Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan sebuah proses menuju tercapainya tujuan pendidikan. Dalam hal
ini, proses pembelajaran sangatlah menentukan hendak kemana anak didik itu akan dibawa.
Berbagai macam model pembelajaranpun dilaksanakan untuk meraih tujuan yang ideal. Karena
proses pembelajaran merupakan bagian yang integral dari pendidikan.
Dalam konteksnya dengan teori belajar dan pembelajaran yang diintegrasikan kedalam
pendidikan Islam, beberapa teori belajar dan pembelajaran ditawarkan untuk bisa diterapkan.
Diantara teori belajar pembelajaran tersebut adalah teori behavioristik dan kognitivistik. Teori
ini membuat suatu gambaran dari miniature problematika kehidupan yang akan dihadapi oleh
peserta didik dan guru sebagai pengajar. Berangkat dari sebuah pengalaman yang dimainkan dan
dilakukan oleh para ahli pembelajaran, menggambarkan tentang berbagai kegiatan dan aktifitas
kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan ibadah, maupun dalam kaitannnya
dengan muamalah.
Akan menjadi sebuah kesulitan bagi guru apabila kurang memahami teori pembelajaran
proses belajar mengajar yang dilakukan tidak sesuai dengan harapan. Disinilah sejatinya peran
seorang pendidik untuk memilih peran-peran penting yang sekiranya akan ketika mengajar
didepan peserta didik. Secara umum kita bisa memahami teori apa yang akan kita gunakan
apabila sebagai guru yang mengajarkan tentang Pendidikan Agama Islam untuk menerapkan
teori tersebut ,Maka dalam makalah ini akan dibahas tentang berbagai teori pembelajaran baik itu
dari teori barat maupun teori dari ahli-ahli Muslim.
Lalu yang menjadi realita dilapangan bahwa pendidik belum banyak memahami dan
mendalami teori-teori belajar yang sesuai dan dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar
terutama pada mata pelajaran Pendidikan agama Islam.
Beranjak dari beberapa permasalahan diatas, maka penulis dalam kesempatan ini
mengemukakan dua poin rumusan masalah sebagai berikut ;

B. Rumusan masalah
Masalah yang penulis angkat dalam makalah ini adalah ;
1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran?
2. Bagaimanakah pendapat para ahli pendidikan terhadap teori belajar dan pembelajaran
pendidikan agama Islam ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan teori belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui dan memahami pendapat para ahli pendidikan dalam teori belajar dan
pembelajaran pendidikan agama Islam.





BAB II
PEMBAHASAN
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


A. Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi,
keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia
dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi
masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus akan memberikan kontribusi
terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai
peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi (
Bell-Gredler, 1986). Pengertian belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di
bangku sekolah saja.
bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini,
usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.Dengan
demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap,
maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan
terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.

1. Pengertian Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah
sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai
kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan
ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia
menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu
(Fudyartanto, 2002).Sedangkan menurut Hilgrad dan Bower (Fudyartanto, 2002), belajar (to
learn) memiliki arti:
a. to again knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study
b. to fix in the mind or memory: memorize;
c. to acquire trough experience;
d. to become in forme of to find out
Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan
informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau
kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.
Dalam hal ini, banyak ahli yang mengemukakan pengertian pelajar.Pertama, Cronbach
(1954), menurut Cronbach, Learning is shown by change in behavior as result of experience.
Belajar yang terbaik adalah melalui pengalaman. Pendapat ini sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Spears
(1955), yang menyatakan bahwa Learning is to observe, to read, to imitate, to try something
themselves, to listen, to follow direction.
Kedua, Morgan dan kawan-kawan (1986), yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan
adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam
diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetic atau respon secara
alamiah, kedewasaan, atau keadaan organisme yang bersifat temporer, seperti kelelahan,
pengaruh obat-obatan rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman,
perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya (Soekamto & Winataputra, 1997).
Woolfolk (1995) juga menyatakan bahwa learning accurs when experience causes a relatively
permanent change in an individuals knowledge or behavior. Disengaja atau tidak, perubahan
yang terjadi melalui proses belajar ini bisa saja ke arah yang lebih baik atau malah sebaliknya,
kearah yang salah.
Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses perubahan
manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
2.Ciri-Ciri Belajar
Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar yaitu :
a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change Behavior). Ini berarti, bahwa
hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku,
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah
laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidak adanya hasil belajar;
b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi
karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan
tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;
c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang
berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial;
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman;
e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan
memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.
3. Prinsip-Prinsip Belajar
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu
memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut (Soekamto dan Winataputra, 1997).
a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah
yang harus bertindak aktif.
b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah
yang dilakukan selama proses belajar.
d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses
belajar lebih berarti.
e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan
penuh atas belajarnya.

B. Proses Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf individu yang
belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat
diamati.
Menurut Gagne (Winkel, 2007), proses belajar, terutama belajar yang terjadi di sekolah,
itu melalui tahap-tahap atau fase-fase : motivasi, konsentrasi, mengolah, menggali 1, menggali 2,
prestasi dan umpan balik. Tahap-tahap atau fase- fase tersebut digambarkan dalam tabel 1.1.
(lihat lampiran)
1.Dalam proses belajar, tahap pertama adalah sebagai berikut :
a. Tahap motivasi. Tahap motivasi, yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan
kegiatan belajar bangkit.
b. Tahap Konsentrasi, yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada pada tahap
motivasi, untuk tertuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari.
c. Tahap Mengolah, siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalamShortTermMemory,
atau tempat penyimpanan ingatan jangka pendek , kemudian mengolah informasi-informasi
untuk diberi makna (meaning) berupa sandi- sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing.
d. Tahap Menyimpan, yaitu siswa menyimpan simbol- simbol hasil olahan yang telah diberi makna
ke dalam Long Term Memory (LTM) atau gudang ingatan jangka panjang. Pada tahap ini hasil
belajar sudah diperoleh, baik baru sebagian, maupun keseluruhan. Perubahan-perubahan pun
sudah terjadi, baik perubahan-perubahan, sikap, maupun keterampilan.
e. Tahap Menggali, yaitu siswa menggali informasi yang telah disimpan dalam LTM ke STM
untuk dikaitkan dengan informasi baru yang dia terima. Ini terjadi pada pelajaran waktu
berikutnya yang merupakan kelanjutan pelajaran sebelumnya. menggali informasi yang telah
disimpan dalam LTM untuk persiapan fase prestasi, baik langsung maupun melalui STM. Tahap
menggali 2 diperlukan untuk kepentingan kerja, menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan atau
soal/latihan.
f. Tahap Prestasi, informasi yang telah tergali pada tahap sebelumnya digunakan untuk
menunjukkan prestasi yang merupakan hasil belajar. Hasil belajar itu, misalnya, berupa
keterampilan mengerjakan sesuatu, kemampuan menjawab soal atau menyelesaikan tugas.
g. Tahap Umpan Balik, siswa memperoleh penguatan (konfirmasi) saat perasaan puas atas prestasi
yang ditunjukkan.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor Pertama yaitu keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses
belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat mernpengaruhi hasil
belajar, terutama pancaindera. Pancaindera yang berfungsi dengan baik akan rnempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula. Pancaindera yang memiliki peran besar dalam aktivitas
belajar adalah mata dan telinga. Kedua adalah Faktor psikologis adalah keadaan psikologis
seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama
mernpengaruhi proses belajar adalah: kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
Kecerdasan/int1igensi siswa .
1. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan- kebutuhan dan keinginan terhadap
intensitas dan arah perilaku seseorang.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsic adalah semua faktor yang berasal
dan dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena
motivasi intrinsic relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dan luar (ekstrinsic).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik
untuk belajar antara lain adalah:
a. Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
b. Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c. Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dan orang-orang
penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
d. Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-
lain.
Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dan luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru,
orang tua, dan lain sebagainya.
2. Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang
populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal
lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap
aktivitas belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik
1ainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan
dipelajarinya.
Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan.
Antara lain,pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak
membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa
untuk mengekspor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif,
afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik
saat mengajar.Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi.
3. Sikap Dalam proses belajar,
Sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses be1ajar. Sikap adalah gejala internal
yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau me respons dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya. Baik secara positif maupun
negatif (Syah, 2003)
4. Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) di definisikan sebagai kemampuan , potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah. 2003). Berkaitan dengan belajar,
Salvin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa
untuk belajar.
Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi
rang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.


b. Faktor-faktor eksogen/eksternal.
Selain karakteristik siswa atau faktor-factor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat
mempengaruhi proses belajar siswa.
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan,
yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.
1. lingkungan sosial
a. Lingkungan sosial sekolah. Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
b. lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
mempengaruhi belajar siswa.
c. Lingkungan sosial ke1uarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat- sifat orang tua demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
2. Lingkungan non sosial.
Faktor- faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah:
a. Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
b. Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,
hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku
panduan, silabi, dan lain sebagainya.
c. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia
perkembangan siswa.
C. Konsep Belajar Menurut Islam
Islam sebagai agama rabmah Ii al- alamin sangat mewajibkan umatnya untuk selalu belajar.
Bahkan, Allah mengawali menurunkan Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia dengan ayat
yang memerintahkan rasul-Nya, Muhammad Saw, untuk membaca dan membaca (iqra).Iqra
merupakan salah satu perwujudan dari aktivitas belajar. Dan dalam arti yang luas, manusia dapat
mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kehidupannya.
1. Konsep Belajar menurut Al-Quran dan Hadis
Sa1ah satu yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah kemampuannya untuk
belajar.
Karena itu, kemampuan belajar adalah salah satu di antara banyak nikmat yang diberikan Allah
kepada manusia.
a. Belajar dalam Pandangan Al-Quran dan Hadis
Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu
melakukan kegiatan belajar. Kendati tidak ada ajaran agama yang secara detail membahas
tentang belajar, namun setiap ajaran agama, baik secara eksplisit maupun implisit, telah
menyinggung bahwa belajar adalah aktivitas yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia.
Aktivitas belajar sangat baik dengan proses pencarian ilmu. Islam sangat menekankan
terhadap pentingnya ilmu, Al- Quran dan Hadis mengajak kaum Muslim untuk mencari dan
mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang- orang yang berpengetahuan pada
derajat yang tinggi.
Di dalam Al-Quran, kataal-ilm dan kata-kata turunannya digunakan lebih dari 780 kali.
Beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah ,menyebutkan pentingnya
membaca, pena, dan ajaran untuk manusia.
Pada ayat pertama dalam surat Al- Alaq terdapat kata iqra, yang melalui malaikat Jibril, Allah
memerintahkan kepada Muhammad untuk membaca.
Menurut Quraish Shihab (1997),igra berasal dan akar kata yang berarti menghimpun.
Dari menghimpun inilah lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami,
meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak.
Iqra berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam, tanda-tanda
sejarah, diri sendiri, yang tertulis maupun tidak, dengan kata lain, objek perintahig ra itu
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau.
Beberapa hadis tentang pentingnya belajar dan menuntut ilmu, antara lain adalah:
mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim; Carilah ilmu walaupun di negeri Cina Carilah ilmu
sejak dalam buaian hingga ke liang lahat; Para ulama ini adalah pewaris para Nabi Pada hari
kiamat ditimbangkan tinta ulama dengan darah syuhada, maka tinta ulama dilebihkan dari darah
syuhada.
2. Arti Penting Belajar Menurut Al-Quran
Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan, Islam
mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar.
Beberapa hal penting yang berkaitan dengan belajar, antara lain, adalah :
a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan.
b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia lakukan. Apapun
yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa mereka melakukannya. Dengan belajar pula
manusia akan memiliki ilmu pengetahuan dan terhindar dari taqlid buta.
c. Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan memberikan derajat
yang lebih tinggi kepada hambanya.
3. Cara Belajar
Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi adalah
adanya perubahan tingkah laku masih menurut para ahli pendidikan dan psikologi perubahan
prilaku itu merupakan hasil dan kegiatan belajar yang dicapai dengan cara latihan maupun
pengalaman.
Dalam Al-Quran, cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku tersebut dapat
ditempuh dengan dua cara. Pertama, ilmu kasbi(atau perubahan dengan cara usaha) dan yang
diperoleh tanpa usaha manusia (ilmu laduni). Namun baik ilmu Laduni maupun ilmu kasbi
Dalam Al-Quran, cara belajar yang membutuhkan usaha manusia, sebagaimana
dikemukan oleh Najati (2005), dapat melalui meniru (imitasi), coba-coba (trial and error), atau
melalui pemikiran membuat logis.
Al-Quran mengemukakan sebuah contoh tentang bagaimana manusia belajar dengan cara
meniru, yaitu peristiwa pembunuhan Habil oleh saudara kandungnya Qabil (QS Al- Midah [5]:
31 :
Artinya : Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk
memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat
saudaranya[410]. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat
seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu
jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. ( Al Maidah : 31 ).

bagaimana mengurus jenazah saudaranya lalu Allah mengirim burung gagak yang menggali
tanah untuk mengubur burung gagak lain yang telah dibunuhnya. Qabil mengamati perilaku
burung gagak tersebut, kemudian ia mengubur dengan mengubur jasad Habil. Pengalaman
praktis dan trial and error Selain melalui cara meniru, manusia belajar dengan menggunakan
pengalaman praktis dan coba-coba (trial and error). Dalam kehidupannya manusia terkadang
menghadapi situasi-situasi baru yang harus dipelajari bagaimana merespon Nya atau
menyekapinya. Terkadang beberapa respons tepat, tetapi kadang respons manusia terhadap yang
dihadapinya bersifat coba-coba atautrial and error.
Berpikir Cara lain yang digunakan oleh manusia untuk belajar adalah berpikir. Pada saat
berpikir, manusia belajar membuat solusi atas segala persoalan, mengungkapkan korelasi antara
berbagai objek dan peristiwa, melahirkan prinsip dan teori, dan menemukan berbagai penemuan
baru. Oleh karena itu para psikolog menyebut berpikir sebagai proses belajar yang paling tinggi.
Di antara ayat-ayat A1-Quran yang memberikan bukti, argumen, dan mendorong manusia
untuk berpikir tentang kebesaran Allah adalah QS Al-Ghasyiah (88): 17-20 :
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan.
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan? ( Al Ghasiyah :17-20).
Surat Qaf [50]: 6- 10 :
Artinya : Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana
kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?
Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami
tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,
Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).
Dan kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu kami tumbuhkan dengan air itu
pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,
Dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun, ( QS. Qaf :
6-10 ).
Surat Al- Anam [6] 74-79;
Artinya : Dan (Ingatlah) di waktu Ibrahim Berkata kepada bapaknya, Aazar[489], "Pantaskah
kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya Aku melihat kamu dan
kaummu dalam kesesatan yang nyata."
Dan Demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang
terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang
yakin.
Ketika malam Telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku",
tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu
terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, Pastilah
Aku termasuk orang yang sesat."
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, Ini yang lebih
besar". Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Sesungguhnya Aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi,
dengan cenderung kepada agama yang benar, dan Aku bukanlah termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan. . ( QS. Al-Anam : 74-79 )

Surat Al-Shfft [37]: 95 :
Artinya : Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu ? (
QS. Ash-Shaffat : 95 ).
Surat Al-Anbiya [21]: 66-67
Artinya : Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak
dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?"Ah
(celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak
memahami? ( QS. Al Anbiya : 66-67 ).
Ini seperti yang dikemukakan oleh ahli perkembangan Vygotsky, yang menyatakan
bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila dia berinteraksi dengan orang
lain.
Selanjutnya, jika manusia macet dan statis dalam berpikir, manusia akan kehilangan
karakteristiknya yang membedakan dirinya dengan hewan sebagaimana termaktub dalam : (QS
Al-Furqan [25]: 44;
Artinya : Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau
memahami. mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
jalannya (dari binatang ternak itu). ( QS. Al Furqan : 44 ).
Surat An-Nahl [16]: 108;
Artinya : Mereka Itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya Telah dikunci
mati oleh Allah, dan mereka Itulah orang-orang yang lalai. ( QS. An Nahl : 108 ).
Surat Al-Baqarah [2]: 2-7
Artinya : Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa ,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang
beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.Mereka Itulah yang
tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung.Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau
tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah Telah mengunci-mati hati
dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang amat
berat. ( QS. Al Baqarah : 2-7 ).
Surat Al-Rum [30]: 59;
Artinya : Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang tidak (mau) memahami. (
QS. Ar Rum : 59 ).
Surat Al-Arf [7]: 100- 101
Artinya : Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah
(lenyap) penduduknya, bahwa kalau kami menghendaki tentu kami azab mereka Karena dosa-
dosanya; dan kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran
lagi)?
Negeri-negeri (yang Telah kami binasakan) itu, kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya
kepadamu. dan sungguh Telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa
bukti-bukti yang nyata, Maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka
Telah mendustakannya. Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang kafir. ( QS. Al
Araf 100-101 ).


Surat Al-Anm [6]: 25 :
Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, padahal kami
Telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami
letakkan) sumbatan di telinganya. dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran),
mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk
membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al-Quran Ini tidak lain hanyalah dongengan
orang-orang dahulu." ( QS. Al A.raf : 25 ).
Surat Muhammad [47]: 24.
Artinya : Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (
QS. Muhammad : 24 )

4. SaranaBelajar
Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak berpengetahuan namun Allah telah
membekali manusia dengan sarana-sarana baik fisik maupun psikis agar manusia dapat
menggunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu dan teknologi untuk kepentingan dan
kemaslahatan manusia.
Da1am proses belajar atau mencari ilmu manusia telah diberi sarana fisik berupa indra
eksternal, yaitu mata dan telinga serta sarana psikis berupa daya nalar atau intelektual
a. Sarana fisik
Dalam Al-Quran di antara indra-indra eksternal, hanya mata dan telinga yang sering
disebut. Meskipun demikian, bukan berarti indra eksternal lainnya seperti pencium, peraba. dan
perasa tidak mempunyai fungsi penting dalam kegiatan belajar, karena ada kalanya indra-indra
tersebut membantu manusia untuk lebih mudah memahami, apa yang mereka pelajari.
b. Sarana psikis
1) Akal
Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi inteligensi (Bastaman, 1997). Akal
sebagai sarana psikis belajar, dijelaskan dalam surat Al-Nahl ayat 78 dengan kata afidah.
Menurut Quraish Shihab (1992), afidah berarti Daya Nalar
yaitu potensi/kemampuan berpikir logis, kata lain akal. Sedangkan dalam Tafsir Ibnu Katsir,
afidah itu berarti akal yang menurut sebagian orang tempatnya berada dalam jantung (qalb)
sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa afidah itu terdapat dalam otak. akal identik
dengan daya pikir otak yang mengantarkan pada pemikiran yang logis dan rasional.

2) Qalb
Qalbu mempunyai dua arti. yakni fisik dan metafisik Qalbu
dalam arti fisik adalah jantung(heart),
Sedangkan dalam arti metafisik, gaib dinyatakan sebagai karunia Tuhan yang halus
(lathifah), bersifat ruhaniah dan ketuhanan (rabbani)
Dalam kamus Al- Munawwir (1984). arti fisikgalbu di samping jantung juga hati. Dalam
pengertian nonfisik,qalb diartikan sebagai al-aql (akal), al-dzakirah (ingatan; mental), danal-
quwwah al- aqilah (daya pikir). Sementara dalam kamus Al- Maurid, qalb nonfiksi diartikan: 1)
mind(akal/pikiran tersembunyi/pikiran rahasia).
Perbedaan antara akal yang ada di otak kepala dengan akal yang tersembunyi di hati ini
menjelaskan dalam istilah tafakkur dan tadzakkur. Akal yang ada di kepala dilukiskan dengan
istilah tafakur, sementara akal di hati dijelaskan dengan tadzakur, yakni berpikir abstrak.

D. Konsep Belajar menurut Tokoh-Tokoh Islam
Banyak. tokoh Islam yang memiliki kepedulian dan pemikirannya. tentang aktivitas
belajar, di antaranya adalah AI- Ghazali dan al -Zarnuji.
1. M-Ghazali
a. Konsep ilmu
Al-Ghazali juga dikenal sebagai salah satu tokoh sufi. Karena itu, pemikiran-
pemikirannya cenderung dipengaruhi oleh ilmu tasawuf yang lebih menekankan pada masalah-
masalah kerohanian kesederhanaan, dan menjauhi keduniawian.
Berkaitan dengan ilmu Al-Ghaza1i berpendapat, ilmu yang dipelajari dapat dipandang
dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai objek.
b. Jenis ilmu
Menurut Al- Ghazali, ilmu terdiri dan dua jenis yaitu ilmu kasbi (husbu1i) dan ilmu
ladunni (hudhuri). Ilmu kasbi adalah cara berpikir sistematik dan metodik yang. dilakukan secara
konsisten dan bertahap melalui Proses pengamatan, penelitian, percobaan, dan penemuan.
Sedangkan ilmu ladunni (hudburi) adalah ilmu yang diperoleh oleh orang-orang tertentu dengan
tidak melalui proses perolehan ilmu pada umumnya, akan tetapi melalui proses pencerahan oleh
hadirnya cahaya Ilahi dalam qalb.
Menurut Al-Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi aktivitas ekplorasi
pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku.
A1-Ghazali menganalogikan menuntut ilmu dengan menggunakan proses belajar
mengajar ini seperti seorang petani (guru) yang menanam benih (ilmu yang dimiliki oleh guru) di
tanah (murid)sampai ia menjadi pohon (perilaku).
Kemudian A1-Ghaza1i membagi tahap-tahap abstraksi pada empat tahap.Pertama, terjadi
pada indra. Ketika indra menangkap sumber objek. ia harus berada pada jarak tertentu dari objek
dan dalam keadaan tertentu.Kedua, terjadi pada al- khayal Kalau pada indra, hubungannya
dengan objek harus berada pada jarak tertentu dan situasi tertentu, sedangkan pada al-khayal
keharusan demikian tidak ada. A1-khayal menangkap objek tanpa melihat, tetapi tangkapannya
masih meliputi aksiden-aksiden dan atribut-atribut tambahan seperti kualitas dan kuantitas
(Muhammad Yassir Nasution, 1972).
2. Burhanuddin Al-Zarnuji
a. Konsep Pendidikan Al-Zarnuji tertuang dalam karya monumentalnya, kitab Talim al-
Mutaallim Thuruq aI- Taallurn. Dari pembahasan kitab ini, dapat diketahui tentang konsep
pendidikan Islam yang dikemukakan Al-Zarnuji, antara lain :
1. Pengertian ilmu dan keutamaannya;
2. Niat belajar
3. Memilih guru, ilmu, teman dan
4. hormati ilmu dan ulama;
5. Ketekunan, kontinuitas, dan cita-cita luhur;
6. Permulaan insensitas belajar serta tata tertibnya;
7. Tawakkal kepada Allah swt
8. Masa belajar
9. Kasih sayang dan memberi nasihat;
10.Mengambil pelajaran;
11.wara (menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar
12. penyebab hafal dan lupa
13. masalah rezeki dan umur.

b. Metode pembelajaran
Dalam kitab Talim Mutaallirn Al-Zarnuji menjelaskan bahwa metode pembelajaran
meliputi dua kategori.Pertama, metode yang bersifat etik mencakup niat dalam belajar.Kedua,
metode yang bersifat teknik strategi meliputi cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih
teman, dan langkah-langkah dalam belajar.
b. Pemikiran A1-Zarnuji tentang pola hubungan guru murid
Ada beberapa pemikiran Al-Zarnuji dalam kitab Talim al- Mutaallim yang memberi
acuan terhadap pola hubungan guru dan murid.
1. Murid tidak akan memperoleh ilmu yang bermanfaat tanpa adanya pengagungan dan pemuliaan
terhadap ilmu dan orang yang mengajarnya (guru), menjadi semangat dan dasar adanya
penghormatan murid terhadap guru.
2. Kontekstualisasi hubugan guru murid, menurut Al-Zarnuji, menunjukkan bahwa penempatan
guru pada posisi terhormat terkait oleh sosok guru yang ideal.
3. Dalam bahasa Al-Zarnuji, guru ideal adalah guru yang alim, wirai dan mempunyai kesalehan
sebagai aktualisasi keilmuan yang dimiliki serta tanggung jawab terhadap amanat yang diemban
untuk menggapai ridha Allah Swt.





E. Konsep Belajar Behaviorisme
Beberapa para peneliti yang melakukan studi tentang belajar antara lain Ivan Pavlov,
Edward Lee Throndike, Guthrie, Burrhus Frederic Skinner, dan Hull.
1. Ivan Pavlov
Akhir 1800-an, Ivan Pavlov, ahli fisika Rusia memelopori munculnya proses kondisioning
responden (respondent conditioning) atau kondisioning klasik (clasical conditioning), karena itu
disebut kondisioning Ivan Pavlov.
a. Teori belajar kondisioning klasik (classical conditioning)
Pavlov mengamati, jika daging diletakkan dekat mulut anjing yang lapar anjing akan
mengeluarkan air liur. Hal ini terjadi karena daging telah menyebabkan rangsangan kepada
anjing, sehingga secara otomatis ia mengeluarkan air liur.
Daging tersebut dengan stimulus yang tidak terkondisi (unconditioned stimulus). Dan
karena saliva terjadi karena otomatis pada dekat anjing tanpa latihan atau pengondisian, maka
keluarnya saliva pada anjing tersebut dinamakan sebagai respons yang tidak dikondisikan (un
response conditioning).
Menurut eksperimen Pavlov, jika stimulus netral akan berubah menjadi stimulus yang
terkondisikan (conditioning stimulus) dan memiliki kekuatan yang sama untuk mengarahkan
respons anjing seperti ketika melihat anjing seperti ketika melihat daging.
b. Hukum-Hukum Kondisional Klasik
Pavlov akhirnya menemukan beberapa hukum pengondisian, yaitu pemerolehan
(acquisition), pemadaman (extinction), generalisasi (generalization), diskriminasi
(discrimination), dan kondisioning tandingan (Davidoff, 1981).

c. Penerapan prinsip-prinsip kondisioning klasik dalam kelas
Berikut ini beberapa tips yang ditawarkan oleh Woolfolk (1995) dalam menggunakan
prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.
1. Memberikan suasana yang meyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar, misalnya:
a. menekankan pada kerja sama dan kompetisi antar kelompok dari individu
b. membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan ruang membaca
(reading corner) yang nyaman dan enak serta menarik, dan lain sebagainya.
2. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi- situasi yang mencemaskan atau
menekan, misalnya:
a. mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran;
b. membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang,
c. jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk membacakan sebuah laporan di
depan kelompok kecil sambil duduk di tempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia
terbiasa, kemudian mintalah dia untuk membaca laporan di depan seluruh murid di kelas.
3. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi- situasi sehingga
mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya,dengan:
a. Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sekolah yang lebih tinggi
tingkatannya atau perguruan tinggi.
b. Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang berlebihan dari orang yang tidak
dikenal, atau menghindar tetapi aman dan dapat menerima
penghargaan dari orang dewasa ketika orang tua ada .


2. Edward Lee Throndike
Throndike adalah psikologi Amerika yang pertama kali mengadakan eksperimen
hubungan S-R dengan hewan kucing melalui prosedur dan apparatus yang sistematis
(Fudyartanto, 2002). Eksperimennya yaitu:
a.kucing yang lapar dimasukkan dalam kerangkang (puzzle box) yang dilengkapi alat pembuka
bila disentuh; b. di luar kotak di taruh daging. Kucing dalam kerangkang bergerak ke sana
kemari mencari jalan untuk ke luar, tetapi gagal c. pada suatu ketika kucing tanpa sengaja
menekan sebuah tombol sehingga tanpa disengaja pintu kotak kerangkang terbuka dan kucing
dapat memakan daging di depannya.
3. Burrhus Frederic Skinner
Teori belajar Skinner
Menurut Reber (Syah, 2003), operant adalah sejumlah prilaku atau respons yang
membawa efek yang sama terhadap lingkungan dekat.
Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang responsnya didatangkan dari stimulus
tertentu), respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan
oleh efek yang ditimbulkan olehreinforc er.
Kalau diamati, ternyata eksperimen skinner sama dengan eksperimen yang dilakukan oleh
Throndike. Bedanya, makanan (reinforcer) pada Throndike ditunjukkkan terlebih dahulu,
sedangkan pada Skinner reinforcer ditunjukkan setelah sebuah tingkah laku terjadi.
Selain hukum law effect, teori belajar conditioning ini juga tunduk pada dua hukum operant
conditioning dan law extinction.
Skinner menidefinisikan belajar pada prinsipnya sebagai sebuah konsekuen Yang
menguatkan tingkah laku (atau frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinforcemen dalam
proses belajar perlu di tunjukkan.
4. Edwin R Guttie
a. Teori belajar menurut Gutrie Edwin R gutrie adalah salah satu penemu teori pembiasaan asosiasi
dekat (continuitas conditioning theory ). Dengan kata lain , teori ini menyatakan bahwa belajar
adalah kedekatan hubungan antar stimulus dan respons relevan
b . Memutus kebiasaan Untuk menghentikan kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ), maka
kebiasaan itu perlu di putus .
c. Punishment( hukuman) . Berbeda dengan reinforcemen yang tidak terlalu berperan dalam
proses belajar Hukuman (punishment ) mempunyai pengaruh penting mengubah perilaku
seseorang.
d. Eksperimen Gutrie
Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori kontiguitas
adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan kedalam kotak puzel Dari hasil
eksperimen tersebut, muncul beberapa prinsip dalam teori kontinuitas yaitu :
1. Agar terjadi pembiasaan maka organisma harus selalu merespons atau melakukan sesuatu ;
2. pada saat belajar melibatkan pembiasaan terhadap gerakan- gerakan tertentu , oleh karena itu
instruksi yang diberikan harus spesifik
3. Keterbukaan terhadap berbagai bentuk stimulus yang ada merupakan keinginan untuk
menghasilkan respons secara umum;
4. Respons terakhir dalam belajar harus benar ketika itu menjadi di sesuatu yang akan diasosiasikan
5. Asosiasi akan menjadi lebih kuat karena ada pengulangan.
5. Clark hull
Hull telah mengembangkan sebuah teori dalam versi behaviorisme ia menyatakan bahwa
stimulus (s) mempengaruhi organisme (o) dan menghasilkan respons (R) itu tergantung pada
karakteristik O dan S . dengan kata lain Hull telah berminat terhadap studi yang mempelajari
variabel intervening yang mempengaruhi perilaku seperti dorongan atau keinginan, insentif ,
penghalang dan kebiasaan. Teori Hull ini disebut dengan teori mengurangi dorongan ( drive
reductin theory ).
Namun , lepas dari kelebihan yang dimilikinya teori belajar behavioristik ini
juga memiliki kelemahan-kelemahan ( Syah,2003 ) antara lain:
1. proses belajar dipandang sebagai kegiatan yang diamati langsung , padahal belajar adalah kegiatan
yang ada dalam sistem syaraf manusia yang tidak terlihat kecuali melalui gejalahnya;
2. Proses belajar dipandang bersifat otomatis mekanis sehingga terkesan seperti mesin atau robot ,
padahal manusia mempunyai keampuan self regulation danself control yang bersifat kognitif.
3. Proses belajar manusia yang dianalogikakan dngan hewan sangat sulit diterima , mengingat ada
perbedaan yang cukup mencolok antara hewan dn manusia.

E. Teori Gestalt
Psikologi kognitif muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt, dengan tokoh-tokohnya
seperti Wolfgang, Kohler, dan Kurt Koffka. Berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh tokoh
behaviorisme, terutama Thorndike, yang menganggap bahwa belajar sebagai trialand error, teori
Gestalt ini memandang belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight).


Eksperimen I
Simpanse dimasukkan dalam sangkar atau ruangan dan di dalam sangkar tersebut terdapat
sebatang tongkat. Di luar sangkar diletakkan sebuah pisang. Problem yang dihadapi oleh
simpanse adalah bagaimana simpanse dapat mengambil pisang tadi untuk dimakan. Pada
awalnya dimasukkan sangkar, simpanse berusaha untuk mengambil pisang tersebut, tetapi selalu
gagal karena tangannya tidak sampai untuk mengambil pisang tersebut. Kemudian simpanse
melihat sebatang tingkat dan timbul pengertian untuk meraih pisang tersebut dengan
menggunakan tongkat itu.
Eksperimen II
Problem yang dihadapi oleh simpanse masih sama dengan eksperimen I, yaitu pisang
masih ada di luar sangkar. Akan tetapi pisang tersebut dapat diraih jika tongkat dapat
disambung. Jadi ada dua batang tongkat dalam sangkar yang dapat disambung.
Eksperimen III
Problem yang dihadapi diubah, yakni pisang diletakkan di gantung diatas sangkar sehingga
simpanse tidak dapat meraih pisang tersebut. Di sudut sangkar diletakkan sebuah kotak yang
kuat untuk dinaiki oleh simpanse, maka timbullah pemahaman (insight) dalam diri simpanse,
yakni menghubungkan kotak tersebut dengan pisang. Lalu kotak tersebut diambil dan ditaroh
tepat di bawah pisang. Selanjutnya, simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang
tersebut.
Exsperimen IV
Sama dengan eksperimen tiga, pisang ditaruh di atas sangkar dan ada kotak, hanya saja
pada eksperimen ini ada dua kotak yang dapat disambung untuk dinaiki dan digunakan untuk
meraih pisang. di atas sangkar.
Proses belajar yang menggunakan insight (insightful learning) mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut (Suryabrata, 1990)
1. Insight tergantung pada kemampuan dasar
2. Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau
3. Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi.
4. Insight didahului dengan periode mencari dan mencoba- coba
5. Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulang dengan mudah, dan akan berlaku
secara langsung
6. Jikainsight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat
dipecahkan.

F. Konsep Belajar Konstruktivisme
1. Pandangan Konstruktivisme tentang Belajar
Salah satu pandangan tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi
siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri.
Secara filosifis, belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan
sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong.
Oleh karena itu. Slavin (1994) mengatakan bahwa proses belajar dan pembelajaran siswa
harus siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di
kelas.


2. Akar Sejarah Konstruktivisme
Revolusi konstruktivisme mempunyai sejarah akar yang kuat dalam sejarah
pendidikan. Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha keras
Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif ke arah
perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser
karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidakseimbangan(dis
equilibrium)

3.Belajar Konstruktivisme Jean Piaget
Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti
sebuah kotak-kotak yang masing- masing mempunyai makna yang berbeda-beda.
Dalam adaptasi ini Piaget mengemukakan empat konsep dasar (Nirhadi 2004) yaitu
Skemata, asimilasi, akomodasi, dan keseimbangan.
Pertama, skemata. Manusia selalu berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya ,Kedua,
asimilasi. Asimilasi merupakan proses kognitif dan penyerapan pengalaman baru ketika
seseorang memadukan stimulus atau persepsi ke dalam skemata atau perilaku yang sudah ada.
Ketiga, akomodasi. Akomodasi adalah suatu proses struktur kognitif yang berlangsung sesuai
dengan pengelaman baru. Keempat, keseimbangan (equilibrium).

4.Konsep Belajar Konstruktivisme Vygotsky
Salah satu konsep dasar pendekatan konstruktivisme dalam belajar adalah adanya
interaksi sosial individu dengan lingkungannya. Menurut Vygorsky (Elliot, 2003.52) belajar
adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting . Pertama. Belajar merupakan proses
secara biologis sebagai proses dasa. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih
tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya.
Vygorsky percaya bahwa belajar dimulai ketika seorang anak dalam perkembangan zone
proximal, yaitu suatu tingkat yang dicapai oleh seorang anak ketika ia melakukan perilaku
sosial. Zone ini juga dapat diartikan sebagai seorang anak yang tidak dapat melakukan sesuatu
sendiri tetapi memerlukan bantuan kelompok atau orang dewasa.
Menurut Vygotsky, pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif telah
melahirkan konsep perkembangan kognitif. Vygotsky membagi perkembangan kognitif yang
didasarkan pada perkembangan bahasa menjadi empat tahap (Ellio, 2003) yaitu preintellectual
speech, naive psychology dan
egocentric speech, dan inner speech Preintelectual speech yaitu tahap awal dalam
perkembangan kognitif ketika manusia baru lahir, yang ditunjukkan dengan adanya proses dasar
secara biologis (menangis mengoceh, dan gerakan-gerakan tubuh seperti menghentakkan kaki,
menggoyangkan tangan) yang secara perlahan-lahan berkembang menjadi bentuk yang lebih
sempurna seperti berbicara dan berperilaku.

Naive psychology, yaitu tahap kedua dari perkembangan bahasa ketika seorang anak
`mengeksplore' atau menggali objek-objek konkret dalam dunia mereka.
Egocentricspeech, Tahap ini terjadi pada anak usia 3 tahun. Inner speech. Tahap ini
memberikan fungsi yang penting dalam mengarahkan perilaku seseorang.
Ide dasar lain dari teori belajar, Scaffolding adalah memberikan dukungan dan
bantuan kepada seorang anak yang sedang pada awal belajar, kemudian sedikit demi
sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tersebut setelah anak mampu untuk
memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya.
5. Strategi Belajar Konstruktivisme
Pendekatan belajar konstruktivisme memiliki beberapa strategi dalam proses belajar.
Strategi belajar (Slavin, 1994) tersebut adalah:
a. Top down processing.
b. Cooperative learning
c. Generative Learning.Strategi ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara
materi atau pengetahuan yang baru diperoleh dengan skema.

6. Model-Model Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Konstruktivisme

Beberapa model pembelajaran yang didasarkan pada konstruktivisme adalah discover
learning; assisted learning, active learning, the accelerated learning, quantum learning, dan
contextual teaching and learning.

1. Discovery learning
Salah satu model pembelajaran kognitif yang paling berpengaruh adalah discovery learning nya
Jerome Bruner (Slavin, 1994), yaitu siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri.
Discovery learning telah banyak aplikasinya dalam keilmuan. Discovery learning mempunyai
beberapa keuntungan dalam belajar, antara lain siswa memiliki motivasi dari diri sendiri untuk
menyelesaikan pekerjaannya sampai mereka menemukan jawaban-jawaban atas problem yang
dihadapi mereka.

2. Assisted learning
Assisted learning mempunyai peran yang sama perkembangan kognitif individu.
Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif terjadi melalui interaksi dan percakapan
seorang anak dengan lingkungan sekitarnya, baik dengan teman sebaya, orang lain dalam
lingkungannya.
Jerome Bruner menyebut bantuan orang dewasa dalam proses belajar anak dengan
istilah Scaffolding, yaitu sebuah dukungan untuk belajar dan memecahkan problem.
3. Active Learning
Active learning artinya pembelajaran aktif. Menurut Melvin L. Silberm- belajar bukan
merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar
membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus.
Menurut Silberman, cara belajar dengan cara mendengar- kan akan lupa, dengan cara
mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan
mendiskusikan dengan siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi,
dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan cara untuk menguasai
pelajaran yang terbagus dengan mengajarkan.
4. The accelerated learning
The accelerated learning adalah pembelajaran yang dipercepat Pemilik konsep ini,
Dave Meier, menyarankan kepada guru agar dalam mengelola kelas menggunakan
pendekatan Somatic Auditory Visual,d an Intellectual (SAVI) Somatic dimaksudkan sebagai
learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuatAuditory adalah learning
by talking hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visualartinya learning
dengan mengamati dan menggambarkan.intellektual maksudnya adalah learning by problem
solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi)

5. Quantum learning
Quantum di definisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.
Semua kehidupan adalah energi. Sedang learning artinya belajar. Belajar bertujuan meraih
sebanyak cahaya: interaksi, hubungan, dan inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.
Dengan demikian quantum learning adalah cara pengubahan bermacam-macam interaksi
hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar (Bobbi DePorter dan
Mike Hernacki, 2000) Dalam praktiknya,quantum learning menggabungkan sugestologi,
teknik pemercepatan belajar, dan neurolinguistik dengan teori, keyakinan, dan metode
tertentu (Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, 2000).
6. Contextual teaching and learning (CTL)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar
yang membantu guru mengaitkan situasi dunia nyata siswa membuat hubungan antar
pengetahuan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil (Murhadi; Yasin, Burham Senduk A Gerad, 2004),
Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkanya adalah berikut ini:
1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri
menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2. Langsungkan sejauh mungkin kegiatan inquiti untuk semua topik
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya;
4 Ciptakan`masyarakat belajar" (belajar dalam kelompok-kelompok)
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan;
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Proses belajar dalam experiential learning j uga didasarkan pada pengalaman, sama
seperti contextual teaching and learning (CTL) Kedua model belajar tersebut mempunyai konsep
bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari memahami dan mentransformasi pengalaman.
















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :

1. Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha
untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya
mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan,
dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
2. Menurut pendapat ahli pendidikan Islam yang dimaksud dengan belajar adalah :
a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan.
b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia lakukan. Apapun
yang dilakukan, manusia harus mengetahui kenapa mereka melakukannya. Dengan belajar pula
manusia akan memiliki ilmu pengetahuan dan terhindar dari taqlid buta.
c. Dengan ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan memberikan derajat
yang lebih tinggi kepada hambanya.





DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dan Wahyuni Nur, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta, 2010 Ar-Ruzz
Media
Simandjuntak dan IL. Pasaribu, Psikologi Perkembangan, Tarsito, Bandung. 1981
Nata Abuddin, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta, 2009, Prenada Media
Group
_________________, Metodologi Studi Islam, Jakarta, 2003, Raja Grafindo Persada
Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta 1995, Bumi Aksara
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru Algensindo, Jakarta, 2000
________________, Psikologi Belajar Mengajar,Bandung :Sinar baru algensindo,th 2010
Paul Suparno, Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan, Kanisius, Yogyakarta, 1997
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 1987W.H. Burton, The
Guidances of Learning Activities, Appleton Century Crofts, New York, 1952

Anda mungkin juga menyukai