Anda di halaman 1dari 6

ATA PENGANTAR

Atas rahmat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua sahingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah KMB III tentang penyakit pada sistem
pengilihatan yaitu uveitis.
Terima kasih kami ucapkan kepada Dr. Suherlambang selaku dosen KMB III yang telah
membimbing penyusun dalam penyelesaian makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik sangat kami
nantikan dari para mahasiswa dan pengajar sehingga akan semakin memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dan kami
nerharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para mahasiswa Akademik Perawat
dan pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi 3
2.2 Klasifikasi 3
2.3 Etiologi 4
2.4 Patofisiologi 4
2.5 Gejala klinis 6
2.6 Penatalaksanaan 7
BAB III PNUTUP
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran dan Kritik 8
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata,dimana dinding bola mata terdiri atas
sclera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri atas lensa,uvea,badan kaca dan retina.Uvea
merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan tenon.Uvea merupakan
jaringan lunak,terdiri dari iris,badan siliar dan koroid.7
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) dengan berbagai
penyebabnya.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami inflamasi
biasanya juga ikut mengalami inflamasi.Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian
depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis.Iritis
dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan
bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau
koroiditis.1,2
Uveitis umumnya unilateral,biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Ditandai
adanya riwayat sakit,fotofobia,dan penglihatan yang kabur,mata merah (merah sirkumneal) tanpa
tahi mata purulen dan pupil kecil atau ireguler.Berdasarkan reaksi radang, uveitis anterior
dibedakan tipe granulomatosa dan non granulomatosa. Penyebab uveitis anterior dapat bersifat
eksogen dan endogen. Penyebab uveitis anterior meliputi: infeksi, proses autoimun, yang
berhubungan dengan penyakit sistemik, neoplastik dan idiopatik.1
Pola penyebab uveitis anterior terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknik
pemeriksaan laboratorium sebagai sarana penunjang diagnostik. Lebih dari 75% uveitis endogen
tidak diketahui penyebabnya, namun 37% kasus di antaranya ternyata merupakan reaksi
imunologik yang berkaitan dengan penyakit sistemik. Penyakit sistemik yang berhubungan
dengan uveitis anterior meliputi: spondilitis ankilosa, sindroma Reiter, artritis psoriatika,
penyakit Crohn, kolitis ulserativa, dan penyakit Whipple. Keterkaitan antara uveitis anterior
dengan spondilitis ankilosa pada pasien dengan predisposisi genetik HLA-B27 positif pertama
kali dilaporkan oleh Brewerton et al.1,2
Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang.Sekitar 75% merupakan uveitis anterior.Sekitar
50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait.Di Amerika Serikat,uveitis
merupakan penyebab kebutaan nomor tiga setelah Retinopati Diabetik dan Degenerasi
Macular.Umur penderita biasanya bervariasi antara usia prepubertal sampai 50 tahun. 1,3
Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan dimana
kelainan itu terjadi,biasanya pasien datang mengeluh nyeri ocular,Fotofobia,penglihatan kabur,
dan mata merah.Pada pemeriksaan didapatkan tajam penglihatan menurun,terdapat injeksi
siliar,KP,flare,hipopion,sinekia posterior,tekanan intra okuler bisa meningkat hingga sampai
edema macular.1,2,3
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai definisi, etiologi
dan fisiologi anatomi, patofisiologi dan patogenesis, manifestasi klinis, penegakan diagnosis,
penatalaksanaan serta prognosis dari uveitis anterior.
1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KMB III Sistem penglihatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Uveitis adalah peradangan pada uvea yang terdiri dari 3 struktur yaitu iris, badan siliar, karoid.
(www.medicastore.com, 2008)
Uveitis adalah invlamasi salah satu struktur traktus uvea (iris, badan siliar dan karoid). karena
uvea mengandung banyak pembuluh darah yang memberikan nutrisi pada mata maka jika terjadi
peradangan pada lapisan ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan. (Brunner dan Suddarth,
2001)
2.2 Klasifikasi
Ada empat tipe-tipe dari uveitis:
1. Iritis adalah bentuk uveitis yang paling umum. Ia mempengaruhi iris dan seringkali
dihubungkan dengan kelainan-kelainan autoimun seperti rheumatoid arthritis. Iritis mungkin
berkembang tiba-tiba dan mungkin berlangsung sampai delapan minggu, bahkan dengan
perawatan.
2. Cyclitis adalah suatu peradangan dari bagian tengah mata dan mungkin mempengaruhi otot
yang mengfokuskan lensa. Ini juga dapet berkembang tiba-tiba dan berlangsung beberapa bulan.
3. Retinitis mempengaruhi belakang mata. Ia mungkin maju secara cepat, membuatnya sulit
untuk dirawat. Retinitis mungkin disebabkan oleh viris-virus seperti shingles atau herpes dan
infeksi-infeksi bakteri seperti syphilis atau toxoplasmosis.
4. Choroiditis adalah suatu peradangan dari lapisan dibawah retina. Ia mungkin juga disebabkan
oleh suatu infeksi seperti tuberculosis.
2.3 Etiologi
1)Alergen
2)Bakteri
3)Jamur
4)Virus
5)Bahan kimia
6)Trauma
7)Penyakit sistemik seperti sarkoidosis, kolitis, ulserativa, spondilitis, ankilosis, sindroma reiter,
pars planitis, toksoplasmosis, infeksi sitomegalovirus, nekrosis retina akut, toksokariasis,
histoplamosis, tuberkulosis, sifilis, sindroma behcel, oflamia simpatetik, sindroma vogt-
hoyanagi-harada, sarkoma/limfoma.
(www.medicastore.com)
2.4 Patofisiologi
Seperti semua proses radang, uveitis anterior ditandai dengan adanya dilatasi pembuluh darah
yang akan menimbulkan gejala hiperemia silier (hiperemi perikorneal atau pericorneal vascular
injection). Peningkatan permeabilitas ini akan menyebabkan eksudasi ke dalam akuos humor,
sehingga terjadi peningkatan konsentrasi protein dalam akuos humor. Pada pemeriksaan
biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai akuos flare atau sel, yaitu partikel-partikel kecil
dengan gerak Brown (efek tyndal). Kedua gejala tersebut menunjukkan proses keradangan akut.
Pada proses keradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang di dalam
BMD yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam BMD, dikenal dengan hifema.
Apabila proses radang berlangsung lama (kronis) dan berulang, maka sel-sel radang dapat
melekat pada endotel kornea, disebut sebagai keratic precipitate (KP). Ada dua jenis keratic
precipitate,yaitu:
1. mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-
pigmen yang difagositirnya, biasanya dijumpai pada jenis
granulomatosa.
2. punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat
pada jenis non granulomatosa.
Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses keradangan akan berjalan terus dan
menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat menimbulkan
perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun
dengan endotel kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada bagian
tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang, disebut
oklusio pupil. Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel-
sel radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan
sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke depan yang
tampak sebagai iris bombans. Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan
akhirnya terjadi glaukoma sekunder. Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme
lensa, yang menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata. Apabila
keradangan menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis (peradangan supuratif berat dalam rongga
mata dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca) ataupun panoftalmitis
(peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan
rongga abses).
Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya tidak segera ditangani, dapat pula
terjadi symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya yang semula sehat. Komplikasi ini sering
didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi akibat trauma tembus, terutama yang mengenai
badan silier.
Secara garis besar, patofisiologi dan komplikasi dari uvitis anterior dapat digambarkan dengan
bagan berikut:
Dilatasi pembuluh darah kecil
hiperemi perikorneal (pericorneal vascular injection)

Permeabilitas pembuluh darah

iris edema, pucat, pupil reflex s/dEksudasi
hilang, pupil miosis

BMD keruh, sel dan flare (+), efekMigrasi sel-sel radang dan fibrin ke BMD
tyndal (+)

Sel radang menumpuk di BMD hipopion
(bila proses akut)

hifemaMigrasi eritrosit ke BMD
(bila proses akut)

Sel-sel radang melekat pada endotel
keratic precipitatekornea

Sel-sel radang, fibrin, fibroblast menyebabkan
iris melekat pada kapsul lensa anterior sinekia posterior
sinekia anteriordan pada endotel kornea

Sel-sel radang, fibrin, fibroblas menutup
seklusio pupil / oklusio pupilpupil

Gangguan pengaliran keluar cairan mata
dan peningkatan tekanan intra okuler glaukoma sekunder

lensa keruh, katarak komplikataGangguan metabolisme lensa

endoftalmitis, panoftalmitisKeradangan menyebar luas

symphatetic ophtalmiaMengenai mata jiran
2.5 Gejala Klinis
1) Monifestasi klinis dari uveitis meliputi :
Anterior :
1.nyeri mata
2.fotofobia
3.lakrimasi penglihatan kabur
4.pupil kecil
Posterior :
1.penurunan penglihatan
2.tidak nyaman yang ringan pada mata
2)Gejala awal pada uveitis mungkin tidak terlalu berat. penglihatan menjadi kabur/penderita
melihat bintikbintik hitam yang nelayanglayang. pada iritis biasanya timbul nyeri hebat,
kemerahan pada sklera (bagian putih mata) dan fotofobia.
(www.medicastore.com)
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium sangat dibutuhkan guna mendapat sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis.
Pada pemeriksaan darah, yaitu Differential count, eosinofilia : kemungkinan penyebab parasit
atau alergi, VDRL, FTA, Autoimun marker (ANA, Reumatoid factor, Antidobble Stranded
DNA), Calcium, serum ACE level (sarcoidosis), Toxoplasma serologi dan serologi TORCH
lainnya. Pemeriksaan urin berupa kalsium urin 24 jam (sarcoidosis) dan Kultur (bechets
reitters). Pemeriksaan Radiologi, yaitu Foto thorax (Tbc, Sarcoidosis, Histoplasmosis), Foto
spinal dan sendi sacroiliaka (Ankylosing sponfilitis), Foto persendian lainya (Reumatoid
arthritis, juvenile rheumatoid arthritis) dan Foto tengkorak, untuk melihat adakah kalsifikasi
cerebral (toxoplasmosis)
Skin Test, yaitu Mantoux test, untuk Tbc, Pathergy test, untuk Bechets disease akan terjadi
peningkatan sensivitas kulit terhadap trauma jarum pada pasien bila disuntikkan 0,1 ml saline
intradermal dalam 18-24 jam kemudian terjadi reaksi pustulasi. Pemeriksaan-pemeriksaan
tersebut diperlukan untuk mengetahui etiologi secara spesifik, bila dicurigai adanya kecurigaan
penyakit sistemik, Uveitis rekuren, Uveitus bilateral, Uveitis berat, Uveitis posterior dan
Onsetnya muda.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Uveitis
1)Pada uveitis anterior kronis (iritis), obat mata dilatar harus diberikan segera untuk mencegah
pembentukan jaringan parut dan adesi ke lensa. Kortikosteroid lakal dipergunakan untuk
mengurangi peradangan dan kaca mata hitam
2)Pada uveitis intermediat (pars planis, siklitis kronis), diberikan steroid topikal atau injeksi
untuk kasus yang berat
3)Pada uveitis posterior (peradangan yang mengenai khoroid/retina) biasanya berhubungan
dengan berbagai macam penyakit sistemik seperti AIDS. Kortikosteroid sistemik diindikasikan
untuk mengurangi peradangan bersama dengan terapi terhadap keadaan sistemik yang
mendasarinya.
(Brunner dan Suddarth, 2001)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris,korpus siliaris,dan koroid) denganberbagai
penyebab.Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalamiinflamasi biasanya
juga ikut mengalami inflamasi. Uveitis anterior merupakan radang irisdan badan siliar bagian
depan atau pars plikata, yang disebabkan oleh gangguan sistemik di tempat lain, yang secara
hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul karena reaksialergi mata. Uveitis anterior
dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6 minggu dandikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6
minggu. Laboratorium sangat dibutuhkan gunamendapat sedikit gambaran mengenai penyebab
uveitis. Penatalaksanan yang utamauntuk uveitis tergantung pada keparahannnya dan bagian
organ yang terkena danprognosis kebanyakan kasus uveitis anterior berespon baik jika dapat
didiagnosis secara awal
3.2 Saran
Semoga Makalah ni dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan saran sangat
diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan wasisdi, Gambaran Klinis Uveitis Anterior Akua pada HLA B27 Positif, FKUGM,
Yogyakarta
2. Ilyas Sidarta, Uveitis Anterior, Ilmu Penyakit Mata, ed II, FKUI, Jakarta: 2002
3. www_preventblindness. Co.id, Causes of Anterior Uveitis . Accessed. September th. 2006:1-2
4. www_nlm.nih.gov. co_id, veitis . Accessed. September th. 2006:1-2
5. Wijana Nana, Uvea, Ilmu Penyakit Mata, hal 126-127

Anda mungkin juga menyukai