Anda di halaman 1dari 3

VIVAnews - Tak ada kata terlambat untuk memulai sebuah usaha.

Setidaknya itulah
yang dialami Dewi Andriani. Wanita ini pun akhirnya melirik sepatu wanita yang dengan
sentuhan kain tradisional sebagai peluang usahanya.

Dewi, saat ditemui VIVAnews, mengaku mendapat ilmu berbisnis dari para pengusaha
dan pengamat bisnis. Kebetulan dia adalah seorang wartawan sebuah harian nasional
dan sempat memegang rubrik peluang usaha. Dari situlah tercetus untuk membuka
usaha.

"Dulu, saya sempat (memegang rubrik) peluang usaha. Jadi, kenal dan sering
wawancara narasumber. Dari sana, saya mulai terinsipirasi (berusaha), tetapi tidak
pernah coba-coba," kata dia di Jakarta.

Bahkan, lanjut Dewi, narasumbernya pernah menegurnya karena tak kunjung memulai
usaha. Bagi wanita yang gemar menulis, teguran itu ibarat "sentilan" untuk segera
berusaha.

"Pengamat sampai bilang, 'Yang kerja itu malah otak kirinya. Yang kanan, malah tidak'.
Jadi, saya bisa menulis, tetapi tidak mengaplikasikannya. Rasanya, gimana gitu," ujar
dia.

Pernah Dewi menjadi reseller sepatu. Karena jadwal pekerjaannya yang padat sebagai
wartawan, bisnisnya pun terhenti. "Akhirnya, terpikir membuat (usaha) sendiri," kata
dia.

Lantas, perempuan yang berdomisili di Kebagusan, Jakarta Selatan ini bertemu dengan
seorang makloon--jasa pembuatan produk oleh pihak lain. Akhirnya, Dewi memutuskan
untuk berjualan sepatu. Alasannya, bisnis fashion seperti tas dan pakaian sudah banyak
pemainnya, sementara di bidang sepatu, pemainnya belum begitu banyak. "Saya lupa,
Januari apa Februari gitu," jelas dia.

Dengan jasa makloon, Dewi tidak perlu repot-repot mengucurkan dana untuk investasi
perajin dan alat mesin. Sebab, dara kelahiran 1987 ini termasuk pemain baru dalam
dunia usaha.

"Saya pesan sepatu ke mbaknya (makloon). Mereka yang mengerjakan. Kalau saya
menyiapkan investasi orang (perajin) dan mesin, itu berat. Saya menggunakan jasa
makloon, karena tidak tahu cara menjahit sepatu yang benar," kata dia.

Dewi pun memilih nama R&D Shoes. Namanya diambil dari inisial nama kakaknya dan
namanya: Rika dan Dewi. Modal yang dikucurkan pun sebanyak Rp7 juta. Dengan uang
itu, sepatu yang bisa diproduksi sebanyak 100 pasang dan ada bonus 20 pasang.
"Patungan sama kakak, fifty-fifty," ujar dia.

Tapi sebelumnya, Dewi harus membayar uang muka 50 persen untuk produksi sepatu.
Sisanya dibayarkan, setelah seratus pasang sepatu selesai diproduksi.

Sebelum proses produksi, Dewi memilih model, kain, dan bahan-bahan lainnya untuk
disulap menjadi sepatu wanita yang cantik. Ada sepatu teplek (flat shoes) dan ada sepatu
converse.

Wanita ini pun memproduksi sepatu dengan memadukan kulit imitasi dan kain
tradisional cap, seperti kain model ulos, tenun, madura, kawung, songket, dan dayak.
Kainnya pun terbuat dari katun.

Dewi memang mengusung kain tradisional sebagai pemanis sepatunya. Tak heran, dia
mengangkat tagline "tR&Dy with tRDitional style" yang kira-kira berbunyi "trendy with
traditional style".

"Untuk satu model sepatu flat, hanya ada lima pasang. Tetapi, kalau model converse,
pembeli bisa costume pake bahan yang diinginkan. Masa pengerjaannya 7-10 hari," kata
dia.

Harganya pun terjangkau. Sepasang flat shoes dibanderol dengan harga Rp120-140 ribu,
sedangkan sepatu converse seharga Rp200 ribu per pasang.

Dewi memasarkan produknya ke teman-temannya dan teman kakaknya. Pembelinya
memang baru sebatas teman-temannya. Namun, dia membuka toko online
melalui gadget-nya. Dengan cara seperti itu, Dewi bisa mendapatkan reseller sepatunya.

"Ada istrinya temanku di Medan, yang ingin jadi reseller. Setelah deal, akhirnya dia
jualan sepatuku di Medan," kata dia.

Namanya berusaha, tentu berisiko, seperti mendapatkan keluhan pembeli. Dewi
berujar, ada pembeli yang mengeluhkan kainnya sepatunya sama dengan sepatu lain,
motif kain yang tidak sama antara sepatu kanan dan di kiri, dan ada juga mengeluh
tapak sepatu yang terlalu tipis.

"Ke depannya, saya mau perbaiki: sol sepatunya lebih tebal," ujarnya.

Lalu, bagaimana dengan omzet penjualan? Untuk yang satu ini, Dewi
merahasiakannya. "Karena masih baru, (omzet) saya belum terlalu banyak," kata dia.

Lalu, bagaimana kalau hendak membeli produknya? Dewi mematok pesanan minimal
sepatunya sebanyak satu kodi alias dua puluh unit. Pembaca bisa berkunjung ke Jalan
Kebagusan Raya, Gang Mansyur No. 99, RT 10/RW 7 Jakarta.

Jika tidak sempat, pembaca juga bisa mengontaknya lewat surat elektronik di
rd.shoes14@gmail.com atau akun Facebook: R&DShoes.

"Minimal order sekitar satu kodi, dua puluh pasang. Lamanya pengerjaan 28 hari. Itu
kalau untuk model baru ya. Kalau modelnya sudah ada, ya, langsung dikirim. Itu pun
dilihat dari stok juga," kata dia. (asp)

Anda mungkin juga menyukai