Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan pendidikan merupakan tanggung jawab semua elemen
baik pemerintah, orang tua, guru maupun masyarakat. Keberhasilan
pendidikan formal yang diselenggarakan di lingkungan madrasah
dipengaruhi oleh komponen input, proses dan produk. Proses yang
diselenggarakan merupakan bentuk usaha yang dilakukan untuk
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan. Sebagaimana termaktub
dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 3 menyebutkan tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Kenyataan di madrasah menunjukkan bahwa tidak semua siswa
dapat memahami dengan baik kelemahan dan kelebihannya, bakat dan
minat siswa serta ciri-ciri kepribadiannya. Siswa sebagai mahluk sosial,
tentunya memiliki kemampuan sosial, ternyata tidak semua siswa
memiliki kemampuan untuk mengenal lingkungannya, seperti mengenal
lingkungan madrasah, keluarga, serta lingkungan di luar madrasah secara
lebih baik, termasuk mengenal teman-teman sebayanya serta tidak semua
siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal,
sehingga perlu adanya program-program pendidikan yang dapat
membantu siswa untuk mengatasi permasalahan tersebut sebagai salah
satu usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Bimbingan dan konseling di madrasah sebagai usaha untuk
membantu siswa dalam mengatasi hal-hal tersebut. Guru dapat
memberikan bantuan kepada siswa dengan tujuan agar siswa mandiri dan
2

berkembang secara optimal berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Kemandirian siswa diantaranya ditujukkan melalui kemampuan
memahami dirinya sendiri, seperti memahami kelebihan dan kekurangan
yang dimilikinya.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di madrasah diwujudkan
dalam bentuk program-program yang dapat langsung diterapkan di
madrasah. Program-program tersebut disusun dan diterapkan dengan
harapan dapat mencapai tujuan dari bimbingan dan konseling itu sendiri,
sedangkan untuk mengetahui apakah program tersebut dapat mencapai
tujuan yang yang telah ditetapkan perlu adanya evaluasi program. Menurut
Ralph Tyler (dalam Akrikunto, 2009:5) evaluasi program adalah proses
untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealiasasikan.
Evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk
disampaikan kepada pengambil keputusan.
Madrasah Aliyah Negeri 2 Situbondo merupakan lembaga
pendidikan sederajat dengan sekolah menengah atas. Secara geografis
MAN 2 Situbondo berada di daerah perkotaan, yang dapat dijangkau
dengan mudah oleh sarana transportasi umum sehingga siswa yang
bermadrasah di MAN 2 Situbondo berasal tidak hanya dari dalam kota,
tetapi dari pedesaan bahkan ada yang dari luar kota dengan latar belakang
yang berbeda. MAN 2 Situbondo memiliki jumlah siswa kurang lebih 850
siswa, sedangkan guru yang memiliki latar belakang atau kualifikasi
pendidikan strata satu Bimbingan dan Konseling jumlahnya hanya 1
orang. Guru pembimbing dan konseling juga dapat memberikan bahan
pertimbangan dalam peminatan atau penjurusan siswa melalui program-
program bimbingan dan konseling yang telah disusun dan dilaksanakan.
Oleh karena itu, penulis merasa perlu melakukan evaluasi pelaksanaan
program bimbingan dan konseling di MAN 2 Situbondo.

1.2 Rumusan Masalah
3

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan,
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan program Bimbingan dan Konseling di
MAN 2 Situbondo ?
2. Apakah kegiatan pelayanan sebagai bentuk program Bimbingan dan
Konseling di MAN 2 Situbondo sudah efektif dan efisien?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyelenggaraan evaluasi program bimbingan dan
koseling sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di MAN 2 Situbondo;
2. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari kegiatan
pelayanan sebagai bentuk program bimbingan dan konseling di MAN
2 Situbondo.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan ini sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Melalui evaluasi program bimbingan dan konseling guru pembimbing
diharapkan dapat menambah pengalaman dan pengetahuan penyebaran
alat/instrumen evaluasi program bimbingan dan konseling di madrasah.
b. Manfaat Praktis
Melalui evaluasi program bimbingan dan konseling, guru pembimbing
diharapkan mendapatkan bahan masukan dalam menyusun dan
melaksanakan program bimbingan dan konseling dan melakukan tindak
lanjut pelaksanaan program bimbingan dan konseling dimadrasah.




4



BAB II
LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan
telah dapat dicapai. Menurut Sukardi (2009:1), evaluasi merupakan proses
memahami, memberi arti, mendapatkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi
bagi keperluan pengambilan keputusan. Menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat
(1), evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara
nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan
program pendidikan.
Menurut Suchman (dalam Arikunto, 2009:1) memandang evaluasi sebagai
sebuah proses menentukan hasil yang dicapai beberapa kegiatan yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.
Program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang
merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam
proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan
dalam menentukan program, yaitu 1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan,
2) terjadi dalam waktu relatif lama bukan kegiatan tunggal tetapi jamak
berkesinambungan dan 3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok
orang. Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi
5

kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu
tertentu.
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan
mengumpulkan informasi tentang realisasi atau implementasi dari suatu
kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam
suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan
(Arikunto, 2009:5). Evaluasi program mencakup pokok bahasan yang lebih luas.
Cakupan bisa dimulai dari evaluasi kurikulum sampai pada evaluasi program
dalam suatu bidang studi. Sesuai dengan cakupan yang lebih luas maka yang
menjadi objek evaluasi program juga dapat bervariasi, termasuk diantaranya
kebijakan progam, implementasi progam dan efektivitas program.

2.2 Program Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara berkesinambungan, agaru individu tersebut dapat
memahami dirinya sendiri. Menurut Rochman Natawidjaja dalam Sukardi
(2008:2), bimbingan membantu individu mencapai perkembangan secara optimal
sebagai mahluk sosial. Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan secara
terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar
tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan
perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan
penyusuaian diri dengan lingkungannya.
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang
(individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi
pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang
hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: a) mengenal diri sendiri dan
lingkungannya, b) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan
dinamis, c) mengambil keputusan, d) mengarahkan diri dan e) mewujudkan diri.
Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian bimbingan dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan
kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis
6

oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang
mandiri. Kemandirian yang menjadi tujuan usaha bimbingan ini mancakup lima
fungsi pokok sebagaimana telah diuraikan diatas yang hendaknya dijalankan oleh
pribadi yang mandiri. Sedangkan, konseling merupakan inti dan alat yang paling
penting dalam bimbingan.
Menuru Rochman Natawidjaja dalam Sukardi (2008:4) konseling adalah
satu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadi dari bimbingan. Konseling
dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana
yang seorang (yaitu konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk
mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-
masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang. Konseling adalh suatu
upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau suatu upaya bantuan yang
dilakukan degan empat mata atau tatap muka, antara konselor dan konseli yang
berisi usaha yang laras unik dan manusiawi yang dilakukan dalam suasana
keahlian dan yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku. Hal ini
dimaksudkan agar konseli memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri
dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin untuk masa yang
akan datang.
Sasaran dari bimbingan dan konseling adalah mengembangkan apa yang
terdapat pada diri tiap-tiap individu secar optimal agar setiap individu bisa
berguna badi dirinya sendiri, lingkungan, dan masyarakat pada umumnya. Secara
lebih khusus sasaran pembinaan pribadi siswa melalui layanan bimbingan
mencakup tahapan-tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan : 1)
pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri, 2) pengenalan lingkungan, 3)
pengambilan keputusan, 4) pengarahan diri, dan 5) perwujudan diri. Pelayanan
bimbingan di madrasah mempunyai lingkung yang cukup luas. Lingkup
bimbingan di madrasah dapat ditinjau dari berbagi segi, yaitu dari segi fungsi,
sasaran, layanan, dan masalah. Adapun uraian dari ruang lingkup bimbingan dan
konseling tersebut sebagai berikut:
a. Segi fungsi
7

Bimbingan dan koseling di madrasah berfungsi untuk 1) pemahaman, 2)
pencegahan, 3) pengentasan, 4) pemeliharaan dan pengembangan.
b. Segi sasaran
Dari segi sasarannya, pelayanan bimbingan dan konseling di madrasah,
diperuntukkan bagi seluruh siswa dengan tujuan siswa secara individual
mencapai perkembangan optimal melalui kemampuan pengungkapan dan
pengenalan penerimaan diri dan lingkungan, pengambilan keputusan,
pengarahan diri, dan perwujudan diri.
c. Segi pelayanan
Layanan bimbingan dan konseling dapat mencakup pelayanan-pelayanan
berikut:
1. Pelayanan orientasi
2. Pelayanan informasi
3. Pelayanan penempatan dan penyaluran
4. Pelayanan pembelajaran
5. Pelayanan konseling perorangan
6. Pelayanan bimbingan kelompok
7. Pelayanan konseling kelompok
8. Aplikasi instrumen bimbingan dan konseling
9. Penyelenggaraan himpunan data
10. Konferensi kasus
11. Kunjungan rumah
12. Alih tangan kasus
d. Segi Masalah
Ditinjau dari masalah yang dihadapi para siswa, bimbingan di madrasah
mencakup 4 bidang berikut:
1. Bimbingan Pribadi
2. Bimbingan Sosial
3. Bimbingan Belajar
4. Bimbingan Karier

8

Berdasarkan uraian diatas tentang ruang lingkup bimbingan dan konseling,
maka program-program bimbingan dan konseling yang disusun akan melibatkan
keempat segi dari ruang lingkup tersebut, antara lain kegiatan pelayanan-
pelayanan dan bimbingan yang akan diberikan kepada siswa.

2.3 Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Evaluasi program bimbingan dan koseling di madrasah ialah berupaya
untuk menelaah program pelayanan bimbingan dan konseling yang telah dan
sedang dilaksanakan untuk mengembangkan dan memperbaiki program
bimbingan dan konseling di madrasah bersangkutan, dengan demikian
penilaian layanan bimbingan dan koseling di madrasah adalah bertujuan: 1)
membantu mengembatumbuhkan kurikulum madrasah kearah kesesuaian dan
kebutuhan siswa, 2) membantu guru memperbaiki cara mengajar di kelas, dan
3) memungkinkan program bimbingan dan konseling berfungsi lebih efektif.
Evaluasi terhadap kegiatan bimbingan dan konseling, mengandung tiga aspek
penilaian, yaitu:
a. Evaluasi personal atau diri sendiri;
b. Evaluasi program;
c. Evaluasi hasil.
Menurut pendapat Gysbers berpendapat bahwa evaluasi yang
dilakukan konselor dalam rangka mengembangkan potensi dan kesuksesan
siswa ada dalam tiga hal, yaitu :
a. Penilaian terhadap program bimbingan dan konseling.
b. Penilaian terhadap proses pelaksanaan bimbingan dan konseling.
c. Penilaian terhadap hasil (product) dari pelaksanaan kegiatan pelayanaan
bimbingan dan konseling.

2.4 Hakekat Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Program BK adalah keseluruhan yang mencakup kegiatan yang
dilakukan oleh petugas BK di madrasah atau perguruan tinggi. Menurut
prayitno ( 2002:21 ) program BK adalah satuan besar atau kecil rencana
9

kegiatan layanan dan kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling yang
akan dilaksanakan pada perode tertentu.
Unsur-unsur dalam program BK adalah :
a. Kebutuha siswa
b. Jumlah siswa
c. Bidang bimbingan
d. Jenis pelayanan
e. Kegiatan pendukung
f. Volume kegiatan
g. Frekuensi layanan
h. Lama kegiatan
i. Waktu kegiatan
j. Kegiatan khusus
Menurut Gybers dan Handerson, Pekerjaan mengevaluasi program
adalah prosedur untuk mengetahui tingkat keberhasilan/keberfungsian
bimbingan dan konseling, dimana adas tandar/ kriteria yang menjadi patokan
untuk menilainya. Menurut suharsimi Arikunto, evaluasi program bimbingan
dan konseling adalah upaya untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahan
atau ketidakberhasilan suatu program dengan cermat, rinci, akurat, yang
didasarkan atas atandar/criteria dari objek yang dievaluasi.

2.5 Prinsip Evaluasi Pelakasanaan Program Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian, evaluasi didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1. Sahih, berarti evaluasi didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti evaluasi didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
10

3. Adil, berarti evaluasi tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti evaluasi merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur evaluasi, kriteria evaluasi, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti evaluasi mencakup semua
aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7. Sistematis, berarti evaluasi dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti evaluasi dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.

2.6 Komponen-Komponen Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Komponen dan sub komponen dalam evaluasi program bimbingan dan
konseling di madrasah sebagai berikut :
1. Evaluasi program bimbingan dan konseling
Program bimbingan dan konseling dimadrasah dibagi menjadi beberapa
kegiatan pelayanan sebagai sub komponen evaluasi, yaitu:
a. Pelayanan kepada perserta didik,
b. Pelayanan kepada guru,
c. Pelayanan kepada kepala madrasah
d. Layanan kepada orang tua siswa
2. Evaluasi administrasi dan organisasi bimbingan dan konseling,
Pelaksanaan evaluasi terhadap administrasi dan organisasi bimbingan dan
konseling di madrasah maka perlu pemahaman terhadap manajemen
bimbingan dan konseling. Adapun sub komponen evaluasinya adalah :
11

a. Struktur oranisasi bimbingan dan konseling
b. Sarana administrasi pelayanan bimbingan dan konseling, yang
mencakup sarana personel dan sarana material (fisik dan teknis)
c. Anggaran
Jenis data yang dikumpulkan dari komponen administarasi dan organisasi
bimbingan dan koseling dimadrasah berupa :
a. Ketersediaan ruangan bimbingan dan konseling (ruang konseling,
ruang konsultasi, ruangan media bimbingan dan konseling dan
kelengkapan sarana prasarananya).
b. Ketersediaan personel (guru pembimbing),
c. Sarana material (sarana fisik dan sarana teknis)
d. Struktur organisasi bimbingan dan konseling.

3. Evaluasi proses bimbingan dan konseling
Adapun sub komponen dari evaluasi proses atau pelaksanaan bimbingan
dan konseling di madrasah sebagai berikut:
a. Organisasi dan administrasi program bimbingan dan konseling
b. Petugas pelaksana atau personel
(1) Tenaga profesional
(2) Tenaga nonprofesional
c. Fasilitas dan perlengkapan
(1) Fasilitas teknis: tes, inventori, angket, format, dan sebagainya
(2) Fasilitas fisik, seperti: ruang konselor, ruang konseling, ruang
tunggu, ruang pertemuan, ruang administrasi bimbingan dan
konseling (penyimpanan data)
d. Perlengkapan, seperti : meja, kursi, lemari, papan media bimbingan,
alat perekaman dan sebagainya
e. Anggaran biaya
Anggaran biaya perlu dipersiapkan secara rinci untu menunjang
pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Anggaran yang
diperlukan dalam pos-pos seperti berikut :
12

(1) Honorarium pelaksana/personel
(2) Pengadaan dan atau pengembangan alat-alat teknis
(3) Pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik
(4) Biaya operasional: perjalanan, pertemuan, kunjungan rumah, dan
sebagainya
(5) Penilaian dan penelitian
f. Kegiatan pelaksanaan program bimbingan dan konseling

4. Evaluasi hasil (produk) bimbingan dan konseling
Evaluasi hasil bimbingan dan konseling diadakan melalui
peninjauan kembali terhadap hasil yang diperoleh seseorang yang
berparitisipasi dalam kegiatan-kegiatan bimbingan dan melalui peninjauan
terhadap kegiatan itu sendiri dalam berbagai aspeknya. Jadi, untuk
memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan program
bimbingan di madrasah dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari
pelaksanaan bimbingan dan konseling di madrasah. Sedangkan, untuk
mendapatkan gambaran hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di madrasah, maka harus dilihat dari siswa yang memperoleh
layanan bimbingan itu sendiri. Evaluasi terhadap hasil ditujukan pada
pengumpulan data atau informasi mengenai keberhasilan dan pengaruh
kegiatan layanan bimbingan yang telah diberikan.
2.7 Penilaian Pelayanan Konseling
Penilaian (evaluasi) dalam pelaksanakan pelayanan konseling pada dasarnya
dilakukan terhadap: (1) Proses Kegiatan pelayanan konseling, dan (2) Hasil
Kegiatan Pelayanan Konseling, sebagai berikut:
a. Penilaian Proses Kegiatan Pelayanan Konseling
Penilaian proses kegiatan pelayanan konseling dilakukanmelalui analisis
terhadap keterlibatan unsur-unsur sebagaimana tercantum di dalam satlan
dan satkung, untuk mengetahui efektivitas dan efesiensi pelaksanaan
kegiatan.
13

1) penyelenggaraan bimbingan meliputi: (bidang-bidang pribadi, sosial,
belajar, dan karier),
2) jenis-jenis layanan bimbingan meliputi: (orientasi, informasi,
pembelajaran, bimbingan kelompok, penempatan dan penyaluran,
konseling perorangan, dan konseling kelompok).
b. Penilaian Hasil Kegiatan Pelayanan Konseling.
Untuk layanan konseling yang telah diselenggarakan konselor,
dilaksanakan penilaian terhadap hasil layanan yang dimaksud.
1) Penilaian hasil layanan konseling, khusus layanan konseling
perorangan, meliputi penguasaan dan kondisi klien yang difokuskan
pada:
a) Acuan (A) yang digunakan klien terkait dengan pengentasan
masalah dan pengembangan dirinya pasca pelayanan.
b) Kompetensi (K) yang dimiliki klien berkenaan dengan penanganan
masalahnya dalam rangka pengembangan dirinya.
c) Upaya (U) yang akan dilaksanakan klien pasca pelayanan dalam
penanganan masalah dan pengembangan diri.
d) Kondisi afektif atau perasaan(R) klien pasca pelayanan konseling
terhadap suasana dan materi pelayanan yang sudah berlangsung serta
upaya yang hendak dilaksanakan klien.
e) Kesungguhan (S) klien dalam kaitanya dengan upayanya untuk
implementasi hasil layanan konseling.
2) Penilaian terhadap hasil Layanan Konseling dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a) Untuk setiap kali layanan konseling, khususnya layanan konseling
perorangan, diselenggarakan penilaian segera (LAISEG) menjelang
diakhirinya proses layanan.
b) Untuk klien-klien yang menjadi tanggung jawab konselor dalam
kurun waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan),
konselor melakukan penilaian jangka pendek (LAIJAPEN) dan
14

penilaian jangka panjang (LAIJAPANG) satu bulan sampai dengan
satu semester sesuai dengan tahapan. (Lihat lampiran 1)
3) Untuk pelayanan dengan formatklasikal/kelompok dilakukan
penilaian dengan meminta peserta layanan merefleksikan (secara
lisan atau tertulis) diri mereka masing-masing berkenan dengan
materi pembelajaran yang telah mereka ikuti melalui ekspresi
tentang bagaimana mereka;
a) Berfikir (B) atau memikrkan tentang hal-hal yang telah dibahas
dalam pelayanan.
b) Merasa (M) atau merasakan berkenaan dengan hal-hal yang telah
dibahas dalam pelayanan.
c) Bersikap (B) atau menyikapi hal-hal yang telah dibahas atau suasana
yang terjadi dalam pelaksanaan pelayanan.
d) Bertindak (B) atau akan melakukan sesuatu berkenan dengan hal-hal
yang telah dibahas dalam pelayanan.
e) Bertanggung jawab (B) apabila hal-hal yang dibicarakan dalam
pelayanan terkait dengan diri mereka sendiri. (Tim Penyusun modul
PPPPTK Penjas dan BK, hal. 20-21).

2.8 Kriteria Penilaian Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di madrasah adalah mengacu
pada terpenuhinya tidaknya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-
pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu
peserta didik memperoleh perubahan-perubahan perilaku dan pribadi kearah
yang lebih baik. Secara rinci kebutuhan-kebutuhan dimaksud, adalah;
1. Kebutuhan-kebutuhan peserta didik untuk mengerti dan menerima dirinya,
mengembangkan kemampuan dirinya untuk membuat ketentuan-ketentuan
dan merumuskan serta melaksanakan ketentuan-ketentuan dan
merumuskan serta melaksanakan rencana untuk perkembangan lebih
lanjut.
15

2. Kebutuhan-kebutuhan dari staf madrasah untuk mengerti betapa
pentingnya individu peserta didik dan membantu menyediakan pendidikan
yang cocok untuk perkembangannya.
3. Kebutuhan-kebutuhan bagi para guru dan orang tua untuk informasi-
informasi tentang perkembangan peserta didik.
4. Kebutuhan-kebutuhan akan berbagai macam bantuan yang bersumber dari
luar madrasah untuk beberapa anak tertentu.

2.9 Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling
Dalam mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan
dan konseling di madrasah dapat melalui prosedur sebagai berikut:
1. Fase persiapan
Pada fase ini terdiri dari kegiatan penyusunan kisi-kisi evaluasi. Dalam
kegiatan penyusunan kisi-kisi ini langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Langkah Pertama Penetapan aspek-aspek yang di evaluasi, ada
beberapa aspek yang dievaluasi meliputi:
- Penentuan dan Perumusan masalah yang hendak dipecahkan atau
tujuan yang akan dicapai
- Program kegiatan bimbingan dan konseling
- Personal
- Fasilitas material
- Pengelolaan dan administrasi
- Pembiayaan
- Partisipasi personal
- Proses kegiatan
- Akibat sampingan
b. Langkah kedua-Penetapan kriteria keberhasilan evaluasi
c. Langkah ketiga-Penetapan alat-alat/instrumen yang digunakan
d. Langkah keempat-Penetapan prosedur evaluasi bimbingan dan
konseling
e. Langkah kelima-Penetapan tim evaluator bimbingan dan konseling
16

f. Langkah keenam-Penetapan waktu evaluasi bimbingan dan konseling

2. Fase persiapan Alat/Instrumen
Dalam fase kedua ini dilakukan beberapa kegiatan, yang berupa:
a. Memilih alat-alat/instrumen evaluasi yang ada atau menyusun dan
mengembangan alat-alat evaluasi yang diperlukan,
b. Penggandaan alat-alat/instrumen evaluasi yang akan digunakan.

3. Fase Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Bimbingan dan Konselinng di dalam
fase ini kegiatan dari evaluator berupa:
a. Persiapan pelaksanaan kegiataan evaluasi bimbingan dan konseling,
b. Melaksanakan kegiatan evaluasi sesuai dengan jadual yang telah
ditetapkan.

4. Fase Menganalisis Hasil Bimbingan dan Konseling
Dalam fase analisis atau pengelolaan data hasil evaluasi ini dilakukan
mengacu pada jenis datanya. Langkah-langkahnya, diantaranya:
a. Tabulasi data,
b. Analisis hasil pengumpulan data melalui statistik atau non statistik.

5. Fase Penafsiran (interpretasi) dan Pelaoran Hasil Evaluasi
Pada fase ini dilakukan kegiatan membandingkan hasil analisa
data, dengan kriteria penilaian keberhasilan dan kemudian
diinterpretasikan dengan memakai kode-kode tertentu, untuk kemudian
dilaporkan serta digunakan dalam rangka perbaikan program pelayanan
bimbingan dan konseling.
Secara skematis evaluasi program pelayanan konseling dapat
digambarkan sebagai berikut (Tim Penyusun modul PPPPTK Penjas dan
BK, hal. 11):


17


























Bagan1. Skema Evaluasi Program





18







BAB III
METODE EVALUASI

3.1 Subjek Evaluasi
Subjek evaluasi yang dimaksudkan adalah sumber data yang relevan
sebagau usaha untuk memperoleh data yang akurat dalam melakukan evaluasi
program bimbingan dan konseling di MAN 2 Situbondo. Adapun sumber data
tersebut, yaitu:
1. Kepala madrasah
2. Wakil Kepala Urusan Kesiswaan
3. Koordinator bimbingan dan konseling (BK)
4. Guru mata pelajaran
5. Wali Kelas
6. Para Siswa
7. Orang tua

3.2 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengambilan data yang digunakan dalam evaluasi program
bimbingan dan konseling sebagai berikut :
a. Angket
Metode angket mendasarkan diri pada laporan tentang diri pada laporan
tentang diri sendiri atau self reports. Adapun asumsi yang digunakan
dalam menggunakan metode ini ialah :
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
19

2. Apa yang dinyatakan subjek kepada evaluator adalah benar dan dapat
dipercaya
3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh evaluator (
Arikunto, 2008:116).
Angket diberikan kepada responden yaitu kepala madrasah, wakil
kepala madrasah, guru pembimbing, wali kelas , guru mata pelajaran
dan beberapa siswa MAN 2 Situbondo.
b. Observasi
Observasi dilakukan untuk pengamatan pada objek fisik sebagai
pendukung proses atau layanan bimbingan dan konseling dan pemusatan
pada data-data yang relevan serta observasi yang dilakukan pada saat
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling.
c. Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan
suatu data yang diperoleh dengan cara lain (angket dan observasi).

3.3 Langkah-Langkah Melaksanakan Evaluasi Program Bimbingan dan
Konseling
Pelaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling ditempuh melalui
langkah-langkah berikut (Depdiknas, 2008):
1. Meidentifikasi dan Merumuskan masalah. Pertanyaan-pertanyaan itu pada
dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu : (1)
tingkat keterlaksanaan program, dan (2) tingkat ketercapaian tujuan
program yang dilihat dari tingkat pelayanan bimbingan dan konseling
2. Menentukan komponen dan subkomponen yang sesuai dengan rumusan
masalah.
3. Menyusun instrumen pengumpul data. Penyusun instrumen mengacu pada
komponen dan subkomponen evaluasi yang lebih rinci dijabarkan pada
indikator. Berdasarkan indikator yang ditentukan maka instrumen
pengumpulan data dapat disusun sehingga butir-butir tersebut sesuai atau
20

relevan dengan apa yang diukur. Instrumen itu diantaranya inventori,
angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
4. Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data
itu dianalisis, untuk mengambil sebuah kesimpulan atau keputusan tentang
program atau layanan apa yang sudah terlaksana dan mencapai tujuan.
5. Melakukan tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang
diperoleh, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat
meliputi dua kegiatan, yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang
lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin
dicapai, dan (2) mengembangkan program, dengan cara merubah atau
menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas
layanan atau efektivitas program.

3.4 Analisis Data
A. Pedoman penskoran instrumen evaluasi program bimbingan dan
konseling
Setalah lembar jawaban oleh responden yang dievaluasi maka langkah
selanjutnya dilakukan penskoran untuk setiap item dari masing-masing
komponen instrumen evaluasi bimbingan dan konseling, sebagai berikut:
a. Komponen evaluasi program bimbingan dan konseling
Penskoran untuk instrumen ini sebagai berikut :
Setiap dijawab pada angka 3 mendapat skor 3
Setiap dijawab pada angka 2 mendapat skor 2
Setiap dijawab pada angka 1 mendapat skor 1
Setiap dijawab pada angka 0 mendapat skor 0
Skor maksimal adalah 3 x 10 = 30, sedang skor minimalnya 0 (nol).
Responden ini yaitu kepala madrasah, wakil kepala madrasah, beberapa
wali kelas, beberapa guru mata pelajara, dan beberapa orang siswa.
b. Komponen evaluasi administrasi dan organisasi bimbingan dan
konseling
21

Penskoran untuk item 1, 3, 4, 5 dan 6 dijawab a skor 3, dijawab b skor
2, dijawab c skor 1
Penskoran untuk item 2, 7, 8 dan 10 dijawab a skor 4, dijawab b skor 3,
dijawab c skor 2, dijawab d skor 1
Penskoran untuk item 9 setiap dijawab 1 mendapat skor 1, dijawab 2
mendapat skor 2 dan seterusnya.
Skor maksimal 37, skor minimal 0
Responden ini disarankan guru pembimbing itu sendiri.

c. Komponen evaluasi proses bimbingan dan konseling
Peskoran untuk item 1, 5, dan 7 setiap dijawab satu mendapat sekor satu
Peskoran untuk item 2, 6, dan 8 dijawab a mendapat skor 0 dan jika
dijawab b mendapat skor 1.
Peskoran untuk item 3 dan 4 jika tidak dijawab mendapat sebanyak
option. Setiap dijawab 1, skor dikurangi 1 dari jumlah option
Peskoran untuk item 10 jika dijawab a mendapat skor 0, dijawab b
mendapat skor 1 dan jika dijawab c mendapat skor 2.
Peskoran untuk item 9 dijawab a skor 0, dijawab b skor 1, dijawab c skor
2, dijawab d skor 3 dan dijawab e skor 4.
Skor maksimal = 26
Skor minimal = 12
Responden untu instrumen ini adalah guru pembimbing itu sendiri.

d. Komponen evaluasi produk bimbingan dan konseling
Perskoran untuk instrumen ini, sebagai berikut:
Jika dijawab SS (sangat sesuai) skor 5
Jika dijawab S (sesuai) skor 4
Jika dijawab KS (kurang sesuai) skor 3
Jika dijawab TS (tidak sesuai) skor 2
Jika dijawab STS (sangat tidak sesuai) skor 1
Skor maksimal 50, skor minimal 10
22

Responden untuk instrumen ini para siswa.

B. Menentukan Kualiatas Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Untuk menentukan kualitas pelayanan bimbingan dan konseling dapat
ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. skor instrumen yang telah disebarkan sesuai dengan petunjuk perskoran
b. Menghitung jumlah skor masing-masing responden
c. Mencari rata-rata aktualnya dengan rumus:


Dimana, X = jumlah skor dan N jumlah responden
d. Menghitung koefisien kualitas pelayanan bimbingan dan konseling (KBK)
dengan rumus :
KBK =


Dimana SMi = skor maksimal ideal
e. Menentukan kualitas layanan bimbingan dan konseling dengan kriteria
sebagai berikut :
KBK = 80-100 % = Sangat Baik
KBK = 60-79 % = Baik
KBK = 40-59 % = Cukup
KBK = 20-39 % = Kurang
KBK = 0-19 % = Sangar Kurang (Sukardi,2008:12).








23







BAB IV
PENUTUP


4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan didepan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Evaluasi program bimbingan konseling dilakukan di madrasah mencakup
empat komponen, yaitu :
a. Evaluasi program bimbingan konseling
b. Evaluasi administrasi dan organisasi bimbingan konseling
c. Evaluasi proses bimbingan konseling
d. Evaluasi produk bimbingan konseling
2. Hasil evaluasi bimbingan konseling menunjukkan gambaran tentang
pelaksanaan program bimbingan konseling dan kualitas layanan
bimbingan konseling.

4.2 SARAN
1. Agar dalam mengevaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan alat
instrumentasi yang valid dan reliabel.
2. Agar hasil evaluasi dijadikan bahan masukan untuk penyusunan program
berikutnya.



24







DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi S.A. 2009. Evaluasi Program Pendidikan
Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.

Sukardi, H.M.. 2009. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.

Sukardi., Dewa ketut dan Kusmawati, Desak P.E. Nila. 2008. Proses Bimbingan
dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Penyusun. Tanpa Tahun. Modul 8 Penilaian Layanan Bimbingan dan
Konseling. Parung: Naskah Bahan Ajar PPPPTK Penjas & BK.

Tim Penyusun. 2008. Bahan Belajar Mandiri Kegiatan Pelatihan Pengawas
Sekolah. Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional. Melalui http://akhmadsudrajat.wordpress.com
/2010/02/03/evaluasi-program-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/.
[diakses tanggal 9 Nopember 2013].

Anda mungkin juga menyukai