Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Foundry Vol. 3 No.

1 April 2013 ISSN : 2087-2259




19



KAJIAN TINNING (Sn PLATING) DALAM DUNIA INDUSTRI
Sutrisno
ProgramStudi Teknik Mesin Politeknik Surakarta

Abstrak
Proses pelapisan logam (surface treatment) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan performa
dari suatu material. Selain untuk meningkatkan sifat suatu material, proses pelapisan logam biasanya
bertujuan untuk mencegah terjadinya korosi dan juga untuk memperindah penampilan dari suatu logam.
Tinning merupakan salah satu metode pelapisan logam dimana sebagai logam pelapis adalah Sn (timah
putih). Proses ini sering disebut juga Sn plating.
Secara umum proses Tinning bisa dengan dua metode yaitu: electroplating dan hot dipping. Dimana
masing-masing metode memiliki keunggulan dan juga kelemahan. Electroplating merupakan metode
pelapisan logam dengan menggunakan larutan elektrolit sebagai media penghantar proses pelapisan.
Material substrat (yang dilapisi) sebagai katoda (+) dan material pelapis substrat berfungsi sebagai anoda
(-). Arus searah (DC) dialirkan ke Anoda dan Katoda. Hot dipping merupakan proses pelapisan permukaan
suatu material dengan cara mencelupkan substrat kedalam larutan cair. Larutan cair ini akan berfungsi
sebagai bahan pelapis terhadap substrat setelah substrat dicelupkan kedalam larutan.
Tujuan dari tinning (Sn plating) adalah: meningkatkan ketahanan korosi suatu material, memperindah
penampilan material (dekoratif), meningkatkan sifat material, memperbaiki kehalusan permukaan material.
Aplikasi dari Tinning adalah pada proses didalam dunia industry salah satunya adalah industri pembuatan
pembungkus makanan atau pengalengan makanan. Secara umum proses pembuatan kaleng terdiri dari
printing/coating, slitting/shearing, pressing dan assembly.

Kata kunci: Tinning, electroplating, hot dipping

A. PENDAHULUAN.
Proses pelapisan logam (surface treatment)
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
performa dari suatu material. Selain untuk
meningkatkan sifat suatu material, proses
pelapisan logam biasanya bertujuan untuk
mencegah terjadinya korosi dan juga untuk
memperindah penampilan dari suatu logam.
Banyak metode didalamproses pelapisan logam
antara lain: electroplating, electroless plating, hot
dipping, physical vapor deposition (PVD),
chemical vapor deposition (CVD) dan masih
banyak cara yang lain. Tinning merupakan salah
satu metode pelapisan logam dimana sebagai
logampelapis adalah Sn (timah putih). Proses ini
sering disebut juga Sn plating.
Perkembangan Tinplate (tinning) dimulai
pada sekitar tahun 1620an, dimana industri
mulai berkembang di Negara Inggris. Tinplate
mulai diproduksi pada tahun 1620 oleh
perusahaan Earl of Southampton, tetapi tidak
berlangsung lama. Andrew Yarranton seorang
insinyur dari inggris dan juga seorang petani
ditugaskan ke Saxon bersama Ambrose Crowley
(pandai besi dari Stourbridge). Mereka disuruh
untu mencari dan mengembangkan metode-
metode yang digunakan. Pada tahun 1667
mereka mengunjungi Dresden dan menemukan
bagaimana proses Tinplate dibuat. Pada tahun
1725 metode Tinplate mulai mulai terbit dibuku-
buku didaerah pelabuhan Gloucester (yang
dicatat di perdagangan di Gloucester, sebagian
besar di daerah selat Bristol). Pada sekitar tahun
1800an industri pelapisan mulai berkembang di
Inggris dan Wales. Pada tahun 1805 80.000
kotak dibuat dan 50.000 diekspor. Industri ini
terus menyebar terus di Inggris dan Wales
khususnya, dan setelah 1834 ekspansi yang
cepat itu , Britania Raya menjadi sumber utama
pasokan di dunia.
Pada tahun 1891, Amerika Serikat
membuat 11.000 ton tinplate dan impor 325.100
ton, tetapi pada tahun 1899, itu membuat
360.900 ton, hanya mengimpor 63.500 ton. Dari
tahun ketahun produksi mengalami peningkatan
dan metode Tinplate juga mengalami
perkembangan metode .

B. PROSES TINNING
Secara umum di dalam proses pelapisan Sn
(tinning plating) ada 2 metode yang sering
digunakan, antara lain:
Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-2259


20

1. ELECTROPLATING.
Electroplating merupakan salah satu
metode pelapisan logam yang banyak
digunakan oleh dunia industri. Metode
pelapisan ini menggunakan larutan elektrolit
sebagai media penghantar proses pelapisan.
Material substrat (yang dilapisi) sebagai
katoda (+) dan material pelapis substrat
berfungsi sebagai anoda (-). Arus searah (DC)
dialirkan ke Anoda dan Katoda. Larutan
elektrolit yang digunakan dapat berupa larutan
asam, basa atau larutan garam. Arus listrik
akan mengalir melalui larutan ini, sehingga
ion-ion dari Anoda akan berpindah ke Katoda
dan akan melapisi permukaan substrat. Untuk
mendapatkan hasil pelapisan yang optimal,
anoda dan katoda (substrat) yang digunakan
harus pada kondisi bersih saat proses
electroplating berlangsung.









Gambar 1 proses elektroplating
Prinsip electroplating berdasarkan hokum
Farady, dimana menyebutkan bahwa:
1) massa yang dilepas kelarutan elektrolit
proporsional terhadap besar arus lewat
larutan elektrolit.
2) massa yang dilepaskan proporsional
terhadap electrochemical equivalent (ratio
of atomic weight to valence).

V =C I t

Dimana: V =volume massa yang dilepaskan
(cm
3
); C =konstanta plating, tergantung pada
electrochemical equivalent dan kerapatan
(cm
3
/A-s); I = arus listrik; t = waktu yang
dibutuhkan selama proses pelapisan. Besarnya
listrik yang mengalir yang dinyatakan dengan
Coulomb adalah sama dengan arus listrik
dikalikan dengan waktu. Dalam pemakaian
secara umum atau dalam pemakaian
elektroplating satuannya adalah ampere-jam
(Ampere-hour) yang besarnya 3600 coulomb,
yaitu sama dengan listrik yang mengalir ketika
arus listrik sebesar 1 ampere mengalir selama
1 jam.
Hukum 1) membuktikan terdapat hubungan
antara reaksi kimia dan jumlah total listrik
yang melalui elektrolit. Menurut Faraday, arus
1 Ampere mengalir selama 96.496 detik ( 26,8
jam) membebaskan 1,008 gramhidrogen dan
35,437 gramkhlor dari larutan asamkhlorida
encer. Seperti hasil yang ditunjukkan bahwa
96.496 coulomb arus listrik membebaskan satu
satuan berat ekivalen ion positif dan negatif.
Oleh sebab itu 96.496 coulomb atau kira-kira
96.500 coulomb yang disebut 1 Faraday
sebanding dengan berat 1 elektrokimia. Untuk
menentukan logam yang terdeposisi dengan
arus dan waktu dapat ditentukan :




Langkah selanjutnya adalah mengalikan
bilangan Faraday dengan bilangan gramyang
diendapkan oleh 1 Faraday (gramekivalen),
maka persamaannya menjadi:






Untuk menentukan tebal pelapisan yang


terjadi perlu diketahui berat jenis dari logam
yang terlapis pada katoda. Hubungan berat
jenis dengan harga-harga yang lainnya
adalah sebagai berikut :



Efisiensi plating pada umumnya dinyatakan
sebagai efisiensi arus anoda maupun katoda.
Efisiensi katoda yaitu arus yang digunakan
untuk pengendapan logam pada katoda
dibandingkan dengan total arus masuk. Arus
yang tidak dipakai untuk pengendapan
digunakan untuk penguraian air membentuk
gas hidrogen, hilang menjadi panas atau
pengendapan logam-logam lain sebagai
impuritas yang tak diinginkan. Efisiensi
anoda yaitu perbandingan antara jumlah
Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-2259


21

logam yang terlarut dalam elektrolit
dibanding dengan jumlah teoritis yang dapat
larut menurut Hukum Faraday.Kondisi
plating yang baik bila diperoleh efisiensi
katoda sama dengan efisiensi anoda,
sehingga konsentrasi larutan bila
menggunakan anoda aktif akan selalu tetap.
Efisiensi arus katoda sering dipakai sebagai
pedoman menilai apakah semua arus yang
masuk digunakan untuk mengendapkan ion
logam pada katoda sehingga didapat
efisisensi plating sebesar 100 % ataukah
lebih kecil. Adanya kebocoran arus listrik,
larutan yang tidak homogen dan elektrolisis
air merupakan beberapa penyebab rendahnya
efisiensi. Potensial elektroda standar
berdasarkan skala hidrogen, dimana semua
logam-logam sebelum hidrogen pada skala
hidrogen mampu menggantikan hidrogen
dari larutan yang mengandung ion hidrogen,
dan logam-logam setelah hidrogen pada
skala hidrogen biasanya tidak dapat
menggantikan hidrogen secara langsung.
Berikut ini adalah skala hidrogen






Logam seng, timah hitam dan timah putih
dinamakan logam dasar karena mudah larut di
dalamasam dan ditunjukkan oleh tanda potensial
negatif, sedangkan kebalikan dari ketiga logam
diatas adalah logammulia seperi tembaga, perak
dan emas ditunjukkan oleh tanda potensial positif.
Kelebihan electroplating:
Temperatur proses, rendah.
Kondisi proses, pada lingkungan atmosfir
biasa.
Peralatan, relatif murah.
Komposisi larutan, luas.
Laju pengendapan, cepat.
Porositas pada lapisan, relatif rendah.
Dapat menghasilkan beberapa lapisan
Adapun kekurangan dari electroplating adalah:
Terbatas pada logam& paduannya.
Perlu perlakuan awal thd benda kerja.
Terbatas pada benda kerja yg bersifat
konduktor


2. HOT DIPPING
Hot dipping merupakan proses pelapisan
permukaan suatu material dengan cara
mencelupkan substrat kedalam larutan cair.
Larutan cair ini akan berfungsi sebagai bahan
pelapis terhadap substrat setelah substrat
dicelupkan kedalamlarutan. Metode ini dapat
dilakukan apabila substrat mempunyai titik
lebur lebih tinggi dibanding titik lebur bahan
pelapis. Logamyang mendapat perlakuan hot
dipping ini memiliki lapisan transisi berupa
paduan dengan komposisi tertentu. Paling
dekat dengan substrat umumnya berupa
intermetallic coumpounds dari dua logam.
Lapisan transisi ini mempunyai ikatan adhesi
yang baik dengan substrat.



















Gambar 2 proses Hot Dipping

C. TUJUAN TINNING.
Secara umumtujuan dari tinning (Sn plating)
adalah:
1. Meningkatkan ketahanan korosi suatu
material.
2. Memperindah penampilan material
(dekoratif)
3. Meningkatkan sifat material.
4. Memperbaiki kehalusan permukaan
material.
D. APLIKASI.
Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-2259


22

1) Pembuatan pembungkus makanan atau
kaleng makanan.
Plat timah (tin plate) adalah bahan yang
digunakan untuk membuat kemasan kaleng,
terdiri dari lembaran baja dengan pelapis
timah. Plat timah ini berupa lembaran atau
gulungan baja berkarbon rendah dengan
ketebalan 0.15-0.5 mm dan kandungan
timah putih berkisar antara 1.0-1.25% dari
berat kaleng. Digunakan untuk produk yang
mengalami sterilisasi.
Pembuatan Tin Plate
Wadah kaleng pada awalnya terbuat dari plat
timah (tin plate) yang terdiri dari :lembaran
dasar baja dilapisi timah putih (Sn) dengan
cara pencelupan dalamtimah cair panas (hot
dipping) atau dengan elektrolisa. Pelapisan
kaleng dengan cara hot dipped merupakan
cara yang lama dimana lembaran baja
dicelupkan ke dalam cairan timah panas,
sehingga diperoleh lapisan timah yang terlalu
tebal dan tidak menarik. Pelapisan dengan
cara elektrolisa adalah cara yang lebih
moderen yaitu pelapisan dengan
menggunakan listrik galvanis sehingga
dihasilkan lapisan timah yang lebih tipis dan
rata. Pembuatan kaleng plat timah secara
tradisional dilakukan dengan memukul besi
hingga gepeng dan tipis kemudian direndam
dalam larutan asam hasil fermentasi,
sehingga prosesnya disebut dengan pickling.
Pada pembuatan kaleng plat timah secara
mekanis , pengasaman dilakukan dengan
menggunakan asamsulfat, sedangkan proses
pelembaran dengan menggunakan tekanan
tinggi. Lembaran plat timah ini dapat dibuat
menjadi kaleng yang berbentuk hollow
(berlubang), atau flat can yaitu kaleng yang
digepengkan baru kemudian dibentuk
kembali.
Plat timah atau tin plate adalah lembaran
atau gulungan baja berkarbon rendah dengan
ketebalan 0.15 0.5 mm. Kandungan timah
putih pada kaleng plat timah berkisar antara
1.0-1,25% dari berat kaleng. Kandungan
timah putih ini bisanya dinyatakan dengan
TP yang diikuti dengan angka yang
menunjukkan banyaknya timah putih,
misalnya pada TP25 mengandung timah
putih sebanyak 2.8 g/m2, TP50 =5.6 g/m2,
TP75 =8.4 g/m2 dan TP100 =11.2 g/m2.
Kaleng bebas timah (tin-free-steel =
TFS) adalah lembaran baja yang tidak
dilapisi timah putih. J enis TFS yang paling
banyak digunakan untuk pengalengan
makanan adalah jenis Tin Free Steel Chrome
Type (TFS-CT), yaitu lembaran baja yang
dilapisi kromium secara elektris, sehingga
terbentuk khromium oksida di seluruh
permukaannya. J enis ini memiliki beberapa
keunggulan, yaitu harganya murah karena
tidak menggunakan timah putih, dan daya
adhesinya terhadap bahan organik baik.
Tetapi kelemahannya peluang untuk berkarat
lebih tinggi, sehingga harus diberi lapisan
pada kedua belah permukaannya (permukaan
dalam dan luar). Kemasan plat timah
mempunyai daya tahan terhadap karat yang
rendah, tetapi daya tahannya terhadap reaksi-
reaksi dengan bahan pangan yang
dikemasnya lebih lambat dibanding baja.
Kaleng dengan lapisan timah yang tebal
digunakan untuk mengalengkan bahan
makanan yang mempunyai daya korosif lebih
tinggi.
Kelebihan dari tin plate adalah
mengkilap, kuat, tahan karat dan dapat
disolder. Tetapi kekurangannya adalah
terjadi penyimpangan warna permukaan tin
plate karena bereaksi dengan makanan yang
mengandung sulfur, yang disebut dengan
sulphur staining/feathering (terbentuknya
noda sulfur pada permukaan tin plate).
Kekurangan ini dapat diatasi dengan proses
lacquering dan pasivitasi yaitu melapisi tin
plate dengan lapisan krom setebal 1-2
mg/m2. Proses lacquering dan pasivitasi
dapat memperpanjang daya simpan tin plate
dan mencegah terjadinya sulphur staining.
Masalah dalam penggunaan kemasan plast
timah (tin plate) sebagai bahan kemasan
pangan adalah terjadinya migrasi
(perpindahan) logamberat yaitu Pb dan Sn
dari kaleng ke makanan yang dikemas. Batas
maksimum Sn yang diperbolehkan dalam
bahan pangan adalah 200 mg/kg makanan.
Untuk mencegah terjadinya kontak
langsung antara kaleng pengemas dengan
bahan pangan yang dikemas, maka kaleng
plat timah harus diberi pelapis yang disebut
dengan enamel. Interaksi antara bahan
pangan dengan kemasan ini dapat
menimbulkan korosi yang menghasilkan
warna serta flavor yang tidak diinginkan,
misalnya :
- Terbentuknya warna hitam yang
disebabkan oleh reaksi antara besi atau
timah dengan sulfida pada makanan
berasamrendah (berprotein tingg).
Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-2259


23

- Pemucatan pigmen merah dari
sayuran/buah-buahan seperti bit atau
anggur karena reaksi dengan baja, timah
atau aluminium.
Untuk mencegah terjadinya korosi ini maka
kaleng lapisan enamel. J enis-jenis lapisan enamel
yang digunakan adalah :
Epoksi-fenolik, merupakan pelapis yang
banyak digunakan, bersifat tahan asamserta
mempunyai resistensi dan fleksibilitas
terhadap panas yang baik. Digunakan untuk
pengalengan ikan, daging, buah, pasta dan
produk sayuran. Pada pelapisandengan
epoksi fenolik juga dapat ditambahkan zink
oksida atau logamaluminiumbubuk untuk
mencegah sulphur staining pada produk
daging, ikan dan sayuran.
Komponen Vinil, yang mempunyai daya
adhesi dan fleksibilitas tinggi, tahan terhadap
asamdan basa, tapi tidak tahan terhadap suhu
tinggi pada proses sterilisasi. Digunakan
untuk produk bir, juice buah dan minuman
berkarbonasi.
Phenolic lacquers, merupakan pelapis yang
tahan asamdan komponen sulfida, digunakan
untuk kaleng kemasan pada produk daging,
ikan, buah, sop dan sayuran.
Butadiene lacquers, dapat mencegah
kehilangan warna dan mempunyai resistensi
terhadap panas yang tinggi. Digunakan untuk
bir dan minuman ringan.
Acrylic lacquers, merupakan pelapis yang
berwarna putih, digunakan sebagai pelapis
internal dan eksternal pada produk buah.
Pelapis ini lebih mahal disbanding pelapis
lainnya dan dapat menimbulkan masalah
pada beberapa produk.
Epoxy amine lacquers, adalah pelapis yang
mempunyai daya adhesi yang baik, tahan
terhadap panas dan abrasi, fleksibel dan tidak
menimbulkan off-flavor, tetapi harganya
mahal. Digunakan untuk bir, minuman
ringan, produk hasil ternak, ikan dan daging.
Alkyd lacquers, adalah pelapis yang murah
dan digunakan sebagai pelapis luar, tidak
digunakan sebagai pelapis dalam karena
dapat menimbulkan masalah offflavor.
Oleoresinous lacquers, digunakan untuk
berbagai tujuan, harganya murah, pelapis
dengan warna keemasan. Digunakan untuk
bir, minuman sari buah dan sayuran.
Secara umum proses pembuatan kaleng terdiri
dari printing/coating, slitting/shearing, pressing
dan assembly.
Printing dilakukan dengan tujuan untuk
pembuatan : dekorasi dan melindungi kaleng
dari karat atau untuk mencegah reaksi antara
tinplate dengan bahan yang dikemas.
Slitting / Shearing adalah proses memotong
tinplate menjadi body blank atau strip yang
digunakan untuk pembuatan komponen-
komponen kaleng sesuai kebutuhan. Pressing
adalah proses pembuatan komponen-
komponen kaleng seperti tutup atas / bawah
atau body kaleng pada two pieces. J umlah
proses pembuatan komponen tergantung dari
bentuk kaleng yang akan dibuat. Pada
pembuatan tutup latex sebagai bahan pengisi
sambungan body dengan tutup membuat
kaleng kedap udara.
Assembly adalah proses menyatukan badan
dan tutup kaleng dengan menggunakan
mesin-mesin soudronic, soldering atau mesin
lain. Pembuatan kemasan kaleng dilakukan
dengan menyambung lembaran plat timah
hingga membentuk kaleng . Proses
penyambungan dilakukan dengan cara
soldering (patri), cementing dan welding.
Soldering adalah cara perekatan dengan
panas pada metal solid (tin plate) dengan
metalic boundary agent dengan
menggunakan fluks pada suhu 45
0
C.
Cementing adalah perekatan dengan
menggunakan bahan perekat berupa
poliamida dan polyester. Teknik cementing
tidak tahan sterilisasi dan biasanya
digunakan untuk kaleng kaleng minyak
goreng.















Gambar 3. Contoh produk hasil Tinning (Sn
plating)




Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN : 2087-2259


24

E.KESIMPULAN
Banyak metode didalamproses pelapisan
logamyang sering digunakan di dunia industri
antara lain: electroplating, electroless plating,
hot dipping, physical vapor deposition (PVD),
chemical vapor deposition (CVD). Proses
pelapisan logamTinning atau Tin plate (Sn
plating) merupakan salah satu proses pelapisan
logamtarget dengan logampelapis dari timah
putih (Sn). Proses Tinning dimulai sekitar
tahun 1620an dinegara Inggris dan terus
berkembang sampai sekarang.
Proses Tinning bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan korosi suatu material,
memperindah penampilan material (dekoratif),
meningkatkan sifat material, memperbaiki
kehalusan permukaan material. Proses Tinning
secara umum dapat dilakukan dengan 2
metode : electroplating dan Hot Dipping.
Tinning banyak diaplikasikan didalam dunia
industry salah satunya adalah industri
pembuatan pembungkus makanan atau
pengalengan makanan. Secara umum proses
pembuatan kaleng terdiri dari printing/coating,
slitting/shearing, pressing dan assembly.
DAFTAR PUSTAKA.
Callister, W.D., 2007, Material Science and
Engineering an Introduction 7
ed
,
J ohnWiley and Sons.inc.
Grainger, S., 1989, Engineering Coatings
(Design And Application), First
Edition, Abington Publishing, England.
Viktor Malau, 2008, Perlakuan Permukaan
(surface treatments), J urusan Teknik
Mesin Dan Industry, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
http://en.wikipedia.org/wiki/Tinning
http://www.findtarget.com/
http://www.foodutensils.com.au/images/354T6
8530_Loaf_Pan_Tin_Plate.jpg
http://www.dpswarehouse.com/sitebuildercont
ent/sitebuilderpictures/ATinPlateCans.J PG.
http://www.asia.ru/images/target/photo/50336
087/Tinplate_Aluminum_Easy_Open_End.jpg

Anda mungkin juga menyukai