Anda di halaman 1dari 10

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI














AKADEMI KEPERAWATAN MADIUN
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain
di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesame
manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh individu. Sedingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.
Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan berhubungan
social) klien menarik diri, curiga. Alas an untuk memilih menarik diri, curiga dalam terapi
aktivitas kelompok, karena banyak klien menarik diri yang ditemui di ruangan dan sesuai
dengan kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana klien perlu belajar untuk interaksi.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain
(struart & Laraia 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang
yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian,
kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart &
Laria 2001).
Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok
penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh
terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah
klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok, agar klien dapat belajar
kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya
memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon
terhadap pertanyaan yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan
dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan
atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan perilaku kekerasan tidak jauh dari
kemarahan. Kemarahan adaah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang
menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena
itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan
penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : Marah adalah pengalaman emosi yang
kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai terhambat.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak
konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang
respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas kelompok
(TAK) klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang mampu
mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK klien dapat bekerjasama dan
tidak mengganggu anggota kelompok lain.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
b. Tujuan Khusus
Klien dapat memperkenalkan dirinya
Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain
Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya
dan di dengar serta dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
Meningkatkan ketrampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari.
Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.

C. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab

D. Perlengkapan
1. Musik
2. Bola

E. Kriteria dan Klasifikasi Klien
No. Nama Umur Tanda & Gejala Keterangan
1.
2.
3.
4.

F. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan meliputi :
Hari/tanggal : , Januari 2014
Waktu :
Tempat : Ruangan Sena RSJD Surakarta

G. Pengorganisasian
Leader :
Co leader :
Observer :
Operator :
Notulent :
Fasilitator :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.




H. Uraian Tugas Pelaksanaan
a. Leader
Tugas :
1. Memimpin jalannya TAK
2. Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya terapi
3. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
4. Memimpin diskusi kelompok
5. Antisipasi masalah

b. Co leader
Tugas:
1. Membuka acara
2. Mendampingi leader
3. Mengambil alih posisi leader jika leader blocking
4. Menyerahkan kembali posisi kepada leader
5. Menutup acara diskusi

c. Observer
Tugas:
1. Mengamati respon klien
2. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok mulai persiapan, proses hingga penutup

d. Operator
Tugas:
1. Menyiapkan speaker
2. Menyiapkan musik dan lagu

e. Notulen
Tugas:
Mencatat pada format yang tersedia

f. Fasilitator
Tugas:
1. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
2. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti TAK

I. Seting tempat











CO
LEADER
LEADER
OBSERVER
FASILITAT
OR
OPERAT
OR
FASILITAT
OR
NOTULEN
FASILITAT
OR
P3
P1
P2
P4
FASILITATO
R
MEKANISME KEGIATAN
1. SESI 1
A. Tujuan Umum
1. Klien mampu mengenalkan dirinya
2. Klien mampu mengenal orang lain disekitarnya
3. Klien mampu mengenal para terapis
4. Klien mengenal tempat dimana ia dirawat
5. Klien mampu mengenal dan menjelaskan tentang penyebab marahnya
B. Prosedur Pelaksanaan
1. Tahap Prainteraksi
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan pertemuan
2. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam terapeutik pada klien
i. Salam dari terapis
ii. Peserta dan terapis mengenakan papan nama
2) Mengevaluasi atau validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Kontrak
1) Terapis menanyakan tujuan kegiatan yaitu mengenali orang dan mengenal
tentang penyebab marahnya
2) Terapis menjelaskan tentang aturan main, yaitu:
Jika ada klien yang meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada
terapis
Lama kegiatan 45 menit
Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4. Tahap Kerja
1) Terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien
2) Terapis meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, hobi serta asal
3) Terapis meminta masing-masing klien menuliskan nama panggilan dipapan
yang dibagikan
4) Terapis meminta masing-masing klien memperkenalkan diri secara berurutan
searah jarum jam dimulai dari terapis
5) Terapis menjelaskan langkah berikutnya tip/musik dihidupkan, bola
dipindahkan satu pasien ke pasien lain. Saat musik dihentikan klien yang
sedang memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap nama panggilan
asal dan hobi dari klien yang lain
6) Terapis menghidupkan musik dan menghentikan kembali, saat musik berhenti
klien yang sedang memegang bola menyebutkan nama lengkap, nama
panggilan, asal hobi cara mengontrol marah .
7) Ulangi langkah tersebut hingga sama anggota kelompok mendapatkan giliran
8) Terapis memberikan pujian setiap keberhasilan yang dilakukan oleh klien
dengan cara memberikan tepuk tangan
5. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan TAK
b. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Rencana Tindak Lanjut
Terapis menganjirkan klien untuk melaporkan halusinasinya untuk di tindak lanjuti
oleh perawat
3) Kontrak Waktu Yang Akan Datang
a. Terapis dan klien membuat kesepakatan untuk kegiatan berikutnya
b. Membuat kesepakan dengan anggota tentang waktu dan tempat


C. LANDASAN TEORI
1. Definisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 1993)
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku kekerasan
secara verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995)
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuak kepada suatu perangkat
perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah. (Berkowitz, 1993)

2. Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Stearan , kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, demam, sakit
hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,
kebutuhan akan status, dan prestise yang tidak terpenuhi.
a. Frustasi : seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan / keinginan yang diharapkannya
menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu
dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
b. Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan
ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, gampang
tersinggung, gampang marah, dan sebagainya.
c. Kebutuhan akan status dan pretise ; manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan
dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
3. Rentang Respon Marah
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif mal adaptif. Rentang respon kemarahan
dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)
a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan
harga diri orang lain.
b. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai
suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif
bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Pada keadaan ini
individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

Anda mungkin juga menyukai