Anda di halaman 1dari 9

Karmel Amudi Tampubolon

1307165908
Tugas Pembangkit


Kendala-Kendala Operasi Pada Pembangkit Listrik
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Prinsip
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit yang mengandalkan
energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik yang
dibangkitkan ini biasa disebut sebagai hidroelektrik. Pada prinsipnya PLTA mengolah energi
potensial air diubah menjadi energi kinetis dengan adanya head, lalu energi kinetis ini
berubah menjadi energi mekanis dengan adanya aliran air yang menggerakkan turbin, lalu
energi mekanis ini berubah menjadi energi listrik melalui perputaran rotor pada generator.
Jumlah energi listrik yang bisa dibangkitkan dengan sumber daya air tergantung pada dua hal,
yaitu jarak tinggi air (head) dan berapa besar jumlah air yang mengalir (debit).
Kendala Operasi
Kendala operasi dalam keadaan statis dan kebanyakan menyangkut koordinasi dengan
keperluan irigasi dan pengendalian banjir. Kendala ini tidak ada apabila PLTA air yang
hanya diperuntukan untuk pembangkitan tenaga listrik saja. Apabila diperlukan koordinasi
dengan keperluan irigasi dan pengendalian banjir maka umumnya PLTA yang bersangkutan
mempunyai kolam tando Secara garis besar pola pengusahaan suatu waduk yang juga
menjadi kolam tahunan dari suatu PLTA didasarkan atas pemikiran-pemikiran sebagai
berikut:
Waduk harus dapat menyediakan air untuk keperluan irigasi dimusim
kemarau.
Waduk harus dapat mengendalikan banjir dimusim hujan.
Diwaktu musim hujan pengisian waduk harus terkendali, dalam arti jangan
sampai terjadi pelimpasan air yang berlebihan sehingga membahayakan
waduk.
Di akhir musim kemarau atau permulaan musim hujan tinggi air dalam waduk
masih harus cukup rendah agar dapat menampung air dimusim hujan yang
akan datang.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Prinsip
Pada pembangkit listrik ini, bahan baker minyak, gas alam, atau batubara dipakai
untuk membangkitakan panas dan uap pada boiler. Uap tersebut kemudian dipakai untuk
memutar turbin yang dikopelkan langsung dengan sebuah generator sinkron. Setelah melewai
turbin, uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi tadi muncul menjadi uap bertekanan
dan bertempratur rendah. Panas yang disadap oleh kondensor menyebabkan uap berubah
menjadi air yang kemudian dipompakan kembali menuju boiler sisa panas yang dibuang oleh
kondensor mencapai setengah jumlah panas semula yang masuk. Hal ini mengakibatkan
efisien termodinamika suatu turbin uap bernilai kecil dari 50%. Turbin uap yang modern
mempunyai temperatur boiler sekitar 500 sampai 600 derajat celcius dan temperatur
kondensor antara 20 sampai 30 derajat celcius.
Kendala Operasi
Starting Time (waktu yang diperlukan untuk men-start) yang relatif lama, bisa
mencapai 6 sampai 8 jam apabila Stara dilakukan dalam keadaan dingin. Perubahan daya per
satuan waktu (MW per menit) yang terbatas, Kira-kira 5% per menit. Hali ini disebabkan
karena proses Stara maupun perubahan daya dalam PLTU menyangkut pula berbagai
perubahan suhu yang selanjutnya menyebabkan pemuaian atau pengkerutan. Pemuaian-
pemuaian atau pengerutan-pengerutan sedapat mungkin harus berlangsung merata dan tidak
terlalu cepat untuk menghindarkan tegangan.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas

Prinsip
PLTG atau turbin gas merupakan mesin dengan proses pembakaran dalam (internal
combustion). Bahan bakar berupa minyak atau gas alam dibakar di dalam ruang pembakar
(combustor). Udara yang memasuki kompresor setelah mengalami tekanan bersama-sama
dengan bahan baker disemprotkan ke ruang pembakar untuk melakukan proses pembakaran.
Gas panas hasil pembakaran ini berfungsi sebagai fluida kerja yang memutar roda turbin
bersudu yang terkopel dengan generator sinkron. Generator sinkron kemudian mengubah
energi mekanis menjadi energi listrik. Berbeda dengan pada PLTD, pada PLTG tidak terdapat
bagian mesin yang bergerak Translasi (bolak-balik) karena itu ia merupakan mesin yang
bebas dari getaran. meskipun temperatur turbin gas (1000 derajat celcius) jauh lebih tinggi
daripada temperatur turbin uap (530 derajat celcius), namun efisien konversi termalnya hanya
mencapai 20% -30%. karena biaya modal yang rendah, serta biaya bahan bakar yang tinggi,
maka PLTG berfungsi memikul beban puncak.

Kendala Operasi
Unit PLTG adalah unit pembangkit yang termahal biaya operasi khususnya termahal
bahan bakarnya, maka diinginkan agar unit PLTG beroperasi dalam waktu yang sependek
mungkin, misalnya pada waktu beban puncak atau pada waktu ada kerusakan/gangguan unit
pembangkit lain (sebagai cadangan). Tetapi di lain pihak men-start dan men-stop unit PLTG
Sangay menambah keausan unit tersebut sehingga merupakan kendala operasi yang harus
diperhitungkan.
a. Beban maksimum.
Dalam spesifikasi teknisnya unit PLTG umumnya disebut dua macam rating kemampuan
yaitu:
1. Base load rating, yang menggambarkan kemampuan unit untuk melayani beban
secara terus menerus.
2. Peak load rating, yang menggambarkan kemampuan unit untuk melayani beban
selama dua jam. Peak load rating besarnya kurang dari 10% diatas base load rating.
b. Beban Minimum
Batas beban minimum untuk unit PLTG tidak disebabkan karena alasan teknis melainkan
lebih disebabkan oleh alasan ekonomis yaitu efisiensi yang rendah pada beban rendah. Pada
beban 100% pemakaian bahan bakar minyak adalah Kira-kira 0,346 cc/kWh, sedangkan pada
beban 25% bisa mencapai Kira-kira 0,645 cc/kWh.
c. Kecepatan perubahan beban
Unit PLTG umumnya dapat dirubah bebanya dari 0% sampai 100% dalam waktu kurang dari
15 menit, sehingga bagi unit termis termasuk unit yang dapat dirubah bebanya secara cepat.
Tetapi jira diingat bahwa unit PLTG beroperasi dengan suhu gas pembakaran yang tinggi
maka perubahan beban berarti pula perubahan suhu yang tidak kecil pada berbagai bagian
turbin gas dan menambah keausan bagian-bagian tersebut.
d. Perhitungan Cadangan Berputar
Karena kemampuannya untuk merubah beban yang relatif cepat seperti telah diuraikan diatas,
maka cadangan berputar yang dapat diperhitungkan pada unit PLTG adalah sama dengan
kemampuan maksimum dikurangi dengan beban saat itu. Namur seperti telah diuraikan di
batir c sebaiknya tidak terlalu banyak dipasang cadangan berputar pada unit PLTG.




4. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

Prinsip

Proses pada Turbin Gas Bahan gas alam (natural gas) yang disupply dari ARCO
Station (1) langsung dimasukkan ke dalam ruang bakar/Combustion Chamber (2), bersama-
sama dengan udara yang disupply dari Main Compressor (4) setelah terlebih dahulu melalui
saringan udara/Air Filter (5). Maka akan menghasilkan gas panas yang selanjutnya akan
dimasukkan langsung ke dalam Turbin Gas (3) . Sedangkan gas bekas yang telah melalui
turbin gas tadi, apabila tidak dipakai (open cycle) akan langsung dibuang keluar melalui
katup (8). Bila dipakai lagi (closed cycle) akan dimasukkan kembali melalui katup (9) ke
dalam Heat Recovery Steam Generator HRSG (10). Proses pada Turbin Uap (PLTU) Air
pengisi yang berada di dalam deaerator (11) akan dibagi dua yaitu melalui Low Pressure
Flow Water/LPFW (13) dan High Pressure FW/HPFW (12). Air pengisi yang dari HPFW
akan dimasukkan ke dalam HRSG setelah melalui pipa/saluran uap HP Admission Steam
diteruskan ke Turbin Uap High Pressure Turbine/HPT (15) yang sebelumnya terlebih dahulu
melalui Katup Uap Utama (14) dan setelah itu diteruskan lagi ke Low Pressure Turbine/LPT
(16) yang selanjutnya dikopling dengan Generator (17) untuk menghasilkan tenaga listrik
melalui Penghantar (18). Uap bekas yang keluar dari LPT tadi akan dialirkan kembali ke
dalam Condenser (19) untuk diubah kembali menjadi air kondensat setelah dikondensasi oleh
air pendingin/air laut. Air kondensat selanjutnya akan dipompakan oleh Condensate Pump
(20) untuk selanjutnya terus dimasukkan ke dalam Feed Water Tank yang berada pada
deaerator.
Kendala Operasi
Kendala operasi yang terjadi pada PLTGU merupakan gabungan dari kendala yang
terdapat Pada PLTG dan PLTU yaitu Karena daya yang dihasilkan turbin uap tergantung
kepada banyaknya gas buang yang dihasilkan unit yaitu kira-kira menghasilkan 50% daya
unit PLTG, maka dalam mengoperasikan PLTGU ini, pengaturan daya PLTGU dilakukan
dengan mengatur daya unit PLTG, sedangkan unit PLTU mengikuti saja, menyesuaikan gan
gas buang yang diterima dari unit PLTG-nya
5. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel




Prinsip

PLTD mempunyai ukuran mulai dari 40 kW sampai puluhan MW. Untuk
menyalakan listrik di daerah baru umumnya digunakan PLTD oleh PLN. Di lain pihak, jika
perkembangan pemakaian tenaga listrik telah melebihi 100 MW, penyediaan tenaga listrik
yang menggunakan PLTD tidak ekonomis lagi sehingga harus dibangun Pusat Listrik lain,
seperti PLTU atau PLTA. Untuk melayani beban PLTD dengan kapasitas di atas 100 Hasil
kompresi udara dan bahan bakar (terjadi pembakaran dalam dalam ruang bakar akibat
adanya bahan bakar , udara dan panas tinggi) sehingga menghasilkan tenaga untuk
menggerakkan poros engkol yang dikopel dengan poros / rotor Generator dan Generator
bereksitasi membangkitkan listrik .
Kendala Operasi
a. Beban Maksimum
Unit PLTD seringkali tidak bisa mencapai nilai yang tertulis dalam spesifikasi pabrik karena
ada bagian-bagian dari mesin diesel yang tidak bekerja dengan sempurna. Misalnya pada
beban 90% suhu gas buang sudah mencapai suhu maksimum yang diperbolehkan sehingga
beban tidak boleh dinaikan lagi.
b. Beban minimum
Tidak ada hal yang membatasi beban minimum pada unit PLTD. Hanya saja apa bila unit
PLTD sering dibebani rendah, misalnya kurang dari 50%, maka mesin diesel menjadi lekas
kotor sebagai akibat pembakaran yang kurang sempurna dari mesin diesel pada beban
rendah.
c. Kecepatan Perubahan Beban
Unit PLTD umumnya dapat berubah bebannya dari 0% menjadi 100% dalam waktu kurang
dari 10 menit. Oleh karena itu kemampuanya yang cepat dalam mengikuti perubahan beban,
unit PLTD baik dipakai untuk turut mengatur frekwensi sistem.
d. Perhitungan Cadangan Berputar
Mengingat kemampuanya dalam mengikuti perubahan beban seperti diatas, maka cadangan
berputar yang dapat diperhitungkan adalah sama dengan kemampuan maksimum dikurangi
dengan beban sexta
6. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB)

Prinsip
Uap dari sumur produksi mula-mula dialirkan ke steam receiving header (1), yang
berfungsi menjamin pasokan uap tidak akan mengalami gangguan meskipun terjadi
perubahan pasokan dari sumur produksi. Selanjutnya melalui flow meter (2) dialirkan ke
separator (3) dan demister (4) untuk memisahkan zat-zat padat, silika dan bintik-bintik air
yang terbawa didalamnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya vibrasi, erosi, dan
pembentukan kerak pada sudu dan nozzle turbine. Uap yang telah bersih itu dialirkan melalui
main steam valve/electric control valve/governor valve (5) menuju ke turbine (6). Di dalam
turbine, uap tersebut berfungsi untuk memutar double flow condensing yang dikopel dengan
generator (7), pada kecepatan 3000 rpm. Proses ini menghasilkan energi listrik dengan arus 3
phase, frekuensi 50 Hz, dan tegangan 11,8 kV. Melalui step-up transformer (8), arus listrik
dinaikkan tegangannya hingga 150 kV, selanjutnya dihubungkan secara parallel dengan
sistem penyaluran Jawa-Bali (9). Agar turbin bekerja secara efisien, maka exhaust steam
yang keluar dari turbin harus dalam kondisi vakum (0,10 bar). Dengan mengkondensasikan
uap dalam condenser (10) kontak langsung yang dipasang di bawah turbine. Exhaust steam
dari turbin masuk dari sisi atas condenser, kemudian terkondensasi sebagai akibat penyerapan
panas oleh air pendingin yang diinjeksikan lewat spray-nozzle. Level kondensat dijaga selalu
dalam kondisi normal oleh dua buah cooling water pump (11), lalu didinginkan dalam
cooling water (12) sebelum disirkulasikan kembali.Untuk menjaga kevakuman condenser,
gas yang tak terkondensasi harus dikeluarkan secara kontinyu oleh sistem ekstraksi gas. Gas-
gas ini mengandung: CO2 85-90% wt; H2S 3,5% wt; sisanya adalah N2 dan gas-gas lainnya.
Di Kamojang dan Gunung Salak, sistem ekstraksi gas terdiri atas first-stage dan second-stage
(13) sedangkan di Darajat terdiri dari ejector dan liquid ring vacuum pump. Sistem
pendingin di PLTP merupakan sistem pendingin dengan sirkulasi tertutup dari air hasil
kondensasi uap, dimana kelebihan kondensat yang terjadi direinjeksi ke dalam sumur
reinjeksi (14). Prinsip penyerapan energi panas dari air yang disirkulasikan adalah dengan
mengalirkan udara pendingin secara paksa dengan arah aliran tegak lurus, menggunakan 5
forced draft fan. Proses ini terjadi di dalam cooling water. Sekitar 70% uap yang
terkondensasi akan hilang karena penguapan dalam cooling water, sedangkan sisanya
diinjeksikan kembali ke dalam reservoir (15). Reinjeksi dilakukan untuk mengurangi
pengaruh pencemaran lingkungan, mengurangi ground subsidence, menjaga tekanan, serta
recharge water bagi reservoir. Aliran air dari reservoir disirkulasikan lagi oleh primary pump
(16). Kemudian melalui after condenser dan intercondenser (17) dimasukkan kembali ke
dalam reservoir.
Kendala Operasi
Secara teknis PLTP sesungguhnya sama dengan PLTU hanya ketel uapnya ada dalam
perut bumi. Pengusahaan uap dilakukan oleh PERTAMINA dan PLN hanya membeli uap
dari PERTAMINA atas dasar kWh yang dihasilkan PLTP. Karena perubahan beban akan
menyangkut perubahan penyediaan uap dari perut bumi maka PLTP praktis hanya dapat ikut
mengambil beban dasar dalam sistem, dalam arti harus berbeban constan. Mengenai masalah
beban maksimum dan beban minimum pada PLTP kendala-kendala nya yang menyangkut
turbin uap adalah sama dengan ketel tidak ada pada PLTP.
7. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
Kendala Operasi
Operasi suatu pembangkit listrik tenaga nuklir akan menghasilkan limbah aktivitas
rendah dan sedang per tahun dengan volume 200-600m3 dan 50m3 bahan bakar bekas. Hal
ini diasumsikan sebagai hasil operasi reaktor dengan daya 1000 MWe, dengan faktor beban
(load factor) 75% [5]. Secara umum limbah aktivitas rendah dan sedang tersebut ditimbulkan
oleh kegiatan pembersihan sistem pendingin, dan kolam penyimpanan bahan bakar, serta
dekontaminasi peralatan, termasuk pula filter dan bahan logam lainnya yang terkontaminasi
radioaktif akibat operasi reactor. Seluruh limbah yang telah diolah dan dimasukkan dalam
wadah disimpan di fasilitas penyimpanan sementara paling tidak selama 20 tahun. Hal ini
berguna untuk peluruhan radionuklida, sekaligus mungkin sebagian dari limbah radioaktif
sangat rendah akan dilepas ke lingkungan bila kondisinya lebih rendah dari nilai clearance
level. Akhir dari proses adalah disposallimbah radioaktif di fasilitas penyimpanan dekat
permukaan (near surface disposal). Tujuannya adalah mencegah nuklida dalam limbah untuk
bermigrasi ke air tanah, dan hal ini dilakukan dengan pendekatan penghalang ganda.
Penghalang pertama adalah media solidifikasi limbah tersebut (semen, bitumen dsb),
penghalang kedua adalah wadah/ drum limbah, penghalang ketiga adalah struktur fasilitas
penyimpanan akhir, serta penghalang keempat adalah media sekitar fasilitas penyimpanan
akhir tersebut.

Anda mungkin juga menyukai