Anda di halaman 1dari 6

Manajemen Keandalan Infrastruktur Sektor Persampahan

Oleh :
Dimas Dwi Wijayanto : 136060100111020
Nasr M. Talib : 136060100111019

Bab I Pendahuluan
Kota Malang Banjir Sampah Tiap Hari 400 Ton, Kini Bertambah 40 Ton. Jika
persoalan sampah tidak tertangani sejak dini, maka Kota Malang terancam akan banjir
sampah. Warning itu bukan hanya isapan jempol. Sebab, saat ini dinas kebersihan dan
pertamanan (DKP) mulai panik dengan keberadaan sampah. Pada tahun ini volume sampah
terus meningkat dibandingkan tahun lalu. Setiap hari diperkirakan sampah di kota naik 10
persen dari total volume sampah yang mencapai 400 ton per hari.
Kepala DKP Kota Malang Wasto mengakui keberadaan sampah di Kota Malang ini
kecenderungannya meningkat. Ini berdasarkan laporan dari petugas yang mengangkut
sampah dari TPS (tempat pembuangan sementara) ke TPA (tempat pembungan akhir) Supit
Urang.
Kenaikan volume sampah ini menjadi hal yang lumrah, karena jumlah penduduk Kota
Malang ini terus meningkat setiap tahunnya. Selain itu, hasil survei DKP di lapangan, warga
semakin sadar dengan membuang sampah ke tong sampah untuk diangkut petugas ke
TPS.Sehingga mereka tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat yang bisa
menyebabkan pencemaran. Perubahan perilaku masyarakat ini tentu hal yang positif.
Berdasarkan data DKP, setiap harinya sampah yang masuk ke TPA Supit Urang
mencapai 400 ton. Apabila ada kenaikan 10 persen, berarti kenaikan sampah sekitar 40 ton.
Wasto mengakui, meningkatnya sampah ini bisa menjadi problem besar bagi pemkot apabila
tidak segera diantisipasi. Khususnya dalam hal penyediaan jumlah paskun. Mengingat saat
ini jumlah paskun sebanyak 800 orang dinilai masih sangat kurang. Namun demikian,
masalah ini masih bisa diatasi karena paskun saat ini terbagi dalam tiga shift. Jadi per 8
jam, ada paskun yang membersihkan sampah.
Dengan volume sampah yang meningkat dan jumlah paskun tetap, terkadang ada
beberapa titik yang semestinya sampah diambil dua hari sekali, sekarang harus tiga hari
sekali baru diambil.
Banyaknya sampah yang terdapat di Kota Malang membutuhkan jumlah pasukan
kuning yang lebih banyak dan bagaimana tindakan manajemen yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah sampah yang semakin hari semakin banyak.
Bab II Kajian pustaka dan Metode Penelitian
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatuproses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam
proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk
yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Dari jenisnya sampah
dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu sampah organic dan anorganik.
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya (Chandra, 2007). Banyak sampah organik masih mungkin digunakan
kembali/ pendaurulangan (re-using), walaupun akhirnya akan tetap merupakan bahan/
material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur, 1995).

A. DASAR TEORI
Sampah sebagai limbah yang bersifat padat terdir dari zat organik dan zat anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan
dan melindungi investasi pembangunan (SNI 19 - 2454 - 2002).
a. Laju Timbulan Sampah
Laju timbulan sampah baik untuk sekarang maupun dimasa mendatang merupakan
dasar dari perencanaan, perancangan, dan pengkajian potensi pengelolaan persampahan
menuju Zero Waste. Apabila pengamatan lapangan belum tersedia, maka untuk menghitung
besaran sistem dapat digunakan angka timbulan sampah sebagai berikut ( E. Damanhuri,
2004):
sampah kota besar = 2 - 2,5 liter/orang.hari atau 0,4 - 0,5 kg/orang.hari
-2 liter/orang.hari atau 0,3-0,4
kg/orang.hari
Berdasarkan kriteria pada SNI 19-3964-2002 untuk kota besar lebih dari 500.000
jiwa maka Kota Malang masuk kota besar.
b. Densitas
Densitas sampah adalah berat sampah yang diukur dalam satuan kilogram
dibandingkan dengan volume sampah yang diukur tersebut (kg/m3). Densitas sampah
sangat penting dalam menentukan jumlah timbulan sampah. Penentuan densitas sampah ini
dilakukan dengan cara menimbang sampah yang disampling dari sumber sampah (E.
Pandebesie, 2005).


Sumber : Dinas Kebersihan dan pertamanan Kota Malang, 2011
Atau perhitungan volume sampah dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus :
Volume sampah = jumlah penduduk x rasio sampah kota/1000
Setelah mengetahui volume sampah yang di dapat, kita dapat mengecek layanan
yang tersedia pada saat ini, apakah sudah memenuhi atau belum. Jika belum memenuhi
untuk melakukan pengangkutan / layanan, kita dapat melakukan berbagai alternative
perencanaan, salah satunya dengan menambahkan personel dan peralatan. Kebutuhan
penambahan personel dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Personel = JAP +(2 JT pengumpulan langsung)

Keterangan :
JAP = Jumlah Angkutan Pengumpul Perumahan
JT = Jumlah Truk

Jumlah personel yang dibutuhkan akan berpengaruh terhadap jumlah kendaraan
pengangkut. Jumlah angkutan dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :

Kendaraan Pengakut =






Volum sampah
ritasi x kapasitas truk

Bab III Pembahasan
A. Mekanisme sampah Kota Malang
Pengelolaan sampah di Kota Malang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Malang. Organisasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang
didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2008 tentang pembentukan,
kedudukan, tugas pokok, fungsi dan struktur organisasi dinas sebagai unsur pelaksana
pemerintah daerah; Keputusan Walikota Malang Nomor 48 tahun 2008 tentang uraian
tugas pokok, fungsi dan tata kerja dinas kebersihan dan pertamanan Kota Malang.

Pengangkutan sampah adalah kegiatan sampah yang telah di kumpulkan di
tempat penampungan sementara atau langsung dari tempat sumber sampah ke
tempat pembuangan akhir. Pengangkutan sampah dari TPS (tempat pembuangan
sementara) ke TPA (tempat pembuangan akhir) dilaksanakan oleh dinas kebersihan
Kota Malang dengan menggunakan 3 angkutan meliputi: loader, dump truck, dan arm
roll dalam proses pemuatannya.



B. Analisis Kualitatif
Sesuai dengan standar kota Besar, yaitu tingkat timbulan sampah sebanyak 3,25
liter/orang/hari, Kota Malang dengan jumlah penduduk 763.465 jiwa, menghasilkan 2.481
m3 timbulan sampah. Jumlah ini didapatkan dari jumlah penduduk x 3,25/1000. Namun
Kota Malang baru dapat mengelola sebanyak 1.370 m3. Sehingga banyaknya sampah yang
belum terlayani adalah 1.141 m3 atau 44%.

Sampah sebesar 2.481 m3 diangkut dengan menggunakan 14 dump truk dengan
kapasitas maksimal 8 m3. Maka didapatkan nilai ritasi tiap truk adalah sekitar 22 rit per hari.
Namun pada kenyataannya yang dapat terangkut hanya 1370 m3 atau 12 rit tiap hari yang
dilaksanakan dalam 3 shif selama 24 jam. Idealnya kota malang dengan jumlah sampah
yang mencapai 2.481 m3 atau kurang lebih 400ton / hari memiliki 31 dump truck dengan
ritasi sebanyak 10 rit yang beroprasi dengan sistem 3 shift.
Sedangkan jumlah personel saat ini yang merupakan gabungan dari tukang sampah
dan tukang kebun (karena berasal dari satu kedinasan yaitu DKP) berjumlah 800 orang.
Yang terbagi menjadi 3 shif, atau 266 orang/shift. Jika ditinjau dari kendaraan pengangkut
yang ada saat ini maka idealnya personel yang dibutuhkan adalah 453 orang tiap shift. Atau
jika disesuaikan dengan komponen ideal dengan penambahan truk sampai mencapai 31 truk
maka kebutuhan personel akan bertambah sebanyak 487 orang.
Namun demikian, semua sampah masih bisa tertampung di TPA Supit Urang. Sebab,
pada tahun ini dinas perumahan telah melakukan penambahan lahan pada 2011 lalu seluas
7 hektare. Sehingga luasan TPA Supit Urang ini mencapai 22 hektare. Dan saat ini terpakai
sekitar 13 hektare.

C. Langkah Antisipasi
Sebenarnya, DKP sendiri sudah berusaha menekan sampah agar tidak semua masuk
ke TPA Supit Urang. Salah satu usaha yang ditempuh DKP, membuat BSM (Bank Sampah
Malang). Lewat BSM, sampah kering yang dihasilkan warga dari hasil pemilahan dibeli
dengan harga di pasaran.
Sehingga masyarakat secara langsung dirangsang untuk meningkatkan pendapatan dengan
melakukan pemilahan sampah kering dan sampah basah. Sampah kering dijual ke BSM dan
sampah basah dijadikan kompos.
Bahkan, pada 2013 DKP membuat program baru, yakni membeli kompos yang dibuat
warga. Anggaran yang diajukan sebesar Rp 50 juta. Anggaran itu nantinya dipergunakan
untuk membeli kompos yang dihasilkan warga.
Penambahan jumlah personel lebih baik disegerakan. Karena penambahan personel
itu berdampak terhadap pelayanan DKP kepada masyarakat. Artinya, dengan jumlah paskun
yang ideal tentunya semakin cepat melakukan pembersihan di TPS untuk diangkut ke TPA
Supit Urang.
Menerapkan konsep 3R. Konsep 3R adalah merupakan dasar dari berbagai usaha
untuk mengurangi limbah sampah dan mengoptimalkan proses produksi sampah, (Ari
Suryanto, dkk, 2005).


Pengelolaan sampah berbasis masyarakat (Community Based Solid Waste
Management / CBSWM) adalah suatu pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan
pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan, dikontrol, dan di
evaluasi bersama masyarakat, (Environmental Services Program (ESP) DKI, 2006). Berbasis
masyarakat karena produsen utama adalah masyarakat sehingga, masyarakat harus
bertanggung jawab terhadap sampah yang masyarakat produksi. CBSWM ini tujuannya
adalah kemandirian masyarakat dalam mempertahankan kebersihan lingkungan melalui
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan

Anda mungkin juga menyukai