Pendididkan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2014
Resume
Di dalam buku ini disertai dengan pemaparan tentang garis besar sejarah Melayu dimana dikatakan penduduk Melayu-Polisenia merupakan keturunan yang sekarang menjadi penduduk asli semenanjung Malaka(Melayu)dan di kepulauan Asia Tenggara.Secara umum orang-orang Melayu mendiami daerah pantai timur pulau sumatera dan semenanjung Melayu.Suku bangsa Melayu tidak lagi terbagi-bagi kedalam sub suku bangsa,tetapi karena adanya persebaran secara geografikal mengakibatkan secara territorial dapat dibedakan atas Melayu Deli atau Deli serdang,Melayu Langkat/Tamiang,Melayu Asahan/Batubara,dan Melayu Labuhan Batu.Suku bangsa Melayu mempunyai filsafat dalam hidupnya bahwa Melayu itu Islam. Buku ini menjelaskan bagaimana sebenarnya masyarakat Melayu itu terutama Melayu Batubara,yang mana dituliskan bahwa asal mula Batubara berawal dari pelayaran sebuah tongkang dari negeri Pagaruyung yang oleng sehingga untuk menjaga keseimbangan ditaruhlah batubara.Banyak penduduk daerah Batubara mengaku berasal dari Pagaruyung di tanah Minangkabau,jelas kita lihat terutama dalan soal bahasa.Komposisi penduduk berdasarkan pekerjaannya yaitu nelayan,petani,karyawan,dan pemuda pelajar. Nilai-nilai yang terkandung dikalangan nelayan yaitu kalangan nelayan masih bersikap tradisional.Dari beberapa pertanyaan kuisioner yang diajukan terhadap beberapa nelayan tentang pendidikan anak sekolah dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat telah bersikap modern (progresif) dan mereka bernpendapatwalaupun menjadi jauh terpisah daripada sahabat dan keluarga,namun sebaiknya kita pergi merantau untuk mendapat pengalaman baru,pandangan yang lebih luas danpenghasilan yang lebih baik pandangan itu dari segi pendidikan .Kalau soal sahabat dan kerabat nelayan bersifat progresif juga sebab nelayan berpendapat akal dan karya manusia tidak dapat merubah nasip,hanya doa yang dapat mengubahnya.
Didalam bukunya The Measurement of Modernism (1968), Kahl mengatakan ada 14 unsur nilai budaya yang harus dipercayai bahkan harus diikuti setiap orang yang mengaku dirinya sebagai orang modern. Unsur-unsur nilai budaya tersebut dinamakannya Core of Modernism. Core itu terdiri dari : 1. Pandangan aktif terhadap hidup 2. Tidak banyak bergantng pada kaum kerabat 3. Kecondongan orientasi terhadap kehidupan kota 4. Bersifat individualism 5. Kecondongan terhadap hubungan dan pergaulan yang demokratis 6. Membutuhkan media massa 7. Berpandangan sama rata terhadap kesempatan untuk maju dalam hidup 8. Kurang percaya dan bersandar kepada bantuan orang lain 9. Tidak memandang rendah pekerjaan lapangan dan pekerjaan tangan 10. Keseganan terhadap organisasi luar 11. Mengutamakan mutu dan hasil karya 12. Keberaian mengambil resiko dalam usaha dan karya 13. Orientasi terhadap keluarga inti yang kecil 14. Kebutuhan rendah terhadap aktivitas irrational dalam hidup.
Pandangan Kahl tersebut akan mengenyampingkan pandangan lamban, lekas puas, pesaing, bahkan apatis dalam hidup manusia. Kahl berkesimpulan bahwa orang modern ialah orang yang memandang hidup itu secara aktif kreatif dan tidak mau bergantung kepada nasib. Sikap hidupnya yang aktif merencanakan setiap pekerjaan dan masa depan, memandang masa depan itu sebagaimana yang harus dihadapi dengan keberanian dan ketekunan dengan mempergunakan kemampuan diri sendiri baik fisik maupun rohani dan ilmu pengetahuan.
Orientasi Nilai Budaya laki-laki dan perempuan Melayu
Hakekat Hidup Hakekat hidup yang hendak diungkapan dalam buku Harmonious Family, terlihat skor rata- rata dalam penelitian penulis melalui kuesioner yang demikian dapat dikatakan bahawa menurut jenis kelamin, maka orang Melayu Batubara masih berorientasi tradisional tentang hakekat hidup, atau taraf peralihan. Pandangan diatas, apabila dirinci sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, mak dalam masalah ketentraman hidup dengan cita-cita, terlihat orang melayu masih dalam peralihan. Terlihat dalam skor yang dicapai ialah 55,1. Demikian juga soal nasib, mereka masih percaya bahwa nasib itu memang menentukan, dan tidak dapat diatasi oleh manusia.Kemudian apa guna hidup didunia ini, mereka masih berpandangan untuk mempersiapkan hidup diakhirat. Hidup didunia ini bagi orang melayu masih merupakan sekedar mampir diwarung kopi, tetapi hidup yang dicita-citakan adalah hidup disyurga atau akhirat; skor rata-rata untuk soal ini ialah 40,25. Jadi secara keseluruhan seperti yang kami kemukakan diatas, bahwa dalam soal hakekat hidup, orang Melayu masih tradisional dengan skor rata-rata 51,3.
Hakekat Karya
Karya atau kerja merupakan alat manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanpa bekerja orang akan mati dan musnah. Pandangan orang tidak sama tentang guna, maksud, cara kerja, tempat kerja, dan lain-lain. Untuk mengetahui pandangan ini, pertanyaan kode 47,27,46 dan 31 merupakan alat pembuktiannya. Untuk permasalahan pendidikan anak agar dididik lebih berani mengubah kebiasaan (kode 27), orang Melayu telah mulai progresif. Skor rata-rata telah mencapai 65,75. Untuk persoalan merantau demi mencari pekerjaan yang lebih baik (kode 46), mereka telah mulai progresif juga, terbukti skornya ialah 67,9. Apakah akal dan karya manusia sangat mengubah nasib? Atau hanya doa yang dapat mengubahnya? Pertanyaan ini nempaknya dijawab dengan lebih rasional oleh semua golongan sosial yang diteliti. Skor rata-rata untuk ini ialah 71,63; jadi sudah progresif. Tetapi nampknya jawaban ini agak bertentangan dengan hasil ari skor rata-rata pada soal yang hampir sama (kode 30) yang masih tradisional, dengan skor 40,25. Secara keseluruhan nilai rata-rata skor ialah 64, ini beararti bahwa orang Melayu yang diteliti itu sudah mulai progresif pandangannya tentang Hakekat Karya/Kerja itu, tidak lagi terlalu tradisional. Bekerja menurut pandangan mereka sekarang ini sudah cukup penting untuk hidup mereka sehari-hari.
Hakekat Alam Ada pandangan yang mengatakan bahwa alam itu harus dibujuk agar mau memberi rrezeki bagi manusia. Ada juga pandangan yang mengatakan bahwa alam itu harus dilawan, agar jangan mencelakakan manusia. Ada sikap tengah yaitu, kalau dibujuk agar memberi rezeki maupun kesenangan; tetapi bila perlu dilawan agar hidup kita tentram, tidak diganggu terus menerus oleh alam. Mengapa nelayan masih tradisional? Hal ini erat kaitannya dengan alam lingkungan kerja yang mereka hadapi. Mereka tidak bisa atau tidak akan mampu melawan laut, mereka harus bekerja sama dengan lut, apabila hendak hidup. Bahkanlaut sangat menetukan hidup mati mereka. Karena itu dapat dimengerti bahwa sikap mereka masih tradisional seperti itu (itu sebabnya ada upacara jumu laut dan upacara-upacara penyuguhan hati penghuni dan penguasa laut. Dalam hal kesehatan orang Melayu lebih berfikir maju (progresif), karena skor yang dicpai ialah 60,9. Dengan demikian merek sudah lebih percaya pada pengobatan dokter, tidak lagi bergantung pada kehendak alam (pertanyaan kode 39).Namun dalam soal banyak anak, orang Melayu masih percaya bahwa banyak anak berarti banyak tenaga kerja, dan sedikit anak berarti lemah. Dalam hal ini mereka masih dalam peralihan, terbukti skor pandangan mereka masih 54,9 (kode 39), artinya, sebagian masih mendambakan banyak anak, sebagian lagi mulai cenderung sedikit anak pun menjadi soal. Dalam soal kaitannya antara doa dan hasil sawah, orang Melayu telah berpandangan progresif. Dengan doa saja hasil sawah tidak akan bertambah banyak. Tetapi juga bergantung pada letak, keadaan dan kesuburannya (kode 40). Skor dalam pandangan soal ini ialah 65,1 cukup progresif. Dapat ditarik kesimpulan dalam soal hakekat alam bagi orang Melayu telah cukup progresif, artinya mereka tidak lagi bergantung melulu pada alam, tetapi mereka sudah lebih percaya atas usaha sendiri dalam memanfaatkan alam. Skor rata-rata secara keseluruhan orang Melayu ialah 61,1. Artinya sudah maju.
Hakekat Waktu
Bagi manusia masa kini, waktu sangat penting. Bagi manusia zaman dulu waktu itu tidak terpikirkan kepentingannya. Untuk orang melayu, waktu masih dalam peralihan. Sebagian sudah menghargai kepentingannya, sebagian masih besikap tradisional. Dalam soal perencanaan hidup, jabatan atau kedudukan, orang melayu masih belum berpandangan maju, masih tradisional. Tetapi dalam soal kesulitan uang akibat usaha rugi, orang melayu cenderung mengusahakan sendiri, tidak selalu meminta bantuan kepada saudara, terlihat cara kemajuan berpikir ini dengan skor 67,8 (kode 33). Namun dalam soal hubungan kehematan dengan ajaran agama, orang melayu masih berpendirian tradisional terlihat pada skor 41,25. Mungkin hal disebabkan agama juga menganjurkan hidup hemat dan sederhana. Jadi hidup sederhana dan hemat itu bukan karena adanya keinginan untuk mempersiapkan hari depan yang lebih baik, tetapi memang karena diajurkan oleh agama (kode 37)
Hakekat Hubungan Manusia
Hubungan manusia dapat terjadi secara mendatar (horizontal) maupun tegak (vertikal). Hubungan antar manusia tersebut dapat secara hubungan patuh atau melawan, atau hubungan bebas atau terikat. Bagaimana manusia saling memandangn sesamanya, apakah memandang orang lain sama seperti dirinya atau tidak. Kesimpulan yang diajukan ialah bahwa dalam soal hakekat hidup, orang Melayu masih berpandangan tradisional, kemudian juga dalam soal waktu.
Kritik Terhadap Buku
Di dalam buku ini, menjelaskan tentang latar belakang penduduk suku Melayu berdasarkan metodologi penelitian yang ditulis oleh penulis dengan membagi orang Melayu atas 4 golongan sosial yaitu nelayan, petani, karyawan dan pemuda pelajar.Dalam pembahasan buku ini, diawali dengan pemaparan latar belakang daerah Melayu sampai golongan penduduknya.Buku ini sangat relevan untuk pembaca, karena buku ini memuat tentang kehidupan dan orientasi budaya antara orang Melayu dan Batak Toba. Hal ini ditandai dengan komposisi penduduknya yang di golongkan berdasarkan pekerjaan. Pembagian profesi tersebut ternyata mendapat kedudukan dan pandangan tersendiri oleh penduduk sekitarnya.Dilihat dari mata pencaharian penduduknya masih di dominasi oleh nelayan.Namun, profesi ini masih bersifat tradisional, sehingga penduduk di daerah ini sulit utuk memgalami kemajuan.Ditandai dengan respon para penduduk yang masih beranggapan jelek dan tidak percaya diri.Ditambah pula kehidupan orang Melayu masih berorientasi dalam taraf peralihan.Buku ini juga merangkum tentang kehidupan orang Batak Toba dan ada juga pembagian pekerjaan dengan kedudukannya.Penjelasan ini semakin menarik minat pembaca karena disertai dengan data kuantitatif dengan menyertakan tabel dan skor persentasi. Di dalam buku inijuga terdapat kelemahan, yaitu dalam memperkuat penjelasan korelasi golongan sosial orang Melayu dilakukan metodologi penelitian secara responden engan menggunakan kuisioner sebagai data pendukungnya.Namun, dalam buku ini terdapat lakimat pernyataan dengan menuliskan ada pendapat dari beberapa responden mengenai hakekat hidup masyarakatnya sehingga pembaca mangalami kesulitan untuk memahami kebenaran fakta dari pernyataan tersebut. Dalam pembahasannya mengenai orientasi nilai budaya Batak Toba yang menyorot kota Pematang Siantar sebagai kajiannya.Namun dalam pembahasan ini kurang dijelaskan mengenai pembagian pekerjaan penduduk Batak di daerah pegunungan tetapi lebih menyorot pada keadaan kotanyayang agak tinggal di perkotaan.Selain itu masalah pokok dalam kehidupan orang Batak Toba lebih banyak dikaitkan dengan foklor yang manandakan orientasi budaya Batak Toba masih bersifat tradisional.