+ = u | cos sin
dr
dD
dr
dL
dr
dQ
( 2.10)
b. Power Turbin kaplan
| t
o
2
2
sin
) 1 ( 2 KxC a TSR
dr
dCp
= ( 2.11)
D
T
C cBW
KCx a
dx
dC
2
2
2
sin
) 1 ( 2
| t
o
= ( 2.12)
3. METODOLOGI
3.1 Umum
Suatu karya ilmiah yang baik memiliki
metodologi yang akurat dan terperinci dengan
sumber informasi yang seluas luasnya. Dalam
pengerjaan tugas akhir ini untuk mencapai hasil
yang diinginkan, diperlukan kerangka
pengerjaan yang terstruktur. Kerangka ini berisi
urutan proses pengerjaan mulai pengumpulan
data sampai diperoleh hasil akhir.
3.2. Simulasi Model
3.2.1. Penggambaran model
Langkah berikutnya adalah membuat
rancangan blade turbin termasuk dalam
tahap ini adalah menghitung dan
mengolah data dimensi dan koordinat
kurva kurva bentuk model. Dengan cara
yang sama maka akan divariasikan untuk
analisa, variasi yang ada yaitu variasi
jumlah blade, dalam hal ini menggunakan
3, 4, 5 dan 6 jumlah blade serta variasi
pitch rasio 0.6 (15.27
0
), pitch 0.6+5
0
, pitch
0.6+10
0
.
3.2.2. Simulasi model
Ada tiga tahap daalm proses simulasi
ANSYS, yaitu prepocesor, solution dan
postprocesor. Tahap prepocesor adalah
tahap untuk membuat model geometri,
mendefinisikan sifat material model
)mekanis dan fisika), dan proses
pembuatan elemen dan node pada model
(meshing). Pada tahap solution digunakan
untukk menentukan tipe penyelesaian
terhadap analisa yang dilakukan, apakah
statik atau dinamik. Penyelesaian
dilakukan terhadap model dalam bentuk
elemen dengan pembebanan dan kondisi
batas yang diberikan pada model.
Sedangkan pada tahap postprocesor
digunakan untuk menampilkan hasil
iterasi analisa komputer terhadap model.
Dari hasil simulasi, diperoleh distribusi
tegangan serta hubungannya terhadap
dimensi dan variasi yang ada.
3.3. Tahap analisa data dan penyelesaian
Data yang diperoleh kemudian diolah melalui
perhitungan-perhitungan berupa nilai torque yang
muncul serta efisiensi energi yang kemudian
ditabulasikan dan dibuat grafik tren hubungan antar
variable-variabel yang ada. Setelah analisa
dilakukan, maka dibuat perbandingan antara hasil
analisa dengan data awal yang ada. Dari
perbandingan ini maka dapat ditarik suatu
kesimpulan untuk merangkum keseluruhan hasil
penelitian. Langkah terakhir dari analisa ini adalah
pendokumentasian skripsi.
4. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
.1 Data Awal
Penelitian ini menggunakan data awal berupa
arus dasar laut beserta kedalamannya. Data
tersebut diambil di wilayah sekitar Selat Bali.
Data tersebut tertera pada table di bawah:
Daftar tempat pengambilan arus
1. Banyuwangi
2. Manyar
3. Ketapang
4. Watu dodol
Data arus Musim Angin Timur (rata
rata)
Lokasi Kecepatan Arus (m/s)
1
2
3
4
0.6
1.2
1.6
1.8
Table 4.1
Data arus Musim Angin Barat (rata rata)
Lokasi Kecepatan Arus (m/s)
1
2
3
4
0.9
2.1
2.9
4.2
Table 4.2
.2 Menentukan putaran Turbin
Untuk menentukan putaran dalam simulasi,
maka divariasikan besar nilai J, yaitu 0.4, 0.6
dan 0.8, sehingga didapat variasi putaran 9
rps, 6 rps dan 4.5 rps untuk masing masing
variasi pitch.
Adapun rumusnya adalah :
.3 Model Turbin
Dari data arus yang didapat diatas, maka
dipilih besar arus disuatu daerah yang
memiliki rata rata arus tertinggi, tapi
arusnya yang terendah yaitu daerah perairan
watu dodol.
Dari daerah watu dodol, didapat besar arus
yaitu 1.8 m/s. dari besar arus tersebut maka
ditentukan diameter turbin adalah 0.5 m.
.4 Variasi Model
Dalam analisa, model utama turbin ada tiga
macam, yaitu blade 3 daun, 4 daun dan 5
daun. Dari masing masing model yang
memiliki pitch ratio 0.6, divariasikan sudut
turbin (pitch ratio), masing masing pitch
ratio awal (0.6), pitch ratio awal + 5
0
, pitch
ratio awal +10
0
. Setelah itu dari masing
masing variasi model pitch rasio divariasikan
kembali dengan variasi J, Jadi total model
yang disimulasikan adalah 27 variasi.
.5 Simulasi
dari model yang sudah dibuat, maka model
model tersebut disimulasikan dalam software
CFD. Ada beberapa langkah dalam simulasi
ANSYS, yaitu tahap ICEM, PRE, SOLVER,
dan terakhir adalah POST.
Dalam tahap PRE, model dilengkapi dengan
beberapa hal berikut :
Domain
Domain merupakan daerah batas atau ruang
lingkup fluida dimana fluida tersebut berada dan
bekerja. Pada simulasi ini akan dibuat dua
domain yaitu domain rotating dan domain
stationer dimana fluida yang bekerja pada kedua
domain tersebut adalah air.
Pada domain rotating, fluida akan berputar
dengan putaran tertentu, dimana pada domain ini
terdapat model turbin dengan kecepatan putar
sesuai dengan variasi yang ditentukan
sebelumnya.
Sedangkan pada domain stationer, aliran
fluida yang bergerak pada domain ini bergerak
secara translasi.
Untuk menghubungkan sebuah domain
dengan domain lainnya diperlukan domain
interface. Pada simulasi ini digunakan domain
interface untuk menghubungkan lurus diam dan
berputar. Parameter-parameter yang digunakan :
Tipe interface : fluid-fluid
Model interface : General connection
Frame change : Frozen rotor
Boundary
Boundary atau bisa juga disebut
kondisi batas dibuat untuk mengetahui
karakteristik benda dan fluida agar mendekati
dengan kondisi yang sebenarnya. Pada
simulasi ini, terlebih dahulu model akan
diletakkan dalam sebuah silinder sebagai
pembatas aliran fluida yang akan dilewati.
Kondisi batas yang dibentuk
diantaranya berupa inlet yaitu sebagai saluran
masuknya fluida, outlet sebagai saluran
keluarnya fluida dan wall (dinding pembatas)
yang digunakan sebagai boundary pada model
serta silinder pembatas aliran fluida.
inlet
Pada simulasi digunakan dua inlet
untuk dua jenis domain yang telah dibuat
sebelumnya, yang pertama yaitu inlet untuk
domain stationer dengan parameter input
berupa V (kecepatan arus) yaitu 1.8 m/s.
Sedangkan untuk inlet kedua adalah bagian
domain rotating, input parameter yang
digunakan adalah massflow rate dengan
ketentuan berikut.
Q = V. A
= V
.
D
2
. air laut
= 1.8 x 0.300402 x 1025
= 554.242 kg/s
Outlet
Outlet merupakan bagian dari
domain stationer dengan parameter yang
dipakai adalah tekanan statis rata-rata sebesar
1 atm yang bersifat relative terhadap tekanan
fluida pada domain.
Wall
Wall merupakan dinding pembatas
fluida kerja yang dikondisikan pada model
percobaan. Silinder yang digunakan untuk
meletakkan model turbin ditetapkan sebagai
wall dengan parameter opening, dimana aliran
fluida yang bekerja pada percobaan dianggap
tidak akan memantul kembali ke dalam
silinder jika mengenai silinder pembatas
tersebut . Sedangakn model tubin yang
digunakan juga bertipe wall tetapi dengan
parameter no slip yang artinya terdapat
gesekan pada model tersebut apabila dilewati
fluida kerja.
Solver
Program solver CFD ini bertujuan
untuk melakukan proses pengolahan data
dengan perhitungan numerik komputer dari
semua parameter-parameter yang telah
ditentukan pada domain dan boundary
condition di atas.
Pada tahap ini, parameter yang
digunakan adalah
Maximum iteration = 50
Timescale control = Automatic time scale
Convergence criteria (residual target) = 1 x
10
-4
Iterasi diatas digunakan untuk
memperoleh konvergensi, yaitu kesesuaian
(matching) antara input simulasi (boundary
condition dan parameter lain) atau tebakan
yang diberikan dengan hasil perhitungan yang
diperoleh (kriteria output). Semakin kecil
selisih konvergensi maka hasil yang diperoleh
semakin akurat.
Post
Tahap post ini bertujuan untuk
menampilkan hasil pengolahan data yang
telah dilakukan pada proses solver. Hasil yang
diperolah dapat berupa data numerik maupun
data visual. Data yang diperoleh akan
digunakan sesuai dengan tujuan dari
percobaan yang dilakukan.
Berikut ini adalah contoh data visual
yang diambil dari tahap post berdasarkan
proses simulasi.
.6 Perhitungan
- Torque Value
Untuk mencari nilai torque, maka
menggunakan function calculator yang berada di
post result ANSYS. Karena blade turbin pada
model dipisah antara face dan back, maka nilai dari
torque ditambahkan.
Q = torque
face
+ torque
back
Q = (-403.163) + (394.737)
Q = 8.426 Nm
- Daya (power)
Dalam perhitungan power dari model yang
disimulasikan, maka menggunakan rumus sebagai
berikut.
P = Q x e
Ket : Q = torsi (Newton)
e = kecepatan angular (rpm)
Sehingga didapat daya sebagai berikut.
P = 8.426 x ( 9x60/2t)
P = 724.53 Watt
- Effisiensi (q )
Menggunakan persamaan 2.4, maka efisiensi
turbin adalah sebagai berikut.
q = daya yang dihasilkan / 0.5 x x v
3
x A
= 724.53 / 0.5 x 1025 1.8
3
x 0.785
= 0.3088
= 0.31 %
Dari perhitungan diatas,maka didapat torsi
dan daya sebagai berikut.
No Blade sudut rps
Torque (Nm)
Torsi
Total
Daya
(Watt)
Eff %
face back
1 3 15.27 9 -403.16 394.74 8.43 724.53 30.88
2 3 15.27 6 -403.10 393.90 9.20 527.16 22.47
3 3 15.27 4.5 -403.03 393.46 9.57 411.62 17.54
4 3 20.27 9 -527.83 518.06 9.77 839.75 35.79
5 3 20.27 6 -528.75 515.30 13.45 770.90 32.86
6 3 20.27 4.5 -528.92 514.85 14.07 604.88 25.78
7 3 25.27 9 -644.14 633.71 10.43 896.93 38.23
8 3 25.27 6 -645.23 630.17 15.05 862.91 36.78
9 3 25.27 4.5 -645.88 629.20 16.68 716.92 30.56
10 4 15.27 9 -399.47 390.24 9.22 793.15 33.80
11 4 15.27 6 -399.93 388.36 11.58 663.54 28.28
12 4 15.27 4.5 -399.90 388.49 11.41 490.64 20.91
13 4 20.27 9 -524.25 513.66 10.60 911.29 38.84
14 4 20.27 6 -524.88 511.37 13.50 774.06 32.99
15 4 20.27 4.5 -525.22 510.87 14.36 617.26 26.31
No Blade sudut rps
Torque (Nm)
Torsi
Total
Daya
(Watt)
Eff %
face back
16 4 25.27 9 -644.80 634.05 10.75 924.45 39.40
17 4 25.27 6 -645.71 631.15 14.56 834.88 35.58
18 4 25.27 4.5 -646.08 630.05 16.03 689.23 29.38
19 5 15.27 9 -409.44 400.38 9.06 779.22 33.21
20 5 15.27 6 -409.32 399.90 9.43 540.29 23.03
21 5 15.27 4.5 -409.21 399.51 9.71 417.34 17.79
22 5 20.27 9 -534.96 523.85 11.11 954.89 40.70
23 5 20.27 6 -535.38 521.43 13.95 799.62 34.08
24 5 20.27 4.5 -535.58 521.10 14.48 622.63 26.54
25 5 25.27 9 -654.95 643.61 11.34 975.44 41.57
26 5 25.27 6 -655.79 640.57 15.22 872.37 37.18
27 5 25.27 4.5 -655.76 639.77 15.98 687.12 29.29
28 6 15.27 9 -405.16 395.37 9.79 841.64 35.87
29 6 15.27 6 -405.25 393.65 11.59 664.57 28.32
30 6 15.27 4.5 -405.19 393.94 11.24 483.42 20.60
31 6 20.27 9 -534.31 523.13 11.18 961.60 40.98
32 6 20.27 6 -534.69 520.51 14.17 812.52 34.63
33 6 20.27 4.5 -534.56 520.32 14.24 612.27 26.10
34 6 25.27 9 -657.07 645.50 11.56 994.44 42.38
35 6 25.27 6 -657.92 642.11 15.81 906.13 38.62
36 6 25.27 4.5 -657.72 641.41 16.31 701.40 29.89
.1 Pembahasan
Dari data data pada tabel di subbab
sebelumnya, kemudian akan di plot pada bentuk
grafik untuk mengetahui karakterisik dari variasi
model model yang telah dibuat.
Gambar 4.8 hubungan besar torsi dan variasi
sudut pitch
Dari grafik 4.1, dapat dilihat hubungan antara
besar torsi dengan penambahan pitch adalah
berbanding lurus. Makin besar pitch rasio, maka
akan didapatkan nilai torsi yang semakin besar
pula. Harga torsi tertinggi pada model dengan
jumlah blade tiga adalah model
Ka3a50p10j3(putaran 4.5 rps) dengan besar torsi
sebesar 16.68 Nm. Sedangkan untuk seluruh
model, torsi tertinggi juga pada model
Ka3a50p10j3.
Dari grafik diatas juga dapat diketahui bahwa
torque dan putaran blade adalah berbanding
terbalik. Semakin cepat putaran turbin, maka torsi
yang didapat akan semakin kecil.
Gambar 4.9 hubungan besar torsi dan variasi
sudut pitch
Pada grafik 4.2, variasi sudut pitch
mempengaruhi pada besar torsi yang dihasilkan
oleh turbin. Dari grafik dapat dilihat semakin besar
sudut blade, maka besar torsi akan semakin besar
pula (berbanding lurus). Namun ada kalanya torque
akan mencapai nilai optimum ketika sudut pitch
mencapai nilai tertentu ( sehingga dibutuhkan
percobaan dengan variasi pitch yang lebih banyak
atau lebih besar). Grafik diatas merupakan grafik
variasi sudut pitch pada blade berbeda tapi dengan
kecepatan putar 9 rps.
Gambar 4.10 Hubungan besar daya dan variasi
putaran pada sudut pitch yang sama
Pada pitch rasio +10
0
, didapat harga torsi pada
model Ka3a50p10 memiliki nilai yang paling
besar. Namun pada putaran tinggi, nilai torque akan
berbalik, blade dengan jumlah daun terbanyak akan
memiliki torsi paling besar. Hal ini karena jumlah
daun berpengaruh pada torsi yang dihasilkan.
Trenline yang sama akan didapat pada variasi pitch
yang lainnya.
Gambar 4.11 Perbandingan besar daya dan
variasi putaran pada blade 3 daun dengan variasi
sudut pitch
Dari pembacaan grafik diatas, maka dapat dilihat
hubungan putaran turbin dengan daya yang
dihasilkan. Semakin cepat putaran turbin, maka
daya yang dihasilkan akan semakin besar, dan
sebaliknya, putaran yang kecilakan menghasilkan
daya yang kecil pula. Hal ini karena putaran turbin
berbanding lurus dengan daya yang dihasilkan.
Gambar 4. 12 Perbandingan besar daya dan
variasi sudut pitch pada blade 3 daun dengan
variasi putaran
Pada grafik 4.4, terlihat bahwa pada sudut pitch
yang sama, blade dengan putaran 9 rps memiliki
daya lebih besar dari pada blade dengan putaran
yang lebih besar.
Gambar 4.13 Perbandingan besar daya dan
variasi sudut pitch pada blade 3, 4, 5, dan 6 daun
Grafik 4.5 merupakan perbandingan daya dan sudut
pitch antar blade. Pada grafik diatas terlihat bahwa
putaran 9 rps, daya tertinggi dicapai oleh turbin 6
daun dengan posisi sudut pitch 25.27
0
(pitch 0.6
+10). Hal ini membuktikan bahwa jumlah blade
dan pitch pada turbin mempengaruhi daya yang
dihasilkan.
Gambar 4.14 Perbandingan efisiensi dan putaran
turbin pada blade 3 daun
Grafik perbandingan efisiensi dengan putaran pada
blade 3 menunjukkan bahwa seiring bertambahnya
putaran turbin, maka efisiensi turbin akan naik.
Namun pada variasi pitch 25.27
0
,dan 20,27 , pada
penambahan putaran setelah mencapai putaran 9
rps, penambahan efisiensi tidak terlalu besar. Jika
putaran terus ditambah melebihi 9 rps,
dimungkinkan akan terjadi aliran turbulensi
disekitar turbin sehingga terjadi kavitasi.
Gambar 4.15 Perbandingan efisiensi dan putaran
turbin
antar variasi balde
grafik 4.7 menunjukkan perbandingan antara
efisiensi dan putaran pada variasi jumlah blade
pada model. Dari grafik dapat dibaca bahwa pada
model 6 blade, efisiensi tertinggi terjadi pada
penambahan sudut 10
0
. Harga efisiensi ini juga
sebagai efisiensi tertinggi dari seluruh model
dengan variasi daun berbeda. Namun dari grafik
juga dapat dibaca, penambahan sudut pitch setelah
25.27
0
tidak menghasilkan penambahan efisiensi
yang besar. Ini dimungkinkan karena timbul aliran
turbulen disekitar turbin yang menjadikan
penyerapan energi kinetik dari air tidak diserap
sempurna oleh turbin.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan dan simulasi yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Dari data-data yang telah didapat dari
simulasi yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa gaya torsi paling besar
adalah pada model Ka3a50p10j1 ( jumlah
blade 3, pitch awal +10
0
, serta variasi J =
0.8 atau putaran 9 rps). pada model
tersebut didapat besar torsi adalah senilai
16.68 Nm.
2. Efisiensi terbesar dicapai oleh model
Ka6a50p10j1 sebesar 42.38%.
3. Variasi sudut blade serta putaran blade
mempengaruhi nilai torsi dan daya turbin.
4. Variasi pitch yang disimulasikan
mempengaruhi besar torsi yang
dihasilkan. Ini karena gaya yang diserap
dari kecepaan arus akan juga terpengaruh.
5.2 Saran
1. Nilai daya yang muncul merupakan nilai
energi yang terserap oleh blade ( dari
energi kinetik air), bukan merupakan daya
keluaran dari generator.
2. Pemakaian ukuran meshing dan waktu
iterasi yang lebih banyak agar hasil
pembacaan simulasi menjadi lebih
mendekati kenyataan.
3. Untuk mencapai hasil yang lebih bagus
variasi percobaan yang dilakukan kajian
lebih dalam mengenai detail variable pada
simulasi CFDyang sesuai dengan kondisi
sebenarnya, sehingga data lebih valid.
REFERENSI
[1] Rizal, Mokhammad Fakhrur.2010. Tugas Akhir
Analisa Pengaruh Peletakan Overlapping
Propeller dengan Pendekatan CFD.
[2] http://anggunsite.blogspot.com/
[3]http://oseanografi.blogspot.com/2006/09/air-
laut-yang-selalu-bergerak.html
[4]http://www.e-
dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=99&fname
=geox0810.htm dikunjungi tanggal 25 agustus
2010
[5]http://www.wikipedia.com dikunjungi tanggal
25 agustus 2010
[6]http://agungchynta.files.wordpress.com/2007/03
/turbin-air.ppt dikunjungi tanggal 25 agustus
2010
[7] Gurning, Saut R. O.1995. Tugas Akhir
Perencanaan Instalasi Turbin Bawah Air di
Selat Bali.
[8] Surya, Dony Febrina Dwiadi. Tugas Akhir
Analisa Bentuk Blade Turbin Pembangkit
Listrik Tenaga Ombak Dengan Pendekatan
CFD.
[9] http://www.ccitonline.com/ Rancang Bangun
Turbin Angin Tipe Blade Vertikal (Kelompok
IV).htm
[10]. Harvald, Sv. Aa. Tahanan dan Propulsi
Kapal. Airlangga University Press.