b =
()
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 17
diman :
a + b = L ; adalah wheel base yaitu jarak antara poros depan /
belakang kendaraan
Gambar 2.1 : Penimbangan pada poros depan dan belakang
Setelah jarak dari pusat berat terhadap poros depan ( a ) dan jarak pusat berat
terhadap poros belakang ( b ) didapat maka kemudian dapat dicari tinggi titik
pusat berat dari kendaraan.
Untuk mencari tinggi pusat berat kendaraan, pada roda depan atau roda belakang
dapat ditopang dengan timbangan dan roda yang lain didongkrak hingga
membentuk sudut ( d ) seperti pada gambar 2.2 dibawah ini. Jika dimungkinkan
pada saat mendongkrak kendaraan suspense dikunsi agar bodi kendaraan tidak
menukik ( pitching ) terhadap posisi roda, atau sudut ( d ) dibuat tidak begitu
besar agar bodi kendaraan tidak menukik.
Gambar 2.2 Penimbangan Roda Depan dan Roda Belakang didongkrak
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 18
Gambar 2.3 : Grafis Mencari Tinggi Titik Pusat Berat
M
g
= 0
W
f
( a + b ) Cos W (h
r
. Sin + b . Cos ) = 0
W
f
( a + b ) Cos W
b
. Cos = Wh
r
. Sin
h
r
=
()
h
r
=
()
h = h
r
+ r
2.4 Gaya Tekan Kendaraan
Gaya Tekan Roda depan kendaraan diukur seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.4 : Mengukur Gaya Tekan Roda Depan Kendaraan
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 19
Gambar 2.5 : Variabel dan Gaya Reaksi Pada Saat Roda Depan Menekan
M
g
= 0
Wf (a + b) Sin W(hr + r ).Sin + b.Cos Rf.Cos = 0
Wf(a + b) Sin = Wb.Cos + W (hr + r).Sin + Rf.Cos
Wf =
()
()
Dimana :
Wf = Gaya tekan roda depan kendaraan ( N )
Rf = Tolling resistance roda depan ( N )
y = Tinggi lintasan (Speed bump) ( m )
W = Berat total kendaraan ( N )
a = Jarak posisi titik berat kendaraan terhadap poros roda depan
b = Jarak posisi berat kendaraan terhadap poros roda belakang
a + b= L = Wheel Base, yaitu jarak antara poros depan dan belakang.
Gambar 2.6 : Variabel dan Gaya Reaksi Pada Saat Roda Belakang Menekan
M
g
= 0
Wr (a + b) Sin W.a . Cos + W (h
r
+ r). Sin + Ftr . Cos . y Rr.Cos . y =
0
W
r
(a + b) Sin = W.a. Cos W(hr + r) Sin Ftr. Cos . Y + RrCos.Y
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 20
Wr =
()
()
Dimana :
Wr = Gaya tekan roda belakang kendaraan ( N )
Rr = Tolling resistance roda belakang ( N )
y = Tinggi lintasan (Speed bump) ( m )
W = Berat total kendaraan ( N )
Ftr = Gaya dorong kendaraan pada roda belakang ( N )
a = Jarak posisi titik berat kendaraan terhadap poros roda depan
b = Jarak posisi berat kendaraan terhadap poros roda belakang
a + b= L = Wheel Base, yaitu jarak antara poros depan dan belakang.
2.5 Sumbu Guling dan Mengukurnya
Pada saat kendaraan berbelok akan terjadi gaya sentrifugal pada pusat
massa bodi kendaraan yang akan mengakibatkan bodi kendaraan berotasi terhadap
satu sumbu memanjang kendaraan. Sumbu memanjang tersebut yang merupakan
pusat rotasi dari bodi kendaraan disebut sebagai sumbu guling bodi kendaraan
atau disingkat sumbu guling.
Jarak antara sumbu guling dengan pusat massa bodi kendaraan disebut lengan
guling. Momen guling untuk bodi kendaraan adalah perkalian gaya sentrifugal
dengan lengan guling, makin besar lengan guling akan semakin besar juga momen
guling yang terjadi.
Tinggi rendahnya letak sumbu guling terhadap permukaan jalan adalah tergantung
pada sistim suspense serta kekakuan dari suspense. letak sumbu guling dari suatu
kendaraan secara sederhana dapat dicari sebagai berikut :
1. Posisikan kendaraan pada landasan horizontal sehingga dijamin semua
roda berada pada level yang sama
2. Berikan garis vertical yang membelok secara simetris bodi kanan dan kiri
dari kendaraan. Garis tersebut harus menempel pada bagian depan dan
belakang kendaraan sehingga ia selalu mengikuti gerakan dari bodi
kendaraan.
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 21
3. Pasang kaca atau benda transparent didepan dan dibelakang kendaraan
pada posisi vertical menutupi secara frontal bagian depan dan
belakangkendaraan. Benda ini menempel pada kendaraan horizontal dan
tidak mengikuti gerakan bodi kendaraan.
4. Buat garis vertical yang menempel pada kaca atau benda transparent
tersebut yang posisi garis tersebut parallel dengan garis yang ada pada
bodi kendaraan. Jika dilihat dari belakang atau depan kendaraan maka
garis yang ada pada bodi kendaraan berimpit dengan garis yang berada
benda transparent tersebut.
5. Dorong bagian atas bodi dari samping sampai sedikit terguling dan tidak
sampai ada roda yang terangkat dari landasan. Pada saat itu garis yang ada
pada bodi dan pada benda transparent terlihat tidak berimpit lagi tapi
saling berpotongan. Perpotongan garis tersebut di bagian depan dan
belakang merupakan titik-titik dari sumbu guling di depan dan belakang di
belakang. Jika kedua titik tersebut dihubugkan maka akan didapat sumbu
guling dari kendaraan tersebut.
Gambar 2.7 : Penentuan Sumbu Guling Sprung Mass
Ada beberapa cara lain untuk mencari pusat guling atau sumbu guling dari sprung
mass yaitu dengan percobaan sederhana dan dengan mencari pusat guling
suspense secara grafis. Pusat guling adalah titik dimana kalau gaya lateral
diberikan pada titik itu maka sprung mass tidak berputar atau roll. Berdasar
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 22
konsep tersebut maka dengan percobaan sederhana dapat dicari pusat guling
sprung mass sebagai berikut :
1. Dorong kendaraan dengan gaya lateral pada garis vertical diatas roda
depan dan belakang
2. Cari posisi gaya lateral sedemikian agar bodi baik bagian depan atau
belakang tidak terguling. posisi tersebut adalah pusat guling depan dan
belakang.
3. Dengan menghubungkan pusat guling depan dan belakang maka akan
didapat sumbu guling sprung mass.
Letak pusat guling sprung mass tergantung pada sistim suspense, karena itu pusat
guling sprung mass dapat juga dicari berdasarkan pusat putar dari masing-masing
sistim suspense.
Untuk kendaraan yang menggunakan independent suspension dengan positip
swing arm, maka pusat guling (roll center) dapat dicari dengan grafis seperti pada
gambar 2.5 dibawah ini.
Gambar 2.8: Posisi Pusat Guling Untuk Positip Swing Arm
Untuk kendaraan yang menggunakan Negatif Swing Arm Independent
Suspension posisi pusat guling (roll center) dapat dilihat pada gambar 2.6
dibawah ini.
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 23
Gambar 2.9 : Posisi Pusat guling Untuk Negatip Swing Arm Independent
Suspension
Untuk kendaraan yang menggunakan Parallel Horizontal Link Independent
Suspension posisi pusat guling (roll center) dapat dilihat pada gambar 2.7
dibawah ini,
Gambar 2.10: Posisi Pusat guling Parallel Horizontal Link Independent
Suspension
Untuk kendaraan yang menggunakan Inclined Parallel Link Independent
Suspension posisi pusat guling (roll center) dapat dilihat pada gambar 2.11
dibawah ini.
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 24
Gambar 2.11: Posisi Pusat guling Inclined Parallel Link Independent
Suspension
Untuk kendaraan yang menggunakan Swing Axle Independent Suspension
posisi pusat guling (roll center) dapat dilihat pada gambar 2.12 dibawah ini.
Gambar 2.12: Posisi Pusat Guling Swing Axle Independent Suspension
Untuk kendaraan yang menggunakan Mac Pherson Strut Independent
Suspension posisi pusat guling (roll center) dapat dilihat pada gambar 2.13
dibawah ini.
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 25
Gambar 2.13: Posisi Pusat guling Mac Pherson Strut Independent Suspension
2.6 SUSPENSI
Suspensi adalah kompnonen kendaraan yang fungsi utamanya adalah
untuk menjamin kenyamanan kepada penumpang jika kendaraan berjalan pada
jalan bergelombang dan juga jika kendaraan pada berbagai jenis permukaan jalan
serta berbagai gerak kendaraan. Untuk menjaga kenyamanan penumpang maka
sistim suspensi harus mampu mengisolasi penumpang dari pengaruh getaran yang
terjadi dari pengaruh eksitasi gelombang jalan. Secara ideal suspensi juga harus
mampu meredam atau mengendalikan gerakan atau getaran serta goyangan dari
bodi yang dapat mengganggu stabilitas arah kendaraan akibat gelombang jalan,
gerakan zigzag dan belokan.
Sistim suspensi umumnya terdiri dari 2 komponen yaitu pegas yang
mengakomodasi getaran, dan peredam kejut yang meredam getaran seperti pada
gambar dibawah ini :
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 26
Gambar 2.14: Sistim Suspensi
Sistim suspensi yang mempunyai pegas dan peredam dengan koefisien pegas dan
dan peredam tetap disebut sistem suspensi pasif atau juga disebut suspensi
konvensional, seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.15: Sistim Suspensi Pasif
Sistim suspensi tersebut hanya mampu mengamankan atau mengisolasi
penumpang terhadap getaran yang ditimbulkan oleh gelombang jalan yang
terbatas atau tertentu.Jika gelombang jalan melebihi batasan tersebut baik dari
amplitudo maupun dari panjang gelombang maka sistim suspensi tersebut sudah
tidak mampu lagi menyamankan penumpang.Untuk dapat menjaga kenyamanan
penumpang pada berbagai gelombang jalan maka besaran konstanta pegas atau
konstanta redaman disesuaikan secara otomatis sesuai kebutuhan untuk
mengendalikan getaran.Sistim suspensi yang dapat mengatur besar redaman atau
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 27
pegas secara otomatis untuk menjaga kenyamanan penumpang pada berbagai
gelombang jalan disebut sistim suspensi semi aktif.Sistim suspensi yang dapat
disamping menjaga kenyamanan penumpang untuk berbagai gelombang jalan dan
juga dapat mengendalikan gerak guling bodi kendaraan kearah berlawanan pada
saat kendaraan belok sehingga stabilitas arah kendaraan juga terjaga baik disebut
sistim aktif.Suspensi aktif umumnya dapat mengontrol kekakuan pegas dan
besarnya redaman. Sampai saat ini telah dikembangkan konsep desain dari
suspensi aktif yaitu sistim hidrolik, sistim hydropneumatic, dan sistim suspensi
udara seperti pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.16: Model Sistim Suspensi Udara
2.6.1 SUSPENSI AKSEL RIGID
Sifat sifat :
Gerakan salah satu roda mempengaruhi roda yang lain
Konstruksi sederhana, perawatan mudah
Gerakan pemegasan sedikilt mempengaruhi geometri roda
Memerlukan ruang pemegasan yang besar
Titik berat kendaraan tidak dapat rendah (kenyamanan kurang)
Massa tak berpegas (aksel, roda) berat (kenyamanan kurang
Bodi sedikit miring pada saat belok
Penggunaan : Aksel belakang tanpa/dengan penggerak roda ( kendaraan ringan
dan berat ), aksel depan ( kendaraan berat ) tanpa / dengan
penggerak
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 28
Macam Macam Suspensi Aksel Rigid
1. Aksel Canggah
Gambar 2.17: Aksel Canggah
Ujung aksel berbentuk seperti canggah atau garpu yang dihubungkan sumbu
king pin dengan spindel
Penggunaan : Aksel depan pada kendaraan berat
2. Aksel Kepalan Tinju
Ujung aksel berbentuk seperti kepalan tinju yang dihubungkan sumbu king
pin dengan spindel
Penggunaan : Aksel depan pada kendaraan berat
Gambar 2.18: Aksel Kepalan Tinju
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 29
3. Aksel Pipa
1) Berpegas Koil
Gambar 2.19: Aksel Pipa Berpegas Koil
Lengan lengan berfungsi untuk mengantar gerakan roda ( pegas koil tidak dapat
menerima beban horisontal ) arah memanjang dan melintang
Penggunaan : Aksel depan / belakang, dengan / tanpa penggerak roda
2) Berpegas Daun
Gambar 2.20: Aksel Pipa Berpegas Daun
Tidak dibutuhkan lengan lengan, karena pegas daun dapat meneruskan beban /
gaya memanjang dan melintang
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 30
Penggunaan : Aksel depan / belakang, dengan / tanpa penggerak roda
4) Aksel De- Dion
Gambar 2.21: Aksel Pipa De-Dion
Kedua roda dipegang batang / aksel khusus, diferensial diikat pada bodi, perlu
empat penghubung ( joint ) pada aksel roda, tidak ada perubahan geometri roda
saat pemegasan, massa tak terpegas ringan
Penggunaan :
Aksel belakang dengan penggerak roda belakang
2.6.2.SUSPENSI INDEPENDEN
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 31
Gambar 2.22: Suspensi Independen
Sifat sifat secara umum :
1) Gerakan salah satu roda tidak mempengaruhi roda lain
2) Konstruksi agak rumit
3) Membutuhkan sedikit tempat
4) Jarak roda dan geometri roda berubah saat pemegasan
5) Titik berat kendaraan dapat rendah ( nyaman dan aman )
6) Pegas dapat dikonstruksi lembut ( pegas tidak membantu mengantar gerakan
roda
7) Perawatan lebih sulit
Penggunaan :
1) Aksel depan dan belakang ( kendaraan penumpang / sedan )
2) Aksel depan saja ( kendaraan menengah dan berat )
1. Suspensi Mac. Pherson
1) Dengan Lengan Melintang dan Batang Penahan
Lengan melintang : Mengantar gerakan roda ( arah melintang ) saat pemegasan
Batang Penahan : Menahan Gaya mamanjang ( rem, penggerak dsb.)
Penggunaan : Aksel depan dengan / tanpa penggerak roda
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 32
Gambar 2.23: Suspensi Mac. Pherson Dengan Lengan Melintang dan Batang
Penahan
2) Dengan Lengan Melintang dan Memanjang
Gambar 2.24: Suspensi Mac. PhersonDengan Lengan Melintang dan Memanjang
Lengan memanjang/melintang : mengantar gerakan roda / mengatasi gaya
melintang dan memanjang
Penggunaan : Aksel belakang tanpa penggerak roda
3) Dengan Lengan L
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 33
Lengan L mengantar gerakan roda ( menahan gaya memanjang /
melintang
Penggunaan : Aksel depan, dengan / tanpa penggerak roda
Gambar 2.25: Suspensi Mac. PhersonDengan Lengan L
4) Mac Pherson Sistem Honda ( Suspensi Lengan Melintang )
Gambar 2.26: Suspensi Lengan Melintang
Suspensi ini tergolong Suspensi Wish Bone atau lengan menlintang yang
dikembangkan dari suspensi Mac Pherson oleh Honda Penggunaan : Aksel
depan dengan penggerak roda
2. Suspensi Wishbone ( Lengan Melintang Dobel )
1) Dengan pegas koil
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 34
Penggunaan : Aksel depan tanpa penggerak roda
Gambar 2.27: Suspensi WishboneDengan pegas koil
2) Dengan pegas batang torsi
Gambar 2.28: Suspensi Wishbone Dengan Pegas Batang Torsi
Pada suspensi Wishbone, lengan atas dibuat lebih pendek daripada lengan
bawah, supaya saat pemegasan :
a) Jarak roda tidak berubah ( keausan ban berkurang )
b) Tumpuan roda saat pemegasan ( belok ) baik
2.6.3 SUSPENSI INDEPENDEN DENGAN AKSEL LENGAN TORSI
Pada saat salah satu roda terpegas ( juga pada saat belok ), maka lengan torsi
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 35
menerima beban puntir sehingga berfungsi seperti stabilitator.
Penggunaan : Aksel belakang tanpa penggerak roda
Gambar 2.29: Suspensi Independen Dengan Aksel Lengan Torsi
2.6.4 SUSPENSI INDEPENDEN LENGAN MEMANJANG
Gambar 2.30: Suspensi Independen Lengan Memanjang
Lengan memanjang mengantar gerakan roda dan menahan gaya memanjang /
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 36
melintang
Penggunaan : Aksel belakang tanpa penggerak roda
2.6.5 SUSPENSI INDEPENDEN LENGAN MIRING
Gambar 2.31: Suspensi Independen Lengan Miring
Lengan miring : untuk menahan gaya melintang & memanjang
Penggunaan : Aksel belakang dengan penggerak roda
2.7 PEGAS DAN STABILISATOR
Pegas berfungsi untuk menghilangkan getaran karoseri yang ditimbulkan oleh
pukulan jalan pada roda. Selain itu juga menjamin roda tetap menapak pada jalan.
2.7.1 PEGAS DAUN
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 37
Gambar 2.32: Nama Nama Bagian Pegas Daun
Sifat Sifat :
a) Konstruksi sederhana
b) Dapat meredam getaran sendiri ( gesekan antara daun pegas )
c) Berfungsi sebagai lengan penyangga ( tidak memerlukan lengan memanjang
dan melintang )
Penggunaan :
Aksel depan / belakang, tanpa / dengan penggerak roda
2.7.2 PEGAS KOIL
Pada saat pemegasan, batang pegas koil menerima beban puntir dan lengkung
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 38
Gambar 2.33: Pegas Koil
Sifat Sifat :
a) Langkah pemegasan panjang
b) Tidak dapat meredam getaran sendiri
c) Tidak dapat menerima gaya horisontal ( perlu lengan lengan )
d) Energi beban yang diabsorsi lebih besar daripada pegas daun
e) Dapat dibuat pegas lembut
Penggunaan :
Pada suspensi independen dan aksel rigrid
2.7.3 PEGAS BATANG TORSI ( PUNTIR )
Pada saat pemegasan, pegas menerima beban punter
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 39
Gambar 2.34: Pegas Batang Torsi
Sifat Sifat :
a) Memerlukan sedikit tempat
b) Energi yang diabsorsi lebih besar daripada pegas lain
c) Tidak mempunyai sifat meredam getaran sendiri
d) Dapat menyetel tinggi bebas mobil
e) Langkah pemegasan panjang
f) Mahal
Penggunaan :
a) Suspensi Independen
2.7.4 PEGAS HIDROPNEUMATIS
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 40
Gambar 2.35: Pegas Hidropneumatis
Sifat sifat :
a) Elastisitas tinggi
b) Saat pemegasan tidak timbul gelembung udara pada oli
c) Dapat untuk mengatur tinggi bebas kendaraan
Penggunaan :
Kendaraan penumpang / sedan
2.8 STABILISATOR :
Stabilisator berfungsi untuk mengurangi efek rolling bodi kendaraan dan
memperbaiki sifat jalan belok kendaraan
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 41
Gambar 2.36: Stabilitator
Cara kerja :
Pada saat salah satu roda terpegas ( misal : pada saat kendaraan belok ), maka
bagian melintang stabilisator menerima beban puntir karena gaya pada kedua
sisi memanjang berlawanan arah.
Karena salah satu sisi stabilisator berhubungan langsung dengan bodi, maka
gaya Fa menarik bodi ke bawah gaya Fb mengangkat bodi ke atas, sehingga
kecenderungan Rolling berkurang
2.9 PEREDAM GETARAN ( SHOC ABSORBER )
Fungsi Peredam Getaran :
Adalah untuk meredam getaran karoseri dan aksel, sehingga jalannya
kendaraan dapat memberikan kenyamanan pada penumpang. Energi gerak
dari bagian yang bergetar dirubah melalui gerakan menjadi panas
a) Tanpa peredam getaran:
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 42
Gambar 2.37: Grafik Getaran Untuk Kendaraan Tanpa Peredam Getaran
b) Dengan Peredam Getaran
Gambar 2.38: Grafik Getaran Untuk Kendaraan Dengan Peredam Getaran
Prinsip kerja peredam getaran
Pada saat terjadi pemegasan, peredam getaran menerima beban tekan dan tarik
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 43
Gambar 2.39: Peredam Getaran
Langkah Tekan : Langkah Tarik:
Oli berpindah melalui lubang Oli berpindah melalui lubang kecil
besar tahanan oli yg berpindah tahanan oli yang berpindah besar
kecil
Kesimpulan :
Peredam getaran pada langkah tarik lebih kuat daripada langkah tekan
Jenis Peredam Getaran:
1) Peredam Getaran Jenis Dua Pipa ( Twin Tube Type Shock Absorber )
Sifat Sifat :
Pemindahan panas kurang baik
Dapat timbul gelombang udara ( kavirasi )
Murah
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 44
Penggunaan :
Pada kebanyakan mobil sedan dan truk
Gambar 2.40: Peredam Getaran Jenis Dua Pipa
2) Peredam Getaran Jenis Satu Pipa / Tekanan Gas ( Mono Tube Type Shock
Absorber )
Gambar 2.41: Peredam Getaran Jenis Satu Pipa / Tekanan Gas
Sifat sifat :
Pemindahan panas baik
Tidak timbul kavitasi ( gelembung udara )
Volume oli besar pada ruang kerja
Tekanan gas merapat = 120 bar
Penggunaan :
Suspensi dan Geometri Roda
POLITEKNIK NEGERI MALANG_2013 Page 45
Mobil mobil penumpang ( taxi )