Anda di halaman 1dari 21

Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 1

Log Book
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi
Semester 1 (Gasal) 2012/2013


Skenario :Komunikasi dan Perilaku Kesehatan
Fasilitator : drg. Indriasti Indah Wardhany SpPM
Kelompok : 5
1. Fidhianissa (Ketua) (1206207994)
2. Amirah Hasna Fitri (Sekertaris) (1206208006)
3. Ariq Noorkhakim (1206242750)
4. Dela Medina (1206208025)
5. Faradillah (1206237183)
6. Irvi Firqotul Aini (1206237630)
7. Luluk Latifa Ayu Leonita (1206207981)
8. Ranny Rahaningrum Herdiantoputri (1206208012)
9. Romilda Rosseti (1206237547)
10. Triana Hardianti (1206237984)

1. Pendahuluan
a. Latar belakang
Manusia merupakan makhluk sosial.Sebagai makhluk sosial, komunikasi merupakan hal yang
esensial bagi manusia. Hampir setiap saat manusia melakukan komunikasi, dengan cara, bentuk,
dan tujuan yang beragam. Komunikasi terjadi dalam segala aspek dan bidang, begitupula dalam
bidang kesehatan terdapat komunikasi kesehatan.Komunikasi kesehatan merupakan komunikasi
yang terjadi dengan tujuan yang tidak lepas dari aspek kesehatan.Salah satu bentuk komunikasi
tersebut dapat berupa edukasi kesehatan yang juga berguna dan berpengaruh dalam perilaku
masyarakat dalam hal kesehatan.
Makalah ini akan mencakup pemaparan detail dari sasaran-sasaran pembelajaran dari
skenario komunikasi dan perilaku masyarakat. Sasaran pembelajaran yang dipaparkan dalam
makalah ini diantaranya adalah pengertian komunikasi, komponen, proses, prinsip, dan bentuk
komunikasi serta perilaku masyarakat dalam Kesgilut dan edukasi kesehatan sebagai faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat. Dengan pembuatan makalah ini, diharapkan sasaran
pembelajaran mengenai komunikasi dan perilaku masyarakatdapat terpaparkan dengan detail serta
mahasiswa dapat mengerti secara sepenuhnya sehingga dapat mengaplikasikan hal tersebut dalam
studinya.

Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 2

b. Pokok-pokok bahasan
Komponen Komunikasi
Proses Komunikasi
Prinsip-prinsip Komunikasi
Bentuk Komunikasi
Perilaku Masyarakat
Edukasi Kesehatan
2. Pembahasan

Bahasan 1. (Komponen Komunikasi)
Amirah Hasna Fitri (1206208006)
Beberapa pengertian komunikasi
Penyampaian dam memahami pesan dari satu orang ke orang yang lain, komunikasi merupakan
proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi)
Pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981)
Kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau infromasi tentang pikiran atau perasaan
(Roben J.G.)
Usaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram W.)
Kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna yang perlu dipahami bersama
oleh pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi (Astrid)

Komunikasi bertujuan untuk berhubungan dengan orang lain, menyampaikan pesan,
mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta mempelajari atau mengajari sesuatu. Tujuan utama
komunikasi adalah : (1) Perubahan sikap, (2) Perubahan pendapat, (3) Perubahan perilaku, (4)
Perubahan sosial. Dalam komunikasi, terdapat komponen-komponen yang tidak dapat terpisahkan
satu sama lain. Diantaranya adalah :
Lingkungan komunikasi
Lingkungan atau konteks komunikasi terbagi menjadi lingkungan fisik, sosial-psikologis, kondisi
dan situasi, aturan atau budaya di tempat komunikasi tersebut berlangsung, serta temporal atau
waktu.
Sumber -Penerima
Enkoding-Dekoding
Enkoding, kegiatan menghasilkan pesan, dilakukan oleh sumber/pembicara.Dekoding, kegiatan
menerima pesan, dilakukan oleh penerima/pendengar.
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 3

Kompetensi komunikasi
Melakukan komunikasi dengan efektif.Dipengaruhi oleh faktor lingkungan, wawasan, dan perilaku
pembicara.
Pesan
Dalam bentuk verbal berupa kata-kata atau tulisan.Bisa juga berbentuk nonverbal seperti bahasa-
bahasa tubuh.Dan juga berbentuk pesan paralinguistik, misalnya kualitas suara, penekanan pada
nada, kecepatan bicara, dan vokalisasi.
Saluran
Saluran dalam penyampaian pesan ialah.suara (berbicara), visual (bahasa tubuh), olfaktori
(penciuman), taktil (sentuhan). Sementara itu saluran sebagai penyalur pesan adalah media massa
(surat kabar, majalah, televisi,
radio dll.) telepon, surat,
Umpan balik
Feedback merupakan tanggapan atas pesan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan
kepada komunikator.
Gangguan
Sesuatu yang mendistorsi pesan yang akan disampaikan. Bisa disebabkan oleh kesalahpahaman
karena interpretasi yang berbeda, disebut juga dengan hambatan semantik.Bisa juga disebabkan
oleh hambatan fisik dan psikologis. Hambatan dalam proses komunikasi bisa terbentuk dari : (1)
Hambatan dari pengirim pesan, (2) Hambatan dalam penyediaan symbol/pesan, (3) Hambatan dari
media, (4) Hambatan dalam bahasa sandi, (5) Hambatan dari penerima pesan, (6) Hambatan dalam
penyampaian umpan balik.

Proses komunikasi menghasilkan efek-efek bagi para pelakunya, yaitu : Efek kognisi sebagai
penambah wawasan dan pengetahuan, efek afeksi atau sikap, dan efek psikomotorik berupa
perubahan perilaku.

Bahasan 2. (Proses Komunikasi)
Ariq Noorkhakim (1206242750) dan Dela Medina (1206208025)

Supaya komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang
diinginkan, pesan yang disampaikan oleh komunikator terlebih dahulu harus dirumuskan
(encoding), dalam hal pemilihan bahasa dan media, setelah dirumuskan barulah pesan
disampaikan kepada komunikan, kemudian pesan yang telah diterima oleh komunikan
ditafsirkan(decoding) kembali supaya tidak terjadi perubahan makna. Begitulah seterusnya
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 4

sampai terjadi hubungan timbal balik.Menurut Robbins(2003), ada empat hambatan yang
dapat mengganggu efektivitas komunikasi :
1. Perbedaan bahasa dan persepsi
Lesikar dkk(1999) mengilustrasikan pikiran kita yang mengatur input ini menjadi peta
mental yang mewakili persepsi kita mengenai realitas. Bahkan dua oirang yang
mengalami kejadian yang sama belum tentu dapat mempersepsikannya dengan sama
karena persepsi manusia unik. Manusia sebagai penerima mencoba menyesuaikan rincian
baru ke dalam pola yang sudah ada di dirinya. Proses ini disebut persepsi selektif

2. Gangguan komunikasi
Menurut Locker(2003) ada dua jenis gangguan komunikasi, yaitu :
- Gangguan fisik. Gangguan fisik ini meliputi kondisi kesehatan komunikan dan
komunikator, kondisi lingkungan tempat terjadinya komunikasi dan gangguan pada
media penyampaian. Kesehatan komunikan atau komunikator tentu merupakan hal
yang mengganggu, misalnya kondisi komunikan sedang kurang sehat sehingga ia sulit
memahami pesan yang disampaikan. Gangguan pada media dapat berupa sinyal radio
yang jelek ataupun tulisan yang tidak dapat terbaca sehingga mengurangi pemahaman
akan pesan yang disampaikan.
- Gangguan emosional. Emosi sangat mempengaruhi proses komunikasi. Misalnya
ketika seseorang sedang marah, kecewa, atau sedih, sulit baginya untuk bersikap
objektif. Sehingga sulit melakukan pemahaman terhadap apa yang disampaikan
kepadanya.

3. Overload informasi
Kesulitan akan dihadapi oleh komunikan jika pesan yang diterimanya terlalu banyak. Ia
akan sulit menangkap setiap detail pesan yang disampaikan. Oleh karena itu penting
sekali untuk menyesuaikan jumlah informasi dengan kondisi komunikan.

4. Penyaringan yang tidak tepat
Menyaring adalah membuang atau menyingkat informasi yang diterima.Namun hal ini
dapat mengurangi efektifitas informasi jika penyingkatan dilakukan dengan tidak tepat.

Untuk menghasilkan komunikasi yang efektif diperlukan faktor-faktor penunjang seperti:
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 5

1. Komunikator memiliki kepercayaan pada komunikator & daya tarik
2. Pesan harus sesuai dengan kapasitas penerima & relevan dengan kepentingan
penerima. Harus singkat, menarik, dan jelas, dan mudah dipahami
3. Saluran komunikasi saluran yang dipakai dan dihormati oleh penerima
4. Komunikan keterampilan berkomunikasi, kemampuan untuk menerima pesan,
memiliki sikap yang kooperatif

Selain itu, dalam proses komunikasi yang efektif terdapat strategi-strategi yang digunakan. Strategi
komunikasi kesehatan yang efektif dapat dikategorikan sebagai berikut :
- Strategi komunikasi kesehatan menginformasikan dan mempengaruhi keputusan individu dan
masyarakat yang meningkatkan kesehatan
- Strategi kebijakan dan penegakan menghasilkan kebijakan yang dapatdilaksanakan melalui
pengaturan legislative, lembaga peraturan, ataupun pengaturan organisasi. Kebijakan itu dirancang
untuk mendukung perbaikan lingkungan rumah
- Strategi layanan kesehatan meliputi pengujian , skrining, dan layanan atau pengobatan khusus yang
disediakan melalui komunitas atau lembaga kesehatan untuk meningkatkan memperbaiki hasil
akhir kesehatan.
- Strategi teknologi melibatkan pembentukan dan modfikasi alat, struktur, system peawatan, atau
tipe layanan atau lingkungan

Cara penyusunan strategi komunikasi :
- Audiens sasaran. Beragam khalayak dalam suatu organisasi memiliki kebuutuhan yang berbeda,
sehingga penyampaiannya perlu disesuaikan
- Apa yang perlu dikomunikasikan. Begitu audiens telah diidentifikasi, informasi yang akan disusun
harus disusun
- Jenis saluran komunikasi yang digunakan. Perencanaan harus memetakan saluran komunikasi apa
yang digunakan, tahap ini adalas saat yang baik untuk memetakan bagaimana umpan balik yang
akan terjadi
- Sumber-sumber komunikasi. Identifikasi siapa yang akan mengkomunikasikan standar kepada
pihak sasaran.
- Pengomunikasian yang bertahap dan terkoordinasi. Tentukan apakah perlu menyebarluaskan
informasi secara bertahap atau dapatkah semua pekerja mendapatkan informasi pada saat yang
bersamaan.
- Metode komunikasi. Pertimbangkan metode-metode mana yang paling efektif dipakai
- Umpan balik. Rencanakan jenis umpan balik apa yang diinginkan
- Evaluasi
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 6


Hambatan dalam komunikasi :
- Standar mengandung kata frase atau istilah yang tidak jelas
- Standar menyimpang dari yang seharusanyakarena standar mengalami modifikasi, penghapusan,
atau penambahan informasi
- Standar dikomunikasikan pada saat audiens mengalami kesulitan untuk menerapkan standar
tersebut
- Standar tidak mengandung informasi yang cukup untuk kebutuhan audiens sasaran
- Metode komunikasi standar tidak tepat untuk audiens
- metode komunikasi standar tidak tepat untuk standar itu

Bahasan 3. (Prinsip Komunikasi)
Farahdillah (1206237183) dan Fidhianissa (1206207994)

Prinsip-prinsip komunikasi diuraikan dengan berbagai cara oleh para pakar komunikasi.
Willian B. Gudykunst dan Young Yun Kim, menyebutnya asumsi-asumsi Komunikasi, Cassandra
L.Book, Bert E. Bradley, Larry A. Samovar dan Richard E.Porter, Sarah Trenholm, dan Arthur
Jensen, menyebutnya karakteristik komunikasi.Deddy Mulyana. Ph.D membuat istilah-istilah baru
yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat duabelas prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai
penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi.Berikut adalah Prinsip-prinsip komunikasi
:
#Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Ernst Cassier mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah
keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.Lambang atau symbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan kelompok orang.Lambang
meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati
bersama.Hubungan antara lambang (tanda) dengan objek dapat juga direpresentasikan oleh ikon dan
indeks.Ikon adalah suatu benda fisik yang menyerupai yang direpresentasikannya.Representasi ini
ditandai dengan kemiripan.Indeks atau signal adalah suatu tanda yang secara alamiah
merepresntasikan objek lainnya. Indeks muncul berdasarkan hubungan antara sebab akibat yang
punya kedekatan eksistensi.Lambang mempunyai beberapa sifat seperti berikut ini :
Lambang bersifat sembarang, mana suka atau sewenang-wenang
Apasaja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama.Alam tidak memberikan
penjelasan kepada kita mengapa manusiamenggunakan lambang-lambang tertentu untuk merujuk
pada hal-hal tertentu baik yang konkret atau pun yang abstrak.
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 7

Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna, kitalah yang memberikan makna pada lambang
Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lamban itu sendiri. Persolan akan
timbul bila para peserta komunikasi tidak memberi makna yang sama pada suatu kata.
Lambang itu bervariasi
Lambang bervariasi dari sudut budaya ke budaya lain, dari suatu tempat ke tempat lain, dan dari
suatu konteks waktu ke konteks waktu yang lain. Lambang itu maknanya dapat berubah.
#Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Kita tidakdapat tidak berkomunikasi (We cannot not communicate). Tidak berarti bahwa
semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi terjadi bila seseorang memberikan makna pada
perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal)
seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
#Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal.
Dimensi isi menunjukan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi
hubungan menunjukan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaraktkan bagaimana
hubungan para peserta komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Pesan yang
sama bisa ditafsirkan berbeda bila disampaikan dengan cara dan media yang berbeda. Dalam
komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada
unsur-unsur lain termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut.
#Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
Tingkat kesengajaan dimulai dari komunikasi yang tidak sengaja sama sekali hingga
komunikasi yang benar-benar direnacanakan dan disadari. Dalam komunikasi sehari-hari terkadang
kita mengucapkan pesan verbal yang tidak kita sengaja.Namun lebih banyak pesan nonverbal yang
kita tunjukan tanpa kita sengaja.Komunikasi telah terjadi bila penafsiran telah berlangsung.Terlepas
dari apakah anda menyengaja perilaku tersebut atau tidak.Kadang-kadang komunikasi yang disengaja
dibuat tampak tidak sengaja.Jadi, niat kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk
berkomunikasi.
#Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non
verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu
dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.Waktu juga mempengaruhi makna terhadap suatu
pesan, misalnya orang menelpon dini hari dengan siang hari akan berbeda. Kehadiran orang lain,
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 8

sebagai konteks sosial juga akan mempengaruhi orang-orang berkomunikasi, misalnya dua orang
yang berkonflik akan canggung jika ada disituasi berdua tidak ada orang, namun dengan adanya orang
ketiga, keeadaan akan bisa lebih mencair.
#Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Ketika orang-orang berkomunikasi , mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka,
dengan kata lain, komunikasi juga terikat oleh aturan atau tatakrama. Artinya, orang orang memilih
strategi tertentu berdasarkan bagaimana orang yang menerima pesan akan merespons. Prediksi ini
tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat. Kita dapat memprediksi perilaku komunikasi
orang lain berdasarkan peran sosialnya. Prinsip ini mengasumsikan bahwa hingga derajat tertentu ada
keteraturan pada perilaku komunikasi manusia, dengan kata lain perilaku manusia minimal secara
parsial dapat diramalkan.Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima
akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas
sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses
komunikasi.
#Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
Terdapat dua sistem dasar beroprasi dalam transaksi komunikasi itu : sistem internal dan
eksternal. Sistem internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seorang individu ketika ia
berpartisipasi dalam komunikasi. Istilah lain yang identik dengan sistem internal ini adalah kerangka
rujukan (frame of reference), bidang pengalaman (field of experience), struktur cognitive (cognitive
structure), pola pikir (thinking patterns), keadaan internal (internal states), atau sikap (attitude).
Sistem internal ini mengandung semua unsur yang membentuk individu yang unik, termasuk cirri-ciri
kepribadiannya, intelegensi, pendidikan, pengetahuan, agama, bahasa, motif keinginan, cita2, dan
semaua pengalaman masalalunya, yang pada dsarnya tersembunyi.
Sistem Eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-
kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta, dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini
adalah stimuli public yang terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transasksi komunikasi.
Akan tetapi karena masing-masing orang mempunyai sistem internal yang berbeda, maka setiap orang
tidak akan memiliki perseptual yang sama..Komunikasi adalah produk dari perpaduan antara kedua
sistem tersebut. Lingkungan dan objek mempengaruhi komunikasi kita namun persepsi kita atas
lingkungan kita juga mempengaruhi cara berperilaku.
#Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya, semakin efektif komunikasi
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya.Jika kedua orang memiliki latar belakang sosial budaya yang sama, kecenderungan dua
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 9

pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak juga
mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan.
#Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial
Meskipun terdapat banyak modal komunikasi linier atau satu arah, sebenarnya komunikasi
manusia dalam bentuk dasarnya bersifat dua arah.Beberapa pakar komunikasi mengakui sifat sirkuler
atau dua arah komununikasi ini. Misalnya Frank Dance, Kincaid, dan Schramm yang mereka sebut
model komunikasi antarrmanusia yang membusat, dan Tubbs. Komunikasi sirkuler ditandai dengan
beberapa hal yaitu (1) Orang-orang yang berkomunikasi dianggap setara. (2) Proses komunikasi
berjalan timbal balik. (3) Dalam praktiknya, kita tidak lagi membedakan pesan dengan umpan balik.
(4) Komunikasi yang terjadi sebenernya jauh lebih rumit.
Pada dasarnya, unsur komunikasi tidak berada dalam suatu tatanan yang bersifat linier,
sirkuler, helical atau tatanan lainnya. Unsur-unsur proses komunikasi boleh jadi beroprasi dalam suatu
tatanan tadi, tetapi mungkin pula dalam suatu atatnan yang acak. Oleh karena itu, sifat nonsekuensial
alih-alih sirkuler tampaknya lebih tepat digunakan untuk menandai proses komunikasi.
#Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transaksional
Komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir, melainkan merupakan proses yang sinambung.
Komunikasi sebagai proses ini dapat dianalogikan dengan apa yang dikatakan Heraclitus: Seorang
manusia tidak akan pernah melangkah di sungai yang sama dua kali. Implikasi dari komunikasi
sebagai proses yang dinamis dan transaksional adalah bahwa para peserta komunikasi berubah (dari
sekedar berubah pengetahuan hingga berubah pandangan dunia dan perilakunya). Implisit dalam
proses komunikasi sebagai transaksi ini adalah proses penyandian (encoding) dan penyandian balik
(decoding). Pandangan yang dinamis dan transaksional memberi penekanan bahwa mengalami
perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi. Perspektif transalksional memberi penekanan pada
dua sifat peristiwa komunikasi, yaitu serentak dan saling mempengaruhi para pesertanya, baik dengan
verbal atau nonverbal, menjadi saling bergantung dan komunikasi mereka hanya dapat dianalisis
berdasarkan konteks peristiwanya.
#Prinsip 11 : Komunikasi bersifat irreversible
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa
terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Sekali kita mengirimkan suatu pesan,
kita tidak dapat mengendalikan pengaruh pesan tersebut bagi khalayak apalagi menghilangkan efek
pesan tersebut sama sekali. Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu
proses yang selalu berubah.
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 10

#Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah
Bayak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi.Namun
komunikasi itu sendiri bukanlah panasea (obat mujarab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik
itu.Karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural.Agar
komunikasi efektif, kendala struktural itu harus diatasi.

Bahasan 4. (Bentuk Komunikasi)
Irvi Firqotul Aini (1206237630) dan Lulu Latifa Ayu Leonita (1206207981)

Menurut Effendi (1995) komunikasi bisa diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan atau untuk mengubah sikap, pendapat atau
perilaku baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung. The centers of disease control and
prevention (CDC) mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai suatu ilmu dan sebagai penggunaan
strategi komunikasi untuk menyampaikan informasi dan memengaruhi keputusan individu dan
masyarakat yang dapat meningkatkan kesehatan.

Bentuk Komunikasi
Terdapat bermacam-macam pengkategorian bentuk-bentuk komunikasi.Bentuk komunikasi yang
dipakai adalah:
1. Komunikasi di dalam diri
Menurut Perry dan Potter (2005) komunikasi ini merupakan model dialog seorang diri atau
internal yang terjadi secara konstan dan tanpa disadari. Tujuan konsep diri adalah kesadaran diri
yang memengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai. Hal ini membantu petugas medis
mengekspresikan diri secara tepat pada orang lain.
2. Komunikasi antarpribadi
Adalah komunikasi bertatap muka baik secara individu maupun kelompok.Komunikasi jenis ini
dapat membantu pemecahan masalah, menumbuhkan berbagai ide, pengambilan keputusan, dan
perkembangan pribadi.Efektivitasnya dipengaruhi berbagai hal seperti berikut (1) empati, (2)
respek, dan (3) jujur.
3. Komunikasi massa
Adalah bentuk komunikasi melalui media massa seperti surat kabar, televisi, dsb untuk
menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Bentuk penyampaian komunikasi:
1. Visual
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 11

Digunakan untuk menyampaikan informasi bagi orang yang kurang tertarik untuk membaca
informasi yang terkandung. Sebagai gantinya akan dimuat gambar yang akan mempermudah
audiens jenis ini memahami informasi yang disampaikan. Informasi dapat disampaikan dalam
bentuk (1) poster, (2) flip chart (poster yang menunjukkan langkah-langkah) , dan (3) talk boards
(poster tanpa tulisan/penjelasan).
2. Audiovisual
Digunakan untuk menyampaikan informasi bagi audiens yang (1) memiliki kemampuan membaca
yang terbatas, (2) harus mengamati sesuatu sebelum bisa mempraktikannya, dan (3) perlu
mengidentifikasi bersama dengan orang yang sepertinya. Informasi dapat disampaikan dalam
bentuk (1) videotapes, (2) slide-tape program, dan (3) interactive multimedia program.
3. Audio
Digunakan bagi audiens yang memiliki keterbatasan dalam membaca maupun visual. Informasi
disampaikan dalam bentuk (1) audiotapes dan (2) radio docudramas.
Sementara itu dalam buku Pengantar Administrasi Kesehatan Azrul Azwar, macam
komunikasi dibedakan atas lima yakni:
1. Bedasarkan media yang dipergunakan
Komunikasi visual, komunikasi audio dan komunikasi audio visual seperti yang sudah
dijelaskan diatas
2. Bedasarkan hubungan sumber dan sasaran
a. Komunikasi langsung atau tatap muka, contohnya seperti wawancara, ceramah dan
konferensi diskusi
b. Komunikasi tidak langsung, seperti surat menyurat, surat kabar, majalah, buku, poster dan
leaflet
3. Bedasarkan umpan balik yang diperoleh
a. Komunikasi dua arah yaitu sasaran turut mengemukakan pendapatnya
b. Komunikasi satu arah yaitu sasaran hanya sebagai pendengar saja
4. Bedasarkan simbol yang dipergunakan
a. Komunikasi lisan, yaitu menggunakan simbol kata-kata yang diucapkan
b. Komunikasi tulisan, yaitu menggunakan simbol huruf-huruf
c. Komunikasi isyarat, yaitu menggunakan simbol isyarat tertentu seperti gerakan anggota
badan atau tanda-tanda tertentu
5. Bedasarkan suasana atau lingkungan berlangsungnya komunikasi
a. Komunikasi formal, yaitu dilakukan dalam suasana resmi misalnya rapat
b. Komunikasi informal, yaitu dilakukan dalam suasana tidak resmi misalnya saat sedang
berjalan bersama atau berdarmawisata
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 12

Ada pula komunikasiyang menggunakan aksi seperti; bermain peran, teater, lagu-lagu,
bercerita dan games permainan.

Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bentuk komunikasi kesehatan. Penyuluhan
kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar
atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu,
kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat (Depkes,
2002).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan
prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang
bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy,
2003).
Sasaran
Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu,
keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada
keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial
ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang
buruk dan sebagainya.
Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu hamil,
kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah
kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan
seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran
masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat
pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).

Materi
Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang
disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam
penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman
dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003).

Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 13

Menurut Effendy, faktor-faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan
penyuluhan kesehatan adalah : 1) Tingkat Pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang
seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya2) Tingkat Sosial Ekonomi 3) Adat Istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi.4) Kepercayaan Masyarakat Masyarakat yang
lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang orang yang sudah mereka kenal,
karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi. 5) Ketersediaan Waktu di
Masyarakat Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk
menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan adalah (
Notoatmodjo, 2002 ) : 1) Metode Ceramah 2) Metode Diskusi Kelompok 3) Metode Curah Pendapat
4) Metode Panel 5) Metode Bermain peran6) Metode Demonstrasi, untuk memperlihatkan bagaimana
cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga 7) Metode Simposium,
yaitu serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi
saling berhubungan erat 8) Metode Seminar
Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus melakukan
penyuluhan sesuai dengan langkah langkah dalam penyuluhan kesehatan masyarakat sebagai berikut
(Effendy, 1998) : 1) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat. 2) Menetapkan masalah kesehatan
masyarakat. 3) Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan
kesehatan masyarakat. 4) Menyusun perencanaan penyuluhan;
(1) Menetapkan tujuan (2) Penentuan sasaran (3) Menyusun materi / isi penyuluhan (4) Memilih
metoda yang tepat (5) Menentukan jenis alat peraga yang akan digunakan (6) Penentuan kriteria
evaluasi. 5) Pelaksanaan penyuluhan 6) Penilaian hasil penyuluhan 7) Tindak lanjut dari penyuluhan

Bahasan 5. (Perilaku Masyarakat)
Ranny Rahaningrum Herdiantoputri (1206208012) dan Romilda Rosseti (1206237547)

Perilaku Masyarakat dalam Memelihara Oral Hygiene
Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi dan
gusi (Clark, 2005). Menurut Taylor et al (2000), Oral hygiene ditujukan untuk; 1) menjaga kontiunitas
bibir, lidah dan mukosa membran mulut; 2) mencegah terjadinya infeksi rongga mulut; dan 3)
melembabkan mukosa membran mulut dan bibir. Sedangkan menurut Clark (2005), oral hygiene
bertujuan untuk : 1) mencegah penyakit gigi dan mulut; 2) mencegah penyakit yang penularannya
melalui mulut; 3) mempertinggi daya tahan tubuh; dan 4) memperbaiki fungsi mulut untuk
meningkatkan nafsu makan. Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan oral hygiene
(Perry dan Potter, 2005) yaitu : 1) citra tubuh; 2) praktik sosial; 3) status sosialekonomi; 4)
pengetahuan; 5) kebudayaan; 6) pilihan pribadi; 7) kondisi fisik.
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 14

Di Indonesia, penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang paling sering dikeluhkan
oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut termasuk dalam pemeliharaan oral hygiene.Berdasarkan data
susenas, sebagian besar penduduk Indonesia sudah menyikat gigi namun tidak dengan cara yang
benar (8%), sedangkan persentase penduduk Indonesia yang tidak menyikat gigi sebesar 22,8%.
Hanya 3,2% penduduk Indonesia yang secar rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya kepada
dokter gigi. Di Banten, sebagian besar penduduk Banten berumur 10 tahun ke atas mempunyai
kebiasaan menggosok gigi setiap hari (94,8%) menurut hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa Dari
mereka yang menggosok gigi setiap hari, sebagian besar dilakukan pada saat mandi pagi dan atau
sore (95,7%). Persentase yang melakukannya pada saat setelah makan pagi juga tinggi (95,7%),
namun yang menggosok gigi sebelum tidur malam hari hanya sedikit (26,6%).
Berdasarkan Riskesdas 2007, meskipun sebagian besar penduduk Banten sudah menggosok
gigi setiap hari, namun ternyata persentase penduduk yang berperilaku benar menggosok gigi hanya
4,8%. Berperilaku benar dalam menggosok gigi adalah bila seseorang mempunyai kebiasaan
menggosok gigi setiap hari dengan cara dan pada waktu yang benar, yaitu dilakukan pada saat
sesudah makan pagi dan sebelum tidur malam.Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 juga
menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia (61,5%) menyikat gigi kurang sesuai dengan
anjuran program menyikat gigi yaitu setelah makan dan sebelum tidur, bahkan 16,6% tidak menyikat
gigi. Laporan riset kesehatan dasar tahun 2007-2008 propinsi Sulawesi Tengah, proporsi penduduk di
Sulawesi Tengah yang menggosok gigi setiap hari lebih banyak (89,7%) dari pada yang tidak (10,3%)
namun lebih banyak menggosok gigi dengan cara yang salah juga (91,7%).
Menurut SKRT tahun 1995 anak usia 5-14 tahun, jumlah anak yang sama sekali tidak
menyikat gigi sebanyak 23,4% dan jumlah anak yang menyikat gigi pada waktu yang tepat sebanyak
5,6%. Dari data diatas dapat diketahui bahwa pada anak usia sekolah ternyata pengetahuan mengenai
waktu penyikatan yang benar masih rendah, sehingga Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) masih
perlu ditingkatkan lagi.
Gambaran ini disebabkan oleh dua faktor utama yaitu faktor pendidikan dan faktor sosial
ekonomi.Selain itu faktor-faktor khusus yang mempengaruhi seseorang melakukan oral hygiene(Perry
dan Potter, 2005) yaitu : 1) citra tubuh; 2) praktik sosial; 3) statussosialekonomi; 4) pengetahuan; 5)
kebudayaan; 6) pilihan pribadi; 7) kondisifisik.

Perilaku Masyarakat dalam Pemanfaatan Jasa Kedokteran Gigi
Hasil Susenas (1998), menunjukkan bahwa dari 1,3% dari penduduk yang mengeluh sakit
gigi (potential demand) hanya 13 % berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan (effective demand for
dental care). Di antara yang mengeluh, 35,5 % berobat ke Puskesmas, 25,2 % ke dokter gigi dan 17,8
% ke tenaga kesehatan, selebihnya berobat ke fasilitas kesehatan lainnya (Depkes RI, 2000). Data
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004), menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 15

diderita oleh 90% masyarakat Indonesia dengan kategori progresif artinya bila tidak dirawat/diobati
akan makin parah dan bersifat irreversible
Azwar (1996), menyatakan peningkperseorangan, keluarga, kelompok dan atau masyarakat
terhadap kesehatan, pelayanan kedokteratan derajat kesehatan hanya dapat dicapai apabila kebutuhan
(needs) dan permintaan (demands) an dapat terpenuhi. Kebutuhan dan permintaan ini terdapat pada
pihak pemakai jasa pelayanan kesehatan.Perubahan perilaku masyarakat dapat secara eksternal dan
internal. Perubahan ini melalui suatu the Ladder of Learning Process, yang terdiri dari :(1)
Awareness, (2) Interest, (3) Evaluation, (4) Trial, (5) Adoption

Perilaku masyarakat yang masih kurang peduli terhadap kesehatan gigi dan mulut ini dapat
diubah dengan berbagai cara. Perubahan perilaku masyarakat ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu
sususnan syaraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan proses belajar. Menurut WHO, perubahan
perilaku masyarakat dibagi menjadi:
1. Natural change/perubahan alamiah. Bentuk perubahan yang dilakukan tanpa ada perencanaan. Jika
terjadi perubahan dalam lingkungan fisik, social, budaya dan ekonomi , maka anggota masyarakat
di dalamnya juga mengalami perubahan
2. Perubahan Rencana / Planned Change. Bentuk perubahan yang dilakukan direncanakan oleh
subjek
3. Kesediaan untuk Berubah / Readiness to Change. Setiap orang memiliki kesediaan yang berbeda-
beda dalam menghadapi suatu inovasi berbeda, Ada masyarakat yang langsung menerima
perubahan tersebut, namun ada juga yang lamban dalam menerimanya.

Faktor yang memperngaruhi perubahan perilaku masyarakat, menurut Loawrence Green:
1.Faktor Predisposisi.
Terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan keyakinan, nilai-nilai dan motivasi.
2.Faktor Enabling / pendukung
Terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-
sarana kesehatan.Misalnya : rumah sakit, obat-obatan
3.Faktor Reenforcing / pendorong. T
Terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan
kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Strategi dalam melakukan perubahan perilaku masyarakat yakni:
1. Kekuasaan atau melalui suatu dorongan
2. Memberikan informasi-informasi
3. Melakukan diskusi dimana melibatkan partisipasi yang aktif
4. Menggunakan model
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 16

5. Conditioning / kebiasaan
Beberapa teori perubahan perilaku masyarakat
1. Teori Stimulus, Organisme, Respons.Teori menurut Hosland
Stimulus pengertian, perhatian, penerimaan perubahan sikap perubahan perilaku
2. Teori Perubahan Sikap
Dipengaruhi orang lain karena:
- Penyesuaian
- Identifikasi
- Internalisasi (selaras dengan sebelumnya)
3. Teori Kurt Lewin
Ketidakseimbangan, ada 3 probabilitas:
- Kekuatan pendorong meningkat
- Kekuatan penahan menurun
- Both/keduanya
Proses: Perilaku baru satisfaction adoption trial desire (solve problems) interest
aware perilaku lama/ kebiasaan.

Bahasan 6. (Edukasi Kesehatan)
Triana Hardianti (1206237984)
The Ladder of Learning Process
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 17



1. Awareness
Individu menyadari pesan yang disampaikan
Tahap awal penerimaan pesan
2. Interest
Ketertarikan akan pesan yang disampaikan
Mencari informasi tambahan
3. Evaluation
Memiliki keterangan lengkap
Melakukan penilaian terhadap pesan yang diterima
4. Trial
Menimbang untung rugi
5. Adoption
Penerapan dalam kehidupan sehari-hari
Knowledge, attitude, practice
Alat Bantu Edukasi Kesehatan
a. Definisi: alat yang digunakan pendidik dalam menyamnpaikan bahan pemebelajaran
b. Manfaat:
1. Menumbuhkan minat belajar kelompok sasaran
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 18

2. Membantu kelompok sasaran untuk mengerti lebih baik, mengingat lebih baik,
meneruskan apa yang telah diperoleh kepada orang lain, menambah/mebina sikap baru,
belajar lebih banyak dan cepat
3. Merangsang kelompok sasaran untuk melaksanakan apa yang telah dipelajari
4. Membantu mengatasi hambatan bahasa
5. Mencapai lebih banyak sasaran
c. Ciri-ciri:
1. Produksinya mudah, murah, menggunakan bahan lokal
2. Mencerminkan kehidupan, kepercayaan, dan kebiasaan setempat
3. Masyarakat melihatnya sebagai penggambaran keadaan lingkungannya sendiri dan
sebagai miliki mereka, tumbuh dari mereka, dimanfaatkan oleh mereka
4. Ditulis/digambar secara sederhana sehingga mudah dimengerti masyarakat setempat
5. Memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat
d. Jenis
1. Secara garis besar:
1) Visual Aids
- Alat yang diproyeksikan: slide, film strip, film
- Alat yang tidak diproyeksikan: 2D (gambar, peta, bagan) dan 3D (bola dunia,
boneka)
2) Audio Aids: Radio, kaset, CD
3) Audio Visual Aids: TV, DVD, VCD
2. Menurut Population Education (1981):
1) Motivational materials: menumbuhkan kesadaran dan rasa tertarik pada tambahan
ilmu pengetahuan yang diberikan (gagasan, program, kegiatan)
- Bahan ceteak: poster, kalender, flash card, flip chart, komik
- Audiovisual: slide, film, TV
- Media khusus: teater, permainan boneka
2) Instuctional materials: penghubung konsep, gagasan, atau konten tertentu pada
target peserta khusus (kalangan profesi, masyarakat umum). Contoh: handbooks,
manuals, booklet, buku pegangan guru
3) Follow-up materials: membantu mempertahankan perubahan sikap dan kebiasaan
yang mendukung tujuan program
- Mempertahankan perubahan sikap/perilaku
- Mengembangkan perubahan selanjutnya dari pengetahuan, sikap/perilaku,
kebiasaan, keterampilan
- Memberikan dukungan untuk memperkuat kelanjutan pemanfaatan suatu
gagasan/praktek tertentu
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 19

- Menyimpulkan fakta/gagasan berarti yang telah diajarkan sebelumnya melalui
alat peraga lain
- Memperbaiki kekurangan dari alat peraga yang ada
3. Menurut Edgar Dale


e. Penempatan alat peraga:
1. Rumah: flash card, model, leaflets, buku cerita bergambar
2. Instalasi: papan tulis, flannel graph, poster, chart, diorama
3. Masyarakat: leaflet, flannel graph, poster,brosur
f. Sasaran:
1. Individu/kelompok
2. Kategori sasaran (umur, pendidikan, pekerjaan)
3. Bahasa yang mereka gunakan, adat istiadaat, kebiasaan
4. Minat dan perhatian
5. Pengalaman dan pengetahuan
6. Pengalaman
g. Tujuan:
1. Alat bantu dalam pelatihan/penataran/pendidikan
2. Menimbulkan perhatian pada suatu masalah
3. Mengingatkan suatu pesan/informasi
4. Menjelaskan fakta/prosedur/tindakan
h. Perencanaan:
1. Dapatkan semua informasi tentang sasaran pendidikan
2. Identifikasi sasaran khusus dan alat bantu peraga yang akan dikembangkan
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 20

3. Rumusan tujuan-tujuan yang akan dicapai
4. Sesuaikan alat bantu peraga dengan tujuan yang telah ditetapkan
5. Tuliskan naskah pertama berdasarkan materi tersebut
6. Lakukan tinjauan ulang atas naskah
7. Perbaikan materi yang akan dikembangkan untuk menjadi alat peraga
8. Lakukan uji coba terhadap alat peraga yang telah dibuat
9. Analisan dan diskusikan hasil uji coba yang telah dilakukan
10. Perbaiki alat peraga jika diperlukan
11. Perbanyak produksi alat peraga jika diperlukan
i. Pemilihan:
Pertimbangan
1. Siapa yang akan menggunakan alat peraga
2. Persiapan penggunaan
Alat peraga untuk balita harus berupa gambar berurutan dengan keterangan
Faktor yang diperhatikan
1. Situasi
2. Materi pelatihan dan pengaruh yang diinginkan
3. Biaya
j. Penggunaan: senyum, tunjukan perhatian, pandangan mata, nada suara, peran serta
pendengar, humor

3. Ringkasan
Komunikasi kesehatan diperlukan dalam upaya meningkatkan perilaku masyarakat atas
kesadaran dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut yang masih rendah. Upaya merubah
perilaku masyarakat tersebut dilakukan dengan edukasi kesehatan yang memiliki proses yang
disebut dengan The Ladder of Learning Process. Dengan melakukan proses komunikasi secara
efektif, dan sesuai prinsip-prinsipnya tujuan tersebut akan tercapai dengan tepat.

Referensi:
1. Al-Assaf. 2009. Mutu pelayanan kesehatan: perspektif internasional. Jakarta: EGC
2. Herjulianti Eliza, Susasti Tati dan Artinda Sri. 2002. Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta
: EGC
3. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-mugirakhar-6160-3-babii.pdf diakses
pada tanggal 2 Oktober 2012 pukul 01:42
Pengantar Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Gigi (Gasal 2011/2012) Page 21

4. http://digilib.litbang.depkes.go.id/files/disk1/8/jkpkbppk-gdl-res-1999-chmkristanti-398-gigi-
gigi.pdf diakses pada tanggal 2 Oktober 2012 pukul 01:42
5. http://litbang.tangerangkota.go.id/index.php/detail_artikel/kesehatan_gigi_mulut diakses pada
tanggal 2 Oktober 2012 pukul 01:43
6. Maulana, Heri D J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta, hal 138
8. Pengantar Ilmu Komunikasi. 8 April 2006.
http://aurajogja.files.wordpress.com/2006/09/pengantar-ilmu-komunikasi-a5.PDF
9. Pengertian Komunikasi. http://www.anneahira.com/pengertian-komunikasi.htm
10. Prinsip-prinsip Komunikasi. Totok Maryono. 10 September 2011.
http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-
Indonesia/PrinsipPrinsipKomu_TOTOKMARYONO_12901.pdf
11. Prinsip-prinsip Komunikasi.22 November 2010. http://www.gudangmateri.com/2010/11/prinsip-
prinsip-komunikasi.html
12. Robert J. Bensley & Jodi Brookins-Fisher. 2008. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC
13. Sukoco, Badri. 2007. Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta: Erlangga.
14. USU Institutional Repository
15. USU Institutional Repository oleh Y Absah. 2011.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21935/.../Chapter%20II.pdf
16. USU Institutional Repository oleh LS Lubis, 2011
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29310/.../Chapter%20II.pdf
17. www.depkes.go.id
18. www.garutkab.go.id diakses pada tanggal 1 Oktober 2012 pukul 01:00

Pertanyaan untuk Narasumber:

Jawaban dari Narasumber:

Paraf Narasumber dan Tanggal Konsultasi:

Anda mungkin juga menyukai