Pengertian Industri Farmasi Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1799/Menkes/Per/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tiidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi. Sedangkan pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan.
Persyaratan Industri Farmasi Untuk melakukan proses produksi, industri farmasi harus memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Adapun persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1779/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, adalah sebagai berikut : a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas. b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat. c. Memiliki nomor pokok wajib pajak. d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker warga negara indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Untuk memperoleh izin industri tersebut, diperlukan persetujuan prinsip yang diajukan secara tertulis kepada Dirjen Binfar dan Alkes Kementrian Kesehatan. Jika permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Departemen Quality Assurance (QA) Fungsi dari departemen QA adalah untuk memastikan mutu obat yang dihasilkan, mulai dari bahan awal hingga obat jadi siap untuk dipasarkan, selalu baik dan sesuai dengan persyaratan. Wewenang departemen QA, diantaranya adalah : 1. Membuat Certificate of Analysis (CoA) produk jadi berdasarkan hasil spesifikasi, yang kemudian CoA ini diberikan kepada PBF. 2. Evaluasi pemasok biasanya dalam laporan bulanan, meliputi data keterlambatan pemasok, ketidaklengkapan administrasi saat pengiriman, ketidaksesuaian barang dengan spesifikasi, ketidaksesuaian jumlah, data barang yang ditolak, jumlah keluhan lisan dan tulisan, serta tanggapan dan respon yang dilakukan. 3. Penangana Pest Control, bekerjasama dengan pihak luar. Kegiatan ini dilakukan sebanyak dua kali dalam satu bulan, berupa trapping menggunakan bahan atau umpan yang disesuaikan agar tidak menimbulkan bahaya pada obat dan bahan obat. 4. Penanganan Q-System a. Penyimpangan dan Kegagalan Penyimpangan dan kegagalan yang terjadi harus dilaporkan, dengan bentuk pelaporan menggunakan format Abnormal Report. Penelusuran terhadap penyimpangan ini terdiri dari beberapa aspek, yaitu dokumentasi, personil, mesin dan lain-lain. b. Retur dan penarikan c. Complain Langkah sumber complain yang ditangani oleh QA berassal dari complain internal, BPOM, distributor/konsumen. Berawal dari penerimaan laporan complain, QA melakukan penyelidikan terhadap penyimpangan yang terjadi pada departemen terkait dan membuat abnormal report, kemudian QA melakukan disposisi status (release atau reject), repair atau reproses dan departemen terkait membuat corrective action disertai monitoring oleh QA, kemudian dilakukan evaluasi keberulangan. d. Pengendalian perubahan Pengajuan perubahan dilakukan dengan persetujuan dari departemen terkait yaitu manajer QA, sebelumnya QA melakukan monitoring dan untuk persetujuan akhir diputuskan oleh manajer QA. Yang termasuk dalam cakupan kegiatan QA adalah kalibrasi, kualifikasi dan validasi. Validasi merupakan suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa setiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan atau valid secara konsisten. Validasi dilakukan apabila terdapat prosedur analisis yang diganti atau baru, produk baru dan penambahan substansi baru dalamm produk. Validasi yang digunakan meliputi : 1. Validasi Proses Produksi (Manufacturing Procedure Validation) Adalah tindakan pembuktian (terdokumentasi) bahwa proses produksi yang dilakukan sesuai dengan ddokumen proses pengolahan dan menghasilkan produk yang memenuhi persyartan mutu yang telah ditetapkan secara terus-menerus. Validasi proses produksi ini bertujuan untuk : a. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku dan digunakan dalam proses produksi rutin (batch processing record) senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara terus-menerus. b. Mengidentifikasi dan mengurangi problem (masalah) yang terjadi selama proses produksi dan memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang. c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi. Validasi dilakukan bila terjadi perubahan bahan awal, alat produksi, prosedur produksi, dan adanya produk baru. Macam-macam validasi proses terdiri dari : a. Validasi Prospektif Validasi dilaksanakan terhadap proses pembuatan produk baru sebelum dipasarkan. Setidaknya dibutuhkan tiga batch untuk dapat menggambarkan tren dan tingkat variasi untuk evaluasi. Ukuran batch sama dengan ukuran batch produksi yang direncanakan. Validasi ini bukan termasuk skala laboratorium (trial batch). Pengujian dilakukan pada berbagai tahap pembuatan, termasuk produk akhir dan pengemasan. Jika batch sudah divalidasi, memenuhi ketentuan CPOB serta sesuai spesifikasi dan izin edar, maka produk tersebut dapat dipasarkan. b. Validasi Konkuren Adalah validasi proses yang dilakukan bersamaan dengan produksi rutin untuk dijual. Validasi ini dilakukan bila terjadi perubahan pada parameter kritis, seperti peralatan yang digunakan, prosedur pembuatan, spesifikasi bahan baku, cara pengujian, perubahan kekuatan produk, perubahan bentuk (contohnya tablet menjadi kaplet) yang dapat mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk. Revalidasi dijadwalkan secara periodik meskipun tidak melakukan perubahan dalam kurun waktu empat tahun. Revalidasi ini merupakan pengulangan dari validasi proses yang sudah dilakukan untuk memastikan bahwa spesifikasi yang dihasilkan masih tetap memenuhi syarat yang ditentukan. c. Validasi Retrospektif Adalah validasi proses pembuatan produk yang telah dipasarkan (sudah lama diproduksi) tetapi belum divalidasi. Penelusuran berdasarkan data produksi yang sedang berjalan yaitu berasal dari batch record, minimum 10-30 batch berurutan. Review riwayat data produksi dapat memberikan kesimpulan statistik yang signifikan sebagai bukti tertulis bahwa proses berjalan sesuai dengan ketentuan. Validasi retrospektif bukan metode validasi pilihan. Validasi ini hanya sesuai untuk proses yang sudah mapan, tidak sesuai jika ada perubahan komposisi, prosedur operasi atau peralatan. 2. Validasi Metode Analisis (Analytical Methode Validation) Validasi metode analisis adalah untuk membuktikan semua metode aanalisa yang digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten. Tujuan validasi ini untuk meyakinkan bahwa metode analisis yang digunakan dapat memberikan hasil yang akurat dan terpercaya. Validasi metode analisis dibagi menjadi 2, yaitu : a. Metode Analisa Adopsi (Verifikasi) Adalah metode analisa dimana prosedur pengujian diambil atau diadopsi dari kepustakaan atau dokumen resmi, seperti Farmakope Indonesia (FI), United Scope Pharmacope (USP), British Pharmacope (BP), dan lain-lain. Parameter yang diuji adalah akurasi dan presisi. b. Metode Analisa Eksplorasi atau Modifikasi Adalah metode analisa dimana prosedur pengujiannya tidak terdapat dalam buku atau kepustakaan atau dokumen resmi. Metode ini dapat berasal dari eksplorasi yang dilakukan oleh Bagian Pengembangan Produk (R&D) atau modifikasi prosedur dari prosedur yang sudah ada ddi buku-buku resmi. Untuk metode analisa ini, seluruh parameter harus diuji, yaitu selektifitas/spesifitas, linearitas, akurasi, presisi, LOD, LOQ, dan robustness. Kriteria dalam penentuan metode analisis yaitu : a. Akurasi (Accuracy) / Ketepatan Adalah kemampuan suatu metode untuk memberikan hasil analisis mendekati nilai sebenarnya yang diperhitungkan secara teoritis. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (rrecovery). b. Presisi (Precision) / Ketelitian Adalah kemampuan suatu metode analisis untuk menunjukkan kedekatan dari suatu seri pengukuran yang diperoleh dari sampel yang homogen. c. Linearitas (Linearity) Adalah kemampuan suatu metode analisis untuk menunjukkan hubungan secara langsung atau proporsional antara respon detektor dengan perubahan konsentrasi analit. d. Selektivitas (Selectivity) Adalah kemampuan suatu metode untuk mengukur jumlah suatu analit tertentu secara cermat dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel, misalnya kontaminan (imputiries), hasil degradasi, dan sebagainya. e. Rentang (Range) Adalah interval antara nilai konsentrasi tertinggi dan terendah dari suatu analit dalam sampel. Validasi dilakukan apabila terdapat prosedur analisis yang diganti atau baru, produk baru dan penambahan substansi baru dalam produk. f. Sensitivitas (Sensitivity / Readability) Adalah kemampuan suatu metode untuk menunjukkan nilai terkecil yang bisa dibaca atau dihasilkan oleh suatu metode. Sensitivitas terbagi atas Limit of Detection (LOD) dan Limit of Quantity (LOQ). g. Ketangguhan (Robustness) Adalah kemampan suatu metode untuk mempertahankan kesesuaian hasil oleh variasi kecil yang sengaja dilakukan pada parameter metode analisisnya. Variasi dapat dilakukan pada ukuran sampel, pH, larutan, suhu, konsentrasi reagen, dan lain-lain. 3. Validasi Pembersihan (Cleaning Validation) Bertujuan untuk meyakinkan bahwa pembersihan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dan telah mencapai tujuan, yaitu menghindari kontaminasi pada produk yaang ditimbulkan aakibat penggunaan alat atau ruangan tersebut. Prinsip validasi pembersihan, yaitu : a. Memeriksa kebersihan peralatan dari residu produk setelah dilakukan pembersihan. b. Tes residu dijalankan pada titik-titik tertentu yang mewakili seluruh permukaan alat (total residu) yang konak langsung dengan produk. c. Untuk evaluasi keamanan akibat kontaminasi, dosis terapeutik terendah dalam sehari (daily intake dose) dari bahan aktif dalam produk sebelumnya dinyatakan sebagai dosis maksimum yang boleh ada pada produk selanjutnya. d. Evaluasi tingkat cemaran mikroba setelah dilakukan pembersihan alat. 4. Validasi Pengemasan (Packaging Validation) Proses pengemasan merupakan tahap akhir dari rangkaian prosess produksi suatu sediaan farmasi (obat) sebelum didistribusikan. Proses pengemasan merupakan salah satu proses yang kritis dalam proses produksi, hal ini disebabkan : a. Sebagian besar kesalahan ada di bagian prosess pengemasan. Hal ini dilatarbelakangi karena adanya anggapan bahwa proses pengemasan bukan proses yang penting sehingga pengawasan sering diabaikan. b. Kesalahan di bagian pengemasan sangat sulit dideteksi. c. Resiko kesalahan di bagian pengemasan berakibat fatal bagi konsumen (resiko kesalahan produk, label, dosis, daan lain-lain). Berikut adalah tujuan validasi proses pengemasan : a. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pengemasan yang berlaku dan digunakan dalaam proses pengemasan rutin sesuai dengan persyaratan rekonsiliasi yang telah ditentukan secara terus-menerus. b. Proses pengemasan yang dilakukan tidak terjadi peristiwa mix-up (campur-baur) antar produk maupun antar batch. 5. Validasi Transport (Transport Validation) Validasi ini dirancang untuk meyakinkan semua kondisi pengangkutan lewat jalan darat, udara, dan laut dengan perbedaan zona iklim di seluruh dunia untuk produk- produk PT. Errita Pharma dapat menjamin mutu produk. Jaluur pengangkutan akan dipilih sehingga dapat mencakup semua zona iklim dan cara pengagkutan. Untuk setiap rute pengangkutan yang dipilih, barang akan disertakan dengan temperature recording sehingga dapat mencatat data. 6. Validasi Sistem Komputerisasi (Computerized Systems Validation/CSV) Computerized Systems Validation merupakan proses untuk mengevaluasi daan mendokumentasikan semua komponen dari suatu sistem agar memenuhi syarat- syarat yang ditetapkan. CSV memerlukan bukti yang didokumentasikan sehingga dapat menjamin bahwa sistem sesuai spesifikasi yang ssudah ada dan akan dilanjutkan untuk memberikan hasil yang teliti, dapat dipercaya, dan aman terhadap adanya perubahan. Usaha ini dapat membantu untuk meyakinkan mutu dengan meminimalkan resiko dari kegagalan error dan kegagalan sistem. CSV adalah pendekatan untuk instalasi baru seperti sistem terkomputerisasi yang sudah ada (legacy systems). Kualifikasi adalah validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang. Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang merupakan langkah pertama dalam pelaksanaan validasi di industri farmasi. Terdapat 4 jenis kualifikasi, yaitu : 1. Kualifikasi Design Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan atau bangunan yang akan dipasang atau dibangun sesuai dengan ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan CPOB yang berlaku. 2. Kualifikasi Instalasi Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang diinstalasi sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, manual alat yang bersangkutan dan pemasangannya dilakukan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Kegiatannya berupa : a. Menyesuaikan lay out gambar dengan teknik b. Membuat dokumen dan operasi perawatan c. Membuat ketentuan dan syarat kalibrasi d. Melakukan verifikasi bahan konstruksi 3. Kualifikasi Operasional Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Kegiatannya termasuk pengujian batas atas dan bawah. 4. Kualifikasi Kinerja Tujuannya adalah untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah diinstalasi bekerja sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai dengan tujuan penggunaan atau melakukan pengujian menggunakan bahan baku (simulasi proses). Kalibrasi merupakan serangkaian kegiatan dalam kondisi yang telah ditentukan, yang menetapkan hubungan antara lain yang ditunjuk oleh alat ukur atau sistem pengukur, atau nilai yang ditampilkan oleh suatu ukuran bahan dengan nilai suatu rujukan standar. Batasan hasil harus telah ditetapkan sebelumnya.
Departemen Quality Control (QC) Quality Control atau pengawaasan mutu merupakan bagian CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten sesuai dengan mutu atau kualitas dan tujuannya. Kegiatan QC merupakan serangkaian kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium berupa pengujian-pengujian yaitu incoming inspection, in proses control, outgoing inspection dan beberapa pengujian tambahan. Berikut ini kegiatan pengujian yang dilakukan oleh QC : 1. Incoming inspection a. Zat aktif dan eksipien Pengujian dilakukan sebelum bahan tersebut digunakan untuk produksi, hal ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa produk tersebut telah memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi. Pengujian yang dilakukan meliputi pemerikssaan organoleptik, uji kadar, uji kelarutan, uji susut pengeringan, uji logam berat, uji kadar air, dll. b. Bahan kemasan Pemeriksaan bahan kemas dilakukan terhadap bahan kemas primer dan kemas sekunder, meliputi botol, alumunium foil, pp cap, dus lipat, master box, etiket dan brosur. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi uji penampilan fisik; uji kesesuaian dengan proof print untuk alumunium foil, etiket, brosur dan dus lipat; uji abrasi untuk master box; uji pelekatan strip untuk alumunium foil; uji kebocoran wadah untuk botol; dan pengujian lainnya sesuai dengan yang ditetapkan oleh monografi. 2. In Proces Control IPC dilakukan terhadap sediaan farmasi. Berikut ini merupakan hal-hal yang dievaluasi selama proses pengolahan : Granul: Kadar air (granulasi basah), sifat alir, kompresibilitas dan ddisstribusi ukuran partikel. Sediaan tablet dan kaplet: Penampilan fisik, keraragaman bobot, dimensi (panjang, lebar, diameter dan tebal), keregasan, kekerasan, waktu hancur, disolusi dan kadar. Sediaan kapsul: Penampilan fisik, keragaman bobot, waktu hancur, disolusi dan kadar. Sediaan dry syrup: Homogenitas, kadar air dan kadar zat aktif dalam sediaan. Sediaan sirup: pH, kekentalan, berat jenis dan volume terpindahkan. IPC saat pengemasan: Kesesuaian dengan batch record, codding, dan uji kebocoran kemasan. Selain itu, kegiatan yang dilakukan bagian Pengawasan Mutu juga mencakup uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya. Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan oleh bagian Pengawasan Mutu bertujuan untuk menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak didistribusikan sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Departemen Produksi Tablet Non Betalaktam Departemen ini dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi empat orang supervisor, yaitu dua orang supervisor pengolahan dan dua orang supervisor pengemasan. Sebelum proses produksi berlangsung, setiap paginya dilakukan line- clearence atau kesiapan jalur produksi secara keseluruhan oleh supervisor. Kesiapan jalur produksi yang dimaksud adalah mulai dari kesiapan operator, kondisi mesin dan alat-alat hingga kesiapan ruangan beserta seluruh fasilitasnya. Gedung produksi tablet non betalaktam dibagi dalam beberapa ruangan, sesuai tahapan produksi yang bertujuan untuk memudahkan proses produksi. Ruangan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Ruang Timbang Di dalam ruangan ini, dilakukan proses penimbangan semua bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi. Bahan baku tersebut diperoleh dari bagian gudang, dan ditimbang sesuai jumlah yang tertera pada batch record. Bahan baku yang telah ditimbang kemudian dikelompokkan bersama bahan baku lainnya yang satu batch produksi. 2. Ruang Staging Ruang staging merupakan ruang penyimpanan sementara bagi bahan baku yang telah ditimbang (dari ruang timbang) sebelum digunakan untuk proses produksi selanjutnya, bahan baku disimpan dalam suatu keranjang berisi bahan baku untuk satu batch produksi. 3. Ruang Pencampuran Awal Bahan baku dari ruang staging, selanjutnya memasuki tahap selanjutnya yaitu proses pencampuran di ruang pencampuran awal. Proses pencampuran dilakukan sesuai prosedur yang tertulis dalam batch record. Di dalam ruang pencampuran awal terdapat mesin pemanas air double jacket dan mixer ultra turax untuk membuat larutan pengikat, serta super mixer (high speed granulator) yang digunakan untuk mencampurkan zat aktif dan larutan pengikat. Larutan pengikat yang dibuat menggunakan mesin mixer ultra turax kemudian dicampurkan dengan bahan aktif lainnya selain bahan pelincir di dalam mesin super mixer. 4. Ruang Granulasi Pada ruang ini terdapat mesin granulator, mesin Fluid Bed Dryer (FBD), dan cad mill. Granul basah hasil pencampuran awal dimasukkan ke dalam mesin Fluid Bed Dryer dan selanjutnya granul basah yang sudah kering tersebut (granul kering) dimasukkan ke dalam cad mill untuk menghaluskan ukuran granul. Prinsip pengeringan dengan mesin FBD adalah penghamburan dan pemanasan granul. Sedangkan prinsip kerja mesin cad mill adalah pemotongan granul dengan pisau yang terdapat dalam mesin, dengan ssistem vibrasi dan penyaringan menggunakan mesh yang sesuai dengan ukuran granul yang diinginkan. In process control pada tahap ini dilakukan untuk melihat kadar air granul setelah dikeringkan. Selanjutnya dilakukan pencampuran akhir dengan fasa luar di ruangan pencampuran akhir. 5. Ruang Pencampuran Akhir Massa granul dari ruang granulasi dibawa ke ruang pencampuran akhir, untuk kemudian dilakukan proses pencampuran akhir bersama fasa luar berupa zat pelincir menggunakan alat cone mixer. Massa granul hasil pencampuran akhir, selanjutnya dibawa ke ruang pencetakan untuk dicetak. 6. Ruang Pencetakan Tablet Massa granul kemudian dicetak menggunakan mesin pencetak tablet. Pelaksanaan in process control untuk tablet yang telah dicetak berupa uji friabilitas untuk mengetahui daya tahan tablet terhadap guncangan, uji kekerasan tablet, uji keseragaman diameter dan bobot tablet, dan uji waktu hancur. 7. Pengisian Kapsul Granul kering dimasukkan ke kapsul menggunakan mesin filling kapsul otomatis yang sebelumnya dilakukan pengaturan mesin sesuai bobot kapsul agar bobot kapsul masuk rentang yang telah ditetapkan. 8. Ruang Penyalutan Penyalutan tablet hanya dilakukan pada tablet tertentu yang memang dirancang sebagai tablet salut. Hal yang perlu diperhatikan selama proses penyalutan adalah pengaturan tekanan udara dalam proses penyemprotan larutan penyalut. Perlu diperhatikan mengenai homogenitas warna lapisan penyalut pada seluruh permukaan tablet. 9. Ruang Deduster Setelah dicetak dan atau disalut, tablet dibawa ke ruang poles untuk dibersihkan dari partikel-partikel halus (dust) yang menempel pada permukaan tablet selama proses pencetakan dengan mesin deduster. 10. Ruang Stripping Setelah dibersihkan, maka tablet memasuki ruang stripping, yaitu pengemasan primer tablet ke dalam alumunium foil menggunakan mesin stripping. Proses coding berupa nomor batch dan expire date terhadap strip juga dilakukan selama proses stripping. Pada tahap ini dilakukan in process control berupa uji kebocoran strip dengan cara memasukkan obat yang telah di stripping ke dalaam larutan berwarna, jika obat di dalam strip tidak berubah warna maka proses stripping tersebut tidak mengalami kebocoran. Produk jadi ini kemudian siap untuk dilakukan pengemasan sekunder.
Departemen Produksi Sirup Non Betalaktam Departemen produksi sirup non betalaktam tidak dipimpin oleh seorang manajer, dimana supervisor produksi dan supervisor pengemasan bertanggung jawab langsung kepada plant manager. Produk liquid yang dibuat oleh PT. Errita Pharma adalah sirup, suspensi, dan emulsi. Proses pembuatannya pun berbeda-beda tahapannya. Untuk produksi sirup, cukup melalui dua tahapan saja (pengembangan dan pencampuran), sedangkan produksi suspensi harus melalui tiga tahap, yaitu pengembangan, colloid mill, dan pencampuran. Hal ini terjadi karena dalam proses produksi suspensi diperlukan kestabilan viskositas dan pH yang dapat tercapai selama 3 hari. Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tahapan pembuatan sirup dan suspensi : 1. Sirup a. Proses pengembangan, yang digunakan untuk pembuatan sirup adalah Na Carboxymethil Cellulose (CMC) yang dicampurkan ke dalam air panas agar Na CMC larut dan mengembang, proses pengembangan ini untuk menstabilkan, memekatkan, dan mengentalkan. Hasil proses pengembangan didiamkan selama 12 jam agar kestabilan tercapai dan proses pengembangan sempurna. b. Proses pelarutan nipagin dan nipasol dalam air panas, nipagin dan nipasol digunakan sebagai pengawet dalam sirup. c. Hasil proses (a) dicampurkan dengan hasil proses (b), diaduk hingga homogen. d. Zat aktif kemudian ditambahkan dan dicampurkan pada hasil proses (c). e. Hasil proses (d) ditambah zat pewarna, perasa atau penambah aroma. 2. Suspensi a. Proses pengembangan, suspending agent yang dicampurkan ke dalam air panas agar Na CMC larut dan mengembang, proses pengembangan ini untuk menstabilkan, memekatkan, dan mengentalkan. Hasil proses pengembangan didiamkan selama 12 jam agar kestabilan tercapai dan proses pengembangan sempurna. b. Proses pelarutan nipagin dan nipasol dalam air panas, nipagin dan nipasol digunakan sebagai pengawet dalam suspensi. c. Hasil proses (a) dicampurkan dengan hasil proses (b), diaduk hingga homogen. d. Zat aktif kemudian ditambahkan dan dicampurkan pada hasil proses (c), kemudian melewatkannya pada alat colloid mill yang bertujuan untuk pengecilan ukuran partikel, dan didiamkan selama 12 jam agar kestabilan tercapai dengan sempurna. e. Hasil proses (d) ditambah zat pewarna, perasa atau penambah aroma. Setelah melalui beberapa tahap di atas, obat siap untuk dimasukkan ke dalam botol (filling) atau mengalami pengemasan primer yang dilakukan secara otomatis menggunakan mesin. Botol yang sudah terisi obat, kemudian dipasang tutup botolnya, dikencangkan (disegel), baru kemudian dipasang etiket dan dimasukkan ke dalam box (pengemasan sekunder dan tersier).
Departemen Produksi Betalaktam Berdasarkan CPOB, produk yang dapat menimbulkan sensitisasi tinggi sebaiknya disediakan suatu sarana khusus dalam hal kegiatan produksinya agar dapat memperkecil bahaya medis yang terjadi akibat adanya kontaminasi silang. Antibiotik yang mengandung cincin betalaktam merupakan salah satu zat yang memiliki daya sensitisasi tinggi. Oleh karena itu, kegiatan produksi sediaan betalaktam dilakukan di bangunan yang terpisah dengan sediaan non betalaktam. Sediaan yang mengandung bahan baku golongan betalaktam bersifat higroskopiss, sehingga untuk mencegah penurunan mutu akibat rusaknya bahan baku, maka kelembaban di ruangan produksi betalaktam harus terkontrol. Sistem HVAC di ruang produksi betalaktam di desain khusus agar diperoleh ruangan dengankelas kebersihan E khusus, yang memiliki kelembaban maksimal 40%. Karena sifatnya yang higroskopis, maka kegiatan produksi sediaan betalaktam dilakukan tanpa melibatkan air. Selain dari aspek bangunan untuk kegiatan produksi, pengolahan limbah (khususnya limbah cair) untuk produk betalaktam juga memerlukan perlakuan khusus, yaitu dengan melakukan pemecahan cincin betalaktam. Pemecahan cincin dilakukan dengan menambahkan NaOH pada limbah cair tersebut. Setelah cincin betalaktam pecah, maka limbah cair dapat disatukan dengan limbah cair lainnya menuju IPAL. Di bagian produksi betalaktam, diproduksi 3 jenis sediaan, yaitu berupa kaplet, kapsul dan dry syrup. Untuk sediaan dry syrup, mesin yang digunakan untuk mencampur bahan aktif dan bahan tambahan adalah mesin V-Mixer. Produk yang dihasilkan dan telah dipasarkan diantaranya Etamox kaplet, Etamox DS, Amoxycillin kapsul 250 mg, Amoxycillin kaplet 500 mg dan Ampicillin kaplet 500 mg. Secara umum, alur proses produksi sediaan betalaktam sama dengan produksi sediaan non betalaktam. Perbedaannya adalah pengaturan kondisi ruangan yang harus dapat menjaga kestabilan zat aktifnya dan untuk mencegah kontaminasi betalaktam ke lingkungan luar, seluruh operator yang akan keluar dari ruang produksi harus melewati ruang air shower agar zat aktif yang melekat pada pakaian operator tersebut hilang. Proses produksi tidak akan berlangsung tanpa dokumen (Production Work Order dan Packaging Order) yang berfungsi sebagai alat kendali untuk memastikan bahan aktif dan eksipien serta bahan kemas apa saja yang digunakan dalam proses produksi. Hal ini terjadi pada seluruh proses produksi di PT. Errita Pharma. Sebagaimana sudah disebutkan di atas bahwa sifat zat aktif sediaan betalaktam berbeda dengan sifat zat aktif sediaan non betalaktam, maka proses produksinya pun berbeda, yaitu : 1. Proses produksi dilakukan dengan cetak langsung, karena zat aktif betalaktam tidak stabil terhadap air, RH dan cahaya. 2. Kemasan yang diguunakan tidak dalam kemasan pot karena tidak stabil, sehingga selalu dalam bentuk strip (alumunium foil)
Departemen Research and Development (R&D) Bagian penelitian dan pengembangan menjalankan fungsi sebagai bagian hulu dari perusahaan yang merencanakan konsep pengembangan produk untuk selanjutnya diwujudkan dalam kegiatan produksi. Baguan ini diimpin oleh seorang manager (Apoteker) yang dibantu oleh staf ahli farmasi dan staf nonfarmasi. Pembagian kerja bagian penelitian dan pengembangan secara umum meliputi : 1. Product Development Bagian ini melakukan pengembangan obat dengan merumuskan formulasi baru yang dapat merupakan perbaikan dari formulasi sebelumnya atau formula baru dari suatu obat baru yang akan diproduksi perusahaan. Tahapan kerja bagian formulasi adalah : a. Tahap preformulasi, melakukan penelusuran pustaka untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan karakteristik zat aktif obat ataupun eksipien penyusunnya. Pada tahap ini juga disusun formula acuan untuk pelaksanaan tahap selanjutnya. b. Tahap trial, yang terdiri dari trial skala laboratorium (ukuran kecil), skala pilot (1/20 1/5 dari bets produksi), dan skala produksi (1 bets produksi). c. Tahap pembuatan master composition, master composition merupakan dokumen yang berisi formula utama dari suatu produk yang akan diproduksi. d. Tahap pembuatan Prosedur Induk, Prosedur Induk berisi segala hal yang akan dilakukan selama proses produksi satu bets obat yang tersiri dari Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk. 2. Analysis Development Bagian ini melakukan pencarian metode analisis obat serta menyusun dan melakukan validasi metode analisis obat. Metode analisis yang telah divalidasi kemudian ditransfer ke bagian Quality Control (QC) untuk selanjutnya dilakukan pengawasan mutu secara rutin oleh QC selama produksi obat berlangsung. 3. Packaging Developmen Bagian ini melakukan penentuan kemasan obat dengan mempertimbangkan interaksi senyawa obat dengan bahan kemas. Sselain itu juga melakukan pembuatan dan pengembangan desain bahan kemas produk obat, baik yang telah diproduksi ataupun yang akan diproduksi. 4. Registrasi Bagian ini bertanggungjawab terhadap penyelesaian registrasi obat, baik obat baru yang akan beredar maupun perpanjangan registrasi obat yang sudah habis masa izin edarnya dengan berhubungan langsung dengan BPOM hingga diperoleh izin edar obat yang bersangkutan. Tahapan registrasi obat baru secara umum adalah sebagai berikut : a. Praregistrasi, menyerahhkan kelngkapan dokumen-dokumen obat yang disyaratkaan untuk diregistrasikan kepada BPOM dan juga untuk menentukan jalur evaluaasi obat yang bersangkutan. b. Registrasi, dilakukan dengan menyerahkan berkas registrasi dan mengisi formulir registrasi, disket, bukti pembayaran evaluasi dan biaya pendaftaran, dan hasil praregistrasi. c. Pengisian formulir. d. Evaluasi, dilakukan BPOM terhadap berkas registrasi obat yang telah diserahkan perusahaan. e. Pemberian keputusan, dikeluarkan oleh kepala BPOM dengan rekomendasi dari KOMNAS POJ.