Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

Daftar isi.......................................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN.........................................................................................
BAB 2. HASIL PENGAMATAN...............................................................................
BAB 3. PEMBAHASAN............................................................................................
BAB 4. KESIMPULAN..............................................................................................
Daftar Pustaka..............................................................................................................

1
2
5
11
16
17

BAB I
PENDAHULUAN
3.1 Dasar teori
3.1.1 Dasar Teori Modalitas Rasa di rongga Mulut
Indera pengecap adalah organ penting pada manusia yang membuat manusia memilih
makanan sesuai dengan keinginannya dan kebutuhan jaringan, selain itu dapat juga berfungsi
untuk menghindari tubuh dari substansi beracun. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
yaitu sistem indera (penglihatan, pembau dan pendengar) dan makanan (tekstur makanan,
suhu, kandungan bahan-bahan, kandungan air dan udara dalam makanan).
Manusia memiliki lima alat indra, yaitu mata adalah indra penglihatan, telinga adalah
indra pendengar, hidung adalah indra penciuman, kulit adalah indra peraba dan lidah adalah
indera pengecap. Lidah tersusun atas otot otot rangka yang berbentuk longitudinal ,
transversal dan sirkuler. Pada bagian dorsal lidah tertutup oleh selaput lendir sehingga selalu
lembab dan tertutup papila papila yang mengandung kuncup pengecapan ( taste buds ).
Taste buds (kuntum pengecapan), alat indera untuk pengecapan, merupakan badan ovoid
yang berukuran 50 70 m. Tiap-tiap kuntum pengecap terbentuk oleh 4 jenis sel, yaitu sel
basal; sel tipe 1 dan 2, yang merupakan sel suspentakularis; dan sel tipe 3, yang merupakan
sel reseptor pengecap (gustatorik) yang membuat hubungan sinaps dengan serat saraf
sensorik. Leher dari sel-sel ini berhubungan satu sama lain dan dengan sel epitel di sekitarnya
melalui tight junction. Kuntum pengecap ini dipersarafi oleh sekitar 50 serat saraf, dan
sebaliknya, setiap serat saraf menerima masukan dari rata-rata 5 kuntum pengecap. Sel-sel
basal berasal dari sel epitel yang mengelilingi kuntum pengecap. Sel-sel ini berdiferensiasi
menjadi sel reseptor baru, dan sel reseptor lama secara terus-menerus diganti dengan waktu
paruh sekitar 10 hari.
Pada manusia, kuntum pengecap terletak di mukosa epiglotidis, palatum, dan pharinx
serta di dinding papila fungiformis dan papila valata lidah. Papila fungiformis merupakan
struktur bulat yang paling banyak ditemukan dekat ujung lidah; papila valata adalah struktur
menonjol yang tersusun membentuk huruf V di belakang lidah. Papila filiformis yang kecil
berbentuk kerucut, dan menutupi badan dorsum lidah biasanya tidak mengandung kuntum
pengecap. Serat-serat saraf sensorik dari kuntum-kuntum pengecap di dua per tiga anterior
lidah berjalan dalam cabang korda timpani n. Fasialis, dan serat-serat dari sepertiga posterior
lidah mencapai batang otak melalui n. Glosofaringeus. Serat-serat dari daerah lain selain
lidah mencapai batang otak melalui n. Vagus. Serat-serat pengecap yang bermielin tetapi
menghantarkan impuls relatif lambat di ketiga saraf tersebut bersatu di nukleus traktus
solitarius medula oblongata.
Manusia memiliki 4 macam pengecapan (rasa) dasar; manis, asam, pahit dan asin. Zat
yang pahit terutama di kecap di belakang lidah, yang asam di sepanjang tepi lidah, yang
manis di ujung lidah, dan yang asin di dorsum anterior lidah. Zat yang asam dan pahit juga
terasa di palatum yang juga agak peka terhadap manis dan asin. Keempat modalitas ini dapat
dirasakan di pharinx dan epiglotis. Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada sel
pengecap berespons paling baik terhadap rangsang pahit sedang sel pengecap yang lain
berespons paling baik terhadap manis, asam dan asin. Selain itu diduga ada modalitas
pengecap tambahan yaitu umami. Modalitas ini mengindrai rasa glutamat dan glutamat
monosodium yang banyak digunakan dalam makanan Asia. Varian reseptor glutamat
metabotropik , mGluR4 terpotong (truncated), mungkin merupakan reseptor untuk rasa ini.
Asam (acid) terasa asam (kecut), di rangsang oleh kation H+, rasa asin dihasilkan oleh Na+,
2

1.

2.

3.

4.

5.

babaerapa senyawa organik juga terasa asin misalnya dipeptida lisiltaurin dan ornitiltaurin.
Mayoritas zat yang terasa manis adalah zat organik. Sukrosa, maltosa, laktosa, dan glukosa
adalah contih yang paling dikenal. Dua protein yang diisolasi dari buah arbei Afrika,
traumatin dan morelin, terasa 100.000 kali lebih manis daripada sukrosa dengan molar yang
sama. Zat yang paling sering digunakan untuk menguji rasa pahit adalah kina sulfat, senyawa
ini dapat dideteksi dalam konsentrasi 8mol/L. Senyawa organik lain, terutama morfin,
nikotin, kafein, dan ureum terasa pahit. Garam-garam anorganik lain, seperti magnesium,
amonium, dan kalsium juga terasa pahit, rasa ini disebabkan adanya kation (ion positif).
Pengecapan merupakan fungsi utama dari taste bud di dalam rongga mulut. Reseptor
perasa (taste bud) ditemukan pada papila lidah (papila circumvalata, fungiformis, foliata dan
filiformis). Taste bud adalah struktur kecil yang terdapat di permukaan lidah, palatum,
epiglotis, laring dan faring. Di sekitar dari sel perasa terdapat empat rangsang rasa primer,
bila substansi rasa berada dalam konsentrasi rendah, tetapi pada konsentrasi tinggi, sebagian
besar taste bud dapat dirangsang oleh dua, tiga, atau empat rangsang primer dan juga oleh
beberapa rangsang kecap lain (non-primer). Sel-sel pengecap terus menerus digantikan
melalui pembelahan mitosis dari sel-sel epitel disekitarnya. Ketahanan (umur) setiap sel
pengecap ini sekitar 10 hari.
Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu:
Asin, terletak diujung lidah;
Rasa asin dibentuk oleh garam-garam yang terionisasi. Kualitas rasanya berbeda-beda antara
garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi rasa yang lain
selain rasa asin.
Manis, terletak di ujung lidah;
Rasa manis tidak dibentuk atas satu golongan kelas substansi kimia saja. Beberapa tipe
substansi kimia yang menyebabkan rasa ini mencakup gula, glikol, alcoho aldehid, keton,
amida, ester, asam amino, beberapa protein kecil, asam sulfonat, asam halogenasi, dan
garam-garam dari timah dan berilium. Perubahan yang sangat kecil pada radikal sederhana,
seringkali dapat mengubah substansi manis menjadi pahit.
Asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;
Rasa asam disebabkan oleh asam, intensitas dari sensasi rasa ini hampir sebanding dengan
logaritma dari konsentrasi ion hidrogen, makin asam suatu asam makin kuat sensasi yang
terbentuk.
Pahit, terletak pada posterior lidah dan palatum molle;
Rasa pahit tidak dibentuk oleh satu tipe substansi kimia, tetapi substansi rasa pahit hampir
seluruhnya dibentuk oleh substansi organik. Dua golongan substansi tertentu yang cenderung
menimbulkan rasa pahit adalah (a) substansi rasa organik rantai panjang yang mengandung
nitrogen dan (b) alkaloid, seperyi kina, kafein, striknin, dan nikotin.
Umami, terletak pada ujung lidah;
Rasa umami adalah rasa yang ddiperoleh karena rangsangan pada reseptor metabotropic
glutamate receptor (mGluR4) yang sensitiv terhadap monosodiumglutmate (MSG).
Monosodium glutamat umumnya ditambahkan pada makanan untuk menguatkan rasa.
Berdasarkan penelitian bersifat psikofisiologik dan neurofisiologik, saat ini telah
mengenali sedikitnya 13 macam reseptor kimiayang mungkin terdapat pada sel-sel pengecap,
yaitu sebagai berikut: 2 reseptor natrium, 2 reseptor kalium, 1 reeptor klorida, 1 reseptor
adenosine, 1 reseptor ionosin, 2 reseptor manis, 2 reseptor pahit, 1 reseptor glutamate, dan 1
reseptor ion hidrogen.
3.1.2. dasar teori sensasi dirongga mulut

Sel reseptor pengecapan adalah kemoseptor yang berespon terhadap bahan-bahan


yang larut dalam cairan mulut yng membasahi reseptor-reseptor tersebut. Reseptor
pengecapan (sekunder) dikumpulkan bersama taste bud, terutama pada lidah dan palatum.
Bahan-bahan ini bekerja pada mikrovili yang ada di pori-pori pengecap untuk mencetuskan
potensial generator di sel reseptor yang menimbulkan potensial aksi di neuron sensorik.
Serat-serat saraf sensorik dari papil-papil pengecap di dua pertiga anterior lidah
berjalan dengan cabang korda timpani, nervus fasialis, dan serat-serat saraf dari sepertiga
posterior lidah mencapai batang otak melalui saraf glossofaringeus. Nukleus traktus solitarius
untuk dapat menyatu ke dalam medula oblongata harus bergabung dengan kedua sarafnya.
Disana mereka bersinap dengan neuron-neuron ordo kedua yang aksonnya melintasi garis
tengah dan bertemu dengan lemnikus medialis, berakhir di nukleus-nukleus pemancar
sensorik spesifik pada talamus bersama serat untuk sensasi sentuh nyeri dan suhu. Impuls
dipancarkan dari sini ke daerah proyeksi pengecapan di korteks serebrum di kaki girus pasca
sentralis. Pengecapan tidak memiliki daerah proyeksi yang terpisah tetapi digambrkan
dibagian girus pasca sentralis yang melayani sensasi kulit dan wajah.
Impuls pengecapan melintasi saraf otak ketujuh, kesembilan dan kesepuluh menuju
otak, tempat merek berakhir di dalam traktus solitarius. Isyarat mula-mula ke talamus dan
kemudian ke area operkulum-insulaparietal korteks serebri. Area ini terletak pada pinggir
lateral girus postsentralis dalam fisura sylvii yang erat berhubungan dengan atau bertindihan
dengan daerah lidah area somatik
Terdapat banyak variasi dalam distribusi keempat papik pengecap dasar pada berbagai
spesies dan dalam suatu spesies tertentu antara individu. Pengecapan memperlihatkan afterreaction dan fenomena kontras yang serupa dalam beberapa dalam beberapa hal dalam afterimage dan kontras penglihatan. Sebagian adalah tipuan kimia, tetapi sebagian lain mungkin
benar-benar merupakan fenomena sentral.

BAB II
HASIL PENGAMATAN
3.3 Hasil Pengamatan
3.3.1 Pengenalan Bentuk Berbagai Benda di Rongga Mulut dan Area Wajah
Bentuk
Spesimen
Kotak
Segitiga
Bulat
elips

Persepsi orang
Coba
Kotak
Kotak
Bulat
lonjong

Ukuran (mm)

waktu

5 mm
2,5 mm
5 mm
10 mm

5 detik
7 detik
8 detik
4 detik

3.3.2 Two Point Discrimination di Rongga Mulut dan Area Wajah


Bagian

Bagian lidah

Bagian lain

Lokasi
Anterior Lidah
Lateral kiri
Lateral kanan
Posterior lidah
Palatum
Mukosa pipi
Gusi
Bibir atas
Dahi
Hidung
Cuping telinga
Pipi kiri+kanan
Dagu
Leher
Bibir bawah

Respon orang coba


1mm
2mm
3mm

3.3.3 Pengenalan Suhu di Rongga Mulut dan Area Wajah


Lokasi

Air es

Air 80o

Anterior lidah
Samping ka-ki lidah
Posterior lidah
Palatum
Mukosa pipi
Gusi
Dahi
Hidung
Cuping telinga
Bibir atas
Bibir bawah
Leher
Pipi kiri-kanan
dagu

3.3.4 Persepsi Rasa Pada Beberapa Bagian Lidah


No
1

Garam
-

2
3
4
5
6
7
8

Asin
Asin
Sangat asin
Sangat asin
Sangat asin

Air gula
Sangat
manis
Manis
-

Cuka
-

Kina
-

Umami
Asin

Sangat asam
Asam
Asam

Sangat pahit
Pahit
Pahit
Sangat pahit
Sangat pahit

Asin
Asin
Sangat asin
Sangat asin
Asin
Asin

3.3.5 Rasa Nyeri Pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
A. Rangsangan Tekanan
Lokasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Tingkat kedalaman
2 mm
2 mm
2 mm
1 mm
2 mm
1 mm
2 mm
3 mm

Area paling Sensitif

B. Rangsangan Dingin
No

Daerah

1
2
3
4
5
6
7
8

Lidah bagian 1
Lidah bagian 2
Lidah bagian 3
Lidah bagian 4
Lidah bagian 5
Lidah bagian 6
Lidah bagian 7
Lidah bagian 8

60
1,3
1,2
1,7
1,8
1,4
1,4
1,7
2,1

Waktu sampai terasa nyeri (s)


70
80
1,0
0,5
1,0
0,5
1,6
1,0
1,4
1,1
0,3
0,6
0,1
0,9
1,4
1,2
1,4
1,0

Waktu nyeri
90
0,2
0,4
0,4
0,6
0,4
0,6
0,5
0,7

0,77
0,81
1,16
1,23
0,95
1,01
1,2
1,31

0
2,7
2,6
2,7
1,7
2,2
2,6
2,3
1,7

Waktu
Nyeri
1,99
2,84
2,16
1,125
1,7
1,8
1,5
1,44

C. Rangsangan Dingin
No

Waktu sampai terasa nyeri (s)


10
5
1,6
2,1
1,6
2,6
2,0
2,4
0,8
1,4
1,4
2,0
1,6
2,0
1,3
1,8
1,5
1,7

Daerah

20
1
Lidah bagian 1
1,4
2
Lidah bagian 2
1,5
3
Lidah bagian 3
1,4
4
Lidah bagian 4
0,6
5
Lidah bagian 5
1,0
6
Lidah bagian 6
1,2
7
Lidah bagian 7
0,7
8
Lidah bagian 8
0,9
Urutan tingkat sensitivitas :
Panas
: 1-2-5-6-7-3-4-8
Dingin
: 4-8-7-5-6-1-3-2
3.3.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi
A. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Dingin
Stimulus

Lokasi
Permukaan Labial 1/3 Incisial Insisiv
Suhu Dingin (-50 C)
Permukaan dari Mesio-bukal cusp

Respon dari orang coba


dingin
dingin

B. Test Vitalitas Gigi Dengan Suhu Panas


Lokasi
Labial 1/3 incisa
insisiv
Mesio bukal cusp

Air Panas

Suhu kamar

Guttap

Burnisher

Panas

Agak dingin

Panas

panas

Agak dingin

Panas

molar

C. Test Vitalitas Gigi Dengan Tekan


Lokasi
Labial 1/3 incisa incisive
Mesio bukal cusp molar

Respon
Terasa
Terasa

D. Test Perkusi gigi dan Palpasi


Lokasi
Labial 1/3 incisa incisive
Mesio bukal cusp molar

Respon
Terasa
Terasa

PERTANYAAN
1. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap pengenalan bentuk
benda?
Berdasarkan hasil percobaan, lidah bagian anterior merupakan bagian paling sensitif terhadap
pengenalan bentuk benda karena disana terdapat lebih banyak serabut saraf sensoris dan taste
bud.Sedangkan bagian wajah yang sensitive terhadap pengenalan bentuk benda yaitu bibir
atas, pipi kanan, dan pipi kiri.
2. Bagian mulut dan wajah yang mana yang lebih sensitive terhadap mengenali jarak
antar dua titik? Jelaskan mengapa!
Pada bagian permukaan kulit di daerah wajah karena pada lapisan ini kulit terdapat reseptor
yang bertugas menerima rangsangan tekanan dari luar baik tekanan yang ringan maupun
berat.
3. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap suhu? Jelaskan mengapa!
Dari percobaan yang kita lakukan bagian lidah yang peka terhadap suhu baik suhu panas
ataupun dingin adalah lidah bagian samping dan lidah bagian posterior. Hal ini dikarenakan
pada daerah samping lidah dan posterior lidah terdapat papila yang lebih banyak
dibandingkan daerah lain. Papila merupakan ujung saraf pengecapan. Semakin banyak papila
di daerah tersebut maka semakin sensitive pula terhadap adanya suatu rangsangan terutama
suhu.
4. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap nyeri? Jelaskan mengapa!
Bagian anterior lidah. Karena pada bagian tersebut terdapat serabut saraf sensori dan juga
taste bud yang akan menstimulasi rangsangan nyeri ke sistem saraf pusat serta lapisan terluar
dari ujung lidah merupakan lapisan tertipis dibandingkan dengan daerah lidah yang lain.
Sehingga apabila ada tekanan yang menimbulkan rasa nyeri bagian ujung lidah merupakan
daerah paling sensitive terhadap nyeri.
5. Apakah percobaan anda sesuai dengan teori yang anda peroleh?
Berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan, sebagian besar sesuai dengan teori yang
kami peroleh.
6. Bagian lidah mana yang lebih sensitive terhadap rasa manis, asin, pahit, asam, dan
umami?
Manis : ujung lidah
Asin : Posterior lidah
Pahit : Posterior Lidah
Asam : Samping lidah anterior
Umami
: Ujung lidah
7. Mengapa perlu dilakukan test vitalitas gigi?

Test vitalitas gigi sangat penting untuk mengetahui tingkat kekuatan gigi terhadap
rangsangan baik rangsangan suhu dan tekanan juga untuk mengetahui kondisi gigi dalam
keadaan baik ataupun tidak baik.
8. Untuk apa test perkusi dan palpasi dilakukan?
Fungsi dari tes palpasi adalah untuk mengecek ada atau tidaknya edema / pembengkakan atau
fluktuasi / pergerakan jaringan, mengecek ada atau tidaknya kelainan periapikal dan
mengetahui ada atau tidaknya limfadenopati.
Fungsi dari tes perkusi adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya periodontitis dan inflamasi
periapikal, biasanya pasien akan merasakan sakit atau tidak atau sensasi ngilu. Bila positif
sakit, maka memang adanya kelainan pada jaringan di sekitarnya.

10

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengenalan bentuk berbagai benda di rongga mulut dan area wajah
Berdasarkan hasil Percobaan didapatkan waktu bervariasi dari masing-masing orang
coba dalam mengenali berbagai bentuk benda. Variasi kecepatan waktu dalam mengenali
benda-benda tersebut tergantung dari tingkat sensitivitas dari tiap-tiap orang.selain itu
kecepatan mengenali bentuk benda juga dipengaruhi pada luas permukaan benda yang
dicobakan. Semakin besar luas permukaan bendah yang bersentuhan dengan permukaan
lidah/kulit maka semakin cepat pula benda tersebut dikenali. Hal ini dikarenakan semakin
besar luas permukaan benda tersebut maka rangsangan yang diberi akan semakin kuat dan
reseptor yang terangsang akan semakin banyak sehingga intrepetasi dari SSP juga semakin
cepat.
Proses adanya rangsangan sampai terjadi impuls berupa pengenalan bentuk rangsang bisa
terjadi karena adanya reseptor sensorik yang mengirim sinyal ke sistem saraf pusat, di sistem
saraf pusat terjadi pengumpulan sinyal dan akhirnya muncul tanggapan berupa pengenalan
bentuk benda. Pengenalan bentuk benda di lidah ini karena adanya resptor rata (taktil) pada
lidah, bentuk paccini yang merupakan reseptor raba didapatkan pada jaringan subkutan, otot
dan sendi (Guyton.1983:107)
3.2 Two point Discrimination di rongga mulut dan area wajah.
Pada hasil percoban yang didapatkan, dari sebagian besar orang coba didapatkan
bahwa daerah yang paling sensitif adalah bagian ujung lidah, gusi, dan leher. Sensitivitas
terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan ini. Rangsangan
tekan tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih dalam
(Guyton.1996:430). Reseptor dari rangsangan tekan adalah reseptor taktil ujung saraf bebas.
Pada daerah yang lebih sensitif seperti pada bagian lidah, wajah dan leher memiliki reseptor
yang lebih banyak pada daerah lain.
3.3 Pengenalan suhu di rongga mulut dan area wajah
Terdapat dua jenis organ indera suhu yaitu organ yang berespon secara maksimum
terhadap suhu sedikit di atas suhu tubuh, dan organ berespon secara maksimum terhadap suhu
sedikit dibawah suhu tubuh. Yang pertama adalah organ indera untuk suhu yang kita sebut
panas, dan yang kedua untuk suhu yang kita sebut dingin. Meskipun demikian, rangsangan
yang adekuat sebenarnya adalah perbedaan antara dua derajad panas, karena dingin bukan
merupakan suatu bentuk energi.
Akan tetapi perangsangan yang adekuat sebenarnya ada 2 derajat suhu yang
berbeda, kerena dingin bukan merupakan bentuk energi Berdasarkan penenelitian, daerah
peka dingin pada tubuh 4-10 kali lebih banyak dari daerah yang peka panas. Organ perasa
suhu adalah ujung-ujung saraf telanjang yang berespon terhadap suhu absolut
(Ganong.1983:107-08).
Reseptor dingin definitif telah didefinisikan, ia adalah ujung saraf yang bermielin
kecil jenis A delta yang ujungnya menonjol ke dalam permukaan dasar sel basal epidermis.
11

Dipihak lain reseptor hangat definitif belum ditemukan. Mungkin reseptor ini merupakan satu
jenis dari ujung saraf bebas (Guyton.1996:452).
Jadi, jelaslah bahwa indera suhu ini dengan nyata sekali berespons terhadap
perubahan suhu di samping dapat berespons terhadap tingkat temperatur yang tetap. Oleh
karena itu, ini berarti bila suhu kulit secara aktif menurun, maka orang itu akan merasa lebih
dingin daripada bila suhu itu tetap tingginya. Sebaliknya, bila suhu secara aktif naik maka
orang itu akan merasa lebih hangat daripada bila suhu tetap konstan. (Guyton & Hall, 1997 :
775).
Berdasarkan hasil percobaan dapat memperlihatkan bahwa terdapat daerah pekadingin dan daerah peka-panas yang terpisah di rongga mulut dan area wajah. Organ indera
suhu adalah ujung-ujung saraf bebas yang berespon terhadap suhu mutlak, bukan terhadap
gradien suhu di rongga mulut. Reseptor dingin berespon terhadap suhu 10-38 C, dan reseptor
panas berespon terhadap suhu dari 30-45 C.
Kemampuan seseorang untuk dapat menentukan perbedaan gradasi sensasi suhu
didapat dengan perangsangan relatif terhadap bemacam-macam tipe ujung saraf. Dari
percobaan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa tubuh merespon lebih sensitif terhadap
dingin daripada panas. Hal ini dikarenakan jumlah reseptor dingin kira-kira tiga sampai
sepuluh kali reseptor hangat, dan pada berbagai daerah tubuh jumlah reseptor bervariasi, 15
sampai 25 titik dingin per sentimeter persegi pada daerah permukaan dada yang luas.
Sedangkan jumlah titik hangatnya lebih sedikit. (Guyton & Hall,1997 : 774)
Untuk mengetahui sensitifitas terhadap rangsang dingin dan panas dengan
menggunakan jangka yang diawali dengan jarak 3 cm dan dilakukan penambahan sampai
orang coba mampu mengenali kedua titik jangka sebagai 2 titik Berdasarkan hasil percobaan
daerah paling sensitif terhadap rangsang dingin adalah posterior lidah. Sedangkan area paling
sensitif terhadap rangsang panas adalah anterior lidah. Sensitifitas terhadap rangsang dingin
dan panas dipengaruhi oleh jumlah reseptor saraf dan ketebalan jaringan.

3.4 Persepsi rasa pada beberapa lidah.


Pada manusia telah ditentukan 4 pengecapan (rasa) dasar: asam, manis, pahit, dan asin.
Meskipun terdapat tumpang tindih yang cukup luas, zat yang pahit terutama dikecap
dibelakang lidah, yang asam disepanjang tepi lidah, yang manis diujung lidah, dan yang asin
di dorsum anterior lidah. Zat yang asam dan pahit juga terasa di palatum yang juga agak peka
untuk manis dan asin. Keempat modalitas ini dapat dirasakan di faring dan epiglotis
(Ganong.2003)
Menurut penelitian, terdapat sel pengecap yang berespon paling baik terhadap
rangsang pahit sedangkan yang lain terhadap asin, manis, atau asam. Sebagian berespon
terhadap lebih dari satu modalitas dan sebagian terhadap keempatnya. MSG sebenarnya
bukan merupakan rasa yang dapat muncul sendiri, MSG merupakan kombinasi dari beberapa
rasa, sehingga diduga ada pengecap rasa tambahan yaitu umami. Modalitas rasa ini
mengindrai rasa glutamat dan glutamat monosodium yang basah terdapat pada masakan asia
varian reseptor glutamat metatropik (Ganong.2003)
Golongan alkaloid (misalnya kafein, niotin, striknin, morfin, dn turunan
tumbuhan toksik laiinya) atau zat-zat beracun menimbulkan rasa sakit, mungkin sebagai
12

mekanisme protektif untuk menghindari ingesti senyawa-senyawa yang memiliki potensi


berbahaya ini (Sherwood. 2001: 190).
Hingga saat ini terdapat lima macam rasa yang dapat dikenali yaitu :
1. asin, terletak di ujung lidah;
2. manis, terletak di ujung lidah;
3.asam, terletak pada dua pertiga bagian samping lidah;
4.pahit, terletak pada bagian posterior lidah dan palatum molle.
5.umami, terletak di ujung lidah;
Dari percobaan ini orang coba diminta untuk merasakan dan menyebutkan apa yang
dirasakan pada setiap bagian lidah. Sehingga didapatkan hasil yaitu pada persepsi rasa manis,
hampir semua lidah dapat merasakan rasa manis sehingga bagian yang paling sensitif
terhadap rasa manis adalah bagian 1 atau anterior lidah dan bagian yang tidak dapat
merasakan rasa manis adalah bagian 4 atau posterior lidah. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa rasa manis lebih dominan dirasakan pada bagian ujung lidah dan dorsal anterior
lidah. Dan pada persepsi rasa asin, semua bagian lidah dapat merasakan rasa asin. Rasa asin
lebih dominan dirasakan pada daerah ujung, samping kanan dan kiri. Pada persepsi rasa pahit,
semua bagian lidah dapat merasakan rasa pahit tetapi rasa pahit lebih dominan pada bagian
dorsal posterior lidah. Pada persepsi rasa asam semua bagian lidah dapat merasakan rasa
asam, tetapi rasa asam ini lebih dominan pada lidah bagian samping. Persepsi rasa pedas
dapat dirasakan pada semua bagian lidah, tetapi lidah lebih dominan pada bagian dorsal
posterior lidah dan antero posterior lidah. Sedangkan pada persepsi rasa umami semua
bagian lidah juga dapat merasakannya dan lebih dominan pada lidah bagian anterior.
Berdasarkan teori dapat diketahui bahwa rasa tertentu dapat dirasakan dibeberapa bagian
lidah.

4.5 Rasa Nyeri pada Jaringan Rongga Mulut dan Area Wajah
4.5.1. Rangsangan tekanan
Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahhui adanya rasa nyeri pada jaringan
rongga mulut dan area wajah. Sonde besar ditekan pada bagian beberapa daerah lidah.
Kemudian sonde ditekan sampai menimbulkan rasa nyeri kemudian dilakukan pengukuran
seberapa dalam sonde dapat menekan beberapa jaringan rongga mulut dan area wajah sampai
menimbulkan rasa sakit. Didapatkan bahwa daerah-daerah tersebut mempunyai kedalaman
yang berbeda sampai dapat merasakan nyeri. Seper pada mukosa pipi pada 2 mm dan dahi
pada 4 mm. Perbedaan ini disebabkan oleh tingkat lapisan epitel yang ada padanya. Semakin
tebal lapisan epitelnya seperti pada dahi akan dalam reseptor nyeri yang dapat diterima.
Timbulnya rasa nyeri ini akibat rangsangan mekanis reseptor berupa tekanan.
Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam. (Guyton, 1996
: 430)

13

4.5.2. Rangsangan panas


Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim,
karena itu bersama reseptor dingin dan reseptor panas bertanggung jawab terhadap terjadinya
sensasi sangat dingin (freezing cold) dan sensasi panas yang menyengat (burning hot)
(Guyton & Hall.1997:774).
Dari hasil yang dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu, maka rangsangan
nyeri juga semakin bertambah. Pada suhu sekitar 45C, serabut nyeri mulai terangsang oleh
panas, dan rasa nyeri itu bertambah seiring kenaikan suhu. Adapun tingkat perbedaan dalam
penerimaan panas tergantung dari banyaknya reseptor kecap yang terdapat pada daerah
tersebut.

4.5.3. Rangsangan dingin


Pada percobaan ini menggunakan air dengan suhu 0C, 5C,10C dan 20C. Pada
Percobaan ini semakin dingin suhunya maka reseptor semakin cepat dalam menerima
rangsang. Pada percobaan tersebut dapat diketahui pada beberapa bagian lidah tidak sama
dalam tingkat kecepatan menerima rangsang dingin. Misalnya pada suhu 0C, Daerah
anterior lidah lebih lambat 1 detik dibandingkan pada daerah posterior lidah. Hal ini
disebabkan oleh perbedaaan reseptor kecap pada beberapa daerah di lidah sehingga terdapat
perbedaan dalam menerima rangsang dingin.
Pada suhu yang terlalu dingin (0C) yang terangsang hanyalah serabut saraf rasa
nyeri. Bila suhu meningkat hingga 5C ,10C sampai 15C maka rasa sakitnya akan
menghilang, namun pada saat itu reseptor dingin mulai terangsang. Pada percobaan ini orang
coba merasakan rasa nyeri pada suhu 0C dan 5C, dan pada suhu 10C dan 20C rasa nyeri
mulai hilang dan berganti rasa dingin.
4.6 Pemeriksaan Vitalitas Gigi.
4.6.1 Pemeriksaan vitalitas gigi dengan suhu dingin
Tes vitalitas dengan suhu ini dilakukan pada gigi incisive pertama kanan rahang
bawah dan gigi molar pertama kanan rahang bawah. Test pada gigi incisive pertama kanan
rahang bawah dilakukan pada permukaan labial 1/3 incical. Sedangkan pada gigi molar
pertama dilakukan pada permukaan insisal mesio bukal cups. Dilakukan pada bagian ini
karena bagian ini mendekati tanduk pulpa dimana inervasi saraf pulpa lebih banyak sehingga
rangsangan akan diterima lebih cepat. Suhu dingin diperoleh dengan cotton pellet yang diberi
chlor-ethyl (suhu -5C).
Pada test vitalitas dengan suhu dingin ini, didapatkan hasil bahwa gigi orang coba
merasakan sensasi dingin dan lama-kelamaan menjadi ngilu. Hal ini menunjukkan gigi masih
bisa menghantarkan rasa dingin. Respon ini menunjukkan bahwa gigi yang di test masih
vital. Stimulus yang diaplikasikan pada pulpa vital biasanya menimbulkan nyeri tajam dan
sebentar jika material pengetesnya diangkat. (Waltan.1997:80)

14

4.6.2 Tes Vitalitas dengan suhu panas


Tes panas dapat dilakukan dengan menggunakan cara yang berbeda-beda yang
mengasilkan derajat temperatur yang berbeda. Daerah yang akan dites akan diiisolaso dan
dikeringkan, kemudian udara hangat dikenakan pada permukaan gigi yang terbuka dan
respon pasien dicatat. Bila diperlukan temperatur yang lebih tinggi untuk mendapatkan suatu
respons, harus digunakan air panas, burnisher panas, guta perca panas atau kompoun
(compound) panas atau sembarang instrumen yang dapat menghantarkan temperatur yang
terkontrol pada gigi. Bila menggunakan benda padat, seperti gutta percha panas, panas
tersebut dikenakan pada bagian sepertiga oklusobukal mahkota yang terbuka
(Grossman.1995:15).
Pada test vitalitas dengan suhu panas ini, dilakukan dua kali perlakuan, yaitu
menggunakan air dengan suhu kamar dan menggunakan air panas. Dari percobaan dilakukan
dengan cara menyemprotkan air panas pada seluruh permukaan gigi yang ditest kemudian
didapatkan hasil bahwa orang coba merasa panas dan lama kelamaan menjadi nyeri, dan dari
percobaan yang dilakukan dengan menyemprotkan air dengan suhu kamar orang coba merasa
hangat. Hal ini memperlihatkan dari gigi tersebut masih bisa menghantarkan sensasi panas
sedangkan adanya rasa nyeri disebabkan karena ekspansi isi pulpa. Dari hasil yang
didapatkan maka dapat dikatakan gigi masih vital.
Stimulus yang diaplikasikan pada pulpa vital biasanya menimbulkan nyeri
tajam dan sebentar jika material pengetesnya diangkat. Jika tidak ada respon yang dihasilkan
pada gigi yang ditest menandakan bahwa pulpanya nekrosis (Walton & Torabinejad 1997:8081).
4.6.3. Tes vitalitas gigi dengan tekan
Test tekan ini digunakan untuk mengetahui keradangan jaringan periodontal. Test
tekan dilakukan dengan menekankan handel kaca mulut pada gigi yang ditest yaitu gigi
insisive pertama kanan rahang bawah dan gigi molar kanan rahang bawah. Test tekan ini
dilakukan 3 kali. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan orang coba merasakana danya
tekanan pada gigi tetapi tidak merasa sakit. Hal ini menunjukkan tidak ada keradangan pada
jaringan periodontal.
4.6.4. Tes perkusi gigi dan palpasi
Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler positif yang jelas
menandakan adanya inflamasi periodontium. Perkusi merupakan indikator paling baik yang
dapat menunjukkan dengan tepat adanya penyakit periapeks (Walton.1997:79).
Seperti halnya perkusi, palpasi menentukan seberapa jauh proses inflamasi telah
meluas kearah periapeks. Respon positif pada palpasi menandakan adanya inflamasi
periradikuler (Walton & Torabinejad.1997:79)
Pada percobaan ini test perkusi dilakukan pada gigi insisive pertama dengan
mengetuk-ngetukkan handel kaca mulut pada gigi yang ditest. Dari percobaan yang dilakukan
didapatkan bahwa gigi merasa ada ketukan tetapi tidak sakit. Hal ini menunjukkan tidak ada
keradangan pada jaringan periodontal.
Palpasi dilakukan pada gingiva gigi insisive pertama. Dari pemeriksaan yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa tidak ada pembengkakan pada gingiva. Hal ini
menunjukkan jaringan periodontal normal.
15

BAB IV
KESIMPULAN

1. kecepatan mengenali suatu benda dipengaruhi oleh luas permukaan benda dan
banyaknya reseptor yang terangsang.
2. Rangsangan tekan disebabkan perubahan jaringan yang lebih dalam. Sensitivitas
terhadap rangsangan ini tergantung pada reseptor dari rangsangan tekan ini (reseptor
taktil ujung saraf bebas).
3. Tubuh lebih sensitif terhadap rangsangan suhu dingin dari pada suhu panas.
Dikarenakan jumlah reseptor dingin 4-10 kali reseptor panas.
4. Persepsi rasa terdapat pada beberapa bagian lidah. Rasa asin terletak pada bagian
ujung lidah, rasa manis terlatak pada ujung lidah, rasa asam terletak pada dua pertiga
bagian samping lidah, rasa pahit terletak pada bagian posterior lidah dan palatum
mole, umami terletak pada bagian ujung lidah.
5. Timbulnya rasa nyeri merupakan akibat rangsangan mekanis reseptor berupa
tekanan. Sensasi tekanan disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih
dalam.
6. Reseptor rasa nyeri hanya dirangsang oleh gradasi panas atau dingin yang ekstrim.
7. Test Vitalitas gigi digunakan untuk mengetahui derajat vitalitas gigi.
8. Test Perkusi, Tekan dan palpasi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya keradangan
pada jaringan periodontal.

16

DAFTAR PUSTAKA

Bence, Richard.1990. Endodontik Klinik. Jakarta: UI Press.

Brossman, Louis.1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta: EGC.

Ganong.1983. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee.2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem,edisi 2. Jakarta: EGC.

17

Anda mungkin juga menyukai