Anda di halaman 1dari 17

TEKNIK DNA REKOMBINAN

Tugas Mata Kuliah Rekayasa Biokimia






Oleh :
SIGIT MARIYANTO
NPM : 1327011034










PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

TEKNIK DNA REKOMBINAN

A. PENDAHULUAN
Secara klasik analisis molekuler protein dan materi lainnya dari kebanyakan
organisme ternyata sangat tidak mudah untuk dilakukan karena adanya kesulitan
untuk memurnikannya dalam jumlah besar. Namun, sejak tahun 1970-an
berkembang suatu teknologi yang dapat diterapkan sebagai pendekatan dalam
mengatasi masalah tersebut melalui isolasi dan manipulasi terhadap gen yang
bertanggung jawab atas ekspresi protein tertentu atau pembentukan suatu produk.
Teknologi yang dikenal sebagai teknologi DNA rekombinan, atau dengan
istilah yang lebih populer rekayasa genetika, ini melibatkan upaya perbanyakan
gen tertentu di dalam suatu sel yang bukan sel alaminya sehingga sering pula
dikatakan sebagai kloning gen.
DNA rekombinan adalah DNA yang urutannya telah direkombinasikan agar
memiliki sifat- sifat atau fungsi yang kita inginkan sehingga organisme
penerimanya mengekspresikan sifat atau melakukan fungsi yang kita inginkan.
Misalnya, kita membuat DNA rekombinan yang memiliki fungsi membuat
insulin. DNA ini kemudian kita masukan ke dalam bakteri dengan harapan bakteri
tersebut dapat menghasilkan insulin. DNA rekombinan dilakukan melalui
penyisipan gen dengan plasmid sebagai vektornya/ kendaraan pemindah.
Teknologi DNA rekombinan mempunyai dua segi manfaat. Pertama, dengan
mengisolasi dan mempelajari masing-masing gen akan diperoleh pengetahuan
tentang fungsi dan mekanisme kontrolnya. Kedua, teknologi ini memungkinkan
diperolehnya produk gen tertentu dalam waktu lebih cepat dan jumlah lebih besar
daripada produksi secara konvensional.
Dua komponen utama yang terlibat di dalam rekayasa genetika, yaitu :
1) Plasmid
Plasmid adalah molekul DNA berantai rangkap dan berbentuk cincin. Plasmid
ditemukan didalam sel bakteri dan dapat berbiak secara bebas, lepas dari
kromosom induk. Dalam rekayasa genetika, plasmid berperan sebagai vektor
(kendaraan) yang digunakan untuk mentransfer dan memperbanyak gen asing.
Keuntungan penggunaan plasmid adalah dapat di pindahkan dari satu sel ke
sel yang lain, misalnya melalui cara transformasi. Ketika satu gen asing
(biasanya diekstrak dari satu kromosom sel eukariotik) telah disisipkan ke
dalam satu plasmid, ia akan bertindak seperti kendaraaan yang mengangkut
gen ke dalam sel bakteri. Plasmid yang membawa gen tersebut siap di
absorpsi dan di replikasikan oleh bakteri sehingga setiap anakan sel yang
dihasilkan akan mewarisi gen gen baru. Selanjutnya, setiap bakteri didalam
kultur gen- gen akan menginstruksi, misalnya hasilkan hormon insulin
manusia. Adapun beberapa cara pemindahan DNA diantaranya adalah:
a. Konjugasi: pemindahan DNA dalam sel bakteri melalui kontak fisik antar
kedua sel.
b. Transformasi: pengambilan DNA oleh bakteri dari lingkungan sekitarnya.
c. Transduksi: pemindahan DNA daribsatu sel ke sel lainnya melaui
perantara


2) Enzim
Dalam rekayasa genetika dikenal dua macam bahan kimia yang berperan
penting. Kedua macam bahan kimia tersebut adalah enzim pemutus (retriksi
endonuklease) dan enzimperekat (ligase).
Enzim retriksi endonuklease merupakan enzim khusus dari bakteri yang
berguna sebagai alat pertahanan tubuh. Misalnya untuk melawan DNA asing
yang menyusup masuk, seperti yang berasal dari virus. Dalam dunia rekayasa
genetika, enzim tersebut bertindak sebagai gunting biologi yang berfungsi
untuk memotong/ menggunting rantai DNA pada tempat- tempat khusus.
Enzim retriksi endonuklease memiliki dua keutamaan. Pertama, memiliki
fungsi kerja spesifik. Dalam hal ini enzim mampu mengenal dan memotong
urutan nukleotida tertentu pada DNA. Kedua, mampu menghasilkan
potongan- potongan runcing ketika memotong rantai ganda DNA. Fragmen-
fragmen yang dihasilkannya adalah berupa ujung runcing (ujung lengket) yang
terdiri atas untaian tunggal. Setiap ujung dari fragmen memiliki bagian yang
menjorok dengan urutan basa yang dapat dikenali dan dipasangi oleh basa
yang terletak di ujung untaian lainnya. Misalnya, ujung untaian tunggal
dengan urutan basa AATT pada satu ujung dan TTAA pada ujung yang lain.
Kedua fragmen tersebut dapat disambungkan sehingga membentuk satu
untaian nukleotida lagi. Dalam hal ini, enzim ligase berfungsi untuk
merekatkan dan mempersatukan fragmen- fragmen/ potongan- potongan
DNA.
Adapun teknik pembuatan DNA rekombinan adalah sebagai berikut:
1. Teknik mengisolasi DNA;
2. Teknik memotong DNA dengan menggunakan enzim retriksi endonuklease;
3. Teknik menggabung/ menyambung DNA dengan menggunakan enzim ligase;
4. Teknik memasukkan DNA kedalam sel hidup (vektor)
5. Transformasi dan seleksi

B. PEMBAHASAN
1. Tehnik mengisolasi DNA
Isolasi DNA diawali dengan perusakan dan atau pembuangan dinding sel,
yang dapat dilakukan baik dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan
tinggi, beku-leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim.
Langkah berikutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif lunak dapat
dengan mudah diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik, sedangkan
bahan-bahan yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan deterjen yang kuat
seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat (SDS). Pada eukariot
langkah ini harus disertai dengan perusakan membran nukleus. Setelah sel
mengalami lisis, remukan-remukan sel harus dibuang. Biasanya pembuangan
remukan sel dilakukan dengan sentrifugasi. Protein yang tersisa dipresipitasi
menggunakan fenol atau pelarut organik seperti kloroform untuk kemudian
disentrifugasi dan dihancurkan secara enzimatis dengan proteinase. DNA yang
telah dibersihkan dari protein dan remukan sel masih tercampur dengan RNA
sehingga perlu ditambahkan RNAse untuk membersihkan DNA dari RNA.
Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan dengan
penambahan amonium asetat dan alkohol atau dengan sentrifugasi kerapatan
menggunakan CsCl. Teknik isolasi DNA tersebut dapat diaplikasikan, baik
untuk DNA genomik maupun DNA vektor, khususnya plasmid. Untuk
memilih di antara kedua macam molekul DNA ini yang akan di isolasi dapat
digunakan dua pendekatan. Pertama, plasmid pada umumnya berada dalam
struktur tersier yang sangat kuat atau dikatakan mempunyai bentuk covalently
closed circular (CCC), sedangkan DNA kromosom jauh lebih longgar ikatan
kedua untainya dan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi. Perbedaan
tersebut menyebabkan DNA plasmid jauh lebih tahan terhadap denaturasi
apabila dibandingkan dengan DNA kromosom. Oleh karena itu, aplikasi
kondisi denaturasi akan dapat memisahkan DNA plasmid dengan DNA
kromosom. Pendekatan kedua didasarkan atas perbedaan daya serap etidium
bromid, zat pewarna DNA yang menyisip atau melakukan interkalasi di sela-
sela basa molekul DNA. DNA plasmid akan menyerap etidium bromid jauh
lebih sedikit daripada jumlah yang diserap oleh DNA kromosom per satuan
panjangnya. Dengan demikian, perlakuan menggunakan etidium bromid akan
menjadikan kerapatan DNA kromosom lebih tinggi daripada kerapatan DNA
plasmid sehingga keduanya dapat dipisahkan melalui sentrifugasi kerapatan.
Secara umum mekanisme isolasi total DNA seluler secara konvensional
adalah sebagai berikut:
1) Homogenisasi sel/jaringan (dalam suhu 4
0
C, semua bahan dan peralatan
steril)
2) Lisis seluler (dengan detergen atau lisosim)
3) Penambahan chelating agents: EDTA/sitrat
4) Penambahan proteinase (proteinase K)
5) Ekstraksi fenol (atau fenol-khloroform)
6) Presipitasi alkohol (70% atau 100% etanol)
7) Pelarutan kembali DNA, misalnya dengan bufer TE (Tris-EDTA)
Beberapa senyawa mempunyai fungsi multipel dalam protokol ekstraksi asam
nukleat. Agen chaotropic seperti GuSCN (guanidine isothiocyanate), NaI
(sodium iodide), dan LiCl (lithium chloride) memiliki kemampuan untuk
menghancurkan kapsul lemak dan merusak integritas sel, denaturasi protein
dan menginaktivasi nuklease. GuSCN dengan molaritas di atas 4 M dapat
mempresipitasi DNA dan RNA berberat molekular tinggi.

2. Teknik memotong DNA dengan menggunakan enzim retriksi
endonuklease
Enzim restriksi atau disebut juga enzim endonuklease restriksi merupakan
bagian dari sistem kekebalan bakteri untuk melindungi bakteri dari infeksi
DNA asing. Enzim endonuklease restriksi biasanya diberi nama berdasarkan
nama bakteri asal enzim tersebut di isolasi. Saat ini telah dikenal lebih dari
200 enzim restriksi dengan sekuens tempat pembelahan yang spesifik.
Perkembangan teknik pemotongan DNA berawal dari saat ditemukannya
sistem restriksi dan modifikasi DNA pada bakteri E. coli, yang berkaitan
dengan infeksi virus atau bakteriofag lambda (l). Virus l digunakan untuk
menginfeksi dua strain E. coli, yakni strain K dan C.
Jika l yang telah menginfeksi strain C diisolasi dari strain tersebut dan
kemudian digunakan untuk mereinfeksi strain C, maka akan diperoleh l
progeni (keturunan) yang lebih kurang sama banyaknya dengan jumlah yang
diperoleh dari infeksi pertama. Dalam hal ini, dikatakan bahwa efficiency of
plating (EOP) dari strain C ke strain C adalah 1. Namun, jika l yang diisolasi
dari strain C digunakan untuk menginfeksi strain K, maka nilai EOP-nya
hanya 10
-4
. Artinya, hanya ditemukan l progeni sebanyak 1/10.000 kali jumlah
yang diinfeksikan. Sementara itu, l yang diisolasi dari strain K mempunyai
nilai EOP sebesar 1, baik ketika direinfeksikan pada strain K maupun pada
strain C. Hal ini terjadi karena adanya sistem restriksi/modifikasi (r/m) pada
strain K.
DNA bakteriofag l yang mampu bertahan dari perusakan oleh enzim restriksi
pada siklus infeksi pertama akan mengalami modifikasi dan memperoleh
kekebalan terhadap enzim restrisksi tersebut. Namun, kekebalan ini tidak
diwariskan dan harus dibuat pada setiap akhir putaran replikasi DNA. Dengan
demikian, bakteriofag l yang diinfeksikan dari strain K ke strain C dan
dikembalikan lagi ke strain K akan menjadi rentan terhadap enzim restriksi.
Metilasi hanya terjadi pada salah satu di antara kedua untai molekul DNA.
Berlangsungnya metilasi ini demikian cepatnya pada tiap akhir replikasi
hingga molekul DNA baru hasil replikasi tidak akan sempat terpotong oleh
enzim restriksi. Enzim restriksi dari strain K telah diisolasi dan banyak
dipelajari. Selanjutnya, enzim ini dimasukkan ke dalam suatu kelompok enzim
yang dinamakan enzim restriksi tipe I. Banyak enzim serupa yang
ditemukan kemudian pada berbagai spesies bakteri lainnya.
Pada tahun 1970 T.J. Kelly menemukan enzim pertama yang kemudian
dimasukkan ke dalam kelompok enzim restriksi lainnya, yaitu enzim restriksi
tipe II. Ia mengisolasi enzim tersebut dari bakteri Haemophilus influenzae
strain Rd, dan sejak saat itu ditemukan lebih dari 475 enzim restriksi tipe II
dari berbagai spesies dan strain bakteri. Semuanya sekarang telah menjadi
salah satu komponen utama dalam tata kerja rekayasa genetika.
Enzim restriksi tipe II antara lain mempunyai sifat-sifat umum yang penting
sebagai berikut:
1) Mengenali urutan tertentu sepanjang empat hingga tujuh pasang basa di
dalam molekul DNA.
2) Memotong kedua untai molekul DNA di tempat tertentu pada atau di dekat
tempat pengenalannya.
3) Menghasilkan fragmen-fragmen DNA dengan berbagai ukuran dan urutan
basa.
Tempat pemotongan pada kedua untai DNA sering kali terpisah sejauh
beberapa pasang basa. Pemotongan DNA dengan tempat pemotongan
semacam ini akan menghasilkan fragmen-fragmen dengan ujung 5 yang
runcing karena masing-masing untai tunggalnya menjadi tidak sama panjang.
Dua fragmen DNA dengan ujung yang runcing akan mudah disambungkan
satu sama lain sehingga ujung runcing sering pula disebut sebagai ujung
lengket (sticky end) atau ujung kohesif.
Hal itu berbeda dengan enzim restriksi seperti Hae III, yang mempunyai
tempat pemotongan DNA pada posisi yang sama. Kedua fragmen hasil
pemotongannya akan mempunyai ujung 5 yang tumpul karena masing-
masing untai tunggalnya sama panjangnya. Fragmen-fragmen DNA dengan
ujung tumpul (blunt end) akan sulit untuk disambungkan. Biasanya
diperlukan perlakuan tambahan untuk menyatukan dua fragmen DNA dengan
ujung tumpul, misalnya pemberian molekul linker, molekul adaptor, atau
penambahan enzim deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis untai
tunggal homopolimerik 3.
Contoh enzim-enzim restriksi:
Enzim Organisme Urutan Pengenal Ujung Potongan
EcoRI Escherichia
coli RY13
GAATTC sticky-end
HindIII Haemophylus
influenzae Rd
AAGCTT sticky-end
HinfI Haemophylus
influenzae Rf
GANTC sticky-end
HaeIII Haemophilus
aegyptius
GGCC blund end
AluI Arthrobacter
luteus
AGCT blund end
SmaI Serratia
marcescens
CCCGGG blund end
XbaI Xanthomonas
badrii
TCTAGA sticky-end

3. Teknik menggabung/menyambung DNA dengan menggunakan enzim
Ligase
Pemotongan DNA genomik dan DNA vektor menggunakan enzim restriksi
harus menghasilkan ujung-ujung potongan yang kompatibel. Artinya,
fragmen-fragmen DNA genomik nantinya harus dapat disambungkan
(diligasi) dengan DNA vektor yang sudah berbentuk linier.
Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk meligasi fragmen-fragmen DNA
secara in vitro. Pertama, ligasi menggunakan enzim DNA ligase dari bakteri.
Kedua, ligasi menggunakan DNA ligase dari sel-sel E. coli yang telah
diinfeksi dengan bakteriofag T
4
atau lazim disebut sebagai enzim T
4
ligase.
Jika cara yang pertama hanya dapat digunakan untuk meligasi ujung-ujung
lengket, cara yang kedua dapat digunakan baik pada ujung lengket maupun
pada ujung tumpul. Sementara itu, cara yang ketiga telah disinggung di atas,
yaitu pemberian enzim deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis untai
tunggal homopolimerik 3. Dengan untai tunggal semacam ini akan diperoleh
ujung lengket buatan, yang selanjutnya dapat diligasi menggunakan DNA
ligase.
Suhu optimum bagi aktivitas DNA ligase sebenarnya 37C. Akan tetapi, pada
suhu ini ikatan hidrogen yang secara alami terbentuk di antara ujung-ujung
lengket akan menjadi tidak stabil dan kerusakan akibat panas akan terjadi pada
tempat ikatan tersebut. Oleh karena itu, ligasi biasanya dilakukan pada suhu
antara 4 dan 15C dengan waktu inkubasi (reaksi) yang diperpanjang (sering
kali hingga semalam).
Pada reaksi ligasi antara fragmen-fragmen DNA genomik dan DNA vektor,
khususnya plasmid, dapat terjadi peristiwa religasi atau ligasi sendiri sehingga
plasmid yang telah dilinierkan dengan enzim restriksi akan menjadi plasmid
sirkuler kembali. Hal ini jelas akan menurunkan efisiensi ligasi. Untuk
meningkatkan efisiensi ligasi dapat dilakukan beberapa cara, antara lain
penggunaan DNA dengan konsentrasi tinggi (lebih dari 100g/ml), perlakuan
dengan enzim alkalin fosfatase untuk menghilangkan gugus fosfat dari ujung
5 pada molekul DNA yang telah terpotong, serta pemberian molekul linker,
molekul adaptor, atau penambahan enzim deoksinukleotidil transferase untuk
menyintesis untai tunggal homopolimerik 3 seperti telah disebutkan di atas.

4. Teknik memasukan DNA kedalam sel hidup ( Vector )
Vector adalah sebuah agen yang dapat membawa fragmen DNA ke dalam sel
inang. Ada dua macam vector yaitu vector cloning yang digunakan untuk
memproduksi fragmen DNA dan vector ekspresi yang digunakan untuk
mengekspresikan gen tertentu dalam fragmen DNA. Ada beberapa vector
yang sering digunakan dalam teknik DNA rekombinan, antara lain plasmid,
phaga, cosmid, YAC, BAC, dan Ti-Plasmid.
a. Plasmid
Plasmid merupakan DNA bakteri yang terpisah dari kromosom bakteri.
Plasmid dapat bereplikasi sendiri. Plasmid juga mengandung berbagai gen.
Jenis, jumlah jenis, dan jumlah tiap jenis (copy) plasmid bervariasi antar
sel. Bahkan antar sel dalam satu spesies bakteri. Ukuran plasmid berkisar
antara beberapa kbp hingga mendekati 100kbp. Sebuah vector plasmid
juga harus mengandung gen resistensi obat untuk amplifikasi selektif.
Plasmid dapat dimodifikasi untuk mampu membawa potongan DNA lain
ke dalam sel bila memiliki:
1) Replikator (origin of replication)
2) Penanda (Marker) yang mudah diseleksi (misalnya gen ketahanan
terhadap antibiotik)
3) Situs untuk mengklon (potongan DNA yang memiliki urutan basa
nukleotida yang menjadi sasaran enzim restriksi tetapi tidak terletak di
dalam daerah replikator atau penanda
b. Phaga
Phaga merupakan virus yang dapat menginfeksi bakteri, tersusun atas
molekul DNA yang membawa beberapa gen dan kapsid (molekul protein
yang membungkus). Keuntungan utama dari vector phaga adalah efisiensi
transformasi yang tinggi, sekitar 1000 kali lebih efisien dari pada vector
plasmid.
c. Cosmid
Cosmid merupakan vector kombinasi antara vector plasmid dan situs COS
yang memungkinkan DNA target untuk dimasukkan ke dalam kepala situs
COS. Teknik ini memiliki keuntungan yaitu efisiensi transformasi yang
tinggi dan cosmid dapat membawa 45 kbp dibandingkan plasmid dan
phaga yang dibatasi hingga 25 kbp.
d. YAC
Yeast Artificial Chromosomes (YAC) merupakan vector yang mampu
membawa fragmen DNA hingga sebesar 2mbp, untuk membuat pustaka
genom yang berukuran besar. Digunakan untuk membuat pengurutan
(sequencing) organisme genom organisme eukaryote, namun efisiensi
transformasi sangat rendah.
e. BAC
Bacterial Artificial Chromosomes (BAC) adalah membentuk DNA
berdasarkan kesuburan fungsional plasmid (atau F-plasmid), digunakan
untuk mengubah dan kloning pada bakteri, F-plasmid memainkan peran
penting partisi karena mengandung gen yang mempromosikan pemerataan
plasmid setelah pembelahan sel bakteri. Buatan bakteri yang biasa
menyisipkan kromosom ukuran 150-350 KBP, tetapi dapat lebih besar dari
700 KBP.
f. Ti-Plasmid
Ti-Plasmid merupakan vector plasmid yang berukuran besar (200-900
kbp) pada sel bakteri Agrobacterium. Agrobacterium mampu menginfeksi
tanaman dengan mengintgrasi pada DNA kromosom tanaman. Sifat unik
inilah yang memungkinkan Ti-Plasmid menjadi alat transport dari gen lain
dengan cara menyisipkan gen asing tersebut pada T-DNA. Kemudian
dengan sengaja Agrobacterium diinfeksikan pada sel atau jaringan
tanaman yang memiliki potensi menjadi tanaman utuh. Keuntungan teknik
ini antara lain adalah gen yang terintegrasi umumnya hanya satu copy atau
sedikit karena disisipkan pada T-DNA.
5. Transformasi dan seleksi
Tahap berikutnya setelah ligasi adalah analisis terhadap hasil pemotongan
DNA genomik dan DNA vektor serta analisis hasil ligasi molekul-molekul
DNA tersebut. menggunakan teknik elektroforesis. Jika hasil elektroforesis
menunjukkan bahwa fragmen-fragmen DNA genomik telah terligasi dengan
baik pada DNA vektor sehingga terbentuk molekul DNA rekombinan,
campuran reaksi ligasi dimasukkan ke dalam sel inang agar dapat
diperbanyak dengan cepat. Dengan sendirinya, di dalam campuran reaksi
tersebut selain terdapat molekul DNA rekombinan, juga ada sejumlah
fragmen DNA genomik dan DNA plasmid yang tidak terligasi satu sama lain.
Tahap memasukkan campuran reaksi ligasi ke dalam sel inang ini dinamakan
transformasi karena sel inang diharapkan akan mengalami perubahan sifat
tertentu setelah dimasuki molekul DNA rekombinan.
Oleh karena DNA yang dimasukkan ke dalam sel inang bukan hanya DNA
rekombinan, maka kita harus melakukan seleksi untuk memilih sel inang
transforman yang membawa DNA rekombinan. Selanjutnya, di antara sel-sel
transforman yang membawa DNA rekombinan masih harus dilakukan seleksi
untuk mendapatkan sel yang DNA rekombinannya membawa fragmen
sisipan atau gen yang diinginkan.
Cara seleksi sel transforman akan diuraikan lebih rinci pada penjelasan
tentang plasmid. Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi
setelah transformasi dilakukan, yaitu (1) sel inang tidak dimasuki DNA apa
pun atau berarti transformasi gagal, (2) sel inang dimasuki vektor religasi
atau berarti ligasi gagal, dan (3) sel inang dimasuki vektor rekombinan
dengan/tanpa fragmen sisipan atau gen yang diinginkan. Untuk membedakan
antara kemungkinan pertama dan kedua dilihat perubahan sifat yang terjadi
pada sel inang. Jika sel inang memperlihatkan dua sifat marker vektor, maka
dapat dipastikan bahwa kemungkinan kedualah yang terjadi. Selanjutnya,
untuk membedakan antara kemungkinan kedua dan ketiga dilihat pula
perubahan sifat yang terjadi pada sel inang. Jika sel inang hanya
memperlihatkan salah satu sifat di antara kedua marker vektor, maka dapat
dipastikan bahwa kemungkinan ketigalah yang terjadi.
Seleksi sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan dilakukan
dengan mencari fragmen tersebut menggunakan fragmen pelacak (probe),
yang pembuatannya dilakukan secara in vitro menggunakan teknik reaksi
polimerisasi berantai atau polymerase chain reaction (PCR). Pelacakan
fragmen yang diinginkan antara lain dapat dilakukan melalui cara yang
dinamakan hibridisasi koloni. Koloni-koloni sel rekombinan ditransfer ke
membran nilon, dilisis agar isi selnya keluar, dibersihkan protein dan
remukan sel lainnya hingga tinggal tersisa DNAnya saja. Selanjutnya,
dilakukan fiksasi DNA dan perendaman di dalam larutan pelacak. Posisi-
posisi DNA yang terhibridisasi oleh fragmen pelacak dicocokkan dengan
posisi koloni pada kultur awal (master plate). Dengan demikian, kita bisa
menentukan koloni-koloni sel rekombinan yang membawa fragmen yang
diinginkan.

C. KESIMPULAN
Teknik DNA rekombinan adalah rekayasa genetika untuk menghasilkan sifat
baru dengan cara merekombinasikan gen tertentu dengan DNA genom. Teknik
DNA rekombinan merupakan kumpulan teknik untuk merekombinasi gen
dalam tabung reaksi. Teknik itu diantaranya isolasi DNA, teknik memotong
DNA, teknik menggabung DNA dan teknik untuk memasukan DNA ke dalam
sel hidup.







DAFTAR PUSTAKA

1. http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2012/01/12/genetika-lanjut-rekayasa-
genetika/

2. http://biogen.litbang.deptan.go.id/index.php/2013/01/prinsip-dasar-teknik-
teknik-dna-rekombinan-analisis-transkrip-dan-analisis-protein/
3. http://biomol.wordpress.com/bahan-ajar/dasar-tek-dna-rek/

4. http://teknogaptek.blogspot.com/2012/01/rekayasa-genetika.html

Anda mungkin juga menyukai