Anda di halaman 1dari 17

c

a
k
u
l

5
0
8
0
b
y
k
h
b
a
s
a
r
;
s
e
m
1
2
0
1
0
-
2
0
1
1
Bab 7
Persamaan Dierensial Biasa
Dalam banyak persoalan sika, suatu topik sering dinyatakan dalam bentuk
perubahan (laju perubahan). Telah disinggung sebelumnya bahwa peru-
bahan sering dinyatakan dalam bentuk dierensial (turunan). Persamaan
matematik yang melibatkan adanya laju perubahan merupakan persamaan
dierensial. Dengan demikian cara untuk menyelesaikan persamaan die-
rensial (mencari solusi persamaan dierensial) merupakan hal yang sangat
penting. Dalam BAB ini akan dibahas metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan persamaan dierensial (khusus persamaan dierensial biasa).
Yang dimaksud solusi dari suatu persamaan dierensial adalah bentuk
ungkapan matematik yang memenuhi persamaan dierensial yang dimaksud.
Misalkan suatu persamaan dierensial yang berbentuk
dy
dx
= 2, maka yang
termasuk solusinya adalah y = 2x, atau y = 2x + 1 atau y = 2x 50 dan
lain sebagainya yang secara umum berbentuk y = 2x + const. Kesemua
bentuk fungsi y tersebut bila disubstitusikan ke persamaan dierensial yang
dimaksud akan memberikan nilai yang benar (identitas).
Untuk mempermudah penulisan, digunakan notasi y

untuk menyatakan
turunan pertama y terhadap x dan y

menyatakan turunan kedua y terhadap


x, hal ini berarti
y

=
dy
dx
y

=
d
2
y
dx
2
(7.1)
Yang disebut orde dari persamaan dierensial adalah tingkatan tertinggi
dari turunan yang terlibat dalam persamaan dierensial tersebut. Persamaan-
133
134 Persamaan Dierensial Biasa
persamaan dierensial berikut ini adalah contoh persamaan orde satu:
y

+ xy
2
= 1,
xy

+ y = e
x
,
dv
dt
= g,
L
dI
dt
+ RI = V
sedangkan persamaan dierensial m
d
2
r
dt
2
= kr adalah contoh persamaan
dierensial orde dua.
Suatu persamaan dierensial linier adalah persamaan dierensial yang
berbentuk (dengan x merupakan variabel tak bebas dan y adalah variabel
bebas)
a
0
y + a
1
y

+ a
2
y

+ a
3
y

+ . . . = b
dengan a dan b adalah konstanta atau fungsi dari variabel tak bebas x.
Berikut ini adalah contoh persamaan dierensial yang tak linier
y

+ xy
2
= 1 (tak linier karena ada suku y
2
)
y

= cot y (tak linier karena ada suku cot y)


yy

= 1 (tak linier karena ada suku yy

)
y
2
= xy (tak linier karena ada suku y
2
)
7.1 Pemisahan Persamaan
Salah satu cara penyelesaian persamaan dierensial orde satu yang linier
adalah dengan pengintegralan. Suatu persamaan dierensial yang berbentuk
y

=
dy
dx
= f(x) dapat dituliskan dengan memisahkan persamaannya menjadi
berbentuk dy = f(x)dx dan kemudian solusinya dapat diperoleh dengan
mengintegralkan kedua ruas.
Contoh 1
Ingin dicari solusi dari persamaan
xy

= y + 1 (7.2)
c
a
k
u
l

5
0
8
0
b
y
k
h
b
a
s
a
r
;
s
e
m
1
2
0
1
0
-
2
0
1
1
7.1 Pemisahan Persamaan 135
Bila persamaan tersebut dibagi dengan x(y +1) maka akan diperoleh bentuk
y

y + 1
=
1
x
atau
dy
y + 1
=
dx
x
(7.3)
bila kedua ruas diintegralkan akan didapat
_
dy
y + 1
=
_
dx
x
(7.4)
yang memberikan hasil dalam bentuk
ln(y + 1) = ln x + const = ln x + ln a = ln(ax) (7.5)
dengan demikian solusi yang didapat adalah berbentuk
y + 1 = ax = y = ax 1 (7.6)
dengan a adalah konstanta. Solusi tersebut dinamakan solusi umum dari
persamaan dierensial yang dimaksud.
Contoh 2
Diketahui laju peluruhan zat radioaktif sebanding dengan zat radioaktif yang
tersisa. Persoalan ini bila dirumuskan dalam persamaan dierensial adalah
dN
dt
= N (7.7)
Persamaan dierensial tersebut dapat dituliskan dalam bentuk
dN
N
= dt
yang bila diintegralkan akan menghasilkan persamaan ln N = t + const.
Kemudian misalkan diketahui bahwa pada saat awal jumlah zat radioaktif
adalah N = N
0
, maka jumlah zat radioaktif setelah waktu t adalah N =
N
0
e
t
.
Contoh 3
Selesaikan persamaan dierensial berikut
xy

= y (7.8)
Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai
x
dy
dx
= y =
dy
y
=
dx
x
136 Persamaan Dierensial Biasa
Kemudian bila persamaan tersebut diintegralkan maka akan diperoleh
_
dy
y
=
_
dx
x
ln y = ln x + const
y = e
x
+ const
7.2 Persamaan Linier Orde Satu
Persamaan dierensial linier orde satu adalah persamaan dierensial yang
mengandung suku y

dan tak ada turunan yang lebih tinggi. Suatu PDB


linier orde satu mempunyai bentuk
y

+ Py = Q (7.9)
di mana P dan Q adalah fungsi dari x. Untuk menyelesaikan PDB tersebut,
tinjau kondisi jika Q = 0 sehingga PDB tersebut menjadi berbentuk
y

+ Py = 0 =
dy
dx
= Py (7.10)
Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikerjakan seba-
gai berikut
dy
y
= P dx
ln y =
_
P dx + C = y = Ae

P dx
Jika digunakan notasi I =
_
P dx, maka berarti
dI
dx
= P sehingga dapat
dituliskan bahwa y = Ae
I
atau ye
I
= A. Selanjutnya
d
dx
(ye
I
) = y

e
I
+ ye
I
dI
dx
= y

e
I
+ ye
I
P = e
I
(y

+ Py)
Dengan demikian bila persamaan 7.9 dikalikan dengan e
I
, maka berarti
e
I
(y

+ Py) = e
I
Q =
d
dx
(ye
I
) (7.11)
Kemudian dengan mengintegralkan persamaan tersebut maka diperoleh
ye
I
=
_
Qe
I
dx + C = y = e
I
_
Qe
I
dx + Ce
I
c
a
k
u
l

5
0
8
0
b
y
k
h
b
a
s
a
r
;
s
e
m
1
2
0
1
0
-
2
0
1
1
7.2 Persamaan Linier Orde Satu 137
Maka solusi PDB linier orde satu sebagaimana ditunjukkan dengan persa-
maan 7.9 adalah
y = e
I
_
Qe
I
dx + Ce
I
(7.12)
dengan I =
_
P dx.
Contoh
Carilah solusi persamaan dierensial (1 + x
2
)y

+ 6xy = 2x.
Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan 7.9 yaitu
y

+
6x
1 + x
2
y =
2x
1 + x
2
yang berarti P =
6x
1 + x
2
dan Q =
2x
1 + x
2
. Jadi
I =
_
P dx =
_
6x
1 + x
2
dx = 3 ln(1 + x
2
)
e
I
= e
3 ln(1+x
2
)
= (1 + x
2
)
3
ye
I
=
_
Qe
I
dx =
_
2x
1 + x
2
_
1 + x
2
_
3
dx
=
1
3
(1 + x
2
)
3
+ C
= y =
1
3
+
C
(1 + x
2
)
3
Persamaan Bernoulli
Persamaan dierensial yang berbentuk
y

+ Py = Qy
n
(7.13)
dengan P dan Q merupakan fungsi dari x dikenal sebagai persamaan Berno-
ulli. Meskipun persamaan tersebut bukanlah persamaan linier (karena ada
faktor pangkat n) namun dapat dilakukan pengubahan variabel sehingga
diperoleh persamaan yang berbentuk linier. Untuk mengubahnya menjadi
persamaan dierensial linier maka digunakan variabel baru z = y
1n
. Die-
rensialkan z terhadap y maka akan diperoleh
dz
dy
= (1 n)y
n
= z

= (1 n)y
n
y

(7.14)
138 Persamaan Dierensial Biasa
selanjutnya bila persamaan 7.13 dikalikan dengan (1 n)y
n
maka akan
diperoleh
(1 n)y
n
y

+ (1 n)Py
1n
= (1 n)Q
z

+ (1 n)Pz = (1 n)Q
(7.15)
Perhatikan bahwa karena n adalah suatu bilangan tertentu yang konstan,
maka bentuk persamaan tersebut di atas menjadi seperti persamaan 7.9 se-
hingga solusinya dapat dicari menggunakan cara yang sama sebagaimana
yang telah diuraikan sebelumnya.
Persamaan Eksak
Persamaan dierensial yang berbentuk
Pdx + Qdy = 0 atau y

=
P
Q
(7.16)
disebut persamaan (dierensial) eksak jika terpenuhi hubungan
P
y
=
Q
x
.
Dalam hal ini dapat dinyatakan Pdx+Qdy = dF = 0, yang berarti solusinya
adalah F(x, y) = const.
Suatu persamaan dierensial yang tak-eksak seringkali dapat dibuat menjadi
eksak dengan mengalikannya dengan suatu faktor tertentu.
Contoh
Tentukan solusi persamaan dierensial y

=
y
x
.
Persamaan dierensial tersebut dapat dituliskan dalam bentuk xdyydx = 0.
Yang berarti P = y dan Q = x. Karena
P
y
=
Q
x
, maka persama-
an dierensial tersebut bukanlah persamaan eksak. Namun bila persamaan
dierensial tersebut dikalikan dengan
1
x
2
, maka akan diperoleh
xdy ydx
x
2
=
1
x
dy
y
x
2
dx = d
_
y
x
_
= 0
Dalam hal ini P =
y
x
2
dan Q =
1
x
sehingga
P
y
=
1
x
2
dan
Q
x
=

1
x
2
. Artinya persamaan dierensial tersebut menjadi persamaan eksak dan
solusinya adalah dF = d
_
y
x
_
= 0 atau
y
x
= const.
c
a
k
u
l

5
0
8
0
b
y
k
h
b
a
s
a
r
;
s
e
m
1
2
0
1
0
-
2
0
1
1
7.3 Persamaan Linier Orde Dua dengan Ruas Kanan Sama
dengan Nol 139
Persamaan Homogen
Suatu fungsi homogen berderajat n dari x dan y adalah suatu fungsi yang
dapat dituliskan dalam bentuk x
n
f(y/x). Misalnya fungsi x
3
xy
2
dapat
dituliskan dalam bentuk x
3
[1 (y/x)
2
] sehingga fungsi tersebut dikatakan
fungsi homogen berderajat 3.
Suatu persamaan homogen adalah persamaan yang berbentuk
P(x, y)dx + Q(x, y)dy = 0 (7.17)
dengan P dan Q adalah dua buah fungsi homogen dengan derajat yang sama.
Jika dua buah fungsi homogen dengan derajat yang sama tersebut dibagi,
maka faktor x
n
akan hilang dan yang tersisa adalah suatu fungsi dari
y
x
.
Artinya dapat dituliskan
y

=
dy
dx
=
P(x, y)
Q(x, y)
= f
_
y
x
_
7.3 Persamaan Linier Orde Dua dengan Ruas
Kanan Sama dengan Nol
PDB yang dimaksud adalah yang berbentuk
a
2
d
2
y
dx
2
+ a
1
dy
dx
+ a
0
y = 0 (7.18)
Untuk memudahkan penulisan diperkenalkan suatu operator dierensial ya-
itu D di mana D =
d
dx
. Artinya Dy =
dy
dx
= y

dan D
2
y =
d
dx
_
dy
dx
_
=
d
2
y
dx
2
= y

. Dengan menggunakan operator dierensial D tersebut maka per-


samaan 7.18 dapat dituliskan dalam bentuk
a
2
D
2
y + a
1
Dy + a
0
y = 0 atau
_
a
2
D
2
+ a
1
D + a
0
_
y = 0 (7.19)
Persamaan a
2
D
2
+a
1
D+a
0
= 0 disebut sebagai persamaan karakteristik dari
persamaan dierensial yang bersangkutan. Perhatikan bahwa persamaan ka-
rakteristik tersebut mempunyai bentuk mirip persamaan kuadrat dalam D.
Jika persamaan karakteristik tersebut dapat difaktorkan dan diperoleh akar-
akarnya, maka solusi persamaan dierensial yang bersangkutan berkaitan
dengan akar-akar persamaan karakteristiknya. Misalkan persamaan karak-
teristik suatu PDB orde dua mempunyai akar-akar yang dapat dinyatakan
sebagai D = d
1
dan D = d
2
, maka solusi PDB tersebut adalah
y = C
1
e
d
1
x
+ C
2
e
d
2
x
(7.20)
140 Persamaan Dierensial Biasa
Contoh 1
Carilah solusi persamaan dierensial y

+ 5y

+ 4y = 0.
PDB tersebut dapat dituliskan menjadi
(D
2
+ 5D + 4)y = 0
Persamaan karakteristik PDB tersebut adalah D
2
+ 5D + 4 = 0 yang dapat
dituliskan juga sebagai (D + 1)(D + 4) = 0. Jadi akar-akar persamaan
karakteristiknya adalah D = 1 dan D = 4. Dengan demikian solusi PDB
yang dimaksud adalah
y = C
1
e
x
+ C
2
e
4x
Jika persamaan karakteristik mempunyai hanya satu nilai akar, artinya
d
1
= d
2
, yang mana berarti persamaan karakteristiknya berbentuk (D
d
1
)(Dd
1
) = 0 atau PDBnya berbentuk (Dd
1
)(Dd
1
)y = 0, maka solusi
PDB yang berkaitan adalah
y = (C
1
x + C
2
)e
d
1
x
(7.21)
Contoh 2
Tentukan solusi persamaan dierensial y

6y

+ 9y = 0.
Persamaan karakteristiknya adalah D
2
6D + 9 = 0 yang berarti akarnya
adalah D = 3. Sehingga solusinya adalah y = (C
1
x + C
2
)e
3x
.
Contoh 3
Carilah solusi persamaan dierensial y

+ 9y = 0.
Persamaan karakteristiknya adalah D
2
+9 = 0. Akar-akarnya adalah d
1
= 3i
dan d
2
= 3i. Dengan demikian
y = C
1
e
3ix
+ C
2
e
3ix
= C
1
(cos 3x + i sin 3x) + C
2
(cos 3x i sin 3x) = C

1
cos 3x + C

2
sin 3x
= C sin(3x + ) = C

cos(3x +

)
c
a
k
u
l

5
0
8
0
b
y
k
h
b
a
s
a
r
;
s
e
m
1
2
0
1
0
-
2
0
1
1
7.4 Persamaan Linier Orde Dua dengan Ruas Kanan Tidak
Sama dengan Nol 141
7.4 Persamaan Linier Orde Dua dengan Ruas
Kanan Tidak Sama dengan Nol
PDB yang dimaksud adalah yang berbentuk
a
2
d
2
y
dx
2
+ a
1
dy
dx
+ a
0
y = f(x), atau
d
2
y
dx
2
+
a
1
a
2
dy
dx
+
a
0
a
2
y = F(x)
(7.22)
Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan PDB jenis ini adalah meng-
gunakan integrasi berulang (successive integration). Berikut ini diberikan
contohnya.
Misalkan PDB yang berbentuk
(D 1)(D + 2)y = e
x
kemudian dengan memisalkan suatu variabel baru yaitu u = (D+2)y, maka
persamaan dierensial di atas dituliskan kembali sebagai
(D 1)u = e
x
= u

u = e
x
yang merupakan persamaan linier orde satu yang dapat diselesaikan dengan
metode yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya yaitu persamaan 7.9.
u = e
I
_
Qe
I
dx + Ce
I
di mana
I =
_
Pdx =
_
dx = x dan Q = e
x
maka
u = e
x
_
e
x
e
x
dx + C
1
e
x
= xe
x
+ C
1
e
x
Kemudian karena u = (D + 2)y, maka
(D + 2)y = xe
x
+ C
1
e
x
142 Persamaan Dierensial Biasa
Terlihat bahwa PDB tersebut sekali lagi berbentuk PDB linier orde satu dan
dapat kembali diselesaikan dengan cara serupa. Kali ini Q = xe
x
+C
1
e
x
dan
P = 2, berarti
I =
_
P dx =
_
2 dx = 2x
y = e
2x
_
Qe
I
dx + C
2
e
2x
= e
2x
_
e
2x
(xe
x
+ C
1
e
x
)dx + C
2
e
2x
=
1
3
xe
x

1
9
e
x
+
1
3
C
1
e
x
+ C
2
e
2x
=
1
3
xe
x
+ C

1
e
x
+ C
2
e
2x
Bagian
1
3
xe
x
disebut solusi partikular (particular solution) sedangkan yang
mengandung konstanta sembarang yaitu (C

1
e
x
+ C
2
e
2x
) dinamakan fungsi
komplementer (complementary function) dari PDB yang bersangkutan. Per-
hatikan bahwa solusi PDB orde dua haruslah mempunyai dua buah konstanta
sembarang (pada contoh di atas kedua konstanta tersebut adalah C

1
dan C
2
).
Kedua konstanta sembarang ini tercakup dalam fungsi komplementer PDB
tersebut.
Cara integrasi berulang umumnya dapat digunakan untuk berbagai PDB
linier orde dua dengan ruas kanan tidak sama dengan nol. Hanya saja sering-
kali cara ini membutuhkan waktu yang lama dan proses yang panjang. Cara
yang lainnya yang dapat digunakan adalah dengan terlebih dahulu mencari
fungsi komplementer, y
c
. Fungsi komplementer diperoleh bila ruas kanan
PDB orde dua tersebut sama dengan nol (sebagaimana telah dibahas pada
bagian terdahulu). Setelah itu perlu juga dicari solusi partikular, y
p
. Bila y
c
dan y
p
telah diperoleh maka solusi lengkap PDB yang bersangkutan dapat
diperoleh dengan menjumlahkan keduanya, artinya
y = y
c
+ y
p
(7.23)
Bentuk solusi y
p
bergantung pada bentuk fungsi F(x). Fungsi komplementer
dapat diperoleh dengan cara yang telah diuraikan pada bagian terdahulu
(lihat 7.3). Yang menjadi masalah adalah bagaimana memperoleh solusi
partikular tersebut? Berikut ini akan diuraikan beberapa cara memperoleh
solusi partikular untuk beberapa bentuk fungsi F(x).
c
a
k
u
l

5
0
8
0
b
y
k
h
b
a
s
a
r
;
s
e
m
1
2
0
1
0
-
2
0
1
1
7.4 Persamaan Linier Orde Dua dengan Ruas Kanan Tidak
Sama dengan Nol 143
F(x) berbentuk ke
cx
Dari contoh sebelumnya terlihat bahwa solusi partikular yang mungkin ada-
lah berbentuk eksponensial. Tinjau persamaan dierensial (D1)(D+5)y =
7e
2x
. Fungsi komplementer PDB ini adalah y
c
= Ae
x
+ Be
5x
. Misalkan
solusi partikularnya berbentuk y
p
= Ce
2x
. Bila solusi partikular ini disubs-
titusikan ke PDB tersebut maka akan diperoleh
(D 1)(D + 5)y
p
= 7e
2x
y

p
+ 4y

p
5y
p
= C(4e
2x
+ 8e
2x
5e
2x
) = 7e
2x
C(7e
2x
) = 7e
2x
= C = 1
Dengan demikian solusi lengkapnya adalah
y = y
c
+ y
p
= Ae
x
+ Be
5x
+ e
2x
Secara umum bentuk solusi partikular yang dapat dicoba bergantung pada
nilai c dan akar-akar karakteristik PDB orde dua. Misalkan akar-akar karak-
teristik PDB orde dua yang dimaksud adalah a dan b, maka solusi partikular
yang dapat dicoba adalah
y
p
=
_

_
Ce
cx
jika c = a dan c = b
Cxe
cx
jika c = a atau c = b, di mana a = b
Cx
2
e
cx
jika c = a = b
(7.24)
F(x) berbentuk fungsi harmonik (sinus atau cosinus)
Perlu diingat bahwa fungsi harmonik dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi
kompleks. Untuk memperoleh solusi partikular dari PDB yang berbentuk
(D a)(D b)y =
_
k sin x
k cos x
(7.25)
maka pertama-tama selesaikan dahulu persamaan (D a)(D b)y = ke
ix
,
kemudian ambil bagian real atau imajinernya.
Contoh
Tentukan solusi partikular dari persamaan dierensial y

+y

2y = 4 sin 2x.
Tinjau PDB y

+ y

2y = 4e
i2x
. Akar-akar karakteristik PDB ini adalah 1
144 Persamaan Dierensial Biasa
dan 2. Berarti dapat dicoba solusi partikular yang berbentuk Y
p
= Ce
i2x
.
Substitusi Y
p
ke PDB tersebut memberikan
(4 + 2i 2)Ce
i2x
= 4e
i2x
= C =
1
5
(i + 3)
berarti
Y
p
=
1
5
(i + 3)e
i2x
=
1
5
ie
i2x

3
5
e
i2x
=
1
5
(i cos 2x sin 2x)
3
5
(cos 2x + i sin 2x)
=
_
1
5
sin 2x
3
5
cos 2x
_
+ i
_

1
5
cos 2x
3
5
sin 2x
_
Karena 4 sin 2x adalah bagian imajiner dari 4e
i2x
, maka solusi partikular
untuk PDB tersebut adalah bagian imajiner dari Y
p
, artinya
y
p
= Im(Y
p
) =
1
5
cos 2x
3
5
sin 2x
F(x) berbentuk perkalian polinom dan eksponensial
Bentuk lain fungsi F(x) yang umum ditemui adalah gabungan (perkalian)
antara fungsi eksponensial dengan polinom, artinya F(x) = e
cx
P
n
(x) di mana
P
n
(x) adalah polinom berderajat n. Solusi partikular dari PDB (Da)(D
b)y = e
cx
P
n
(x) adalah
y
p
=
_

_
e
cx
Q
n
(x) jika c = a, c = b
xe
cx
Q
n
(x) jika c = a atau c = b, di mana a = b
x
2
e
cx
Q
n
(x) jika c = a = b
(7.26)
di mana Q
n
(x) adalah polinom berderajat sama dengan P
n
(x) dan yang
memenuhi PDB yang dimaksud. Metode ini dinamakan juga metode unde-
termined coecients.
Contoh
Tentukan solusi partikular dari persamaan dierensial (D 1)(D + 2)y =
18xe
x
.
Dalam hal ini P
n
(x) = 18x dan c = a = 1, maka solusi partikular yang
dapat dipilih adalah berbentuk y
p
= xe
x
Q
n
(x). Karena P
n
(x) berderajat
c
a
k
u
l

5
0
8
0
b
y
k
h
b
a
s
a
r
;
s
e
m
1
2
0
1
0
-
2
0
1
1
7.4 Persamaan Linier Orde Dua dengan Ruas Kanan Tidak
Sama dengan Nol 145
satu, maka polinom Q
n
(x) adalah juga polinom berderajat satu, sehingga
dapat dimisalkan berbentuk Q
n
(x) = Ax + B. Selanjutnya
y
p
= xe
x
(Ax + B)
y

p
= e
x
(Ax
2
+ Bx + 2Ax + B)
y

p
= e
x
(Ax
2
+ Bx + 4Ax + 2B + 2A)
y

p
+ y

p
2y
p
= e
x
(6Ax
2
+ 3B + 2A) = 18xe
x
yang memberikan A = 3, B = 2
Dengan demikian diperoleh y
p
= (3x
2
2x)e
x
.
F(x) berbentuk gabungan (polinom, eksponensial dan
fungsi harmonik)
Jika ruas kanan PDB orde dua tersebut merupakan fungsi yang terdiri dari
superposisi (penjumlahan) fungsi-fungsi lainnya (polinom + eksponensial +
harmonik), maka dapat digunakan prinsip superposisi untuk memperoleh
solusi partikularnya. Misalnya F(x) = F
1
(x) + F
2
(x) + F
3
(x), maka solusi
partikularnya adalah
y
p
= y
p1
+ y
p2
+ y
p3
(7.27)
di mana y
p1
, y
p2
dan y
p3
masing-masing adalah solusi partikular dari F
1
(x),
F
2
(x) dan F
3
(x).
Contoh
Tentukan solusi partikular persamaan dierensial y

+y

2y = e
x
+4 sin 2x+
(x
2
x)
Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa F(x) merupakan superposisi dari
tiga macam fungsi, yaitu F
1
(x) = e
x
, F
2
(x) = 4 sin 2x dan F
3
(x) = x
2
x.
Dengan metode-metode yang telah diuraikan sebelumnya dapat diperoleh
y
p1
=
1
3
xe
x
y
p2
=
1
5
cos 2x
3
5
sin 2x
y
p3
=
1
2
(x
2
+ 1)
= y
p
=
1
3
xe
x

1
5
cos 2x
3
5
sin 2x
1
2
(x
2
+ 1)
146 Persamaan Dierensial Biasa
7.5 Transformasi Laplace
Pada BAB sebelumnya telah sempat disinggung mengenai transformasi Fou-
rier yang merupakan representasi suatu fungsi dalam domain yang berbeda.
Terdapat transformasi lainnya yang juga cukup penting dan berguna dalam
penyelesaian persamaan dierensial, yaitu transformasi Laplace. Transfor-
masi Laplace didenisikan sebagai
L(f) =

_
0
f(t)e
pt
dt (7.28)
Misalkan suatu fungsi didenisikan sebagai f(t) = e
at
, maka bila fungsi ini
ditransformasikan menggunakan transformasi Laplace akan diperoleh
L(f) =

_
0
e
at
e
pt
dt
=

_
0
e
(a+p)t
dt =
e
(a+p)t
(a + p)

0
=
1
a + p
Pada Tabel 7.1 diberikan transformasi Laplace untuk beberapa fungsi seder-
hana.
Transformasi Laplace untuk menyelesaikan persamaan
dierensial
Tinjau suatu fungsi y(t) yang turunan pertamanya dinyatakan dengan y

dan
turunan keduanya dinyatakan dengan y

. Transformasi Laplace dari y

dapat
diperoleh sebagai berikut
L(y

) =

_
0
y

(t)e
pt
dt = e
pt
y(t)

0
(p)

_
0
y(t)e
pt
dt
= y(0) + pL(y) = pL(y) y
0
(7.29)
Kemudian dengan menggunakan persamaan tersebut di atas dapat pula di-
peroleh transformasi Laplace dari y

, yaitu
L(y

) = pL(y

) y

(0)
= p (pL(y) y
0
) y

(0)
= p
2
L(y) py
0
y

0
(7.30)
c
a
k
u
l

5
0
8
0
b
y
k
h
b
a
s
a
r
;
s
e
m
1
2
0
1
0
-
2
0
1
1
7.5 Transformasi Laplace 147
Transformasi Laplace untuk turunan orde yang lebih tinggi dapat diperoleh
dengan cara yang serupa.
Transformasi Laplace dapat digunakan untuk mencari solusi persamaan
dierensial. Langkahnya adalah mentransformasikan persamaan dierensial
tersebut kemudian memasukkan syarat awal dan selanjutnya adalah mela-
kukan invers transformasi Laplace.
Contoh
Tentukan solusi persamaan dierensial y

+4y

+4y = t
2
e
2t
yang memenuhi
syarat awal y
0
= 0 dan y

0
= 0.
Bila PDB tersebut ditransformasi-Laplacekan maka akan diperoleh
L(y

+ 4y

+ 4y) = L
_
t
2
e
2t
_
p
2
L(y) py
0
y

0
+ 4pL(y) 4y
0
+ 4L(y) =
2
(p + 2)
3
(p
2
+ 4p + 4)L(y) =
2
(p + 2)
3
L(y) =
2
(p + 2)
5
Kemudian untuk memperoleh bentuk fungsi y yang merupakan solusi PDB
tersebut dilakukan invers transformasi Laplace
y(t) = L
1
_
2
(p + 2)
5
_
=
2t
4
e
2t
12
148 Persamaan Dierensial Biasa
Tabel 7.1: Transformasi Laplace untuk beberapa fungsi sederhana.
No f(t) L(f) =

_
0
f(t)e
pt
dt Ketr.
1 1
1
p
Re (p) > 0
2 e
at
1
p + a
Re (p + a) > 0
3 sin at
a
p
2
+ a
2
Re (p) > |Im (a)|
4 cos at
p
p
2
+ a
2
Re (p) > |Im (a)|
5 t
k
, k > 1
k!
p
k+1
Re (p) > 0
6 t
k
e
at
, k > 1
k!
(p + a)
k+1
Re (p + a) > 0
7
e
at
e
bt
b a
1
(p + a)(p + b)
Re (p + a) > 0
8
ae
at
be
bt
b a
p
(p + a)(p + b)
Re (p + b) > 0
9 sinh at
a
p
2
a
2
Re p > |Re a|
10 cosh at
p
p
2
a
2
Re p > |Re a|
11 t sin at
2ap
(p
2
+ a
2
)
2
Re p > |Im a|
12 t cos at
p
2
a
2
(p
2
+ a
2
)
2
Re p > |Im a|
13 e
at
sin bt
b
(p + a)
2
+ b
2
Re (p + a) > |Im b|
14 e
at
cos bt
p + a
(p + a)
2
+ b
2
Re (p + a) > |Im b|
15 1 cos at
a
2
p(p
2
+ a
2
)
Re (p) > |Im a|
c
a
k
u
l

5
0
8
0
b
y
k
h
b
a
s
a
r
;
s
e
m
1
2
0
1
0
-
2
0
1
1
7.5 Transformasi Laplace 149
No f(t) L(f) =

_
0
f(t)e
pt
dt Ketr.
16 at sin at
a
3
p
3
(p
2
+ a
2
)
Re (p) > |Im a|
17 sin at at cos at
2a
3
(p
2
+ a
2
)
2
Re (p) > |Im a|
18 e
at
(1 at)
p
(p + a)
2
Re (p + a) > 0
19
sin at
t
arc tan
a
p
Re (p) > |Im a|
20
1
t
sin at cos bt,
1
2
arc tan
a + b
p
a > 0, b > 0 +
1
2
arc tan
a b
p
Re (p) > 0
21
e
at
e
bt
t
ln
p + b
p + a
Re (p + a) > 0 dan
Re (p + b) > 0

Anda mungkin juga menyukai