HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU POST PARTUM TENTANG
MANAJEMEN LAKTASI DI RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2013 Baihaki 1 , Hanif M. Noor 2 , Sotia Ningsih 3
ABSTRAK Latar Belakang : Indikator kesehatan bangsa Indonesia antara lain dipengaruhi oleh SDM (Sumber Daya Manusia) yang sehat yang dimulai dengan kesehatan anak. Di sinilah peran keluarga, masyarakat dan pemerintah yang diperlukan karena anak merupakan asset yang berharga bagi semua komponen di masyarakat. Berdasarkan data United Nations International Childrens Emergency Found (UNICEF) hanya 3% ibu yang memberikan ASI ekslusif dan cakupan ASI ekslusif di Indonesia baru mencapai 55 %. Manajemen laktasi terdiri dari tiga Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal). Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang ibu post partum di ruang rawat inap Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi didapatkan hasil yaitu sebanyak 6 orang menyatakan tidak mengetahui manfaat laktasi terhadap bayinya. Metode : metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Data dianalisa dengan analisa univariat dan bivariat. Sumber data diperoleh dari kuesioner. Hasil : hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan responden didominasi oleh pengetahuan buruk. Demikian halnya dengan sikap. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya promosi kesehatan tentang manajemen laktasi kepada ibu post partum. Hasil snalisis bivariat menunjukan Terdapat hubungan antara sikap dan pengetahuan ibu post partum tentang manajemen laktasi. Ibu dengan pengetahuan buruk memiliki peluang 1,324 kali lebih besar untuk memiliki sikap yang buruk tentang manejemen laktasi. Kesimpulan : terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap sikap responden tentang manajemen laktasi. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Ibu Post Partum, Manajemen Laktasi
PENDAHULUAN Indikator kesehatan bangsa Indonesia antara lain dipengaruhi oleh SDM (Sumber Daya Manusia) yang sehat yang dimulai dengan kesehatan anak. Anak merupakan modal pembangunan bangsa yang sangat rentan sekali terhadap penyakit. Berdasarkan data United Nations International Childrens Emergency Found (UNICEF) hanya 3% ibu yang memberikan ASI ekslusif dan cakupan ASI ekslusif di Indonesia baru mencapai 55 %, Hal ini menunjukkan bahwa bayi di Indonesia masih kurang mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Kejadian diare untuk bayi umur 0-28 hari sebesar 13,9%, umur 29 hari sampai 1 tahun sebesar 13,9% dan untuk umur 1 sampai 4 tahun sebesar 13,10%. Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencap ai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal). Berdasarkan hasil perhitungan jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di seluruh propinsi di Indonesia sebanyak 3.213.860 bayi. Bayi yang diberikan ASI eksklusif adalah 1.339.298 bayi (41,67%), sedangkan 1.874.562 bayi (58,33%) tidak diberi ASI eksklusif. Di propinsi Jambi jumlah bayi pada tahun 2008 berjumlah 3.114 bayi, dengan rincian yang sudah di beri ASI eksklusif adalah 2.190 bayi (70,33%) sedangkan 914 bayi (29,67%). 1 2
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang ibu post partum di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi didapatkan hasil yaitu sebanyak 6 orang menyatakan tidak mengetahui manfaat laktasi terhadap bayinya, tidak mengetahui teknik-teknik menyusui yang baik dan benar dikarenakan ini merupakan hamil anak pertama, dan 4 orang menyatakan telah mengetahui manfaat dan teknik-teknik laktasi dikarenakan telah melahirkan lebih dari 1 orang anak.
METODE PENELITIAN Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional ini dilakukan pada ibu postpartum yang berada di ruang rawat inap kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi, pada bulan Maret, April, dan Mei 2013. Jumlah sampel adalah 371, yaitu seluruh ibu post partum dan bayi rawat gabung di Ruang Rawat Inap Kebidanan RSUD Raden Mattaher Jambi yang sudah melakukan manajemen laktasi dan bersedia menjadi sampel penelitian. Data penelitian diperoleh dengan instrument kuesioner tentang pengetahuan dan sikap manajemen laktasi. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. 2,3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dari 371 orang ibu post partum yang menjadi responden diketahui bahwa responden dengan pengetahuan buruk tentang manajemen laktasi memiliki proporsi yang lebih besar yaitu 56,9%. Hal ini disebabkan karena responden jarang mendapat penyuluhan kesehatan dari tenaga kesehatan baik di lingkungan tempat tinggal atau di saranan kesehatan. Manajemen laktasi bertujuan untuk keberhasilan menyusui. Untuk keberhasilan pelaksanaan manajemen laktasi, diperlukan peran bidan untuk membantu ibu dalam menyusui. Dalam peranannya, bidan membutuhkan informasi yang benar untuk ibu dalam menyusui. Sehingga dapat berpengaruh pada kualitas penyuluhan. 7
Penelitian yang dilakukan oleh Parlin Alin di RSIA Mutiara Hati Gading Rejo Tanggamus dengan melibatkan 20 responden menyatakan hal sebaliknya, hasil penelitiannya menunjukan bahwa pengetahuan ibu postpartum tentang teknik menyusui termasuk ketegori cukup yaitu sebesar 50%, pengetahuan ibu post partum tentang perawatan payudara termasuk kategori baik yaitu sebesar 75%. Secara keseluruhan pengetahuan ibu menyusui tentang manajemen laktasi pada periode postnatal adalah baik yaitu sebesar 73,24%. Hal ini dikarenakan banyaknya informasi yang beredar di masyarakat baik di media masa maupun elektronik. 8 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh S. Destriapetania di Jakarta Selatan yang menyatakan bahwa praktik inisiasi menyusui segera 30 menit setelah lahir dan menyusui eksklusif masih rendah yaitu hanya sebesar 17,5% ibu melakukan praktik inisiasi menyusui segera kurang dari atau sama dengan 30 menit setelah lahir. Ini menunjukan bahwa pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi masih rendah. 12
Manajemen laktasi adalah tatalaksana yang dilakukan untuk menunjang keberhasilah dalam menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dinilai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Dalam penelitian ini penulis fokus pada manajemen laktasi yang dilakukan segera setelah persalinan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan karakteristik dari responden yang menyatakan pendidikan terakhir responden terbanyak adalah tamat SMA (39,08%). Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi. 4,6,11 Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terbentuknya tingkat pengetahuan. 10 Selain pendidikan, pekerjaan juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Berdasarkan penelitian ini, pekerjaan responden sebagian besar adalah tidak 3
bekerja (37,73%). Hal tersebut mempengaruhi mereka untuk mengetahui apa yang berhubungan dengan laktasi. Mereka sulit mendapatkan informasi- informasi dari masyarakat atau media massa. 5
Pengetahuan responden yang buruk harus ditingkatkan agar secara sadar ibu post partum dengan sendirinya akan menerapkan segala sesuatu yang mereka ketahui tentang manajemen laktasi. Peningkatan pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan secara teratur melalui sarana yang ada saat ini seperti media cetak, media elektronik, baliho dan leaflet. Peran tenaga kesehatan primer salah satunya adalah preventif atau pencegahan dapat difungsikan secara optimal. Kesadaran diri sendiri untuk mencari tahu tentang informasi manejemen laktasi juga harus ditanamkan pada ibu hamil sehingga ketika bayi mereka lahir mereka dapat melakukan manejemen laktasi lebih optimal. Dari hasil pengelompokan diperoleh responden dengan sikap negatif sebanyak 55,5% dan responden dengan sikap positif sebanyak 44,5%. Hasil pada penelitian ini ini tidak sesuai dengan hasil penelitian dr.Kusuma Adji Asror, M.Si yang dilakukan di Desa Bumi Ayu Kendal tahun 2010 menunjukan hasil responden dengan sikap mendukung 60,0% terhadap praktek pemberian kolostrum dan sikap kurang mendukung 40,0% terhadap praktek pemberian kolostrum. 9
Winly Wenas dkk dalam penelitiannya menyatakan hasil yang berbeda yaitu sebanyak 84 responden (54,2%) memiliki sikap yang baik terhadap manjemen laktasi dan sebanyak 71 responden (45,8%) berada pada kategori tidak baik. 13
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dalam penentuan sikap yang positif ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. 4-5 Sikap yang baik dapat dijadikan dorongan untuk menggerakan seseorang agar dapat bertindak sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan sikap kurang baik akan menghasilkan tindakan yang tidak sesuai dengan apa yang telah diinformasikan seperti bagaimana upaya pelaksanaan manajemen laktasi. Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, mayoritas responden memiliki sikap negatif tentang manjemen laktasi, ini menunjukan bahwa ibu post partum masih belum percaya akan kegunaan manajemen laktasi yang sangat baik untuk bayinya agar tidak terkena penyakit diare dan ISPA. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden diketahui bahwa responden yang memiliki sikap negatif tentang manajemen laktasi karena responden kurang mendapat informasi mengenai ASI yang keluar pada hari pertama pada masa nifas dari bidan, dan sedikit percaya dengan budaya lingkungan yang membuang ASI yang keluar pada hari pertama karena dianggaap kotor dan berbau tidak enak yang menurut desa setempat tidak baik untuk kesehatan bayinya maka mengganti ASI dengan memberikan susu formula. Tetapi beberapa responden masih memiliki keyakinan bahwa pemberian kolostrum untuk bayinya sangat baik dan bagus untuk daya tahan tubuh bayi, agar terhindar dari berbagai penyakit. Menurut Notoatmodjo (2003) sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu pendidikan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. 10
Menurut Azwar dikutip dari Wawan dan Dewi, pembentukan sikap dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi, lembanga agama, dan factor emosi dalam diri individu. 19 Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa responden sebagian besar 4
memiliki sikap negatif, hal ini dikarenakan responden kurang memperoleh pengalaman dalam manajemen laktasi. Dari hasil wawancara diketahui bahwa manajemen laktasi diperoleh dari pengalaman melahirkan sebelumnya sementara untuk responden yang pertama kali melahirkan manajemen laktasi diperoleh dari asuhan dan bimbingan ibu mereka. Berdasarkan hasil uji statistic didapat p- value = 0,005 atau < 0,05, yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan sikap responden tentang manajemen laktasi di Ruang Rawat Inap kebidanan. Pengetahuan pada pasien adalah hasil dari tahu dan memahami tentang manajemen laktasi. Pasien diharapkan lebih mengerti, mengetahui dan memahami mengenai manajemen laktasi. Dari hasil penelitian diperoleh nilai PR (Prevalence Rate) = 1,324 artinya adalah responden pada Kelompok pengetahuan buruk tentang manajemen laktasi memiliki peluang 1,324 kali lebih besar untuk memiliki sikap negatif dari pada Responden pada Kelompok pengetahuan baik tentang manajemen laktasi. Sikap tentang pemberian ASI merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk bersedia atau kesiapan untuk memberikan ASI. Dalam hubungannya dengan ASI, sikap ibu adalah bagaimana reaksi atau respon tertutup ibu menyusui terhadap ASI. Jika ibu sudah memiliki sikap yang kuat dalam memberikan ASI, maka perilakunya menjadi lebih konsisten. Sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi di sini tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan antar pribadi sebagai anggota kelompok sosial, tetapi meliputi juga hubungan dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis sekitarnya. 14
Ibu juga membutuhkan informasi yang spesifik dan pendampingan berkaitan dengan inisiasi menyusui segera. Ibu yang terus mendapat dukungan akan lebih menerapkan praktik menyusui dini dibandingkan ibu yang hanya mendapat sedikit informasi dan dampingan. Dukungan positif disertai pengetahuan menyusui yang baik akan mendorong ibu untuk menyusui. 15
Pengetahuan sangatlah penting dalam terbentuknya suatu sikap, baik itu sikap positif atau negatif. Pengetahuan yang baik maka akan menciptakan sikap yang positif terhadap apa yang diketahui seseorang. Demikian pula sebaliknya pengetahuan yang buruk maka akan menciptakan sikap yang negatif terhadap apa yang diketahui seseorang. Notoatmodjo (2009) menuliskan pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya), dan dengan pengetahuan akan menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahui itu dan akan diikuti dengan tindakan. Sama halnya dengan manajemen laktasi, yang terbukti dari penelitian ini jika pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi buruk maka dapat tercipta sikap yang negative. 16
Untuk itu promosi sosialisasi tentang manajemen laktasi oleh petugas kesehatan perlu ditingkatkan, karena keberadaan petugas kesehatan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam menyukseskan gerakan pemberian ASI post partum. Petugas kesehatan yang berada pada tiap kelurahan menjadi ujung tombak dalam aktivitas kesehatan ibu dan anak, dimana dalam kesehariannya harus banyak berinteraksi dengan masyarakat terutama ibu.
KESIMPULAN DAN SARAN Lebih dari setengah jumlah responden memiliki pengetahuan kurang baik dan sikap negatif. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan terhadap sikap ibu post partum tentang manajemen laktasi di Ruang Rawat Inap kebidanan Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi tahun 2013. Responden pada kelompok pengetahuan buruk tentang manajemen laktasi memiliki peluang 1,324 kali lebih besar untuk memiliki sikap negatif dari pada 5
responden pada kelompok pengetahuan baik tentang manajemen laktasi. Diharapkan adanya kerja sama antara Rumah Sakit dengan Institusi FKIK dengan cara melakukan pelatihan (training).
DAFTAR PUSTAKA 1. Hubertin. 10 macam keajaiban ASI. Yogyakarta: Nuha Medika; 2004. Hal : 1-6,24-31. 2. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi-revisi. Jakarta. Rineka Cipta. 2005. Hal: 92, 129-36 3. Sastroasmoro, S. Ismael, Sofyan. Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta. Sagung Seto. 201 l.Hal:23- 34,67-98. 4. Wawan A, Dewi. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:Nuha Medika;2010. Hal:11-47. 5. Notoadmojo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta ;2010.hal : 115, 120-130, 176-178, 182. 6. Widowati, O. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Pendidikan Ibu dengan Pemberian ASI Ekslusif di Kelurahan Purwosari Kecamatan Laweyan. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi DIII Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta (serial online) 2009 (diakses tanggal 19 Juni 2013); diunduh dari URL : http://etd.eprints.ums.ac.id/6193/. 7. Handayani TE. Analisis Faktor-Faktor dalam Pelaksanaan Manajemen Laktasi oleh Bidan Praktek Swasta di Kabupaten Magetan. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Program Pascasarjana Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Minat Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak Universitas Diponegoro (serial online) 2011 (diakses tanggal 18 Juni 2013); diunduh dari URL : http://www.thedigilib.com/doc/99269- analisis-faktor-faktor-dalam- pelaksanaan-manajemen-laktasi-oleh- bidan-praktek-swasta-di-kabupaten- magetan#.UchA7IH0_6g.\ 8. Alin Parlin. Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Manajemen Laktasi Pada Periode Postnatal. 01 Januari 2013. (diakses tanggal 15 Juni 2013); diunduh dari URL : http://www.bascommetro.com/2013/01/ gambaran-pengetahuan-ibu- menyusui.html. 9. Asror KA. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Sikap Terhadap Praktek Pemberian Kolostrum pada Ibu Nifas di BPS Sri Haryanti di Desa Bumiayu Kec. Weleri Kab. Kendal. 2010. (diakses tanggal 20 Juni 2013); diunduh dari URL : Jurnal.Akbiduniska.Ac.Id/Index.Php/Aku /Article/Download/4/3. 10. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2003. 11. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika. 2003. 12. Destriatania S. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ayah Terhadap Praktik Inisiasi Ibu Menyusui Segera dan Pemberian Asi Eksklusif di Wilayah Urban Jakarta Selatan. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007. (diakses tanggal 20 Juni 2013); diunduh dari URL : lontar.ui.ac.id/file?file=digital/2030796 6...Hubungan%20antara...pdf 13. Wenas W, Nancy S.H. Malonda, Alexander S.L. Bolang, Nova H. Kapantow. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu Menyusui 6
dengan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso. Karya Tulis Ilmiah. Bidang Minat Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. (diakses tanggal 24 Juni 2013); diunduh dari URL : http://fkm.unsrat.ac.id/wp- content/uploads/2012/10/Winly- Wenas.pdf. 14. Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. 15. Swanson, Vivien. et al. 2005. The Impact of Knowledge and Social Influences on Adolescents Breast- Feeding Beliefs and Intentions, Public Health Nutrition, vol. 9, no. 3, pp. 297 305. 16. Notoatmodjo, S., 2009. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan Jakarta: Rineka Cipta