Kegiatan QC merupakan serangkaian kegiatan analisis yang dilakukan di
laboratorium berupa pengujian-pengujian yaitu incoming inspection, in proses control,
outgoing inspection dan beberapa pengujian tambahan. Berikut ini kegiatan pengujian
yang dilakukan oleh QC :
1. Incoming inspection
a. Zat aktif dan eksipien
Pengujian dilakukan sebelum bahan tersebut digunakan untuk produksi, hal ini
dimaksudkan untuk menjamin bahwa produk tersebut telah memenuhi
persyaratan yang tertera pada monografi. Pengujian yang dilakukan meliputi
pemerikssaan organoleptik, uji kadar, uji kelarutan, uji susut pengeringan, uji
logam berat, uji kadar air, dll.
b. Bahan kemasan
Pemeriksaan bahan kemas dilakukan terhadap bahan kemas primer dan kemas
sekunder, meliputi botol, alumunium foil, pp cap, dus lipat, master box, etiket dan
brosur. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi uji penampilan fisik; uji kesesuaian
dengan proof print untuk alumunium foil, etiket, brosur dan dus lipat; uji abrasi
untuk master box; uji pelekatan strip untuk alumunium foil; uji kebocoran wadah
untuk botol; dan pengujian lainnya sesuai dengan yang ditetapkan oleh
monografi.
2. In Proces Control
IPC dilakukan terhadap sediaan farmasi. Berikut ini merupakan hal-hal yang
dievaluasi selama proses pengolahan :
Granul: Kadar air (granulasi basah), sifat alir, kompresibilitas dan ddisstribusi
ukuran partikel.
Sediaan tablet dan kaplet: Penampilan fisik, keraragaman bobot, dimensi
(panjang, lebar, diameter dan tebal), keregasan, kekerasan, waktu hancur,
disolusi dan kadar.
Sediaan kapsul: Penampilan fisik, keragaman bobot, waktu hancur, disolusi dan
kadar.
Sediaan dry syrup: Homogenitas, kadar air dan kadar zat aktif dalam sediaan.
Sediaan sirup: pH, kekentalan, berat jenis dan volume terpindahkan.
IPC saat pengemasan: Kesesuaian dengan batch record, codding, dan uji
kebocoran kemasan.
Selain itu, kegiatan yang dilakukan bagian Pengawasan Mutu juga mencakup uji
stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka
validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi
bahan dan produk serta metode pengujiannya. Dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang diterapkan oleh bagian Pengawasan Mutu bertujuan untuk menjamin bahwa
pengujian yang diperlukan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak didistribusikan sebelum
mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.

Departemen Produksi Tablet Non Betalaktam
Departemen ini dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi empat orang
supervisor, yaitu dua orang supervisor pengolahan dan dua orang supervisor
pengemasan. Sebelum proses produksi berlangsung, setiap paginya dilakukan line-
clearence atau kesiapan jalur produksi secara keseluruhan oleh supervisor. Kesiapan
jalur produksi yang dimaksud adalah mulai dari kesiapan operator, kondisi mesin dan
alat-alat hingga kesiapan ruangan beserta seluruh fasilitasnya.
Gedung produksi tablet non betalaktam dibagi dalam beberapa ruangan, sesuai
tahapan produksi yang bertujuan untuk memudahkan proses produksi. Ruangan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Ruang Timbang
Di dalam ruangan ini, dilakukan proses penimbangan semua bahan baku yang
diperlukan untuk proses produksi. Bahan baku tersebut diperoleh dari bagian
gudang, dan ditimbang sesuai jumlah yang tertera pada batch record. Bahan baku
yang telah ditimbang kemudian dikelompokkan bersama bahan baku lainnya yang
satu batch produksi.
2. Ruang Staging
Ruang staging merupakan ruang penyimpanan sementara bagi bahan baku yang
telah ditimbang (dari ruang timbang) sebelum digunakan untuk proses produksi
selanjutnya, bahan baku disimpan dalam suatu keranjang berisi bahan baku untuk
satu batch produksi.
3. Ruang Pencampuran Awal
Bahan baku dari ruang staging, selanjutnya memasuki tahap selanjutnya yaitu proses
pencampuran di ruang pencampuran awal. Proses pencampuran dilakukan sesuai
prosedur yang tertulis dalam batch record. Di dalam ruang pencampuran awal
terdapat mesin pemanas air double jacket dan mixer ultra turax untuk membuat
larutan pengikat, serta super mixer (high speed granulator) yang digunakan untuk
mencampurkan zat aktif dan larutan pengikat. Larutan pengikat yang dibuat
menggunakan mesin mixer ultra turax kemudian dicampurkan dengan bahan aktif
lainnya selain bahan pelincir di dalam mesin super mixer.
4. Ruang Granulasi
Pada ruang ini terdapat mesin granulator, mesin Fluid Bed Dryer (FBD), dan cad mill.
Granul basah hasil pencampuran awal dimasukkan ke dalam mesin Fluid Bed Dryer
dan selanjutnya granul basah yang sudah kering tersebut (granul kering) dimasukkan
ke dalam cad mill untuk menghaluskan ukuran granul. Prinsip pengeringan dengan
mesin FBD adalah penghamburan dan pemanasan granul. Sedangkan prinsip kerja
mesin cad mill adalah pemotongan granul dengan pisau yang terdapat dalam
mesin, dengan ssistem vibrasi dan penyaringan menggunakan mesh yang sesuai
dengan ukuran granul yang diinginkan. In process control pada tahap ini dilakukan
untuk melihat kadar air granul setelah dikeringkan. Selanjutnya dilakukan
pencampuran akhir dengan fasa luar di ruangan pencampuran akhir.
5. Ruang Pencampuran Akhir
Massa granul dari ruang granulasi dibawa ke ruang pencampuran akhir, untuk
kemudian dilakukan proses pencampuran akhir bersama fasa luar berupa zat pelincir
menggunakan alat cone mixer. Massa granul hasil pencampuran akhir, selanjutnya
dibawa ke ruang pencetakan untuk dicetak.
6. Ruang Pencetakan Tablet
Massa granul kemudian dicetak menggunakan mesin pencetak tablet. Pelaksanaan
in process control untuk tablet yang telah dicetak berupa uji friabilitas untuk
mengetahui daya tahan tablet terhadap guncangan, uji kekerasan tablet, uji
keseragaman diameter dan bobot tablet, dan uji waktu hancur.
7. Pengisian Kapsul
Granul kering dimasukkan ke kapsul menggunakan mesin filling kapsul otomatis
yang sebelumnya dilakukan pengaturan mesin sesuai bobot kapsul agar bobot
kapsul masuk rentang yang telah ditetapkan.
8. Ruang Penyalutan
Penyalutan tablet hanya dilakukan pada tablet tertentu yang memang dirancang
sebagai tablet salut. Hal yang perlu diperhatikan selama proses penyalutan adalah
pengaturan tekanan udara dalam proses penyemprotan larutan penyalut. Perlu
diperhatikan mengenai homogenitas warna lapisan penyalut pada seluruh
permukaan tablet.
9. Ruang Deduster
Setelah dicetak dan atau disalut, tablet dibawa ke ruang poles untuk dibersihkan dari
partikel-partikel halus (dust) yang menempel pada permukaan tablet selama proses
pencetakan dengan mesin deduster.
10. Ruang Stripping
Setelah dibersihkan, maka tablet memasuki ruang stripping, yaitu pengemasan
primer tablet ke dalam alumunium foil menggunakan mesin stripping. Proses coding
berupa nomor batch dan expire date terhadap strip juga dilakukan selama proses
stripping. Pada tahap ini dilakukan in process control berupa uji kebocoran strip
dengan cara memasukkan obat yang telah di stripping ke dalaam larutan berwarna,
jika obat di dalam strip tidak berubah warna maka proses stripping tersebut tidak
mengalami kebocoran. Produk jadi ini kemudian siap untuk dilakukan pengemasan
sekunder.

Departemen Produksi Sirup Non Betalaktam
Departemen produksi sirup non betalaktam tidak dipimpin oleh seorang manajer,
dimana supervisor produksi dan supervisor pengemasan bertanggung jawab langsung
kepada plant manager. Produk liquid yang dibuat oleh PT. Errita Pharma adalah sirup,
suspensi, dan emulsi. Proses pembuatannya pun berbeda-beda tahapannya. Untuk
produksi sirup, cukup melalui dua tahapan saja (pengembangan dan pencampuran),
sedangkan produksi suspensi harus melalui tiga tahap, yaitu pengembangan, colloid mill,
dan pencampuran. Hal ini terjadi karena dalam proses produksi suspensi diperlukan
kestabilan viskositas dan pH yang dapat tercapai selama 3 hari. Untuk lebih jelasnya,
berikut ini adalah tahapan pembuatan sirup dan suspensi :
1. Sirup
a. Proses pengembangan, yang digunakan untuk pembuatan sirup adalah Na
Carboxymethil Cellulose (CMC) yang dicampurkan ke dalam air panas agar Na
CMC larut dan mengembang, proses pengembangan ini untuk menstabilkan,
memekatkan, dan mengentalkan. Hasil proses pengembangan didiamkan selama
12 jam agar kestabilan tercapai dan proses pengembangan sempurna.
b. Proses pelarutan nipagin dan nipasol dalam air panas, nipagin dan nipasol
digunakan sebagai pengawet dalam sirup.
c. Hasil proses (a) dicampurkan dengan hasil proses (b), diaduk hingga homogen.
d. Zat aktif kemudian ditambahkan dan dicampurkan pada hasil proses (c).
e. Hasil proses (d) ditambah zat pewarna, perasa atau penambah aroma.
2. Suspensi
a. Proses pengembangan, suspending agent yang dicampurkan ke dalam air panas
agar Na CMC larut dan mengembang, proses pengembangan ini untuk
menstabilkan, memekatkan, dan mengentalkan. Hasil proses pengembangan
didiamkan selama 12 jam agar kestabilan tercapai dan proses pengembangan
sempurna.
b. Proses pelarutan nipagin dan nipasol dalam air panas, nipagin dan nipasol
digunakan sebagai pengawet dalam suspensi.
c. Hasil proses (a) dicampurkan dengan hasil proses (b), diaduk hingga homogen.
d. Zat aktif kemudian ditambahkan dan dicampurkan pada hasil proses (c),
kemudian melewatkannya pada alat colloid mill yang bertujuan untuk pengecilan
ukuran partikel, dan didiamkan selama 12 jam agar kestabilan tercapai dengan
sempurna.
e. Hasil proses (d) ditambah zat pewarna, perasa atau penambah aroma.
Setelah melalui beberapa tahap di atas, obat siap untuk dimasukkan ke dalam
botol (filling) atau mengalami pengemasan primer yang dilakukan secara otomatis
menggunakan mesin. Botol yang sudah terisi obat, kemudian dipasang tutup botolnya,
dikencangkan (disegel), baru kemudian dipasang etiket dan dimasukkan ke dalam box
(pengemasan sekunder dan tersier).

Departemen Produksi Betalaktam
Berdasarkan CPOB, produk yang dapat menimbulkan sensitisasi tinggi sebaiknya
disediakan suatu sarana khusus dalam hal kegiatan produksinya agar dapat memperkecil
bahaya medis yang terjadi akibat adanya kontaminasi silang. Antibiotik yang
mengandung cincin betalaktam merupakan salah satu zat yang memiliki daya sensitisasi
tinggi. Oleh karena itu, kegiatan produksi sediaan betalaktam dilakukan di bangunan yang
terpisah dengan sediaan non betalaktam.
Sediaan yang mengandung bahan baku golongan betalaktam bersifat
higroskopiss, sehingga untuk mencegah penurunan mutu akibat rusaknya bahan baku,
maka kelembaban di ruangan produksi betalaktam harus terkontrol. Sistem HVAC di
ruang produksi betalaktam di desain khusus agar diperoleh ruangan dengankelas
kebersihan E khusus, yang memiliki kelembaban maksimal 40%. Karena sifatnya yang
higroskopis, maka kegiatan produksi sediaan betalaktam dilakukan tanpa melibatkan air.
Selain dari aspek bangunan untuk kegiatan produksi, pengolahan limbah (khususnya
limbah cair) untuk produk betalaktam juga memerlukan perlakuan khusus, yaitu dengan
melakukan pemecahan cincin betalaktam. Pemecahan cincin dilakukan dengan
menambahkan NaOH pada limbah cair tersebut. Setelah cincin betalaktam pecah, maka
limbah cair dapat disatukan dengan limbah cair lainnya menuju IPAL.
Di bagian produksi betalaktam, diproduksi 3 jenis sediaan, yaitu berupa kaplet,
kapsul dan dry syrup. Untuk sediaan dry syrup, mesin yang digunakan untuk mencampur
bahan aktif dan bahan tambahan adalah mesin V-Mixer. Produk yang dihasilkan dan
telah dipasarkan diantaranya Etamox kaplet, Etamox DS, Amoxycillin kapsul 250 mg,
Amoxycillin kaplet 500 mg dan Ampicillin kaplet 500 mg.
Secara umum, alur proses produksi sediaan betalaktam sama dengan produksi
sediaan non betalaktam. Perbedaannya adalah pengaturan kondisi ruangan yang harus
dapat menjaga kestabilan zat aktifnya dan untuk mencegah kontaminasi betalaktam ke
lingkungan luar, seluruh operator yang akan keluar dari ruang produksi harus melewati
ruang air shower agar zat aktif yang melekat pada pakaian operator tersebut hilang.
Proses produksi tidak akan berlangsung tanpa dokumen (Production Work Order
dan Packaging Order) yang berfungsi sebagai alat kendali untuk memastikan bahan aktif
dan eksipien serta bahan kemas apa saja yang digunakan dalam proses produksi. Hal ini
terjadi pada seluruh proses produksi di PT. Errita Pharma.
Sebagaimana sudah disebutkan di atas bahwa sifat zat aktif sediaan betalaktam
berbeda dengan sifat zat aktif sediaan non betalaktam, maka proses produksinya pun
berbeda, yaitu :
1. Proses produksi dilakukan dengan cetak langsung, karena zat aktif betalaktam tidak
stabil terhadap air, RH dan cahaya.
2. Kemasan yang diguunakan tidak dalam kemasan pot karena tidak stabil, sehingga
selalu dalam bentuk strip (alumunium foil)

Departemen Research and Development (R&D)
Bagian penelitian dan pengembangan menjalankan fungsi sebagai bagian hulu dari
perusahaan yang merencanakan konsep pengembangan produk untuk selanjutnya
diwujudkan dalam kegiatan produksi. Baguan ini diimpin oleh seorang manager
(Apoteker) yang dibantu oleh staf ahli farmasi dan staf nonfarmasi. Pembagian kerja
bagian penelitian dan pengembangan secara umum meliputi :
1. Product Development
Bagian ini melakukan pengembangan obat dengan merumuskan formulasi baru yang
dapat merupakan perbaikan dari formulasi sebelumnya atau formula baru dari suatu
obat baru yang akan diproduksi perusahaan. Tahapan kerja bagian formulasi adalah
:
a. Tahap preformulasi, melakukan penelusuran pustaka untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan karakteristik zat aktif obat ataupun eksipien
penyusunnya. Pada tahap ini juga disusun formula acuan untuk pelaksanaan
tahap selanjutnya.
b. Tahap trial, yang terdiri dari trial skala laboratorium (ukuran kecil), skala pilot
(1/20 1/5 dari bets produksi), dan skala produksi (1 bets produksi).
c. Tahap pembuatan master composition, master composition merupakan dokumen
yang berisi formula utama dari suatu produk yang akan diproduksi.
d. Tahap pembuatan Prosedur Induk, Prosedur Induk berisi segala hal yang akan
dilakukan selama proses produksi satu bets obat yang tersiri dari Prosedur
Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk.
2. Analysis Development
Bagian ini melakukan pencarian metode analisis obat serta menyusun dan
melakukan validasi metode analisis obat. Metode analisis yang telah divalidasi
kemudian ditransfer ke bagian Quality Control (QC) untuk selanjutnya dilakukan
pengawasan mutu secara rutin oleh QC selama produksi obat berlangsung.
3. Packaging Developmen
Bagian ini melakukan penentuan kemasan obat dengan mempertimbangkan interaksi
senyawa obat dengan bahan kemas. Sselain itu juga melakukan pembuatan dan
pengembangan desain bahan kemas produk obat, baik yang telah diproduksi
ataupun yang akan diproduksi.
4. Registrasi
Bagian ini bertanggungjawab terhadap penyelesaian registrasi obat, baik obat baru
yang akan beredar maupun perpanjangan registrasi obat yang sudah habis masa izin
edarnya dengan berhubungan langsung dengan BPOM hingga diperoleh izin edar
obat yang bersangkutan. Tahapan registrasi obat baru secara umum adalah sebagai
berikut :
a. Praregistrasi, menyerahhkan kelngkapan dokumen-dokumen obat yang
disyaratkaan untuk diregistrasikan kepada BPOM dan juga untuk menentukan
jalur evaluaasi obat yang bersangkutan.
b. Registrasi, dilakukan dengan menyerahkan berkas registrasi dan mengisi formulir
registrasi, disket, bukti pembayaran evaluasi dan biaya pendaftaran, dan hasil
praregistrasi.
c. Pengisian formulir.
d. Evaluasi, dilakukan BPOM terhadap berkas registrasi obat yang telah diserahkan
perusahaan.
e. Pemberian keputusan, dikeluarkan oleh kepala BPOM dengan rekomendasi dari
KOMNAS POJ.

Anda mungkin juga menyukai