Anda di halaman 1dari 4

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-

komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua


kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan
fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda
bergerak pada laju yang berbeda (Gritter, et al., 1991).
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel
silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis
seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra
violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran
pelarut yang sesuai (Manitto, 1992).
Bila KLT dibandingkan dengan KKt, kelebihan khas KLT ialah keserbagunaan,
kecepatan, dan kepekaannya. Keserbagunaan KLT disebabkan oleh kenyataan bahwa di
samping selulosa, sejumlah penjerap yang berbeda-beda dapat disaputkan pada pelat kaca
atau penyangga lain dan digunakan untuk kromatografi. Walaupun silika gel paling banyak
digunakan, lapisan dapat pula dibuat dari alumunium oksida, 'celite', kalsium hidroksida,
magnesium fosfat, poliamida, 'sephadex', polivinil pirolidon, selulosa, dan campuran dua
bahan di atas atau lebih. Kecepatan KLT yang lebih besar disebabkan oleh sifat penjerap
yang lebih padat bila disaputkan pada pelat dan merupakan keuntungan bila kita menelaah
senyawa labil. Akhirnya, kepekaan KLT sedemikian rupa sehingga bila diperlukan dapat
dipisahkan bahan yang jumlahnya lebih sedikit dari ukuran g (Harborne, 2006).
Pada beberapa pemisahan biasanya akan menguntungkan bila sifat penjerap diubah
dengan menambahkan garam anorganik (misalnya perak nitrat untuk KLT pemerakan), dan
hal ini paling balk dikerjakan ketika pelat sedang disaput. Alasan lain masih digunakannya
pelat yang disaput sendiri di laboratorium ialah karena kadar air silika gel dapat dikendalikan.
Hal ini merupakan faktor yang kritis untuk beberapa pemisahan (Miller, 1975).
Sulfonamida dituliskan -S(=O)
2
-NH
2
, sebuah gugus sulfonat yang berikatan
dengan amina. Senyawa sulfonamida adalah senyawa yang mengandung gugus tersebut.
Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat dengan menggantikan
gugushidroksil dengan gugus amina.

Sulfonamida adalah kemoterapeutik yang pertama digunakan secara sistemik untuk
pengobatan dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Sulfonamida berupa kristal putih
yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya
adalah sulfanilamide. Berbagai variasi radikal R pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi
gugs amino (NH2) menyebabkan perubahan sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri
sulfonamida (Yulio, 2009).
Sulfonamida bersifat mikrobiostatik untuk sejumlah besar bakteri gram positif dan
gram negatif, dan berbagai protozoa (seperti coccidia, Plasmodium spp). Sulfonamida
digunakan biasanya dengan kombinasi agen kemoterapi lainnya untuk merawat infeksi
saluran kencing, malaria, coccidiosis dll.
Sulfonamida bertindak sebagai analog struktural dari asam p-aminobenzoik (PABA),
yang menghambat PABA saat pembentukan asam dihidropteroik dalam sintesis asam folat.
Organisme yang membuat sendiri asam folatnya dan tidak dapat memakai pasokan eksogen
dari vitamin menjadi sensitif terhadap sulfonamida, karena selnya dapat menyerap obat ini,
sementara organisme yang memerlukan asam folat eksogen untuk pertumbuhannya tidak
sensitif. Penundaan periode beberapa generasi terjadi antara paparan sel yang sensitif pada
sulfonamida dan penghambatan pertumbuhan; pada saat ini sel menghabiskan pasokan asam
folat endogen yang telah dibuat sebelumnya. Efek penundaan ini memungkinkan sulfonamida
dipakai bersama dengan antibiotik (misalnya penisilin) yang hanya aktif terhadap organisme
yang tumbuh.
Efek penghambat sulfonamida dapat dinetralkan dengan memasok sel dengan
metabolit yang normalnya membutuhkan asam folat untuk sintesisnya (misalnya purin, asam
amino tertentu); zat demikian dapat hadir misalnya dalam pus, sehingga sulfonamida menjadi
tidak efektif dalam perawatan infeksi suppuratif tertentu. Bakteri yang siap mengembangkan
resistansi pada sulfonamida, seperti modifikasi Streptococcus pneumoniae yang dihasilkan
lewat mutasi satu langkah pada sintetase asam dihidropteroik dapat mengurangi afinitas
enzim sulfonamida tanpa mengurangi afinitasnya pada PABA. Hambatan dari plasmid juga
muncul dan dapat terlibat, misalnya plasmid tersandi sintase asam dihidropteroik resistan
sulfonamida.
Banyak jenis sulfonamida yang berbeda misalnya dalam sifat klinisnya, toksisitasnya,
dll. Sebagian besar turunan memiliki penyusun nitrogen dari grup
sulfonamida (NH2.C6H4.SO2.NHR). Substitusi grup p-amino menghasilkan hilangnya
aktifitas anti bakterial, namun turunan demikian dapat dihidrolisa in vivomenjadi turunan
yang aktif. Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan fitalilsulfatiazol tidak aktif dan sulit
diserap perut, namun mereka terhidrolisa pada usus bawah untuk melepaskan komponen aktif
sulfatiazol; obat ini telah digunakan misalnya pada saat sebelum dan sesudah bedah perut.
Contoh-contoh sulfonamida antara lain:
1. Sulfacetamida (N-[(4-aminofenil)sulfonil]-asetamida);
2. Sulfadiazin
3. Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-4-pirimidinil)benzenesulfonamida)
4. Sulfadimidin (=sulfametazin: 4-amino-N-(4,6-dimetil-2-pirimidinil)benzenesulfonamida);
5. Sulfaguanidin (4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide);
6. Sulfametizol (4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il)benzenesulphonamide);
7. Sulfametoksazol (4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)benzenesulfonamida);
8. Sulfatiazol (4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamida); dan sebagainya.
(Singleton, 2006)

DAFTAR PUSTAKA
Gritter,R.J.J.M. Bobbit, and A.G Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi. Penerbit ITB.
Bandung
Harborne, J. B. 2006. Metode Fitokimia. ITB. Bandung
Manitto, Paolo. 1992. Biosintesis Produk Alami. IKIP. Semarang
Miller, J.M. 1975. Separation methods in Chemical Analysis. John Wiley & Sons. New York
Singleton, Paul and Diana Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular
Biology, Third Edition John Wiley & Sons. New York
Yulio, Yandi. 2009. Sulfonamida. http://yandiyulio.wordpress.com/2009/03/14/sulfonamida/
(Diakses Tanggal 30 Oktober 2011)

Anda mungkin juga menyukai