Anda di halaman 1dari 20

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Stomatitis Aftosa Rekuren
3.1.1. Definisi Stomatitis Aftosa Rekuren
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) merupakan suatu kondisi
peradangan mukosa rongga mulut dengan karakteristik ulserasi ulang
kambuh dan masa bebas ulkus selama beberapa hari hingga minggu
(Anonim. 2009).
Stomatitis aftosa rekuren (SAR) adalah suatu peradangan yang
terjadi pada mukosa mulut, biasanya berupa ulser putih kekuningan. lser
ini dapat berupa ulser tunggal maupun lebih dari satu. SAR dapat
menyerang mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal,
labial, lateral dan !entral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa
orofaring (Apriasari, 20"0).
SAR merupakan ulser o!al rekuren pada mukosa mulut tanpa
tanda#tanda adanya penyakit lain dan salah satu kondisi ulseratif mukosa
mulut yang paling menyakitkan terutama se$aktu makan, menelan dan
berbi%ara (&aikal dan 'ohammad, 2009).
3.1.2. Gambaran Kinis SAR
'anifestasi klinis dari RAS adalah ulser tunggal atau multipel,
dangkal, bulat, lonjong dan sakit. lser mempunyai ukuran yang
ber!ariasi "#(0 mm, tertutup selaput kuning keabu#abuan, berbatas tegas,
dan dikelilingi pinggiran yang eritematus dan dapat bertahan untuk
beberapa hari atau bulan. )arakteristik ulser yang sakit terutama terjadi
4
5
pada mukosa mulut yang tidak berkeratin yaitu mukosa bukal, labial,
lateral dan !entral lidah, dasar mulut, palatum lunak dan mukosa
orofaring. SAR dapat membuat frustasi pasien dan dokter gigi dalam
mera$atnya karena kadang#kadang sebelum ulser yang lama sembuh ulser
baru dapat timbul dalam jumlah yang lebih banyak (&arahap, 200*).
3.1.3. !aktor Pre"is#osisi SAR
Sampai saat ini, etiologi SAR masih belum diketahui dengan pasti.
lser pada SAR bukan karena satu faktor saja tetapi multifaktorial yang
memungkinkannya berkembang menjadi ulser. +aktor#faktor ini terdiri
dari,
". -asta gigi dan obat kumur S.S
-enelitian menunjukkan bah$a produk yang mengandungi S.S
yaitu agen berbusa paling banyak ditemukan dalam formulasi pasta
gigi dan obat kumur, yang dapat berhubungan dengan peningkatan
resiko terjadinya ulser, disebabkan karena efek dari S.S yang dapat
menyebabkan epitel pada jaringan oral menjadi kering dan lebih rentan
terhadap iritasi (/ordan dan -rihandini, 200()
2. 0rauma
lser dapat terbentuk pada daerah bekas terjadinya luka
penetrasi akibat trauma. -endapat ini didukung oleh hasil pemeriksaan
klinis, bah$a sekelompok ulser terjadi setelah adanya trauma ringan
pada mukosa mulut. mumnya ulser terjadi karena tergigit saat
berbi%ara, kebiasaan buruk, atau saat mengunyah, akibat pera$atan
gigi, makanan atau minuman terlalu panas, dan sikat gigi. 0rauma
bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan berkembangnya
6
SAR pada semua penderita tetapi trauma dapat dipertimbangkan
sebagai faktor pendukung (Rege1i dan S%iubba, 2002)
(. 3enetik
+aktor ini dianggap mempunyai peranan yang sangat besar pada
pasien yang menderita SAR. +aktor genetik SAR diduga berhubungan
dengan peningkatan jumlah human leucocyte antigen (&.A), namun
beberapa ahli masih menolak hal tersebut. &.A menyerang sel#sel
melalui mekanisme sitotoksik dengan jalan mengaktifkan sel
mononukleus ke epitelium. Si%rus ("945) berpendapat bah$a bila
kedua orangtua menderita SAR maka besar kemungkinan timbul SAR
pada anak#anaknya. -asien dengan ri$ayat keluarga SAR akan
menderita SAR sejak usia muda dan lebih berat dibandingkan pasien
tanpa ri$ayat keluarga SAR (Rege1i dan S%iubba, 2002)
6. 7munologik
Respon imun mungkin merupakan peran utama stomatitis umum
terjadi pada pasien dengan imunodefisiensi sel 8 dan 609 dari pasien#
pasien stomatitis mempunyai kompleks dari sirkulasi imun. lserasi
dapat disebabkan oleh pengendapan imonoglobulin dan komponen#
komponen komplemen dalam epitel atau respons imun seluler
terhadap komponen#komponen epitel.
2
7munopatogenesis SAR dapat
melibatkan semua komponen sistem imun baik seluler maupun
humoral. -ada sistem imun seluler yaitu Sel 0 dan sitokin, sedangkan
pada sistem imun humoral yaitu 7gA, 7g' dan 7g3. Antibodi tersebut
bergantung pada mekanisme sitoksik atau proses penetralisir ra%un
yang masuk ke dalam tubuh. Sehingga jika sistem imunologi
mengalami abnormalitas, maka dengan mudah bakteri ataupun !irus
menginfeksi jaringan lunak disekitar mulut (&aikal, 2009).
7
4. Stres
Stres merupakan respon tubuh dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan yang terjadi terus menerus yang berpengaruh
terhadap fisik dan emosi. Stres dinyatakan merupakan salah satu faktor
yang berperan se%ara tidak langsung terhadap ulser stomatitis rekuren
ini. 8eberapa peneliti telah membuuktikan adanya hubungan yang
signifikan antara stresor psikologis dengan pengaruh sistem imun,
dimana respon imun tubuh dapat dimodulasi oleh stresor psikologis.
-ada kondisi stres, hipotalamus memi%u akti!itas sepanjang aksis
&-A (hypothalamus#pituitary#adrenal %orte:). Adrenal %orte:
mengeluarkan kortisol yang menghambat komponen dari respon imun.
)ortisol ini akan melepaskan glukokortikoid dan katekolamin yang
akan menyebabkan penurunan produksi 7;+# gamma (sitokin tipe ")
dan meningkatkan produksi 7.#"0 dan 7.#6 (sitokin tipe 2). ;amun
penelitian terbaru menyatakan bah$a disregulasi dari keseimbangan
sitokin tipe"<tipe 2 inilah yang memainkan peranan penting dlam
menghubungkan pengaruh stres terhadap sistem imun. =alam upaya
menghasilkan homeostasis akibat stres sering menghasilkan kondisi
patologis terhadap tubuh (.a$ler.dkk, 2002)
*. =efisiensi ;utrisi
=efisiensi 1at besi, asam folat dan !itamin 8"2 dapat
menyebabkan perubahan mukosa mulut berupa atropi, sebelum anemia
berkembang. =efisiensi 1at besi, asam folat dan !itamin 8l2
merupakan penyebab menurunnya jumlah eritrosit yang menyebabkan
anemia. 8erdasarkan penelitian >ray, telah ditemukan hubungan
8
antara defisiensi 1at besi, asam folat dan !itamin 8l2 dengan SAR
(.a$ler.dkk, 2002)
5. &ormonal
-ada $anita, sering terjadinya SAR di masa pra menstruasi
bahkan banyak yang mengalaminya berulang kali. )eadaan ini diduga
berhubungan dengan faktor hormonal. &ormon yang dianggap
berperan penting adalah estrogen dan progesteron. =ua hari sebelum
menstruasi akan terjadi penurunan estrogen dan progesteron se%ara
mendadak. -enurunan estrogen mengakibatkan terjadinya penurunan
aliran darah sehingga suplai darah utama ke perifer menurun dan
terjadinya gangguan keseimbangan sel#sel termasuk rongga mulut,
memperlambat proses keratinisasi sehingga menimbulkan reaksi yang
berlebihan terhadap jaringan mulut dan rentan terhadap iritasi lokal
sehingga mudah terjadi SAR. -rogesteron dianggap berperan dalam
mengatur pergantian epitel mukosa mulut (.a$ler.dkk, 2002)
2. 7nfeksi 8akteri
3rayko$ski dan ka$an#ka$an pada tahun "9** pertama kali
menemukan adanya hubungan antara bakteri Streptokokus bentuk .
dengan lesi SAR dengan penelitian lebih lanjut ditetapkan bah$a
Streptokokus sanguis sebagai penyebab SAR. =onatsky dan
=ablesteen mendukung pernyataan tersebut dengan melaporkan
adanya kenaikan titer antibodi terhadap Streptokokus sanguis 2A pada
pasien SAR dibandingkan dengan kontrol (Rege1i dan S%iubba, 2002).
9. Alergi dan Sensitifitas
9
Alergi adalah suatu respon imun spesifik yang tidak diinginkan
(hipersensitifitas) terhadap alergen tertentu. Alergi merupakan suatu
reaksi antigen dan antibodi. Antigen ini dinamakan alergen,
merupakan substansi protein yang dapat bereaksi dengan antibodi,
tetapi tidak dapat membentuk antibodinya sendiri (Rege1i dan
S%iubba, 2002).
SAR dapat terjadi karena sensitifitas jaringan mulut terhadap
beberapa bahan pokok yang ada dalam pasta gigi, obat kumur, lipstik
atau permen karet dan bahan gigi palsu atau bahan tambalan serta
bahan makanan. Setelah berkontak dengan beberapa bahan yang
sensitif, mukosa akan meradang dan edematous. 3ejala ini disertai
rasa panas, kadang#kadang timbul gatal#gatal, dapat juga berbentuk
!esikel ke%il, tetapi sifatnya sementara dan akan pe%ah membentuk
daerah erosi ke%il dan ulser yang kemudian berkembang menjadi SAR
(Rege1i dan S%iubba, 2002).
"0. 'erokok
Adanya hubungan terbalik antara perkembangan SAR dengan
merokok. -asien yang menderita SAR biasanya adalah bukan perokok,
dan terdapat pre!alensi dan keparahan yang lebih rendah dari SAR
diantara perokok berat berla$anan dengan yang bukan perokok.
8eberapa pasien melaporkan mengalami SAR setelah berhenti
merokok.
"". &ematologik
"4#209 pasien stomatitis adalah penderita kekurangan 1at besi,
!itamin 8"2 atau folid a%id dan mungkin juga terdapat anemia.
-enyembuhan stomatitis sering terjadi sesudah terapi untuk mengatasi
kekurangan#kekurangan tersebut. Seperti frekuensi defisiensi pada
10
pasien a$alnya akan menjadi lebih buruk pada pertengahan usia.
8anyak pasien yang defisiensinya tersembunyi, hemoglobulin dengan
batasan yang normal dan %iri utama adalaah mikrositosis dan
makrositosis pada sel darah merah (&aikal, 2009).
"2. 3astrointestinal
&anya sebagian ke%il dari pasien#pasien mempunyai gejala
gastrointestinal, terutama penyakit pada usus ke%il yang berhubungan
dengan malabsorpsi. >alaupun hanya 2#69 pasien#pasien stomatitis
mempunyai penyakit seliak tetapi terdapat *09 pasien#pasien dengan
penyakit seliak yang menderita stomatitis. Stomatitis dapat
dihubungan dengan penyakit ?rohn dan colitis ulseratif
8erikut ini ada beberapa fakta tentang faktor predisposisi dari
penyebab stomatitis (0abel (.")
0A8@. (.". +aktor etiologi stomatitis apthosa rekuren
+aktor -redisposisi +akta
=efisiensi Adanya defisiensi 1at besi, asam folat, !itamin
8"2, atau 8 kompleks
-sikologis 'eningkatnya insiden stomatitis pada populasi
mahasis$a menjelang ujian
0rauma 0erbentuknya ulser pada daerah#daerah setelah bekas
terjadinya luka penetrasi
@ndokrin 0erbentuknya stomatitis pada fase luteal dari siklus haid
pada beberapa penderita $anita
Alergi )enaikan kadar 7g@ dan keterkaitan antara beberapa
jenis makanan dan timbulnya ulser
'erokok -embentukan stomatitis pada perokok yang dahulunya
bebas simtom, ketika kebiasaan merokok dihentikan
11
&erediter 'eningkatnya insiden pada anak#anak yang kedua
orantuanya menderita stomatitis, kesamaan yang tinggi
pada anak kembar
7nunologi +akta bertentangan, tetapi beberapa informasi mengenai
kadar imunoglobulin abnormal
Sumber , .e$is 'AA, .amey -B. 0injauan klinis penyakit mulut. Bakarta,
>idya 'edikaC "992. p.62#9
3.1.$. Ta%a# #erkemban&an SAR
0ahap perkembangan SAR dibagi kepada 6 tahap yaitu,
". 0ahap premonitori
0ahap premonitori terjadi pada 26 jam pertama perkembangan
lesi SAR. -ada $aktu prodromal, pasien akan merasakan sensasi
mulut terbakar pada tempat dimana lesi akan mun%ul. Se%ara
mikroskopis sel#sel mononuklear akan menginfeksi epitelium, dan
edema akan mulai berkembang (.a$ler.dkk, 2002).
2. 0ahap pre#ulserasi
0ahap pre#ulserasi terjadi pada "2 # 52 jam pertama
perkembangan lesi SAR. -ada tahap ini, makula dan papula akan
berkembang dengan tepi eritematus. 7ntensitas rasa nyeri akan
meningkat se$aktu tahap pre#ulserasi ini (.a$ler.dkk, 2002).
(. 0ahap ulseratif
0ahap ulseratif akan berlanjut selama beberapa hari hingga 2
minggu. -ada tahap ini papula#papula akan berulserasi dan ulser itu
12
akan diselaputi oleh lapisan fibromembranous yang akan diikuti oleh
intensitas nyeri yang berkurang (.a$ler.dkk, 2002)
6. 0ahap penyembuhan
0ahap penyembuhan, terjadi pada hari ke # 6 hingga (4. lser
tersebut akan ditutupi oleh epitelium. -enyembuhan luka terjadi dan
sering tidak meninggalkan jaringan parut dimana lesi SAR pernah
mun%ul. Semua lesi SAR menyembuh dan lesi baru berkembang
(.a$ler.dkk, 2002)
3.1.'. Kasifikasi Stomatitis Apthous Reccurent
Stomatitis yang sifatnya berulang atau Reccurent Apthous
Stomatitis dapat diklasifikasikan berdasarkan karakteristik klinis yaitu
ulser minor, ulser major, dan ulser herpetiform.
a. Rekuren apthous stomatitis minor
Sebagian besar pasien (209) yang menderita bentuk minor
ditandai dengan ulser berbentuk bulat atau o!al dan dangkal dengan
diameter yang kurang dari 4 mm serta pada bagian tepinya terdiri dari
eritematous. lserasi bisa tunggal ataupun merupakan kelompok yang
terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam $aktu "0#"6 hari
tanpa meninggalkan bekas. lkus ini mempunyai ke%endrungan untuk
terjadi pada mukosa bergerak yang terletak pada kelenjar sali!a minor.
-ernah dilaporkan adanya gejala#gejala pendahulu seperti parastesia
dan hiperestesia. lkus ini sangat ber!ariasi, kambuh, dan pola
terjadinya ber!ariasi. lkus yang berkelompok dapat menetap dalam
jangka $aktu beberapa bulan. lserasi yang menetap seringkali sangat
sakit dan biasanya mempunyai gambaran tak teratur. +rekuensi RAS
13
lebih sering pada laki#laki daripada $anita dan mayoritas penyakit
terjadi pada usia antara "0 dan (0 tahun. -asien dengan ulser minor
mengalami ulserasi yang berulang dan lesi indi!idual dapat terjadi
dalam jangka $aktu pendek dibandingkan dengan tiga jenis yang lain.
lser ini sering mun%ul pada mukosa nonkeratin. .esi ini didahului
dengan rasa terbakar, gatal dan rasa pedih dan adanya pertumbuhan
makula eritematus. )lasiknya, ulserasi berdiameter (#"0 mm dan
sembuh tanpa luka dalam 5#"6 hari (.anglais dan 'iller, "996).
3ambar (." Minor Apthous Ulcer
Sumber , .askaris 3. -o%ket atlas of oral desease.
Se%ond @dition. ;e$ /ork, 0hiemeC 200*. -."49
b. Rekuren Apthous Stomatitis Major
Rekuren apthous stomatitis major diderita kira#kira "09 dari
penderita RAS dan lebih hebat dari bentuk minor. Se%ara klasik, ulser
ini berdiameter kira#kira "#( %m dan berlangsung selama empat
minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari
mukosa mulut termasuk daerah#daerah yang berkeratin.
4
=asar ulser
lebih dalam, melebihi 0,4 %m dan seperti ulser minor, hanya terbatas
pada jaringan lunak tidak sampai ke tulang (.anglais dan 'iller,
"996).
14
lser mayor dikenal sebagai periadenitis mukosa nekrosis yang
rekuren atau disebut juga penyakit Sutton. -enyebabnya belum
diketahui se%ara pasti, namun banyak bukti yang berhubungan dengan
defek imun.
""
0anda adanya ulser seringkali dilihat pada penderita
bentuk mayor. Baringan parut terbentuk karena keparahan dan lamanya
lesi terjadi.
4
A$al dari ulser mayor terjadi setelah masa puberti dan
akan terus menerus tumbuh hingga 20 tahun atau lebih (?a$son,
2002).
3ambar (.2 Mayor apthous ulcer
Sumber , .askaris 3. -o%ket atlas of oral desease.
Se%ond @dition. ;e$ /ork, 0hiemeC 200*. p."*0
c. Herpetiformis apthous stomatitis
7stilah herpertiformis digunakan karena bentuk klinis dari
ulserasi herpetiformis (yang dapat terdiri atas "00 ulser ke%il pada satu
$aktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer tetapi !irus#
!irus herpes tidak mempunyai peranan dalam etiologi ulserasi
herpertiformis atau dalam setiap bentuk ulserasi aptosa (?a$son,
2002).
Herpertiformis apthous stomatitis menunjukkan lesi yang besar
dan frekuensi terjadinya berulang. -ada beberapa indi!idu, lesi
15
berbentuk ke%il dan berdiameter rata#rata "#( mm. 3ambaran dari
ulser ini adalah erosi#erosi kelabu putih yang jumlahnya banyak,
berukuran sekepala jarum yang membesar, bergabung dan mnjadi tak
jelas batasnya. -ada a$alnya ulkus#ulkus tersebut berdiameter "#2 mm
dan timbul berkelompok terdiri atas "0#"00. 'ukosa disekitar ulkus
tampak eritematous dan diperkirakan ada gejala sakit (?a$son, 2002).
3ambar (.( Multiple herpetiform ulcers
Sumber , .askaris 3. -o%ket atlas of oral desease.
Se%ond @dition. ;e$ /ork, 0hiemeC 200*. p."*"
)lasifikasi tersebut dapat digambarkan didalam tabel di ba$ah ini,
SAR Ti#e (inor
SAR Ti#e (a)or SAR ti#e %er#etiformis
lser
berbentuk
bulat dan o!al
lser biasanya tunggal,
berbentuk o!al
8erbentuk bulat atau
o!al, terdiri dari "00
ulser ke%il#ke%il pada satu
$aktu
16
=engan
diameter "#"0
mm,
eritematus
8erdiameter sekitar "#(
%m, bagian tepi yang
menonjol serta
eritematous dan
mengkilat, yang
menunjukkan bah$a
terjadi edema
=iameter 0,4# (,0 mm
dan bila ulser bergabung
bentuknya tidak teratur.
Sembuh
dalam $aktu
"0#"6 hari
tanpa
meninggalkan
bekas
jaringan parut
8erlangsung selama 2
minggu atau lebih,
selalu meninggalkan
jaringan parut setelah
sembuh
8erlangsung selama "
hingga 2 minggu dan
tidak akan meninggalkan
jaringan parut ketika
sembuh
'engenai
daerah#daerah
non#keratin,
seperti
mukosa
labial,
mukosa bukal
dan dasar
mulut
0erjadi pada bagian
mana saja dari mukosa
mulut, termasuk
daerah#daerah
berkeratin
0abel (.2. )lasifikasii stomatitis apthosa rekuren
3.1.*. Dia&nosa Ban"in&
=iagnosa banding dari RAS adalah 0raumati% ul%er, Behet!s
syn"rome, recurrent HS# infection.
17
". 0raumati% ulser
.esi SAR berbentuk bulat atau o!al, sedangkan traumati% ul%er
irregular. SAR biasanya mengenai mukosa non keratin seperti mukosa
bukal dan labial, sedangkan traumati% ul%er bisa mengenai palatum,
gingi!a, dan lidah. -ersamaannya dengan SAR adalah etiologinya
yaitu trauma pada mukosa (?astellanos.dkk, 2002)
2. Sindroma 8ehDetEs
8ehDetEs syndrome disebabkan oleh imunokompleks yang
mengarah pada vasculitis dari pembuluh darah ke%il dan sedang dan
inflamasi dari epitel yang disebabkan oleh limfosit t dan plasma sel
yang imunokompeten. .esi tunggal yang paling umum terjadi pada
behDetEs syndrome terjadi di mukosa oral (?astellanos.dkk, 2002).
3ambaran klinis Sindroma 8e%hetEs antara lain,
0erdapat ri$ayat ulkus oral berulang
=apat disertai dengan mialgia, nyeri menelan, nyeri otot yang menjalar,
malaise, anore:ia, penurunan berat badan, kelemahan, nyeri kepala,
berkeringat, limfadenopati, arthralgia pada sendi besar, dan nyeri pada
substernal dan regio temporal
0erdapat ulkus ekstraoral yaitu pada genital (penis dan skrotum pada laki#laki,
!ul!apada $anita), mata, kulit, saraf, dan !as%ular
=itemukan oleh dermatologis turki hulFsi behDet mirip ras
mayordengan gejalah khusus terdapat lser oral rekuren, ulser
genital rekuren, dan lesi mata (.e$is dan .amey, "992).
18
$. Recurrent HS# infection
Recurrent %ntraoral Herpes Simple& %nfection GR7&H) mun%ul
pada pasien yang pernah terinfeksi herpes simpleks dan memiliki
serum antibodi untuk mela$an infeksi eksogen primer. &erpes rekuren
dapat juga diakti!asi oleh trauma pada bibir, demam, sinar matahari,
imunosupresan, dan menstruasi. Iirus berjalan ke ba$ah menuju
batang saraf untuk menginfeksi sel epitel, menyebar dari sel ke sel dan
menyebabkan lesi (3ayford dan &askell,"990)
3.1.+. Penan&anan SAR
0erapi stomatitis aftosa rekuren tidak memuaskan dan tidak ada
yang pasti. 0erapi dilakukan se%ara siptomatik. 0elah banyak obat yang
di%oba menanggulangi stomatitis namun tidak ada yang efektif.
-enatalaksanaan stomatitis aftosa rekuren ditujukan untuk mengurangi
rasa sakit, atau men%egah timbulnya lesi baru. Rasa sakit dapat dikurangi
dengan %ara menghindari makanan yang berbumbu, asam, atau minuman
beralkohol. Anastetikum topikal merupakan obat yang umumnya
digunakan dalam pengobatan stomatitis. -engolesan anastetikum sebelum
makan dapat mengurangi rasa sakit ('ar$ati dan ?hahya, 2006)
+aktor predisposisi yang berperan perlu ditelusuri agar dapat
meringankan penderitaan pasien. 0ujuan dari pengobatan adalah untuk
meringankan penderitaan pasien yang harus berdampingan engan ulserasi
sepanjang hidupnya. -asien perlu diyakinkan bah$a stomatitis aftosa
rekuren bukan suatu penyakit yang berbahaya $alaupun merepotkan.
=engan adanya keyakinan tersebut kemungkinan tidak diperlukan
pengobatan sistemik, covering agent atau kumur antiseptik ('ar$ati dan
?hahya, 2006).
19
'asa perjalanan dapat dipersingkat dengan pemberian
kortikosteroid topikal, seperti triamcinolone acetoni"e 0,"9 dalam
orabase yang bersifat adesif. ?ontoh lain adalah fluocinoni"e gel yang
lebih kuat dan rasanya lebih enak. Abat dioleskan pada ulserasi 6J2 kali
sehari. ntuk lesi yang parah dapat diberikan kortikosteroid sistemik. .esi
akan segera sembuh sehingga memperpendek perjalanan lesi selama obat
digunakan. -enggunaan se%ara sistemik perlu berhatiJhati karena apabila
terlalu lama digunakan dapat menimbulkan efek samping. 8eberapa ahli
ada yang men%oba tetrasiklin yang dipakai se%ara topikal atau sistemik.
-enggunaan se%ara topikal dilakukan dengan melarutkan obat dalam (0
m. air dan digunakan sebagai obat kumur ('ar$ati dan ?hahya, 2006).
AbatJobat sistemik seperti le!amisole, inhibitor monoamine
oksidase, thalidomide atau dapsone digunakan untuk penderita yang sering
mengalami ulserasi oral yang serius. 0etapi, penggunaan obatJobat ini
harus dipertimbangkan efektifitas serta efek sampingnya ('ar$ati dan
?hahya, 2006).
ntuk pasien dengan gangguan hematologi maka terapi yang
diberikan kepada pasien anemia karena kekurangan 1at besi adalah tablet
1at besi yang berisi ferrous sulfate, ferrous gluconate, dan ferrous
fumarate yang diberikan peroral. Respon tubuh pada terapi biasanya
%epat, sel darah merah akan kembali normal setelah "#2 bulan. Aleh sebab
itu pasien diberikan sulemen yang berisi 1at besi 2:" sehari yang diminum
selama dua minggu ('ar$ati dan ?hahya, 2006).
)arena penyebab SAR sulit diketahui maka pengobatannya hanya
untuk mengobati keluhannya saja. -era$atan merupakan tindakan
simtomatik dengan tujuan untuk mengurangi gejala, mengurangi jumlah
dan ukuran ulkus, dan meningkatkan periode bebas penyakit.
20
=alam upaya melakukan pera$atan terhadap pasien SAR,
tahapannya adalah ,
". @dukasi
8ertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit yang
dialami yaitu SAR agar mereka mengetahui dan menyadarinya.
2. 7nstruksi
8ertujuan agar dapat dilakukan tindakan pen%egahan dengan
menghindari faktor#faktor yang dapat memi%u terjadinya SAR.
(. -engobatan
8ertujuan untuk mengurangi gejala yang dihadapi agar pasien
dapat mendapatkan kualitas hidup yang menyenangkan.
0indakan pen%egahan timbulnya SAR dapat dilakukan diantaranya
dengan menjaga kebersihan rongga mulut, menghindari stres serta
mengkonsumsi nutrisi yang %ukup, terutama yang mengandung !itamin
8"2 dan 1at besi. 'enjaga kebersihan rongga mulut dapat juga dilakukan
dengan berkumur#kumur menggunakan air garam hangat atau obat kumur.
SAR juga dapat di%egah dengan mengutamakan konsumsi makanan kaya
serat seperti sayur dan buah yang mengandung !itamin ?, 8"2, dan
mengandung 1at besi ('ar$ati dan ?hahya, 2006).
3.2. Anamnesis "an Dia&nosa SAR
=alam menegakkan diagnosis ulkus di mukosa mulut, anamnesis dan pemeriksaan
fisik tetap menjadi modalitas utama, disamping pemeriksaan penunjang. Sebagai ini pertama,
anamnesis mengenai ri$ayat penyakit saat ini maupun yang terdahulu perlu dilakukan se%ara
%ermat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam upaya menegakkan diagnosis tersebut.
21
Apabila pasien datang dengan keluhan adanya ulkus pada mulutnya, yang perlu ditanyakan
adalah,
o Sejak kapan ulkus tersebut mun%ul (onset) '
o Apakah ulkus tunggal atau multiple (jumlah) '
o =imanakah lokasi ulkus tersebut '
o 8erapa lama durasi dari ulkus tersebut '
o Apakah ulkus tersebut setelah diobati dapat mun%ul kembali (rekuren atau
ti"ak) '
o Apakah terdapat rasa nyeri pada ulkus tersebut '
o Apakah terdapat gejala#gejala lain seperti demam, malaise, nyeri kepala,
anore&ia,penurunan berat ba"an, "iare, "an sebagainya'
ntuk mengetahui penyebab dari ulkus yang perlu ditanyakan yaitu,
o Ri$ayat trauma
o -enggunaan obat#obatan, baik topikal maupun sistemik
o )ebiasaan membersihkan mulut se%ara benar atau tidak
o -enggunaan aplikasi orthodontis, paling sering gigi palsu, terutama yang
baru
o Ri$ayat merokok
o Sensitifitas terhadap suatu jenis makanan tertentu
o Ri$ayat penyakit saluran pen%ernaan ( ?hronEs disease, kolitis ulseratif,
anemia )
22
". Anamnesis dan =iagnosa Stomatitis Aftosa Rekueren (SAR)
SAR dapat dilakukan dengan %ara melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. =iagnosis SAR didasarkan pada anamnesa dan gambaran
klinis dari ulser. 8iasanya pada anamnesa, pasien akan merasakan sakit dan
terbakar pada mulutnya, lokasi ulser berpindah#pindah dan sering berulang
serta pasien biasanya dalam keadaan demam ringan (&aikal, 20"0).
ntuk dapat menegakkan diagnose yang tepat dari harus ditanyakan
sejak dari umur berapa terjadi, lama (durasi), serta frekuensi ulser. Setiap
hubungan dengan faktor predisposisi juga harus di%atat. -ada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan ulser pada bagian mukosa mulut dengan bentuk yang
o!al dengan lesi K" %m yang jumlahnya sekitar 2#*. -emeriksaan tambahan
diperlukan seperti pemeriksaan sitologi, biopsi, dan kultur bila ulser tidak
kunjung sembuh (&aikal, 20"0).
2. =iagnosis Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor dan Mayor
=iagnosa Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) Minor dapat dilihat dengan
adanya ulser rekuren yang simetris, bulat dan tidak terbatas pada mukosa
mulut serta sembuh spontan dengan disertai oleh tanda ataupun gejala#gejala
lainnya (3reenberg, "996).
Selain pemeriksaan !isual pemeriksaan laboratories diindikasikan bagi
pasien yang menderita SAR di atas usia 24 tahun terutama dengan tipe
mayor yang selalu hilang timbul, atau bila saria$an tidak kunjung sembuh,
atau bila ada gejala dan keluhan lain yang berkaitan dengan fa%tor pemi%u
(Anonim, 2009).
23
-ertimbangan adanya defisiensi hematologi, dan oleh karena itu
penderita harus mengalami pemeriksaan hitung darah lengkap serta
perkiraan kadar !itamin 8"2 (.e$is dan .amey, "992).

Anda mungkin juga menyukai