Anda di halaman 1dari 43

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menarche adalah periode menstruasi pertama yang mana merupakan
peristiwa akhir manifestasi fisik untuk menuju kedewasaan pada perkembangan
system Reproduksi (Edwart et al 2007)
Menarche merupakan onset menstruasi, biasanya hal ini terjadi pada usia
rata-rata 12 tahun dengan kisaran normal usia 8 16 tahun. (Norwitz and
Schorge, 2007)
Penelitian menunjukkan bahwa usia menarche menurun sebanyak 2-3 bulan
perdekade selama 150 tahun sebelum perang dunia kedua dan kemudian stabil
selama 50 tahun kemudian. Penurunan usia menarche ini kembali terjadi pada
penelitian akhir-akhir ini, akibat adanya pengaruh nutrisi yang optimal. Onset
usia menarche sangat berhubungan dengan jumlah persentase lemak tubuh.
(Heffner and Schust, 2006)
Indeks Massa Tubuh ini (IMT) digunakan untuk mengetahui apakah berat
badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk.
Indeks masa tubuh dihitung dengan cara membagi berat badan dalam
kilogram( kg ) dengan tinggi badan dalam meter kuadrat( m
2
). Pada pria dan
wanita jika IMTnya 25.00 sampai 29.9 kg/m
2
dikatakan overweight sedangkan 30
kg/m
2
dikatakan obese. Prevalensi obesitas berhubungan dengan penyakit, seperti
diabetes, mulai meningkat pada nilai IMT diatas 25 kg/m
2
. ( William, 2003 ).
Statistik menunjukan bahwa usia menarche dipengaruhi factor keturunan ,
keadaan gizi,dan kesehatan umum. Semmelweiss menyatakan bahwa 100 tahun
yang lampau usia gadis-gadis Vienna pada waktu menarce berkisar antara 15-19
thun . Menurut Brown menurunnya usia waktu menarce itu disebabkan oleh
kedaan gizi dan kesehatan umum yang membaik, dan berkurangnya penyakit
menahun (Hanafiah,2009)
2

Adanya suatu hubungan yang berlawanan di antara nilai Indeks Masa
Tubuh dan usia menarche, pada suatu kelompok status ekonomi yang sama di
dapati nilai IMT lebih tinggi pada anak perempuan cendrung menyebabkan
menarche pada usia yang lebih muda, sebaliknya pada anak perempuan dengan
nilai IMT rendah cenderung mendapat usia menarche yang lebih tua.(Iwono
2010)
Rata-rata anak obesitas mendapat menarche pada usia 11,87 + 1,1 tahun,
pada anak overweigt sekitar 12,14 0,9 tahun, dan 12,20 1,3 tahun pada
kelompok berat badan normal.(Karen,Maria G, Maria I 2003)
Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui factor-faktor yang
mempengaruhi Usia menarche pada wanita, salah stunya adalah Indeks Masa
Tubuh (IMT).Banyak perbedaan pendapat mengenai hubungan antara Indeks
Masa Tubuh (IMT) terhadap Usia menarche

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah berupa :
Apakah terdapat hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) terhadap usia
Menarche ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya. Hubungan antara Indeks
Massa Tubuh terhadap usia menarche.

1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui usia rata-rata siswi mengalami menarche.
2. Untuk mengetahui indeks masa tubuh rata-rata pada siswi.
3. Untuk mengetahui frekuensi siswi yang mengalami percepatan usia
menarche dengan indeks masa tubuh tinggi.
4. Untuk mengetahui frekuensi siswi yang mengalami percepatan usia
menarche dengan indeks masa tubuh rendah.
3


1.4 Manfaat Penelitian
Dari uraian tujuan penelitian diatas, maka manfaat yang diharapkan adalah:

1.4.1 Bagi Peneliti
1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai
Ginekologi khususnya mengenai menarch serta hubungannya terhadap
indeks masa tubuh
2. Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan
penelitian
3. Menerapkan ilmu kedokteran yang dimiliki dan didapati selama
pendidikan di Fakultas Kedokteran Sumatera Utara.

1.4.2 Bagi Responden
Responden penelitian ini adalah wanita yang sudah mengalami haid. Hasil
yang diperoleh diharapkan menjadi sebuah informasi penting kepada responden
tentang adanya hubungan indeks massa tubuh terhadap usia menarche. Dan juga
untuk menjadi sebuah pemikiran yang di anggap penting untuk di ketahui.

1.4.3 Bagi Masyarakat
Di kalangan masyarakat hubungan indeks masa tubuh terhadap usia
menarche sering kali diabaikan, oleh karena itu peneliti mengharapkan penelitian
ini dapat memberi informasi tambahan bagi pembaca khususnya wanita yang
sudah mendapatkan menstuasi, dan menambah wawasan serta pengetahuan
masyarakat mengenai hubungan indeks masa tubuh terhadap usia menarche.





4

1.4.4 Bagi Penelitian Kedokteran
Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan yang penting bagi
penelitian dalam menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian
di masa yang akan datang. Selain itu juga dapat digunakan sebagai masukan
untuk penelitian kedokteran selanjutnya.


















5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menarche adalah suatu permulaaan masa menstruasi (Dorland, 2002).
Menarche terjadi akibat peningkatan FSH dan LH yang merangsang sel target
ovarium. FSH dan LH berkombinasi dengan reseptor FSH dan LH yang
selanjutnya akan meningkatkan laju kecepatan sekresi, pertumbuhan dan
proliferasi sel. Hampir semua perangsangan ini dihasilkan dari pengaktifan sistem
second messenger adenosine-monophosphate cyclic dalam sitoplasma sel ovarium
sehingga menstimulus ovarium untuk memproduksi estrogen dan progesteron.
Estrogen dan progesteron akan menstimulus uterus dan kelenjar payudara agar
kompeten untuk memungkinkan terjadinya ovulasi. Ovulasi yang tidak dibuahi
akan memicu terjadinya menstruasi (Guyton, 1997).

2.2 Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi terdiri dari :
1. Fase folikular
2. Fase luteal
yang merupakan hasil dari kompleks interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan
ovarium. Siklus menstruasi ini membutuhkan komunikasi antara kelenjar-kelenjar
yang berpartisipasi yang di atur oleh suatu perubahan kompleks konsentrasi 5
hormon:
1. Gonadotropin releasing Hormone (GnRH)
2. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
3. Luteinzing Hormone (GnRH)
4. Etradiol (E)
5. Progesterone (P) (menurut Joseph1997).
Siklus Menstuasi dibagi menjadi 3 Fase yaitu
1. Fase Folikular Merupaka Fase di mana Telur belum di lepaskan
6

2. Fase Ovulasi Pelepasan Sel Telur
3. Fase Luteal Fase di mana sel telur sudah dilepaskan (Rosem Bl
Att,2007).
Siklus menstruasi, terdiri atas tiga fase, yaitu fase menstruasi, proliferasi
dan sekresi ( Menurut Wiknjosastro, 2006).


Sumber: Rosenblatt, Peter L, 2007. Menstrual Cycle
Gambar 2.1. Perubahan selama siklus menstruasi

Fase folikular dimulai pada hari pertama menstruasi. Pada awal fase ini,
endometrium tebal dan kaya akan cairan dan nutrisi yang didesain untuk nutrisi
bagi embrio. Jika tidak ada telur yang dibuahi, level estrogen dan progesteron
rendah. Sehingga lapisan atas uterus yaitu endometrium luruh dan terjadilah
perdarahan menstruasi (Rosenblatt, 2007). Pada saat yang sama, kelenjar hipofisis
meningkatkan sedikit produksi FSH. Hormon ini kemudian menstimulasi
pertumbuhan 3-30 folikel, tiap folikel berisi sebuah telur. Akhir fase, biasanya
hanya satu folikel yang berkembang, disebut folikel de Graaf. Folikel ini
kemudian segera memproduksi estrogen dan estrogen yang menekan produksi
FSH. Sehingga lobus anterior hipofisis mengeluarkan hormon gonadotropin yang
7

kedua, yakni LH (Rosenblatt, 2007). Folikel de Graaf yang matang banyak
mengandung estrogen dan menyebabkan endometrium tumbuh dan berproliferasi.
Fase folikular sampai proliferasi berlangsung selama 13-14 hari dan merupakan
fase terlama. Fase ini menjadi pendek saat mendekati menopause. Fase ini
berakhir tepat saat LH meningkat tiba-tiba (Rosenblatt, 2007).
Fase ovulasi dimulai ketika folikel de Graaf menjadi lebih matang,
mendekati ovarium dibawah pengaruh LH. Setelah itu folikel berkembang dan sel
telur (ovum) dilepaskan dari ovarium (ovulasi). Pada ovulasi ini kadang-kadang
terdapat perdarahan sedikit yang merangsang peritoneum di pelvis, sehingga
timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain (Mittelschmerz). Nyeri dapat
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam. Nyeri dirasakan pada
sisi yang sama dimana ovarium melepaskan ovum. Penyebab nyeri masih tidak
diketahui dan tidak terjadi pada semua siklus. Disini, endometrium terus
berproliferasi membentuk lekukan-lekukan (Wiknjosastro, 2006).
Fase yang terakhir adalah fase luteal, yang berlangsung sekitar 7-14 hari
(setelah masa ovulasi) dan berakhir sesaat sebelum menstruasi terjadi dan sesudah
folikel pecah. Terbentuklah korpus luteum yang menghasilkan peningkatan
produksi progesteron. Progesteron menyebabkan penebalan endometrium dan
mengisinya dengan cairan dan nutrisi untuk fetus. Begitu juga pada serviks,
mukus menebal agar sperma atau bakteri tidak masuk ke uterus. Selain itu terjadi
peningkatan suhu tubuh selama fase ini dan menetap sampai periode menstruasi
dimulai. Kadar estrogen pada fase ini, menjadi tinggi untuk menstimulasi
endometrium agar menebal. Peningkatan kadar kedua hormon tersebut
mendilatasikan duktus-duktus kelenjar susu. Sehingga payudara menjadi bengkak
dan nyeri tekan (Rosenblatt, 2007).

8


Sumber: The American Congress of Obstetricians and Gynecologists,
2010.
Gambar 2.2. Gambaran siklus menstruasi pada saluran reproduksi

2.3 Pubertas
2.3.1 Masa Pubertas
Pubertas berasal dari istilah latin yang berarti kelaki-lakian. Secara
definisi, pubertas berarti kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-
lakian. Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak
menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil
tercapainya kemampuan reproduksi (Garilbadfi, 2008).Kejadian yang penting
dalam pubertas ialah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin
sekunder,menarche, dan perubahan pisikis. (Sarwono,2007)
Munculnya ciri-ciri kelamin sekunder pada awal pubertas merupakan
kulminasi interaksi yang aktif dan mapan yang terjadi pada hipotalamus, kelenjar
pituitaria dan gonad pada masa pubertas. Mekanisme umpan balik positif diantara
ketiganya berkembang kearah meningkatnya kadar estrogen pada pertengahan
siklus yang menyebabkan kenaikan Leutinizing Hormon (LH) yang signifikan
(Garilbadfi, 2008).
9

Sarwono (2007) mengemukakan bahwa pubertas pada wanita dimulai
dengan awal berfungsinya ovarium dan berakhir pada saat ovarium sudah
berfungsi mantap dan teratur. Durasi pubertas adalah jarak waktu antara usia
awitan pubertas dan datangnya menarche (Henneberg, 1997).
2.3.2 Tanda Pubertas
Tanda pubertas dapat dilihat pada tabel Skala Tanner (Marshall dan
Tanner, 1969 dalam Nelson, 2000) :
Tabel 2.1. Tingkatan Maturitas Wanita Berdasarkan Skala Tanner.
Stadium Rambut pubis Payudara Other Changes
1 Pra-pubertas Pra-pubertas A1 (axilla hair)
pra-pubertas

A2 Axillary hair
develops (12 years)

Acne Vulgaris
develops (13.2 years)

Adrenarche:
Age 9 years

Menarche:
Age 12.7 years (10.8-
14.5 years)
2 Jarang, sedikit berpigmen,
lurus batas medial labia
(9-13,4) years
Payudara dan papila
menonjol sebagai bukit
kecil, diameter areola
bertambah
(8,9-12,9) years
3 Lebih hitam, mulai keriting,
jumlah bertambah
(9,6-14,1) years
Payudara dan areola
membesar, tidak ada
pemisahan garis bentuk
(9,9-13,9) years
4 Kasar, keriting, banyak tetapi
lebih sedikit daripada orang
dewasa
(10.4-14.8) years
Areola dan papila membentuk
bukit kedua
(10.5-15.3) years
5 Segitiga wanita dewasa,
menyebar ke permukaan
medial paha
(13-16) years
Bentuk dewasa, papila
menonjol, areola
merupakan bagian dari
garis bentuk umum
payudara
(13-16) years
Sumber : Nelson, 2006. Ilmu Kesehatan anak






10

2.3.3 Perubahan Fisik Masa Pubertas
Hormon estrogen memegang peranan penting dalam perkembangan ciri-
ciri kelamin sekunder, pertumbuhan organ genitalia, pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikologi kewanitaan. Perkembangan ini dirangsang oleh
peningkatan FSH. Interaksi FSH dan estrogen akan memacu kepekaan reseptor
LH sehingga terjadi peningkatan LH yang mempercepat perkembangan folikel
yang menghasilkan estrogen (Guyton, 1997).
















Gambar 2.2. Kecepatan maturasi seks perubahan rambut pubis dan
perubahan payudara pada remaja wanita.
Sumber : Ilmu Kesehatan Anak Nelson, 2000


2.3.4 Perubahan Hormonal
Awal pubertas memerlukan peningkatan pelepasan Gonadotropin
Releasing Hormone (GnRH) secara pulsatil dari hipotalamus (Ebling, 2005).
Gonadostat hipotalamus menjadi kurang peka oleh efek supresi steroid seks
terhadap sekresi gonadotropin. Akibatnya kadar Folikel Stimulating Hormone
(FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) meningkat selanjutnya akan menstimulasi
11

gonad sehingga tercapai keadaan homeostatik baru dari Hipothalamus-Pituitary-
Gonadal (HPA) axis (Dattani, 2005).
Pada masa anak sampai awal prapubertas, Hipothalamus-Pituitary-
Gonadal (HPA) axis tidak aktif. Hal ini diduga tertekan oleh jalur pengendalian
saraf dan oleh umpan balik negatif dari sejumlah kecil steroid seks dalam sirkulasi
(Nelson, 2000).

2.3.5 Puberitas Terlambat

Puberitas terlambat (delayed puberty) pada perempuan didefinisikan tidak
membesarnya payudara sampai 13 tahun atau tidak adanya menstruasi sampai
umur 15 tahun. Sedangkan puberitas terlambat pada laki-laki apabila sampai umur
14 tahun belum ada tanda-tanda puberitas berupa panjang testis masih kirang dari
2.5 cm atau volume testis masih lebih kecil dari4 ml. Secara statistik puberitas
yang mengalami keterlambatan sebanyak 2,5% dari normal populasi remaja pada
kedua jenis kelamin; lebih banyak pada laki-laki yang mengalami keterlambatan
puberitas dibandingkan dengan perempuan. Kebanyakan puberitas terlambat
masih normal yaitu pada constitutional delayed of growth and puberty (CDGP).
Berdasarkan kadar gonadotropin dalam darah puberitas terlambat dikelompokkan
menjadi : Hypergonadotropic Hypogonadism dan Hypogonadotropic
Hypogonadism. Pada hypergonadotropic hypogonadism, ditemukan kadar hormon
gonadotropin (FSH dan LH) meningkat namun kadar hormon seks steroid seperti
testosteron dan estrogen tetap rendah, hal ini menandakan kerusakan tidak pada
aksis hipotalamus hipofise. Sedangkan pada hypogonadotropin hypogonadism,
ditemukan penurunan kadar hormon gonadotropin (Suryawan, 2004).

2.3.6 Pubertas Prekok

Pubertas prekok terjadi apabila tanda-tanda pubertas ditemukan sebelum
umur 8 tahun pada perempuan dan sebelum umur 9 tahun pada laki-laki. Pubertas
prekok dapat diklasifikasikan berdasarkan aktifitas dari aksis
12

neuroendokringonad. Diagnosis pubertas prekok dibuat berdasarkan gejala klinis
yang mendukung dan hasil tes laboratorium. Pada anak yang dicurigai menderita
pubertas prekok diperiksa secara lengkap antara lain pembesaran payudara dan
pertumbuhan rambut pubis pada perempuan. Pubertas prekok pada perempuan
bila ditemukan pembesaran payudara sebelum umur 8 tahun, timbulnya rambut
pubis sebelum umur 9 tahun, atau terjadinya menstruasi sebelum umur 9,5 tahun.
Rontgen pergelangan dan telapak tangan kiri untuk menilai umur tulang (bone
age) sebagai tanda terjadinya peningkatan hormon seks steroid secara sistemik.
Pada anak-anak dengan pubertas prekok kadar hormon FSH dan LH meningkat
sesuai dengan masa pubertas (Suryawan, 2004).

2.4 Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Waktu Pubertas

Gizi mempengaruhi kematangan seksual pada remaja yang mendapat
menarche lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat
menstruasi pertama dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada
usia yang sama. Sebaliknya, pada remaja yang menstruasinya terlambat, beratnya
lebih ringan daripada yang sudah menstruasi pada usia yang sama, walaupun
tinggi badan mereka sama. Pada umumnya, mereka yang menjadi matang lebih
dini akan memiliki Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yang lebih tinggi dan
mereka yang matang terlambat memiliki IMT lebih kecil pada usia yang sama
(Soetjiningsih, 2004).
Beberapa penelitian pada remaja menunjukkan adanya hubungan Indeks
Masa Tubuh (IMT) dengan waktu pubertas. Blum, dkk menyatakan bahwa ada
pengaruh hormon leptin terhadap IMT pada tahap 2 dari perkembangan pubertas
(Dinectts, 1999). Pada perempuan kader leptin meningkat (r=0,47 dan P<0,0001),
sedangkan pada laki-laki terjadi penurunan kadar leptin (r=0,34 dan P<0,0001).
Hal ini mempengaruhi IMT remaja perempuan relatif lebih tinggi daripada laki-
laki terutama pada saat berusia 12 tahun (Blum, 1997).
Gangguan hormonal berhubungan dengan obesitas dan disertai dengan
disfungsi reproduksi. Kelebihan jaringan adipose meningkatkan aromatisasi
13

perifer androgen menjadi estrogen. Kerusakan sex hormone-binding globulin
(SHBG) meningkatkan bioavaibilitas testosteron dan estradiol (E
2
). Pusat negatif
feedback kelebihan estrogen berkontribusi menurunkan sinyal hipotalamus-
pituitari. Kelebihan bioavaibilitas androgen juga memiliki efek merusak oosit,
folikel dan endrometrium (Gosman, 2009).
Pemahaman terhadap obesitas dari segi endokrinologi yang semakin
berkembang pesat menemukan adiposit, yang disekresi oleh lemak, dan
enterokines, yang disekresi oleh usus, dengan efek luas pada proses metabolik
termasuk selera makan, metabolisme energi, tekanan darah dan koagulasi. Hampir
semua adipokines dan enterokines diidentifikasikan memiliki reseptor di
hipotalamus, dipercaya sebagai jaringan tujuan yang penting oleh hormon ini.
Oleh karena itu, reseptor dari sinyal ini berperan besar dalam menguraikan
jaringan yang diikuti oleh efek jaringan spesifik. Beberapa sinyal juga
berpengaruh pada variasi siklus menstruasi di berbagai konsentrasi dalam sirkulasi
darah (Gosman, 2009).
Rata-rata umur menarche adalah 11,87 1,1 tahun di kelompok obesitas,
12,14 0,9 tahun di grup overweight, dan 12,20 1,3 tahun di kelompok normal.
Korelasi pearson antara Indeks Masa Tubuh dan usia menarche adalah 0,24
(p<0,01). Penemuan ini menyimpulkan adanya peran penting dari kenaikan lemak
tubuh pada menarche yang lebih besar daripada pada wanita underweight (Lin,
2002).
Peningkatan konsentrasi leptin serum sampai tingkat 12,2 ng / mL (95%
confidence interval, 7,2-16,7) dikaitkan dengan penurunan usia menarche.
Peningkatan sebesar 1 ng / mL dalam serum leptin menurunkan usia menarche 1
bulan. Kadar serum leptin sebesar 12,2 ng / mL berhubungan ke percent body fat
29,7%, indeks massa tubuh sebesar 22,3, dan lemak tubuh dari 16,0 kg.
Penambahan body fat 1 kg usia menarche sebanyak 13 hari (Lin, 2002).
Peningkatan kritis leptin darah diperlukan untuk memicu kemampuan reproduksi
pada wanita, mendukung treshold effect. Leptin merupakan mediator antara
jaringan adiposa dan gonad. (Matkovic, 1997)

14

2.5 Penilaian Status Gizi
Status gizi masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi
pangannya berdasarkan data kuantitatif maupun kualitatif .
Cara lain yang sering digunakan untuk mengetahui setatus gizi (Ari 2008)
:
a. Cara Konsumsi Pangan
Penilaian Konsumsi pangan merupakan cara menilai keadaan/ status gizi
masyarakat secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara survey dan
menghasilakan data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.Metode
pengumpulan data yang dapat digunakan adalah food frequency questionnaire
dan etary hstory.
1) Metode recall 24 jam
Metode ini digunakan untuk estimasi jumlah pangan dan minuman yang
dimakan oleh seseorang selama 24 Jam yang lalu atau sehari seblum
wawancara dilakukan
2) Foods records
Metode ini responden mencatat semua pangan dan minuman yang
dikonsumsi selama seminggu.

3) Weighing method
Metode penimbangan langsung berat setiap jenis pangan yang di konsumsi
responden pada hari wawan cara.
4) Food frequency questionnaire
Metode ini di kenal sebagai metode frekuensi pangan untuk memperoleh
pola konsumsi pangan seseorang.
5) Dietary History
Metode ini dikenal sebagai metode riwayat pangan untuk menemukan pola
inti pangan sehari-hari pada jangka waktu lama serta untuk melihat kaitan
antara intake pangan dan kejadian penyakit tertentu.

15

b. Cara Biokimia
Beberapa tahap perkembangan kekurangan gizi dapat diidentifikasikan
dengan cara biokimia dan lazim disebut cara laboratorium. Metode ini bersifat
sangat obyektif, bebas dari factor emosi dan subyektif lain sehingga biasanya
digunakan untuk melengkapi cara penilaian status gizi lainnya .(Ari,2008)
Metode ini mampu mereflekskan kadar zat gizi tubuh total besarnya
simpanan di jaringan. Cara lain keadaan subklinis adalah uji gangguan
fungsional, uji ini mempunyai makna biologi yang lebih besar dari pada uji
biokimia. Cara lain lagi dengan uji fungsional, adalah pengukuran perubahan
dalam aktifitas enzim spesifik atau kadar komponen darah spesifik tergantung
pada zat gizi yang diberikan (Ari,2008).
c. Cara Antropometri
Pengertian istilah Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalam
Body measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun
1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi
dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat
nutrisi yang berbeda.(Ari,2008)

Secara umun pengukuran antropometri memiliki kelebihan sebagai
berikut:
1. Penggunaannya sederhana
2. Pengunaannya tidak mahal
3. Dapat dilakukan oleh petugas yang relative tidak ahli.
4. Dapat diperoleh informasi gizi masa lampau
5. Dapat digunakan untuk mengidentifikasi keadaan gizi ringan, sedang, dan
buruk.
6. Dapat digunakan untuk pemantauan status gizi dari waktu ke waktu.
7. Dapat digunakan untuk melakukan screening test dalam rangka
mengidentifikasi individu yang berisiko terhadap mal nutrisi.
Kelemahan pengukuran antropometri :
1. Kurang sensitive apabila dibandingkan dengan cara lain.
16

2. Dapat mendeteksi gangguan status gizi yang terjadi dalam periode waktu
yang singkat, tetapi tidak dapat mengidentifikasi zat gizi khusus.
3. Tidak dapat membedakan gangguan pertumbuhan atau komposisi
tumbuhan yang disebabkan oleh defisiensi tertentu
4. Factor-faktor non gizi (penyakit,gemetik,variasi diural)

d. Cara Klinis
Riwayat medis dan pengujian fisik merupakan metode klinis yang
digunakan untuk menditeksi tanda-tanda (pengamatan yang dibuat oleh dokter)
dan gejala-gejala (manifestasi yang dilaporkan oleh pasien) yang berhubungan
engan malnutrisi.(Ari,2008)
2.6 Indeks Masa Tubuh
Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah Quetelets index memiliki formula
berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m
2
). IMT mulai disosialisasikan
untuk penilaian status mutrisi pada anak dalam kurva CDC (Center for Disease
Center) tahun 2004.

Tingkat kelebihan berat badan harus dinyatakan dengan SD
dari mean (rerata) IMT untuk populasi umur tertentu. Mean IMT juga bervariasi
seperti pada berat badan normal pada status gizi dan frekuensi kelebihan berat
pada rerata IMT dan standard deviasi yang dihitung (Narendra, 2006).
Data-data perisentil IMT dalam grafik menunjukan skewed yang kuat ke
arah kanan. Gadis yang berada pada periode akhir masa kanak-kanak dan periode
awal masa remaja memiliki IMT pada perisentil ke-50 lebih tinggi dibandingkan
anak laki-laki oleh karena volume lemak tubuh.(IKG Suandi 2010)
Suatu kurva persentil dari IMT atas dasar referensi populasi internasional
yang dikembangkan oleh IOTF (International Obesity Task Force) pada tahun
1997 untuk mengatasi keterbatasannya. Batas (cut off points) obesitas dalam
kaitan persentil adalah BMI 25 kg/m
2
dan BMI 30kg/m
2
pada orang dewasa.



17

Di bawah normal
IMT untuk umur < 5
th
persentil
Memiliki resiko di atas normal
IMT untuk umur, sampai 85
th
persentil
Di atas normal
IMT untuk umur 95
th
persentil
Tabel 2.2. Definisi pada CDC Inseks Masa Tubuh terhadap umur
Sumber : Narendra, 2006.

Indeks massa tubuh seringkali digunakan untuk mengukur berat badan
dengan kaitannya terhadap resiko kesehatan karena pengukuran langsung (contoh,
pengukuran lipatan kulit, underwater weightning) cenderung lebih invasif dan
mahal. Pengkuran IMT relatif mudah, murah, tidak invasif dan cepat (Himes &
Dietz, 1994) dalam (Nihiser et al, 2007).
Tabel 2.3 Kategori IMT untuk Anak, Remaja dan Dewasa
Kategori IMT
Untuk Anak dan
Remaja
IMT untuk Usia
2-20 Tahun
Berdasarkan Jenis
Kelamin
(Persentil)
Kategori IMT
Untuk Dewasa
IMT Untuk
Dewasa
(kg/m
2
)
Obesitas 95
th
Obesitas 30
Overweight 85
th
dan <95
th
Overweight 25 dan <30
Normal 5
th
dan <85
th
Normal 18,5 dan <25
Underweight <5
th
Underweight <18,5
Sumber : Nihiser et al, 2007, Body Mass Measurement in School
Metode pengukuran IMT pada anak dan remaja adalah sama dengan orang
dewasa, tetapi interpretasi berbeda (Kathy, 2008).Untuk anak-anak pada masa
tumbuh kembang, penentuan obesitas ditentukan menggunakan grafik CDC 2000.
Dengan memasukkan data ke grafik, dapat ditentukan posisi persentilnya. Untuk
persentil 86-94 dikategorikan dalam overweight dan untuk persentil 95
th

18

dikategorikan dalam obesitas (CDC, 2008). Grafik CDC 2000 dapat dilihat pada
gambar 2.2 dan 2.3.

Gambar 2.3 Grafik penentuan IMT berdasarkan usia CDC 2000 untuk anak
perempuan usia 2-20 tahun
Sumber : www.cdc.gov



19

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL


3.1. Kerangka Konsep





Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional
3.2.1 Indeks Masa Tubuh (IMT)
o Definisi
Indeks Masa Tubuh adalah salah satu cara penilaian status gizi
seseorang berdasarkan antropometri.(Ari,2008)
o Cara ukur (William,2003)
Mengukur Tinggi Badan (TB) dengan cara subjek diukur pada
posisi tegak dengan muka lurus menghadap ke depan, bokong
dan tumit menempel di dinding, serta tanpa menggunakan alas
kaki.
Mengukur Berat Badan (BB) dengan cara subjek ditimbang
tanpa menggunakan alas kaki dan hanya memakai pakaian
sekolah sehari-hari saja.
Melakukan penilaian Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu BB
(dalam kg) dibagi TB
2
(dalam m
2
), kemudian memetakannya
pada grafik Center for Disease Control (CDC) tahun 2000
untuk IMT pada wanita usia 2 sampai 20 tahun.


Variabel Independen :
Indeks Masa Tubuh

Variabel Dependen :
Usia Menarche

20

o Alat ukur
Mengukur Tinggi Badan (TB) dengan menggunakan microtoa
2 M yang terbuat dari metal dengan tingkat ketepatan 0,5 cm.
Mengukur Berat Badan (BB) dengan menggunakan timbangan
merk Camry dengan tingkat ketepatan 0,5 kg.
o Skala ukur
Indeks Masa Tubuh dinyatakan dalam skala numerik.

3.2.2 Usia Menarche
o Definisi
Usia menarche adalah usia remaja putri saat mengalami menstruasi
yang pertama yang ditentukan secara retrospektif setelah mengalami
menstruasi pertama paling lama 1 bulan sebelum menjadi sampel
penelitian.
o Cara ukur
Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara.
o Alat ukur
Alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner.
o Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran dinyatakan sebagai usia menarche.
o Skala Ukur
Usia menarche dinyatakan dalam skala numerik.

3.2.3 Penggunaan Steroid
o Definisi
Penggunaan steroid adalah remaja putri yang mendapatkan obat
jenis steroid dalam kurun waktu lebih dari satu bulan.
o Cara ukur
Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara.
o Alat ukur
Alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner.
21

o Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran dinyatakan sebagai pengguna steroid.
o Skala Ukur
Pengguna steroid dinyatakan dalam skala nominal

3.2.4 Penggunaan Kemoterapi dan Radioterapi
o Definisi
Penggunaan Kemoterapi dan Radioterapi adalah remaja putri yang
mendapatkan pengobatan kemoterapi dan radioterapi.
o Cara ukur
Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara.
o Alat ukur
Alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner.
o Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran dinyatakan sebagai pengguna kemoterapi dan
radioterapi.
o Skala Ukur
Penggunan kemoterapi dan radioterapi dinyatakan dalam skala
nominal

3.2.5 Penderita Penyakit Kronis dan Keganasan
o Definisi
Penderita Penyakit Kronis dan Keganasan adalah remaja putri yang
menderita penyakit kronis dan keganasan.
o Cara ukur
Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara.
o Alat ukur
Alat ukur yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner.
o Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran dinyatakan sebagai Penderita penyakit kronis dan
keganasan
22

o Skala Ukur
Penderita penyakit kronis dan keganasan dinyatakan dalam skala nominal

3.3. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
o Ada hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan usia
menarche pada remaja putri Yayasan Pendidikan Harapan Medan.
o Tidak ada hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan usia
menarche pada remaja putri Yayasan Pendidikan Harapan Medan






















23

BAB 4
METODE PENELITIAN


4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi observasional dengan pengamatan cross sectional
(potong lintang) untuk menilai hubungan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan usia
menarche. Artinya, peneliti melakukan proses pengambilan data dalam satu kali
pengamatan (Sudigdo, 2011).
4.2. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Yayasan Pendidikan Harapan Medan . Waktu penelitian dilaksanakan selama dua
bulan mulai Agustus sampai September 2010 atau sampai sampel mencukupi.
Yayasan Pendidikan Harapan Medan dipilih karena :
1. Dari pengamatan, distribusi klasifikasi IMT remaja putri sangat bervariasi.
2. Jumlah sampel untuk menilai hubungan IMT dengan usia menarche
mencukupi.
3. Belum pernah dilakukan penelitian untuk menilai hubungan IMT dengan usia
menarche

4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi target adalah remaja putri berusia 9 sampai 14 tahun. Populasi terjangkau
adalah populasi target yang menjalani pendidikan SD dan SMP di yayasan pendidikan
Harapan Medan Kota Medan. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria.


24

4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling.
Semua populasi yang memenuhi keriteria inklusi dan eksklusi di masukan menjadi
sampel penelitian.
4.3.3. Kriteria Inklusi
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah :
a. Kriteria Inklusi :
Remaja putri berusia 9-14 tahun
Mendapatkan informed consent
Sekolah pada SD dan SMP yang berlokasi Yayasan Pendidikan Harapan
Medan
Mengalami menarche maksimal 1 bulan yang lalu
Mendapatkan steroid jangka panjang
Mendapat kemoterapi atau radioterapi
Mendapat obat-obat hormonal (growth hormone)
Menderita penyakit kronis (tirotoksikosis, gagal jantung, anemia kronis)
Menderita penyakit keganasan
Anak tidak mengetahui tanggal menarche

4.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data
yang didapat langsung dari masing-masing sampel penelitian, meliputi Pengukuran
Indeks Masa Tubuh dan Usia Menarche.
Pengumpulan Data Indeks Masa Tubuh dilakukan dengan pengukuran Berat
Badan dan Tinggi Badan sesuai prosedur yang telah ditentukan. Sedangkan,
pengumpulan data Usia Menarche dilakukan melalui wawancara langsung kepada sampel
penelitian dengan berpedoman pada instrumen penelitian, isstrumen penelitian akan
divalidasi terlebih dahulu. Data pengukuran Indeks Masa Tubuh dan usia menarche yang
akan didapat berupa data diskrit kontinu.


25

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1 Pengolahan Data
Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka
ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu :
1. Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila
data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan
mewancarai ulang responden.
2. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya
kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan
komputer.
3. Entry
Data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke dalam program
komputer SPSS
4. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna
menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving
Penyimpanan data untuk siap dianalisis.
4.5.2 Analisis Data
Analisis data diawali dengan membuat suatu diagram tebar (scatter plot) guna
melihat bagaimana pola hubungan antara kedua variabel numerik tersebut. Data Indeks
Masa Tubuh ditampilkan pada sumbu X (axis), sementara data usia menarche disajikan
pada sumbu Y (ordinat) sedemikian sehingga setiap pengamatan diwakili oleh satu titik.
Setelah didapatkan gambaran pola hubungan kedua variabel, analisis dilanjutkan
dengan menguji kekuatan hubungan antara Indeks Masa Tubuh dengan usia menarche.

26

Untuk menilai kekuatan hubungan Indeks Masa Tubuh dengan usia menarche
digunakan uji korelasi Pearson dengan interval kepercayaan 95% dan batas kemaknaan
P<0,05. Uji korelasi Pearson merupakan suatu uji untuk mengukur derajat keeratan suatu
hubungan antar urutan jenjang suatu hasil pengamatan suatu variabel dengan urutan
jenjang hasil pengamatan pada variabel yang lain (Ibnu, 2009). Koefisisen korelasi (r)
berkisar 0-1 makin mendekati angka 1 maka makin dekat derajat hubungan. Untuk
mengetahui tinggi rendahnya r, dilakukan interpretasi sebagai berikut (Wahyuni, 2007):

Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,0 0,199 Sangat rendah
0,2 0,399 Rendah
0,4 0,599 Sedang
0,6 0,799 Kuat
0,8 1,0 Sangat Kuat

Tabel 4.1 Interpretasi tingkat hubungan koefisien korelasi (r)
(dikutip dari Wahyuni, 2007)

Dengan menggunakan bantuan program SPSS akan didapatkan besarnya p value
untuk menentukan signifikansi hasil penelitian. Karena penelitian ini menggunakan
tingkat kemaknaan () sebesar 5%, maka nilai p < 0,05 dinilai bermakna atau dengan kata
lain H
0
ditolak.


27

Dari koefisien korelasi (r) yang didapat, dapat dianalisis lebih lanjut
ketergantungan satu variabel dengan variabel lainnya melalui analisis regresi linier
sedemikian sehingga didapatkan suatu persamaan berbentuk:
y = a + bx
dimana:
y = usia menarche
x = Indeks Masa Tubuh
b = konstanta















28

BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Harapan 1 Medan yang terletak di Jalan Imam
Bonjol no. 35 Kelurahan Jati, Medan Maimun Kota Medan. Sekolah ini
merupakan milik Yayasan Pendidikan Harapan Medan. Bangunan sekolah
dibangun secara permanen dilengkapi dengan sarana olah raga seperti lapangan
basket, ruang musik, dan lapangan parkir yang cukup luas. Lingkungan sekolah
dikelilingi jalan raya, bersebelahan dengan gereja, dan bersebrangan dengan
Taman Ahmad Yani dan RS Elisabeth Medan.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan pada 96 orang responden yang merupakan siswi di
SD dan SMP Yayasan Pendidikan Harapan Medan. Dari keseluruhan responden
gambaran karakteristik responden yang diamati adalah umur, tinggi badan, dan
berat badan.
a. Umur
Berdasarkan karakteristik umur, hasil penelitian ini memperoleh
responden terbanyak berada pada umur 13 tahun yaitu sebanyak 30 orang
(31,25%). Sedangkan kelompok responden paling sedikit berada pada umur 9
tahun, yaitu sejumlah 1 orang (1,04%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.








29

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Umur
Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase %
9 tahun 1 1,0
10 tahun 10 10,4
11 tahun 22 22,9
12 tahun 21 21,9
13 tahun 30 31,3
14 tahun 12 12,5
Jumlah 96 100

Rata-rata umur responden adalah 12,09 tahun dengan nilai tengah 12,0
tahun. Umur termuda adalah umur 9 tahun dan umur tertua 14 tahun. Dengan
demikian, rentang usia responden adalah 5 tahun.

b. Berat Badan
Karakteristik berdasarkan berat badan dibagi menjadi 5 kelompok
interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah
pada kelompok dengan interval berat badan 4152 kg. Sedangkan kelompok
responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval berat badan 77
88 kg. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Berat Badan
Berat Badan Jumlah (orang) Persentase %
29 40 kg 37 38,5
41 52 kg 43 44,8
53 64 kg 13 12,5
65 76 kg 2 2,1
77 88 kg 1 1,1
Jumlah 96 100

Rata-rata berat badan responden adalah 44,9 kg dengan nilai tengah 44
kg. Berat badan terendah adalah 30 kg dan berat badan tertinggi adalah 79 kg. Hal
ini menunjukkan rentang berat badan responden adalah 49 kg.
30


c. Tinggi Badan
Karakteristik berdasarkan tinggi badan dibagi menjadi 3 kelompok
interval. Hasil penelitian memperoleh kelompok responden terbanyak adalah
pada kelompok dengan interval tinggi badan 142-152 cm. Sedangkan kelompok
responden paling sedikit adalah pada kelompok dengan interval tinggi badan 131
141 cm. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Tinggi Badan
Tinggi Badan Jumlah (orang) Persentase%
131 141 cm 7 7,3
142 152 cm 62 64,6
153 163 cm 27 28,1
Jumlah 96 100

Rata-rata tinggi badan responden adalah 149,7 cm dengan nilai tengah
150 cm. Tinggi badan responden dimulai dari titik minimal, yaitu 131 cm dan titik
maksimal, yaitu 161 cm. Hal ini menunjukan rentang tinggi badan responden
adalah 30 cm.

5.1.3 Indeks Masa Tubuh (IMT)
Dari 96 responden yang menjadi sampel penelitian, 51,0 persen
diantaranya atau sekitar 49 orang termasuk kategori normal. Kategori kekurangan
berat badan baik tingkat berat maupun tingkat ringan dimasukkan dalam
klasifikasi kurus, sedangkan kategori kelebihan berat badan baik tingkat sedang
maupun tingkat ringan dimasukkan dalam klasifikasi gemuk. Hal ini
menunjukkan sekitar 40,6% sampel penelitian termasuk klasifikasi kurus dan
6,4% termasuk klasifikasi gemuk. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.4.



31

Tabel 5.4. Hasil Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)
IMT
(kg/m
2
)
Kategori
Jumlah
(orang)
Persentase %
< 17
Kekurangan Berat Badan
Tingkat Berat
17 17,7
17 18,4
Kekurangan Berat Badan
Tingkat Ringan
22 22,9
18,5 25 Normal 49 51,0
25,1 27
Kelebihan Berat Badan
Tingkat Ringan
2 2,1
> 27
Kelebihan Berat Badan
Tingkat Berat
6 6,3
Jumlah 96 100

Rata-rata IMT sampel adalah 20,0 dengan nilai tengah 19,1. IMT
terendah adalah 15 dan IMT tertinggi adalah 33. Hal ini menunjukkan rentang
IMT responden adalah 18.

5.1.4 Usia Menarche
Dari 96 responden yang menjadi sampel penelitian, ada 30 orang (31,3%)
yang mengalami menarche pada usia 13 tahun. Sedangkan, jumlah paling sedikit
adalah responden yang mengalami menarche pada usia 9 tahun. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Gambaran Usia Menarche
Usia Menarche Jumlah
(orang)
Persentase %
9 tahun
10 tahun
1
10
1
10,4
11 tahun 22 22,9
12 tahun 21 21,9
13 tahun
14 tahun
30
12
31,3
12,5
Jumlah 96 100

32

Rata-rata usia menarche sampel adalah 13 tahun dengan. Usia menarche
terendah adalah 9 tahun dan usia menarche tertinggi adalah 14 tahun. Hal ini
menunjukkan rentang usia menarche sampel adalah 5 tahun.

5.1.5 Hasil Analisis Statistik
5.1.5.1 Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Usia Menarche
Sebanyak 96 responden diperiksa dan diwawancarai apabila telah
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang telah dikumpulkan dianalisis
melalui uji hipotesis Korelasi Pearson yang dilanjutkan dengan Regresi Linier.
Untuk mengetahui hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Usia
Menarche, diawali dengan membuat suatu diagram tebar (scatter plot). Dari
diagram ini dapat diketahui pola hubungan antara kedua variabel numerik
tersebut. Data Indeks Masa Tubuh ditampilkan pada sumbu X (axis), sementara
data usia menarche disajikan pada sumbu Y (ordinat). Setiap pengamatan diwakili
oleh satu titik. Dari hasil diagram tebar (scatter plot) didapatkan pola hubungan
yang linear. Dengan demikian data tersebut memungkinkan untuk dapat dianalisis
lebih lanjut dengan menggunakan uji Korelasi Pearson guna mengetahui kekuatan
hubungan diantara kedua variabel tersebut.Hal ini dapat dilihat dari diagram 5.1.

Gambar 5.1. Diagram tebar (Scatter plot) dari hubungan
Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Usia Menarche


0
2
4
6
8
10
12
14
16
0 5 10 15 20 25 30 35
U
s
i
a


M
e
n
a
r
c
h
e

Indeks Massa Tubuh
33

Tabel 5.6.Distribusi Frekuensi Berat Badan Berdasarkan Usia Responden
Kelompok
Berat
Badan
Umur Responden
9 10 11 12 13 14
f % f % f % f % f % f %
29 - 40 0 0 2 20 8 36,4 11 52,4 9 30 7 58,3
41 - 52 0 0 4 40 8 36,4 8 38,1 18 60 5 41,7
53 - 64 0 0 4 40 4 18,2 2 9,5 3 10 0 6
65 - 76 1 100 0 0 1 4,5 0 0 0 0 0 0
77 - 88 0 0 0 0 1 4,5 0 0 0 0 0 6
Total 1 100 10 100 22 100 21 100 30 100 12 100

Tabel 5.7.Distribusi Frekuensi Kelompok IMT Berdasarkan Usia Menarche
Kelompok
IMT
Umur Menarche
9 10 11 12 13 14
f % f % f % f % f % f %
< 17 0 0 2 20 3 13,6 2 9,5 4 13,3 6 50
17 - 18,4 0 0 0 0 5 22,8 6 28,6 8 26,6 3 25
18,5 - 25 0 0 6 60 4 50 12 57,1 17 56,7 3 25
25,1 - 27 0 0 1 10 0 0 1 4,8 0 0 0 0
> 27 1 100 1 10 3 13,6 0 0 1 3,4 0 0
Total 1 100 10 100 22 100 21 100 30 100 12 100

Dari penelitian, didapatkan rata-rata IMT sebesar 20,0 dengan standard
deviasi 3,6 dan rata-rata usia menarche sebesar 12,1 dengan standard deviasi 1,2.
Hal ini dapat dilihat dari table 5.6.

Tabel 5.8.Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Usia Menarche
Variabel Mean
Standard
Deviation
P value Correlation
Indeks Masa
Tubuh (IMT)
20,0
3,6
0,01

-0,365
Usia Menarche 12,1 1,2

34

Dari hasil uji hitung, p value yang didapat sebesar 0,01. Karena nilai p
yang diperoleh lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis nol dalam penelitian ini
ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan Indeks Masa
Tubuh dengan usia menarche. Selanjutnya, dilakukan uji kekuatan hubungan
antara Indeks Masa Tubuh dengan usia menarche dengan menggunakan uji
korelasi pearson. Pengukuran ini dilakukan dengan interval kepercayaan 95% dan
batas kemaksaan P < 0,05. Hasil uji korelasi pearson hubungan Indeks Masa
Tubuh dan Usia Menarche yaitu sebesar 0,36. Hal ini menyatakan derajat keeratan
tingkat rendah.
Setelah memperoleh nilai r, analisis dilanjutkan dengan uji Regresi Linier
guna mendapatkan pola persamaan linier yang mencerminkan ketergantungan
antara Indeks Masa Tubuh dengan usia menarche. Untuk nilai r = 0,36 atau nilai r
kuadrat ( r
2
) = 0,13, maka didapati persamaan sebagai berikut:

y = 14,589 - 0,125x
dimana:
y = usia menarche
x = Indeks Masa Tubuh (IMT)
sedemikian sehingga diperoleh persamaan:
Usia menarche = 14,589 - (0,125 Indeks Masa Tubuh)

Dengan adanya persamaan ini, maka dapat dilakukan prediksi usia
menarche seorang remaja putri berdasarkan Indeks Masa Tubuhnya.

5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya variasi karakteristik
responden berdasarkan umur, tinggi badan dan berat badan.
35

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa responden terbanyak berada
pada umur 13 tahun yaitu sebanyak 30 orang (31,3%) dan terendah berumur
dibawah 9 tahun yaitu sejumlah satu orang (1%).
Kelompok interval tinggi badan paling banyak adalah kelompok dengan
interval 142 152 cm, yaitu sejumlah (64,6%) dengan rata-rata tinggi badan
sebesar 150. Hal ini menunjukkan kecenderungan tinggi badan yang hampir
seragam pada sebaran responden penelitian.
Berdasarkan berat badan, jumlah responden terbanyak berada pada
kelompok berat badan 41-52 kg dengan rata-rata 42,9 kg. Hal ini merupakan
rentang yang normal bagi remaja usia 9-14 tahun. Berat badan rata-rata pada 58
orang sampel penelitian siswi SMPN 2 Tanjung Morawa sebesar 40.50 kg (Yosia,
2009).

5.2.1.1 Indeks Masa Tubuh
Dari tabel 5.4, didapatkan hasil responden yang termasuk klasifikasi
kurus sebanyak 39 orang (40,6%) lebih banyak daripada responden yang termasuk
klasifikasi gemuk sejumlah 8 orang (8,4%). Klasifikasi ini didapatkan dari hasil
perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu dengan rumus . Asumsi
peneliti, hal ini mungkin terkait dengan tigkat sosial ekonomi. Penelitian yang
telah dilaksanakan di berbagai negara menunjukkan usia menarche dari anak
yang berasal dari sosial ekonomi tinggi mendapat usia menarche lebih muda
dibanding anak yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah (Santoso, 1999).
Yosia, 2009 melakukan penelitian hubungan IMT terhadap usia menarce
pada siswi SMPN 2 Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten
Deli Serdang. Hasil penelitian ini menunjukkan rata rata IMT 20.86 kg/m
2
.
Banyak hal yang turut mempengaruhi keadaan ini. Seiring dengan perkembangan
teknologi, penggunaan bahan kimia dalam proses pembuatan makanan semakin
marak. Penggunaaan hormon dalam pengembangbiakan hewan ternak akan
mempengaruhi pertumbuhan remaja. Remaja yang mengkonsumsi cenderung
menjadi gemuk dan memiliki Indeks Masa Tubuh yang tinggi pula. Selain itu,
aktifitas harian dan olahraga juga turut mempengaruhi. Perkembangan internet
36

turut mengurangi aktifitas bermain anak sehingga menurunkan tingkat mobilitas
anak yang mengakibatkan kecenderungan indeks masa tubuh yang besar pula.
Dahliansyah, 2008 melakukan penelitian tentang hubungan status nutrisi
dengan usia menarche pada Siswi SMPN I Hulu Gurung, Kabupaten Kapuas
Hulu, Kalimantan Barat. Status nutrisi dinilai dari hasil pengukuran IMT. Hasil
penelitian ini menunjukkan sebanyak 45,6% responden mempunyai IMT yang
rendah (<18,5).

5.2.1.2 Usia Menarche
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa paling banyak responden memiliki usia
menarche pada kelompok dengan rentang umur 13 tahun. Hal ini menunjukkan
rata-rata usia menarche pada sampel penelitian, sebesar 13 tahun.
Dahliansyah, tahun 2008 melakukan penelitian pada Siswi SMPN I Hulu
Gurung, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat tahun 2007. Hasil penelitian
ini menunjukkan rata-rata usia menarche responden adalah 12,3 tahun.
Setyowati, 2006 melakukan penelitian pada siswi Sekolah Menengah atas
Negeri 1 Purwodadi, Kabupaten Grobongan. Dari 75 orang sampel penelitian,
didapatkan rata-rata usia menarche yaitu 12,71 tahun.
Dari penelitian ini, usia menarche yang didapatkan termasuk dalam
kategori normal. Pubertas prekok pada remaja putri, yaitu ditemukan pembesaran
payudara sebelum umur 8 tahun, timbulnya rambut pubis sebelum umur 9 tahun,
atau terjadinya menstruasi sebelum umur 9,5 tahun. Sedangkan pubertas
terlambat, bila tidak membesarnya payudara sampai umur 13 tahun, atau tidak
adanya menstruasi sampai umur 15 tahun.

5.2.2 Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Usia Menarche
Usia menarche pada anak perempuan yang memiliki Indeks Masa Tubuh
besar sudah lama diketahui lebih awal daripada yang bukan (Aritaki, 1997). Hal
ini disebabkan oleh cadangan energi yang terdapat pada jaringan adiposit
menyebabkan terjadinya pubertas. Jaringan adiposit akan mengeluarkan leptin dan
adiponektin yang memicu aromatisasi perifer androgen menjadi estrogen sehingga
37

meningkatkan avaibilitas estrogen dalam darah. Leptin dan adiponektin juga
menyebabkan kerusakan sex hormone-binding globulin (SHBG) dan
meningkatkan up regulation reseptor di hipotalamus sehingga memicu terjadinya
hipersekresi TNF- dan IL-6. Semua ini akan meningkatan GnRH yang akhirnya
menyebabkan penurunan usia menarche.
Hasil uji korelasi hubungan IMT dan usia menarche pada remaja putri di
Yayasan Pendidikan Harapan Medan, Kota Medan menunjukkan derajat keeratan
tingkat sedang yaitu dengan r = 0,36. Hal ini berarti semakin besar nilai indeks
massa tubuh seseorang maka usia menarche akan semakin rendah.
Yosia, 2009 melakukan penelitian hubungan IMT dengan usia menarche
pada siswi SMPN 2 Tanjung Morawa Kecamatan, Tanjung, Morawa Kabupaten Deli
Serdang. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai r sebesar 0.865 dimana hubungan
kedua variabel sangat kuat.
Karen, 2002 menemukan adanya perbedaan usia menarche pada 3 kelompok
Indeks Masa Tubuh yang berbeda. Pada kelompok obesitas, rata-rata usia menarche
11,87 tahun, di kelompok overweight 12,14 tahun, dan di kelompok normal 12,80
dengan derajat keeratan hubungan sebesar 0,24.
Penelitian Dahliansyah, tahun 2008 menyimpulkan semakin tinggi
Indeks Massa Tubuh semakin awal usia menarche responden. Kuatnya hubungan
ini diwakili oleh koefisien korelasi sebesar 0,402. Ini menunjukkan hubungan
tingkat sedang.
Pada penelitian ini tidak di dapati siswi yang mengalami percepatan usia
menarce dengan indeks masa tubuh yang lebih tinggi dan juga tidak di dapati
siswi yang mengalami percepatan usia menarce dengan indeks masa tubuh yang
lebih rendah.
Perbedaan hasil penelitian dapat terjadi akibat beberapa hal, diantaranya :
perbedaan cara pemilihan sampel penelitian, perbedaan kriteria inklusi dan
eksklusi sampel penelitian, dan metode yang digunakan. Percepatan usia
menarche ini menjadi permasalahan tersendiri bagi kesehatan perempuan.
Perempuan yang lebih cepat memasuki usia menarche berarti memiliki resiko
yang jauh lebih besar pula untuk mengalami berbagai penyakit yang terkait
38

dengan usia menarche. Seperti kelainan kardiovaskuler misalnya. Hasil penelitian
menunjukkan remaja yang mengalami menarche dibawah 12 tahun mengalami
peningkatan resiko hipertensi sebesar 1,13 kali dan resiko terjadinya Penyakit
Jantung Koroner (PJK) sebesar 1,23 kali (Lakshman, 2009).
Hal yang sama juga terjadi pada berbagai penyakit lain, seperti kanker
ovarium dan kanker payudara dimana hormone reproduksi dan insulin like growth
factor turut mempengaruhi terjadinya penyakit tersebut. Susan, tahun 2005
menyimpulkan percepatan usia menarche akan meningkatkan resiko penyakit ini
(OR=3,8).

5.3 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini ada beberapa kelemahan di karenakan penelitian ini
hanya menilai Indeks Masa Tubuh seperti kita ketahui ada beberapa faktor lain
yang mempengaruhi seperti genetik dan lingkungan.

















39

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari analisa data dengan uji korelasi diperoleh bahwa ada hubungan yang
signifikan antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Usia Menarche pada
remaja putri di Yayasan Pendidikan Harapan Medan, Kota Medan (p <
0,01) dengan koefisien korelasi 0,36. Hubungan ini menunjukkan derajat
keeratan tingkat rendah.
Rata-rata Indeks Masa Tubuh pada remaja putri di Yayasan Pendidikan
Harapan Medan, Kota Medan adalah 20,0 3,6 dengan mayoritas IMT
termasuk kategori normal (51,0%).
Rata-rata Usia Menarche pada remaja putri di Yayasan Pendidikan
Harapan Medan, Kota Medan 12,09 1,2.

6.2 Saran
Perlu pengkajian terhadap variable-variabel lain yang mungkin akan
mempengaruhi usia menarche, misalnya sosial ekonomi, pola makan,
aktivitas olahraga dan sebagainya.
Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan pemeriksaan lemak subkutan
dan hormon estrogen untuk mengetahui hubungan status nutrisi dengan
usia menarche.
Pendidikan kesehatan reproduksi khususnya tentang status gizi terhadap usia
menarche sebaiknya diberikan sejak dini karena dengan buruknya status gizi
seseorang maka kesehatan reproduksi dapat terganggu secara menyeluruh.
Perlu adanya penjelasan kepada orang tua tentang pengaruh status nutrisi
terhadap perkembangan seksual remaja.




40

DAFTAR PUSTAKA


Aritaki, V., 1998. Growth and Normal Puberty. Pediatrics. Vol 102: 507-11.

Blum, W.F., Englaro, P., Hanitsch, S., Juul, A., Hertel, N.T., Muller, J., dkk.
1997. Plasma Leptin Levels in healthy children and adolescents:
Dependence on Body Mass Index, Body Fat Mass, Gender, Pubertal Stage,
and Sestosterone. J Clin endocrinol Metab 82: 2904-10

Bona, G., Marinello, D., 2000. Precocious puberty in immigrant children:
indications for treatment. Jurnal Pediatric Endocrinology Metabolic. Suppl.
Juli 1:831-34.

Dahliansyah, 2008. Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Presentasi Lemak Tubuh
dengan Usia Menarche dan Keteraturan Siklus Menstruasi (Studi pada Siswi
SMPN I Hulu Gurung Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat tahun
2007). Available from http://eprints.undip.ac.id/6949/1/3296.pdf [Accesed
at 20 April 2010]

Dattani, M.T., Hindmarsh P.C., 2005. Normal and Abnormal Puberty. In: Brook
CG, Clayton PE, Brown RS. Clinical Pediatric Endocrinology. Edisi ke-5.
Massachussetts: Blackwell Publishing: 183-201

Dhamayanti, Meita, 2009, The2nd Adolescent Health National Symposia: Current
Challenges in Management.

Dinectts, H., 1999. Leptin's Actions on the Reproductive Axis: Perspectives and
Mechanisms. Biology of Reproduction February vol. 60 no. 2: 216-22

Ebling F.J., 2005, The neuroendocrine timing of puberity. Reproduction. The
Journal of the Society for Reproduction and a Fertility, 129: 675-83

Edward, O., Uche, N., Odekunle, dkk. 2007. Mean Age of Menarche in Trinidad
and Its Relationship to Body Mass Index, Ethinicity and Mothers Age of
Menarche. OnLine Journal of Biological Sciences 7 (2): 66-71.

Garilbadfi, L., 2008. Physiology of Puberty. In: Behrman RE, Kliergman RM,
Jenson HB. Nelson Text Book Of Pediatrics. Edisi ke-18. Philadelpia:
Saunders Corporation.

Gosman, G.G., Katcher, H.I., Legro, R.S., 2009. Obesity and the role of gut and
adipose hormones in female reproduction. Oxford journal. Medicine. Human
reproduction. Update vol 12 number 5: 585-601.

41

Guyton, Arthur, Hall, John, 1997. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC,
1294-98.

Hanafiah, M.J., 2007.Haid dan siklusnya. In: Wiknjosastro, H., Saifuddin, A.B
and Rachimhadhi, T., eds. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta : yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 103-24.

Henneberg C.M., Vizmanos B., 1997. The duration of puberty in girls is realted to
the timing of its onset. J Pediatr Vol. 131: 618-621.

Herman-Giddens M.E., Slora E.J., Wasserman R.C., dkk. 1997. Secondary sexual
characteristics and menses in young girls seen ini office practice: A Study
from Pediatric research in office setting network. Pediatrics. Vol 99: 505-
12.

Ibnu, Fajar,. Isnaeni,. Pujirahaju, astutik,. Dkk. 2009. Statistika untuk Praktisi
Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kaplowitz P.B., 2008, Link Between Body Fat and Timing Puberty. Pediatrics.
121: 208-17.

Lin-su, Vogiatzi, dkk. 2002. Body mass index and age at menarche in an
adolescent clinic population. Clin Pediatr (Phila) Sep;41(7): 501-7.

Louis, G.M., Grat, L.E., Marcus, M., Ojeda, S.R., Pesxovitz Oh, Witchel SF,dkk.,
2008. Environmental factors and puberty timing : expert panel research
needs. Pediatrics, 121: 192-207.

Matkovic, V., Ilich, J.Z., Skugor, M., dkk, 1997. Leptin is inversely related to age
at menarche in human females. J Clin Endocrinol Metab. Oct;82(10): 3239-
45.

Mongks, F.J., 2000. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam berbagai
bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Narendra, Moersintowarti, 2006. Pengukuran Antropometri pada Penyimpangan
Tumbuh Kembang Anak. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya. Divisi Tumbuh Kembang Anak
dan Remaja. Available from : http://www.pediatrik.com/pkb/20060220-
873im2-pkb.pdf [Accesed 16 April 2010]

Nelson, W.E., Behrman, R.E., Kliegman, M.D., dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak
Nelson Edisi 15 Vol. 1. Jakarta: EGC, 72-75

Niniser, A.J. et al., 2007. Body mass Measure ment in school Health 77 (10); 651-
71
42


Parent, A.S., Teilmann, G., Juul, A., dkk., 2003. The Timing of Normal Puberty
and The Age Limits of Sexual Precocity: Variations around the world,
secular trends, and changes after migration. Endocr Rev. 24: 668-93

Roemmich, Richmonn, Rogol, 2001. Consequences of Sport Training During
Puberty. Jurnal Endocrinol Invest. Oct; 24(9): 708-715.

Sarwono, 2007. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta: Penerbit Tridasa Printer.

Setyowati, endang, 2006. Hubungan Indeks Massa Tubuh (Imt) Dengan Kejadian
Sindroma Pramenstruasi Pada Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Purwodadi Kabupaten Grobogan. Thesis. Universitas Dipenogoro

Sofia, Sara, 2009. Hubungan Indeks Masa TUbuh dengan Kadar Biokimia Darah,
Jakarta : FKM UI.

Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung
Seto: Jakarta.

Supariasa, I dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Suryawan, 2004. Pubertas Prekok. Dalam Soetjiningsih,2004. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto Hal 73-78

Suryawan, 2004. Pubertas Terlambat. Dalam Soetjiningsih, 2004. Tumbuh
Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung Seto, Jakarta : 67-71

Suryono, 2008. Biokimia Reproduksi. Yogyakarta : Mitra Cendikia Yogyakarta.


Tumbuleka, A. Panduriono. 2008. Pemilihan Uji Hipotesis. Dalam:
Sadstroasmoro, Sudigdo. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis ed 3.
Jakarta: Sagung Seto: 302 - 31

Wahyuni, Arlinda S.2007. Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea
Communication.

Widyanti. E., 2007. Remaja dan permasalahannya: bahaya merokok,
penyimpangan seks pada remaja, dan bahaya penyalahgunaan minuman
keras/narkoba. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran;
Hurlock EB.

Wiknjosastro, Hanifa, 2006. Ilmu Kebidanan Ed.3 Cet.8. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
43


Wronka, I., 2010. Associaton between BMI and age er menarche in girels from
different socio-economic groups. J Biol. Clnic. Anthrop 68(1); 43-52.

Yuniastuti, A., 2008. Penelitian Status Gizi. In : Yuniastuti, A.Gizi dan
Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 115-20

Yosi, ana, 2009. Hubungan indeks massa tubuh terhadap usia menarhe pada siswi
SMPN 2 Tanjung Morawa Kec.Tanjung Morawa Kab.Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara : Karya Tulis Ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai