Anda di halaman 1dari 12

1

Akunt ansi Ber basis Akr ual


Bagi Sat uan Ker j a Per angkat Daer ah
Oleh Margono
Widyaiswara Madya Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan
Kementerian Keuangan


Abstract
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, pasal 4 ayat (1) Pemerintah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
berbasis Akrual. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam
APBN/APBD. SAP berbasis akrual tercantum dalam Lampiran I PP 71 Tahun 2010.
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual paragraf 60 menyatakan
bahwa Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary
reports), laporan finansial, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan pelaksanaan anggaran
terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Laporan
finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas.
CaLK merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan
pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari
laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
Terdapat beberapa usulan konstruksi sistem akuntansi agar dihasilkan laporan tersebut di
atas. Tulisan ini mengusulkan agar dalam Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dibentuk dua unit
akuntansi yaitu unit akuntansi financial dan unit akuntansi pelaksanaan anggaran. Unit akuntansi
financial dalam membuat catatan akuntansi dilandasi oleh konsep aset yang dikuasai oleh SKPD
sama dengan Kewajiban ditambah ekuitas. Unit akuntansi financial bertanggungjawab untuk
menyusun laporan financial. Sementara itu unit akuntansi pelaksanaan anggaran bertanggungjawab
untuk menyusun Laporan realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan SAL

1. Pendahuluan
Pemerintah Daerah wajib menyusun laporan keuangan yang terdiri Laporan Pelaksanaan
Anggaran dan Laporan Finansial. Laporan Pelaksanaan Anggaran meliputiLaporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan SAL, sementara itu Laporan financial terdiri dariNeraca,
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas serta Laporan Arus Kas. Disamping itu
SKPD harus menyusun Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Karena Laporan Pemda sebagaimana disebutkan di atas dihasilkan dari penggabungan
laporan berbagai SKPD dan BUD maka agar Pemerintah Daerah dapat menghasilkan LRA dan LO
sebagaimana dijelaskan di atas, Satuan Kerja Perangkat Daerah harus menyusun LRA dan LO.
Laporan Realisasi Anggaran Satuan Kerja Perangkat daerah menyajikan informasi mengenai
Pendapatan dan belanja baik anggaran maupun realisasinya yang pengakuannya menggunakan
2

dasar pengakuan sesuai dokumen anggaran. Sementara itu Laporan Operasional menyajikan
Pendapatan dan Beban yang pengakuannya berdasarkan dasar akrual.
Persoalan teknis pencatatannya adalah bagaimana membuat catatan akuntansi yang
dapat dijadikan dasar penyusunan laporan pelaksanaan anggaran dan laporan financial.Mencari
arsitektur akuntansi berbasis akrual sebagaimana dimaksudkan dalam PP 71 Tahun 2010
(Lampiran I ) masih merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh kita bersama.
Telah banyak ahli akuntansi yang berusaha untuk memberikan solusi.
Tulisan ini berusaha mendiskripsikan salah satu usulan untuk menyusun sistem akuntansi
yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan sebagaimana yang dijelaskan di atas. Dalam
uraian berikut ini penulis menggunakan akun RK-PPKD untuk mencatat hubungan keuangan
antara Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Bendahara Umum Daerah (BUD). Uraian ini
juga dibatasi pada transaksi di Satuan Kerja Perangkat Daerah yang tidak melaksanakan
pengelolaan keuangan dengan pola Badan Layanan Umum Daerah. Tulisan ini tidak
mengilustrasikan Laporan Arus Kas. Usulan berikut ini merupakan usulan pribadi penulis.
Walaupun tulisan ini sudah dilengkapi dengan simulasi akuntansi untuk SKPD, namun tulisan ini
masih perlu dikaji dari berbagai aspek.

2. Pembahasan
a. Asitertur sistem akuntansi untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual
Agar suatu SKPD dapat menyusun laporan keuangan berupa LRA, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas serta neraca, ada penulis yang mengusulkan untuk membuat sistem
akuntansi yang berbasis LO. Jurnal yang dibuat dirancang untuk menyusun LO dan Laporan
Perubahan Ekuitas serta neraca sementara itu untuk menyusun LRA dilakukan pencatatan single
entry. Dengan sistem ini jika ada pembayaran dari kas Negara/kas daerah yang mengakibatkan
timbulnya belanja (yang dilaporkan di LRA) dan beban (yang dilaporkan di LO) akan dicatat dalam
jurnal dan dalamCatatan Lain, sehingga pengusul gagasan ini menyebutnya dengan system triple
entry.
Ada usulan kedua yaitu sistem akuntansi dibangun dengan dasar kas. Transaksi selama
satu periode diakui (dicatat) dengan dasar kas. Kemudian disusun LRA dan Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih. Setelah itu saldo pendapatan dan belanja yang sudah dilaporkan di LRA
disesuaikan melalui jurnal penyesuaian sehingga menjadi saldo pendapatan dan beban yang
diakui berdasarkan dasar akrual. Saldo pendapatan dan beban tersebut dilaporkan di Laporan
Operasional. Pada awal tahun berikutnya jurnal penyesuaian tersebut dibalik dengan jurnal
pembalik sehingga catatan akuntansi akan kembali menjadi dasar kas.
Sementara itu ada pemikir lain bahwa setiap SKPD dapat membentuk 2 unit akuntansi.
Satu unit akuntansi bertanggungjawab untuk penyusunan LO, Laporan perubahan ekuitas serta
neraca sementara unit akuntansi kedua akan bertanggungjawab menyusun LRA. Kedua unit
akuntansi menggunakan sistem double entry dalam membangun konstruksi sistem akuntansinya.
Unit akuntansi yang bertanggungjawab menyusun laporan pelaksanaan anggaran
dalammenerapkan sistem double entry tersebut, konstruksi persamaan akuntansi dapat diawali
dengan posisi saat SKPD menerima uang persediaan dan diakhiri dengan penyetoran sisa Uang
Persediaan dan sisa uang di Bendahara Pengeluaran ke Kas Daerah, sehingga menurut penulis,
persamaan akuntansi yang dapat dibangun adalah Kas di bendahara Pengeluaran sama dengan
RK-PPKD.
3

Sementara itu bagi unit akuntansi yang bertanggungjawab menyusun laporan finansial,
konstruksi sistem akuntansinya menggunakan konsep aset sama dengan Kewajiban ditambah
dengan Ekuitas. Tulisan berikut ini mengilustrasikan akuntansi di SKPD jika dalam SKPD dibentuk
2 unit akuntansi.
Untuk mempermudah pembahasan pada tulisan ini, penulis mengusulkan unit akuntansi
yang bertanggungjawab menyusun Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih disebut Unit Akuntansi Pelaksanaan Anggaran, sementara itu unit akuntansi yang
bertanggung jawab menyusun Neraca, Laporan Operasional serta Laporan Perubahan Ekuitas
serta Laporan Arus Kas disebut Unit Akuntansi Finansial. Penyusunan laporan arus kas secara
teknis dapat diserahkan ke Unit Akuntansi Pelaksanaan Anggaran atau dapat juga diserahkan ke
Unit Akuntansi Finansial. Catatan atas Laporan Keuangan tentunya harus disajikan oleh kedua
unit akuntansi yang dibentuk.

b. Data untuk simulasi akuntansi berbasis akrual
Berikut ini diberikan data yang ada di Pemda XYZ yaituSKPD X yang mulai ada kegiatan
pada tanggal 1 Januari 2012. SKPD X dibentuk pada akhir tahun 2011 dan menempati sebidang
tanah dan bangunan yang didalamnya telah diisi dengan peralatan dan mesin yang lengkap.
Menurut dokumen pembelian, harga perolehan tanah sebesar Rp1.000.000.000,00, bangunan
Rp. 2.000.000.000,00 serta peralatan dan mesin Rp300.000.000,00. Selanjutnya dalam Tahun
2012 telah terjadi transaksi yang disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.
a. Bendahara pengeluaran menerima SP2D Uang Persediaan(UP) sebesar Rp5.000.000,00
b. Surat Ketetapan Retribusi yang telah ditetapkan adalah sebesar Rp.150.000.000,00
c. Setoran retribusi yang sudah di-SKP-kan sebesar Rp.120.000.000,00 telah disetorkan
langsung ke Kas Daerah
d. SKPD X menerima pendapatan retribusi yang tidak diterbitkan Surat Ketetapan retribusi
sebesar Rp 80.000.000,00
e. Bendahara Penerimaan menyetorkan uang ke Kasda Rp80.000.000,00
f. Dibayar gaji dan tunjangan Rp.20.500.000.00 dengan LS
g. SKPD X membeli Alat Tulis Kantor (5.2.2.01.01) senilai Rp800.000,00 dan dibayar dengan
UP
h. SKPD X membeli obat-obatan (5.2.2.02.04) senilai Rp13.000.000,00 dan dibayar dengan
SP2D LS
i. SKPD X membeli mobil ambulan (5.2.3.03.10) yang dilengkapi dengan alat kesehatan untuk
keperluan darurat senilai Rp275.000.000 dengan SP2D LS (abaikan pajak)
j. Realisasi belanja barang dan jasa untuk ATK yang dibayar secara LS sebesar Rp20.000.000
berdasarkan SP2D-LS Belanja Barang dan Jasa
k. Bendahara Pengeluaran menyetorkan sisa UP Rp4.200.000,00
Tabel 1 : Data trasaksi SKPD X
Kondisi akhir tahun:
1. Persediaan ATK per akhir tahun Rp.100.000,00 dan persediaan obat-obatan Rp 500.000,00
2. Rekening listrik bulan Desember 2011 Rp 5.300.000,00
3. Beban penyusutan tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp 50.000.000,00
Penulis mengusulkan di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dibentuk dua unit
akuntansi. Unit Akuntansi yang pertama bertanggung jawab untuk menyusun Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas Neraca serta Laporan Arus Kas. Unit akuntansi ini
4

disebut Unit Akuntansi Finansial Unit akuntansi kedua bertanggung jawab menyusun Laporan
Realisasi Anggaran yang menurut penulis dapat disebut Unit Akuntansi Pelaksanaan
Anggaran.Kedua unit akuntansi dapat menggunakan sistem pembukuan ganda (double entry)
dalam membangun sistem akuntansinya.

c. Unit Akuntansi Finansial
Unit akuntansi ini melakukan menggunakam persamaan dasar akuntansi :

Aset +Beban =Kewajiban +Ekuitas Dana dan Pendapatan LO

Persamaan tersebut diaplikasikan dengan disiapkan Rekening/akun untuk mendukung sistem
akuntansi yaitu akun aset, akun kewajiban, akun ekuitas, akun pendapatan LO serta akun beban
LO.
Berdasarkan data di atas, unit akuntansi ini akan membuat jurnal atas saldo awal,
transaksi selama tahun berjalan serta data penyesuaian pada akhir tahun. Jurnal yang dibuat oleh
Unit Akuntansi Finansial tampak pada Tabel 2 sebagai berikut :
Tgl Akun Debit Kredit
a. 131-Tanah Kantor 1.000.000.000 -
133-Bangunan Kantor 2.000.000.000 -
132-Peralatan dan mesin 300.000.000 -
311-Ekuitas Dana-Diinvestasikan Dalam Aset Tetap - 3.300.000.000
b. 111-Kas di Bendahara Pengeluaran 5.000.000 -
0.0.0-RK-PPKD - 5.000.000
c. 115-Piutang Retribusi 150.000.000 -
811.09-Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan - 150.000.000
d. 0.0.0-RK-PPKD 120.000.000 -
115-Piutang Retribusi - 120.000.000
e. 111-Kas di Bendahara Penerimaan 80.000.000 -
811.09-Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan - 80.000.000
f. 0.0.0-RK-PPKD 80.000.000 -
111-Kas di Bendahara Penerimaan - 80.000.000
g. 911-Beban Gaji dan Tunjangan 20.500.000 -
0.0.0-RK-PPKD - 20.500.000
h. 921-1-Beban Barang-ATK 800.000 -
111-Kas di Bendahara Pengeluaran - 800.000
i. 921-2-Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 13.000.000 -
0.0.0-RK-PPKD - 13.000.000
j. 132-Peralatan dan mesin 275.000.000 -
0.0.0-RK-PPKD - 275.000.000
k. 921-1-Beban Barang-ATK 20.000.000 -
0.0.0-RK-PPKD - 20.000.000
l. 0.0.0-RK-PPKD 4.200.000 -
111-Kas di Bendahara Pengeluaran - 4.200.000
m. 117-Persediaan 600.000 -
921-1-Beban Barang-ATK - 600.000
n. 922-1-Beban jasa 5.300.000 -
5

219- Utang Beban Barang dan Jasa - 5.300.000
o. 991-Beban Penyusutan Aset Tetap 50.000.000 -
137- Akumulasi Penyusutan Aset Tetap - 50.000.000
4.124.400.000 4.124.400.000
Tabel 2 : Jurnal Unit Akuntansi Finansial
Jika jurnal tersebut diposting ke buku besar dan selanjutnya disusun neraca saldo maka
neraca saldo tersebut akan tampak pada Tabel 3 berikut.
Akun Debit Kredit
111-Kas di Bendahara Penerimaan 0 0
111-Kas di Bendahara Pengeluaran 0 0
115-Piutang Retribusi 30.000.000 0
117-Persediaan 600.000 0
131-Tanah Kantor 1.000.000.000 0
133-Bangunan Kantor 2.000.000.000 0
132-Peralatan dan mesin 575.000.000 0
137- Akumulasi Penyusutan Aset Tetap 0 50.000.000
219- Utang Beban Barang dan Jasa 0 5.300.000
311-Ekuitas Dana-Diinvestasikan Dalam Aset Tetap 0 3.300.000.000
0.0.0-RK-PPKD 0 129.300.000
811.09-Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan 0 230.000.000
911-Beban Gaji dan Tunjangan 20.500.000 0
921-1-Beban Barang-ATK 20.200.000 0
921-2-Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 13.000.000 0
922-1-Beban jasa 5.300.000 0
991-Beban Penyusutan Aset Tetap 50.000.000 0
- 3.714.600.000 3.714.600.000
Tabel 3 : Neraca Saldo Unit Akuntansi FinansialEkuitas

Dari neraca saldo di atas akan disusun Laporan Operasional, Laporan Perubahan serta
Neraca Satuan Kerja Perangkat Daerah. Laporan Operasional yang disusun berdasarkan neraca
saldo tersebutdalam Tabel 4 di bawah ini.
PEMERINTAH DAERAH XYZ
SKPD X
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
(DALAM RUPIAH)
Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan 230.000.000
Beban Operasional :
Beban Gaji dan Tunjangan 20.500.000
Beban Barang-ATK 20.200.000
Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 13.000.000
Beban jasa 5.300.000
Beban Penyusutan 50.000.000
6

Jumlah Beban operasional 109.000.000
Surplus (defisit) Operasional 121.000.000
Tabel 4 : Laporan Operasional SKPD X

Laporan Operasional menyajikan informasi mengenai pendapatan yang diperoleh oleh
SKPD selama tahun berjalan, Beban operasional yang meliputi Beban gaji dan tunjangan, Beban
Barang ATK, Beban Barang dan Jasa Obat-obatan, Beban Jasa serta Beban Penyusutan. Jika
jumlah pendapatan lebih besar daripada jumlah beban operasional, maka selisihnya disebut
Surplus Operasional. Sebaliknya jika Pendapatan Operasional lebih kecil daripada Beban
Operasional selisihnya disebut defisit Operasional.
Selanjutnya disusun laporan Perubahan Ekuitas. Standar Akuntansi Pemerintahan tidak
memberi contoh Laporan Perubahan Ekuitas untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah, namun
menurut penulis laporan perubahan ekuitas ini menyajikan informasi mengenai Ekuitas pada
awal tahun, surplus atau defisit operasional tahun yang bersangkutan, Dampak Perubahan
Kebijakan/Kesalahan Akuntansi, dan lain-lain serta ekuitas akhir.
Sebelum kita lebih dalam membahas mengenai ekuitas, kita harus membicarakan
terlebih dahulu persamaan akuntansi yang berbunyi Aset =Kewajiban +Ekuitas. Dalam
akuntansi double entry, jika aset bertambah maka penambahan aset akan diikuti oleh kenaikan
kewajiban atau kenaikan ekuitas.
Saldo Ekuitas pada Satuan Kerja Perangkat Daerah(SKPD) tidak hanya dipengaruhi oleh
surplus atau defisit operasional. Hal ini terjadi karena dalam pengelolaan keuangan
Negara/daerah, SKPD di satu sisi wajib menyetorkan semua penerimaan kas ke Kas Daerah. Di sisi
lain beban yang dikeluarkan oleh SKPD didanai dari Kas Daerah dan pada akhir tahun semua uang
kas yang ada di SKPD harus disetorkan ke Kas Daerah. Hubungan keuangan antara SKPD dengan
Kas Daerah dalam praktik saat ini oleh SKPD dicatat dalam akun RK-PPKD. Sehubungan dengan
itu penulis mengusulkan untuk memasukkan pengaruh kebijakan pengelolaan keuangan
negara/daerah ini dalam laporan perubahan ekuitas. Konkritnya, saldo akun RK-PPKD jika
bersaldo kredit, yang menunjukkan aliran kas masuk ke SKPD (diterima dari Kas Daerah),
makasaldo RK-PPKD tersebut akan ditambahkan ke Ekuitas, sementara itu jika akun RK-PPKD
bersaldo debit, yang menunjukkan aliran kas keluar dari SKPD (disetorkan ke Kas Daerah), maka
saldo RK-PPKD tersebut akan dikurangkan ke Ekuitas.
Saldo debit akun RK-PPKD mencerminkan bahwa SKPD yang bersangkutan lebih banyak
menyetor Kas ke Kasda dibanding SKPD kas yang diterima dari Kasda. Ini artinya penambahan
aset karena adanya surplus (LRA)telah dialihkan dari SKPD ke PPKD, oleh karena itu saldo ekuitas
harus dikurangi. Sebaliknya jika rekening RK-PPKD bersaldo kredit penyetoran uang ke Kasda
lebih kecil daripada pembayaran yang dilakukan dari Kasda untuk SKPD,yang artinya terjadi
defisit, dan telah dialihkan ke PPKD sehingga saldo RK-PPKD akan ditambahkan ke Ekuitas.
Setelah disusun Laporan Operasional sebagaimana terlihat di atas, SKPD X dapat
menyusun Laporan Perubahan Ekuitas sebagaimana nampakdalam Tabel 5 berikut ini.
PEMERINTAH DAERAH XYZ
SKPD X
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
(DALAM RUPIAH)
Ekuitas awal tahun 3300000000
Surplus operasional 121.000.000
Ekuitas akhir tahun 3.421.000.000
Tabel : 5 Laporan Perubahan Ekuitas

7

Penyajian di atas dimaksudkan untuk menyajikan informasi bahwa sebenarnya secara
operasional, SKPD X menghasilkan surplus sebesar Rp 121.000.000,00 sehingga ekuitas dari SKPD
X menjadi Rp3.421.000.000,00. Namun karena semua penerimaan dan pengeluaran anggaran
harus melalui Kas Umum Daerah, maka ekuitas dana SKPD X menjadi Rp3.550.300.000,00 yaitu
saldo ekuitas akhir di laporan perubahan ekuitas di atas ditambah saldo kredit rekening RK-PPKD.
Saldo ekuitas akhir sebesar Rp3.550.300.000,00 dapat dilihat di neraca SKPD X. Saldo ini tentu
harus sama dengan total aset dikurangi dengan kewajiban SKPD X per 31 Desember 2012.Neraca
SKPD X per 31 Desember 2012 dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut ini.
PEMERINTAH DAERAH XYZ
SKPD X
NERACA
PER 31 DESEMBER 2012
(DALAM RUPIAH)
Aset Lancar :
-Piutang Retribusi 30.000.000
-Persediaan 600.000
Jumlah aset lancer 30.600.000
Aset Tetap :
-Tanah Kantor 1.000.000.000
-Bangunan Kantor 2.000.000.000
-Peralatan dan mesin 575.000.000
3.575.000.000
- Akumulasi Penyusutan Aset Tetap -50.000.000
Nilai Buku Aset Tetap 3.525.000.000
Total Aset 3.555.600.000
Kewajiban Dan Ekuitas
Utang Beban Barang dan Jasa 5.300.000
- Ekuitas Dana 3.421.000.000
- Saldo RK-PPKD 129.300.000
Total ekuitas (3.421.000.000+129.300.000) 3.550.300.000
Total kewaiban dan ekuitas 3.555.600.000
Tabel : 6 Neraca SKPD X

Perlakuan di atas juga sesuai dengan SE-BAKD-316 bahwa saldo akun RK-PPKD dilaporkan
sebagai bagian dari Ekuitas Dana. Menurut penulis akun RK-PPKD merupakan akun pembantu
ekuitas yang terkait dengan pelaksanaan anggaran. Dengan demikian jika pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran telah disetujui oleh Bendahara Umum Daerah, jumlah pendapatan dan
belanja serta UP dan TUP sudah dipertanggungjawabkan makasaldo akun RK-PPKD harus
dikoreksi terhadap akun ekuitas. Untuk mengetahui jumlah yang sudah dipertanggungjawabkan
dan untuk keandalan informasi yang dihasilkan, maka perlu dilakukan rekonsiliasi antara Unit
Akuntansi Finansial dengan Unit Akuntansi Pelaksanaan Anggaran bahkan dengan Bendahara
Umum Daerah.
Dipindahkannya jumlah yang sudah dipertanggungjawabkan ke ekuitas juga agar neraca
SKPD menggambarkan adanya hubungan antara jumlah aset yang dikuasai oleh suatu SKPD
dengan kewajiban dan ekuitas SKPD yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan PSAP 01 berbasis
akrual Lampiran I PP 71 tahun 2010, paragraph 84Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah
yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.
8

PSAP 01 berbasis Akrual (Lampiran I PP 71 tahun 2010) Paragraph 85 mengatakan bahwa
Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas. Paragraf
ini terutama memang untuk pelaporan tingkat pemerintah daerah yang laporannya dihasilkan
dari penggabungan laporan keuangan dari berbagai SKPD dan BUD (PPKD). Dalam proses
penggabungan, akun RK-PPKD nanti akan dieliminasi dengan akun RK-SKPD yang ada di laporan
keuangan BUD.
Akun pendapatan dan beban saldonya tidak akan menjadi saldo awal tahun berikutnya,
sehingga akun pendapatan dan beban harus dipindahkan ke akun ekuitas sehingga akun
Pendapatan dan Beban bersaldo nol. Jurnal penutup yang dibuat akan tampak pada Tabel 7
berikut.
Akun Debit Kredit
Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan 230.000.000
Beban Gaji dan Tunjangan 20.500.000
Beban Barang-ATK 20.200.000
Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 13.000.000
Beban jasa 5.300.000
Beban Penyusutan 50.000.000
Ekuitas Dana 121.000.000

RK-PPKD 129.300.000
Ekuitas Dana 129.300.000
Jumlah 359.300.000 359.300.000
Tabel 7 : Jurnal Penutup Unit Akuntansi Finansial
d. Unit Akuntansi Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan anggaran daerah dilakukan dengan berpedoman pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. UU no 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,pasal
13 ayat 2 mengatakan bahwa semua penerimaan dan pengeluaran daerah dilakukan melalui
Rekening Kas Umum Daerah. Permendagri 13 Tahun 2006 sebagaimana terakhir diubah dengan
Permendagri 21 Tahun 2011, pasal 122 ayat (1) mengatakan bahwa semua penerimaan daerah
dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusanpemerintahan daerah dikelola dalam
APBD.Masih dalam Permendagri yang sama, pasal 127 ayat(1) mengakatakan bahwa semua
pendapatan daerah dilaksanakan melalui rekening kas umum daerah
Peratuan Pemerintah 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 57
ayat 2 mewajibkan bendahara penerimaan untuk menyetorkan seluruh penerimaannya ke
rekening kas Umum Daerah selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja.
Permendagri 55 Tahun 2008 tentang Tatacara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya, Lampiran III angka 3 huruf B terkait
dengan pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran diatur bahwa apabila terdapat Tambahan
Uang Persediaan (TU) yang tidak digunakan maka uang tersebut harus disetorkan ke Kas Daerah
dan surat tanda setoran atas penyetoran itu dilampirkan sebagai lampiran pertanggungjawaban
TU. Selanjutnya masih dalam permendagri yang sama pada Lampiran III angka 3 huruf D
dikatakan bahwa Pertanggungjawaban fungsional dibuat oleh Bendahara Pengeluaran dan
disampaikan kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Pertanggungjawaban fungsional bulan terakhir tahun anggaran disampaikan paling lambat hari
kerja terakhir bulan tersebut. Pertanggungjawaban tersebut dilampiri bukti setor Uang
Persediaan.
9

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mestinya uang yang ada di
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran harus disetorkan ke Kas Daerah. Kondisi
ideal ini yang melandasi usulan penulis dalam menyusun arsitektur akuntansi di Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD). Selanjutnya dalam tulisan ini penulis menggunakan pendekatan yang
menggunakan akun RK-PPKD dan RK-SKPD untuk mencatat transaksi keuangan antara SKPD
dengan BUD terkait dengan realisasi anggaran SKPD. RK-PPKD dipandang rekening ekuitas.
Pada awal tahunn anggaran SKPD dapat diberikan Uang Persediaan. Pengaruh dari
transaksi ini adalah uang yang ada di Bendahara Pengeluaran bertambah dan RK-PPKD
bertambah. Kondisi ini dapat dituangkan dalam persamaan akuntansi sebagai berikut :
Kas di Bendahara Pengeluaran = RK-PPKD.
Persamaan ini nanti akan berkembang manakala ada setoran pendapatan daerah yang
diterima oleh bendahara penerimaan sehingga persamaan itu akan menjadi :
Kas di Bendahara Penerimaan +Kas di Bendahara Pengeluaran =RK-PPKD +Pendapatan
Tentunya SKPD tidak akan menggunakan persamaan akuntansi tersebut. Sebagai
gantinya SKPD akan menyusun akun buku besar yang banyak dan nama akunnya disesuaikan
kebutuhan. Untuk tujuan konsolidasi laporan keuangan mestinya pemerintah daerah sudah
menetapkan peraturan kepala daerah terkait dengan penggunakan akun buku besar.
Berdasarkan data di atas unit akuntansi Pelaksanaan Anggaran yang bertanggungjawab
untuk menyusun Laporan realisasi Anggaran akan membuat jurnal yang nampak pada Tabel 8
sebagai berikut :
Tanggal Akun Debit Kredit
a. 1.1.1.03.01-Kas di Bendahara Pengeluaran 5000.000 0
0.0.0.0.0-RK-PPKD 0 5.000.000

c. 0.0.0.0.0-RK-PPKD 120.000.000 0
4.1.2.01.01-Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan 0 120.000.000

d. 1.1.1.02.01-Kas di Bendahara Penerimaan 80.000.000 0
4.1.2.01.01-Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan 0 80.000.000

e. 0.0.0.0.0-RK-PPKD 80.000.000 0
1.1.1.02.01-Kas di Bendahara Penerimaan 0 80.000.000

f. 5.1.1.01.01-Belanja Gaji 20.500.000 0
0.0.0.0.0-RK-PPKD 0 20.500.000

g. 5.2.2.01.01-Belanja Barang dan jasa-ATK 800.000 0
1.1.1.03.01-Kas di Bendahara Pengeluaran 0 800.000

h. 5.2.2.02.04-Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 13.000.000 0
0.0.0.0.0-RK-PPKD 0 13.000.000

i. 5.2.3.03.10-Belanja Modal Ambulance 275.000.000
0.0.0.0.0-RK-PPKD 0 275.000.000

j. 5.2.2.01.01-Belanja Barang dan jasa-ATK 20.000.000 0
0.0.0.0.0-RK-PPKD 0 20.000.000
10


k. 0.0.0.0.0-RK-PPKD 4.200.000 0
1.1.1.03.01-Kas di Bendahara Pengeluaran 0 4.200.000
493.500.000 493.500.000
Tabel : 8 Jurnal Unit Akuntansi Pelaksanaan Anggaran

Dalam ilustrasi di atas, pencatatan atas penerimaan uang oleh Bendahara Penerimaan
menggunakan pendekatan pendapatan yaitu yang dikredit akun Pendapatan.Jika menggunakan
pendekatan Pendapatan dan pada akhir tahun terdapat kas di Bendahara Penerimaan yang
belum disetor, maka dilakukan penyesuaian dengan mendebit akun Pendapatan dan mengkredit
akun Pendapatan yang ditangguhkan.
Terdapat pendekatan lainyaitu transaksi penerimaan pendapatan oleh bendahara
pengeluaran dicatat dengan mendebit akun Kas di Bendahara Penerimaan dan mengkredit akun
Pendapatan yang ditangguhkan. Jika digunakan pendekatan ini, maka setiap terjadi penyetoran
uang dari Bendahara Penerimaan ke KasDaerah perlu dua jurnal yaitu jurnal pertama mendebit
akun RK-PPKD dan mengkredit akun Kas di Bendahara Penerimaan. Jurnal kedua adalah mendebit
akun Pendapatan yang ditangguhkan dan mengkredit akun Pendapatan.
Selanjutnya jurnal tersebut di atas diposting ke akun buku besar yang sesuai dan dari
buku besar tersebut akan disusun neraca saldo sebagaimana terlihat pada Tabel 8 berikut ini.
PEMERINTAH DAERAH XYZ
SKPD X
NERACA SALDO
PER 31 DESEMBER 2012
Nomor dan nama akun Debit Kredit
1.1.1.03.01-Kas di Bendahara Pengeluaran 0 0
1.1.1.02.01-Kas di Bendahara Penerimaan 0 0
0.0.0.0.0-RK-PPKD 0 129.300.000
4.1.2.01.01-Pendapatan Retribusi Pelayanan Kesehatan 0 200.000.000
5.1.1.01.01-Belanja Gaji 20.500.000 0
5.2.2.01.01-Belanja Barang dan jasa-ATK 20.800.000 0
5.2.2.02.04-Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 13.000.000 0
5.2.3.03.10-Belanja Modal Ambulance 275.000.000 0
- 329.300.000 329.300.000
Tabel 9 : Neraca Saldo Unit Akuntansi Pelaksanaan Anggaran

Berdasarkan neraca saldo di atas disusun Laporan Realisasi Anggaran yang tampak
berikut ini:
PEMERINTAH DAERAH XYZ
DINAS KESEHATAN
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012
(DALAM RUPIAH)
Keterangan Anggaran Realisasi Selisih
Pendapatan Retribusi Kesehatan 190.000.000 200.000.000 10,000,000
Belanja :
Belanja Gaji 21.000.000 20.500.000 -500,000
11

Belanja Barang dan jasa-ATK 21.500.000 20.800.000 -700,000
Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 14.000.000 13.000.000 -1000,000
Belanja Modal Ambulance 280.000.000 275.000.000 -5,000,000
Jumlah Belanja 336.500.000 329.300.000 -7,200,000
Surplus (defisit) (146.500.000) (129.300.000) 17.200.000
Tabel 10 : Laporan Realisasi Anggaran

Untuk menyusun Laporan Realisasi Anggaran, kolom realisasi diisi dari neraca saldo di
atas. Sementara itu, data anggaran dapat diperoleh dari DPA setelah perubahan. Data anggaran
ini sebenarnya dapat juga dijurnal atau menurut SE.900/743/BAKD tahun 2007, tentang Modul
Akuntansi Pemerintah Daerah, data anggaran dapat ditulis di header dari masing-masing akun
pendapatan dan belanja.
Saldo akun pendapatan, belanja tidak akan menjadi saldo awal tahun berikutnya,
sehingga menurut penulis akun-akun tersebut pada akhir tahun harus ditutup yaitu dengan
mendebit akun Pendapatan dan mengkredit akun berbagai belanja. Sementara itu selisihnya akan
dimasukkan di sisi debit atau kredit akun RK-PPKD.
Jurnal penutup yang dibuat pada akhir Tahun 2012 oleh unit akuntansi pelaksanaan
anggaran adalah sebagai berikut :
Akun Debit Kredit
RK-PPKD 129.300.000
Pendapatan Retribusi Kesehatan 200.000.000
Belanja Gaji 20.500.000
Belanja Barang dan jasa-ATK 20.800.000
Belanja Barang dan Jasa-Obat obatan 13.000.000
Belanja Modal Ambulance 275.000.000
Jumlah 329.300.000 329.300.000
Tabel 11 : Jurnal Penutup Unit Akuntansi Pelaksanaan Anggaran

Jika jurnal penutup ini diposting ke buku besar, maka semua akun pendapatan, belanja
akan bersaldo nol, sehingga akun-akun tersebut sudah siap untuk menampung transaksi
pelaksanaan anggaran tahun berikutnya. Namun Akun RK-PPKD belum tentu bersaldo nol
manakala ada saldo Uang Persediaan pada akhir tahun belum dipertanggungjawabkan
sebagaimana mestinya.

e. Rekonsiliasi antara Unit Akuntansi Financial dengan Unit Akuntansi Pelaksanaan Anggaran
Untuk menghasilkan informasi yang handal dapat dilakukan rekonsiliasi antara akun RK-
PPKD yang ada di Unit Akuntansi Financial derngan akun RK-PPKD yang ada di Unit Akuntansi
Pelaksanaan Anggaran. Pada tulisan ini tidak mengilustrasikan rekonsiliasi tersebut.

3. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dilihat dari aspek teknis akuntansi,
penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual di tingkat SKPD dapat dilakukan dengan
sederhana dengan membentuk dua unit akuntansi yaitu Unit Akuntansi Financial dan Unit
Akuntansi Pelaksanaan Anggaran. Penggunaan akun RKPPKD yang sudah digunakan selama ini
oleh pemerintah daerah dapat digunakan dalam menyusun rancangan sistem akuntansi berbasis
akrual.
Akun Pendapatan dan belanja ditutup saldonya keakun RK-PPKD, sehingga akun
Pendapatan dan Belanja akan bersaldo nol, sementara itu akun RK-PPKD belum tentu bersaldo
12

nol. Jika masih ada uang persediaan yang belum dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya,
akun RK-PPKD masih ada saldo kredit.




DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
Pemerintah Republik Indonesia,Peratuan Pemerintah 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang
Tatacara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara
serta Penyampaiannya
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.05/2011 tentang
Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan
Kementerian Dalam Negeri,Surat Edaran Nomor 900/316/BAKD Tahun 2007 tentang Pedoman
Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggunjawaban
Keuangan Daerah
Kementerian Dalam Negeri, SE.900/743/BAKD Tahun 2007 tentang Modul Akuntansi Pemerintah
Daerah

Anda mungkin juga menyukai