Anda di halaman 1dari 22

PANAS DAN DISTRIBUSI

MOLEKUL
DISTRIBUSI KECEPATAN
MOLEKUL GAS
121. JUMLAH MOLEKUL BERKECEPATAN KE SATU ARAH
Dengan adanya panas, molekul gas bergerak ke segala arah dan dari pergerakan ini, kita
mencari distribusi kecepatan molekul itu pada arah pergerakan tersebut. Besar kecepatan
pergerakan molekul bermacam-macam, demikianjuga arahnya. Dengan perantaraan sistem
koordinat, kita dapat menguraikan yektor kecepatan ini ke dalam komponen, ~an seting-
kat demi setingkat kita memperhatikan pergerakan dari satu arah hingga seluruh arah.
Pada sistem koordinat kartesius, yektor kecepatan molekul v dapat diuraikan ke
dalam ketiga komponennya masing-masing yx' yy' dan yz' sehingga
y2 = y2 + y2 + y2 (291)
x y z
Bagi tiap kecepatan terdapat bermacam-macam jumlah molekul, demikian juga bagi
komponen kecepatan itu. Penentuan jumlah molekul bagi tiap kecepatan merupakari
persoalan distribusi kecepatan molekul.
Salah seorang yang mencoba menentukan distribusi kecepatan ini adalah James
Clerk Maxwell, dan hasil penentuannya dikenal sebagai distribusi Maxwell. Di samping
184
Maxwell, pada waktu dulu, terdapat juga distribusi lainnya, namun menurut Boltzmann
bahwa pada dasamya distribusi Maxwell adalah satu-satunya distribusi yang stabil ka-
rena bentuk distribusi lainnya itu selalu hampir pasti dapat berubah oleh tubrukan se-
hingga mendekati bentuk distribusi Maxwell. Belakangan setelah teori mengenai dis-
tribusi berkembang, kita mengenal lagi distribusi melalui mekanika statistik atau statis-
tik kuantum yang lebih baik lagi.
Gambar 64
Daerah kom
p
onen kece
p
atan mo/eku/ antara v dan v + dv , v dan
x x x y
v + dv serta v dan v + dv
y y z z z
Di sini kita akan melihat dulu distribusi (komponen) kecepatan pada satu arah, yakni
arah sumbu koordinat. Pandanglah suatu daerah kecepatan seperti pada gambar 64 dan
daerah kecepatan ini meliputi perubahan kecepatan dvx' dvy' dan dvz yang terdiri dari
molekul yang mempunyai komponen kecepatan terletak di antara
v dan v + dv
x x x
v dan v + dv
y y y
v dan v + dv
z z z
Misalkan dari seluruh jumlah molekul N, terdapat sejumlah dNyXmolekul dengan
komponen kecepatan antara vx dan vx + dvx itu. Demikian juga sejumlah dNyy dan dNyz
mo1ekul yang mempunyai komponen kecepatan antara vy dan vy + dv y serta antara vz dan
v + dv.
z z
Pada setiap arah kecepatan dengan kecepatan yang berbeda-beda, terdapat jumlah
molekul yang berbeda-beda pula, sehingga jumlah molekul dengan komponen kecepatan
ke tiap arah merupakan fungsi dari kecepatan bersangkutan, yakni
f(v ), f(v ), dan f(v )
x y z
yang disebut fungsi distribusi atau fungsi probabilitas.
185
Jadi bagi N molekul, diperoleh
dNyx =N f(v) dvx
dN
y
=N f(v ) dv
y y y
dNyz = N fey) dvz
(292)
Hubungan ini menunjukkan jUffilah molekul pada tiap-tiap arah bagi komponen
kecepatan antara Vxdan Vx+ dvx' vy dan vy + dvy serta Vzdan Vz+ dvz'
122. JUMLAH MOLEKUL BERKECEPATANKE DUA ARAH
Telah kita lihat jumlah molekul untuk suatu daerah kecepatan bagi tiap arah. Namun
molekul dapat mempunyai komponen kecepatan sekaligus ke dua arah yang sesuai dengan
daerah kecepatan pada arah bersangkutan.
Jumlah molekul yang mempunyai komponen kecepatan ke dua arah, misalkan arah
X dan Y, P
ada daerah kece
patan antara v dan v + dv serta v dan v + dv dapat
x x x y y y
ditentukan dengan memandang molekul dvx yang sekaligus mempunyai komponen pada
daerah kecepatan dv . Bagian ini merupakan fungsi dari kecepatan v , sehingga dari
y y
(292), diperolehmolekuldengankomponenkecepatanpada daerahkecepatandvx yang
sekaligus mempunyai komponen kecepatan pada daerah kecepatan dv , sebagai
y
d2N
y Y
= dN
y
f(v) dv
xy x y y
demikian juga
d2NyyyZ= dNvy fey) dvz (293)
d2Nyzyx= dNvz f(v) dvx
Dan melalui substitusi dari (292), diperoleh
d2N
y Y
=N f(v ) f(v ) dv dv
xy x y x y
d2NyyyZ= N f(vy) f(v) dvy dvz (294)
d2Nyzyx= N fey) fey) dvzdvx
Ini merupakan fungsi dari kedua daerah kecepatan yang bersangkutan.
123. JUMLAH MOLEKUL BERKECEPATAN KE TIGA ARAH
Seperti keadaan tersebut di muka, dari jumlah molekul yang mempunyai komponen
kecepatan pada daerah kecepatan dvx dan dvy dapat ditentukan bagian jumlah molekul
komponen kecepatan yang sekaligus pada ketiga daerah kecepatan dvx ' dvy' dan dvz'
Bagian ini yakni dar d2NyXYy sekaligus mempunyai komponen pada daerah kecepatan
dvz' dari d2NyyyZsekaligus berkomponen kecepatna pada daerah kecepatan dvx dan dari
d2Nyzyx yang sekaligus mempunyai komponen kecepatan pada daerah kecepatan dvy
adalah masing-masing
186
d3N = d2N f(
v
)
dv
YxYyYz YxYy z z
d3NyXYYYZ = d2Nyyy, f(v) dvx
d3N
y Y Y
= d2N
y Y
f(v) dv
zxy zx y y
Substitusi dari (294), rnernberikan harga sarna bagi ketiga hasil ini, yakni
d3NyXYyyZ = N f(v) f(v) f(v) dvx dvy+ dvz (295)
Bila disubstitusikan
f =f(v ) f(v ) f(v )
x y z
diperoleh dari (295), bentuk
d3NyXYyyZ = N fdv x dv y dv z
(297)
Temyata di sini bahwa f dvz dvy dvz rnerupakan bagian dari seluruh rnolekul yang
rnernpunyai kornponen kecepatan sekaligus pada daerah kecepatan dv , dv , dan dv ,
x Y l
sehingga jika bagian ini diintegrasikan, akan diperoleh jurnlah keseluruhannya,
yakni
JfJ {d" dv dv = 1
x y z
atau dari (297)
JfJ N f dv dv dv = N JfJ f dv dv dv =N
x y z x y z
(298)
Jadi jurnlah rnolekul pada seluruh kornponen bagi seluruh kecepatan rnernberikan
seluruh jurnlah rnolekul itu.
124. FUNGSI DISTRIBUSI ATAU FUNGSI ,PROBABILITAS
Distribusi rnolekul bagi tiap daerah kecepatan dapat ditentukan dari (297) apabila fungsi
distribusi atau fungsi probabilitas telah diketahui bentuknya. Oleh karena itu, ingin kita
tentukan bentuk fungsi ini terlebih dahulu dan juga hubungannya dengan panas.
Sejalan dengan rapat rnolekul pada (231), kita dapat rnendefinisikan rapat kecepatan.
atau
11=
dv dv dv
x y z
=Nf
11= N f (v ) f(v ) f(v )
x y z
(299)
Perubahan rapat kecepatan atau diferensial total dari rapat kecepatan selanjutnya
adalah
db d11 d11
d11 =- dv + -.dv + - dv
dV x dV y dV Z
x y z
(300)
187
- -- -
Diferensial dari (299) rnenurut ketentuan pada (300) rnernberikan,
dll =N f(v ) f(v ) f(v) dv
x y z x
+ N f (v ) f'(v ) f(v) dv
x y z y
+ N f (v ) f(v ) f'(v ) dv (301)
x y z z
dengan tanda aksen rnasing-rnasing sebagai turunan terhadap v , v dan v.
. x y z
Di sarnping diferensial atau perubahan pada rapat kecepatan kita dapat juga rnenen-
tukan diferensial atau perubahan pada besaran kecepatan, dari (291), yakni
v dv =v dv + v dv + v dv
x x y y z z
(302)
Hubungan (301) dan (302) berlaku bagi tiap perubahan pada daerah kecepatan serta
besaran kecepatan itu yakni seperti penggeseran ternpat pada gambar 64.
Gambar 65
Daerah kecepatan molekul antara v dan v + dv.
Penggeseran daerah kecepatan ini berlaku urnurn dan bleh karenanya seperti pada
gambar 65, kita dapat rnenggeserkannya juga sepanjang daerah konsentris dari koordinat
kecepatan itu. Ini berarti kita berpindah sepanjang daerah kecepatan yang sarna harganya
atau perubahan harga besaran kecepatan dv = 0, dan dari (302) diperoleh
v dv + v dv + v dv =0
x x y y z z
(303)
Kita tidak rnernpunyai pilihan arah kecepatan serta rapat kecepatan bagi arah
kecepatan, sehingga arah kecepatan adalah seragarn dan bagi arah kecepatan ini dengan
harga kecepatan yang sarna, rapat kecepatan juga sarna. Jadi perpindahan sepanjang
daerah kecepatan yang sarna, yakni daerah kecepatan yang konsentris, perubahan rapat
kecepatan dll =0, sehingga dari (301),
N f'(v ) f(v ) f(v ) dv
x y z x
+ N f(v ) f'(v ) f(v ) dv
x y z y
+ N f(v ) f(v ) f'(v) =< 0 (304)
x y z
188
atau setelah disusun rnernberikan
f' (v ) f'(v ) f'(v )
x dv +~dv +~dv =0
f (v ) x f(v ) Y f(v ) z
x Y z
(305)
Perpindahan pada daerah kecepatan dengan harga kecepatan serta rapat kecepatan
yang sarna adalah salah satu hal dalam penggeseran pada daerah kecepatan, sehingga
perpindahan ini juga dapat rnernberikan hasil bagi bentuk fungsi distribusi. Jadi bentuk
fungsi distribusi dapat ditentukan dari salah satu corak perpindahan dalarn kecepatan,
juga untuk harga dan rapat kecepatan yang sarna, yakni dari (303) dan (305).
Ketiga variabel dvx' dvydan dvzpada (303) dan (305) dapat bebas tak bergantungan
satu sarna lainnya tetapi dapat juga bergantungan. Oleh sebab itu baik kita selesaikan
(303) dan (305) dengan metoda Lagrange, yakni rnengalikan suatu faktor Apada (303),
sehingga
AV dv + AV dv + Av dv =0
x x y y z z
Penjurnlahan dengan (305) niernberikan
f'(v ) f'(v )
{ ~ + Av } dv + { ---2... + AV
f(v ) x x f(v ) y
x y
f'(v)
+ { ~ + AV } dv =0
f(v ) z z
z
} dvy
(306)
Harga A dapat dipilih sehingga dapat dicarikan suatu harga A, dengan ketentuan
f'(v )
~+AV =0
f(VA) x
f'(v ) f'(v )
{ ~ + A
v
} dv + { :.. + Av } dv =0
f(v ) x y f(v ) z z
y z
(307)
dan sisanya
Dari tiga variabel, dua di antaranya selalu dapat diarnbil bebas, sehingga kita dapat
rnengambil dvy dan dvz yang bebas dan oleh karenanya, diperoleh
(308)
Bentuk (307) dan (308) setelah disusun, rnernberikan
d f(v )
x = _ A v dv
x x
f(v)
189
f'(v)
+AV =0
f(v)
y
y
f'(vz)
+AV =0 serta
f(v)
z
d f(v )
y
f(v)
y
d fey)
f( vz)
= - A. v dv
y y
(309)
=- A. v dv
z z
Apabila persarnaan petarna dari (309) diintegrasikan, kita peroleh
In f(v ) + In a = - 1/
2
A. v2
x x
dengan In a sebagai konstanta integrasi. Dengan jalan sarna dapat diperoleh bentuk
fungsi lainnya dari (309) itu. Bentuk ini dapat ditulis dalarn bentuk eksponensial,
_1/ h2
f(v ) = a e 2 x
x
-'/1..V2
f(v ) = a e 2 y (310)
y
_1/ 1..V2
f(v ) =a e 2 z
z
Dengan rnenggunakan substitusi
(32 =1/2 A.
ke dalarn (310) diperoleh
-(32v2
f(v ) =a e x
x
_~2V2
f(v ) = a e Y
Y
_~2V2
f(v ) = a e Z
Z
(311 )
Jadi bentuk kornponen fungsi distribusi atau fungsi probabilitas adalah fungsi
eksponensial dari kecepatan.
Selanjutnya dari (296), diperoleh fungsi distribusi secara keseluruhan, yakni
_ f.U( v2 + v2 + v2)
f =f( v ) f(v ) f(v ) =a3 e I-' x Y Z
x Y Z
dan dari (291)
(312)
Fungsi distribusi ini rnerupakan fungsi distribusi Maxwell, dan dengan fungsi ini
dapat ditentukan distribusi kecepatan rnolekul rnenurut Maxwell. Dari (299) diperoleh
rapat kecepatan,
190
_~2V2
11 =N ex3 e
dengan bentuk grafik seperti pada gambar 66.
Distribusi jumlah molekul untuk daerah kecepatan oleh karenanya menjadi
d3N
y Y Y
=11 dv dv dv
xyz x y z
atau dengan substitusi dari (313),
_~2V2
d3N = N ex3e dv dv dv
YxYyYz x Y z
(314 )
(315)
Dengan mengetahui harga parameter ex dan ~, distribusi kecepatan molekul untuk
daerah kecepatan yang ditentukan dapat dihitung. Parameter ini tentunya bergantung
kepada keadaan molekul terutama temperaturnya.
Gambar 66
Rapat kecepatan molekul terhadap kecepatan pada daerah kecepatan dv dv dv. x y z
125. DISTRIBUSI KECEPATAN MAXWELL DAN PARAMETER
FUNGSI DISTRIBUSI
Untuk memperoleh harga fungsi distribusi, perlu ditentukan bentuk dan sifat dari kedua
parameter exdan ~. Guna penentuan ini, kita memandang suatu distribusi molekul yang
mempunyai banyak macam kecepatan dengan memindahkan vektor kecepatan ke suatu
titik. Ujung vektor kecepatan ini berbentuk bola konsentris, dan kita pandang suatu
daerah kecepatan antara v dan v + dv seperti pada gambar 65. Jumlah molekul untuk
daerah kecepatan ini adalah sesuai dengan (314), untuk kulit bola,
dNy = 11. 41tv2dv
Dari (313) diperoleh
_~2V2
dN =41tNex3v2 e dv
y
(316)
dan dikenal sebagai distribusi Maxwell.
Jadi rapat perubahan kecepatan oleh karenanya adalah
-WV2
11y= 41tN ex3v2e
(317)
191
denganbentukgrafikseperti pada gambar67. Rapat perubahankecepatanantaravI dan
vI + dv aalah sarna dengan luas yang diarsir pada gambar 67 tersebut, dan jumlah
seluruh kecepatan, yakni juga jumlah seluruh molekul, adalah sarna dengan seluruh luas
di bawah lengkungan rapat kecepatan.
Gambar 67
Rapat perubahan kecepatan Maxwell pada daerah kecepagan dv.
Karena harga kecepatan itu terbentang dari harga yang sangat kecil sarnpai harga
yang sangat besar, maka sebagai limit kecepatan secara teoretis kita ambil dari 0 sampai
00, sehingga
00
N=JdN
o v
atau
00 _~2V2
N =41tN a3 Jv2 e dv
o
sehingga
00 -Wv2
41t a3 Jv2 e dv = 1
o
Menurut perhitungan integrasi diketahui bahwa
00 -Wv2 1
Jv2 e dv = ...J1t
o 4 ~3
sehingga substitusi ke dalam (318) memberikan
~
a=
...J1t
Masukkan ke dalam (316) diperoleh
4N _~2V2
dN =- A3v2 e dv
v ...J1t p
Menurut ketentuan kecepatan rata-rata pada (237), diperoleh
Jv dN
v
v=
(318)
(319)
(320)
(321)
N
192
atau
4 133 00 -J32V2
V = - f V3 e dv
--J1t 0
Perhitungan integral definit memberikan
00 -J32v2 1
f v3 e dv =-
o 2134
sehingga kecepatan rata-rata menjadi
2
v=
13 --J1t
dan selanjutnya harga parameter menjadi
3 1
13=--
--J1tV
2 1
dan a=--=-
1t v
(322)
(323)
(324)
merupakan fungsi kecepatan rata-rata dari molekul.
126. PENGARUH PANAS PADA DISTRIBUSI KECEPATAN
MOLEKUL
Pergerakan molekul. seperti telah dibicarakan di muka, disebabkan oleh panas, sehingga
dengan demikian parameter fungsi distribusi berhubungan pula dengan panas atau
temperatur. Oleh sebab itu akan kita carikan di sini hubungan antara parameter itu
dengan temperatur serta juga hubungan antara kecepatan molekul dengan temperatur.
a. Hubungan parameter dengan v
Hubungan ini telah kita bicarakan yakni melalui perhitungan yang memberikan hasil
seperti pada (324)
b. Hubungan parameter dengan vel
Dengan definisi kecepatan efektif pada (238) kita peroleh dari (321),
V" : ~V' ~ ItV:dN.
atau
193
v =
ef
Dari perhitungan integrasi diketahui bahwa
00 -WV2 J..J1t
f V4 e dv =-
o 8 ~3
(325)
sehingga melalui substitusi diperoleh
1 3
v =-~-
ef ~ 2
(326)
Jadi dari (326) dan (320) parameter fungsi distribusi dapat dinyatakan dengan
kecepatan efektif yakni,
dan
~=~~~
vef 2
a=~~~
vef 21t
(327)
c. Hubungan kecepatan efektif dengan tempeatur
Hubungan kecepatan efektif dengan temperatur telah kita bicarakan di muka yakni
seperti pada (259),
_I 3 kT
v =-v-
ef
m
dengan m sebagai massa molekul.
d. Hubungan parameter dengan temperatur
Dari hubunganantara parameterdengankecepatanefektif, kita dapat menentukan
hubunganparameterdengan temperaturmelalui substitusi (327), yang memberikan
a=~ m
21tkT
(328)
~=~ m
2kT
Harga parameter berkurang pada kenaikan temperatur.
194
e. Hubungan kecepatanrata-ratadengan temperatur
Telah kita ketahui hubunganantara parameterdengankecepatanrata-ratadan juga
dengan temperatur,sehinggadari padanya, yakni dari (324) dan (328), diperoleh
v=" 8kT
1tm
(329)
Ternyata juga bahwa harga kecepatan rata-rata berbeda dengan kecepatan efektif.
-or
Gambar 68
Distribusi kecepatan bagi kecepatan dengan probabilitas tersebar, kecepatan rata-
rata, dan kecepatan efektif.
f. Kecepatan dengan jumlah molekul maksimum
Bagi setiap kecepatan, terdapat sejumlah molekul tertentu, tetapi jumlah molekul ini
berlain-lainan untuk kecepatan yang berbeda-beda.
Pada tempeatur tertentu, kita mempunyai kecepatan yang dilakukan oleh jumlah
molekul yang terbanyak atau jumlah molekul maksimum, vNm'seperti pada gambar 68.
vNmini berlain-lainan pada temperatur yang berlain-lainan dan oleh karenanya kita coba
menentukan di sini hubungan vNmdengan temperatur.
Dari (321), vNmdapat ditentukan dengan syarat
d(d N )
~=O
dv
atau
(330)
Dari hubungan ini dapat juga kita tentukan hubungan parameter tersebut dengan
vNmini, yakni
~=~
vNm
(331 )
195
g. Perbandinganjenis kecepatan
Bandingkan hasil dari ketiga jenis kecepatan ini, dari (331), (329), dan (259),
yakni
VNm= --J 2 kT
m
v = --J8 kT
1tm
v _ --J 3 kT
er- -
m
maka dipero1eh perbandingan sebagai berikut :
_ 2_1
vNm: v : ver = 1 : ..J1t : ~3/2= 1
Hal ini dapat juga dilihat pada gambar 68.
Dari hasil dari a sampai g, telah kita lihat hubungan yang erat antara distribusi
molekul dengan kecepatan serta temperatur, dan daripadanya kita mengetahui pengaruh
panas pada distribusi molekul gas.
Melalui substitusi (328) ke dalam (317) kita peroleh secara langsung pengaruh tem-
peratur untuk rapat perubahan kecepatan molekul,
mv2
1,128 : 1,224 (332)
--
(333)
Makin tinggi temperatur makin kecil harga rapat kecepatan molekul terutama bagi
kecepatan yang kecil. Secara ilustratif, pada gambar 69, terlukis rapat perubahan kece-
patan molekul terhadap kecepatan molekul itu bagi bermacam-macam temperatur.
Gambar 69
Rapat perubahan kecepatan Maxwell pada daerah kecepatan dv,
untuk bermacam-macam temperatur.
196
JALAN 'DEDAS MOLEKUL
127. JUMLAH TUDRUKAN RATA-RATA DAN JALAN DEDAS
RATA-RATA PADA MOLEKUL STATIS
Molekul atau atom bergerak dengan bermacam-macam kecepatan ke segala arah. Oleh
sebab itu dapat kita pahami bahwa molekul atau atom dalam pergerakannya akan saling
bertubrukan satu dan lainnya. Tubrukan ini makin sering apabila pergerakan molekul
makin hebat, yakni jika temperaturnya makin tinggi. Kita akan berusaha menentukan
jumlah tubrukan rata-rata per satuan waktu.
Di antara dua tubrukan, molekul berjalan lurus dan jalan antara kedua tubrukan yang
berturut-turut ini disebut jalan bebas. Sesuai dengan tubrukan berturut-turut yang terjadi
secara tak teratur, jalan bebas juga mempunyai panjang yang bermacam-macam. Panjang
rata-rata dari jalan bebas ini disebut jalan bebas rata-rata.
Untuk menentukan jumlah tubrukan rata-rata ini kita memandang pergerakan suatu
molekul, dan untuk memudahkan penentuannya akan kita anggap semua molekullainnya
kecuali molekul ini, adaltili diam dan tersebar merata dalam ruang. Anggapan molekul
statis tentunya tidak sesutai dengan kenyataan, sehingga hasilnya pun tidak akan cocok
dengan keadaan sesungguhnya, tetapi perhitungan teoretis ini telah memberikan dasar
perhitungan atau penentuan jumlah tubrukan serta jalan bebas rata-ratanya.
a b
Gambar 70
a. Jarak terdekat pusat ke pusat dari dua molekul.
b. Jarak yang sama tetapi dengan menganggap salah satu molekul sebagai
titik pada pusatnya.
Pandanglah suatu molekul A dengan daerah pengaruh berbentuk bola berdiameter cr
dan molekul lainnya hanya dapat mendekatinya sampai jarak pusat ke pusat sebesar cr.
Seperti pada penentuan kovolume b dari molekul gas sejati, kita dapat menganggap
molekul lain B, mengecil sehingga merupakan titik tetap pada pusatnya, dan untuk
kompensasi, molekul A dianggap membesar sehingga merupakan bola dengan jari-jari cr,
seperti pada gambar 70a.
Molekul A ini bergerak di antara molekul B yang statis, sehingga dalam waktu 't,
jalan molekul A merupakan sHinder dengan panjang V'tjika kecepatan gerak molekul A
adalah V.
197
Volume sHinder ini adalah
V = 1tcr2v't
dan semua molekul B statis yang berada dalarn sHinder ini akan ditubruk, sehingga
dalam waktu 't itu akan terjadi tubrukan sebanyak molekul B tersebut. Apabila rapat
molekul adalah p, maka jumlah tubrukan dalarn waktu 't adalah
pV =1tpvcr2't
Jumlah tubrukan rata-rata per satuan waktu oleh karenanya adalah
z =1tpcr2v (334)
Jalan bebas rata-rata adalah jalan rata-rata antara dua tubrukan yang berturut-turut.
Dalarn satu satuan waktu molekul A menempuh jalan sepanjang v dan melakukan z
tubrukan, sehingga panjang jalan rata-rata antara dua tubrukan berturut-turut adalah
v 1
A=-=-
Z 1tpcr2
(335)
Jalan bebas rata-rata berbanding terbalik dengan rapat molekul. Makin jarang
molekul makin besar jalan bebas rata-rata atau makin bebas molekul bergerak dan
sebaliknya.
128. JUMLAH TUDRUKAN RATA-RATA DAN JALAN DEDAS
RATA-RATA PADA MOLEKUL DERKECEPATAN TETAP.
Molekul sebenarnya semuanya bergerak, sehingga anggapan bahwa semua molekul B
adalah statis tidak sesuai dengan hasil sesungguhnya. Untuk mendekati keadaan
sesungguhnya, kita membuat pendekatan dengan menganggap bahwa semua molekul
mempunyai kecepatan sarna dan tetap. Dengan anggapan ini pada tahun 1857, sebelum
distribusi Maxwell ada, Clausius menentukan jumlah tubrukan dan jalan bebas rata-rata.
Gambar 71
Kecepatan relatif an tara dua mo/eku/ dengan
kecepatan sarna dan tetap.
198
Dengan semua molekul berkecepatan tetap dan sarna, maka dalarn penentuan jumlah
tubrukan dan jalan bebas rata-rata kita perlu menggantikan kecepatan molekul pada
(334) dan (335) dengan kecepatan relatif vr di antara molekul itu. Kecepatan relatif ini
bergantung kepada sudut antara kedua kecepatan bersangkutan, seperti pada gambar 71,
sehingga vr mempunyai bennacam-macam harga. Apabila sudut antara kedua kecepatan
adalah e, maka
e
v =""v2 + v2 - 2v2 cos e =2 v sin -
r 2
(336)
Kecepatan relatif v rata-rata dapat ditentukan dengan menentukan harga rata-rata
e r
dari faktorsin -. Harga rata-rata f(e, q pada koordinat bola, dengan satu satuan jari-
2
jari diperoleh melalui mengalikan fungsi ini dengan suatu elemen luas dA seperti pada
(234), mengintegrasikan untuk bola, dan membagikannya dengan seluruh luas bola, yakni
f(e,qr=
~, TXf(e, q sin e de dq>
4x 0 0
e
Bagi sin - diperoleh oleh karenanya, harga rata-rata,
2
e I
j
~x e
(sin-)r = - J sin- sin e de dq>
2 4x 0 0 2
dan setelah dihitung diperoleh selanjutnya,
e
(sin_) =2/
2 r 3
atau kecepatan relatif rata-rata
V =4/ V
r 3
(337)
Jadi jumlah tubrukan rata-rata per satuan waktu pada molekul yang berkecepatan
sarna dan tetap, menurut Clausius, dapat ditentukan dengan memasukkan harga (337) ke
dalarn (334),
(338)
sedangkan jalan bebas rata-rata menurut Clausius, diperoleh dengan substitusi (337) ke
dalarn (335), yakni
199
(339)
Jumlah tubrukan rata-rata per satuan waktu oleh karenanya bertambah dengan faktor
4/3 dan jalan bebas rata-rata berkurang dengan faktor 3/4,
129. JUMLAH TUBRUKAN RARA-RATA DAN JALAN BEBAS
RATA-RATA MENURUT MAXWELL
Telah kita ketahui di muka bahwa menurut Boltzmann distribusi kecepatan molekul yang
stabil adalah distribusi kecepatan menurut Maxwell. Oleh sebab itu kita dapat menen-
tukan jumlah tubrukan rata-rata per satuan waktu serta jalan bebas rata-rata molekul
menurut distribusi kecepatan Maxwell ini.
Perhitungan tidak kita l~ukan di sini, tetapi menurut perhitungan, diperoleh jumlah
tubrukan antar-molekul per satuan waktu, sebesar
z =1tpcr2V " 2 (340)
sedikit lebih besar dari ketentuan Clausius.
Jalan bebas rata-ratanya dengan demikian menjadi sebesar
1
A=
(341)
1tpcr2"2
sedikit lebih kecil dari hasil Clausius.
Dibandingkan dengan jalan bebas rata-rata Clausius, perbedaan jalan bebas rata-rata
Maxwell adalah
lebih besar, bagi jalan bebas rata-rata Clausius.
Di samping penentuan jalan bebas rata-rata ini termasuk jalan bebas rata-rata menurut
Clausius dan Maxwell masih dikenal juga jalan bebas lainnya seperti menurut Tait dan
sebagainya lagi.
130. GAS KNUDSEN DAN GAS BIASA.
Apabila jalan bebas rata-rata antar-molekul ini ditinjau untuk gas, maka besar kecilnya
jalan bebas rata-rata bergantung kepada rapat molekul gas bersangkutan, sehingga den-
gan jalan bebas rata-rata ini kita dapat menentukan kehampaan suatu ruang yang berisi
gas.
200
Bagi gas biasa dalam bejana dengan tekanan biasa yakni sekitar 1 atm. jalan bebas
rata-rata molekul adalah kecil dan akan lebih kecillagi jika dibandingkan terhadap ukuran
tabung bersangkutan. Jumlah tubrukan antara-molekul dengan sendirinya akan lebih besar
daripada jumlah tubrukan antara molekul dan dinding ruang. Gas dalam keadaan demikian
disebut gas biasa.
Dengan memompa ke luar gas dari dalam bejana itu, rapat molekul gas itu akan
berkurang dan akibatnya jalan bebas rata-rata bertambah, kesemuanya bergantung juga
kepada kehampaan ruang itu. Apabila bejana cukup hampanya, maka jalan bebas rata-
rata molekul akan bertambah bahkan akan jauh lebih besar daripada ukuran ruangnya.
Dengan sendirinya jumlah tubrukan antara molekul dengan dinding akan lebih besar
daripada jumlah tubrukan antar-molekul. Gas dalam keadaan demikian disebut gas
Knudsen.
Gas Knudsen akan berpengaruh pada sifat gas berhubung dengan letak molekul yang
berjauhan itu. Perjalanan molekul dalam hal ini praktis tidak terganggu oleh molekul-
molekullain. lonisasi pun selanjutnya akan terjadi pada gas Knudsen seperti pada halnya
Tubular Lamp (T.L.), tabung hampa, dan lain-lainnya.
DISTRIBUSI JALAN BEBAS
131. DISTRIBUSI JALAN BEBAS MOLEKUL
Kita telah membicarakan jalan bebas rata-rata dari molekul, maka kini sejalan dengan
adanya kecepatan rata-rata dan distribusi kecepatan molekul, kita ingin pula mengetahui
distribusi jalan bebas ini. Pada distribusi jalan bebas ini kita ingin mengetahui frekuensi
terjadinya jalan bebas tertentu, baik secara simultan oleh banyak molekul pada suatu saat
(momen) ataupun oleh suatu molekul dalam suatu jangka waktu tertentu. Keduanya ini
memberikan hasil yang sama, dan untuk penguaraian, kita menggunakan sejumlah molekul
pada suatu saat (momen).
Pandanglah dan ikutilah dari mula pergerakan suatu jumlah molekul s.ebanyakNo
dalam suatu kelompok. Karena tubrukan yang terjadi, molekul itu akan berangsur-angsur
meninggalkan kelompok. Makin besar jalan bebas suatu molekul makin jauh molekul
tersebut tetap berada di dalam kelompok.
Anggaplah pada suatu saat setelah kelompok ini menempuh jalan x, jumlah molekul
yang masih tertinggal dalam kelompok adalah N. Pada jalan dx selanjutnya misalkan
terdapat dN molekul yang mengalami tubrukan dan meninggalkan kelompok. Ini berarti
bahwa ada sejumlah dN molekul yang mempunyai jalan bebas yang panjangnya terletak
di antara x dan x + dx.
Harga'dN ini bergantung kepada jumlah molekul N dan dx serta kemungkinan atau
probabilitas tubrukan pada molekul itu, Pt. Karena dN merupakan pengurangan molekul
dari kelompok, maka
dN =- Pt N dx
(342)
201
dengan tanda negatif. Integrasi memberikan
In N =- PI x + konstanta
Karena untuk x =0 jumlah molekul adalah No' maka konstanta integrasi dapat diten-
tukan, dan setelah disubstitusikan diperoleh
-Px
N =N e I (343)
o
atau setelah dimasukkan ke dalam (342),
-PIX
dN =- PN e dx
I 0
(344)
Jumlah IdNladalah jumlah molekul yang mempunyai jalan bebas yang terletak antara
x dan x + dx atau juga banyaknya jalan bebas yang terletak antara x dan x + dx.
Jalan bebas rata-rata oleh karenanya, adalah
f XdN
A=
N
o
dan karena jalan bebas mempunyai bermaeam-maeam harga dari keeil sampai besar
maka seeara teoretis kita mengambillimit dari 0 sampai 00, sehingga
r
-Px
-PIN x e I dx
o 0
A=
N
o
yakni
1
A=-
PI
(345)
Jadi jalan bebas rata-rata berbanding terbalik dengan probabilitas tubrukan. Makin
besar jalan bebas makin keeil kesempatan bertubrukan dan sebaliknya.
Substitusi (345) ke dalam (343) memberikan
x
N =N e
o
(346)
sedangkan jumlah jalan bebas yang terletak antara x dan x + dx menurut (344) menjadi
x
N
o
A
dx
(347)
dN = --e
A
Jumlah jalan bebas atau distribusi jalan bebas oleh karenanya bergantung kepada
daerah jalan bebas yang kita pandang.
202
132. BEBERAPA CONTOH DISTRIBUSI JALAN BEBAS
Sebagaigambaranakankita lihat di sini jumlah jalan bebasuntuk daerahjalan bebas
tertentudalamrangkadistribusi jalan bebasini. Jumlahjalan bebas bergantungkepada
daerah jalan bebas, yang kita pandang. Jika (347) kita lukiskan sebagai fungsi jalan
bebas akan kita peroleh hasil seperti pada gambar 72, yakni suatu bentuk eksponensial.
Bagi suatu daerah dx dari jalan bebas itu, jumlah bebas merupakan luas yang terarsir
pada gambar 72 tersebut.
81
4%
Gambar 72
Distribusi jalan bebas dan jumlah jalan
bebas bagi suatu daerah jalan bebas
antara Xl dan Xl + dx.
Misalkan kita ingin menentukan jumlah jalan bebas yang terletak di antara Xl dan
x2' maka menurut (347), jumlah tersebut
Demikian juga apabila kita' ingin mengetahui jumlah jalan bebas yang lebih besar
dari suatu haiga L, maka dengan (347) diperoleh
X
N= -~re A-dx
A- L
203
X
N
0
A-
N= 1__j2e
dx
A- Xl
X2 Xl
- --
A- A-
yakni N = N (e
-e
)
0
atau persentasenya adalah
X2 Xl
- --
N A- A-
-=(e
-e
) . 100%
N
0
----
yakni sebanyak
L
A
N =N e
o
atau dalam persentase, diperoleh
L
A N
-=e
N
o
100%
Dan dengan jalan sarna kita dapat menentukan distribusi jalan bebas bagi daerah
jalan bebas lainnya.
MEKANIKA STATISTIK
133. STATISTIKMAXWELL - BOLTZMANN
Cara lain untuk menentukan distribusi molekul adalah melalui statistik dan bidang ini
disebut mekanika statistik. Temyata bahwa mekanika statistik memberikan keterangan
dan juga hasil yang lebih baik daripada metoda yang telah kita pergunakan.
Di antara statistik dikenal suatu statistik yang agak klasik yakni statistik Maxwell-
Boltzmann. Pada statistik ini, dipandang enam dimensi dari pergerakan molekul, yakni
tiga dimensi kedudukan dan tiga dimensi kecepatan. Ruang enam dimensi seperti yang
dimaksudkan ini disebut ruang fasa. Selanjutnya ruang fasa ini masih dibagi lagi ke
dalam volume kecil enam dimensi yang disebut sel.
Molekul terbagi ke dalam sel ini dan terjadilah distribusi molekul menurut sel.
Distribusi jumlah molekul dalam sel tanpa memandang molekul secara individu disebut
status makro dari sistem sedangkan penentuan molekul tertentu (secara individu) dalam
tiap status makro disebut status mikro dari sistem. Kemudianjumlah status mikro terhadap
status makro tertentu dinamakan probabilitas termodinamik.
Dalam metoda statistik ini dilakukan penentuan probabilitas termodinamik dan
selanjutnya ditentukan pula hubungan dari probabilitas termodinamik dengan masalah
tenaga-dalam untuk selanjutnya memperoleh jumlah molekul dalam sel. Penggunaan
statistik Maxwell-Boltzmann dapat menerangkan antara lain soal panas jenis.
204
134. STATISTIK KUANTUM DENGAN STATISTIK BOSE-
EINSTEIN DAN .FERMI-DIRAC
Statistik Maxwell-Boltzmann masih juga memberikan hasil yang kurang sesuai dengan
hasil percobaan. Juga dalam hal adanya elektron atau aliran elektron, statistik ini
memasukkan pengaruh yang besar dari pergerakan elektron bebas ke dalam penentuan
panas jenis konduktor, tetapi menurut eksperimen, pergerakan elektron tidak mempunyai
pengaruh demikian. Kesulitan pengaruh pergerakan elektron bebas dapat diatasi dengan
statistik kuantum. Statistik kuantum mempegunakan teori kuantum yakni satuan tenaga
yang terkecil atau kelipatannya dan dalam teori kuantum, tenaga memang dianggap
terdiri atas bagian yang disJcritdengan bagian terkecil disebut kuantum. Perbedaan statistik
ini dengan statistik Maxwell-Boltzmann terletak pada penentuan jumlah status mikro
bagi status makro tertentu.
Statistik kuantum yang terkenal antara lain adalah statistik Bose-Einstein. Menyeru-
pai statistik Maxwell-Boltzmann, statistik ini juga mempergunakan enam dimensi ruang
fasa, hanya di sini tidak dipergunakan kecepatan, melainkan dimensi momentum. Statis-
tik Bose-Einstein juga belum dapat memecahkan peristiwa pergerakan elektron dengan
memuaskan.
Selain statistik Bose-Einstein, berkenaan dengan elektron bebas dalam zat, kita
mengenal juga statistik Fermi-Dirac. Dari statistik ini, sedikit berbeda dengan kedua
statistik di muka, dapat ditentukan bagian panas jenis yang disebabkan oleh pergerakan
elektron bebas. Temyata berbeda dengan hasil dari kedua jenis statistik di muka, pada
statistik ini diketahui bahwa bagian panas jenis karena pergerakan elektron bebas adalah
sangat kecil, dan ini kira-kira sesuai dengan percobaan. Statistik Fermi-Dirac dapat
menerangkan hal mengenai tak berpengaruhnya pergerakan elektron pada panas jenis
konduktor sungguhpun konduktor mengandung banyak elektron bebas.
Di sini tidak dibicarakan 1ebihlanjut mengenai mekanika statistik, dan hal-hal terse-
but di muka, hanyalah sekedar gambaran saja.
SOAL-SAOL
1. Suatu ruang hampa dengan suatu lobang keSil seluas A dimasukkan ke dalam suatu
bejana berisi gas dengan tekanan p pada temperatur T. Jika berat molekul gas adalah
M, tentukan jumlah molekul gas yang masuk ke dalam ruang itu satu jam kemudian.
Tentukan juga setelah itu tekanan dalam ruang jika volume ruang adalah V.
2. Tentukan persentase jalan bebas yang lebih besar dari 10.000 kali diameter molekul
pada tekanan p dan temperatur T.
205

Anda mungkin juga menyukai