Anda di halaman 1dari 13

Tutorial : Home-made Softstarter/Inverator

PART I : Theory


Suatu hari Anda sedang asyik menonton pertandingan bola (dan sedang ada adu pinalti
pula), lalu adik Anda menyalakan komputer di kamarnya. Tiba-tiba CTREKKK!!! mcb
ngetrip. Ngeselin gak sih?

Atau Anda tinggal di rumah kost yg mcb-nya cuma satu, lalu saat Anda menyalakan
notebook Anda di kamar, tiba2 mcb nge-trip. "SETTTAAANNNN" teriak teman-teman Anda
di kamar sebelah yg belum sempat nge-save ketikan skripsinya. Bisa terbayang kan rasa
malu/bersalahnya?


Kenapa sih MCB bisa nge-trip padahal saya kan cuma nyalain notebook atau PC yang
dayanya kecil? Apakah ini disebabkan oleh grounding yg buruk?

Peralatan elektronika modern seperti notebook dan PC biasanya menggunakan power supply
yang dilengkapi dengan Capacitor untuk men-stabilkan tegangan output. Makin besar nilai
capacitornya, makin stabil output tegangannya, sehingga komputer tidak gampang
restart/hang saat sedang menjalankan aplikasi berat.

Saat pertama kali dinyalakan, capacitor berusaha untuk mengisi dirinya secepat mungkin
(dalam hitungan hanya beberapa milidetik!), dan resistansi rangkaian turun drastis sampai
mendekati nol sehingga seolah-olah terjadi konslet/hubung-singkat. Menurut rumus fisika
yang kita pelajari di SMP/SMA/SMK, besarnya arus yg mengalir adalah sama dengan
tegangan jaringan listrik dibagi dengan resistansi rangkaian. Saat capacitor sedang mengisi
muatan, resistansi yg tersisa hanyalah dari kabel jaringan. Seandainya kabel tersebut
memiliki resistansi 1 ohm, maka arus yg mengalir bisa mencapai [220volt dibagi 1 ohm] =
220 Ampere! Lebih dari cukup untuk men-trigger mcb yg ada di rumah. Arus yg sangat besar
ini disebut Inrush Current (atau Power Surge).

Selain kapasitor, komponen lain yg ikut-ikutan menjadi biang kerok adalah Transformer
(trafo). Saat pertama kali dinyalakan, trafo akan menarik arus yg besar sampai flux magnet yg
ada di dalamnya stabil. Itu sebabnya kadang-kadang kita melihat kalau cahaya lampu agak
meredup sesaat ketika kita menyalakan TV/monitor CRT atau Power Amplifier berdaya
besar.

Berikut ini daftar peralatan listrik yg sering menimbulkan Inrush Current :
Incandescent lamps using a tungsten filament (AC or DC powered, any voltage)
Fluorescent and other gas discharge lamps (including compact fluorescent types)
Power transformers, especially toroidal types of 500VA or more
Power supplies that obtain a low voltage AC from a transformer
Electronic power supplies, as commonly used for personal computers, wall supplies,
etc.
Electronic power supplies with active power factor correction (PFC)
Electric motors of all types, with the greatest problems caused when starting under
load from rest
CRT computer monitors and TV receivers. Inrush is deliberately created to operate
the degaussing coil(s)

Apakah Inrush Current itu bisa merusak peralatan elektronik?

Bisa saja.

Contoh gampangnya adalah lampu/bohlam. Biasanya mereka lebih sering putus/mati/rusak
saat kita baru saja menekan saklar untuk menyalakan lampu. Jarang kejadian ada lampu tiba-
tiba putus saat sudah menyala beberapa menit (kecuali gara-gara ada lonjakan tegangan
karena petir atau sebab lain). Saat baru dinyalakan, lampu memiliki resistansi yang rendah
sehingga arus yang mengalir sangat besar - ini yang menyebabkan filamen sering putus.
Setelah filamennya memanas dan resistansinya meningkat, barulah arusnya turun mendekati
nilai nominal daya lampu tersebut.

Untuk peralatan lain, yang paling sering rusak pertama kali adalah Fuse/sekring, terutama
yang ada di stabilizer/UPS yang terhubung dengan peralatan tersebut. Yang kedua adalah
Bridge Rectifier (dioda penyearah) yang harus meng-handle arus yg melebihi batas
toleransinya (terutama di power-Amp yang memiliki kapasitor waduk ukuran raksasa). Yang
ketiga adalah kapasitornya sendiri, bila terlalu sering menarik arus yang melebihi batas ripple
yang diperbolehkan oleh pabrik, maka lama-lama akan hamil (ehm... maksudnya rusak).
Kumparan dalam pompa air atau motor listrik bisa terbakar bila arusnya terlalu besar.
Walaupun jarang terjadi, trafo pun bisa mengalami kerusakan akibat inrush current (biasanya
akan mulai berdengung bila chassis dan kumparannya tidak kuat menahan magnetic stress).


Bagaimana cara menahan Inrush Current ini? Saya dengar kita bisa memakai
peralatan yang disebut Softstarter/Inverator untuk keperluan ini, apa benar?

Benar sekali.

Ada beberapa cara untuk mengimplementasikan soft-starting :
1. Menggunakan Triac untuk mengontrol duty-cycle (mirip dengan cara kerja dimmer)
2. Menggunakan beban yang dipasang secara seri dengan peralatan elektronik tersebut.
3. Menggunakan komponen pembatas arus seperti resistor/thermistor

Cara 1 dan 2 biasanya dipakai untuk elekto-motor. Untuk komputer, kita biasanya memakai
cara yang ketiga. Cara pertama tidak bisa dipakai di komputer karena TRIAC akan merusak
bentuk gelombang sinus dari tegangan listrik yang masuk ke komputer, sehingga
menimbulkan noise. Cara kedua juga tidak bisa dipakai karena banyak PSU yang menolak
untuk bekerja bila tegangannya tidak mencukupi.

Di pasaran, kita bisa menemukan inverator/sofstarter abal-abal yang hanya berisi sepasang
resistor 22 ohm 10 watt dalam formasi parallel. Secara teori, inverator model ini cukup layak
digunakan untuk peralatan elektronik yang pemakaian dayanya 300 watt kebawah (misalnya
TV, pompa air dan laptop). Disipasi daya pada resistornya hanya berkisar 10-20 watt, masih
dalam batas toleransi.

Contoh gambar inverator/softstarter abal-abal (thanks to Bro hadihidayat for the picture) :


Masalah muncul bila kita mencoba menggunakan sofstarter abal-abal ini pada komputer kelas
enthusiast yang konsumsi dayanya sangat tinggi, katakanlah di atas 600 watt. Resistor akan
mendisipasikan daya terlalu besar (100 watt atau lebih), sehingga dalam beberapa detik akan
tercium bau hangus yang biasanya diikuti dengan terputusnya arus listrik ke PSU.


Kalau begitu rig saya yang memakai PSU 750 watt gak bisa pake inverator abal-abal
dong. Apakah ada rangkaian softstarter yang bisa dipakai untuk rig saya?

Ada.

Di internet tersedia beragam rangkaian softstarter, mulai dari yang sederhana (dengan hanya
menggunakan 1 thermistor dan tak ada komponen tambahan) sampai yang agak rumit
(dengan trafo dan relai). Bagaimana cara membuatnya akan kita bahas dalam post berikutnya.
PART 2 : DESIGN


WARNING:

Artikel ini membahas tentang rangkaian yang terhubung langsung dengan jaringan
listrik, dan kontak fisik dengan rangkaian dapat berakibat kematian atau cedera serius.
Kesalahan desain dan kecerobohan dalam proses perakitan juga dapat menyebabkan
kebakaran atau kerusakan pada peralatan elektronik. Dengan membaca artikel ini, berarti
Anda bersedia menanggung sendiri segala resiko yg mungkin timbul dari penggunaan
artikel ini, dan melepaskan Thread Starter dan Forum CHI P dari segala tuntutan hukum.


1. Assumption, Requirement & Limitation

Softstarter yang kita buat dalam proyek ini dirancang untuk bekerja pada tegangan jala-jala
220 volt 50 Hz, untuk jaringan listrik residensial/bisnis yang menggunakan Mini Circuit
Breaker tipe C. Softstarter ini dirancang untuk digunakan pada peralatan elektronik yang
menggunakan PSU (misalnya komputer, televisi, amplifier, stereo-set, dll), dan tidak
dirancang untuk beban induktif (misalnya AC, pompa listrik, mesin bor, dll).

Softstarter dirancang untuk menahan arus listrik selama 1 - 3 detik, dengan arus puncak
sebesar 500% dari arus nominal yang tertera di MCB. Setelah itu, resistor pembatas arus akan
di-bypass oleh relai sehingga tidak akan terjadi pemborosan daya berlebih pada resistor.
Softstarter hanya boleh digunakan sesuai dengan ratingnya, misal :
- Softstarter 2200VA tidak boleh digunakan pada jaringan yg menggunakan mcb 450VA.
- Softstarter 450VA tidak boleh digunakan untuk PSU 700 watt.

1 sofstarter hanya boleh dipakai untuk 1 peralatan listrik (atau 1 group peralatan listrik yg
dinyalakan berbarengan). Penggunaan softstarter untuk satu group peralatan listrik yang tidak
dinyalakan berbarengan (selisih waktu lebih dari 1 detik) akan mengakibatkan kegagalan
kerja softstarter (MCB akan nge-trip). Pada saat Anda menyalakan/mematikan komputer,
sebaiknya pencet saklar di softstarter saja, jangan pencet saklar yang ada di stabilizer ataupun
casing CPU.


2. Schematic

Di internet tersedia beragam rangkaian softstarter, masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan :

1. Simple softstarter with Power Resistor
- Pro : Simple, murah
- Con : Cuma bisa dipakai untuk daya kecil (tergantung rating daya resistornya)

2. Simple softstarter with Thermistor/NTC resistor
- Pro : Kompak, kecil, ringan
- Con : Panas sekali (bisa sampai 125 derajat celcius!), perlu waktu lama untuk cool-down,
Fail bila terjadi pemadaman listrik yg singkat (kurang dari 30 menit).

3. Softstarter with Triac
- Pro : kompak, kecil, ringan
- Con : not-so-perfect sinus wave (may cause damage on sensitive devices), sophisticated
circuit (maybe a little tricky for a novice hobbyist), no insulation from the grid/mains voltage,
Triac may become hot (need heatsink)

4. Softstarter with Relay (without trafo)
- Pro : light-weight, can handle massive current (up to 10A or more, depending on the relay
rating), relatively cheap compared with the one using trafo
- Con : no insulation from mains voltage, mains capacitor might break down due to excessive
heat, not so easy for expansion (adding more relays or accessories).

5. Softstarter with Relay (with trafo)
- Pro : Can handle massive current (up to 10A or more), Insulation from the mains voltage,
expandability, relatively easy for novice hobbyist.
- Con : Heavy (due to trafo weight), not so cheap (due to additional trafo price)


Di sini kita akan menggunakan rangkaian softstarter standard yg menggunakan resistor daya,
relai dan trafo sebagai sumber arusnya.



CARA KERJA RANGKAIAN :



Softstarter ini dibangun dari beberapa modul dasar, yaitu :

1. Power supply

Terdiri dari sebuah Trafo stepdown 220 to 12 volt (yg kita ambil tap 9voltnya), dioda
penyearah, dan kapasitor filter. Bila tidak punya trafo 300mA, boleh diganti dengan rating
arus yang lebih tinggi (misalnya 500 mA). Trafo digunakan untuk menurunkan tegangan jala-
jala (PLN) dari 220volt AC ke 9volt AC. Tegangan 9volt AC ini kemudian diubah jadi
tegangan DC oleh dioda penyearah. Bila menggunakan trafo non-CT (gambar nomor 1),
penyearahan full-wave dilakukan oleh 4 buah dioda yg dikonfigurasikan dalam bentuk bridge
(atau bisa juga beli bridge yg sudah jadi). Sedangkan bila menggunakan trafo CT/Center-Tap
(gambar nomor 2), kita cukup pasang 2 dioda saja untuk penyearahan full wave ini. Dengan
penyearahan full-wave, tegangan 9volt dari trafo akan dinaikkan menjadi 1,4 kalinya hingga
mendekati 12,7 volt. Tegangan ini kemudian diratakan oleh Elco1 yang berkapasitas 470
mikroFarad. Untuk Elco ini boleh saja menggunakan rating 25 volt, tapi saya menyarankan
untuk menggunakan Elco dengan rating 50 volt agar tidak cepat kepanasan akibat arus ripple
yg cukup besar. Output dari bagian power supply ini (lingkaran warna merah dan warna
hitam) dihubungkan ke bagian selanjutnya, yaitu timer. Kapasitas Elconya sendiri boleh
diganti dengan yang sedikit lebih besar (misalnya 680uF), tapi JANGAN diganti dengan yang
kapasitasnya terlalu besar (misalnya 4700 uF atau 10000 uF) karena ini akan menyebabkan
relai tidak bisa off dengan cepat saat terjadi pemutusan arus listrik dari jaringan (misalnya
ada pemadaman singkat yang cuma berlangsung 2 detik). Bila Relai masih dalam kondisi on
saat listrik padam sesaat, softstarter akan gagal menahan inrush current pada saat listriknya
hidup kembali karena seluruh arus listrik tidak lagi melewati resistor pembatas arus (R4).

2. Timer

Terdiri dari sebuah Resistor 100K 0.5 watt, Trimpot 1M, dan Elco 220 mikroFarad. Saat
softstarter dihidupkan, trafo akan mengisi muatan Elco1 terlebih dahulu (Elco2 yang
terhalang oleh resistor R1 dan R2 tidak mendapatkan cukup arus untuk mengisi muatan
dengan normal). Setelah Elco1 penuh, barulah Elco2 mengisi muatan melalui R1 dan R2
sampai mencapai tegangan yang cukup untuk men-trigger SCR. Dengan nilai komponen yg
diberikan, waktu tunda bisa diatur dalam kisaran 1-3 detik. Waktu tunda tidak begitu akurat
karena umumnya kapasitor elektrolit memiliki nilai toleransi yg terlalu besar (sekitar 20%)
dari kapasitasnya, jadi dalam prakteknya kita masih harus men-tuning trimpotnya untuk
mendapatkan waktu tunda yang diinginkan. Waktu tunda bisa diperbesar dengan menambah
kapasitas Elco; misalnya dari 220 uF menjadi 470 uF maka waktu tunda akan menjadi dua
kali lipatnya. Bila resistor 100K atau Trimpot 1M tidak ditemukan di toko, boleh diganti
dengan resistor/trimpot lain yang nilainya cukup mendekati (misalnya resistor 120K dan
trimpot 750K). Untuk elco2 di bagian timer ini tidak perlu rating tegangan yang tinggi, cukup
pakai Elco 16 volt saja. Silakan bereksperimen untuk mendapatkan waktu tunda yang ideal.


3. Driver

Terdiri dari sebuah resistor pelindung gate dan sebuah SCR/Thyristor untuk menggerakkan
relai. SCR di sini berfungsi sebagai switch/saklar, yg sekali dinyalakan akan terus menyala
sampai listriknya diputus total. Sebenarnya bisa saja kita mengganti SCR dengan
transistor/mosfet, namun jadi tidak efisien karena base dari transistor harus selalu diberi arus
listrik untuk membuatnya saturated (SCR cukup di-trigger sekali dan setelah itu SCR akan
tetap ON walaupun arusnya diputus dari gate). Selain itu SCR juga bisa dianggap memiliki
resistansi mendekati nol sehingga tidak perlu memasang heatsink/pendingin untuk arus yg
kecil (typical relai hanya makan arus sekitar 60 mA). Bila SCR tipe TIC106D atau C106
tidak ditemukan, kita bisa menggantinya dengan SCR tipe apa saja (karena SCR sifatnya
lebih universal, berbeda dengan transistor yg mesti ditentukan tipenya NPN atau PNP).
Contoh alternatif SCR misalnya BRX 48, BRX 49, BT 151. Untuk resistor pelindung gate
boleh diganti dengan yang nilainya agak mirip, misalnya 4k7 atau 6k8. Nilai resistor ini juga
sebaiknya disesuaikan dengan arus minimum untuk men-trigger SCR (bisa dilihat di
datasheet masing-masing SCR). Satu hal yang perlu diperhatikan mengenai SCR adalah
komponen ini sangat sensitif terhadap listrik statis, jadi saat Anda membeli SCR ini
sebaiknya langsung masukkan ke dalam kantong plastik anti static (seperti yg dipakai untuk
membungkus motherboard dan harddisk). Saat Anda hendak memegangnya, buang dahulu
listrik statis di tubuh Anda dengan cara menyentuhkan kulit kaki Anda ke lantai (jangan ke
permadani/karpet!), atau dengan memegang metal part yang terhubung dengan ground di
rumah Anda. SCR memiliki 3 kaki, yaitu gate, Anoda dan Katoda. Kaki anoda dihubungkan
ke relai, sedangkan katodanya disambungkan ke ground (lihat lingkaran kecil berwarna hijau
dan hitam).

4. Relay

Terdiri dari relai DC dengan coil 12 volt dan dioda pelindung yang dipasang parallel (tapi
berlawanan arah) dengan coil tersebut untuk melindungi komponen lain dari induksi
tegangan yg muncul saat catu tegangan dilepaskan dari coil. Kumparan relai dihubungkan ke
catu tegangan positif 12 volt (lingkaran merah) dan Anoda dari SCR. Saat diaktifkan, relai
akan menghubung-singkatkan (bypass) antara catu jaringan dengan peralatan listrik yg
dilindungi oleh softstarter ini. Tak ada istilah "switching lag" dalam rangkaian ini, karena
peralatan selalu terhubung ke jaringan listrik melalui limiter resistor (R4).

5. Limiter
Terdiri dari beberapa resistor daya tinggi (minimal 20 watt) yang dipasang secara parallel.
Nilai total dari R4 harus disesuaikan sedemikian rupa agar arus puncak yang melewati
resistor ini sesuai dengan tipe dan rating MCB yang Anda pakai di rumah. Bila Anda tidak
bisa menemukan resistor dengan nilai tertentu, coba cari resistor dengan nilai yang sedikit
lebih besar, kemudian pasang secara parallel agar mendapatkan nilai total yang sesuai.
Misalnya : Untuk rumah dengan daya 450 VA yang memakai MCB tipe C (maximum peak
current 500%) dengan rating 2A, maka arus puncaknya adalah : 5 x 2A = 10 Ampere. Nilai
total resistor R4 = 220volt dibagi 10 Ampere = 22 ohm. Anda bisa memasang 1 buah resistor
22 ohm dengan rating 50 watt (kalau bisa menemukannya), atau bisa juga memasang 2 buah
resistor 44 ohm dengan rating 20 watt yg dipasang secara parallel. Bila resistor 44 ohm juga
tidak ditemukan, bisa pakai resistor yang nilainya mendekati, misalnya 40 ohm atau 47 ohm.
Bisa juga dengan memasang parallel 3 resistor bernilai 67 ohm.



PART 3 : ASSEMBLING & TESTING


A. LIST OF COMPONENT

Kali ini kita akan membuat softstarter untuk daya 900 VA (soalnya daya terpasang di rumah
saya adalah 900 VA dengan MCB tipe C rating 4A). Untuk rating daya yg lainnya akan
menyusul kemudian. Berikut ini daftar komponen yg diperlukan :
1 unit Trafo step-down 220 to 12volt (boleh pilih yg CT atau yg non-CT) --> harga
kisaran antara Rp 15 rb sampai Rp 45 rb tergantung merk dan rating arusnya (300mA,
500mA, dst)

----- Trafo biasa (atas) VS trafo CT (bawah) -----

1 unit dioda Bridge (untuk trafo non CT), atau dua unit power dioda (misal 1N4004,
1N5404) --> harga kisaran untuk dioda bridge antara Rp2000 sampai Rp7000
tergantung kualitas produk dan rating arusnya (1 Ampere, 2 Ampere, dst).
1 unit Elco 470 mikroFarad 50 volt (bila tidak ada yg 50v boleh ambil yg 35v) -->
harga kisaran antara Rp1000 sampai Rp2500
1 unit Elco 220 mikroFarad 16 volt (bisa diganti dengan 270 uF sampai 470 uF) -->
harga maksimal Rp 1000
1 unit Resistor 100 Kilo ohm 0.5 watt ---> Harga maksimal Rp 500 (seharusnya sih
Rp 100 sebiji, tergantung lokasi toko dan kedekatan Anda dengan pemilik toko).
1 unit Trimpot 1 Mega ohm (bisa diganti dengan 750 Kilo ohm) --> Harga bervariasi
antara Rp 1500 sampai Rp 7000 tergantung kualitas produknya.
1 unit Resistor 5600 ohm (5k6) 0.5 watt --> harga maksimal Rp 500
1 unit Dioda 1N4148 atau 1N4150 --> harga maksimal Rp 500
1 unit SCR/Thyristor tipe TIC106D atau C106 --> harga maksimal Rp 5000 (tipe lain
bisa lebih murah atau lebih mahal tergantung rating arusnya)
1 unit Relai coil DC 12 volt --> harga Rp 5rb - Rp 165rb tergantung merk dan rating
arusnya. Untuk percobaan kali ini saya ambil yang kelas bawah yaitu relai 5 pin 10
Ampere made-in China (merk abal2) seharga Rp 7000 (tapi melihat konstruksinya yg
"ala kadarnya" saya jadi meragukan rating arus yang tertera di relai ini). Kalau mau
yang benar2 berkualitas, bisa pilih merk Omron versi 5 Ampere seharga Rp25rb made
in malaysia atau relay omron 10 Ampere made in japan (tapi harganya relatif mahal).
contoh relay standar

relay OMRON
2 unit Resistor 22 ohm 20 watt ---> harga satuannya sekitar Rp 3000 (bisa lebih
murah atau lebih mahal tergantung toko tempat Anda membeli). Kebetulan stok
resistor ini di toko langganan saya sudah habis, jadi saya ganti dengan 4 unit resistor
40 ohm yang dipasang secara parallel. Bisa juga Anda ganti dengan 3 unit resistor 33
ohm 20 watt.

Total harga komponen dasar sekitar Rp 35rb (standard quality) atau Rp 70rb (high quality).

Sebagai tambahan, kita juga perlu komponen2 berikut :
Switch/saklar rocker dengan built-in indicator lamp --> harga Rp2500 - Rp 7000
tergantung kualitas produknya
Veroboard (PCB berlubang) --> harga Rp3500 sampai Rp 5000
Terminal kabel ukuran sedang --> harga Rp 2500 sampai 4000
Mur-baut dan spacer untuk memasang trafo dan komponen (bisa juga pakai hot glue)
Kabel dan colokan listrik ---> harga bervariasi tergantung ukuran dan panjang kabel
Fuse Plug (soket sekring) model ulir --> harga Rp 2500 - Rp 7000 tergantung kualitas
produk
Fuse 4 Ampere tipe slow --> harga maksimal Rp 1000
Soket listrik (untuk nyolokin power plug dari PC) ---> harga bervariasi tergantung
modelnya
Kotak Adaptor --> harga termurah mulai dari Rp 6000 (plastik, gampang pecah).
Untuk percobaan kali ini saya cukup memakai box kaleng dari Softstarter abal-abal
(yang dulu saya beli seharga Rp 25rb) --> tak perlu lagi beli saklar dan soket listrik.


Sedangkan untuk pengerjaannya, peralatan berikut ini harus ada :
Solder 30-40 watt
Timah solder secukupnya
Multimeter (untuk mengetes komponen dan rangkaian)
Gunting kuku dan cutter (untuk memotong kaki komponen)
Kabel serabut kecil (seperti yg dipakai untuk kipas casing) secukupnya.

Anda mungkin juga menyukai