Anda di halaman 1dari 10

PERFORMANCE ANALISYS OF KAPLAN TURBINE BLADE

FOR ENERGY EFFICIENCY



Ahmad Hidayaturrahman*), Tony Bambang Musriadi*) , Irfan Syarif Arif*)
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan*)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Abstrak
Energi yang berasal dari laut merupakan alternatif energi terbarukan termasuk sumberdaya non-hayati
yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Laut sebagai Last Frontier di bumi memang menjadi tujuan
akhir menjawab tantangan kekurangan energi. Diperkirakan potensi laut mampu memenuhi empat kali
kebutuhan listrik dunia se-hingga tidak mengherankan ber-bagai negara maju telah berlomba memanfaatkan
energi ini. oleh karena itu diperlukan studi study untuk mengembenagkan technology yang mempunyai
kemampuan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi energy tersebut secara ramah lingkungan. Skripsi ini
bertujuan untuk mengetahui performansi yang dihasilkan kaplan turbine dengan besar arus tertentu Untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan, maka model awal turbin divariasikan mengenai jumlah blade ( 3, 4 dan 5
serta 6 daun ), putaran (rps)yang didapat setelah memvariasikan nilai J, serta sudut pitch rasionya. Dari hasil
analisa didapat ketiga variasi tersebut berpengaruh terhadap performansi Kaplan itu sendiri. Untuk besar pitch
rasio yang tetap, sedangkan putaran makin besar, didapat nilai torsi yang semakin kecil. Nilai torsi terbesar
didapat pada variasi jumlah blade 3 daun, pitch rasio 0.6 + 10
0
, dan putaran 4.5 rps. Efisiensi terbesar dicapai
oleh model Ka6a50p10j1 sebesar 42.38%.

Kata kunci : turbin, Kaplan, performansi, arus laut, energy.

1. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Harga minyak dunia (BBM) dipastikan
terus naik seiring dengan menipisnya sumberdaya
yang tak terbarui tersebut. Apabila pertumbuhan
permintaan listrik nasional rata-rata sebesar 7,2
persen per tahun, maka perlu tambahan pembangkit
listrik baru sekitar 17.000 MW pada tahun 2010.
Untuk mengatasi krisis energi diperlukan langkah-
langkah yang konstruktif sebab selain di pulau
Jawa, Sulawesi Utara juga mengalami defisit rata-
rata 10 MW per hari sehingga PLN terpaksa
melakukan tindakan pemadaman bergilir karena
kebutuhan akan listrik tidak sesuai lagi dengan
kapasitaspembangkit yang terpasang. Untuk
memperoleh daya listrik guna memenuhi
kebutuhan se-hari-hari, beberapa pembangkit
dengan memakai tenaga alam yang ramah
lingkungan seharusnya dimanfaatkan dengan
mengambil potensi alam yang justru ada di
sekeliling kita mi-salnya sinar matahari, air, angin
serta sumber energi nir-konven-sional yang terbarui
dari lautan.
Energi yang berasal dari laut merupakan alternatif
energi terbarukan termasuk sumberdaya non-
hayati yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan. Selain menjadi sumber pangan, laut
juga mengandung beraneka sumberdaya energi
yang keberadaannya semakin signifikan manakala
energi yang bersumber dari bahan bakar fo-sil
semakin menipis. Laut sebagai Last Frontier di
bumi memang menjadi tujuan akhir menjawab
tantangan kekurangan energi. Diperkirakan potensi
laut mampu memenuhi empat kali kebutuhan listrik
dunia se-hingga tidak mengherankan ber-bagai
negara maju telah berlomba memanfaatkan energi
ini. Secara umum, lautan dapat memproduksi dua
tipe energi yaitu energi dari kandungan air laut,
perbedaan suhu dan salinitas (termodinamika) serta
energi gelombang dan arus (mekanik/kinetika).
Indonesia yang terletak di garis katulistiwa, hampir
sepanjang tahun mendapat sinar matahari sekaligus
memiliki lautan luas serta garis lingkar pantai
yangpanjang.
Artinya kita memiliki sumber energi potensial yang
sangat besar dan tidak ada habisnya. Dengan
kondisi alam ini sudah semestinya kita tidak perlu
khawatir akan kehabisan sumber energi.
Persoalannya tinggal ba-gaimana kita
memanfaatkan dan mengelola potensi ini. Sumber
energi arus pasang-surut dunia hanya untuk jenis
Tidal Fence diperkirakan lebih dari 450.000 MW
dan dari potensi tersebut baru sebagian kecil
dimanfaatkan. Banyak lokasi dunia dinilai sebagai
tempat yang cocok bagi pembangunan pem-bangkit
energi arus pasut ini termasuk Indonesia.

FINAL PROJECT ME091336
FINAL PRESENTATION ( P3)
MONDAY-TUESDAY,JANUARY 24-25, 2011

DEPT MARINE ENGINEERING ITS
SURABAYA 2011



1.2 PERUMUSAN MASALAH

1.2.1 Permasalahan.
Beberapa permasalahan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Menganalisa performansi dari turbin Kaplan
untuk besar arus tertentu
2. Menganalisa performansi dengan
memvariasikan dimensi karakteristik dari
blade turbin

1.2.1 Batasan Masalah.
Dari permasalahan yang harus diselesaikan
di atas maka perlu adanya pembatasan masalah
serta ruang lingkupnya agar dalam melakukan
analisa nantinya tidak melebar dan mempermudah
dalam melakukan analisa, batasan tersebut yaitu :


1. sebatas menganalisa performansi Kaplan
turbine dengan data data arus yang diambil
serta memvariasikan dimensi karakteristik
turbin
2. Tidak membahas factor ekonomis
3. Tidak membahas penempatan turbin
4. Tidak merencanakan sistem turbin secara
keseluruhan
Dalam proses pengerjaan menggunakan
software CFD serta software pendukung
lainnya

1.3. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penelitian ini adalah :
Tujuan penelitian ini adalah :Mengetahui
performansi yang dihasilkan kaplan turbine dengan
besar arus tertentu serta pengaruh perbedaan
dimensi karakteristik runner turbin dengan hasil
daya, dan torsi yang didapat.

1.4 MANFAAT TUGAS AKHIR

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah
sebagai bahan referensi dan studi untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan tugas akhir
ini serta mengetahui performansi turbin Kaplan
setelah memvariasikan dimensi karakteristik dan
arus laut yang mengenai runner turbin.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arus Laut (Sea Current)
Arus laut (sea current) adalah gerakan
massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik
secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara
horizontal (gerakan ke samping). Contoh-contoh
gerakan itu seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang
membelok arah arus dari tenaga rotasi bumi.
Pembelokan itu akan mengarah ke kanan di
belahan bumi utara dan mangarah ke kiri di
belahan bumi selatan. Gaya ini yang
mengakibatkan adanya aliran gyre yang searah
jarum jam (ke kanan) pada belahan bumi utara dan
berlawanan dengan arah jarum jam di belahan bumi
selatan. Perubahan arah arus dari pengaruh angin
ke pengaruh gaya coriolis dikenal dengan spiral
ekman. Menurut letaknya arus dibedakan menjadi
dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas
adalah arus yang bergerak di permukaan laut.
Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak
di bawah permukaan laut. Faktor pembangkit arus
permukaan disebabkan oleh adanya angin yang
bertiup diatasnya. Tenaga angin memberikan
pengaruh terhadap arus permukaan (atas) sekitar
2% dari kecepatan angin itu sendiri. Kecepatan
arus ini akan berkurang sesuai dengan makin
bertambahnya kedalaman perairan sampai pada
akhirnya angin tidak berpengaruh pada kedalaman
200 meter.
Di laut terbuka, air laut digerakan oleh
dua sistem angin. Di dekat khatulistiwa, angin
pasat (trade wind) menggerakkan permukaan air ke
arah barat. Sementara itu, di daerah lintang sedang
(temperate), angin baratan (westerlies wind)
menggerakkan kembali permukaan air ke timur.
Akibatnya di samudera-samudera akan ditemukan
sebuah gerakan permukaan air yang "membundar".
Di belahan bumi utara, angin ini membangkitkan
arus yang bergerak searah jarum jam, sementara itu
di belahan bumi selatan dia bergerak berlawanan
arah jarum jam.

daerah air naik di indonesia

Arus laut, baik yang di permukaan
maupun di kedalaman, berperan dalam iklim di
Bumi dengan cara menggerakkan air dingin dari
kutub ke daerah tropis dan sebaliknya. Sistem arus
global yang mempengaruhi iklim di Bumi ini biasa
disebut sebagai "Great Ocean Conveyor Belt" atau
dalam bahasa Indonesia biasa menyebut sebagai
"Sabuk Arus Laut Dunia". Air laut selalu dalam
keadaan bergerak. Arus laut bergerak tak ubahnya
arus di sungai, gelombang laut bergerak dan
menabrak pantai, dan gaya gravitasi bulan dan
matahari mengakibatkan naik turunnya air laut dan
biasa disebut sebagai fenomena pasang surut laut.
Arus laut terjadi akibat perbedaan penyinaran
matahari diberbagai tempat di lautan perbedaan ini
menyebabkan perbedaan temperature dan kadar
garam air laut berbeda dan mempengaruhi air laut
itu sendiri. Perbedaan ini pada akhirnya akan
menimbulkan arus laut.
Arus laut yang tetap dapat dibagi menjadi :
a. Arus laut karena thermo haline
convection ( disebabkan permukaan
air laut yang dingin di daerah kutub
b. Arus laut karena curah hujan lebih
besar dari penguapan atau sebaliknya
( pada lauta tertentu )
c. Arus laut karena adanya transfer
energy dari angina yang konstan pada
permukaan laut. ( Saut Gurning,
R.O.1995)


2.2 Turbin
2.2.1 Macam macam Turbin
Turbin Air dapat diklasifikasikan
dengan berbagai cara, namuna yang paling
utama adalah dengan melihat cara turbin
mengbah energi air menjadi energy puntir.
Adapun macamnya adalah :
1. Turbin impuls
Penggerak turbin secara langsung
mengubah tenaga kinetic dan tekanan
secara bersamaan menjadi energy
mekanik. Yang temasuk dalam tipe ini
adalah turbin baling baling, Kaplan,
francis dan dariaz.
2. Turbin reaksi
Tekanan air keluar melalui mulut pipa
pemancar dan mengenai sudu sudu.
Contohnya turbin pelton.

2.2.2 Daya Turbin ( Horisontal Axist Water
Turbine )
Besar tenaga yang dihasilkan oleh
sebuah trubin adalah:

P = 0.5 x m x v
2
.......( 2.1 )

Dimana,
P = daya output effective, watt
m = massa air laut yang melewati suatu luasan
per satuan waktu
v = kecepatan air laut, m
3
/s

A. Massa air laut ( m )
Besar air laut dapat dihitung
berdasarkan jumlah massa air yang melalui
sudu turbin dengan rumus :
Q = A x V x .( 2.2)
Maka rumus 2.2 disubstitusikan
pe persamaan 2.1 sehingga persamaan
menjadi

P = 0.5 x x v
3
x A .( 2.3 )


Dimana,
= massa jenis air laut
A = luasan yang dilalui air laut.

2.2.3 Putaran Turbin
Untuk merencanakan putaran turbin
terlebih dahulu kita ketahui besarnya putaran
generator yang akan digunakan . putaran ini
juga menjadi putaran turbin yang direncanakan.
Putaran generator ditentukan dengan persamaan
Ng=60 x f / P ( Rpm ) .( 2. 4)

2.2.4 Desain dan Aplikasi
Pemilihan turbin kebanyakan didasarkan
pada head air yang didapatkan dan kurang lebih
pada rata-rata alirannya. Umumnya, turbin
impuls digunakan untuk tempat dengan head
tinggi, dan turbin reaksi digunakan untuk
tempat dengan head rendah. Turbin Kaplan baik
digunakan untuk semua jenis debit dan head,
efisiiensinya baik dalam segala kondisi aliran.
Turbin kecil (umumnya dibawah 10 MW)
mempunyai poros horisontal, dan kadang
dipakai juga pada kapasitas turbin mencapai
100 MW. Turbin Francis dan Kaplan besar
biasanya mempunyai poros / sudu vertikal
karena ini menjadi penggunaan paling baik
untuk head yang didapatkan, dan membuat
instalasi generator lebih ekonomis. Poros Pelton
bisa vertikal maupun horisontal karena ukuran
turbin lebih kecil dari head yang di dapat atau
tersedia. Beberapa turbin impuls menggunakan
beberapa semburan air tiap semburan untuk
meningkatkan kecepatan spesifik dan
keseimbangan gaya poros.
Adapun tipe penggunaan turbin adalah sebagai
berikut
Kaplan 2<H<40(H=head dalam
meter)
Francis 10<H<350
Pelton 50<1300
Turgo 50<H<250

Turbine application chart
2.2.5 Kecepatan spesifik
Kecepatan spesifik (n
s
), menunjukkan
bentuk dari turbin itu dan tidak berhubungan
dengan ukurannya. Hal ini menyebabkan desain
turbin baru yang diubah skalanya dari desain
yang sudah ada dengan performa yang sudah
diketahui. Kecepatan spesifik merupakan
kriteria utama yang menunjukkan pemilihan
jenis turbin yang tepat berdasarkan karakteristik
sumber air.
Kecepatan spesifik dari sebuah turbin juga
dapat diartikan sebagai kecepatan ideal,
persamaan geometris turbin, yang
menghasilkan satu satuan daya tiap satu satuan
head.
Kecepatan spesifik tubin diberikan oleh
perusahaan (dengan penilaian yang lainnya) dan
dan selalu dapat diartikan sebagai titik efisiensi
maksimum. Perhitungan tepat ini menghasilkan
performa turbin dalam jangkauan head dan
debit tertentu.
Tabel hubungan putaran spesifik dan tipe turbin
(saut gurning)




n = rpm

, = kecepatan sudut (radian/detik)













2.2.6 Turbin Kaplan
2.2.6.1 Moment Turbine Kaplan

















Moment Blade


( ) ( ) | |
2
'
1 4 rk a k a a u r
dr
dT
o
O + = t
..( 2.5)
( )k a a u r
dr
dT
O = 1 4
'
0
3
t ( 2.6 )
L
C cBW
dr
dL
2
2
1
= ( 2.7)
D
C cBW
dr
dD
2
2
1
= .( 2.8)

2.2.6.2 Kekuatan Blade pada Turbin Kaplan
a. Torsi dari Rotor :

D
dr
dD
dr
dL
dr
dT
| | sin cos + = (2.9)

Ns (rpm) Turbine Type
4 to 35
17 to 50
24 to 70
80 to 120
120 to 220
220 to 350
350 to 430
300 to 1000
Pelton with 1 nozle
Pelton with 2 nozles
Pelton with 4 nozles
Francis turbine, low speed
Francis turbin, normal sped
Francis turbine, high speed
Francis turbine express
Propeller and kaplan
(

+ = u | cos sin
dr
dD
dr
dL
dr
dQ
( 2.10)
b. Power Turbin kaplan


| t
o
2
2
sin
) 1 ( 2 KxC a TSR
dr
dCp
= ( 2.11)
D
T
C cBW
KCx a
dx
dC
2
2
2
sin
) 1 ( 2

| t
o

= ( 2.12)

3. METODOLOGI

3.1 Umum
Suatu karya ilmiah yang baik memiliki
metodologi yang akurat dan terperinci dengan
sumber informasi yang seluas luasnya. Dalam
pengerjaan tugas akhir ini untuk mencapai hasil
yang diinginkan, diperlukan kerangka
pengerjaan yang terstruktur. Kerangka ini berisi
urutan proses pengerjaan mulai pengumpulan
data sampai diperoleh hasil akhir.

3.2. Simulasi Model
3.2.1. Penggambaran model
Langkah berikutnya adalah membuat
rancangan blade turbin termasuk dalam
tahap ini adalah menghitung dan
mengolah data dimensi dan koordinat
kurva kurva bentuk model. Dengan cara
yang sama maka akan divariasikan untuk
analisa, variasi yang ada yaitu variasi
jumlah blade, dalam hal ini menggunakan
3, 4, 5 dan 6 jumlah blade serta variasi
pitch rasio 0.6 (15.27
0
), pitch 0.6+5
0
, pitch
0.6+10
0
.

3.2.2. Simulasi model
Ada tiga tahap daalm proses simulasi
ANSYS, yaitu prepocesor, solution dan
postprocesor. Tahap prepocesor adalah
tahap untuk membuat model geometri,
mendefinisikan sifat material model
)mekanis dan fisika), dan proses
pembuatan elemen dan node pada model
(meshing). Pada tahap solution digunakan
untukk menentukan tipe penyelesaian
terhadap analisa yang dilakukan, apakah
statik atau dinamik. Penyelesaian
dilakukan terhadap model dalam bentuk
elemen dengan pembebanan dan kondisi
batas yang diberikan pada model.
Sedangkan pada tahap postprocesor
digunakan untuk menampilkan hasil
iterasi analisa komputer terhadap model.
Dari hasil simulasi, diperoleh distribusi
tegangan serta hubungannya terhadap
dimensi dan variasi yang ada.




3.3. Tahap analisa data dan penyelesaian
Data yang diperoleh kemudian diolah melalui
perhitungan-perhitungan berupa nilai torque yang
muncul serta efisiensi energi yang kemudian
ditabulasikan dan dibuat grafik tren hubungan antar
variable-variabel yang ada. Setelah analisa
dilakukan, maka dibuat perbandingan antara hasil
analisa dengan data awal yang ada. Dari
perbandingan ini maka dapat ditarik suatu
kesimpulan untuk merangkum keseluruhan hasil
penelitian. Langkah terakhir dari analisa ini adalah
pendokumentasian skripsi.

4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
.1 Data Awal

Penelitian ini menggunakan data awal berupa
arus dasar laut beserta kedalamannya. Data
tersebut diambil di wilayah sekitar Selat Bali.
Data tersebut tertera pada table di bawah:
Daftar tempat pengambilan arus
1. Banyuwangi
2. Manyar
3. Ketapang
4. Watu dodol

Data arus Musim Angin Timur (rata
rata)
Lokasi Kecepatan Arus (m/s)
1
2
3
4
0.6
1.2
1.6
1.8
Table 4.1

Data arus Musim Angin Barat (rata rata)
Lokasi Kecepatan Arus (m/s)
1
2
3
4
0.9
2.1
2.9
4.2
Table 4.2


.2 Menentukan putaran Turbin
Untuk menentukan putaran dalam simulasi,
maka divariasikan besar nilai J, yaitu 0.4, 0.6
dan 0.8, sehingga didapat variasi putaran 9
rps, 6 rps dan 4.5 rps untuk masing masing
variasi pitch.
Adapun rumusnya adalah :




.3 Model Turbin

Dari data arus yang didapat diatas, maka
dipilih besar arus disuatu daerah yang
memiliki rata rata arus tertinggi, tapi
arusnya yang terendah yaitu daerah perairan
watu dodol.
Dari daerah watu dodol, didapat besar arus
yaitu 1.8 m/s. dari besar arus tersebut maka
ditentukan diameter turbin adalah 0.5 m.

.4 Variasi Model

Dalam analisa, model utama turbin ada tiga
macam, yaitu blade 3 daun, 4 daun dan 5
daun. Dari masing masing model yang
memiliki pitch ratio 0.6, divariasikan sudut
turbin (pitch ratio), masing masing pitch
ratio awal (0.6), pitch ratio awal + 5
0
, pitch
ratio awal +10
0
. Setelah itu dari masing
masing variasi model pitch rasio divariasikan
kembali dengan variasi J, Jadi total model
yang disimulasikan adalah 27 variasi.
.5 Simulasi

dari model yang sudah dibuat, maka model
model tersebut disimulasikan dalam software
CFD. Ada beberapa langkah dalam simulasi
ANSYS, yaitu tahap ICEM, PRE, SOLVER,
dan terakhir adalah POST.
Dalam tahap PRE, model dilengkapi dengan
beberapa hal berikut :

Domain
Domain merupakan daerah batas atau ruang
lingkup fluida dimana fluida tersebut berada dan
bekerja. Pada simulasi ini akan dibuat dua
domain yaitu domain rotating dan domain
stationer dimana fluida yang bekerja pada kedua
domain tersebut adalah air.
Pada domain rotating, fluida akan berputar
dengan putaran tertentu, dimana pada domain ini
terdapat model turbin dengan kecepatan putar
sesuai dengan variasi yang ditentukan
sebelumnya.
Sedangkan pada domain stationer, aliran
fluida yang bergerak pada domain ini bergerak
secara translasi.
Untuk menghubungkan sebuah domain
dengan domain lainnya diperlukan domain
interface. Pada simulasi ini digunakan domain
interface untuk menghubungkan lurus diam dan
berputar. Parameter-parameter yang digunakan :
Tipe interface : fluid-fluid
Model interface : General connection
Frame change : Frozen rotor

Boundary
Boundary atau bisa juga disebut
kondisi batas dibuat untuk mengetahui
karakteristik benda dan fluida agar mendekati
dengan kondisi yang sebenarnya. Pada
simulasi ini, terlebih dahulu model akan
diletakkan dalam sebuah silinder sebagai
pembatas aliran fluida yang akan dilewati.
Kondisi batas yang dibentuk
diantaranya berupa inlet yaitu sebagai saluran
masuknya fluida, outlet sebagai saluran
keluarnya fluida dan wall (dinding pembatas)
yang digunakan sebagai boundary pada model
serta silinder pembatas aliran fluida.
inlet
Pada simulasi digunakan dua inlet
untuk dua jenis domain yang telah dibuat
sebelumnya, yang pertama yaitu inlet untuk
domain stationer dengan parameter input
berupa V (kecepatan arus) yaitu 1.8 m/s.
Sedangkan untuk inlet kedua adalah bagian
domain rotating, input parameter yang
digunakan adalah massflow rate dengan
ketentuan berikut.
Q = V. A
= V
.
D
2
. air laut
= 1.8 x 0.300402 x 1025
= 554.242 kg/s

Outlet
Outlet merupakan bagian dari
domain stationer dengan parameter yang
dipakai adalah tekanan statis rata-rata sebesar
1 atm yang bersifat relative terhadap tekanan
fluida pada domain.



Wall
Wall merupakan dinding pembatas
fluida kerja yang dikondisikan pada model
percobaan. Silinder yang digunakan untuk
meletakkan model turbin ditetapkan sebagai
wall dengan parameter opening, dimana aliran
fluida yang bekerja pada percobaan dianggap
tidak akan memantul kembali ke dalam
silinder jika mengenai silinder pembatas
tersebut . Sedangakn model tubin yang
digunakan juga bertipe wall tetapi dengan
parameter no slip yang artinya terdapat
gesekan pada model tersebut apabila dilewati
fluida kerja.

Solver
Program solver CFD ini bertujuan
untuk melakukan proses pengolahan data
dengan perhitungan numerik komputer dari
semua parameter-parameter yang telah
ditentukan pada domain dan boundary
condition di atas.
Pada tahap ini, parameter yang
digunakan adalah
Maximum iteration = 50
Timescale control = Automatic time scale
Convergence criteria (residual target) = 1 x
10
-4
Iterasi diatas digunakan untuk
memperoleh konvergensi, yaitu kesesuaian
(matching) antara input simulasi (boundary
condition dan parameter lain) atau tebakan
yang diberikan dengan hasil perhitungan yang
diperoleh (kriteria output). Semakin kecil
selisih konvergensi maka hasil yang diperoleh
semakin akurat.

Post
Tahap post ini bertujuan untuk
menampilkan hasil pengolahan data yang
telah dilakukan pada proses solver. Hasil yang
diperolah dapat berupa data numerik maupun
data visual. Data yang diperoleh akan
digunakan sesuai dengan tujuan dari
percobaan yang dilakukan.
Berikut ini adalah contoh data visual
yang diambil dari tahap post berdasarkan
proses simulasi.




.6 Perhitungan
- Torque Value
Untuk mencari nilai torque, maka
menggunakan function calculator yang berada di
post result ANSYS. Karena blade turbin pada
model dipisah antara face dan back, maka nilai dari
torque ditambahkan.

Q = torque
face
+ torque
back

Q = (-403.163) + (394.737)
Q = 8.426 Nm

- Daya (power)
Dalam perhitungan power dari model yang
disimulasikan, maka menggunakan rumus sebagai
berikut.
P = Q x e
Ket : Q = torsi (Newton)
e = kecepatan angular (rpm)

Sehingga didapat daya sebagai berikut.
P = 8.426 x ( 9x60/2t)
P = 724.53 Watt

- Effisiensi (q )
Menggunakan persamaan 2.4, maka efisiensi
turbin adalah sebagai berikut.

q = daya yang dihasilkan / 0.5 x x v
3
x A
= 724.53 / 0.5 x 1025 1.8
3
x 0.785
= 0.3088
= 0.31 %










Dari perhitungan diatas,maka didapat torsi
dan daya sebagai berikut.


No Blade sudut rps
Torque (Nm)
Torsi
Total
Daya
(Watt)
Eff %
face back
1 3 15.27 9 -403.16 394.74 8.43 724.53 30.88
2 3 15.27 6 -403.10 393.90 9.20 527.16 22.47
3 3 15.27 4.5 -403.03 393.46 9.57 411.62 17.54
4 3 20.27 9 -527.83 518.06 9.77 839.75 35.79
5 3 20.27 6 -528.75 515.30 13.45 770.90 32.86
6 3 20.27 4.5 -528.92 514.85 14.07 604.88 25.78
7 3 25.27 9 -644.14 633.71 10.43 896.93 38.23
8 3 25.27 6 -645.23 630.17 15.05 862.91 36.78
9 3 25.27 4.5 -645.88 629.20 16.68 716.92 30.56
10 4 15.27 9 -399.47 390.24 9.22 793.15 33.80
11 4 15.27 6 -399.93 388.36 11.58 663.54 28.28
12 4 15.27 4.5 -399.90 388.49 11.41 490.64 20.91
13 4 20.27 9 -524.25 513.66 10.60 911.29 38.84
14 4 20.27 6 -524.88 511.37 13.50 774.06 32.99
15 4 20.27 4.5 -525.22 510.87 14.36 617.26 26.31


No Blade sudut rps
Torque (Nm)
Torsi
Total
Daya
(Watt)
Eff %
face back
16 4 25.27 9 -644.80 634.05 10.75 924.45 39.40
17 4 25.27 6 -645.71 631.15 14.56 834.88 35.58
18 4 25.27 4.5 -646.08 630.05 16.03 689.23 29.38
19 5 15.27 9 -409.44 400.38 9.06 779.22 33.21
20 5 15.27 6 -409.32 399.90 9.43 540.29 23.03
21 5 15.27 4.5 -409.21 399.51 9.71 417.34 17.79
22 5 20.27 9 -534.96 523.85 11.11 954.89 40.70
23 5 20.27 6 -535.38 521.43 13.95 799.62 34.08
24 5 20.27 4.5 -535.58 521.10 14.48 622.63 26.54
25 5 25.27 9 -654.95 643.61 11.34 975.44 41.57
26 5 25.27 6 -655.79 640.57 15.22 872.37 37.18
27 5 25.27 4.5 -655.76 639.77 15.98 687.12 29.29
28 6 15.27 9 -405.16 395.37 9.79 841.64 35.87
29 6 15.27 6 -405.25 393.65 11.59 664.57 28.32
30 6 15.27 4.5 -405.19 393.94 11.24 483.42 20.60
31 6 20.27 9 -534.31 523.13 11.18 961.60 40.98
32 6 20.27 6 -534.69 520.51 14.17 812.52 34.63
33 6 20.27 4.5 -534.56 520.32 14.24 612.27 26.10
34 6 25.27 9 -657.07 645.50 11.56 994.44 42.38
35 6 25.27 6 -657.92 642.11 15.81 906.13 38.62
36 6 25.27 4.5 -657.72 641.41 16.31 701.40 29.89



.1 Pembahasan
Dari data data pada tabel di subbab
sebelumnya, kemudian akan di plot pada bentuk
grafik untuk mengetahui karakterisik dari variasi
model model yang telah dibuat.




Gambar 4.8 hubungan besar torsi dan variasi
sudut pitch

Dari grafik 4.1, dapat dilihat hubungan antara
besar torsi dengan penambahan pitch adalah
berbanding lurus. Makin besar pitch rasio, maka
akan didapatkan nilai torsi yang semakin besar
pula. Harga torsi tertinggi pada model dengan
jumlah blade tiga adalah model
Ka3a50p10j3(putaran 4.5 rps) dengan besar torsi
sebesar 16.68 Nm. Sedangkan untuk seluruh
model, torsi tertinggi juga pada model
Ka3a50p10j3.
Dari grafik diatas juga dapat diketahui bahwa
torque dan putaran blade adalah berbanding
terbalik. Semakin cepat putaran turbin, maka torsi
yang didapat akan semakin kecil.


Gambar 4.9 hubungan besar torsi dan variasi
sudut pitch

Pada grafik 4.2, variasi sudut pitch
mempengaruhi pada besar torsi yang dihasilkan
oleh turbin. Dari grafik dapat dilihat semakin besar
sudut blade, maka besar torsi akan semakin besar
pula (berbanding lurus). Namun ada kalanya torque
akan mencapai nilai optimum ketika sudut pitch
mencapai nilai tertentu ( sehingga dibutuhkan
percobaan dengan variasi pitch yang lebih banyak
atau lebih besar). Grafik diatas merupakan grafik
variasi sudut pitch pada blade berbeda tapi dengan
kecepatan putar 9 rps.




Gambar 4.10 Hubungan besar daya dan variasi
putaran pada sudut pitch yang sama

Pada pitch rasio +10
0
, didapat harga torsi pada
model Ka3a50p10 memiliki nilai yang paling
besar. Namun pada putaran tinggi, nilai torque akan
berbalik, blade dengan jumlah daun terbanyak akan
memiliki torsi paling besar. Hal ini karena jumlah
daun berpengaruh pada torsi yang dihasilkan.
Trenline yang sama akan didapat pada variasi pitch
yang lainnya.


Gambar 4.11 Perbandingan besar daya dan
variasi putaran pada blade 3 daun dengan variasi
sudut pitch

Dari pembacaan grafik diatas, maka dapat dilihat
hubungan putaran turbin dengan daya yang
dihasilkan. Semakin cepat putaran turbin, maka
daya yang dihasilkan akan semakin besar, dan
sebaliknya, putaran yang kecilakan menghasilkan
daya yang kecil pula. Hal ini karena putaran turbin
berbanding lurus dengan daya yang dihasilkan.







Gambar 4. 12 Perbandingan besar daya dan
variasi sudut pitch pada blade 3 daun dengan
variasi putaran

Pada grafik 4.4, terlihat bahwa pada sudut pitch
yang sama, blade dengan putaran 9 rps memiliki
daya lebih besar dari pada blade dengan putaran
yang lebih besar.




Gambar 4.13 Perbandingan besar daya dan
variasi sudut pitch pada blade 3, 4, 5, dan 6 daun

Grafik 4.5 merupakan perbandingan daya dan sudut
pitch antar blade. Pada grafik diatas terlihat bahwa
putaran 9 rps, daya tertinggi dicapai oleh turbin 6
daun dengan posisi sudut pitch 25.27
0
(pitch 0.6
+10). Hal ini membuktikan bahwa jumlah blade
dan pitch pada turbin mempengaruhi daya yang
dihasilkan.















Gambar 4.14 Perbandingan efisiensi dan putaran
turbin pada blade 3 daun

Grafik perbandingan efisiensi dengan putaran pada
blade 3 menunjukkan bahwa seiring bertambahnya
putaran turbin, maka efisiensi turbin akan naik.
Namun pada variasi pitch 25.27
0
,dan 20,27 , pada
penambahan putaran setelah mencapai putaran 9
rps, penambahan efisiensi tidak terlalu besar. Jika
putaran terus ditambah melebihi 9 rps,
dimungkinkan akan terjadi aliran turbulensi
disekitar turbin sehingga terjadi kavitasi.



Gambar 4.15 Perbandingan efisiensi dan putaran
turbin
antar variasi balde

grafik 4.7 menunjukkan perbandingan antara
efisiensi dan putaran pada variasi jumlah blade
pada model. Dari grafik dapat dibaca bahwa pada
model 6 blade, efisiensi tertinggi terjadi pada
penambahan sudut 10
0
. Harga efisiensi ini juga
sebagai efisiensi tertinggi dari seluruh model
dengan variasi daun berbeda. Namun dari grafik
juga dapat dibaca, penambahan sudut pitch setelah
25.27
0
tidak menghasilkan penambahan efisiensi
yang besar. Ini dimungkinkan karena timbul aliran
turbulen disekitar turbin yang menjadikan
penyerapan energi kinetik dari air tidak diserap
sempurna oleh turbin.

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan simulasi yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Dari data-data yang telah didapat dari
simulasi yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa gaya torsi paling besar
adalah pada model Ka3a50p10j1 ( jumlah
blade 3, pitch awal +10
0
, serta variasi J =
0.8 atau putaran 9 rps). pada model
tersebut didapat besar torsi adalah senilai
16.68 Nm.
2. Efisiensi terbesar dicapai oleh model
Ka6a50p10j1 sebesar 42.38%.
3. Variasi sudut blade serta putaran blade
mempengaruhi nilai torsi dan daya turbin.
4. Variasi pitch yang disimulasikan
mempengaruhi besar torsi yang
dihasilkan. Ini karena gaya yang diserap
dari kecepaan arus akan juga terpengaruh.

5.2 Saran

1. Nilai daya yang muncul merupakan nilai
energi yang terserap oleh blade ( dari
energi kinetik air), bukan merupakan daya
keluaran dari generator.
2. Pemakaian ukuran meshing dan waktu
iterasi yang lebih banyak agar hasil
pembacaan simulasi menjadi lebih
mendekati kenyataan.
3. Untuk mencapai hasil yang lebih bagus
variasi percobaan yang dilakukan kajian
lebih dalam mengenai detail variable pada
simulasi CFDyang sesuai dengan kondisi
sebenarnya, sehingga data lebih valid.


REFERENSI
[1] Rizal, Mokhammad Fakhrur.2010. Tugas Akhir
Analisa Pengaruh Peletakan Overlapping
Propeller dengan Pendekatan CFD.
[2] http://anggunsite.blogspot.com/
[3]http://oseanografi.blogspot.com/2006/09/air-
laut-yang-selalu-bergerak.html
[4]http://www.e-
dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=99&fname
=geox0810.htm dikunjungi tanggal 25 agustus
2010
[5]http://www.wikipedia.com dikunjungi tanggal
25 agustus 2010
[6]http://agungchynta.files.wordpress.com/2007/03
/turbin-air.ppt dikunjungi tanggal 25 agustus
2010
[7] Gurning, Saut R. O.1995. Tugas Akhir
Perencanaan Instalasi Turbin Bawah Air di
Selat Bali.
[8] Surya, Dony Febrina Dwiadi. Tugas Akhir
Analisa Bentuk Blade Turbin Pembangkit
Listrik Tenaga Ombak Dengan Pendekatan
CFD.
[9] http://www.ccitonline.com/ Rancang Bangun
Turbin Angin Tipe Blade Vertikal (Kelompok
IV).htm
[10]. Harvald, Sv. Aa. Tahanan dan Propulsi
Kapal. Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai