Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya, tujuan didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan selanjutnya adalah memakmurkan
nilai pemegang saham. Salah satu alat yang digunakan perusahaan untuk
mencapai tujuannya adalah laporan keuangan. Semakin relevan dan handal suatu
laporan keuangan yang dibuat, maka semakin besar kecenderungan yang sejalan
dengan kepercayaan investor untuk tetap menanamkan modalnya di perusahaan.
Dengan begitu, profit telah dicapai dan kemakmuran nilai pemegang saham juga
telah terpenuhi.
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang relevan dan handal, laporan
keuangan tersebut harus disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku.
Standar akuntansi diantaranya berisi tentang aturan-aturan dalam pengakuan,
pengukuran, pengungkapan dan penyajian suatu pos dalam laporan keuangan.
Standar akuntansi ini juga digunakan agar laporan keuangan antar perusahaan
memiliki keseragaman dalam penyajiannya, sehingga memudahkan pengguna
untuk memahami informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut.
Agar tidak menimbulkan ambiguitas dan salah paham terhadap laporan keuangan,
standar akuntansi tidak hanya harus dipahami oleh penyusun laporan keuangan
dan auditor, tetapi juga harus dipahami oleh pembaca.
Di Indonesia, standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan
keuangan yang memiliki akuntabilitas publik signifikan adalah PSAK (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan). Standar ini merupakan kumpulan dari berbagai
standar Akuntansi di dunia dan telah disesuaikan untuk digunakan di Indonesia.
Praktik akuntansi di setiap negara berbeda-beda, ini dikarenakan adanya pengaruh
lingkungan, ekonomi, sosial dan politis di masing-masing negara tersebut. Adanya
tuntutan globalisasi atau tuntutan untuk menyamakan persepsi akuntansi di setiap
negara mengakibatkan munculnya Standar Akuntansi Internasional yang lebih
dikenal dengan IFRS (International Financial Reporting Standards). Ini bertujuan
untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara.


2

Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) di
Indonesia saat ini masih belum banyak dilakukan oleh kalangan ekonomi di
Indonesia. Padahal penerapan IFRS dalam sistem akuntasi perusahaan akan
menjadi salah satu tolak ukur yang menunjukkan kesiapan bangsa Indonesia
bersaing di era perdagangan bebas. IFRS saat ini menjadi topik hangat di kalangan
ekonomi, khususnya di kalangan akuntan. IAI telah menetapkan tahun 2012
Indonesia sudah mengadopsi penuh IFRS. Di indonesia sebenarnya sebagian
perusahaan yang sudah mengacu pada IFRS, pengadopsian IFRS mestinya diikuti
pula dengan pengadopsian standar pengauditan internasional. Standar pelaporan
keuangan perusahaan tidak akan mendapatkan pengakuan tinggi, bila standar yang
digunakan untuk pengauditan masih standar lokal. International Accounting
Standards, yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standards
(IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan
penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas
dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga
mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang
mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam bisnis lintas
negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di
semua Negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama
standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada
penerapan revaluation model, yaitu memungkinkan penilaian aset menggunakan
nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis true and fair.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin mengangkat judul makalah Isu
Kontemporer

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
penulis menarik rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana konvergensi IFRS di Indonesia, perkembangan dan
dampaknya terhadap bisnis auditor?
2. Bagaimana pengaruh regulasi atas profesi akuntan di Indonesia?


3

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konvergensi IFRS di Indonesia, perkembangan dan
dampaknya terhadap bisnis auditor.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam pengaruh regulasi
atas profesi akuntan di Indonesia.

D. Manfaat penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi dosen, makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
berarti dalam pemberian nilai. Sehingga dapat dijadikan serta sebagai
salah satu syarat untuk mengikuti dan lulus Mata Kuliah Pelaporan dan
Akuntansi Keuangan Pada Universitas Hasanuddin Makassar.
2. Bagi penulis, makalah ini merupakan pelatihan intelektual yang
diharapkan dapat mempertajam daya pikir ilmiah penulis dan dapat
meningkatkan kompetensi akademik dalam disiplin ilmu yang digeluti .
3. Bagi masyarakat, penulisan ini diharapkan menjadi referensi dan
memberikan gambaran yang luas mengenai Isu Kontemporer.














4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konvergensi IFRS Di Indonesia, Perkembangan dan Dampaknya
Terhadap Bisnis dan Auditor.
1. Konvergensi IFRS di Indonesia.
Baskerville (2010) dalam Utami, et al. (2012) mengungkapkan bahwa
konvergensi dapat berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi
dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan
kesesuaian praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat keberagaman.
Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat diartikan sebagai proses
menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari
2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat
terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami
dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor, maupun
pembaca atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi
adopsi, yaitu big bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy
mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu.
Strategi ini digunakan oleh negara-negara maju. Sedangkan pada gradual
strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh
negara negara berkembang seperti Indonesia.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia,
yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS
diadopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi
terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian
terhadap persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan
penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.


5

3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan
PSAK IFRS secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap
dampak penerapan PSAK secara komprehensif.
Indonesia merupakan bagian dari IFAC (International Federation of
Accountant) yang harus tunduk pada SMO (Statement Membership
Obligation), salah satunya adalah dengan menggunakan IFRS sebagai
accounting standard. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan
pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum.
Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di Washington DC,
15 November 2008, prinsip-prinsip G20 yang dicanangkan adalah:
1. Strengthening Transparency and Accountability
2. Enhancing Sound Regulation
3. Promoting Integrity in Financial Markets
4. Reinforcing International Cooperation
5. Reforming International Financial Institutions
Selanjutnya, pertemuan G20 di London, 2 April 2009 menghasilkan
kesepakatan untuk Srengthening Financial Supervision and Regulation: to
call on the accounting standard setters to work urgently with supervisors and
regulators to improve standards on valuation and provisioning and achieve a
single set of high-quality global accounting standards.

2. Dampak Implementasi IFRS Terhadap Bisnis dan Auditor
Implementasi IFRS dapat memberikan dampak positif dan negatif
dalam dunia bisnis dan jasa audit di Indonesia. Berikut ini adalah berbagai
dampak dalam penerapan IFRS :
1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan
keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak
menggunakan nilai wajar.
3. Kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-
harga fluktuatif.


6

4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance
sheet approach dan fair value.
5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan
laporan keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional
judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning
management).
6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
Fleksibilitas dalam standar IFRS yang bersifat principles-based akan
berdampak pada tipe dan jumlah skill professional yang seharusnya dimiliki oleh
akuntan dan auditor. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan maupun auditor
untuk memiliki pemahaman mengenai kerangka konseptual informasi keuangan
agar dapat mengaplikasikan secara tepat dalam pembuatan keputusan.
Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai kejadian maupun transaksi bisnis dan ekonomi perusahaan secara
fundamental sebelum membuat judgment. Selain keahlian teknis, akuntan juga
perlu memahami implikasi etis dan legal dalam implementasi standar (Carmona &
Trombetta, 2008).
Pengadopsian IFRS juga menciptakan pasar yang luas bagi jasa audit.
Berbagai estimasi yang dibuat oleh manajemen perlu dinilai kelayakannya oleh
auditor sehingga auditor juga dituntut memiliki kemampuan menginterpretasi
tujuan dari suatu standar. AAA Financial Accounting Standard Committee (2003)
bahkan meyakini kemungkinan meningkatnya konflik antara auditor dan klien.

B. Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Kualitas Penyajian Pelaporan
Keuangan
Alasan perlunya Standar Akuntansi Keuangan yang Konvergensi dengan
IFRS, diantaranya : (1) Peningkatan daya banding laporan keuangan dan
memberikan informasi yang berkualitas di pasar modal internasional ; (2)
Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi perbedaan
dalam ketentuan pelaporan keuangan ; (3) Mengurangi biaya pelaporan keuangan
bagi perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis
; (4) Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju best practice.


7

Permasalahan yang akan dihadapi dalam implementasi dan adopsi IFRS : (1)
Translasi Standar Internasional ; (2) Ketidaksesuaian Standar Internasional
dengan Hukum Nasional ; (3) Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional ;
(4) Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional.
1. Pelaporan Keuangan
Dalam penyusunan dan penyajian atas laporan keuangan, terdapat
suatu konsep atau pedoman yang mendasari hal tersebut sehingga laporan
keuangan yang dihasilkan dapat memenuhi ekspektasi kebutuhan
penggunanya. Konsep ini disebut sebagai Kerangka Konseptual. Kerangka
kerja konseptual berfungsi sebagai acuan bagi komite penyusun standar,
penyusun laporan keuangan, auditor, serta pemakai laporan keuangan.
Kerangka kerja konseptual penting untuk meningkatkan pemahaman dan
keyakinan pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan
menaikkan komparabilitas antar laporan keuangan. Selain itu, masalah-
masalah praktis yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu
pada kerangka konseptual yang ada. Kerangka kerja konseptual untuk
pelaporan keuangan terdiri dari tiga tingkatan. Tingkat pertama adalah tujuan
(objectives) yang mengidentifikasi tujuan dan sasaran akuntansi serta
merupakan bangunan inti dari kerangka kerja konseptual. Pada tingkat kedua
terdapat karakteristik kualitatif (qualitative characteristic) yang membuat
informasi akuntansi berguna, dan unsur-unsur (elements) laporan keuangan
(aset, liabiltas,ekuitas,pendapatan dan beban). Sedangkan pada tingkat ketiga
terdapat konsep-konsep pengukuran dan pengakuan (measurement and
recognition) yang akan digunakan dalam menetapkan dan mengaplikasikan
standar-standar akuntansi. Konsep-konsep ini meliputi asumsi, prinsip, dan
kendala yang menjelaskan lingkungan pelaporan berjalan.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi, sedangkan tujuan pelaporan keuangan
bertujuan umum adalah menyediakan informasi keuangan tentang entitas
pelaporan yang bermanfaat bagi yang telah menjadi maupun yang potensial


8

investor, pemberi pinjaman, dan kreditor lainnya dalam pembuatan keputusan
tentang penyediaan sumber daya entitas. Laporan keuangan yang disusun
untuk tujuan ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna. Suatu laporan keuangan bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun demikian,
perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi
yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Dalam rangka penyajian laporan keuangan Perusahaan, salah satu pihak
pengguna laporan yang harus dipertimbangkan adalah investor.
Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1 ( Revisi 2009 ) ,
Laporan Keuangan Dasar (basic financial statement) terdiri dari: (1) Laporan
Posisi Keuangan; (2) Laporan Laba-Rugi Komprehensif; (3) Laporan Arus
Kas; (4) Laporan Perubahan Ekuitas ; (5) Catatan atas Laporan Keuangan.
Pelaporan Keuangan (financial reporting) merupakan financial
statement plus, karena terdiri dari: (1) Laporan Keuangan Dasar (basic
financial statement) ; (2) Informasi Pelengkap, misalnya informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga
(SAK 2009) ; (3) Sarana pelaporan keuangan lainnya, contohnya: analisis dan
diskusi manajemen, surat kepada pemegang saham.
Pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan Perusahaan
dimaksudkan untuk memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan
yang terstandarisasi dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan
penuh (full disclosure), sehingga dapat memberikan kualitas penyajian dan
pengungkapan yang memadai bagi pengguna informasi yang disajikan dalam
pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan Publik. Laporan keuangan harus
cukup informatif untuk mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang
pemakai yang berpengetahuan. Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure)
mengakui bahwa penyajian informasi dalam laporan keuangan baik jumlah
maupun sifat, harus memenuhi kaidah keseimbangan antara manfaat dan
biaya. Jadi, pelaporan keuangan (financial reporting) lebih luas daripada


9

laporan keuangan (financial statement). Karena, dalam pelaporan keuangan
perusahaan dapat sekaligus melaporkan hal-hal di luar akuntansi.
2. Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan.
Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari pelaporan
keuangan perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Adopsi standar
internasional juga sangat penting dalam rangka stabilitas perekonomian.
Manfaat dari program konvergensi IFRS diharapkan akan mengurangi
hambatan-hambatan investasi, meningkatkan transparansi perusahaan,
mengurangi biaya yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan, dan
mengurangi cost of capital. Sementara tujuan akhirnya laporan keuangan
yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) hanya akan
memerlukan sedikit rekonsiliasi untuk menghasilkan laporan keuangan
berdasarkan IFRS. Banyaknya standar yang harus dilaksanakan dalam
program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi publik
untuk sedari dini mengantisipasi implementasi program konvergensi IFRS.
Beberapa dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap
kualitas penyajian Pelaporan Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari
dalam perspektif kualitatif:
a. Perubahan konsep dari rule based ke principle based.
Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak
bersifat ketat atau rigid, melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip
umum standar akuntansi yang harus diikuti untuk memastikan
pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat
diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna
bahwa untuk mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat
diperbandingkan, dan objektif, standar akuntansi harus bersifat ketat dan
rigid.
b. Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan.
Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar
akuntansi yang akan kita gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena
aturan-aturan yang detail sudah disederhanakan kedalam beberapa
prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari IFRS inilah yang menjadikan


10

peran professional judgement lebih dibutuhkan baik dalam hal
mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan. Dan
hal terpenting yang harus kita lakukan adalah bahwa semua dokumen
serta proses Profesional Judgement itu harus didokumentasikan.
c. Penggunaan Fair Value Accounting.
Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas
dalam suatu transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau
penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai adalah nilai yang wajar
mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen. Sehingga dengan adanya
fair value accounting maka penyajian atas pelaporan keuangan untuk
nilai aset dan instrumen keuangan tercatat pada nilai sebenarnya atau
wajar sesuai dengan kondisi pasar. Sehingga kualitas yang dihasilkan
atas laporan keuangan menjadi dapat diandalkan.
d. Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan.
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang
berkaitan dengan penilaian dan pengukuran menjadi penting, sehingga
kebutuhan atas adanya pihak ketiga didalam penyusunan laporan
keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan mewajibkan untuk
diungkapkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal
penting bagi pengguna laporan keuangan.

C. Profesi Akuntan Publik Dan Hubungannya Dengan Pemakai Jasa
Akuntan Publik
1. UU AP : Babak Baru Profesi Akuntan Publik di Indonesia
Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara
adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan
hukum perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu
negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan
modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan
jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas
yang modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan
dan berkembang. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan


11

investor mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen
perusahaan.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat,
yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa assurance
adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi
pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan
(examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon
procedure). Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan
orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas
sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di
dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan
temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang
dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan,
jasa konsultasi.
Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa
utamanya adalah jasa asuransi dan hasil pekerjaannya digunakan secara
luas oleh publik sebagai salah satu pertimbangan penting dalam
pengambilan keputusan. Dengan demikian, profesi Akuntan Publik
memiliki peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional
yang sehat dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi
dalam bidang keuangan. Akuntan Publik tersebut mempunyai peran
terutama dalam peningkatan kualitas dan kredibilitas informasi keuangan
atau laporan keuangan suatu entitas. Dalam hal ini Akuntan Publik
mengemban kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini atas
laporan keuangan suatu entitas. Dengan demikian, tanggung jawab
Akuntan Publik terletak pada opini atau pernyataan pendapatnya atas
laporan atau informasi keuangan suatu entitas, sedangkan penyajian
laporan atau informasi keuangan tersebut merupakan tanggung jawab
manajemen. Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha,
dalam era globalisasi perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna


12

jasa Akuntan Publik akan semakin meningkat, terutama kebutuhan atas
kualitas informasi keuangan yang digunakan sebagai salah satu
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, Akuntan
Publik dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan
mengemban kepercayaan publik. Meskipun Akuntan Publik berupaya untuk
senantiasa memutakhirkan kompetensi dan meningkatkan profesionalisme
agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa, kemungkinan terjadinya
kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Publik akan tetap ada. Untuk
melindungi kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi
Akuntan Publik, diperlukan suatu undang-undang yang mengatur profesi
Akuntan Publik.
Sidang paripurna DPR RI, selasa 5 april mengesahkan UU No 5/2011
tentang akuntan publik, merupakan tonggak sejarah penting dalam perjalana
profesi Akuntan Publik di Tanah Air, yang telah cukup lama menantikan
adanya payung hukum tertinggi untuk mengatur dan melindungi profesi
auditor swasta ini, Beberapa hal penting yang diatur dalam UU Akuntan
Publik ini antara lain adalah mengenai perizinan, yang mengatur keterlibatan
keberlangsungan usaha profesi akuntan Publik, yang meliputi :
a. Perizinan untuk menjadi Akuntan Publik
b. Perizinan Akuntan Publik Asing, dan
c. Perpanjangan Izin
d. Penghentian pemberian jasa asuransi untuk sementara waktu,
pengunduran diri dan tidak berlakunya izin.
e. Izin usaha Kantor Akuntan Publik
f. Izin pendirian cabang kantor akuntan Publik
g. Pencabutan dan tidak berlakunya izin usaha Kantor Akuntan Publik, dan
h. Biaya perizinan
Dengan berlakunya UU No 5/2011 tentang akuntan publik di
Indonesia ini memberikan pengaruh postif bagi dunai akuntan kita tapi disatu
sisi ada kekhawatiran akan persaingan yang semakin sulit untuk mendapatkan
konsumen dengan KAP asing.


13

Akuntan publik dan kantor akuntan publik asing yang beroperasi di
Indonesia beralih status menjadi ilegal. Rancangan Undang-Undang Akuntan
Publik mengharuskan adanya perjanjian antarnegara sebagai syarat bagi
akuntan asing beroperasi di wilayah Indonesia. Akuntan publik asing dapat
praktik di Indonesia setelah ada perjanjian saling pengakuan (mutual
recognition agreement/ MRA) antara Pemerintah RI dan dengan pemerintah
negara asal akuntan asing itu.
2. Kecurangan Dalam Laporan Keuangan Dan Perlindungan Terhadap Pemakai
Jasa Akuntansi.
Menurut Ferdian & Naim (2006), kecurangan dalam laporan keuangan dapat
menyangkut tindakan yang disajikan berikut ini :
a. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan
keuangan.
b. Representasi yang dalam atau penghilangan dari laporan keuangan,
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan.
c. Salah penerapan secara senngaja prinsip akuntansi yang berkaitan
dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian atau pengungkapan.
Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tangggung jawab yang
sangat besar dalam mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh
masyarakat (publik). Terdapat 3 (tiga) tanggung jawab akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaannya yaitu :
a. Tanggung jawab moral (moral responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab moral untuk :
1) Memberi informasi secara lengkap dan jujur mengenai perusahaan
yang diaudit kepada pihak yng berwenang atas informasi tersebut,
walaupun tidak ada sanksi terhadap tindakannya.
2) Mengambil keputusan yang bijaksana dan obyektif (objective)
dengan kemahiran profesional (due professional care).
b. Tanggung jawab profesional (professional responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab profesional terhadap
asosiasi profesi yang mewadahinya (rule professional conduct).


14

c. Tanggung jawab hukum (legal responsibility).
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar
profesinya yaitu tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Auditing Seksi 110,
mengatur tentang Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen.
Pada paragraf 2, standar tersebut antara lain dinyatakan bahwa auditor
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas
dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan,
auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak.
Bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan
keuangan.
Dalam UUD yang baru semakin jelas diatur bagaimana
meaknisme untuk menjadi Akuntan publik, bagaiman akuntan publik
menjaga kualitasnya, dan siapa yang mempunyai kewenangan untuk
mengawasi akuntan publik. Mengenai sanksi pidana terhadap
pelanggaran profesi akuntan publik, yang sebelumnya tidak ada aturan
khusus, juga telah di atur dengan tegas alam UU yang baru ini. Ketentuan
pidana diatur dalam pasal 55, 56, dan 57, dimana pasal 55 dan 56
mengatur ketentuan pidana bagi akuntan Publik, dan pasal 57 mengatur
ketentuan pidana bagi non-akuntan publik, diharapkan dengan adanya
regulasi yang semakin ketat akan memberikan angin segar bagi dunia
akuntan tidak hanya bagi para akuntan itu sendari lebih jauh lagi
memberikan rasa aman dari para konsumen pengguna jasa-jasa akuntan
publik




15

D. Pentingnya Regulasi dalam Akuntansi
1. Standar Akuntansi Dan Tujuan Penetapan Standar
Sifat-sifat Standar AkuntansiAkuntan bekerja berdasarkan standar akuntansi.
Standar tersebut secara terus menerus mengalami perkembangan. Karena
standar menyajikan petunjuk praktis dan memudahkan tugas akuntan, maka
standar secara umum diterima sebagai aturan perusahaan.
Standar biasanya terdiri atas tiga bagian yaitu:
a. Uraian masalah yang harus dihadapi
b. Pembahasan dengan penalaran atau cara-cara pemecahan masalah.
c. Sejalan dengan keputusan atau teori, solusi yang ditetapkan.
Terdapat beberapa pertimbangan dalam penetapan standar yaitu:
a. General purpose finacial statement
b. Due audit care dan independensi bagi auditor
c. Standar menyajikan kumpulan data bagi pemerintah
d. Standar menghasilkan prinsip dan teori dalam akuntansi
Tujuan Penyusunan Standar: Penetapan suatu standar mempunyai
konsekuensi yaitu terdapat pihak yang diuntungkan dan sebaliknya terdapat
pihak yang dirugikan. Kondisi tersebut menjadikan penyusunan standar
mengadopsi proses politik, dan bila kesejahteraan sosial yang dijadikan
kriteria dalam penerimaan suatu standar maka muncul pertanyaan yang
berhubungan dengan legitimasi keanggotaan dewan penyusun standar.
Saat ini terdapat dua pendekatan yang muncul yaitu:
a. Pendekatan penyajian kebenaran. Pendekatan ini menginginkan laporan
yang netral dan berusaha mencapai penyajian yang benar melalui proses
penyusunan standar.Pendekatan konsekuensi politik, pendekatan ini
menekankan pada penggunaan standar dengan konsekuensi ekonomi
yang baik dan konsekuensi ekonomi yang buruk.
b. Perbedaan kedua pendekatan tersebut sebagai berikut:
1) Bila konsekuensi ekonomi yang hendak dicapai, maka para pembuat
kebijakan akuntansi harus menyajikan sejumlah sinyal informasi
yang dapat memberi petunjuk para pengguna informasi dalam
pembuatan keputusan. Secara pragmatis, pengaruh ini terwujud


16

dalam pembuatan kebijakan yang bertindak sebagai pembuat
keputusan.
2) Bila yang hendak dicapai adalah pengukuran yang berorientasi pada
manfaat, maka para pembuat kebijakan akuntansi harus menyajikan
informasi yang mempermudah proses pembuatan keputusan. Secara
pragmatis bila informasi disajikan wajar dan didasarkan pada
kebutuhan pengguna, maka para pengguna dapat bertindak sebagai
pembuat keputusan.
Entitas yang terkait dengan standar akuntansi:
a. Kantor akuntan publik dan para individu American Institute of Certified
Public Accountants (AICPA). The American Accounting Association
(AAA)
b. The Financial Accounting Standard Board (FASB). Securities and
Exchange Commission (SEC) dan Organisasi profesi lainnya.
c. Pengguna Laporan Keuangan.
Siapa yang seharusnya menyusun standar akuntansi? Berdasarkan
teori-teori regulasi, regulasi umumnya diasumsikan akan diterima oleh
industri terkait dan didesain serta dioperasikan dengan tujuan utama
memperoleh keuntungan.
Kategori utama regulasi industri:
a. Teori kepentingan umum (public interest theories): menyatakan bahwa
regulasi disajikan untuk menanggapi pemintaan publik akan koreksi
terhadap ketidakefisienan atau ketidaklayakan harga pasar. Tujuan utama
teori ini adalah untuk melindungi dan menjamin kepentingan umum.
b. Teori kepentingan kelompok atau teori perebutan (interest group or
capture theories): menyatakan bahwa regulasi disajikan untuk
menganggapi permintaan kelompok tertentu dengan tujuan untuk
memaksimalkan income anggotanya.
c. The political ruling-elite theory of regulation menekankan penggunaan
kekuatan politis untuk mendapatkan pengendalian regulator.
d. The economic theory of regulation menekankan pada kekuatan ekonomi



17

2. Teori-Teori Regulasi Dan Pasar Bebas
Haruskah Kita Meregulasi Akuntansi? Pihak yang tidak menginginkan
regulasi menggunakan teori agensi untuk mempertanyakan mengapa harus
ada insentif untuk pembuatan laporan yang andal dan sukarela bagi pemilik.
Untuk menyelesaikan konflik antara pemilik dan manajemen, laporan
keuangan digunakan untuk memonitor hubungan kerja, untuk menilai dan
menentukan kompensasi manajer. Perusahaan dituntut untuk menyajikan
laporan secara sukarela dan pengguna informasi dapat memaksa pihak-pihak
terkait untuk menyajikan informasi tersebut. Pihak yang menginginkan
regulasi menggunakan argumentasi kepentingan umum. Pada dasarnya
kegagalan pasar maupun kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial memaksa
adanya regulasi akuntansi.
Kegagalan pasar sebagai isu alokasi yang belum optimal dapat
disebabkan oleh:
a. Keengganan perusahaan mengungkapkan informasi.
b. Adanya penyelewengan.
c. Penyajian informasi akuntansi secara tidak semestinya.
d. Kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial yang memuaskan juga
mendukung perlunya regulasi akuntansi. Tujuan ini mencakup kewajaran
laporan, informasi yang disajikan secara seimbang (information
symmetry) dan perlindungan investor.
Pendekatan Pasar Bebas. Pendekatan pasar bebas dalam menghasilkan
standar akuntansi dimulai dari asumsi dasar bahwa informasi akuntansi
merupakan sebuah produk yang bersifat ekonomis, sama seperti barang atau
jasa lainnya. Atas dasar tersebut informasi akuntansi merupakan subjek
kekuatan permintaan dari para pengguna dan disediakan oleh para penyaji.
Hasilnya adalah sejumlah pengungkapan informasi yang optimal pada tingkat
harga yang optimal pula. Kapan suatu informasi diperlukan dan sejumlah
harga tertentu ditawarkan untuk itu, pasar akan menyediakan informasi
asalkan harga yang ditawarkan melebihi biaya informasi tersebut.


18

Pendukung pendekatan regulator (baik swasta maupun publik)
menyatakan bahwa ada kegagalan pasar baik secara eksplisit maupun implisit
dalam pasar informasi swasta.
a. Kegagalan pasar eksplisit terjadi pada informasi akuntansi saat kuantitas
dan kualitas dari barang yang disajikan berbeda dengan biaya dan
manfaat yang diperoleh dari barang tersebut. Kegagalan pasar terjadi
dalam pasar khusus informasi akuntansi, dengan asumsi kuantitas dan
kualitas informasi akuntansi berbeda dari manfaat sosial maksimum yang
dapat diperoleh. Informasi akuntansi dipandang sebagai barang umum
dan terkait dengan ketidakmampuan untuk mengeluarkan pihak yang
terlibat dalam penjualan (non-purchaser/ free rider).
b. Teori kegagalan pasar implisit menekankan pada satu atau lebih kondisi
berikut sehingga terdapat gangguan dalam pasar informasi akuntansi.
c. Pengendalian atas informasi yang bersifat monopoli oleh manajemen
Investor yang naifnaif dihipotesiskan bahwa para investor tidak
memahami dengan baik kompleksitas teknik-teknik transformasi
akuntansi.
d. Ketakutan akan kegagalan fungsional. Dalam kondisi tertentu investor
mungkin tidak mampu mengubah proses pembuatan keputusannya untuk
merespon data yang dihasilkan oleh perubahan yang terjadi dalam proses
akuntansi. Penyimpangan perhitungan Keanekaragaman
prosedur. Kurangnya objektivitas. Berdasarkan dugaan tersebut,
pendukung regulasi atas akuntansi mengkritik bahwa pendekatan pasar
tidak efektif dan menyarankan regulasi untuk meningkatkan produk
akuntansi.
e. Tantangan terhadap teori kegagalan pasar. Teori kegagalan pasar
mengandung kesalahan yang fatal. Keluaran yang diperoleh teori tersebut
diidentifikasi sebagai optimal hanya sekedar istilah dan istilah ini dapat
diidentifikasikan sendiri-sendiri oleh ketentuan setiap lembaga yang
menghasilkan keluaran tersebut.
Kripke mengajukan dua kemungkinan yang akan terjadi dengan tidak
adanya regulasi yang diinginkan:


19

a. Akan ada pengungkapan informasi akuntansi yang cukup dan
berkesinambungan.
b. Keseragaman akuntansi semakin berkurang karena perbedaan pandangan
dalam menginterprestasikan dan menggambarkan suatu kejadian akan
disembunyikan oleh sistem yang diberi kewenangan untuk melalukan hal
tersebut. Namun tekanan dan pengungkapan akan semakin memadai
sehingga memungkinkan para pembacanya untuk membuat kebijakan
sendiri.
Regulasi Standar Akuntansi oleh Sektor Swasta Penyusunan standar
secara swasta di Amerika Serikat meliputi Committee on Accounting
Procedures (1939-1959), Accounting Priciples Board (1959-1973) dan
Financial Accounting Standar Board (1973-sekarang).
Argumen yang digunakan pendukungnya antara lain;
a. FASB terlihat lebih responsif terhadap berbagai konstituen.
b. FASB tampak mampu menarik, sebagai anggota atau staf, orang-orang
yang memiliki pengetahuan teknis yang diperlukan untuk
mengembangkan, mengimplementasikan sistem pengukuran dan
pengungkapan alternatif
c. FASB terlihat sukses dalam memperoleh tanggapan dari berbagai
konstituensinya dan dalam menanggapi sejumlah masukan. Argumen
yang digunakan penentangnya antara lain;
d. FASB tidak memiliki statutori dan kekuatan untuk memaksakan aturan
yang dibuatnya, serta menghadapi penolakan oleh Kongres maupun oleh
lembaga pemerintah lainnya.
e. FASB sering dituduh tidak independen dari dari konstituennya yang
besar, kantor akuntan publik dan korporasi.
f. FASB sering dituduh lamban dalam menanggapi isu-isu utama yang
krusial bagi sejumlah konstituennya. Para pendukung dewan tetap
mempertahankan bahwa pertimbangan yang mendalam akan
memungkinkan FASB memperbaiki akibat yang tidak diinginkan dari
suatu pernyataan. Hal ini menimbulkan persoalan tambahan, karena


20

standar yang ditawarkan akan memiliki kesempatan yang kecil untuk
diterapkan apabila secara umum tidak memperoleh dukungan.
Regulasi Standar Akuntansi Sektor Publik Prinsip umum regulasi
menurut Elliot dan Schuetze:
a. Regulasi tidak boleh melanggar hak asasi manusia dan undang-undang
dasar.
b. Regulasi harus dirancang untuk mencegah kemungkinan atau realitas
perubahan sosial.
c. Regulasi harus mencerminkan kepentingan publik.
d. Regulasi seharusnya tidak digunakan sektor swasta bila tujuannya dapat
dicapai oleh institusi sektor swasta.
e. Regulasi yang potensial seharusnya tidak menanggung beban bahwa
regulasi tersebut telah terjamin kekuatannya, daripada para pendukung
regulasi harus membuktikan bahwa regulasi tersebut memang terjamin.
f. Tindakan yang berhubungan dengan regulasi seharusnya tidak digunakan
untuk memperbaiki pelanggaran hukum, atau memerangi perilaku anti
sosial.
Kegagalan regulasi menurut Buckey dan OSullivan:
a. Zero-cost phenomenom: regulasi sama sekali tidak menanggung kerugian
yang ditimbulkan dari kegagalannya.
b. Regulatory lag : akibat dari penundaan regulasi.
c. Regulatory trap: mengacu pada kesulitan-kesulitan untuk membalik
regulasi yang adao Tar-baby effect merupakan akibat yang ditimbulkan
dari kecenderungan regulasi untuk terus berkembang.
3. Legitimasi Proses Penyusunan Standar.
Prognosis pesimistis. Legitimasi penyusunan standar kadang
dihubungkan dengan kemampuannya untuk menghasilkan sistem akuntansi
optimal yaitu sistem dimana keuntungan yang diharapkan oleh pemakai
strategi keputusan optimal, dapat lebih besar atau paling tidak sama dengan
keuntungan yang diperoleh dari sistem lain. Implikasinya tidak ada alternatif
penyajian laporan keuangan yang didasarkan pada aturan akuntansi lain yang
dapat menyajikan manfaat yang lebih baik.


21

Demski berpendapat bahwa: Proses penyusunan standar akuntansi
harus memuaskan agar dapat disahkan.
a. Tidak akan ada sekumpulan standar yang selalu mencari alternatif sesuai
preferensi dan keyakinan.Prognosis pesimistik ini diperluas untuk
menunjukkan: Bahwa pemilihan alternatif laporan kuangan pada
akhirnya memerlukan pertukaran antara keuntungan seseorang di satu
sisi dengan yang lainnya.
b. Bahwa resolusi alternatif laporan keuangan akan mensyaratkan kebijakan
nilai atau etika yang akan dipertukarkan dengan kesejahteraan seseorang
dan dalam dimensi apa terhadap kesejahteraan siapa. Prognosis optimisti
Cushing memberikan prognosis optimistik tentang tanggung jawab
prinsip akuntansi optimal dengan catatan bahwa asumsi heterogenitas
pengguna ditinggalkan. Bromwich menawarkan prognosis optimistik
tentang kemungkinan standar-standar akuntansi yang bersifat parsial,
yaitu standar-standar untuk satu atau lebih masalah-masalah akuntansi
yang menjadikannya terisolasi dari standar atau masalah akuntansi
lainnya. Chamber mengajukan suatu ilmu yang mengasumsikan adanya
norma atau standar yang berlaku pada situasi tertentu. Norma adalah
informasi yang mewakili arus uang maupun nilai moneter dari aset serta
jumlah arus utang lain setiap waktu. Bila norma tidak tersedia, Chamber
menyarankan agar menggunakan alternatif lain yang dapat menyajikan
pengukuran dengan nilai yang mendekati.












22

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konvergensi IFRS di Indonesia perlu didukung agar Indonesia
memperoleh pengakuan maksimal dari komunitas Internasional khususnya di
mata investor global. Dengan diadopsinya IFRS di Indonesia, maka proses
rekonsiliasi bisnis dalam bisnis lintas negara akan semakin mudah. Dapat
dikatakan demikian karena diterapkannya suatu standar internasional akan
meningkatkan kepercayaan internasional untuk berinvestasi di Indonesia.
Konvergensi IFRS memiliki pengaruh yang sangat besar pada perusahaan,
khususnya pada pelaporan keuangan perusahaan, dan kinerja perusahaan akan
juga meningkat dengan adanya pergeseran standar akuntansi yang akan digunakan
oleh perusahaan tersebut. Konvergensi standar akuntansi internasional ke dalam
standar akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang
memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan
akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula,
manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan
perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih
relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan
menghasilkan informasi yang valid untuk aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan
beban perusahaan.
Tujuan perusahaan mengadopsi IFRS agar perusahaan secara global
dapat diterima, sehingga pihak asing ingin berhubungan dengan perusahaan
tersebut baik dari segi investasi maupun kreditor. Dan kualitas penyajian
pelaporan dan akuntasi keuangan juga dapat digunakan sesuai kebutuhan
pengguna laporan keuangan.
Profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan
kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap
mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut
menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang
dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik


23

merupakan etika profesional bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik
Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari Prinsip
Etika yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun
1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode
etik bagi profesi akuntan Indonesia, kemudian disempurnakan dalam konggres
IAI tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998. Etika profesional yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998 diberi
nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.
Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan
publik, yang menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik, yaitu auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan
jasa konsultansi. Auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan
penugasan audit atas laporan keuangan historis yang menyediakan jasa audit atas
dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen
Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang
berpraktik dalam profesi akuntan publik.
Harapan masa depan dari profesi akuntan sektor publik pemerintahan
adalah terwujudnya suatu akuntan sektor publik yang kompeten, profesional
sehingga dapat menyelesaikan problematika akuntansi serta dapat menjadikan
akuntan cerdas yang mengembangkan topik-topik mutakhir di Akuntansi menjadi
kenyataan.

B. Saran
Penerapan IFRS dan kaitannya dengan isu kontempor perlu pemahaman
yang lebih mendalam untuk bangsa kita dan pelaku-pelaku akuntansi sehingga
penerapannya dapat tercapai dan sesuai dengan kondisi keadaan bangsa kita. Di
mana penerapannya perlu tahapan demi tahapan agar tidak terjadi tumpang tindih.
Selanjutnya pihak-pihak yang terkait untuk mempelajari adopsian IFRS dapat
menerapkannya dengan baik sehingga tercapai akuntansi yang berbasis IFRS.




24

DAFTAR PUSTAKA
Bechara, Michael (2010). Is Fair Value Accounting ..Well.Fair?. From:
http://www.scribd.com/doc/26441843/Fair-Value-Accounting#about, 12
Mei 2010.


French, N. and Gabrielli, L. (2007), Market Value and Depreciated Replacement
Cost: contradictory or complimentary?, Journal of Property Investment
& Finance vol 25 no. 5.


Gao, Yujing & Gaichune, (2009), Discussion for Applicability of the Fair Value
Measurement in the Financial Crisis, International Journal Of Business
Management, vol 4 no 12 (December 2009)


Kartomo, Rengganis (2008), Transformasi Penerapan Model Nilai Wajar (Fair
value) dan Implikasinya, Makalah Seminar MEP UGM (2008).


Magnan, Michel (2009). Fair Value Accounting and the Financial Crisis:
Messenger or ontributor?. From:
http://www.cirano.qc.ca/pdf/publication/2009s-27.pdf, 17 Mei 2010.


McCullough, Matthew (2009). The Dangers of Fair Value Accounting. From :
http://www.scribd.com/doc/19594894/Fair-Value-Accounting, 12 Mei
2010.


Siahaan, Hinsa (2009). Implikasi dan Permasalahan dalam Mengimplementasikan
Konsep Nilai Wajar Dalam Kondisi Ekonomi Saat Ini. From:
http://www.fiskal.depkeu.go.id/webbkf/kajian Seminar nasional Mark
to Market Accounting.pdf, 28 Mei 2010.


Tampubolon, M.S., 2012, Alasan Perlunya Konvergensi ke
IFRS, http://maiyasari.wordpress.com/2012/04/20/alasan-perlunya-
konvergensi-ke-ifrs-21/, Diakses tanggal 8 Januari 2013, pk 08.54 WIB


Utami, et. al., 2012, Investigasi dalam Konvergensi IFRS di Indonesia: Tingkat
Kepatuhan Pengungkapan Wajib dan Kaitannya dengan Mekanisme
Corporate Governance, Simposium Nasional Akuntansi 15,
Banjarmasin.




25

Wahyu, A. 2012. Standar Akuntansi Keuangan
http://www.lintasberita.web.id/standar-akuntansi-keuangan/, Diakses
tanggal 6 Januari 2013, pk 12.45 WIB


www.ifrs.com


www.iaiglobal.or.id


www.jtanzilco.com






































26



1.Penguatan Transparansi dan Akuntabilitas
2. Peraturan Suara Meningkatkan
3. Mempromosikan Integritas di Pasar Finansial
4. Memperkuat Kerjasama Internasional
5. Reformasi Lembaga Keuangan Internasional

Anda mungkin juga menyukai