Anda di halaman 1dari 28

Oleh : Agus subhan, S.

Ked
NIM : 70 2009 033

PEMBIMBING : dr. Jumbo Utomo, Sp.An




REGIONAL ANESTESI PADA PASIEN
SECTIO CESAREAN


LAPORAN KASUS
Regional anestesi
terbagi atas spinal
anestesi, epidural
anestesi dan blok
perifer.
Operasi seksio sesaria memerlukan
anestesi yang efektif yaitu
regional(epidural atau tulang belakang)
rendahnya efek samping terhadap neonatus akan obat
depresan, pengurangan risiko terjadinya aspirasi pulmonal
pada maternal, kesadaran ibu akan lahirnya bayi, dan yang
paling penting adalah pemberian opioid secara spinal
dalam rangka penyembuhan nyeri pasca
operasi(Morgan,2006)
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II.
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Depan Dekranasda, Palembang
Status Medis : G4P3A0 hamil aterm jth
preskep dengan PEB


2. Anamnesa
Penderita MRS RS. Muhammadiyah
Palembang pada Kamis, 20 Mei 2014
Datang dari ruang rawat kebidanan dengan
keluhan nyeri perut merasa ingin melahirkan.
HPHT : September 2013
Mengaku G4P3A0 dengan riwayat SC 1 kali
Konsumsi obat-obatan saat ini disangkal
Batuk, pilek, demam, pusing disangkal
Riwayat asma, hipertensi, alergi, DM dan
penyakit lainnya disangkal
Penderita telah puasa persiapan op sejak pukul
00.00 WIB.

3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah, tampak sakit
ringan
BB : 65 kg
Vital Sign :
HR : 82 x/menit, isi dan tegangan cukup,
reguler
RR : 20 x/menit, reguler
TD : 150/90 mmHg
Temp. : 36,4
0
C

e. Pemeriksaan Khusus
Kepala : Normocephali, conj.
palpebra anemis (-), sclera ikterik (-
), pupil isokor, refleks cahaya +/+, M
I
Leher : Pembesaran KGB (-),TMD
6,5 cm
Thorax
Inspeksi : Simetris, retraksi (-
), pelebaran sela iga (-),
venektasi (-), napas spontan,
thoraco-abdominal
Palpasi : Stem fremitus +/+
normal
Perkusi : Sonor, batas paru
hepar ICS VI
Auskultasi : Vesikuler nomal,
wheezing (-), ronki (-)

o Jantung
Inspeksi : Ictus cordis (-)
Palpasi : Trill (-)
Perkusi : Batas jantung kiri
: melebar hingga mid axilla
anterior
Auskultasi : Suara jantung
murni, suara tambahan (-),
reguler
o Abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (-),
pembesaran hepar (-),
pembesaran lien (-), massa (-)
Perkusi : Timpani, shifting
dullness (-)
Auskultasi : BU (+) normal
o Ekstremitas :
Inspeksi : Pucat (-), ikterik (-
), sianosis (-)
Palpasi : Akral hangat
4. Pemeriksaan obstetric
Status reproduksi : Haid teratur.
Riwayat ANC : 3x ANC
Tinggi fundus uteri (TFU) : 34 cm
DJJ : 120 x/menit
G4P3A0 (39 minggu)

5. Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Hb : 10,5 g/dl
WBC : 8700
LED : 94 mm/jam
Diff count : 1/0/1/61/29/10
Golongan Darah : O
Rhesus darah : +
CT :11
BT : 2

6. Kesimpulan
Status fisik ASA I
Mallampati 1
Assesment : Rencana regional anestesia
Saran :Informed consent

7. Penatalaksanaan Anestesia
Premedikasi : Ondansentron 4 mg IV
Teknik Anestesia : Regional Anestesi
Induksi : Bupivacain 5 mg/Kgbb
Pemeliharaan : O
2
4L/menit
Obat-obatan :
Oksitosin 2 ml Drip
Pospargin 1 ml Drip
Asam Traneksamat 10 ml IV





BAB III.
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Anastesi Spinal
Anestesi spinal (subaraknoid) adalah
anestesi regional dengan tindakan penyuntikan
obat anestetik lokal ke dalam ruang
subaraknoid. Operasi caesar dilakukan ketika
seorang bayi dilahirkan melalui sayatan di perut
ibu dan dinding rahim. Hal ini membutuhkan
anestesi yang efektif,biasanya dengan regional
(epidural atautulang belakang) atau anestesi
umum.

2.1 Definisi Anastesi Spinal
Ada beberapa keuntungan yang disukai pada
anestesi umum, misalnya,mual dan muntah kurang.
Ada jugabeberapa kentungan yang disukai pada
regional anestesi, misalnya, kehilangan darah
kurang dan kurang menggigil.Karena ada cukup
bukti tentang manfaat dan efek samping,
perempuan yangpaling mungkin untuk memilih
anestesi untuk operasi caesar, tergantung
padaapakah mereka ingin terjaga atau
tertidurselama kelahiran.
Operasi caesar mengacu pada prosedur
dimana bayi dilahirkan melalui sayatan pada
dinding perut dan rahim ibu. Hal ini sering
menyelamatkan nyawa dan bertujuan untuk
menjaga kesehatan dari ibu dan bayinya. Meskipun
operasi telah menjadi sangat aman selama
bertahun-tahun,masih berhubungan dengan ibu
yang lebih besar mortalitas dan morbiditas.



3.2 Anatomi Dalam Spinal Anestesi
Kolumna vertebralis terdiri atas 33 vertebre, yaitu 7
vertebra servikalis, 12 vertebra thorakalis, 5 vertebra
lumbal, 5 vertebra sacral dan 4 vertebra coccygeus.
Disatukan oleh ligamentum vertebralis membentuk
kanalis spinalis dimana medulla spinalis terdapat
didalamnya.Kanalis spinalis terisi oleh medulla
spinalis dan meningen, jaringan lemak, dan pleksus
venosus.Sebagian besar vertebra memiliki corpus
vertebra, 2 pedikel dan 2 lamina.
Untuk menjaga dan mempertahankan medulla
spinalis seluruh vertebra dilapisi oleh beberapa
ligamentum. Tiga ligamentum yang akan dilalui pada
prosedur spinal anestesi teknik midline adalah
ligamentuim supraspinosum, ligamentum
interspinosum dan ligamentum flavum.2,3
Ligamentum interspinosum bersifat elastis, pada L3-
4, panjangnya sekitar 6 mm dan pada posisi fleksi
maksimal menjadi 12 mm.

2.2 Anatomi Dalam Spinal Anestesi
o Ligamentum flavum merupakan ligamentum
terkuat dan tebal, diservikal tebalnya sekitar 1,5-
3 mm, thorakal 3-6 mm, sedangkan daerah
lumbal sekitar 5-6 mm.
o Medulla spinalis dibungkus oleh tiga jaringan ikat
yaitu durameter, arakhnoid, dan piameter yang
membentuk tiga ruangan yaitu; ruang epidural,
sudural dan subarachnoid.
o Ruang subarakhnoid adalah ruang yang terletak
antara arakhnoid dan piameter.Ruang
subarakhnoid terdiri dari trabekel, saraf spinalis,
dan cairan serebrospinal.

2.2 Anatomi Dalam Spinal Anestesi
o Ruang subdural merupakan suatu ruangan yang
batasnya tidak jelas, yaitu ruangan potensial
yang terletak antara dura dan membrane
arakhnoid.Ruang epidural didefinisikan sebagai
ruangan potensial yang dibatasi oleh durameter
dan ligamentum flavum.
o Medulla spinalis secara normal hanya sampai
level vertebra L1 atau L2 pada orang dewasa.
Pada anak-anak medulla spinalis berakhir pada
level L3.

2.3 Indikasi
Bedah ekstremitas bawah
Bedah panggul
Tindakan sekitar rektum-perineum
Bedah obstetrik-ginekologi
Bedah urologi
Bedah abdomen bawah
Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatric
biasanya dikombinasi dengan anestesia umum
ringan

2.5 Indikasi Kontra Relatif
Infeksi sistemik (sepsis,
bakteremi)
Infeksi sekitar tempat
suntikan
Kelainan neurologis
Kelainan psikis
Bedah lama
Penyakit jantung
Hipovolemia ringan
Nyeri punggung kronis

2.4 Indikasi Kontra Absolut
o Pasien menolak
o Infeksi pada tempat suntikan
o Hipovolemia berat, syok
o Koagulopati atau mendapat
terapi antikoagulan
o Tekanan intrakranial meninggi
o Fasilitas resusitasi minim
o Kurang pengalaman/tanpa
didampingi konsultan anestesi.
2.6 Persiapan Analgesia Spinal
Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah
akan menimbulkan kesulitan, mislanya ada
kelainan anatomi tulang punggung atau pasien
gemuk sekali sehingga tidak teraba tonjolan
prosesus spinosus. Selain itu perlu diperhatikan
hal-hal di bawah ini :
Informed consent (izin dari pasien)
Kita tidak boleh memaksa pasien untuk
menyetujui anestesia spinal.
Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan
tulang punggung dan lain-lainnya
Pemeriksaan laboratorium anjuran
Hemoglobin, hematokrit, PT (prothrombine time),
dan PTT (partial thromboplastine time)

2.7 Peralatan Analgesia Spinal
Peralatan monitor
Tekanan darah, nadi, oksimetri denyut (pulse
oximeter) dan EKG
Peralatan resusitasi/anesthesia umum
Jarum spinal
Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bamboo
runcing, Quinke-Babcock) atau jarum spinal
dengan ujung pinsil (pencil point, Whitecare)

2.8 Teknik Anelgesia Spinal
o Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi
dekubitus lateral. Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien
juga supaya tulang belakang stabil. Buat pasien membungkuk
maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba. Posisi lain
ialah duduk.



Perpotongan antara garis yang menghubungkan
kedua garis Krista iliaka dengan tulang
punggung ialah L4 atau L4-L5. Tentukan temapt
tusukan misalnya L2-L3, L3-L4 atau L4-L5.
Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko
trauma terhadap medulla spinalis.
Sterilkan tempat penusukan dengan betadin atau
alkohol.
Beri anestetik lokal pada tempat tusukan,
misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3 ml.
Cara tusukan medial atau paramedian. Untuk
jarum spinal besar 22 G, 23 G atau 25 G dapat
langsung digunakan. Sedangkan untuk yang
kecil 27 G atau 29 G, dianjurkan menggunakan
penuntun jarum (intoducer), yaitu jarum suntik
biasa semprit 10 cc. Tusukan introduser sedalam
kira-kira 2 cm agak sedikit kearah sefal,
kemudian masukkan jarum spinal berikut
mendrinnya ke dalam lubang jarum tersebut.
Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-
Babcock) irisan jarum (bevel) harus sejajar
dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur
miring bevel mengarah ke atas atau kebawah,
untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat
berakibat timbulnya nyeri kepala pasca-spinal.
Setelah resistensi menghilang, mandrin
jarum spinal dicabut dan keluar likuor, pasang
semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan
pelan-pelan (0,5 ml/detik) diselingi aspirasi
sedikit, hanya untuk menyakinkan posisi jarum
tetap baik. Kalau yakin ujung jarum spinal pada
posisi yang benar dan likuor tidak keluar, putar
arah jarum 90
o
biasanya likuor keluar. Untuk
analgesia spinal kontinyu dapat dimasukkan
kateter.

Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah
perineal misalnya bedah hemoroid (wasir)
dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-
ligamentum flavum dewasa 6 cm.



2.9 Komplikasi Tindakan
Hipotensi berat
Bradikardi
Hipoventilasi
Trauma pembuluh darah
Trauma saraf
Mual-muntah
Gangguan pendengaran
Blok spinal tinggi, atau spinal total

2.10. Penilaian Pasca Anestesi
Selama di unit perawatan pasca anestesi pasien
dinilai tingkat sadarnya untuk kriteria
pemindahan ke ruang perawatan biasa.

ALDRETE SCORE
Kesadaran :
2 : sadar, orientasi baik
1 : Dapat dibangunkan
0 : Tidak dapat dibangunkan

Warna Kulit :
2 :Merah muda, tanpa oksigen
saturasi 92%
1 :Pucat atau kehitaman, perlu
oksigen agar saturasi 90%
0 : Sianosis

Aktifitas
2 : 4 ekstremitas bergerak
1 : 2 ekstremitas bergerak
0 : Tidak ada ekstremitas bergerak
Respirasi
2 : Dapat nafas dalam, batuk
1 : Nafas dangkal, sesak nafas
0 : Apnoe atau obstruksi

Kardiovaskuler
2 : Tekanan darah berubah 20%
1 : Berubah 20 30%
0 : Berubah 50%

Keterangan :
9-10 : Pindah dari unit perawatan
pasca anestesi
7-8 : Pindah ke ruangan
5-6 : Pindah ke ICU




BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien ini akan dilakukan seksio sesaria.
Seksio sesaria dilakukan pada pasien ini dengan
indikasi riwayat PEB. Anestesi yang dipilih yaitu
Regional anestesi. Dengan teknik spinal anestesi.
Spinal anestesi dipilih sebagai teknik anestesi
pada pasien ini karena salah satu indikasi spinal
anestesi adalah bedah obstetrik-ginekologi.
Penggunaan regional anestesia dengan teknik
spinal anastesi adalah untuk kenyamanan pasien
karena pada saat operasi diharapkan agar pasien
tetap terjaga selama proses operasi sehingga
ikatan antara ibu dan bayi tetap berlangsung
hingga bayi dilahirkan.

PEMBAHASAN
Pada pasien ini, sebagai premedikasi diberikan
Ondansentron 4 mg/kgBB IV dengan tujuan
sebagai anti muntah karena pada saat operasi
berlangsung bagian abdomen akan banyak
mengalami eksplorasi dengan berbagai tindakan
yang akan merangsang nervus vagus sehingga
akan menimbulkan rasa mual dan keinginan untuk
muntah.
Premedikasi adalah pemberian obat 1 2 jam
sebelum induksi anestesia dengan tujuan untuk
melancarkan induksi.
PEMBAHASAN
Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian induksi
berupa Bupivacain yang diberikan 10 mg/Kgbb.
Bupivacain sendiri dosisnya adalah 5-20 mg.
7
Bupivacain terdapat dalam sediaan 8 mg/4 ml per
ampul. Bupivacain diberikan sebagai analgesi
spinal. Onsetnya 5-10 menit dan durasi nya 90-
120 menit. Bupivacain diberikan pada pasien
dengan teknik spinal anestesi. Pada sitting
position dan midline.


Post op, pasien dibawa ke ruangan pemulihan
dimana layaknya pasien dilakukan monitoring
terhadap Aldrete Score-nya, berupa kesadaran,
warna kulit, aktivitas, respirasi, dan kardiovaskular.
Apabila Aldrete score 9-10, maka pasien layak
dibawa ke ruang perawatan.


BAB V.
PENUTUP
Anestesi regional mengacu pada penggunaan
solusi anestesi lokal untuk menghasilkan
anestesi regional terbatas dari hilangnya
sensasi.
Jenis regional anestesi yang digunakan untuk
operasi caesar (yaitu, tulang belakang
(Subaraknoid) dan epidural (ekstradural)
anestesi) melibatkan infiltrasi agen anestesi
lokal, biasanya bupivacain, ke lingkungan dari
sumsum tulang belakang melalui punggung
bawah wanita.
Keuntungan dari anestesi regional termasuk
pengurangan insiden komplikasi anestesi yang
berhubungan dengan ikatan antara ibu dan
bayi baru lahir, karena ibu terjaga selama
prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Latief, S.A., Suryadi, K.A., Dachlan, M.R. 2010.
Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta,
Indonesia
Morgan, GE., Mikhail, M.S., Murray, M.J. 2006.
Clinical Anesthesiology 4
th
edition. USA: Lange
Medical Books
Shah A, Bhatia PK, Tulsiani KL. Post dural
puncture headache in Caesarean Section A
comparative study using 25G Quincke, 27G
Quincke and 27G Whitacre needle. Dalam :
Indian Journal of Anaesthesiology,
456,2002,hal:373-7.

Anda mungkin juga menyukai