Anda di halaman 1dari 7

Critical Book

Melayu Pesisir dan Batak Pegunungan


(Prof. Dr. Bungaran Antonius Simanjuntak)

Oleh:
Adesh Febriyeni
3133322041
A Ekstensi






Pendididkan Antropologi
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan
2014

Resume

Di dalam buku ini disertai dengan pemaparan tentang garis besar sejarah Melayu dimana
dikatakan penduduk Melayu-Polisenia merupakan keturunan yang sekarang menjadi
penduduk asli semenanjung Malaka(Melayu)dan di kepulauan Asia Tenggara.Secara umum
orang-orang Melayu mendiami daerah pantai timur pulau sumatera dan semenanjung
Melayu.Suku bangsa Melayu tidak lagi terbagi-bagi kedalam sub suku bangsa,tetapi karena
adanya persebaran secara geografikal mengakibatkan secara territorial dapat dibedakan atas
Melayu Deli atau Deli serdang,Melayu Langkat/Tamiang,Melayu Asahan/Batubara,dan
Melayu Labuhan Batu.Suku bangsa Melayu mempunyai filsafat dalam hidupnya bahwa
Melayu itu Islam.
Buku ini menjelaskan bagaimana sebenarnya masyarakat Melayu itu terutama Melayu
Batubara,yang mana dituliskan bahwa asal mula Batubara berawal dari pelayaran sebuah
tongkang dari negeri Pagaruyung yang oleng sehingga untuk menjaga keseimbangan
ditaruhlah batubara.Banyak penduduk daerah Batubara mengaku berasal dari Pagaruyung di
tanah Minangkabau,jelas kita lihat terutama dalan soal bahasa.Komposisi penduduk
berdasarkan pekerjaannya yaitu nelayan,petani,karyawan,dan pemuda pelajar.
Nilai-nilai yang terkandung dikalangan nelayan yaitu kalangan nelayan masih bersikap
tradisional.Dari beberapa pertanyaan kuisioner yang diajukan terhadap beberapa nelayan
tentang pendidikan anak sekolah dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat telah bersikap
modern (progresif) dan mereka bernpendapatwalaupun menjadi jauh terpisah daripada
sahabat dan keluarga,namun sebaiknya kita pergi merantau untuk mendapat pengalaman
baru,pandangan yang lebih luas danpenghasilan yang lebih baik pandangan itu dari segi
pendidikan .Kalau soal sahabat dan kerabat nelayan bersifat progresif juga sebab nelayan
berpendapat akal dan karya manusia tidak dapat merubah nasip,hanya doa yang dapat
mengubahnya.

Didalam bukunya The Measurement of Modernism (1968), Kahl mengatakan ada 14 unsur
nilai budaya yang harus dipercayai bahkan harus diikuti setiap orang yang mengaku dirinya
sebagai orang modern.
Unsur-unsur nilai budaya tersebut dinamakannya Core of Modernism. Core itu terdiri dari :
1. Pandangan aktif terhadap hidup
2. Tidak banyak bergantng pada kaum kerabat
3. Kecondongan orientasi terhadap kehidupan kota
4. Bersifat individualism
5. Kecondongan terhadap hubungan dan pergaulan yang demokratis
6. Membutuhkan media massa
7. Berpandangan sama rata terhadap kesempatan untuk maju dalam hidup
8. Kurang percaya dan bersandar kepada bantuan orang lain
9. Tidak memandang rendah pekerjaan lapangan dan pekerjaan tangan
10. Keseganan terhadap organisasi luar
11. Mengutamakan mutu dan hasil karya
12. Keberaian mengambil resiko dalam usaha dan karya
13. Orientasi terhadap keluarga inti yang kecil
14. Kebutuhan rendah terhadap aktivitas irrational dalam hidup.

Pandangan Kahl tersebut akan mengenyampingkan pandangan lamban, lekas puas, pesaing,
bahkan apatis dalam hidup manusia. Kahl berkesimpulan bahwa orang modern ialah orang
yang memandang hidup itu secara aktif kreatif dan tidak mau bergantung kepada nasib. Sikap
hidupnya yang aktif merencanakan setiap pekerjaan dan masa depan, memandang masa
depan itu sebagaimana yang harus dihadapi dengan keberanian dan ketekunan dengan
mempergunakan kemampuan diri sendiri baik fisik maupun rohani dan ilmu pengetahuan.

Orientasi Nilai Budaya laki-laki dan perempuan Melayu

Hakekat Hidup
Hakekat hidup yang hendak diungkapan dalam buku Harmonious Family, terlihat skor rata-
rata dalam penelitian penulis melalui kuesioner yang demikian dapat dikatakan bahawa
menurut jenis kelamin, maka orang Melayu Batubara masih berorientasi tradisional tentang
hakekat hidup, atau taraf peralihan.
Pandangan diatas, apabila dirinci sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, mak dalam
masalah ketentraman hidup dengan cita-cita, terlihat orang melayu masih dalam peralihan.
Terlihat dalam skor yang dicapai ialah 55,1. Demikian juga soal nasib, mereka masih percaya
bahwa nasib itu memang menentukan, dan tidak dapat diatasi oleh manusia.Kemudian apa
guna hidup didunia ini, mereka masih berpandangan untuk mempersiapkan hidup diakhirat.
Hidup didunia ini bagi orang melayu masih merupakan sekedar mampir diwarung kopi,
tetapi hidup yang dicita-citakan adalah hidup disyurga atau akhirat; skor rata-rata untuk soal
ini ialah 40,25. Jadi secara keseluruhan seperti yang kami kemukakan diatas, bahwa dalam
soal hakekat hidup, orang Melayu masih tradisional dengan skor rata-rata 51,3.

Hakekat Karya

Karya atau kerja merupakan alat manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanpa
bekerja orang akan mati dan musnah. Pandangan orang tidak sama tentang guna, maksud,
cara kerja, tempat kerja, dan lain-lain. Untuk mengetahui pandangan ini, pertanyaan kode
47,27,46 dan 31 merupakan alat pembuktiannya.
Untuk permasalahan pendidikan anak agar dididik lebih berani mengubah kebiasaan (kode
27), orang Melayu telah mulai progresif. Skor rata-rata telah mencapai 65,75. Untuk
persoalan merantau demi mencari pekerjaan yang lebih baik (kode 46), mereka telah mulai
progresif juga, terbukti skornya ialah 67,9.
Apakah akal dan karya manusia sangat mengubah nasib? Atau hanya doa yang dapat
mengubahnya? Pertanyaan ini nempaknya dijawab dengan lebih rasional oleh semua
golongan sosial yang diteliti. Skor rata-rata untuk ini ialah 71,63; jadi sudah progresif. Tetapi
nampknya jawaban ini agak bertentangan dengan hasil ari skor rata-rata pada soal yang
hampir sama (kode 30) yang masih tradisional, dengan skor 40,25.
Secara keseluruhan nilai rata-rata skor ialah 64, ini beararti bahwa orang Melayu yang diteliti
itu sudah mulai progresif pandangannya tentang Hakekat Karya/Kerja itu, tidak lagi terlalu
tradisional. Bekerja menurut pandangan mereka sekarang ini sudah cukup penting untuk
hidup mereka sehari-hari.

Hakekat Alam
Ada pandangan yang mengatakan bahwa alam itu harus dibujuk agar mau memberi rrezeki
bagi manusia. Ada juga pandangan yang mengatakan bahwa alam itu harus dilawan, agar
jangan mencelakakan manusia. Ada sikap tengah yaitu, kalau dibujuk agar memberi rezeki
maupun kesenangan; tetapi bila perlu dilawan agar hidup kita tentram, tidak diganggu terus
menerus oleh alam.
Mengapa nelayan masih tradisional? Hal ini erat kaitannya dengan alam lingkungan kerja
yang mereka hadapi. Mereka tidak bisa atau tidak akan mampu melawan laut, mereka harus
bekerja sama dengan lut, apabila hendak hidup. Bahkanlaut sangat menetukan hidup mati
mereka. Karena itu dapat dimengerti bahwa sikap mereka masih tradisional seperti itu (itu
sebabnya ada upacara jumu laut dan upacara-upacara penyuguhan hati penghuni dan
penguasa laut.
Dalam hal kesehatan orang Melayu lebih berfikir maju (progresif), karena skor yang dicpai
ialah 60,9. Dengan demikian merek sudah lebih percaya pada pengobatan dokter, tidak lagi
bergantung pada kehendak alam (pertanyaan kode 39).Namun dalam soal banyak anak, orang
Melayu masih percaya bahwa banyak anak berarti banyak tenaga kerja, dan sedikit anak
berarti lemah. Dalam hal ini mereka masih dalam peralihan, terbukti skor pandangan mereka
masih 54,9 (kode 39), artinya, sebagian masih mendambakan banyak anak, sebagian lagi
mulai cenderung sedikit anak pun menjadi soal.
Dalam soal kaitannya antara doa dan hasil sawah, orang Melayu telah berpandangan
progresif. Dengan doa saja hasil sawah tidak akan bertambah banyak. Tetapi juga bergantung
pada letak, keadaan dan kesuburannya (kode 40). Skor dalam pandangan soal ini ialah 65,1
cukup progresif.
Dapat ditarik kesimpulan dalam soal hakekat alam bagi orang Melayu telah cukup progresif,
artinya mereka tidak lagi bergantung melulu pada alam, tetapi mereka sudah lebih percaya
atas usaha sendiri dalam memanfaatkan alam. Skor rata-rata secara keseluruhan orang
Melayu ialah 61,1. Artinya sudah maju.



Hakekat Waktu

Bagi manusia masa kini, waktu sangat penting. Bagi manusia zaman dulu waktu itu tidak
terpikirkan kepentingannya. Untuk orang melayu, waktu masih dalam peralihan. Sebagian
sudah menghargai kepentingannya, sebagian masih besikap tradisional.
Dalam soal perencanaan hidup, jabatan atau kedudukan, orang melayu masih belum
berpandangan maju, masih tradisional. Tetapi dalam soal kesulitan uang akibat usaha rugi,
orang melayu cenderung mengusahakan sendiri, tidak selalu meminta bantuan kepada
saudara, terlihat cara kemajuan berpikir ini dengan skor 67,8 (kode 33). Namun dalam soal
hubungan kehematan dengan ajaran agama, orang melayu masih berpendirian tradisional
terlihat pada skor 41,25. Mungkin hal disebabkan agama juga menganjurkan hidup hemat dan
sederhana. Jadi hidup sederhana dan hemat itu bukan karena adanya keinginan untuk
mempersiapkan hari depan yang lebih baik, tetapi memang karena diajurkan oleh agama
(kode 37)

Hakekat Hubungan Manusia

Hubungan manusia dapat terjadi secara mendatar (horizontal) maupun tegak (vertikal).
Hubungan antar manusia tersebut dapat secara hubungan patuh atau melawan, atau hubungan
bebas atau terikat. Bagaimana manusia saling memandangn sesamanya, apakah memandang
orang lain sama seperti dirinya atau tidak. Kesimpulan yang diajukan ialah bahwa dalam soal
hakekat hidup, orang Melayu masih berpandangan tradisional, kemudian juga dalam soal
waktu.





Kritik Terhadap Buku

Di dalam buku ini, menjelaskan tentang latar belakang penduduk suku Melayu berdasarkan
metodologi penelitian yang ditulis oleh penulis dengan membagi orang Melayu atas 4
golongan sosial yaitu nelayan, petani, karyawan dan pemuda pelajar.Dalam pembahasan
buku ini, diawali dengan pemaparan latar belakang daerah Melayu sampai golongan
penduduknya.Buku ini sangat relevan untuk pembaca, karena buku ini memuat tentang
kehidupan dan orientasi budaya antara orang Melayu dan Batak Toba. Hal ini ditandai
dengan komposisi penduduknya yang di golongkan berdasarkan pekerjaan. Pembagian
profesi tersebut ternyata mendapat kedudukan dan pandangan tersendiri oleh penduduk
sekitarnya.Dilihat dari mata pencaharian penduduknya masih di dominasi oleh
nelayan.Namun, profesi ini masih bersifat tradisional, sehingga penduduk di daerah ini sulit
utuk memgalami kemajuan.Ditandai dengan respon para penduduk yang masih beranggapan
jelek dan tidak percaya diri.Ditambah pula kehidupan orang Melayu masih berorientasi dalam
taraf peralihan.Buku ini juga merangkum tentang kehidupan orang Batak Toba dan ada juga
pembagian pekerjaan dengan kedudukannya.Penjelasan ini semakin menarik minat pembaca
karena disertai dengan data kuantitatif dengan menyertakan tabel dan skor persentasi.
Di dalam buku inijuga terdapat kelemahan, yaitu dalam memperkuat penjelasan korelasi
golongan sosial orang Melayu dilakukan metodologi penelitian secara responden engan
menggunakan kuisioner sebagai data pendukungnya.Namun, dalam buku ini terdapat lakimat
pernyataan dengan menuliskan ada pendapat dari beberapa responden mengenai hakekat
hidup masyarakatnya sehingga pembaca mangalami kesulitan untuk memahami kebenaran
fakta dari pernyataan tersebut.
Dalam pembahasannya mengenai orientasi nilai budaya Batak Toba yang menyorot kota
Pematang Siantar sebagai kajiannya.Namun dalam pembahasan ini kurang dijelaskan
mengenai pembagian pekerjaan penduduk Batak di daerah pegunungan tetapi lebih menyorot
pada keadaan kotanyayang agak tinggal di perkotaan.Selain itu masalah pokok dalam
kehidupan orang Batak Toba lebih banyak dikaitkan dengan foklor yang manandakan
orientasi budaya Batak Toba masih bersifat tradisional.

Anda mungkin juga menyukai