Anda di halaman 1dari 7

Unsur-Unsur Budaya Sunda

Sistem Organisasi Sosial dan Kemasyarakatan


Untuk lebih mudah memahami tentang sistem sosial dan organisasi kemasyarakatan di
masyarakat sunda terlebih dahulu kita harus menyamakan dulu persepsi tentang apa yang di maksud
dengan sistem organisasi sosial dan organisasi kemasyarakatan. Yang dimaksud dengan sistem sosial
adalah merupakan sistem pengelompokan sosial berdasarkan atas umur, jenis kelamin, dan hubungan
kekerabatan. Sedangkan organisasi kemasyarakatan adalah merupakan hubungan-hubungan yang
terjadi antara individu atau kelompok individu di dalam masyarakat yang telah terpolakan, sehingga
menjadi satu sistem hubungan.
1. Sistem sosial
Pengelompokan sosial berdasarkan umur adalah sebagai berikut :
a. Orok: yaitu berumur sejak waktu lahir sampai dua belas (12) bulan
b. Budak yaitu anak-anak yang berumur 1-1 tahun
c. Bujangan/mojang yaitu berumur 16-25 tahun.Bujangan atau bujang adalah sebutan untuk seorang
pria dewasa yang tidak mempunyai istri. Sedangkan seorang perjaka atau jejaka atau jaka selain dapat
berarti bujangan juga adalah seorang pria yang belum pernah mengadakan hubungan seksual atau
senggama dengan wanita. Istilah yang lain untuk ini adalah wadat dan selibat. Seorang bujangan bisa
saja telah bercerai dengan istrinya (bujang cerai atau duda cerai), sehingga tidak dapat dikatakan
perjaka lagi, sedangkan seorang perjaka menurut definisi berarti bujangan.
Dalam bahasa Indonesia, istilah bujang juga dapat merujuk pada wanita yang perawan atau gadis dan
juga dapat merujuk pada janda. Selain itu arti lain dari bujang adalah seorang pembantu laki-laki
(jongos).
d. Sawawa/dewasa yaitu berumur 26-40 tahun
e. Kolot yaitu berumur 41 tahun ke atas
Pengelompokan berdasarkan jenis kelamin. Perbedaan manusia berdasarkan jenis kelamin merupakan
kodrat alami yang justru memungkinkan manusia terus berlanjut dari generasi ke generasi. Perbedaan
jenis kelami ini dapat membedakan hal-hal sebagai berikut di antaranya adalah
a. Pekerjaan
b. Permainan
c. Warisan
d. Perjodohan
e. Pengambilan keputusan dan sebagainya.
Pengelompkan kekerabatan dalam kehidupan masyarakat sunda menganut sistem kekerabatan yang
bersifat parental. Istilah kekerabatan bagi masyarakart sunda menunjukan sifat bilateral dan
generasional. Dilihat dari ego, msyarakat sunda mengenal istilah kekerabatan sampai tujuh generasi ke
atas dan tujuh generasi ke bawah (tujuh turunan)
2. Organisasi sosial/kemasyarakatan
Dilihat dari sudut sejarah, organisasi sosial yang hidup dalam masyarakat di jawa barat ada yang
mempunyai ciri-ciri lembaga/organisasi tradisional dan organisasi modern. Yang di maksud organisasi
tradisional adalah organisasi yang muncul sebagai hasil inisiatif dan kreatif masyarakat desa, yang
didorong oleh kebutuhan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,sedangkan organsasi
modern adalah lahir karena sengaja di bentuk, biasanya dari piahk atas desa dengan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangganya. Pada umumnya organisasi modern mulai ada pada awal abad ke-20, tatkala
pemerintah kolonial secara formal memperkenalkannya kepada masyarakat desa, lembaga
perkreditan,pegadaian dan susunan pemerintahan. Oganisasi tradisional yang masih banyak ditemui dan
dilakukan masyarakat sunda adalah :
1. Organisasi tradisional yang merupakan ikatan hubunga antara pemilik tanah dengan penggarap
tanah seperti :
a. Memaro yaitu bagian hasil panen sama
b. Mertelu yaitu bagian hasil panen 1 berbanding 2
c. Mlayang yaitu bagian hasil panen 10 sangga untuk 3 bau sawah
d. Hejoan yaitu peminjaman uang yang dibayar dengan hasil panen
2. Organisasi tradisional yang erat hubungannya dengan kehidupan desa di priangan :
a. Hiras/ngahiras, biasanya ada dalam mendirikan ruah, tandur dan hajatan
b. Liliuran yaitu saling tukar tenaga dalam sesuatu pekerjaan A : B atau B : A
c. Kondangan/Ondangan/Uleman, biasanya terjdi dalam acara syukuran.
3. Organisasi tradisional didasarkan atas kepentingan ekonomi, seperti :
a. Sistem ijon yaitu peminjaman padi pada musim paceklik dan di bayar pada musim panen dengan
bunga tinggi.
b. Ssitem nyambat yaitu permintaan bantuan tenaga dari tetangga dengan imbalan materi
c. Sistem ceblokan yaitu sistem kontrak penggarap sawah oleh satu kelompok petani sampai panen
dan hasil panen di bagi sesuai kesepakatan.
d. Sistem pajegan yaitu siste kontrak tidak sampai panen
e. Sistem sewa tanah yaitu menyewakan tanah kepada pemilik modal karena kebutuhan tertentu.

Pada abad 19 di banten masyarakat desa dibedakan atas dua lapisan sosial yaiu :
1. Golongan elit pada lapisan atas, seperti pemuka agama, pamong desa dan jawara
2. Golongan rakyat biasa pada lapisan bawah, seperti petani kecil, buruh tani dan bujang
Dalamkehidupan masyarakat desa di masyarakat sunda pada umumnya ada dua kelompo msyarakat
yaitu:
1. Jalma beunghar/jalma jagud aau jalama sugih
2. Jalma miskin/jalma masakat/jalma malarat atau jalma leutik.
Penerapan tenggang rasa dapat kita rasakan ketika melihat realitas di atas. Namun, dalam beberapa
kasus, masih ada peran pemuda yang memporsikan lebih dari perang orang tua. Misalnya, seorang anak
menjadi penanggungjawab keutuhan dan kebutuhan hidup keluarga dengan bekerja lebih dari
pekerjaan orang tua. Terlepas dari hal ini, etika dalam sistem organisasi kemasyarakat Sunda merupakan
potret ideal dalam menjalani kehidupan yang lebih dinamis. Kehidupan bersama dalam balutan gotong
royong tampak terasa dalam kebiasaan nguyang, yaitu memberikan sesuatu (biasanya palawija) kepada
orang lain dengan mengharap balasan yang lebih besar. Hubungan dalam masyarakat Sunda sifatnya
subjektif. Artinya, kepentingan individu adalah kepentingan bersama dan kepentingan kelompok juga
merupakan kepentingan individu (perseorangan)
Menyangkut masalah internal keluarga, dalam masyarakat Sunda, ayah biasa dipanggil abah dan ibu
dipanggil ema. Kakek dipangil aki dan nenek dipanggil nini. Adik ayah dan ibu yang laki-laki dipanggil
amang sedangkan adik ayah dan ibu yang perempuan dipanggil bibi. Dalam perkawinan, suami biasa
panggil salaki dan istri dipanggil pamajikan.
Kampong bukanlah satu-satunya tempat tinggal masyarakat Sunda di desa. Pada masyarakat Baduy dan
beberapa kelompok masyarakat di daerah Banten dan Sukabumi Selatan yang mayoritas berprofesi
sebagai peladang (ngahuma) terdapat paling sedikit dua macam pola organisasi tempat tinggal, yaitu
saung huma (dangau ladang) dan kampung. Di Jawa Barat sebenarnya hampir tidak ada desa yang
perumahannya terkonsentrir di bangunan dan rumah-rumah yang terkumpul dan berkelompok pada
satu tempat saja. Desa tersebar dalam satu area tertentu dengan memiliki batas desa atau batas secara
historis dan administratif disetujui oleh bersama. Biasanya batas ini ditandai dengan gapura dan patok
vertikal dari beton yang terdapat tulisan nama desa tersebut.
Di daerah datar, jarak antara rumah makin besar, begitu juga pekarangannya. Pola kampung seperti ini
lebih diperlukan untukmenjaga tanaman pekarangan dari gangguan binatang. Berdasarkan
pengelompokan rumah-rumah dan sarana lainnya dihubungkan dengan jalan raya, sungai dan lembah,
pantai sebagai indikator, maka pola desa di Jawa Barat (Sunda) dapat dibagi menjadi:
1. Desa linier; kampung desa yang berkelompok memanjang mengikuti alur jalan desa.
2. Desa radial; kampung desa yang berkelompok pada persimpangan jalan.
3. Desa di sekitar alun-alun atau lapangan terbuka; pola ini dianggap imitasi dalam bentuk kecil dari
kota kabupaten atau kota kecamatan.
Dalam pola desa yang menyebar, yang letaknya tersebar, biasanya penyediaan fasilitas desa terpusat di
sekitar bale desa. Hal ini mengakibatkan warga desa memerlukan waktu yang cukup lama bila akan pergi
ke sekolah, pasar, masjid, desa atau puskesmas. Selain itu, biasanya letak rumah penduduk berjauhan,
sehingga hidup bertetangga agak terbatas pada rumah yang saling berdekatan.
Baik kampong ataupun desa adalah suatu pemukiman yang mencakup sejumlah rumah dan bangunan-
bangunan lainnya sebagai pelengkap dengan fungsi tertentu bagi kehidupan masyarakat dalam
permukiman. Tempat bermukim yang terkecil ialah rumah dan yang terbesar adalah alam luar. Rumah
dalam bahasa Sunda disebut imah, dan nu di imah berarti istri yang memiliki wewenang sebagai
pengelola rumah. Umpi atau rumah tangga merujuk pada suatu keluarga inti, terdiri atas suami, istri,
dan anak-anaknya yang belum menikah. Anak-anak yang sudah berkeluarga kemudian akan membentuk
umpi baru yang dalam bahasa Sunda disebut bumen-bumen atau imah sorangan, rarabi atau kurenan
jika kemudian pasangan tersebut beranak. Itulah gambaran umum mengenai sistem organisasi
kemasyarakatan pada masyarakat Sunda.
2.2.2 Kesenian Budaya Sunda
Budaya sunda memiliki banyak kesenian, diantaranya adalah kesenian sisngaan, tarian khas sunda,
wayang golek,permainan anak kecil yang khas,alat musik sunda yang bisanya digunakan pada pagelaran
kesenian.
1) Sisingaan adalah kesenian khas sunda yang menampilkan 2 4 boneka singa yang diusung oleh
para pemainnya sambil menari sisingaan sering digunakan dalam acara tertentu, seperti pada acra
khitanan.
2) Wayang golek adalah boneka kayu yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu
cerita perwayangan. Wayang diamainkan oleh seorang dalang yang menguasai berbagai karakter
maupun suara tokoh yang di mainkan.
3) Jaipongan adalah pengembangan dan akar dari tarian klasik . Tanah Sunda (Priangan) dikenal
memiliki aneka budaya yang unik dan menarik, Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal
dari daerah ini. Jaipongan atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena
merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu Ketuk Tilu.Tari Jaipong
ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula, yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan
beragam alat musik seperti Kendang, Go'ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan 'Orkestra'
dalam musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang menghentak, dimana
alat musik kendang terdengar paling menonjol selama mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan
oleh seorang, berpasangan atau berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan
pada acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
4) Tarian Ketuk Tilu , sesuai dengan namanya Tarian ketuk tilu berasal dari nama sebuah instrumen
atau alat musik tradisional yang disebut ketuk sejumlah 3 buah. Ketuk Tilu adalah suatu tarian pergaulan
dan sekaligus hiburan yang biasanya diselenggarakan pada acara pesta perkawinan, acara hiburan
penutup kegiatan atau diselenggrakan secara khusus di suatu tempat yang cukup luas. Pemunculan tari
ini di masyarakat tidak ada kaitannya dengan adat tertentu atau upacara sakral tertentu tapi murni
sebagai pertunjukan hiburan dan pergaulan. Oleh karena itu tari ketuk tilu ini banyak disukai masyarakat
terutama di pedesaan yang jarang kegiatan hiburan.
5) Pencak Sialat Cikalong. Pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan
menyebutnya "Maempo Cikalong". Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya,
hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran ini.
6) Seni Musik dan Suara. Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam
memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu Sunda dengan nada
dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita yang dinamakan Sinden. Tidak
sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup
sulit untuk ditiru dan dipelajari.Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda : Bubuy Bulan,Es
Lilin, Manuk Dadali , Tokecang ,Warung Pojok.
7) Wayang Golek. Jepang boleh terkenal dengan 'Boneka Jepangnya', maka tanah Sunda terkenal
dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat
dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang
Dalang memiliki keahlian dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan
Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek biasanya dipentaskan
pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya. Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada
malam hari (biasanya semalam suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 - 21.00 hingga pukul 04.00 pagi.
Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan (tokoh baik melawan
tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu dari India, seperti Ramayana atau Perang
Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita mengambil nama-nama dari tanah India.Dalam Wayang Golek,
ada 'tokoh' yang sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan,
seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan tokoh yang selalu
memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang
yang pintar akan memainkan tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
8) Alat Musik. Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Berbeda
dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung adalah dengan
mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga
nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung
(bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang berwarna putih). Angklung
adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu khusus yang ditemukan oleh Bapak
Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan
kesenian local atau tradisional
9) Seni Bangreng. Seni Bangreng adalah pengembangan dari seni "Terbang" dan "Ronggeng". Seni
terbang itu sendiri merupakan kesenian yang menggunakan "Terbang", yaitu semacam rebana tetapi
besarnya tiga kali dari alat rebana. Dimainkan oleh lima pemain dan dua orang penabu gendang besar
dan kecil.
10) Rengkong. Rengkong adalah salah satu kesenian tradisional yang diwariskan oleh leluhur
masyarakat Sunda. Muncul sekitar tahun 1964 di daerah Kabupaten Cianjur dan orang yang pertama kali
memunculkan dan mempopulerkannya adalah H. Sopjan. Bentuk kesenian ini sudah diambil dari tata
cara masyarakat sunda dahulu ketika menanam padi sampai dengan menuainya
11) Kuda Renggong. Kuda Renggong atau Kuda Depok ialah salah satu jenis kesenian helaran yang
terdapat di Kabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang. Cara penyajiannya yaitu, seekor kuda atau
lebih di hias warna-warni, budak sunat dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut, Budak sunat tersebut
dihias seperti seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula, memakai Bendo,
takwa dan pakai kain serta selop.
12) Kecapi Suling. Kacapi Suling adalah salah satu jenis kesenian Sunda yang memadukan suara alunan
Suling dengan Kacapi (kecapi), iramanya sangat merdu yang biasanya diiringi oleh mamaos (tembang)
Sunda yang memerlukan cengkok/ alunan tingkat tinggi khas Sunda. Kacapi Suling berkembang pesat di
daerah Cianjur dan kemudian menyebar kepenjuru Parahiangan Jawa Barat dan seluruh dunia.

2.2.3 Bahasa
Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu unda-usuk bahasa untuk
membedakan golongan usia dan status sosial antara lain yaitu :
1) Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan orang tua, orang yang
dituakan atau disegani.
2) Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia maupun status
sosialnya.
3) Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau kepada orang yang status
sosialnya lebih rendah.
Namun demikian, di Serang, dan Cilegon, bahasa Banyumasan (bahasa Jawa tingkatan kasar) digunakan
oleh etnik pendatang dari Jawa.

2.2.4
2.2.5 Teknologi
Hasil-hasil teknologi terkini sangat mudah didapatkan seperti alat-alat yang digunakan untuk
pertanian yang dasa jaman dulu masih menggunakan alat-alat tradisional, kini sekarang telah berubah
menggunakan alat-alat modern, seperti traktor dan mesin penggiling padi. Disamping itu juga sudah
terdapat alat-alat telekomunikasi dan barang elektronik modern.
2.2.6 Mata Pencaharian
Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah
1) Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
2) Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran
3) Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai
pedagang, pengrajin, dan peternak

Anda mungkin juga menyukai