Anda di halaman 1dari 3

BAB III

ANALISA KASUS
Penegakan diagnosis demam tifoid pada kasus ini dilakukan dengan berbagai
pertimbangan. Dalam kasus ini, pasien berusia 11 tahun yang termasuk dalam
golongan tertinggi angka kesakitan demam tifoid yaitu pada golongan usia 3 19
tahun, atau merupakan golongan masyarakat yang terdiri dari anak-anak usia sekolah.
Selain itu, kebersihan perorangan berhubungan dengan kejadian demam tifoid.
ebersihan perorangan adalah suatu kondisi memenuhi syarat-syarat kesehatan
se!ara fisik se!ara perorangan atau indi"idu. Pada golongan usia sekolah, kebersihan
anak sangat sulit untuk dikendalikan. Pada usia tersebut, anak mulai mengenal
lingkungan dan bereksplorasi terhadap lingkungannya, yang menyebabkan anak
dengan mudah terkena infeksi terutama Salmonella Typhii. Salmonella typhi dapat
menyebar melalui tangan penderita, lalat dan serangga lain. #nfeksi dapat terjadi
se!ara langsung maupun tidak se!ara langsung dengan kuman Salmonella thypii.
ontak langsung berarti ada kontak antara orang sehat dan bahan muntahan penderita
demam tifoid. ontak tidak langsung dapat melalui air misalnya air minum yang
tidak dimasak, air es yang dibuat dari air yang terkontaminasi, atau dilayani oleh
orang yang memba$a kuman, baik penderita aktif maupun carrier. %palagi golongan
anak usia sekolah memiliki kebiasaan jajan sembarangan yang menyebabkan mudah
terkena demam tifoid.
&aktor lingkungan juga dapat berpengaruh terhadap timbulnya demam tifoid.
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai se!ara luas di negara
berkembang terutama daerah tropis. 'eberapa hal yang memper!epat terjadinya
penyebaran demam tifoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan
standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. Pada kasus ini, pasien
bertempat tinggal di (ebres Surakarta. Suatu daerah dengan kepadatan penduduk tinggi
yang dapat memper!epat penyebaran penyakit demam tifoid.
Dalam kasus ini didapatkan demam 1) hari sebelum masuk rumah sakit dengan
a$alnya tidak tinggi tetapi makin lama makin tinggi. Demam dirasakan terus
menerus. *al ini sesuai dengan demam tifoid yaitu memiliki sifat demam yang
meningkat perlahan-lahan. +ama demam belum men!apai , minggu sehingga belum
dilakukan s!oring diagnosis -' paru. *al ini menyebabkan -' paru sebagai
diagnosis bandingnya dengan diagnosis utama demam tifoid. Selain itu, untuk
diagnosis banding #S belum bisa ditegakan sebelum ditemukan adanya bakteri yang
bermakna dengan kultur urin.
Selama masa inkubasi demam tifoid mungkin ditemukan gejala prodromal
seperti penyakit infeksi akut pada umumnya, berupa rasa tidak enak badan, nyeri
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan
tidak enak diperut, batuk, dan epistaksis.
.1,,,3/
Sepanjang minggu pertama serangan
sakit, gejala-gejala saluran pen!ernaan akan dominan bermanifestasi sebagai bentuk
perjalanan penyakit. #ni termasuk nyeri perut .abdomen/ yang difus0menyebar, atau
nyeri tekan pada perut. %da pada beberapa kasus, akan mun!ul nyeri tajam serupa
kolik pada kuadran kanan atas perut. Peradangan pada rongga usus akan bisa
menyebabkan konstipasi sepanjang perjalanan penyakit. Pada pasien ini ditemukan
adanya nafsu makan menurun, mual, nyeri tekan pada perut dan konstipasi selama
pera$atan di rumah sakit. Selain itu, dalam pemeriksaan fisik ditemukan adanya lidah
kotor yang sesuai dengan manifestasi klinis demam tifoid. %kan tetapi tidak
ditemukan adanya roseola yaitu bintik-bintik kemerahan pada kulit terutama pada
punggung dan anggota gerak akibat emboli basil dalam kapiler kulit.
1ntuk mendiagnosis pasti adanya demam tifoid, pada kasus ini dilakukan
pemeriksaan serologi #g2 Salmonella typhii pada pemeriksaan ini didapatkan hasil
positif.
Penatalaksanannya diberikan antibiotik kloramfenikol. *al ini, sesuai dengan
penatalaksanaan demam tifoid di #ndonesia yaitu kloramfenikol masih merupakan
obat pilihan utama
.,a,3a/
. 1mumnya perbaikan klinis akan nampak dalam 3, jam dan
suhu akan kembali normal dalam $aktu 3-4 hari, dengan lama pengobatan 3-15 hari.
Selain demam tifoid pada kasus ini juga ditemukan adanya tonsilofaringitis.
*al ini diketahui dari hasil pemeriksaan yang menunjukkan adanya pembesaran tonsil
-
,
-
,
faring hiperemis, tidak ada kripte dan detritus. Pada kasus ini didapatkan issa!
s!ore 3 yang berarti perlu diberikan antibiotik dan dilakukan s$ab tenggorok.
Pada kasus dilakukan pemeriksaan urinalisa yang mengarahkan kepada
adanya infeksi saluran kemih. %kan tetapi hal ini tidak dapat dijadikan diagnosis pasti
karena banyak hal yang dapat menyebabkan urinalisa menunjukan adanya infeksi
saluran kemih terutama dalam pengambilan urin yang salah. Sehingga dalam
planning dilakukan urinalisa ulang dan kultur urin. *al inilah yang menyebabkan
adanya diagnosis tsk infeksi kandung kemih dalam kasus ini.

Anda mungkin juga menyukai