KROMATOGRAFI GAS LAPORAN Praktikum I Modul V, Mata Kuliah KI2122 Kimia Analitik Semester I Tahun 2009/2010
Oleh PRIMANDARU WIDJAYA 13008104 Teknik Kimia Shift Rabu Siang/Kelompok E
Asisten: EKI 10506025 WELDAN 10506036
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2009 Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 1 PEMISAHAN DAN PENENTUAN KOMPONEN ORGANIK DENGAN KROMATOGRAFI GAS
1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah mengidentifikasi dan menentukan kadar komponen-komponen organic dengan menggunakan teknik Kromatografi Gas. 2 Teori Dasar Kromatografi Gas adalah metode kromatografi pertama yang dikembangkan pada jaman instrument dan elektronika yang telah merevolusikan keilmuan selama lebih dari 30 tahun. Sekarang GC dipakai secara rutin di sebagian besar laboratorium industri dan perguruan tinggi. GC dapat dipakai untuk setiap campuran yang komponennya atau akan lebih baik lagi jika semua komponennya mempunyai tekanan uap yang berarti pada suhu yang dipakai untuk pemisahan. Dalam kromatografi gas, fase bergeraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya. Ada beberapa kelebihan kromatografi gas, diantaranya kita dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gas dan uap mempunyai viskositas yang rendah, demikian juga kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat-zat terlarut. Kelemahannya adalah teknik ini terbatas untuk zat yang mudah menguap. Kromatografi gas merupakan metode yang tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan beragam, mulai dari beberapa Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 2 detik untuk campuran sederhana sampai berjam-jam untuk campuran yang mengandung 500-1000 komponen. Komponen campuran dapat diidentifikasikan dengan menggunakan waktu tambat (waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam kolom.waktu tambat diukur dari jejak pencatat pada kromatogram dan serupa dengan volume tambat dalam KCKT dan Rf dalam KLT. Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya (kuantitas) komponen campuran dapat pula diukur secara teliti . kekurangan utama KG adalah bahwa ia tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan campuran pada tingkat g mungkin dilakukan; tetapi pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika tidak ada metode lain. Proses kromatografi dalam alat GC dimulai dengan menyuntikkan sample ke dalam kolom. Mula-mula komponen-komponen di dalam kolom diuapkan, kemudian dielusi oleh gas pembawa untuk melalui kolom. Perbedaan laju migrasi masing- masing komponen dalam kolom disebabkan oleh perbedaan titik didih dan interaksi masing-masing komponen dengan fasa stasioner. Pendeteksian saat keluar dari kolom dilakukan berdasarkan perubahan sifat fisika aliran gas yang disebabkan adanya komponen yang dikandungnya. Sifat fisika tersebut, misalnya daya hantar panas, absorpsi radiasi elektromagnetik, indeks refraksi, derajat terinduksi ion, dsb. Untuk analisa kualitatif, komponen-komponen yang terelusi dikenali dari nilai waktu retensi, TR. TR analit dibandingkan dengan TR standar pada kondisi operasi alat yang sama. Sedangkan untuk analisa kuantitatif, penentuan kadar atau jumlah analit dilakukan dengan membandingkan luas puncak analit dengan luas puncak standar. Efisiensi kolom ditentukan berdasarkan jumlah pelat teori (N) dalam kolom, melalui persamaan : N = 16 x (TR / WB)2 , dengan TR = waktu retensi dan WB = lebar dasar puncak. 3 Alat dan Bahan Alat: Kromatografi gas, jarum suntik ukuran mikro liter, tabung gas nitrogen, filler, labu takar 10ml, pipet ukur 1ml, dan timbangan analitis. Bahan: Senyawa standar yang sudah diketahui rumus kimia dan konsentrasinya dan sampel campuran beberapa zat organik yang tidak diketahui senyawa dan komposisinya. Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 3 4 Cara Kerja Beberapa senyawa standar disiapkan (diketahui rumus kimia dan kemurniannya) Campuran beberapa senyawa yang diketahui perbandingannya (misalnya 1:1:1:1 volume atau massa) dibuat. Kondisi kerja ala kromatografi, terutama temperature kolom, laju alir gas pembawa, detector, besar arus yang melalui detector, attenuator, kecepatan kertas recorder, dan posisi pen pada recorder diatur Sebelum mengambil senyawa dengan menggunakan jarum suntik, jarum tersebut dicuci terlebih dahulu dengan senyawa yang akan digunakan untuk menghindari adanya intervensi senyawa lain akibat pemakaian jarum suntik tersebut sebelumnya, dengan cara: o Senyawa yang akan digunakan dengan menggunakan jarum ukuran mikro liter yang akan dipakai diambil dan dibuang beberapa kali. o Gagang suntikan ditarik hingga keluar dari badan jarum o Gagang suntikan tersebut dibersihkan dengan menggunakan tissue o Suntikan tersebut dibilas kembali dengan cara ambil dan buang senyawa tersebut o Gagang suntikan ditarik dan didorong dengan posisi ujung jarum berada di tissue dengan tujuan membersihkan sisa senyawa yang masih menempel di jarum suntik Alat kromatografi gas dipastikan siap untuk dipakai. Tombol zero, enter, sig 1 ditekan pada alat kromatografi gas Senyawa standar diambil Senyawa standar disuntikkan ke dalam alat kromatografi gas masing masing sebanyak 1 kali. Tombol start ditekan tepat pada saat penyuntikkan dan alat kromatografi dibiarkan bekerja. Jarum suntik yang digunakan dicuci terlebih dahulu setiap kali akan digunakan untuk mengambil atau menyuntikkan senyawa yang berbeda. Dengan cara yang sama seperti senyawa standar, larutan standar campuran dan sampel campuran disuntikkan. Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 4 5 Data Pengamatan Pada saat penyuntikan, alat kromatografi gas melaporkan hasil dari kromatografi dalam bentuk signal, adapun hasil signal tersebut untuk beberapa senyawa/larutan adalah sebagai berikut: Metanol:
Propanol:
Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 5 Butanol:
Pentanol:
Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 6 Larutan standar dengan komposisi 1:1:1:1
Sampel campuran yang tidak diketahui komposisinya:
Dengan RT adalah waktu retensi (Retention Time), Area adalah luas segitiga di bawah puncak, Type adalah jenis puncak yang tercatat (PB: Penetrate to Base, BB: Base to Base), Width adalah jebar dasar puncak, dan Area% adalah persentase perbandingan luas segitiga di bawah puncak (untuk suatu komponen) dengan luas total segitiga yang ada. Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 7 6 Analisis dan Pembahasan Cara Kerja Alat Kromatografi Gas Pada dasarnya, dalam alat kromatografi gas, ada dua jenis detector, yang pertama adalah Flame Ionization Detector, dan yang kedua adalah Thermal Conductivity Detector. Namun, untuk praktikum kali ini, jenis detector yang dipakai adalah Thermal Conductivity Detector. Fasa diam yang dipakai adalah metal silicon gum. Gas yang digunakan sebagai gas pembanding dan gas pembawa adalah gas nitrogen karena di samping nitrogen cenderung murah jika dibandingkan dengan jenis gas yang lain, nitrogen juga inert, aman (dibandingkan dengan gas lain yang mudah terbakar), dan mudah didapat. Secara umum syarat dari bahan yang menjadi fasa stasioner adalah: o Memiliki volatilitas yang rendah (idealnya titik didih bahan minimal 100 0 C lebih tinggi dari temperatur maksimum kolom) o Memiliki stabilitas termal o Inert o Karakteristik solvent (dapat menguraikan substansi lain) Pada percobaan kali ini, suhu kolom yang digunakan adalah 50-90C dengan Initial time 1 menit, laju perubahan suhu adalah 10C per menit, dan final time adalah 1 menit. Maksudnya, pada saat alat kromatografi gas digunakan, suhu kolom akan bertahan di 50C selama 1 menit, setelah itu suhu akan naik secara bertahap dengan kelajuan 10C per menit sampai suhu kolom itu mencapai 90C. Setelah mencapai suhu 90C, alat kromatografi gas pun akan kembali menahan suhu kolom selama 1 menit dan setelah itu, proses kromatografi akan berhenti. Dalam kromatografi gas, suhu di bagian injeksi harus lebih tinggi dari suhu akhir kolom. Pada detector pun, suhu yang digunakan cukup relative tinggi, yaitu 160C. Kolom yang digunakan pun adalah kolom kapiler yang sangat panjang namun mempunyai diameter yang sangat kecil. Total panjang kolom kapiler dalam alat kromatografi gas ini adalah 30 meter dengan diameter 0,053mm. Metil Silicon Gum yang ada di dalam kolom kapiler ini mempunyai sifat polar yang cenderung tarik menarik dengan senyawa yang mempunyai sifat polar juga.
Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 8 Bagan sederhana alat kromatografi gas:
Prinsip utama pemisahan dalam kromatografi gas adalah berdasarkan perbedaan laju migrasi masing-masing komponen dalam melalui kolom. Komponen- komponen yang terelusi dikenali (analisa kualitatif) dari nilai waktu retensinya (Tr). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu retensi : Nilai/harga waktu retensi (Tr) tiap komponen disebabkan oleh perbedaan titik didih (Td) masing-masing komponen, perbedaan massa molekul relative (Mr)/perbedaan ukuran komponen, interaksi/keterikatan masing-masing komponen dengan fasa stasioner/fasa diam (misalnya oleh karena sifat kepolaran fasa diam serta fasa geraknya), panjang kolom, diameter kolom, temperatur kolom dan laju/temperatur aliran gas pembawa serta tingkat kejenuhan kolom. Semakin rendah titik didih suatu komponen maka waktu retensinya akan semakin kecil/singkat karena pada temperatur tertentu zat tersebut sudah menjadi fasa uap sehingga bisa bergerak bebas/lebih cepat sebagai fasa gerak dalam kolom kapiler sedangkan komponen lainnya masih dalam fasa cairan. Jadi komponen yang terlebih dahulu menjadi uap akan lebih cepat keluar dari kolom. Oleh karena itu, methanol mempunyai waktu retensi lebih singkat dari propanol, propanol mempunyai waktu retensi yang lebih singkat dari butanol, dan butanol mempunyai waktu retensi yang lebih singkat dari pentanol. Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 9 Semakin kecil ukuran sebuah komponen dan semakin kecil nilai massa molekul relatifnya (Mr) maka sebuah komponen akan lebih dapat bergerak bebas/lebih cepat keluar dari kolom. Jadi semakin kecil ukuran komponen dan semakin kecil Mr komponen maka waktu retensinya akan semakin kecil pula. Oleh karena itu, methanol mempunyai waktu retensi lebih singkat dari propanol, propanol mempunyai waktu retensi yang lebih singkat dari butanol, dan butanol mempunyai waktu retensi yang lebih singkat dari pentanol. Jika fasa diamnya bersifat nonpolar, maka komponen yang akan terelusi lebih cepat adalah komponen yang paling polar, karena ikatan dengan fasa diamnya relatif lebih lemah. Begitu juga sebaliknya jika fasa diamnya polar maka komponen yang lebih cepat yaitu komponen yang paling nonpolar. Jadi kepolaran fasa diam dan fasa gerak sangat mempengaruhi waktu retensi masing-masing komponen. Semakin panjang kolom, maka T R menjadi lambat karena jarak yang harus ditempuh oleh senyawa tersebut cenderung lebih jauh. Sebaliknya, jika kolom pendek, maka T R menjadi lebih cepat karena jarak yang harus ditempuh oleh senyawa tersebut untuk menuju detector cenderung lebih dekat. Temperatur kolom harus disesuaikan dengan titik didih larutan senyawa organik. Apabila temperatur kolom terlalu rendah daripada titik didih larutan, maka tidak akan timbul puncak karena kalor atau temperature kolom tidak cukup untuk menguapkan senyawa yang ada. Sedangkan jika temperatur kolom jauh lebih tinggi daripada titik didih larutan, maka T R menjadi sangat cepat karena senyawa yang ada langsung menerima kalor dengan cepat untuk segera mengubah wujudnya menjadi gas. Pengaruh pengotor Pada percobaan kali ini, jika kita memperhatikan hasil cetakan dari alat kromatografi gas, kita dapat melihat adanya puncak puncak kecil. Puncak-puncak kecil itu adalah pengotor, baik itu pengotor yang ada di dalam kolom yang akhirnya terbaca oleh detector, maupun pengotor yang ada di dalam senyawa (terbawa oleh senyawa ketika penyuntikkan). Seharusnya, tidak ada pengotor di dalam kita melakukan suatu analisis terhadap suatu sampel atau suatu senyawa. Hasil yang paling ideal adalah ketika yang dihasilkan adalah suatu garis lurus yang ada pada Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 10 base yang diikuti oleh puncak-puncak yang cukup significant yang menunjukkan komponen utama dari senyawa tersebut. Faktor kesalahan Dalam praktikum ini, ada beberapa factor kesalahan yang membuat hasil kromatografi gas tidak seideal yang diharapkan, yaitu kemurnian analit dan ketidaktepatan waktu penginjeksian dengan penekanan tombol start pada alat kromatografi gas. Untuk itu, kita dapat menggunakan analit dengan tingkat kemurnian yang lebih tinggi dan kita dapat melatih atau membiasakan diri melakukan kromatografi gas sehingga waktu penginjeksian dan penekanan tombol dapat dioptimalkan setepat mungkin. Pembahasan hasil percobaan o Pada saat senyawa methanol dianalisis, hasil analisis menyatakan bahwa waktu retensi untuk methanol adalah 1,369 menit dan keseluruhan analit adalah methanol murni. o Pada saat menganalisis senyawa propanol, timbul/ terdapat dua buah puncak, yaitu dengan waktu retensi 1,302 menit dan 1,795 menit dengan perbandingan persentase area 15,51498% dan 84,48502. Jika kita bandingkan dengan waktu retensi methanol (1,369), maka kita bisa mendapatkan hasil bahwa senyawa propanol yang kita analisis mengandung kurang lebih 15% methanol dan bukan 100% propanol murni. Kemungkinan penyebabnya adalah propanol yang ada sudah berinteraksi dengan udara bebas karena dibiarkan terbuka, sehingga ada rantai propanol yang terputus dan menjadi methanol. o Sama halnya seperti propanol, hasil analisis buthanol juga menunjukkan bahwa buthanol yang kita analisis mengandung 14% methanol karena terdapat puncak pada waktu retensi 1,310 dengan persentase area 14%. Selebihnya, terdapat puncak pada waktu retensi 2,414 dengan persentase area 85% yang tidak lain adalah buthanol itu sendiri. o Pada saat menganalisis pentanol, ternyata pentanol yang ada pun bukanlah pentanol murni 100%. Terdapat 8% methanol yang kemungkinan juga merupakan hasil dari pentanol yang terurai karena telah cukup lama berinteraksi dengan udara bebas. Waktu retensi dari pentanol itu sendiri adalah 2,818 menit. o Jika kita perhatikan waktu retensi masing masing senyawa tersebut, kita telah berhasil membuktikan bahwa waktu retensi methanol lebih kecil dari waktu Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 11 retensi propanol, waktu retensi propanol lebih kecil dari waktu retensi buthanol, dan waktu retensi buthanol lebih kecil dari waktu retensi pentanol. o Ketika senyawa campuran dengan dianalisis, timbul empat buah puncak yang masing masing puncaknya timbul di sekitar waktu retensi berada di sekitar waktu retensi methanol, propanol, buthanol dan pentanol. Dari waktu retensi dan perbandingan persentase area yang ada, kita bisa melihat bahwa perbandingan antara methanol, propanol, buhanol, dan pentanol dalam senyawa campuran mendekati 1:1:1:1. Namun jika kita amati lebih lanjut, persentase area untuk pentanol hanya sekitar 20%, kemungkinan penyebabnya adalah pentanol itu sudah terurai menjadi senyawa yang lain karena berinteraksi dengan udara bebas. o Untuk sample, setelah dianalisis dengan menggunakan kromatografi gas, didapatkan juga ada 4 buah puncak yang waktu retensinya juga berkisar di antara waktu retensi methanol, propanol, buthanol, dan pentanol. Untuk puncak dengan waktu retensi 1,330 (methanol), persentase perbandingan area terhadap total area puncak adalah 48,88542% mendekati 50%. Untuk puncak dengan waktu retensi 1,590 (propanol), persentase perbandingan area puncak adalah 15,96455%, mendekati 15%. Untuk puncak dengan waktu retensi 2,125 (buthanol), perbandingan persentase area puncak terhadap total area puncak adalah 19.80757% mendekati 20%. Dan untuk puncak dengan waktu retensi 2,754 (pentanol), perbandingan persentase area puncak terhadap total area puncak adalah 15,34246% mendekati 15%. Jika kita bandingkan keempat persentase tersebut, maka kita bisa mendapatkan perbandingan methanol : propanol : buthanol : pentanol = 50 : 15 : 20 : 15 = 10 : 3 : 4 :3. 7 Kesimpulan Kromatografi gas dapat digunakan untuk menentukan komponen dan kadar senyawa organic di dalam suatu sampel yang belum diketahui komponen dan kadar (komposisi) komponen yang menyusunnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu retensi antara lain titik didih, massa molekul relative/perbedaan ukuran komponen, interaksi/keterikatan dengan fasa stasioner (kepolaran), panjang kolom, diameter kolom, temperatur kolom & laju/temperatur aliran gas pembawa serta tingkat kejenuhan kolom. Primandaru Widjaya / 13008104 Laporan Praktikum I Kimia Analitik Modul V Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan Kromatografi Gas 12 8 Daftar Pustaka Day, Jr dan Underwood, A.L. 1991. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 5. Jakarta: Penerbit Erlangga (halaman : 485-517) http://ilmu-kedokteran.blogspot.com/2007/11/kromatografi.html (Diakses tanggal 24 September 2009 pukul 22.07) http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatogra fi_gas_cair/ (Diakses tanggal 24 September 2009 pukul 22.15)