شس
شس
Sesungguhnya Allah Subhanahu wataala meridhai untuk kalian tiga hal dan membenci dari
kalian dari tiga hal: Allah Subhanahu wataala meridhai kalian agar beribadah kepada-Nya dan
tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang kuat dengan agama Allah Subhanahu
wataala semuanya (bersatu) dan tidak berceraiberai; serta agar menasihati orang yang Allah
telah jadikan sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah) membenci kalian dari mengatakan
(setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak bertanya, dan membuang-buang harta.
(HR. Ahmad dan Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad memberitakan bahwa Allah Subhanahu
wataala meridhai kita untuk memiliki tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia di
dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah: Yang pertama adalah agar kita memperbaiki akidah
dengan memurnikan ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wataala dan berlepas diri dari
berbagai jenis kesyirikan. Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan. Sebab, akidah
merupakan ondasi yang dibangun di atasnya amalan seseorang. Apabila baik akidahnya, akan
bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaat amal salehnya. Adapun jika rusak akidahnya,
amalannya tidak bermanfaat dan tidak bernilai di sisi Allah Subhanahu wataala. Oleh karena
itu, seluruh rasul diperintah untuk mengajak pada perbaikan akidah sebelum hal yang lainnya.
Setiap rasul mengatakan,
Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya. (al-Araf: 59)
Perkara kedua yang Allah Subhanahu wataala ridha terhadap hamba-Nya adalah agar kaum
muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan. Oleh karena itu, wajib bagi
kita untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan
para sahabatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam akidah dan ibadah serta dalam hal yang
berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak dimungkiri bahwa berbeda dan
berselisih adalah sifat dan tabiat manusia, namun hal tersebut tidak berarti diperbolehkan.
Allah Subhanahu wataala telah memberikan jalan keluar ketika terjadi perselisihan,
sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah
(al- Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (an-Nisa: 59)
Maka dari itu, jangan sampai kaum muslimin memiliki akidah dan ibadah yang berbeda-beda.
Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum, ini halal dan ini haram dari dirinya
sendiri tanpa berdasarkan dalil dan bimbingan ulama.
Jamaah Jumah rahimakumullah,
Perlu diketahui bahwa berpecah belah adalah sifat orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kita
dilarang untuk mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu
wataala,
Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang didatangkan al-kitab kepada mereka (Yahudi dan
Nasrani) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. (al-Bayyinah: 4)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wataala berfirman,
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang
keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang
berat. (Ali-Imran: 105)
Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat. Justru perpecahan
adalah azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan. Perpecahan akan mencegah
kaum muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.
Oleh karena itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin agar menjadi umat yang satu,
yaitu dengan
kembali kepada al-Quran dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah n, baik dalam akidah,
ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang terjadi di antara mereka.
Perlu diingat, agama kita adalah agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam banyak
permasalahan, seperti dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan ibadah
shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah
dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing bangga dengan kelompoknya serta
fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat benar atau salah.
Khutbah Kedua