Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN ANALISA TINDAKAN

PEMASANGAN GIPS
DI UGD RS DR.MOEWARDI SURAKARTA

Inisial pasien : Ny.S (69 tahun)
Diagnosa medis : Dislokasi metakarpal
Tanggal : 18 Februari 2013

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN DASAR PEMIKIRAN
DO:
a. Tanda-tanda vital
Suhu : 37C
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
b. GCS : E
4
M
5
V
6

c. Keadaan umum: sedang, composmentis
d. Tampak adanya tonjolan pada punggung tangan, teraba hangat di sekitar
tonjolan
e. Klien meringis, tampak kesakitan

DS:
a. Klien mengatakan punggung tangan nyeri, sulit digerakkan, dan terasa
panas.

Diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus:
Nyeri akut berhubungan dengan dislokasi sendi.




2. PRINSIP-PRINSIP TINDAKAN
Ada beberapa tahap dalam manajemen perawatan luka yaitu evaluasi luka,
tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka,
pembalutan, pemberian antibiotik dan pengangkatan jahitan.
Tindakan antiseptik prinsipnya adalah untuk mensucihamakan kulit. Biasanya
untuk melakukan pembersihan atau pencucian luka yang perlu dipertimbangkan
adalah cairan yang digunakan. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
pembersihan luka yaitu:
a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan
mati dan benda asing.
b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c. Berikan antiseptik.
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anestesi
lokal.
e. Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer, 2000)


Prinsip penanganan luka saat ini meliputi beberapa hal (Burnsurgery, 2004)
a. Mengontrol infeksi
Isolasi substansi tubuh dan tehnik cuci tangan yang baik dan benar. Sarung
tangan yang bersih atau steril dan balutan steril. Instrumen steril untuk
mengganti balutan.
Krasher dan Kennedi (1994) melakukan metode alternatif dalam
mengganti balutan dengan kombinasi tehnik steril dan non steril.
Merujuk ke teknik tidak boleh disentuh adalah sebagai berikut :
1. Gunakan dua pasang sarung tangan tidak steril, kasa steril ukuran 44 ,
normal salin (Nacl 0,9%) steril.
2. Sarung tangan pertama digunakan untuk membuka bantuan luka yang kotor,
kemudian lepaskan dan cuci tangan.
3. Buka peralatan steril menggunakan tehnik steril.
4. Kenakan sarung tangan kedua, tuang normal saline di atas luka dengan
menampung waskom dibawah luka.
5. Pegang kasa steril pada sisanya/pinggir luka, bagian depan (yang menyentuh
luka) jangan samapai tersentuh oleh tangan yang mengenakan sarung tanga
tidak steril.
6. Bersihkan luka dengan gerakan sirkuler/ melingkar diawali dari bagian
dalam luka kearah luar. Untuk tiap putaran kasa diganti dengan yang baru.
7. Bersihkan dan keringkan juga disekeliling luka.
8. Tutup kembali luka dengan meletakkan balutan di atasnya, pegang sisi/sudut
balutan penutup dan letakkan bagian yang tidak tersentuh di atas permukaan
luka.
9. Tutup dengan balutan transparan, tulis tunggal, jam dan initial balutan.
Gunakan Sodium Clorida 0,9% untuk irigasi dan bersihkan luka.
Minimalkan trauma dengan gosokan luka secara hati-hati. Ganti balutan
baru setiap kali membersihkan luka.
b. Moist wound healing (penyembuhan luka dengan kondisi lembab)
Kondisi fisiologis jaringan adalah dengan kondisi hidrasi yang seimbang
untuk mempertahankan kelembaban. Kondisi yang lembab memfasilitasi
pertumbuhan jaringan yang baru (granulasi). Keadaan ini biasanya dapat
terjaga dengan baik bila kondisi kulit utuh. Namun inilah masalahnya dimana
kulit sudah mengalami kerusakan dan gagal melakukan fungsinya. Untuk itu
seorang perawat memikirkan bagai mana mempertahankan kondisi hidrasi luka
yang sudah kehilang perlindungan yaitu kulit, dan bahan apa yang dapat
menggantikan kulit tersebut.

3. ANALISA TINDAKAN KEPERAWATAN
Perawatan luka merupakan intervensi yang bertujuan untuk
memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka, absorbsi
drainase, menekan dan imobilisasi luka, mencegah luka dan jaringan epitel
baru dari cedera mekanis, mencegah luka dari kontaminasi bakteri,
meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing, memberikan rasa
nyaman mental dan fisik pada pasien. Oleh karena itu, prinsip aseptik dan
septik dalam perawatan luka harus diperhatikan.
Sodium klorida maupun natrium klorida adalah larutan fisiologis yang
ada di seluruh tubuh serta tidak ada reaksi hipersensitivitas dari sodium
klorida. Larutan ini tidak mempengaruhi sel darah merah dan merupakan
larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan
dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka dan membantu luka
menjalani proses penyembuhan.
Pada vulnus excoriasi setelah luka dibersihkan menggunakan normal
saline, luka ditutup menggunakan sofra-tulle. Sofra-tulle digunakan sebagai
lapisan pertama yang bersentuhan dengan luka yang terinfeksi. Indikasi
pemakaian sofra-tulle yaitu pada luka trauma kecil, luka bakar, dan lesi yang
lain. Metode penggunaan sofra-tulle harus didahului dengan membersihkan
luka menggunakan normal saline, ditutup dengan sofra-tulle sesuai dengan
luas luka, kemudian menutupnya dengan kassa serap. Meskipun lapisan ini
berfungsi sebagai antibiotik yang mencegah berkembangbiaknya bakteri
dalam luka, tetapi penggunaan jangka panjang maupun pada luka yang lebar
dapat menyebabkan ototoksik.

4. BAHAYA YANG MUNGKIN MUNCUL
Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang berbeda-
beda. Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak adekuat,
keterlambatan pembentukan jaringan granulasi, tidak adanya reepitalisasi dan juga
akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis jaringan
lunak, dehiscence, keloids, formasi hipertropik scar dan juga infeksi luka
(InETNA, 2004).

5. HASIL YANG DIDAPAT DAN MAKNANYA
Setelah dilakukan tindakan keperawatan di atas, hasil yang dapat dievaluasi
masih sebatas perdarahan luka yang telah berhenti.

6. TINDAKAN KEPERAWATAN LAIN YANG DAPAT DILAKUKAN
UNTUK MENGATASI DIAGNOSA KEPERAWATAN DI ATAS
Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan di atas yaitu mengajarkan teknik distraksi dengan nafas dalam dan
memberikan posisi nyaman untuk mengurangi nyeri serta kolaborasi dengan
medis pemberian analgesik.

7. EVALUASI DIRI
Mahasiswa harus lebih meningkatkan ilmu pengetahuan mengenai perawatan
luka dan mempraktekkan kembali bagaimana merawat luka dengan tepat sesuai
dengan prosedur yang sudah terstandarisasi sehingga apa yang dilakukan menjadi
efektif dan efisien guna menghindari komplikasi. Dengan demikian ilmu
pengetahuan dan praktik dapat terjadi sinkronisasi dan tepat sasaran.


8. KEPUSTAKAN
Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan
Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004. Perawatan Luka, Makalah
Mandiri. Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta,
EGC.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai