Anda di halaman 1dari 8

6

BAB II

PENGUMPULAN DATA

2.1 UMUM
Pengumpulan data merupakan sarana pokok untuk menemukan
penyelesaian suatu masalah secara ilmiah. Dalam pengumpulan data, peran
instansi yang terkait sangat diperlukan sebagai pendukung dalam memperoleh
data-data yang diperlukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan
data adalah sebagai berikut:
1. Jenis data,
2. Tempat diperolehnya data,
3. Jumlah data yang harus dikumpulkan agar diperoleh data yang memadai.
Data yang diperoleh secara langsung dengan melakukan peninjauan
langsung kelapangan seperti perhitungan volume lalu lintas (data primer), maupun
data yang didapat dari instansi yang terkait (data sekunder), serta data penunjang
lainya, dengan tujuan agar mendapatkan kesimpulan dalam menentukan standar
perencanaan struktur tersebut.


2.2 STANDAR PERENCANAAN JALAN
Standar perencanaan jalan digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan
keseragaman dalam merencanakan jalan sehingga dihasilkan jalan yang dapat
memberikan keselamatan, kelancaran, dan kenyamanan bagi penggunan jalan.
Perencanaan ruas jalan Padang Sicincin ini menggunakan standar perencanaan
yang tercantum di dalam:
1. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Tahun 1997
2. MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia) Tahun 1997
3. Peraturan Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
4. Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
5. RSNI T-14-2004 tentang Geometri Jalan Perkotaan
7

6. Buku Penuntun Praktis Perencanaan Teknik Jalan Raya oleh Shirley L.
Hendarsin.


2.2.1 Klasifikasi Jalan
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas yang dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)
dalam satuan ton, dan kemampuan jalan tersebut dalam menyalurkan kendaraan
dengan dimensi maksimum tertentu.
Klasifikasi menurut kelas jalan, fungsi jalan dan dimensi kendaraan
maksimum (panjang dan lebar) kendaraan yang diijinkan melalui jalan tersebut,
secara umum dapat dilihat dalam Tabel 2.1 seperti di bawah ini.


Tabel 2.1 Klasifikasi jalan secara umum menurut kelas, fungsi, dimensi kendaraan
maksimum dan muatan sumbu terberat (MST)
Kelas
Jalan
Fungsi
Jalan
Dimensi Kendaraan
Maksimum
Muatan Sumbu
Terberat
(ton) Panjang (m) Lebar (m)
I
Arteri
18 2,5 > 10
II 18 2,5 10
IIIA 18 2,5 8
IIIA
Kolektor
18 2,5 8
IIIB 12 2,5 8
IIIC Lokal 9 2,1 8
Sumber: RSNI T-14-2004 tentang Geometri Jalan Perkotaan


2.2.2 Klasifikasi Medan Jalan
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurur garis kontur. Klasifikasi menurut
medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat di Tabel 2.2.


Tabel 2.2 Klasifikasi medan jalan
Jenis Medan Kemiringan Medan (%)
Datar (D) < 3
Perbukitan (B) 3 25
Pegunungan (G) > 25
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Tahun 1997

8


2.2.3 Kecepatan Rencana (V
R
)
Kecepatan yang dipilih untuk mengikat komponen perencanaan geometri
jalan dinyatakan dalam kilometer per jam (km/jam). Kecepatan yang
dipergunakan pengemudi tergantung dari:
1. Pengemudi dan kendaraan yang bersangkutan
2. Sifat fisik jalan
3. Cuaca
4. Adanya gangguan dari kendaraan lain
V
R
untuk suatu ruas jalan dengan kelas dan fungsi yang sama, dianggap
sama sepanjang ruas jalan tersebut. V
R
untuk masing-masing fungsi jalan
ditetapkan sesuai Tabel 2.3.
Untuk kondisi lingkungan dan atau medan yang sulit, V
R
suatu bagian jalan
dalam suatu ruas jalan dapat diturunkan, dengan syarat bahwa penurunan tersebut
tidak boleh lebih dari 20 kilometer per jam (km/jam).


Tabel 2.3 Kecepatan rencana (V
R
) sesuai klasifikasi jalan di kawasan perkotaan
Fungsi Jalan
Kecepatan Rencana
(km/jam)
Arteri Primer 50 100
Kolektor Primer 40 80
Arteri Sekunder 50 80
Kolektor Sekunder 30 50
Lokal Sekunder 30 50
Sumber: RSNI T-14-2004 tentang Geometri Jalan Perkotaan


2.2.4 Lebar Jalur
Lebar jalur jalan ditentukan oleh jumlah dan lebar jalur serta bahu jalan.
Tabel 2.3 menetapkan ukuran lebar lajur dan bahu jalan sesuai dengan kelas
jalannya.
Lebar jalur minimum adalah 4,5 m, memungkinkan 2 kendaraan dengan
lebar maksimum 2,1 m saling berpapasan. Papasan 2 kendaraan lebar maksimum
2,5 m yang terjadi sewaktu-waktu dapat memanfaatkan bahu jalan.


9

Tabel 2.4 Lebar lajur jalan dan bahu jalan
Kelas
Jalan
Lebar Jalur (m) Lebar Bahu Sebelah Luar (m)
Disarankan Minimum
Tanpa Trotoar Ada Trotoar
Disarankan Minimum Disarankan Minimum
I 3,60 3,50 2,50 2,00 1,00 0,50
II 3,60 3,00 2,50 2,00 0,50 0,25
III A 3,60 2,75 2,50 2,00 0,50 0,25
III B 3,60 2,75 2,50 2,00 0,50 0,25
III C 3,60 *) 1,50 0,50 0,50 0,25
Keterangan: *) = jalan 1-jalur-2-arah, lebar 4,50 m
Sumber: RSNI T-14-2004 tentang Geometri Jalan Perkotaan


2.2.5 Satuan Mobil Penumpang (SMP)
SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, di mana
mobil penumpang ditetapkan memiliki satu SMP. SMP untuk jenis kendaraan dan
kondisi medan lainnya dapat dilihat dalam tabel 2.4.


Tabel 2.5 Ekivalen mobil penumpang (emp)
No Jenis Kendaraan Datar/Perbukitan Pegunungan
1 Sedan, Jeep, Station Wagon 1,0 1,0
2 Pick-Up, Bus Kecil, Truck Kecil 1,2 2,4 1,9 3,5
3 Bus dan Truck Besar 1,2 5,0 2,2 6,0
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Tahun 1997


2.3 DATA PRIMER
Data primer adalah data yang diperoleh dari peninjauan dan pengamatan
langsung di lapangan yang dilakukan dengan beberapa pengamatan. Pengamatan
langsung tersebut menghasilkan data-data antara lain:
1. Data Umum
Data umum meliputi penentuan segmen, dan data identifikasi segmen. Yang
dimaksud segmen itu sendiri adalah panjang jalan yang mempunyai karekteristik
yang hampir sama. Sedangkan yang dimaksud dengan data identifikasi segmen
adalah data-data umum yang meliputi:
a. Tanggal
b. Propinsi
c. Nama kota
d. Jumlah penduduk
10

e. Nama jalan
f. Kode segmen
g. Tipe daerah
h. Panjang segmen
i. Tipe jalan
2. Data Lalu Lintas
Data ini berupa data jenis kendaraan dan volume kendaraan. Data ini
diperlukan untuk menghitung volume lalu lintas harian rata-rata sehingga dapat
diketahui kelas jalan rencana, lebar efektif jalan, jumlah lajur yang diperlukan dan
dapat ditentukan tebal perkerasannya.
3. Kondisi Geometrik Eksisting
Kondisi geometrik meliputi rencana situasi dan penampang melintang jalan.
Untuk rencana situasi berupa sketsa segmen jalan yang diamati, informasi yang
digunakan yaitu antara lain:
a. Arah panah yang menunjukkan arah utara
b. Sketsa alinyemen horizontal segmen jalan
c. Nama tempat yang dilalui oleh segmen jalan
d. Bangunan utama atau bangunan samping jalan yang lain
e. Tata guna lahan
f. Marka jalan
Sedangkan untuk penampang melintang jalan data geometrik yang harus
diamati yaitu lebar jalur lalu lintas pada kedua sisi atau arah.
4. Hambatan Samping
Data hambatan samping yang digunakan pada perencanaan ini didasarkan
pada kondisi di lapangan, apakah termasuk daerah permukiman, daerah industri,
atau daerah komersial.
5. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan menggambarkan kondisi visual lingkungan sekitar jalan
lingkar pada saat ini, apakah jalan sudah ada atau belum dan bagaimana kondisi
fisik saat ini. Hal perlu ditinjau yaitu keadaan medan sekitar apakah jalan rencana
melewati hutan, sawah, sungai, lahan kosong, dan sebagainya, sehingga akan
mempengaruri terhadap pembebasan lahan.
11

6. Kondisi Perkerasan Eksisting
Kondisi perkerasan eksisting menggambarkan kondisi perkerasan jalan yang
sudah ada di lokasi.
7. Kondisi Sistem Drainase
Dalam bagian ini akan dibahas mengenai jenis/tipe system drainase yang
sudah ada sebelumnya, meliputi drainase permukaan (surface drainage) dan
drainase bawah (subsurface drainage).


2.4 DATA SEKUNDER
Data Sekunder merupakan data pendukung yang dipakai dalam penyusunan
perencanaan jalan. Data sekunder ini didapat bukan melalui pengamatan langsung
di lapangan, namum diperoleh dari beberapa instansi terkait yang berhubungan
dengan perencanaan jalan. Yang termasuk data sekunder antara lain:
1. Data Lalu Lintas
Selain pada data primer data lalu lintas juga diperlukan pada data sekunder.
Data ini berupa data jenis kendaraan dan volume kendaraan pada daerah terdekat.
Data ini diperlukan untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas dan volume lalu
lintas harian rata-rata (LHR) sehingga dapat diketahui kelas jalan rencana, lebar
efektif jalan, jumlah lajur yang diperlukan dan dapat ditentukan tebal
perkerasannya.
Pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari campuran kendaraan
cepat, kendaraan lambat, kendaraan berat, kendaraan ringan dan kendaraan yang
tidak bermotor.
Dalam hubungannya dengan kapasitas jalan, pengaruh dari setiap jenis
kendaraan tersebut terhadap keseluruhan arus lalu lintas, diperhitugkan dengan
membandingkannya terhadap pengaruh dari suatu mobil penumpang. Pengaruh
mobil penumpang dalam hal ini dipakai sebagai satuan dan disebut Satuan Mobil
Penumpang atau disingkat SMP.
a. Volume Lalu Lintas
Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) atau Average Daily Traffic. Satuan
yang umum untuk lalu lintas adalah LHR atau ADT. Didapat dari jumlah lalu
lintas setahun dibagi 365 hari.
12

Jumlah LHR yang baru untuk suatu jalan dapat langsung dihitung kalau
perhitungan lalu lintasnya secara terus menerus bisa didapatkan data mengenai
jumlah LHR, berguna untuk beberapa hal seperti penentuan biaya, pemakai
jalan atau untuk menentukan tebal perkerasan jalan.
b. Volume Jam Perencanaan (VJP) atau Design Volume Hourly (DVH)
Pada dasarnya suatu perencanaan sampai batas-batas tertentu harus
berpedoman pada volume pada waktu-waktu sibuk yaitu pada saat dimana
jalan menerima beban yang maksimal, tetapi cukuplah dimengerti bahwa
perencanaan berdasarkan volume waktu sibuk yang terbesar diseluruh volume.
2. Data Topografi
Peta topografi menggambarkan kontur di daerah sekitar lokasi perencanaan
sehingga nantinya didapatkan evaluasi jalan yang paling tepat dan efisien.
Topografi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi jalan dan
pada umumnya mempengaruhi alinyemen sebagai standar perencanaan geometrik
seperti landai jalan, jarak pandangan, penampang melintang dan sebagainya.
Untuk memperkecil biaya pembangunan, suatu standard perlu disesuaikan
dengan keadaan topografi. Dalam hal ini jenis medan dibagi dalam tiga golongan
umum yang menurut besarnya lereng melintang dalam arah kurang lebih tegak
lurus sumbu jalan raya.
Adapun pengaruh medan meliputi hal-hal:
a. Tikungan
Jari-jari tikungan dan pelebaran perkerasan diambil sedemikian rupa,
sehingga terjamin keamanan jalannya kendaraan-kendaraan dan pandangan
bebas yang cukup luas.
b. Tanjakan
Adanya tanjakan yang curam, dapat mengurangi kecepatan kendaraan dan
kalau tenaga tariknya tidak cukup, maka berat muatan kendaraan harus
dikurangi yang berarti mengurangi kapasitas angkut dan sangat merugikan.
Karena itu diusahakan supaya tanjakan dibuat landai.
3. Data Tanah
Survei geologi dan investigasi tanah untuk mendapatkan data tanah berguna
untuk memetakan penyebaran tanah/batuan dasar yang meliputi kisaran tebal
13

tanah pelapukan pada daerah sepanjang trase jalan rencana, sehingga dapat
memberikan informasi mengenai stabilitas lereng, prediksi penurunan lapisan
tanah dasar dan daya dukungnya. Produk yang dihasilkan dari survey geoteknik
ini yaitu:
a. Data CBR tanah asli yang diperlukan untuk mengetahui daya dukung tanah
asli.
b. Data-data pengamatan visual kondisi geologi
c. Log sumuran dan log bor tangan
d. Contoh-contoh tanah dan material
e. Data pengujian lapangan
4. Data Hidrologi
Survei untuk mendapatkan data hidrologi diperlukan untuk perencanaan
sistem dan sarana drainase, agar konstruksi jalan aman terhadap pengaruh air
selama usia rencana, karena kerusakan yang terjadi pada konstruksi jalan raya
pada umumnya langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh air. Produk
yang dihasilkan dari survey hidrologi ini berupa:
a. Data curah hujan
b. Data kecepatan aliran sekitar lokasi perencanaan
c. Data kondisi geologi dan sifat tanah
d. Data kondisi dan lokasi culvert existing
e. Data rencana lokasi culvert dan perkiraan tipe culvert yang cocok
5. Data Rencana Umum Tata Ruang Kota
Data ini dibutuhkan untuk mengetahui master plan kabupaten/kota di tempat
perencanaan berlangsung, sehingga perselisihan kepentingan dapat dihindari.
6. Data Harga Satuan Pekerjaan
Data harga satuan pekerjaan dibutuhkan dalam hubungannya dalam analisa
biaya yang bertujuan agar perencanaan dapat berlangsung secara optimal dan
efisien.

Anda mungkin juga menyukai