QS World University Rankings mengeluarkan daftar universitas-universitas
terbaik dunia untuk tahun 2012. Tahun ini posisi teratas dipegang oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) dari Amerika Serikat yang menggeser University of Cambridge Inggris, ke posisi nomor dua. Tahun lalu, MIT berada pada posisi ke tiga, posisi yang sekarang ditempati oleh University Havard dari Amerika Serikat. Perguruan-perguruan tinggi dari Amerika Serikat dan Inggris mendominasi 20 besar perguruan tinggi terbaik di dunia. Sementara itu, perguruan tinggi di Asia yang paling tinggi adalah University of Hong Kong yang berada di nomor 23. Kemudian di posisi 24, Australian National University dan pada posisi 25 adalah National University of Singapore (NUS). Ada enam indikator yang dipakai untuk menetukan ranking universitas ini yakni 40 persen reputasi akademik yang berdasarkan survei gobal, 10 persen reputasi pengajar, 20 persen kutipan ilmiah per fakultas, 20 persen rasio mahasiswa di fakultas, 5 persen proporsi mahasiswa internasional, dan 5 persen lagi proporsi fakultas internasional. Namun sungguh ironis, dari tahun ke tahun tidak satu pun perguruan-perguruan tinggi di Indonesia menduduki 25 peringkat teratas dunia. Padahal dibandingkan dengan Ingris dan Amerika Serikat, jumlah sumber daya manusia(SDM) di Indonesia jauh lebih banyak sehingga seharusnya Indonesia jauh lebih berpotensi untuk menjadikan perguruan-perguruan tingginya bisa mendapat peringkat atas dunia. Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, seharusnya mahasiswa- mahasiswa Indonesia mampu menciptakan gebrakan-gebrakan setingkat internasional. Baik di bidang akademik maupun non akademik, seperti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Beberapa kelemahan mahasiswa-mahasiswa Indonesia adalah pemalas, kurang tanggap, kurang kesadaran, bahkan egois. Tetapi tidak hanya mahasiswa saja yang demikian, ada juga beberapa mahsiswa yang sudah menciptakan inovasi-invoasi di bidang iptek, namun mungkin pihak kampus kurang memperhatikan dan kurang mengembangkan inovasi-inovasi teknologi yang sebenarnya bisa membantu mengatasi masalah-masalah di Indonesia. Saya pernah melihat di stasiun televisi, mahasiswa dari suatu perguruan tinggi ternama di Indoesisa mampu menciptakan alat penghemat BBM. Namun yang saya heran kenapa hanya muncul di televisi, kenapa alat-alat yang sangat berguna tersebut tidak diproduksi secara masal. Apa karena pihak kampus atau pemerintah Indonesia ini kurang merespon dengan hal-hal seperti itu? Padahal tidak hanya alat penghemat BBM yang sudah diciptakan oleh para mahasiswa. Selain msalah-masalah pada kampus berbasis teknologi, ada juga masalah- masalah dari kampus berbasis pendidikan. Seperti kamus yang sekarang saya tempati. Saya kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang, Jawa Timur. Perguruan tinggi ini berbasis keguruan yaitu mayoritas lulusan dari beberapa jurusan sudah dididik untuk menjadi seorang pengajar. Namun sangat disayangkan, banyak sekali mahasiswa- mahasiswa yang kurang mengerti apa tujuan sebenarnya sekolah di perguruan tinggi. Tidak sedikit mahasiswa yang jauh-jauh ke Malang hanya untuk bersenang-senang karena jauh dari orang tua, menghambur-hamburkan uang untuk berfoya-foya. Hanya segelintir saja mahasiswa yang dapat menyadari akan pentingnya pendidikan. Kurangnya kesadaran diri itulah yang memicu kenapa perguruan-perguruan tinggi di Indonesia belum mampu menyaingi perguruan-perguruan dari negara-negara tetangga, bahkan dari negara Inggris dan Amerika Serikat. Namun tidak hanya mahasiswanya saja, bahkan terkadang pengajar-pengajar juga belum mengerti dan belum sadar apa yang seharusnya mereka lakukan untuk memajukan perguruan-perguruan tinggi yang mereka naungi untuk menjadikannya sebagai perguruan yang diakui dunia. Tidak sedikit para pengajar di perguruan- perguruan tinggi yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Mereka hanya berfikir untuk mendapatkan uang, tidak berfikir lebih luas lagi yang bisa berguna bagi banyak orang disekitarnya. Dengan adanya kepedulian-kepedulian pada diri mahasiswa-mahasiswa, para pengajar di perguruan tinggi, dan pada pemerintah harus selalu dikembangkan. Dengan demikian mungkin lima tahun ke depan perguruan-perguruan tinggi di Indonesia bisa menyaingi atau bahkan bisa menyalip peringkat perguruan-perguruan tinggi negeri tetengga.
KAMPUS INDONESIA, KAMPUS INTERNASIONAL TUGAS BAHASA INDONESIA KEILMUAN
Oleh: BAYU EKA WIYUDHA (110534406854)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO SEPTEMBER 2012