Anda di halaman 1dari 532

Penyunting:

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo


Panduan Pelatihan
untuk Pengrajin Mebel
Penyunting:
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
Panduan Pelatihan
untuk Pengrajin Mebel
2013 Pusat Penelitian Kehutanan Internasional
Isi dari publikasi ini dibawah lisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-
NoDerivs 3.0 Unported License http://creativecommons.org/licenses/by-nc-nd/3.0/
Shantiko B dan Purnomo H (ed.). 2013. Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel.
Bogor, Indonesia: CIFOR.
Cover foto oleh Diana Vela. Pengrajin perempuan mengikuti pelatihan finishing.
CIFOR
Jl. CIFOR, Situ Gede
Bogor Barat 16115
Indonesia
T +62 (251) 8622-622
F +62 (251) 8622-100
E cifor@cgiar.org
cifor.org
Pandangan yang diungkapkan dalam buku ini berasal dari penulis dan bukan merupakan
pandangan CIFOR, para penyunting, lembaga asal penulis atau penyandang dana maupun para
peninjau buku.
Daftar Isi
Pendahuluan 1
Bagian 1. Pelatihan Manajemen dan Organisasi 7
1.1. Pelatihan Manajemen dan Motivasi 8
1.2. Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan 10
1.3. Pelatihan Manajemen Keuangan 13
Bagian 2. Pelatihan Pemasaran 15
2.1. Pelatihan Pengolahan Gambar 16
2.2. Pelatihan Manajemen Pameran Perdagangan
dan Pengetahuan Ekspor 19
Bagian 3. Pelatihan Produk Hijau 21
3.1. Pelatihan Penelusuran Bahan Kayu untuk Pasar Ekspor 22
Bagian 4. Pelatihan Mutu, Desain dan Pengembangan Usaha 25
4.1. Pelatihan Standar Mutu Desain Mebel 26
4.2. Pelatihan Mengukir dan Desain untuk Perempuan 28
4.3. Pelatihan Finishing dan Pengembangan Usaha bagiPerempuan
30
Lampiran Materi Pelatihan 32
1. Materi Pelatihan Manajemen dan Organisasi 33
2. Materi Pelatihan Pemasaran 97
3. Materi Pelatihan Produk Hijau 164
4. Materi Pelatihan Mutu, Desain Dan Pengembangan Usaha 388
Mebel merupakan salah satu dari empat komoditas ekspor utama Indonesia
selain minyak dan gas bumi. Tiga komoditas ekspor lainnya adalah kelapa
sawit, pakaian jadi atau garmen dan karet. Ekspor mebel kayu Indonesia
tahun 2012 bernilai 0,98 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 9,6triliun
dari total ekspor industri pengolahan kayu Indonesia sebesar 4,5 milyar
dolar AS (UN comtrade, 2013). Sebagai negara berhutan tropis yang luas,
Indonesia sangat berkepentingan dengan pengembangan nilai tambah
produk hasil hutan yang keberlanjutan dari industri mebel. Alasan
utamanya adalah karena industri ini menyerap tenaga kerja dalam jumlah
besar, teknologinya relatif dikuasai, potensinya dalam meningkatkan nilai
tambah yang tinggi dan menggunakan bahan baku dari sumber yang bisa
terbaharui, yaitu hutan. Selain empat alasan ini, peran mebel di Indonesia
tidak hanya sebatas komoditas tetapi juga merupakan bagian dari budaya dan
peradabanmasyarakat.
Jepara sebagai pusat industri mebel dikenal di Indonesia dan dunia. Industri
mebel dan ukiran kayu Jepara menyumbang 26% ekonomi lokal dan 10%
ekspor mebel Indonesia. Pada tahun 2010 terdapat 11.981 unit usaha mebel
di kota ini, yang terdiri atas 92% unit kecil, 6% unit menengah, dan 2%
unit besar, yang secara keseluruhan mempekerjakan lebih dari 100.000 orang
(Tabel 1).

Pendahuluan
2
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Mebel Jepara memiliki sejarah yang panjang secara ekonomi maupun
budaya. Keterampilan membuat mebel telah dimiliki oleh orang Jepara
sejak berabad yang lalu, yaitu sejak zaman Ratu Shima (abad ke-7), Ratu
Kalinyamat (abad ke-16) dan R.A. Kartini (abad ke-19). Para leluhur
mereka mewariskan keterampilan itu secara turun-temurun dalam suatu
sistem pewarisan dan proses pembelajaran yang unik. Para pengrajin
mebel meyakini bahwa keahlian dan keterampilan mereka membuat mebel
merupakan warisan sejarah yang harus dijaga kelestariannya. Maka tidaklah
mengherankan apabila jumlah pengrajin di Jepara mencapai ribuan dan
tersebar di hampir seluruh kecamatan di kota Jepara (Gambar 1).
Penelitian riset aksi (action research) rantai nilai mebel (Furniture Value
Chain Project - FVC), yang didanai oleh Australian Centre for International
Tabel 1. Jenis usaha mebel di Jepara
Jenis usaha Jumlah
Usaha tunggal
Penjualan kayu di TPK (Log park) 726
Penggergajian (sawmill) 101
Pengeringan (kiln and dry) 20
Brak (workshop) 8.080
Toko perlengkapan (ironmongery) 168
Gudang (warehouse) 528
Ruang pamer (showroom) 1.974
Jumlah usaha tunggal 11.597
Usaha campuran
Penjualan kayu dan penggergajian 137
Brak dan ruang pamer 78
Brak dan pengeringan 71
Brak dan penjualan kayu 37
Brak dan gudang 15
Bisnis terpadu 46
Jumlah usaha campuran 2.384
Jumlah total 11.981
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
3
Agricultural Research (ACIAR) dilaksanakan sejak tahun 2008 hingga 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengupayakan terciptanya perbaikan struktur
dan fungsi industri mebel Jepara dari perolehan bahan baku kayu hingga
proses pemasaran mebelnya. Proyek FVC dilaksanakan oleh CIFOR, bekerja
sama dengan Forum Rembug Klaster (FRK) Jepara, Pemerintah Kapubaten
Jepara, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Balitbanghut)
Kementerian Kehutanan, dan Fakultas Kehutanan Instititut Pertanian
Bogor(IPB).
Gambar 1. Sebaran unit bisnis mebel di Jepara
Sumber: Achdiawan dan Puntodewo (2011)
4
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Riset aksi ini mencakup rangkaian refeksi, perencanaan, tindakan dan
pemantauan yang dilakukan berulang-ulang. Refeksi merupakan
pengkajian dan pemahaman yang dalam tentang mebel Jepara, sedangkan
Perencanaan menggambarkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
untuk meningkatkan kinerja pengrajin Jepara. Perencanaan ini kemudian
ditindaklanjuti dengan Tindakan nyata di lapangan, yang diikuti dengan
Pemantauan atas dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil
pemantauan ini kemudian dilakukan pengkajian atau refeksi lagi dan
seterusnya.
Pelatihan merupakan bagian dari Tindakan dalam rangkaian riset aksi.
Sasarannya adalah para pengrajin, dengan tujuan utama untuk meningkatkan
keterampilan mereka, khususnya yang terkait dengan produksi dan
mencakup aspek pengelolaan dan pengorganisasian bisnis. Tema pelatihan
ditentukan secara partisipatif dengan melibatkan para pengrajin, yang
meliputi aspek bahan baku, produksi hingga pemasaran yang perlu
ditingkatkan. Proyek FVC secara berkala berdiskusi dengan para pengrajin
dan melakukan penjaringan tema atau topik pelatihan yang dirasa penting
oleh para pengrajin. Kemudian tim proyek FVC akan memfasilitasi dan
menghubungkan dengan para ahli yang sesuai dengan tema pelatihan.
Pelatihan merupakan suatu proses belajar dan bukan sulap yang langsung
mengubah keadaan seketika. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan
penghidupan dan kesejahteraan para pengrajin. Melalui berbagai pelatihan
yang telah mereka ikuti, para pengrajin diharapkan akan melihat usaha
mebel dengan perspektif yang berbeda. Dengan demikian bekal pemahaman
dan pengetahuan ini dapat diterapkan dalam kegiatan bisnis mereka dan
ditularkan kepada rekan sesama pengrajin.
Target utama pelatihan ini adalah pengrajin mebel skala kecil, termasuk
namun tidak terbatas kepada anggota Asosiasi Pengrajin Kecil Jepara (APKJ).
Pelatihan yang didesain khusus untuk perempuan tidak muncul secara
tiba-tiba, tetapi merupakan rangkaian Tindakan dari hasil penelitian
sebelumnya yang menemukan adanya keterkaitan dan peranan perempuan
dalam industri mebel.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
5
Tabel 2. Ringkasan tema dan tujuan pelatihan
Judul Pelatihan Tujuan Target Peserta Metode Waktu
Manajemen dan
motivasi
Meningkatkan
motivasi dan
kemampuan
manajemen
Pemilik usaha
mebel, pengrajin
mebel
Pemaparan
materi dan
diskusi
kelompok
2 hari
Kewirausahaan
untuk
Perempuan
Memberikan
motivasi
kewirausahaan
dan pengetahuan
manejemen
Perempuan
pekerja usia
produktif
Pemaparan
materi di
kelas (80%)
dan praktek
(20%)
1 hari
Manajemen
Keuangan
Memberikan
pengetahuan
prinsip pengelolaan
keuangan dan cara
memperoleh kredit
bank
Pemilik
bengkel kerja,
pengrajin mebel,
bendahara
usaha
Pemaparan
materi di
kelas dan
latihan
lembar kerja
1 hari
Pengolahan
gambar
Meningkatkan
kemampuan olah
digital sebagai salah
satu cara promosi
lewat internet
Pemilik usaha
mebel, pengrajin
Pemaparan
materi di
kelas (50%)
dan praktek
(50%)
1 hari
Manajemen
pameran
perdagangan
dan
pengetahuan
ekspor
Meningkatkan
kemampuan
menyiapkan
pameran mebel
yang efektif dan
efsien
Pemilik usaha
mebel
Pemaparan
materi di
kelas (70%)
dan praktek
(30%)
1 hari
Penelusuran
bahan kayu
untuk pasar
ekspor
Mengenalkan
sistem lacak balak
dalam rangka
tuntutan green
product dan
menghadapi pasar
ekspor
Pemilik usaha
mebel dan
pengrajin mebel
Pemaparan
materi di
kelas (80%)
dan praktek
(20%)
3 hari
bersambungan
6
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Panduan pelatihan ini disusun berdasarkan kumpulan materi pelatihan yang
diadakan oleh proyek FVC selama tahun 2008 sampai 2013. Panduan ini
ditujukan untuk memperluas dampak kegiatan riset aksi rantai nilai mebel di
Jepara dan dapat dijadikan bahan rujukan oleh pihak-pihak berkepentingan
dalam rangka pengembangan kapasitas pengrajin mebel diIndonesia.
Panduan ini terdiri dari empat bagian yang mencakup beragam tema di
seputar rantai nilai. Bagian pertama menguraikan manajemen dan organisasi,
bagian kedua mengenai aspek pemasaran, bagian ketiga tentang produk hijau
dan bagian keempat tentang mutu, desain dan pengembangan usaha. Rincian
tema dalam setiap bagian ditampilkan dalam Tabel 2.
Judul Pelatihan Tujuan Target Peserta Metode Waktu
Standar mutu
desain mebel
Memberikan
pengetahuan
mengenai
struktur kayu dan
penerapannya pada
mebel
Pemilik bengkel
kerja, pengrajin
mebel
Pemaparan
materi
di kelas
(80%) dan
peragaan
(20%)
1 hari
Mengukir dan
desain untuk
perempuan
Mengingkatkan
keterampilan
mengukir dan
desain ukir serta
kewirausahaan
untuk perempuan
Pengrajin ukir
perempuan
usia produktif
(maksimum 40
tahun)
Pemaparan
materi di
kelas (30%)
dan praktek
ukir (70%)
2 hari
Finishing dan
pengembangan
usaha bagi
perempuan
Meningkatkan
keterampilan
fnishing untuk
pekerja perempuan
Perempuan
usia produktif
(maksimum
40 tahun ) dan
bekerja sebagai
penghamplas.
Pemaparan
materi di
kelas (50%)
dan praktek
(50%)
1 hari
Tabel 2. (sambungan)
Bagian 1.
Pelatihan Manajemen
dan Organisasi
8
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
1.1. Pelatihan Manajemen dan Motivasi
Usaha kecil dan menengah umumnya dijalankan dengan manajemen
tradisional dan tidak menggunakan pencatatan keuangan usaha.
Kemampuan manajemen yang ditunjang oleh motivasi yang kuat merupakan
kunci keberhasilan usaha dalam jangka panjang. Pelatihan ini memberikan
pengetahuan dasar-dasar kemampuan yang perlu dimiliki sebagai pengrajin
sekaligus pedagang. Peserta diajak memahami segala sesuatu yang berkaitan
dan yang memengaruhi pengadaan, pemasaran dan penjualan produknya
sehingga mampu menciptakan terobosan baru yang terpadu dan efektif
dalam usaha pencapaian target pemasaran dan penjualan.
Tujuan:
1. Memberikan motivasi peserta untuk menciptakan terobosan baru secara
terpadu yang efektif dalam mencapai target pemasaran dan penjualan
(desain dan kualitas produk, pengembangan jaringan serta karakter dan
performa personal).
2. Memberikan pengetahuan mengenai penetapan rencana dan
pengelolaan kegiatan pemasaran dan penjualan produk secara efektif
sebagai panduan dalam menghadapi persaingan dan dinamika kondisi
perekonomiannasional.
Target peserta: Pemilik usaha mebel dan pengrajin mebel.
Hasil yang diharapkan:
1. Peserta mampu meningkatkan motivasi diri dan mampu menjadi
motivator bagi orang lain.
2. Peserta memiliki kemampuan dasar yang perlu dimiliki sebagai pengrajin
sekaligus sebagai pedagang.
3. Peserta mengidentifkasi dan memetakan segala sesuatu yang berkaitan
dan yang memengaruhi pengadaan, pemasaran dan penjualan produknya.
4. Peserta memahami dampak dari kelangsungan produk mereka di masa
depan bagi perekonomian daerah.
5. Peserta memahami pentingnya melakukan berbagai upaya
mempertahankan citra popularitas produknya.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
9
Metode: Pemaparan materi di kelas dan diskusi kelompok
Waktu: 2 (dua) hari
Materi:
1. Pemantapan Motivasi
2. Pembekalan Kemampuan Dasar
3. Identifkasi dan Pemetaan
4. Penunjang Faktor Sukses
5. Pertahanan Nilai dan Citra
10
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
1.2. Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan
Industri mebel tidak hanya digeluti oleh kaum laki-laki saja, tetapi juga
melibatkan dan ditekuni oleh kaum perempuan sebagai upaya untuk
menopang perekonomian keluarga. Untuk mendukung usaha, perempuan
perlu menguasai kewirausahaan dan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai
sukses dalam usaha. Pelatihan ini diberikan khusus untuk perempuan
sebagai upaya pemberdayaan perempuan dan membuka kesempatan serta
peluang untuk mengembangkan diri dan usaha. Selain materi kewirausahaan,
pelatihan ini memberikan penekanan tentang pengelolaan sederhana di
bidang keuangan.
Tujuan:
1. Memberikan motivasi dan wawasan mengenai kewirausahaan
bagiperempuan
Peserta serius mengikuti acara pelatihan. Foto oleh: xxxxxxxxxxxxxx
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
11
Peserta menikmati bagian permainan yang menggembirakan dari pelatihan. Foto oleh:
xxxxxxxxxxxxxx
2. Mendorong aktualisasi diri bagi perempuan untuk mengembangkan
potensi dan kemandirian sehingga mereka dapat meningkatkan
perekonomian keluarga.
3. Membuka wawasan bagi wirausaha perempuan agar mampu dan
mempunyai keinginan untuk lebih maju dan sukses.
Target peserta: Perempuan pekerja usia produktif (maksimum 40 tahun),
jumlahnya sebanyak 30 peserta
Hasil yang diharapkan:
1. Peserta mampu menerapkan prinsip pengelolaan keuangan dalam
usahamereka.
12
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2. Wirausaha perempuan mampu mengembangkan diri, potensi dan usaha
dalam jangka panjang, meningkatkan perekonomian keluarga dan
menciptakan lapangan kerja bagi perempuan lainnya.
Metode: Pemaparan materi di kelas (80%) dan praktek (20%)
Waktu: 1 (satu setengah) hari
Materi:
1. Motiivasi
a. Mengenal visi, misi dan strategi
b. Pengukuran kinerja dan evaluasi
2. Kiat menjadi wirausaha sukses
a. Karakteristik wirausaha perempuan
b. Strategi pemasaran
c. Memilih bidang yang tepat
d. Strategi meraih sukses
3. Pengelolaan keuangan
a. Mengenal akuntansi dan prosedurnya
b. Mengenal laporan keuangan
c. Persamaan akuntansi
d. Contoh kasus
4. Peluang kerja sama Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) dengan
sektor swasta (Studi Kasus)
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
13
1.3. Pelatihan Manajemen Keuangan
Usaha kecil dan menengah umumnya dikelola secara tradisional dan
umumnya pencatatan keuangan usaha tidak ada karena dianggap rumit
dan berbiaya tinggi. Mereka sering tidak mengetahui status keuangan usaha
apakah mereka mendapatkan laba atau merugi. Pada gilirannya kurangnya
informasi penting ini dapat menghambat perkembangan usaha. Pelatihan
ini memberikan pengetahuan dasar-dasar pengelolaan keuangan secara
sederhana yang mudah diterapkan untuk skala usaha kecil dan menengah.
Bagi pengusaha yang ingin mengembangkan usaha lebih lanjut, materi yang
terkait dengan permodalan dan akses kredit juga diberikan.
Tujuan:
1. Memberikan pengetahuan mengenai prinsip dasar mengelola keuangan,
laporan keuangan dan akuntansi sederhana.
2. Memberikan pengetahuan tentang kredit perbankan, jenis kredit dan
prosedur mendapatkan kredit.
Target peserta: Pemilik bengkel kerja, pengrajin mebel, bendahara usaha
Hasil yang diharapkan:
1. Peserta memahami dasar-dasar pengelolaan keuangan, laporan keuangan
dan akuntansi sederhana.
2. Peserta dapat menggunakan pengelolaan keuangan sederhana dalam
usaha yang dijalankan.
3. Peserta mendapatkan informasi lengkap mengenai kredit perbankan dan
mengetahui prosedur untuk memperoleh kredit.
Metode: Pemaparan materi di kelas dan latihan lembar kerja
Waktu: 1 (satu) hari
Materi:
1. Permodalan dan cara mengelola kredit
a. Fungsi kredit
b. Jenis kredit bank
14
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
c. Aspek penilaian kredit oleh Bank
d. Permasalahan dan hal-hal yang penting dalam pengajuan kredit
e. Studi Kasus KUR BRI: ketentuan umum dan kebijakan prosedur kredit
2. Teknik penentuan harga jual produk mebel
a. Lembar kerja teknik menentukan harga jual berdasarkan
kubikasikomponen
3. Pengelolaan dan pembukuan keuangan
a. Prinsip dasar mengelola keuangan
b. Dasar pembukuan keuangan
Bagian 2.
Pelatihan Pemasaran
16
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2.1. Pelatihan Pengolahan Gambar
Memasarkan produk dengan menggunakan sarana internet dikenal
sebagai bisnis online. Model bisnis ini kini makin diminati seiring
dengan kemudahan masyarakat untuk mengakses internet oleh. Bisnis
online menawarkan kemudahan dalam pertukaran informasi termasuk
transaksi, karena cukup memajang foto dan informasi produk di website
dan bisa dilakukan secara mobile (bergerak). Salah satu prasyarat penting
pemasan ini adalah tampilan gambar yang terang, tajam dan komposisinya
menarik. Pelatihan ini akan memberikan dasar-dasar pengolahan gambar
menggunakan software pengolah gambar untuk memperbaiki tampilan
sebelum gambar dimuat ke website. Pelatihan disampaikan dalam bentuk
presentasi dan praktek mengolah gambar.
Tujuan:
1. Meningkatkan kemampuan dalam mengedit gambar dengan
menggunakan program Adobe Photoshop.
2. Meningkatkan kemampuan dalam memperbarui informasi dan gambar
pada profl usaha pengrajin yang dipromosikan melalui situs Javamebel.
3. Menjadikan forum pelatihan sebagai media untuk berbagi pengalaman
dan pengetahuan di antara peserta pelatihan.
Target peserta: Pemilik usaha mebel, pengrajin
Hasil yang diharapkan:
1. Peserta dapat mengerjakan fungsi-fungsi dasar editing gambar.
2. Peserta memiliki pemahaman yang cukup untuk mengembangkan
kemampuan editing gambar pada tahapan yang lebih tinggi
secaramandiri.
3. Peserta dapat meningkatkan kualitas gambar-gambar pada profl
pengrajin yang dipromosikan melalui situs Javamebel.
Metode: Pemaparan materi di kelas (50%) dan praktek (50%)
Waktu: 1 (satu) hari
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
17
Gambar yang jelas dan terang merupakan kunci pemasaran online. Foto oleh: xxxxxxxxxxxxxx
Materi:
1. Mengoperasikan tool dan palette
a. Navigator
b. Zoom
c. Hand
d. Eyedropper
e. Memilih warna
2. Teknik-teknik dasar
a. Backup
b. Transformasi
c. Canvas
d. Memilih format fle
3. Bekerja dengan layer (bagian 1)
a. Menciptakan layer
b. Menghapus layer
18
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
c. Menggabungkan layer
d. Melakukan fattening
4. Bekerja dengan layer (bagian 2)
a. Layer mask
b. Beberapa operasi pada layer mask
5. Bekerja dengan teks
a. Pemilihan font
b. Mode anti-alias
c. Warp text
6. Praktek pengolahan gambar
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
19
2.2. Pelatihan Manajemen Pameran Perdagangan dan
Pengetahuan Ekspor
Kegiatan pemasaran merupakan bagian tidak terpisahkan dari siklus produksi
suatu produk. Dalam konteks produk mebel, pemasaran dapat dilakukan
dengan berbagai metode, antara lain pemasaran langsung, menggunakan
ruang pamer, menyebarkan katalog produk dan mengikuti pameran.
Pelatihan ini dirancang khusus untuk menyiapkan pengrajin yang akan
mengikuti pameran, karena anyak pengrajin yang masih menggunakan
satu teknik pemasaran saja. Karena itupelatihan ini diharapkan dapat
membuka wawasan, pengetahuan dan pemahaman baru bagi mereka. Materi
disampaikan dalam bentuk presentasi dan praktek.
Tujuan:
1. Untuk meningkatkan kesiapan para pengrajin dalam rangka
menghadapipameran yang diadakan di tingkat lokal, nasional dan
bahkan internasional.
2. Untuk memberikan pengetahuan bagaimana menyiapkan pameran
yang efektif dan efsien termasuk teknik penataan stand pameran agar
menarikpengunjung.
3. Menjadikan pelatihan sebagai sarana berbagi pengalaman dan
pengetahuan di antara peserta.
Target peserta: Pemilik usaha mebel
Hasil yang diharapkan:
1. Peserta memahami tahapan yang diperlukan untuk mengikuti pameran
yang efektif dan efsien.
2. Peserta dapat merencanakan dan melaksanakan pameran serta
menindaklanjuti setelah pameran berakhir.
3. Peserta termotivasi untuk mengikuti pameran dan lebih percaya diri
menghadapi calon pembeli.
Metode: Pemaparan materi di kelas (70%) dan praktek (30%)
Waktu: 1 (satu) hari
20
Materi:
1. Manajemen Pameran Perdagangan
a. Tujuan utama mengikuti pameran perdagangan
b. Beberapa kesalahan umum perusahaan kurang berhasil dalam
pameranperdagangan
c. Menganalisis hasil dari pameran dagang sebelumnya
d. Persiapan sebelum pameran perdagangan
e. Membuat rencana tindak lanjut setelah pameran berakhir
f. Teknik negosiasi dan cara menghadapi pembeli
2. Role play dan praktek pengisian buku kerja rencana pameran perdagangan
Aplikasi desain dalam pameran perdagangan. Foto XXXXXXXXXXXXXXX
Bagian 3.
Pelatihan Produk Hijau
22
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
3.1. Pelatihan Penelusuran Bahan Kayu untuk Pasar Ekspor
Sebagai akibat dari kegiatan kampanye produk hijau (green product) dari
berbagai pihak, para kelompok pembeli produk kayu di berbagai negara maju
mulai menekankan syarat produk ramah lingkungan (ecolabel) untuk barang-
barang dari kayu yang akan diperdagangkan di pasar mereka. Para pembeli
menghendaki adanya jaminan bahwa baku produk kayu yang dihasilkan dan
mereka beli jelas asal usulnya, yaitu dari hutan yang dikelola secara lestari.
Penelusuran bahan baku produk kayu tersebut lazim disebut dengan Chain of
Custody (CoC) atau sistem lacak balak. Sistem sertifkasi produk lacak balak
berusaha menjamin kemamputelusuran hasil hutan dari konsumen akhir,
distributor produk, industri kayu, hingga ke unit pengelolaan hutan produksi
yang dikelola secara lestari. Pelatihan ini mengenalkan sistem lacak balak ini
dan bagaimana penerapannya dalam industri mebel untuk pasar ekspor.
Tujuan
1. Untuk memperkenalkan sistem penelusuran bahan kayu (CoC) yang
merupakan bagian dari sertifkasi produk ramah lingkungan.
2. Untuk meningkatkan kesiapan para pengrajin dalam rangka menghadapi
dan mengantisipasi tuntutan pasar ekspor melalui produk hijau.
Target peserta: Pemilik usaha mebel dan pengrajin mebel
Hasil yang diharapkan:
1. Peserta memahami pentingnya sistem penelusuran bahan kayu (CoC)
dan memahami tahapan persiapan, implementasi dan pemantauan
lacakbalak.
2. Peserta dapat mengimplementasikan sistem penelusuran bahan kayu
(CoC) dalam usaha mebel.
Metode: Pemaparan materi di kelas (80%) dan praktek (20%)
Waktu: 3 (tiga) hari
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
23
Suasana pelatihan penelusuran bahan kayu. Foto oleh xxxxxxxxxxxx
Materi:
1. Pemahaman Sistem Lacak Balak Industri Perkayuan
a. Manfaat Penerapan Sistem CoC terhadap Pelanggan
b. Pemahaman dan Prinsip CoC untuk UKM
2. Pemahaman Standar Sistem Lacak Balak (CoC)
a. Standar Pengolahan Hutan Tanaman Lestari skala kecil
b. Rantai Rute Pergerakan Kayu CoC
c. Penerapan CoC di Hutan dan Industri/Manufaktur
3. Penerapan dan Pengendalian Inventorisasi pada Industri Permebelan
a. Identifkasi Sistem dan Produk Lacak Balak
b. Penerapan Sistem Penundaan dan Penataan Lay Out
c. Aliran Bahan Baku Industri Permebelan skala kecil
24
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4. Implementasi Lacak Balak pada Rantai Penerimaan/Pembelian Bahan
Baku Kayu dan Pengiriman/Penjualan Produk
a. Model Keterkaitan Pengendalian Rantai Pasokan skala kecil
b. Standar FSC (Forest Stewardship Council) tentang Penerimaan dan
Penyimpanan Bahan
c. Pembinaan Bahan Baku untuk industri skala kecil
5. Persyaratan Lacak Balak untuk Penelusuran Fisik Aliran Barang
a. Kondisi Umum dan Inspeksi Lacak Balak Fisik
b. Kebijakan, Prosedur dan Instruksi Kerja
c. Instrumen Lacak Balak
6. Persyaratan Lacak Balak untuk Inspeksi Bukti Rekaman Penerapan
a. Pengadaan Label dan Pembuatan Kode Rekaman
b. Inspeksi Dokumen
7. Persyaratan Dokumentasi
a. Persyaratan Dokumentasi CoC-FSC
b. Identifkasi Kebutuhan Rekaman Standar FSC
8. Teknis dan Pelaksanaan Audit Internal Sistem Lacak Balak
a. Teknis audit
b. Pengembangan rencana pengrajin untuk implementasi CoC
Bagian 4.
Pelatihan Mutu, Desain dan
Pengembangan Usaha
26
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4.1. Pelatihan Standar Mutu Desain Mebel
Pemahaman mengenai struktur dan konstruksi kayu penting untuk
menyiapkan desain mebel yang baik dan sesuai dengan kebutuhan.
Perbedaan jenis kayu mempengaruhi kekuatan, keawetan dan tingkat
penyusutannya. Aspek teknis ini perlu dipahami untuk menentukan
jenis perlakuan yang sesuai untuk meningkatkan kekuatan dan keawetan
produk mebel yang dihasilkan. Pelatihan ini memberikan pengetahuan dan
pemahaman mengenai struktur kayu dan penerapannya pada mutu desain
produk mebel, antara lain konstruksi kayu dan sifat kayu yang berpengaruh
kepada mesin dan mutu desain mebel.
Tujuan: Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai struktur kayu
dan penerapannya pada mutu desain produk mebel
Target peserta: Pemilik bengkel kerja dan pengrajin mebel
Aplikasi desain pada produk mebel. foto oleh xxxxxxxxxx
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
27
Hasil yang diharapkan:
1. Peserta memahami konstruksi dan sifat kayu.
2. Peserta dapat menerapkan pengetahuan konstruksi dan sifat kayu pada
mutu desain kayu dan mebel.
Metode: Pemaparan materi di kelas (80%) dan peragaan (20%)
Waktu: 1 (satu) hari
Materi:
1. Konstruksi kayu
a. Penggolongan kayu
b. Aspek yang berhubungan dengan kekuatan konstruksi
c. Pemilihan konstruksi (kursi, almari dan meja)
2. Sifat kayu yang berpengaruh kepada mesin
a. Pola permukaan serat
b. Kadar air dan penyusutan kayu
c. Arah serat tumbuh kayu
d. Kekerasan Kayu
e. Cacat-cacat kayu
f. Teknik penggunaan gergaji mesin
3. Bahan kayu dan mutu desain mebel
a. Desain mebel berdasarkan sistem produksi
b. Prinsip umum desain
c. Prinsip desain sehubungan dengan prinsip manufaktur
d. Desain dan elemen pemasaran
28
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4.2. Pelatihan Mengukir dan Desain untuk Perempuan
Jepara terkenal sebagai kota ukir sejak awal abad ke-19. Bahkan kesenian
dan keterampilan mengukir dikuasai oleh pengrajin diwariskan secara turun
temurun. Mengukir merupakan unsur seni yang berkembang terus menerus
dan elemen desain ukir inilah yang menjadi daya tarik utama mebel Jepara.
Oleh karena itu, pengrajin perlu senantiasa memperbarui pengetahuan
tentang perkembangan desain baru selain penguasaan terhadap desain-
desain yang sudah ada. Pelatihan ini dirancang untuk pengrajin pengukir
perempuan yang mendominasi bidang pekerjaan mengukir. Pelatihan
ini terdiri dari pengetahuan dasar mengukir dan desain yang diikuti oleh
praktek mengukir. Selain itu, materi kewirausahaan dan keterampilan dasar
perhitungan kubikasi produk mebel diberikan untuk meningkatkan motivasi
dan pemahaman.
Perempuan mengukir. foto oleh xxxxxxx
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
29
Tujuan:
1. Mengenalkan aspek seni budaya yang ada di Jepara, terutama seni ukir.
2. Memberikan pengetahuan mengenai teori mengukir.
3. Memberikan wawasan dan motivasi kepada pengrajin ukir agar mampu
dan mempunyai keinginan untuk lebih maju.
Target peserta: Pengrajin ukir perempuan usia produktif (maksimum 40
tahun) Jumlah peserta sebanyak 30 peserta
Hasil yang diharapkan:
1. Peserta memahami dasar teori mengukir dan dapat mengembangkannya
lebih lanjut.
2. Pengrajin ukur dapat mengembangkan diri, potensi dan usaha dalam
jangka panjang.
Metode: Pemaparan materi di kelas (30%) dan praktek ukir (70%).
Waktu: 2 (dua) hari
Materi:
1. Sekilas tentang ragam budaya dan seni di Jepara
2. Pengenalan teori mengukir
a. Pengenalan alat dan bahan
b. Teknik dan tahapan mengukir
c. Ornamen, motif dan ragam hias ukiran
3. Kewirausahaan
a. Pola pikir dan motivasi
b. Berbagi pengalaman usaha mengukir
c. Teknik perhitungan kubikasi
4. Praktek mengukir

30
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4.3. Pelatihan Finishing dan Pengembangan Usaha
bagiPerempuan
industri mebel tidak hanya digeluti oleh kaum laki-laki saja, tetapi
juga ditekuni oleh kaum perempuan sebagai sarana untuk menopang
perekonomian keluarga. Dalam kenyataannya, dari sisi keterampilan dan
kesejahteraannya kaum perempuan, terutama di kalangan buruh harian lepas,
masih sangat jauh tertinggal dibandingkan para pekerja laki-laki. Kegiatan
pemberdayaan perempuan melalui pelatihan, pembinaan, dan pendampingan
bagi perempuan usia produktif diharapkan membuka kesempatan untuk
mengembangkan diri dan usaha mereka.
Tujuan:
1. Sebagai sarana untuk memberikan tambahan pengetahuan dan
peningkatan kemampuan bagi perempuan, khususnya yang bekerja
sebagai buruh harian lepas fnishing.
2. Untuk mendorong aktualisasi diri bagi perempuan dalam upaya
mengembangkan potensi dan kemandirian guna meningkatkan
perekonomian keluarga.
3. Membuka wawasan bagi kaum perempuan yang bekerja sebagai buruh
agar mampu dan mempunyai keinginan untuk lebih maju dan berdikari.
Target peserta: Wanita usia produktif (maksimum 40 tahun) dan bekerja
sebagai penghamplas. Jumlah peserta sebanyak 30 peserta
Hasil yang diharapkan:
1. Pekerja perempuan, khususnya buruh harian lepas fnishing mebel,
mampu mengembangkan diri, potensi dan usaha dalam jangka panjang.
2. Keterlibatan perempuan dalam industri mebel dapat meningkatkan
perekonomian keluarga dan menciptakan lapangan kerja bagi perempuan.
Metode: Pemaparan materi di kelas (50%) dan praktek (50%)
Waktu: 1 (satu setengah) hari
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
31
Materi:
1. Pengenalan bahan dan alat fnishing mebel
a. Teori fnishing mebel
b. Teknik mengamplas
c. Langkah kerja fnishing politer
2. Praktek fnishing mebel
Gambar 9. Peserta mempelajari praktek fnishing
Lampiran Materi Pelatihan
1. Materi Pelatihan Manajemen dan Organisasi
1.1. Pelatihan manajemen dan motivasi
1.2. Pelatihan kewirausahaan untuk perempuan
1.3. Pelatiha n manajemen keuangan
2. Materi Pelatihan Pemasaran
2.1. Pelatihan pengolahan gambar
2.2. Pelatihan manajemen pameran perdagangan dan pengetahuan ekspor
3. Materi Pelatihan Produk Hijau
3.1. Pelatihan penelusuran bahan kayu untuk pasar ekspor
4. Materi Pelatihan Mutu, Desain dan Pengembangan Usaha
4.1. Pelatihan standar mutu desain mebel
4.2. Pelatihan mengukir dan desain untuk perempuan
4.3. Pelatihan fnishing dan pengembangan usaha bagi perempuan
33
APKJ breakthrough to achieve excellence marketing and
sales target
Oleh: Yunus Gino Alexander
Seminar ini bertujuan mengarahkan dan memotivasi peserta untuk
menciptakan terobosan baru secara terpadu yang efektif dalam usaha
pencapaian target pemasaran dan penjualan (design dan kualitas produk,
pengembangan jaringan serta karakter dan performa personal).
Seminar ini bertujuan membantu peserta memiliki pengetahuan mengenai
penetapan rencana dan pengelolaan kegiatan pemasaran dan penjualan
produk secara efektif sebagai panduan dalam menghadapi persaingan dan
dinamika kondisi perekonomian nasional.
Materi Seminar
1. Pemantapan Stabilitas Motivasi
Memberikan penguatan motivasi kepada peserta untuk mencapai tujuan
melalui upaya penciptaan berbagai terobosan baru serta membangun
kemampuan peserta menjadi motivator bagi orang lain.
2. Pembekalan Kemampuan Dasar
Membekali peserta dengan kemampuan dasar yang perlu dimiliki dalam
konteks sebagai pengrajin sekaligus sebagai pedagang.
3. Identifkasi dan Pemetaan
Membantu peserta melakukan identifkasi dan pemetaan terhadap segala
sesuatu yang berkaitan dan yang mempengaruhi pengadaan, pemasaran
dan penjualan produknya.
1. Materi Pelatihan Manajemen dan Organisasi
1.1. Pelatihan Manajemen dan Motivasi
34
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4. Penunjang Faktor Sukses
Membantu peserta dalam menyusun dan menetapkan faktor-faktor
pendukung yang menunjang pencapaian keberhasilan pemasaran dan
penjualan produknya.
5. Pertahanan Nilai dan Citra
Memberikan pemahaman mengenai dampak dari kelangsungan
masa depan produk terhadap perekonomian daerah dan memberikan
pemahaman mengenai pentingnya melakukan berbagai upaya
mempertahankan citra popularitas produknya.
Proses Mencapai Tujuan
Setiap orang harus memiliki motivasi dan kegigihan dalam proses mencapai
tujuan yang diharapkan kekuatan iman percaya kepada kuasa Tuhan adalah
landasan motivasi dan kegigihan bakat dan pengetahuan adalah peluang dan
penunjang
Pemantapan Stabilitas Motivasi
Memberikan penguatan motivasi kepada peserta untuk mencapai tujuan
melalui upaya penciptaan berbagai terobosan baru serta membangun
kemampuan peserta menjadi motivator bagi orang lain.
1. Pengenalan peranan motivasi dalam hidup dan bisnis
2. Panduan mencapai motivasi dan kegigihan mencapai tujuan
3. Pemetaan dan identifkasi kelemahan dan kekuatan personal
4. Strategi mempertahankan stabilitas motivasi dalam kondisi sulit
5. Perencanaan tindakan dan penetapan tujuan realitis mencapai hasil
6. Menjadi motivator bagi orang lain
Tentang Perubahan
Perubahan kondisi terjadi apabila ada yang berani berubah untuk
menciptakan perubahan
Pembekalan Kemampuan Dasar
Membekali peserta dengan kemampuan dasar yang perlu dimiliki dalam
konteks sebagai pengrajin sekaligus sebagai pedagang.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
35
1. Pengendalian sikap dan sifat
2. Penjualan yang menarik perhatian dan minat
3. Kekuatan komunikasi yang informatif
4. Penyusunan dan pengaturan organisasi
5. Pengenalan situasional dan target konsumen
6. Penampilan personal berdasarkan konteks situasi
7. Memenangkan presentasi produk
Tentang Peluang
Setiap peluang hadir ketika anda menciptakannya setiap peluang
membuahkan hasil ketika anda berani menjalankannya maka berkaryalah
untuk mendapatkan yang diharapkan
Identifkasi dan Pemetaan
Membantu peserta melakukan identifkasi dan pemetaan
terhadap segala sesuatu yang berkaitan dan yang mempengaruhi
pengadaan, pemasaran dan penjualan produknya.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produk
2. Perilaku minat konsumen terhadap produk
3. Kekuatan produk pesaing domestik / mancanegera
4. Perbandingan produk dengan pesaing domestik / mancanegara
5. Perencanaan tindakan secara terpadu
Tentang Respon
Setiap orang tidak dapat memilih situasi dan kondisi tetapi setiap orang
selaludapat memilih bagaimana merespon suatu situasi dan kondisi
yangdihadapinya
Penunjang Faktor Sukses
Membantu peserta dalam menyusun dan menetapkan faktor-faktor
pendukung yang menunjang pencapaian keberhasilan pemasaran dan
penjualan produknya.
36
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
1. Menetapkan visi sebagai sasaran jangka panjang
2. Menyusun perencanaan tindakan sebagai misi yang terarah
3. Membangun perluasan jaringan, termasuk dengan pesaing
4. Menyatukan dukungan dalam optimalisasi peranan dan fungsi asosiasi
5. Memiliki kesatuan komitmen menjalankan seluruh perencanaan tindakan
Tentang Hidup dan Usaha
Kehidupan dan upaya ibarat naik sepeda, anda tidak akan jatuh kecuali
anda berencana untuk berhenti mengayuhnya
Pertahanan Nilai dan Citra
Memberikan pemahaman mengenai dampak dari kelangsungan masa depan
produk terhadap perekonomian daerah dan memberikan pemahaman
mengenai pentingnya melakukan berbagai upaya mempertahankan citra
popularitas produknya.
1. Pemahaman terhadap dampak kelangsungan bisnis produk
2. Memantau perkembangan kekuatan produk pesaing
3. Menciptakan inovasi produk yang orisinil dan khas
4. Mempertahankan kekuatan kesatuan misi
37
1.2. Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan
a. Bagaimana Mencapai Apa Yang Kita Mau
RIRIN WULANDARI, SE, MM
1 Ririn Wulandari
SISTEM DI DALAM TUBUH
BERINTERAKSI DG SISTEM DI LUAR
TUBUH
2 Ririn Wulandari
38
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
SISTEM PENGENDALIAN FORMAL
VISI
STRATE
GI
TUJUA
N
MISI
Faktor
Lingkungan
PENYUSUNAN
PROGRAM
PENGUKUR
AN
KINERJA/AK
UNTANSI
ANGGARAN
EVALUASI
3 Ririn Wulandari
APA YANG DIMAKSUD?
VISI : GAMBARAN YANG KITA INGINKAN, CITA-
CITA
MISI : HAL-HAL YANG DILAKUKAN AGAR
TERCAPAI VISI
TUJUAN: HAL YANG AKAN DITUJU
PROFITABILITAS
KEPUASAN BERBAGAI PIHAK
STRATEGI :CARA UNTUK MENCAPAI TUJUAN
DAN VISI: STRATEGI PRODUK, STRATEGI
PRODUKSI. STRATEGI PEMASARAN, STRATEGI
ADMINISTRASI DAN KEUANGAN
VISI : GAMBARAN YANG KITA INGINKAN, CITA-
CITA
MISI : HAL-HAL YANG DILAKUKAN AGAR
TERCAPAI VISI
TUJUAN: HAL YANG AKAN DITUJU
PROFITABILITAS
KEPUASAN BERBAGAI PIHAK
STRATEGI :CARA UNTUK MENCAPAI TUJUAN
DAN VISI: STRATEGI PRODUK, STRATEGI
PRODUKSI. STRATEGI PEMASARAN, STRATEGI
ADMINISTRASI DAN KEUANGAN
4 Ririn Wulandari
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
39
PROGRAM DAN ANGGARAN
PROGRAM: BERAPA UNIT PRODUKSI
MESIN2 APA YANG HARUS DIBELI
TENAGA KERJA YANG DIPERLUKAN
PROGRAM PROMOSI
DANA YANG DIGUNAKAN
ANGGARAN
PROGRAM: BERAPA UNIT PRODUKSI
MESIN2 APA YANG HARUS DIBELI
TENAGA KERJA YANG DIPERLUKAN
PROGRAM PROMOSI
DANA YANG DIGUNAKAN
ANGGARAN
5 Ririn Wulandari
PENGUKURAN DAN EVALUASI
PENGUKURAN KINERJA:
FINANSIAL : AKUNTANSI
NONFINANSIAL : PENINGKATAN BUYER
BARU
EVALUASI : MEMBANDINGKAN
ANTARA ANGGARAN DAN HASIL
PENGUKURAN KINERJA
PENGUKURAN KINERJA:
FINANSIAL : AKUNTANSI
NONFINANSIAL : PENINGKATAN BUYER
BARU
EVALUASI : MEMBANDINGKAN
ANTARA ANGGARAN DAN HASIL
PENGUKURAN KINERJA
6 Ririn Wulandari
40
b. Pencatatan Keuangan Akuntansi
PENCATATAN KEUANGAN-
AKUNTANSI
Ririn Wulandari, SE,MM
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN
PEREMPUAN JEPARA
1
MENGAPA PERLU AKUNTANSI
PERUSAHAAN BERKEMBANG
MEMORI TERBATAS
PERUSAHAAN BERKEMBANG
MEMORI TERBATAS
2
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
41
MENGAPA PERLU AKUNTANSI
MEMISAHKAN AKTIVA PERUSAHAAN DAN
AKTIVA PEMILIK
MEMENUHI PERSYARATAN PERBANKAN
ATAU LEMBAGA LAIN
EVALUASI KINERJA
MEMISAHKAN AKTIVA PERUSAHAAN DAN
AKTIVA PEMILIK
MEMENUHI PERSYARATAN PERBANKAN
ATAU LEMBAGA LAIN
EVALUASI KINERJA
3
AKUNTANSI ?
MENCATAT, MENGKLASIFIKASIKAN, DAN
MENYAJIKAN REKAPITULASI KEKAYAAN,
HASIL USAHA, PERUBAHAN MODAL,
SERTA ARUS KAS MASUK DAN KELUAR
MENCATAT, MENGKLASIFIKASIKAN, DAN
MENYAJIKAN REKAPITULASI KEKAYAAN,
HASIL USAHA, PERUBAHAN MODAL,
SERTA ARUS KAS MASUK DAN KELUAR
4
42
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
HASIL AKUNTANSI
LAPORAN KEUANGAN:
LAPORAN RUGI LABA
LAPORAN NERACA
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
LAPORAN ARUS KAS
LAPORAN KEUANGAN:
LAPORAN RUGI LABA
LAPORAN NERACA
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
LAPORAN ARUS KAS
5
PROSEDUR AKUNTANSI
Neraca Saldo
6
Bukti
transaksi
Pencatatan
harian
Pengklasifikasian
Jurnal Penyesuaian
Neraca Saldo
Lap Keuangan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
43
BUKTI TRANSAKSI
KEGIATAN PENJUALAN
PEMBELIAN
PEMBAYARAN GAJI
PENERIMAAN UANG
PENGELUARAN UANG
PRODUKSI
KEGIATAN PENJUALAN
PEMBELIAN
PEMBAYARAN GAJI
PENERIMAAN UANG
PENGELUARAN UANG
PRODUKSI
7
Bukti transaksi
JURNAL
BAHASA BISNIS/USAHA KE BAHASA
AKUNTANSI
DEBIT KREDIT
8
Pencatatan
harian
44
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
BUKU BESAR
PENGELOMPOKKAN MASING-MASING
AKUN:
KAS 1.1
PIUTANG 1.2
PERLENGKAPAN 1.3
AKTIVA TETAP 2.1
UTANG 3.1
MODAL 4.1
PENGELOMPOKKAN MASING-MASING
AKUN:
KAS 1.1
PIUTANG 1.2
PERLENGKAPAN 1.3
AKTIVA TETAP 2.1
UTANG 3.1
MODAL 4.1
9
LAPORAN KEUANGAN
Laporan Keuangan Utama:
Neraca: daftar aktiva, kewajiban dan
modal perusahaan pada suatu saat
tertentu.
Laporan Laba Rugi: ikhtisar pendapatan
dan beban untuk suatu jangka waktu
tertentu.
Laporan Perubahan Modal: ikhtisar
tentang perubahan modal yang terjadi
selama jangka waktu tertentu.
Laporan Keuangan Utama:
Neraca: daftar aktiva, kewajiban dan
modal perusahaan pada suatu saat
tertentu.
Laporan Laba Rugi: ikhtisar pendapatan
dan beban untuk suatu jangka waktu
tertentu.
Laporan Perubahan Modal: ikhtisar
tentang perubahan modal yang terjadi
selama jangka waktu tertentu. 10
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
45
NERACA
Utk menggambarkan posisi keuangan suatu
perusahaan dalam suatu waktu tertentu.
Bentuk: Skontro (account form) dan Stafel
(report form).
Bagian: 1. Nama Organisasi; 2. Nama Laporan
(Neraca); 3. Tanggal Neraca
Utk menggambarkan posisi keuangan suatu
perusahaan dalam suatu waktu tertentu.
Bentuk: Skontro (account form) dan Stafel
(report form).
Bagian: 1. Nama Organisasi; 2. Nama Laporan
(Neraca); 3. Tanggal Neraca
11
LAPORAN LABA RUGI
Utk menggambarkan hasil-hasil usaha yg
dicapai dalam periode tertentu
keberhasilan/kegagalan.
Membandingkan pendapatan dgn biaya.
Laba, jika pendapatan > biaya
Rugi, jika pendapatan < biaya
Bagian: 1. Nama Organisasi; 2. Nama Laporan
(Laporan LR); 3. Tanggal
Utk menggambarkan hasil-hasil usaha yg
dicapai dalam periode tertentu
keberhasilan/kegagalan.
Membandingkan pendapatan dgn biaya.
Laba, jika pendapatan > biaya
Rugi, jika pendapatan < biaya
Bagian: 1. Nama Organisasi; 2. Nama Laporan
(Laporan LR); 3. Tanggal
12
46
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Jembatan antara Neraca dan Lap LR.
Jika Laba menambah modal.
Jika Rugi mengurangi modal.
Penambahan modal tambahan investasi, perusahaan
laba.
Pengurangan modal pengambilan harta utk
keperluan pribadi (prive), perusahaan rugi.
Jembatan antara Neraca dan Lap LR.
Jika Laba menambah modal.
Jika Rugi mengurangi modal.
Penambahan modal tambahan investasi, perusahaan
laba.
Pengurangan modal pengambilan harta utk
keperluan pribadi (prive), perusahaan rugi.
13
KKELOMPOK ELOMPOK PPERKIRAAN ERKIRAAN
1. Aktiva/Harta (Asset)
2. Kewajiban/Hutang (Liabilities)
3. Ekuitas/Modal (Equity/Capital)
4. Pendapatan (Revenue)
5. Beban/Biaya (Expense)
1. Aktiva/Harta (Asset)
2. Kewajiban/Hutang (Liabilities)
3. Ekuitas/Modal (Equity/Capital)
4. Pendapatan (Revenue)
5. Beban/Biaya (Expense)
14
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
47
UNSUR-UNSUR
PERSAMAAN AKUNTANSI
Aktiva adalah daftar kekayaan yang dimiliki suatu
perusahaan.
Hutang adalah kewajiban perusahaan untuk membayar
kepada pihak lain sejumlah uang/barang/jasa dimasa
mendatang akibat transaksi di masa lalu.
Modal adalah bukti penyertaan dan kepemilikan dari
pihak-pihak yang telah menanamkan uangnya di dalam
perusahaan.
Pendapatan adalah penerimaan berupa tunai atau
piutang hasil kegiatan pokok perusahaan (jasa atau produk
yang diberikan kepada konsumen atau klien)
Beban adalah korbanan yang diterima dalam usaha pokok
perusahaan
Aktiva adalah daftar kekayaan yang dimiliki suatu
perusahaan.
Hutang adalah kewajiban perusahaan untuk membayar
kepada pihak lain sejumlah uang/barang/jasa dimasa
mendatang akibat transaksi di masa lalu.
Modal adalah bukti penyertaan dan kepemilikan dari
pihak-pihak yang telah menanamkan uangnya di dalam
perusahaan.
Pendapatan adalah penerimaan berupa tunai atau
piutang hasil kegiatan pokok perusahaan (jasa atau produk
yang diberikan kepada konsumen atau klien)
Beban adalah korbanan yang diterima dalam usaha pokok
perusahaan
15
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
A K T I V A
Kas ( Cash )
adalah alat pembayaran yang
dimiliki perusahaan dan siap
digunakan , seperti cek
kontan, uang tunai (uang
kertas dan uang logam ).
Kas ( Cash )
adalah alat pembayaran yang
dimiliki perusahaan dan siap
digunakan , seperti cek
kontan, uang tunai (uang
kertas dan uang logam ).
16
48
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
A K T I V A
Piutang ( Account Receivable)
adalah hak perusahaan yang masih
dibawa oleh pihak lain. Seperti
tagihan atas penjualan, tagihan
kepada karyawan atas
pinjamannya ke perusahaan.
Piutang ( Account Receivable)
adalah hak perusahaan yang masih
dibawa oleh pihak lain. Seperti
tagihan atas penjualan, tagihan
kepada karyawan atas
pinjamannya ke perusahaan.
17
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
A K T I V A
Perlengkapan Kantor ( Office
Supplies) adalah barang/bahan
pelengkap aktivitas perusahaan
yang biasanya berumur pendek
(kurang dari satu tahun) yang
habis karena pemakaian, seperti
kertas, pulpen, tinta, dll.
Perlengkapan Kantor ( Office
Supplies) adalah barang/bahan
pelengkap aktivitas perusahaan
yang biasanya berumur pendek
(kurang dari satu tahun) yang
habis karena pemakaian, seperti
kertas, pulpen, tinta, dll.
18
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
49
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
A K T I V A
Peralatan Kantor
( Office Equipments)
adalah alat-alat yang dimiliki
perusahaan dan digunakan dalam
operasi jangka panjang, seperti :
meja, kursi, komputer, dsb.
Peralatan Kantor
( Office Equipments)
adalah alat-alat yang dimiliki
perusahaan dan digunakan dalam
operasi jangka panjang, seperti :
meja, kursi, komputer, dsb.
19
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
A K T I V A
Kendaraan (Vehicles)
adalah alat transportasi
yang dimiliki perusahaan
dan digunakan di dalam
operasi.
Kendaraan (Vehicles)
adalah alat transportasi
yang dimiliki perusahaan
dan digunakan di dalam
operasi.
20
50
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
A K T I V A
Bangunan ( Buildings )
adalah gedung permanen yang dimiliki
dan digunakan oleh perusahaan
untuk aktivitas usaha rutin.
Bangunan ( Buildings )
adalah gedung permanen yang dimiliki
dan digunakan oleh perusahaan
untuk aktivitas usaha rutin.
21
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
A K T I V A
Tanah (Land)
adalah lahan berupa tanah kosong atau
lahan tempat suatu bangunan berdiri yang
dimiliki dan digunakan oleh perusahaan
untuk aktivitas usaha rutin.
22
Tanah (Land)
adalah lahan berupa tanah kosong atau
lahan tempat suatu bangunan berdiri yang
dimiliki dan digunakan oleh perusahaan
untuk aktivitas usaha rutin.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
51
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
P A S I V A
Hutang Usaha ( Account Payable)
adalah kewajiban untuk membayar
sejumlah uang, barang atau jasa kepada
pihak lain yang timbul akibat transaksi yang
dilakukan perusahaan di masa lalu.
23
Hutang Usaha ( Account Payable)
adalah kewajiban untuk membayar
sejumlah uang, barang atau jasa kepada
pihak lain yang timbul akibat transaksi yang
dilakukan perusahaan di masa lalu.
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
P A S I V A
Modal/Modal Saham
(Capital/Capital Stocks = Owners Equity)
menunjukkan setoran harta pemilik kepada
perusahaan yang sekaligus sebagai bukti
kepemilikan. Setoran harta dapat berupa
uang tunai ataupun harta lain seperti
mesin, tanah, gedung, dsb.
Modal/Modal Saham
(Capital/Capital Stocks = Owners Equity)
menunjukkan setoran harta pemilik kepada
perusahaan yang sekaligus sebagai bukti
kepemilikan. Setoran harta dapat berupa
uang tunai ataupun harta lain seperti
mesin, tanah, gedung, dsb.
24
52
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
PENGURANG MODAL
Prive (Drawing/Withdrawals)
adalah pengambilan uang
perusahaan oleh pemilik
perusahaan untuk kepentingan
pribadi.
Prive (Drawing/Withdrawals)
adalah pengambilan uang
perusahaan oleh pemilik
perusahaan untuk kepentingan
pribadi.
25
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
PENGURANG LABA DITAHAN
Deviden (Dividends)
adalah bagian dari laba usaha perusahaan
yang dibagikan kepada pemilik
perusahaan (pemegang saham) sebagai
imbalan atas setoran modal pemilik.
Aktivitas pembagian deviden hanya
dilakukan di dalam perusahaan
berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Perusahaan berbentuk perseorangan atau
firma, tidak menggunakan akun deviden.
Deviden (Dividends)
adalah bagian dari laba usaha perusahaan
yang dibagikan kepada pemilik
perusahaan (pemegang saham) sebagai
imbalan atas setoran modal pemilik.
Aktivitas pembagian deviden hanya
dilakukan di dalam perusahaan
berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Perusahaan berbentuk perseorangan atau
firma, tidak menggunakan akun deviden.
26
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
53
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
PENAMBAH MODAL
Pendapatan (Revenues)
adalah kenaikan modal perusahaan
yang timbul akibat penjualan
produk perusahaan. Istilah
pendapatan biasanya digunakan
oleh perusahaan jasa, sedangkan
perusahaan dagang atau
perusahaan manufaktur lebih
banyak menggunakan istilah
Penjualan (sales) untuk menampung
transaksi yang sama.
Pendapatan (Revenues)
adalah kenaikan modal perusahaan
yang timbul akibat penjualan
produk perusahaan. Istilah
pendapatan biasanya digunakan
oleh perusahaan jasa, sedangkan
perusahaan dagang atau
perusahaan manufaktur lebih
banyak menggunakan istilah
Penjualan (sales) untuk menampung
transaksi yang sama.
27
UNSUR-UNSUR PERSAMAAN AKUNTANSI
PENGURANG MODAL
Beban (Expenses)
adalah pengorbanan ekonomis untuk
memperoleh barang atau jasa yang
manfaatnya dinikmati hanya dalam
waktu satu tahun atau satu periode
akuntansi saja. Dengan kata lain,
beban adalah biaya yang manfaatnya
hanya dalam waktu satu tahun atau
biaya yang tidak memiliki manfaat lagi
di masa mendatang.
Beban (Expenses)
adalah pengorbanan ekonomis untuk
memperoleh barang atau jasa yang
manfaatnya dinikmati hanya dalam
waktu satu tahun atau satu periode
akuntansi saja. Dengan kata lain,
beban adalah biaya yang manfaatnya
hanya dalam waktu satu tahun atau
biaya yang tidak memiliki manfaat lagi
di masa mendatang.
28
54
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PERSAMAAN AKUNTANSI PERSAMAAN AKUNTANSI
Kelompok Perkiraan
Persamaan Akuntansi
Contoh Soal
Penyelesaian
29
KKELOMPOK ELOMPOK PPERKIRAAN ERKIRAAN
1. Aktiva/Harta (Asset)
2. Kewajiban/Hutang (Liabilities)
3. Ekuitas/Modal (Equity/Capital)
4. Pendapatan (Revenue)
5. Beban/Biaya (Expense)
1. Aktiva/Harta (Asset)
2. Kewajiban/Hutang (Liabilities)
3. Ekuitas/Modal (Equity/Capital)
4. Pendapatan (Revenue)
5. Beban/Biaya (Expense)
30
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
55
Persamaan Akuntansi Persamaan Akuntansi Persamaan Akuntansi Persamaan Akuntansi
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik
31
Sumber daya Sumber daya
yang dimiliki yang dimiliki
oleh perusahaan oleh perusahaan
Sumber daya Sumber daya
yang dimiliki yang dimiliki
oleh perusahaan oleh perusahaan
Persamaan Akuntansi Persamaan Akuntansi Persamaan Akuntansi Persamaan Akuntansi
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik
32
Hak kreditor yang Hak kreditor yang
memperlihatkan memperlihatkan
hutang perusahaan hutang perusahaan
Hak kreditor yang Hak kreditor yang
memperlihatkan memperlihatkan
hutang perusahaan hutang perusahaan
56
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Persamaan Akuntansi Persamaan Akuntansi Persamaan Akuntansi Persamaan Akuntansi
Aktiva = Kewajiban + Ekuitas Pemilik
33
Hak pemilik Hak pemilik Hak pemilik Hak pemilik
CCONTOH ONTOH KKASUS ASUS
Persamaan Persamaan Akuntansi Akuntansi
King Computers King Computers
34
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
57
35
Pada tanggal 1
November 2000,
Tn.King
memulai
bisnisnya yang
dikenal dengan
King Computers
36
Pada tanggal 1
November 2000,
Tn.King
memulai
bisnisnya yang
dikenal dengan
King Computers
58
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
a. Tn.King membuka rekening koran bank a. Tn.King membuka rekening koran bank
sebesar $15.000 atas nama King sebesar $15.000 atas nama King
Computers. Computers.
a. Tn.King membuka rekening koran bank a. Tn.King membuka rekening koran bank
sebesar $15.000 atas nama King sebesar $15.000 atas nama King
Computers. Computers.
Modal Tn.King
15,000 Investasi
dilakukan
oleh Tn.King
Kas
15,000
Aktiva Ekuitas Pemilik
=
=
37
Modal Tn.King
15,000 Investasi
dilakukan
oleh Tn.King
Kas
15,000
a.
=
b. Membeli tanah dan dibayar tunai $10.000. b. Membeli tanah dan dibayar tunai $10.000. b. Membeli tanah dan dibayar tunai $10.000. b. Membeli tanah dan dibayar tunai $10.000.
Modal Tn.King
15,000
Kas + Tanah
15,000
Aktiva Ekuitas Pemilik
=
38
Modal Tn.King
15,000
Kas + Tanah
15,000
Bal.
=
b. 10,000 +10,000
Bal. 5,000 10,000 15,000
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
59
Hutang Modal
Kas + Perlengkapan + Land Usaha Tn.King
Aktiva
c. Membeli perlengkapan $1.350 secara kredit. c. Membeli perlengkapan $1.350 secara kredit. c. Membeli perlengkapan $1.350 secara kredit. c. Membeli perlengkapan $1.350 secara kredit.
Ekuitas
Kewajiban + Pemilik
=
39
Hutang Modal
Kas + Perlengkapan + Land Usaha Tn.King
Bal. 5,000 10,000 15,000
c. + 1,350 + 1,350
Bal. 5,000 1,350 10,000 1,350 15,000
=
d. Menerima sejumlah uang tunai dari d. Menerima sejumlah uang tunai dari
pelanggan sejumlah $ 7.500. pelanggan sejumlah $ 7.500.
d. Menerima sejumlah uang tunai dari d. Menerima sejumlah uang tunai dari
pelanggan sejumlah $ 7.500. pelanggan sejumlah $ 7.500.
Hutang Modal,
Kas + Perlengkapan +Tanah Usaha Tn.King
Aktiva
Ekuitas
Kewajiban + Pemilik
=
40
Bal. 12,500 1,350 10,000 1,350 22,500
d. +7,500 + 7,500
Hutang Modal,
Kas + Perlengkapan +Tanah Usaha Tn.King
Bal. 5,000 1,350 10,000 1,350 15,000
Penda
patan
Jasa
=
60
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Hutang Modal
Kas + Perlengkapan+ Tanah Usaha Tn.King
Aktiva
e. King Computers membayar beberapa e. King Computers membayar beberapa
biaya sbb.: gaji, $2,125; sewa, $800; biaya sbb.: gaji, $2,125; sewa, $800;
utilitas, $450; dan rupa utilitas, $450; dan rupa--rupa, $275. rupa, $275.
e. King Computers membayar beberapa e. King Computers membayar beberapa
biaya sbb.: gaji, $2,125; sewa, $800; biaya sbb.: gaji, $2,125; sewa, $800;
utilitas, $450; dan rupa utilitas, $450; dan rupa--rupa, $275. rupa, $275.
Ekuitas
Kewajiban + Pemilik
=
41
e. 3,650 2,125
800
450
275
gaji
sewa
Utilitas.
rupa2
Hutang Modal
Kas + Perlengkapan+ Tanah Usaha Tn.King
Bal. 12,500 1,350 10,000 1,350 22,500
=
Bal.8,850 1,350 10,000 1,350 18,850
Hutang Modal,
Kas +Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.King
Aktiva
f. Membayar Kreditor atas f. Membayar Kreditor atas
perlengkapan $950. perlengkapan $950.
f. Membayar Kreditor atas f. Membayar Kreditor atas
perlengkapan $950. perlengkapan $950.
Ekuitas
Kewajiban + Pemilik
=
42
Hutang Modal,
Kas +Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.King
Bal. 8,850 1,350 10,000 1,350 18,850
f. 950 950
=
Bal. 7,900 1,350 10,000 400 18,850
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
61
Hutang Modal
Kas + Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.King
Aktiva
g. Pada akhir bulan perlengkapan g. Pada akhir bulan perlengkapan
yang tersisa $550, jadi ada $800 yang tersisa $550, jadi ada $800
perlengkapan yang terpakai. perlengkapan yang terpakai.
g. Pada akhir bulan perlengkapan g. Pada akhir bulan perlengkapan
yang tersisa $550, jadi ada $800 yang tersisa $550, jadi ada $800
perlengkapan yang terpakai. perlengkapan yang terpakai.
Ekuitas
Kewajiban + Pemilik
=
43
Hutang Modal
Kas + Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.King
Bal. 7,900 1,350 10,000 400 18,850
g. 800 800
=
Bal. 7,900 550 10,000 400 18,050
Beban
Perleng
kapan
Hutang Modal
Kas + Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.King
Aktiva
h. Pada akhir bulan Tn.King h. Pada akhir bulan Tn.King
menarik uang $2.000 untuk menarik uang $2.000 untuk
keperluan pribadi . keperluan pribadi .
h. Pada akhir bulan Tn.King h. Pada akhir bulan Tn.King
menarik uang $2.000 untuk menarik uang $2.000 untuk
keperluan pribadi . keperluan pribadi .
Ekuitas
Kewajiban + Pemilik
=
44
Hutang Modal
Kas + Perlengkapan + Tanah Usaha Tn.King
Bal. 7,900 550 10,000 400 18,050
h. 2,000 2,000
Bal. 5,900 550 10,000 400 16,050
Penarik
an
=
62
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
NERACA
AKTIVA PASIVA
KAS 5.900 HUTANG 400
PERLENGKAPAN 550 PERLENGKAPAN 550
TANAH 10.000 MODAL 16.050
16.450 16.450
45
1) Kas 15.000
Modal 15.000
2) Tanah 10.000
Kas 10.000
3) Perlengkapan 1.350
Hutang 1.350
4) Kas 7.500
Pendapatan 7.500
5) Beban gaji 2.125
Beban sewa 800
Beban utilitas 450
Beban rupa 275
Kas 3.650
6) Hutang 950
Kas 950
7) Beban perlengkapan 800 (1350-550)
Perelngkapan 800
8) Prive 2.000
Kas 2.000
46
1) Kas 15.000
Modal 15.000
2) Tanah 10.000
Kas 10.000
3) Perlengkapan 1.350
Hutang 1.350
4) Kas 7.500
Pendapatan 7.500
5) Beban gaji 2.125
Beban sewa 800
Beban utilitas 450
Beban rupa 275
Kas 3.650
6) Hutang 950
Kas 950
7) Beban perlengkapan 800 (1350-550)
Perelngkapan 800
8) Prive 2.000
Kas 2.000
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
63
LAP RUGI LABA
PENDAPATAN 7.500
BEBAN
GAJI 2.125.
SEWA 800
UTILITAS/LISTRIK 450
LAIN-LAIN 275
PERLENGKAPAN 800
------
TOTAL BEBAN (4.450)
---
-------
LABA 3.050
=====
PENDAPATAN 7.500
BEBAN
GAJI 2.125.
SEWA 800
UTILITAS/LISTRIK 450
LAIN-LAIN 275
PERLENGKAPAN 800
------
TOTAL BEBAN (4.450)
---
-------
LABA 3.050
=====
47
LAP PERUBAHAN MODAL
MODAL AWAL 15.000
LABA 3.050
PRIVE (2.000)
----------------
MODAL AKHIR 16.050
---------
MODAL AWAL 15.000
LABA 3.050
PRIVE (2.000)
----------------
MODAL AKHIR 16.050
---------
48
64
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
SALDO NORMAL-UNT MENGUBAH
KE BAHASA AKUNTANSI
AKTIVA/DEBET KREDIT/PASIVA
KAS UTANG
PIUTANG
PERSEDIAAN MODAL
PERLENGKAPAN
AKTIVA TETAP AKTIVA TETAP
49
DEBET KREDIT
BEBAN PENJUALAN/PENDAPATAN
65
c. Kiat Menjadi Wirausaha Sukses
BIODATA
Nama : Drs. Edy Mulyono M.Pd
Alamat : Kuwasen, Jepara
Pekerjaan : Kepala UPT Dinas Dikpora
Kec.Pakis Aji Jepara
Perusahaan : Edy FURNITURE
Nama : Drs. Edy Mulyono M.Pd
Alamat : Kuwasen, Jepara
Pekerjaan : Kepala UPT Dinas Dikpora
Kec.Pakis Aji Jepara
Perusahaan : Edy FURNITURE
KIAT MENJADI
WIRAUSAHA SUKSES
Sharing pengalaman dalam mengelola usaha &
mengkoorsinasi perempuan perempuan pengusaha
sukses di jawa tengah
Sharing pengalaman dalam mengelola usaha &
mengkoorsinasi perempuan perempuan pengusaha
sukses di jawa tengah
66
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
KARAKTERISTIK YANG DIMILIKI
PEREMPUAN
Ulet/hemat/pelit
Kuat
Disiplin
Manager rumah tangga yang handal
Penuh keyakinan
Pekerja keras
Berani mengembil resiko
Ketekunan
Kreatif
Ulet/hemat/pelit
Kuat
Disiplin
Manager rumah tangga yang handal
Penuh keyakinan
Pekerja keras
Berani mengembil resiko
Ketekunan
Kreatif
MOTO
Berdiri di atas kaki sendiri
Jangan mencari pekerjaan
Duduk sama rendah berdiri sama tinggi
Berdiri di atas kaki sendiri
Jangan mencari pekerjaan
Duduk sama rendah berdiri sama tinggi
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
67
STRATEGI PEMASARAN
1. Pahami Para Pelanggan
2. Menimbang Kenyamanan Pelanggan
3. Pencitraan
4. Penentuan Harga
5. Kualitas Produk
6. Pelayanan
1. Pahami Para Pelanggan
2. Menimbang Kenyamanan Pelanggan
3. Pencitraan
4. Penentuan Harga
5. Kualitas Produk
6. Pelayanan
MEMILIH BIDANG USAHA YANG TEPAT
Bidang usaha apa yang sangat menjanjikan
Tingkat persaingan berapa besar
Pahami lingkungan berapa besar
Ukuran kekuatan dan bidang kelemahannya
Seberapa besar modal usahanya
Dukungan sumber daya manusia
Bidang usaha apa yang sangat menjanjikan
Tingkat persaingan berapa besar
Pahami lingkungan berapa besar
Ukuran kekuatan dan bidang kelemahannya
Seberapa besar modal usahanya
Dukungan sumber daya manusia
68
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
HEBATNYA MENJADI WIRAUSAHA
SUKSES
Kehidupan keluarga lebih baik
Memiliki kekayaan
Waktu dan kerja flexibel
Kebebasan menentukan penghasilan sendiri
Penghargaan dari publik
popularitas
Kehidupan keluarga lebih baik
Memiliki kekayaan
Waktu dan kerja flexibel
Kebebasan menentukan penghasilan sendiri
Penghargaan dari publik
popularitas
STRATEGI MERAIH KESUKSESAN
BERWIRAUSAHA
Fokus pada kekuatan dan keunggulan produk
Mengikuti perkembangan jaman
Kreatif dan inovatif
Cerdas membaca peluang
Memelihara pelanggan
Membuat jaringan
Fokus pada kekuatan dan keunggulan produk
Mengikuti perkembangan jaman
Kreatif dan inovatif
Cerdas membaca peluang
Memelihara pelanggan
Membuat jaringan
69
1.3. Pelatihan Manajemen Keuangan
a. Kredit perbankan
KREDITCREDERE
Kepercayaan
(Kreditur + Debitur)
KREDITCREDERE
Kepercayaan
(Kreditur + Debitur)
70
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
FUNGSI KREDIT :
1. PENAMBAHAN MODAL
2. PENGEMBANGAN USAHA
3. PENINGKATAN KINERJA (Efisiensi biaya,
pajak lebih kecil dll)
FUNGSI KREDIT :
1. PENAMBAHAN MODAL
2. PENGEMBANGAN USAHA
3. PENINGKATAN KINERJA (Efisiensi biaya,
pajak lebih kecil dll)
KREDIT YANG BAIK :
TEPAT GUNA
TEPAT JUMLAH
TEPAT WAKTU
PROFITABLE
KREDIT YANG BAIK :
TEPAT GUNA
TEPAT JUMLAH
TEPAT WAKTU
PROFITABLE
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
71
JENIS KREDIT BANK :
1. RITEL
*KREDIT MODAL KERJA (KMK)
*KREDIT INVESTASI (KI)
2. PROGRAM
*KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
*KREDIT KETAHANAN PANGAN &
ENERGI (KKPE)
3. CONSUMER
*KPR, KKB, KMG, KRETAP, KRESUN
JENIS KREDIT BANK :
1. RITEL
*KREDIT MODAL KERJA (KMK)
*KREDIT INVESTASI (KI)
2. PROGRAM
*KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
*KREDIT KETAHANAN PANGAN &
ENERGI (KKPE)
3. CONSUMER
*KPR, KKB, KMG, KRETAP, KRESUN
KREDIT MODAL KERJA (KMK)
Penambahan modal kerja
Mengganti modal kerja (refinancing)
Maksimal 70:30 (Bank:Debitur)
KREDIT INVESTASI (KI)
Menambah asset (gudang, mesin, kendaraan)
Maksimal 65:35 (bank:Debitur)
KREDIT MODAL KERJA (KMK)
Penambahan modal kerja
Mengganti modal kerja (refinancing)
Maksimal 70:30 (Bank:Debitur)
KREDIT INVESTASI (KI)
Menambah asset (gudang, mesin, kendaraan)
Maksimal 65:35 (bank:Debitur)
72
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Modal kerja & Investasi
Usaha sudah berjalan minimal 6 bulan
Belum pernah mendapat fasilitas modal kerja &
investasi dari bank (tidak termasuk leasing &
credit card)
Jangka waktu KMKs/d 3 tahun, KI s/d 5 tahun
Suku bunga maksimal 14%efektif
Bebas provisi &administrasi
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
Modal kerja & Investasi
Usaha sudah berjalan minimal 6 bulan
Belum pernah mendapat fasilitas modal kerja &
investasi dari bank (tidak termasuk leasing &
credit card)
Jangka waktu KMKs/d 3 tahun, KI s/d 5 tahun
Suku bunga maksimal 14%efektif
Bebas provisi &administrasi
ASPEK YANG DINILAI BANK:
5C
Character
Capital
Capacity
Collateral
Condition
ASPEK YANG DINILAI BANK:
5C
Character
Capital
Capacity
Collateral
Condition
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
73
Permasalahan Penyaluran Kredit:
Ijin usaha tidak lengkap
Usaha baru (belum berjalan 2 tahun)
Prospek usaha tidak bagus
BI checking jelek
Tidak ada/ minimdokumentasi usaha
Agunan kurang mendukung
Permasalahan Penyaluran Kredit:
Ijin usaha tidak lengkap
Usaha baru (belum berjalan 2 tahun)
Prospek usaha tidak bagus
BI checking jelek
Tidak ada/ minimdokumentasi usaha
Agunan kurang mendukung
Hal yang menunjang pengajuan kredit:
Lengkapi ijin usaha
Dokumentasikan kegiatan usaha (daftar buyer &
supplier, pembukuan, nota, hutang, piutang,
persediaan dll)
Biasakan bertransaksi usaha lewat bank (bayar
supplier, pembayaran dari buyer,dll)
Membayar kewajiban tepat waktu (leasing, credit card,
angsuran pinjaman)
Hal yang menunjang pengajuan kredit:
Lengkapi ijin usaha
Dokumentasikan kegiatan usaha (daftar buyer &
supplier, pembukuan, nota, hutang, piutang,
persediaan dll)
Biasakan bertransaksi usaha lewat bank (bayar
supplier, pembayaran dari buyer,dll)
Membayar kewajiban tepat waktu (leasing, credit card,
angsuran pinjaman)
74
b. Pengelolaan dan Pembukuan Keuangan
PENGELOLAAN & PEMBUKUAN PENGELOLAAN & PEMBUKUAN
KEUANGAN KEUANGAN
M ZAINURI M ZAINURI
DISAMPAIKAN DALAM PELATIHAN DISAMPAIKAN DALAM PELATIHAN
Menciptakan Struktur
Industri Mebel yang Kuat di
Jepara dalam Menghadapi
China and Asean Free Trade
Area (CHAFTA)
Mengelola Keuangan Mengelola Keuangan
Prinsip Dasar Mengelola Keuangan Prinsip Dasar Mengelola Keuangan
Percepat perputaran piutang dagang Percepat perputaran piutang dagang
Perpanjang utang dagang Perpanjang utang dagang
Manfaatkan insentif pembayaran dini Manfaatkan insentif pembayaran dini
yang menarik yang menarik
Pelanggan & Pembeli Pelanggan & Pembeli
Selalu periksa harga barang anda (kenaikan harga Selalu periksa harga barang anda (kenaikan harga
komoditi,pesaing, dll) komoditi,pesaing, dll)
Perketat inventaris Perketat inventaris
Pertimbangkan menyewa dari pada membeli Pertimbangkan menyewa dari pada membeli
Prinsip Dasar Mengelola Keuangan Prinsip Dasar Mengelola Keuangan
Percepat perputaran piutang dagang Percepat perputaran piutang dagang
Perpanjang utang dagang Perpanjang utang dagang
Manfaatkan insentif pembayaran dini Manfaatkan insentif pembayaran dini
yang menarik yang menarik
Pelanggan & Pembeli Pelanggan & Pembeli
Selalu periksa harga barang anda (kenaikan harga Selalu periksa harga barang anda (kenaikan harga
komoditi,pesaing, dll) komoditi,pesaing, dll)
Perketat inventaris Perketat inventaris
Pertimbangkan menyewa dari pada membeli Pertimbangkan menyewa dari pada membeli
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
75
Mengelola Keuangan Mengelola Keuangan
Prinsip Dasar Laporan Keuangan Prinsip Dasar Laporan Keuangan
Mengetahui berapa uang yang anda terima Mengetahui berapa uang yang anda terima
Mengetahui berapa yang dibelanjakan Mengetahui berapa yang dibelanjakan
Mengetahui apa saja yang dibeli Mengetahui apa saja yang dibeli
Mengetahui kapan anda melakukan Mengetahui kapan anda melakukan
transaksi transaksi
Laporan Wajib Laporan Wajib
Arus Kas Arus Kas
Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi
Prinsip Dasar Laporan Keuangan Prinsip Dasar Laporan Keuangan
Mengetahui berapa uang yang anda terima Mengetahui berapa uang yang anda terima
Mengetahui berapa yang dibelanjakan Mengetahui berapa yang dibelanjakan
Mengetahui apa saja yang dibeli Mengetahui apa saja yang dibeli
Mengetahui kapan anda melakukan Mengetahui kapan anda melakukan
transaksi transaksi
Laporan Wajib Laporan Wajib
Arus Kas Arus Kas
Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi
1. Arus Kas 1. Arus Kas
Tujuan Tujuan
Memetakan jumlah uang yang diharapkan diterima oleh bisnis Memetakan jumlah uang yang diharapkan diterima oleh bisnis
anda dan pembayaran untuk setiap bulannya. anda dan pembayaran untuk setiap bulannya.
Manfaat Manfaat
Posisi arus kas dapat dipantau dari waktu kewaktu Posisi arus kas dapat dipantau dari waktu kewaktu
Membantu mengantisipasi kekurangan dana dg segera Membantu mengantisipasi kekurangan dana dg segera
Mencegah krisis arus kas Mencegah krisis arus kas
Melihat Trend Penjualan Melihat Trend Penjualan
Memberitahu apakah pelanggan membayar terlalu lama Memberitahu apakah pelanggan membayar terlalu lama
Membantuperencanaan pembelian asets utama Membantuperencanaan pembelian asets utama
Mempermudah pinjaman uang di bank (melihat arus kas) Mempermudah pinjaman uang di bank (melihat arus kas)
Tujuan Tujuan
Memetakan jumlah uang yang diharapkan diterima oleh bisnis Memetakan jumlah uang yang diharapkan diterima oleh bisnis
anda dan pembayaran untuk setiap bulannya. anda dan pembayaran untuk setiap bulannya.
Manfaat Manfaat
Posisi arus kas dapat dipantau dari waktu kewaktu Posisi arus kas dapat dipantau dari waktu kewaktu
Membantu mengantisipasi kekurangan dana dg segera Membantu mengantisipasi kekurangan dana dg segera
Mencegah krisis arus kas Mencegah krisis arus kas
Melihat Trend Penjualan Melihat Trend Penjualan
Memberitahu apakah pelanggan membayar terlalu lama Memberitahu apakah pelanggan membayar terlalu lama
Membantuperencanaan pembelian asets utama Membantuperencanaan pembelian asets utama
Mempermudah pinjaman uang di bank (melihat arus kas) Mempermudah pinjaman uang di bank (melihat arus kas)
76
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Arus Kas Arus Kas
Perkiraan Arus Kas Perkiraan Arus Kas
Perkiraan jumlah uang masuk dan jumlah uang keluar Perkiraan jumlah uang masuk dan jumlah uang keluar
setiap pereode yg ditentukan. setiap pereode yg ditentukan.
Realisasi Arus Kas Realisasi Arus Kas
Kenyataan yang terjadi dalam kegiatan operasional Kenyataan yang terjadi dalam kegiatan operasional
mengenai uang masuk dan uang keluar pada pereode mengenai uang masuk dan uang keluar pada pereode
yang ditentukan yang ditentukan..
Perkiraan Arus Kas Perkiraan Arus Kas
Perkiraan jumlah uang masuk dan jumlah uang keluar Perkiraan jumlah uang masuk dan jumlah uang keluar
setiap pereode yg ditentukan. setiap pereode yg ditentukan.
Realisasi Arus Kas Realisasi Arus Kas
Kenyataan yang terjadi dalam kegiatan operasional Kenyataan yang terjadi dalam kegiatan operasional
mengenai uang masuk dan uang keluar pada pereode mengenai uang masuk dan uang keluar pada pereode
yang ditentukan yang ditentukan..
Arus Kas Arus Kas
Contoh Laporan Arus Kas Contoh Laporan Arus Kas
Uang Uang TTunai unai TTersedia ersedia Januari Januari Pebruari Pebruari
Uang kas Uang kas
Penjualan Tunai Penjualan Tunai
Kas dari penjualan kredit Kas dari penjualan kredit
Pinjaman Pinjaman Pinjaman Pinjaman
Total Pemasukan Total Pemasukan
Uang Uang TTunai unai DDibayarkan ibayarkan
Pembelian tunai Pembelian tunai
Gaji karyawan Gaji karyawan
Pembayaran hutang Pembayaran hutang
Bunga Bunga
Pengeluaran lain Pengeluaran lain--lain lain
Total Pengeluaran Total Pengeluaran
Saldo Saldo
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
77
Langkah Pengelolaan Langkah Pengelolaan
Arus Kas Arus Kas
Langkah 1: Uang Tunai di Tangan Langkah 1: Uang Tunai di Tangan
Hitung uang tunai anda di awal proyeksi Hitung uang tunai anda di awal proyeksi
anda. anda. Jumlahnya disebut Uang Tunai di Jumlahnya disebut Uang Tunai di
tangan tangan
Saldo tunai bulan lalu menjadi saldo awal bulan Saldo tunai bulan lalu menjadi saldo awal bulan
berikutnya berikutnya
Langkah 1: Uang Tunai di Tangan Langkah 1: Uang Tunai di Tangan
Hitung uang tunai anda di awal proyeksi Hitung uang tunai anda di awal proyeksi
anda. anda. Jumlahnya disebut Uang Tunai di Jumlahnya disebut Uang Tunai di
tangan tangan
Saldo tunai bulan lalu menjadi saldo awal bulan Saldo tunai bulan lalu menjadi saldo awal bulan
berikutnya berikutnya
Langkah Pengelolaan Langkah Pengelolaan
Arus Kas Arus Kas
Langkah 2: Penerimaan Uang Tunai Langkah 2: Penerimaan Uang Tunai
Catatlah penjualan tunai, penagihan, dan Catatlah penjualan tunai, penagihan, dan
pendapatan lainnya. pendapatan lainnya.
((Kunci untuk melakukan ini dengan berhasil Kunci untuk melakukan ini dengan berhasil
adalah dengan mencatat penerimaan di adalah dengan mencatat penerimaan di
bulan bulan--bulan yg sesungguhnya anda bulan yg sesungguhnya anda
harapkan akan menerima uang, bukan harapkan akan menerima uang, bukan
penjualan yang dilakukan pada bulan penjualan yang dilakukan pada bulan
tersebut tersebut). ).
Langkah 2: Penerimaan Uang Tunai Langkah 2: Penerimaan Uang Tunai
Catatlah penjualan tunai, penagihan, dan Catatlah penjualan tunai, penagihan, dan
pendapatan lainnya. pendapatan lainnya.
((Kunci untuk melakukan ini dengan berhasil Kunci untuk melakukan ini dengan berhasil
adalah dengan mencatat penerimaan di adalah dengan mencatat penerimaan di
bulan bulan--bulan yg sesungguhnya anda bulan yg sesungguhnya anda
harapkan akan menerima uang, bukan harapkan akan menerima uang, bukan
penjualan yang dilakukan pada bulan penjualan yang dilakukan pada bulan
tersebut tersebut). ).
78
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Langkah Pengelolaan Langkah Pengelolaan
Arus Kas Arus Kas
Langkah 3: Piutang Dagang Langkah 3: Piutang Dagang
Catatlah piutang yg diantisipasi dalam Catatlah piutang yg diantisipasi dalam
bulan dimana anda berharap dibayar bulan dimana anda berharap dibayar
Pantikan Piutang anda terbayar dg jumlah Pantikan Piutang anda terbayar dg jumlah
dan waktu yang telah disepakati (makin dan waktu yang telah disepakati (makin
cepat makin baik) cepat makin baik)
Langkah 3: Piutang Dagang Langkah 3: Piutang Dagang
Catatlah piutang yg diantisipasi dalam Catatlah piutang yg diantisipasi dalam
bulan dimana anda berharap dibayar bulan dimana anda berharap dibayar
Pantikan Piutang anda terbayar dg jumlah Pantikan Piutang anda terbayar dg jumlah
dan waktu yang telah disepakati (makin dan waktu yang telah disepakati (makin
cepat makin baik) cepat makin baik)
Langkah Pengelolaan Langkah Pengelolaan
Arus Kas Arus Kas
Langkah 4: Uang Tunai Lain Langkah 4: Uang Tunai Lain--Lain Lain
Rekening untuk pemasukan tunai Rekening untuk pemasukan tunai
lain lain--lain yang diantisipasi, termasuk lain yang diantisipasi, termasuk
pinjaman baru dari Bank atau pihak pinjaman baru dari Bank atau pihak
luar lain, atau tawaran penyertaan luar lain, atau tawaran penyertaan
(saham). (saham).
Langkah 4: Uang Tunai Lain Langkah 4: Uang Tunai Lain--Lain Lain
Rekening untuk pemasukan tunai Rekening untuk pemasukan tunai
lain lain--lain yang diantisipasi, termasuk lain yang diantisipasi, termasuk
pinjaman baru dari Bank atau pihak pinjaman baru dari Bank atau pihak
luar lain, atau tawaran penyertaan luar lain, atau tawaran penyertaan
(saham). (saham).
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
79
Langkah Pengelolaan Langkah Pengelolaan
Arus Kas Arus Kas
Langkah 5: Jumlah Tunai yg Tersedia Langkah 5: Jumlah Tunai yg Tersedia
Untuk setiap bulan di dalam proyeksi Untuk setiap bulan di dalam proyeksi
anda, tambahkan jumlah dari langkah anda, tambahkan jumlah dari langkah
satu hingga empat. Angka yg didapat satu hingga empat. Angka yg didapat
adalah jumlah uang tunai yg tersedia adalah jumlah uang tunai yg tersedia
bagi anda di setiap bulan. bagi anda di setiap bulan.
Langkah 5: Jumlah Tunai yg Tersedia Langkah 5: Jumlah Tunai yg Tersedia
Untuk setiap bulan di dalam proyeksi Untuk setiap bulan di dalam proyeksi
anda, tambahkan jumlah dari langkah anda, tambahkan jumlah dari langkah
satu hingga empat. Angka yg didapat satu hingga empat. Angka yg didapat
adalah jumlah uang tunai yg tersedia adalah jumlah uang tunai yg tersedia
bagi anda di setiap bulan. bagi anda di setiap bulan.
Langkah Pengelolaan Langkah Pengelolaan
Arus Kas Arus Kas
Langkah 6: Uang Tunai Yg Dibayarkan Langkah 6: Uang Tunai Yg Dibayarkan
Periksa dan catat seluruh biaya Periksa dan catat seluruh biaya
operasional. operasional.
((Kuncinya adalah mencatat setiap Kuncinya adalah mencatat setiap
pengeluaran yg akan dibayarkan dalam satu pengeluaran yg akan dibayarkan dalam satu
bulan, bukan bulan munculnya biaya bulan, bukan bulan munculnya biaya
tersebut tersebut))
Langkah 6: Uang Tunai Yg Dibayarkan Langkah 6: Uang Tunai Yg Dibayarkan
Periksa dan catat seluruh biaya Periksa dan catat seluruh biaya
operasional. operasional.
((Kuncinya adalah mencatat setiap Kuncinya adalah mencatat setiap
pengeluaran yg akan dibayarkan dalam satu pengeluaran yg akan dibayarkan dalam satu
bulan, bukan bulan munculnya biaya bulan, bukan bulan munculnya biaya
tersebut tersebut))
80
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Macam Macam--Macam Biaya Macam Biaya
Operasional Operasional
Upah kotor (termasuk lembur yg diantisipasi) Upah kotor (termasuk lembur yg diantisipasi)
Gaji Bulanan bagi pemilik Gaji Bulanan bagi pemilik
Tunjangan Tunjangan--tunjangan tunjangan
Subkontrak dan layanan luar Subkontrak dan layanan luar
Pembelian Bahan Pembelian Bahan
Reparasi/pemeliharaan Reparasi/pemeliharaan
biaya pengemasan biaya pengemasan
Biaya transpotasi Biaya transpotasi
Biaya perjalanan Biaya perjalanan
Listrik Listrik
Biaya lain Biaya lain--lain lain
dsb dsb
Upah kotor (termasuk lembur yg diantisipasi) Upah kotor (termasuk lembur yg diantisipasi)
Gaji Bulanan bagi pemilik Gaji Bulanan bagi pemilik
Tunjangan Tunjangan--tunjangan tunjangan
Subkontrak dan layanan luar Subkontrak dan layanan luar
Pembelian Bahan Pembelian Bahan
Reparasi/pemeliharaan Reparasi/pemeliharaan
biaya pengemasan biaya pengemasan
Biaya transpotasi Biaya transpotasi
Biaya perjalanan Biaya perjalanan
Listrik Listrik
Biaya lain Biaya lain--lain lain
dsb dsb
Langkah Pengelolaan Langkah Pengelolaan
Arus Kas Arus Kas
Langkah 7: Jumlah Uang Tunai Telah Langkah 7: Jumlah Uang Tunai Telah
Dibayarkan Dibayarkan
Setelah mendaftar semua biaya operasional dan Setelah mendaftar semua biaya operasional dan
biaya lain biaya lain--lain telah dihitung menjadi total biaya, maka lain telah dihitung menjadi total biaya, maka
angka ini adalah jumlah uang tunai yg telah dibayarkan. angka ini adalah jumlah uang tunai yg telah dibayarkan.
Angka ini mencerminkan perkiraan anda terhadap Angka ini mencerminkan perkiraan anda terhadap
jumlah tunai yang telah anda habiskan di setiap bulan. jumlah tunai yang telah anda habiskan di setiap bulan.
Langkah 7: Jumlah Uang Tunai Telah Langkah 7: Jumlah Uang Tunai Telah
Dibayarkan Dibayarkan
Setelah mendaftar semua biaya operasional dan Setelah mendaftar semua biaya operasional dan
biaya lain biaya lain--lain telah dihitung menjadi total biaya, maka lain telah dihitung menjadi total biaya, maka
angka ini adalah jumlah uang tunai yg telah dibayarkan. angka ini adalah jumlah uang tunai yg telah dibayarkan.
Angka ini mencerminkan perkiraan anda terhadap Angka ini mencerminkan perkiraan anda terhadap
jumlah tunai yang telah anda habiskan di setiap bulan. jumlah tunai yang telah anda habiskan di setiap bulan.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
81
Langkah Pengelolaan Langkah Pengelolaan
Arus Kas Arus Kas
Langkah 8: Tentukan Arus Kas Bulanan Langkah 8: Tentukan Arus Kas Bulanan
Kurangkan jumlah uang tunai yang telah Kurangkan jumlah uang tunai yang telah
dibayarkan (langkah 7) dari jumlah uang tunai yg dibayarkan (langkah 7) dari jumlah uang tunai yg
tersedia (langkah 5). tersedia (langkah 5).
Selisihnya adalah posisi uang tunai bulanan anda / Selisihnya adalah posisi uang tunai bulanan anda /
arus kas anda. arus kas anda.
Yakinkan bahwa posisi arus kas anda di akhir bulan Yakinkan bahwa posisi arus kas anda di akhir bulan
bernilai positif. Jika bernilai negatif, ambil langkah bernilai positif. Jika bernilai negatif, ambil langkah
awal untuk mengatasi kekurangan tunai yang awal untuk mengatasi kekurangan tunai yang
dapat diantisipasi. dapat diantisipasi.
Langkah 8: Tentukan Arus Kas Bulanan Langkah 8: Tentukan Arus Kas Bulanan
Kurangkan jumlah uang tunai yang telah Kurangkan jumlah uang tunai yang telah
dibayarkan (langkah 7) dari jumlah uang tunai yg dibayarkan (langkah 7) dari jumlah uang tunai yg
tersedia (langkah 5). tersedia (langkah 5).
Selisihnya adalah posisi uang tunai bulanan anda / Selisihnya adalah posisi uang tunai bulanan anda /
arus kas anda. arus kas anda.
Yakinkan bahwa posisi arus kas anda di akhir bulan Yakinkan bahwa posisi arus kas anda di akhir bulan
bernilai positif. Jika bernilai negatif, ambil langkah bernilai positif. Jika bernilai negatif, ambil langkah
awal untuk mengatasi kekurangan tunai yang awal untuk mengatasi kekurangan tunai yang
dapat diantisipasi. dapat diantisipasi.
Tips Arus Kas Tips Arus Kas
Perbaharui proyeksi arus kas setiap Perbaharui proyeksi arus kas setiap
bulan, dengan melakukan penyesuaian bulan, dengan melakukan penyesuaian
kapanpun anda menjumpai biaya atau kapanpun anda menjumpai biaya atau
pemasukan yg tidak terduga. pemasukan yg tidak terduga.
Ketika penjualan dan pengeluaran Ketika penjualan dan pengeluaran
benar benar--benar terjadi, buatlah daftar benar terjadi, buatlah daftar
jumlah sesungguhnya disebelah proyeksi arus jumlah sesungguhnya disebelah proyeksi arus
kas kas
Periksalah akurasi dari peramalan anda, dan buat Periksalah akurasi dari peramalan anda, dan buat
penyesuaian untuk bulan penyesuaian untuk bulan--bulan berikutnya. bulan berikutnya.
Perbaharui proyeksi arus kas setiap Perbaharui proyeksi arus kas setiap
bulan, dengan melakukan penyesuaian bulan, dengan melakukan penyesuaian
kapanpun anda menjumpai biaya atau kapanpun anda menjumpai biaya atau
pemasukan yg tidak terduga. pemasukan yg tidak terduga.
Ketika penjualan dan pengeluaran Ketika penjualan dan pengeluaran
benar benar--benar terjadi, buatlah daftar benar terjadi, buatlah daftar
jumlah sesungguhnya disebelah proyeksi arus jumlah sesungguhnya disebelah proyeksi arus
kas kas
Periksalah akurasi dari peramalan anda, dan buat Periksalah akurasi dari peramalan anda, dan buat
penyesuaian untuk bulan penyesuaian untuk bulan--bulan berikutnya. bulan berikutnya.
82
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Pembukuan Keuangan Pembukuan Keuangan
Akuntansi adalah sebuah sistem Akuntansi adalah sebuah sistem
informasi yg mengidentifikasi, informasi yg mengidentifikasi,
mencatat,dan mengkomunikasikan mencatat,dan mengkomunikasikan
kejadian ekonomi dalam sebuah kejadian ekonomi dalam sebuah
organisasi. organisasi.
Pihak Pihak--pihak yang berkepentingan pihak yang berkepentingan
dalam akuntansi ada 2 yaitu pihak dalam akuntansi ada 2 yaitu pihak
internal dan eksternal. internal dan eksternal.
Akuntansi adalah sebuah sistem Akuntansi adalah sebuah sistem
informasi yg mengidentifikasi, informasi yg mengidentifikasi,
mencatat,dan mengkomunikasikan mencatat,dan mengkomunikasikan
kejadian ekonomi dalam sebuah kejadian ekonomi dalam sebuah
organisasi. organisasi.
Pihak Pihak--pihak yang berkepentingan pihak yang berkepentingan
dalam akuntansi ada 2 yaitu pihak dalam akuntansi ada 2 yaitu pihak
internal dan eksternal. internal dan eksternal.
Komponen akuntansi Komponen akuntansi
aktiva (Assets) aktiva (Assets)
Hutang (Liabilities) Hutang (Liabilities)
Ekuitas (Equity) Ekuitas (Equity)
Penghasilan (Income) Penghasilan (Income)
Beban (Expenses) Beban (Expenses)
aktiva (Assets) aktiva (Assets)
Hutang (Liabilities) Hutang (Liabilities)
Ekuitas (Equity) Ekuitas (Equity)
Penghasilan (Income) Penghasilan (Income)
Beban (Expenses) Beban (Expenses)
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
83
Contoh Pembukuan Contoh Pembukuan
Keuangan Keuangan
Buku Bank Buku Bank
Tanggal Tanggal Uraian Uraian No. Bukti No. Bukti Masuk (Rp) Masuk (Rp) Keluar (Rp) Keluar (Rp) Saldo (Rp) Saldo (Rp)
11 22 33 44 55 66
2/7/2010 2/7/2010 Setor/Trf Setor/Trf 01/ST 01/ST 100.000 100.000 100.000 100.000
8/7/2010 8/7/2010 Penarikan Penarikan 01/Pt 01/Pt 00 50.000 50.000
Saldo Saldo
Buku Kas Buku Kas
April April
Tanggal Tanggal Uraian Uraian No. Bukti No. Bukti Masuk (Rp) Masuk (Rp) Keluar (Rp) Keluar (Rp) Saldo (Rp) Saldo (Rp)
11 22 33 44 55 66 11 22 33 44 55 66
1/4/.10 1/4/.10 Penarikan Penarikan 01/Um 01/Um 200.000 200.000 00 200 000 200 000
2/4/.10 2/4/.10 Pembelian Pembelian 01/Pb 01/Pb 00 50.000 50.000 150.000 150.000
Saldo Saldo
84
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Buku Belanja Bahan Baku Buku Belanja Bahan Baku
Maret 2010 Maret 2010
Tgl Tgl Uraian Uraian No.Bukti No.Bukti Jumlah Jumlah Harga/ Harga/
unit unit
Jumlah Jumlah
Harga Harga
Total Pembayaran Total Pembayaran
11 22 33 44 55 66 77
2/3/10 2/3/10 Kayu Kayu 1/Ky 1/Ky 3 m3 3 m3 4 Juta 4 Juta 12 Juta 12 Juta
4/3/10 4/3/10 Triplex Triplex 1/Tp 1/Tp 10 lbr 10 lbr 80.000 80.000 800.000 800.000
Total Total RP RP
Buku Upah Tenaga Kerja Buku Upah Tenaga Kerja
Mei 2010 Mei 2010
Tanggal Tanggal Nama Tk Nama Tk No. Bukti No. Bukti Dari s/d Tgl Dari s/d Tgl Jumlah Unit Jumlah Unit Upah/unit Upah/unit Jumlah Upah Jumlah Upah
11 22 33 44 55 66 77
7/5/.10 7/5/.10 Udin Udin 1/Up 1/Up--Tk Tk 11--6/Mei 6/Mei 12 12 20.000 20.000 240.000 240.000
Budi Budi 2/Up 2/Up--Tk Tk 11--6/Mei 6/Mei 12 12 20.000 20.000 240.000 240.000
.. .. . . .. .. .. ..
Total Total Mei Mei Rp.. Rp..
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
85
Laporan Keuangan Laporan Keuangan
Bulanan Bulanan
Agustus 2010 Agustus 2010
1. 1. SALDO AWAL: SALDO AWAL:
A. A. Bank Bank :Rp. :Rp.
B. B. Kas Kas :Rp.. :Rp..
C. C. Jumlah Jumlah :Rp.. :Rp..
2. 2. PEMASUKAN: PEMASUKAN:
A. A. Penjualan Penjualan :Rp :Rp
B. B. Penerimaan tagihan Penerimaan tagihan :Rp.. :Rp..
C. C. Jumlah Pemasukan Jumlah Pemasukan :Rp. :Rp.
3. 3. PENGELUARAN: PENGELUARAN:
A. Belanja Bahan Baku A. Belanja Bahan Baku :Rp. :Rp.
B. Upah TK B. Upah TK :RP. :RP.
k. Jumlah Pengeluaran k. Jumlah Pengeluaran :Rp.. :Rp..
4. 4. SALDO AKHIR: SALDO AKHIR:
A. Bank A. Bank :Rp. :Rp.
B. Kas B. Kas :Rp. :Rp.
K. Jumlah K. Jumlah :Rp.. :Rp..
5. 5. SELISIH SELISIH :Rp :Rp.. ..
Agustus 2010 Agustus 2010
1. 1. SALDO AWAL: SALDO AWAL:
A. A. Bank Bank :Rp. :Rp.
B. B. Kas Kas :Rp.. :Rp..
C. C. Jumlah Jumlah :Rp.. :Rp..
2. 2. PEMASUKAN: PEMASUKAN:
A. A. Penjualan Penjualan :Rp :Rp
B. B. Penerimaan tagihan Penerimaan tagihan :Rp.. :Rp..
C. C. Jumlah Pemasukan Jumlah Pemasukan :Rp. :Rp.
3. 3. PENGELUARAN: PENGELUARAN:
A. Belanja Bahan Baku A. Belanja Bahan Baku :Rp. :Rp.
B. Upah TK B. Upah TK :RP. :RP.
k. Jumlah Pengeluaran k. Jumlah Pengeluaran :Rp.. :Rp..
4. 4. SALDO AKHIR: SALDO AKHIR:
A. Bank A. Bank :Rp. :Rp.
B. Kas B. Kas :Rp. :Rp.
K. Jumlah K. Jumlah :Rp.. :Rp..
5. 5. SELISIH SELISIH :Rp :Rp.. ..
Contoh Format Bukti Penerimaan & Contoh Format Bukti Penerimaan &
Pengeluaran Kas Pengeluaran Kas
Bukti Kas Masuk Bukti Kas Masuk
Telah Terima Dari Telah Terima Dari : :
Keterangan Keterangan : :
Jumlah Yang Diterima Jumlah Yang Diterima : :
Terbilang Terbilang :#..................# :#..................#
Jepara, 15 Juli 2010 Jepara, 15 Juli 2010
Manajer Manajer Bendahara Bendahara
(.) (.) (.) (.)
Bukti Kas Masuk Bukti Kas Masuk
Telah Terima Dari Telah Terima Dari : :
Keterangan Keterangan : :
Jumlah Yang Diterima Jumlah Yang Diterima : :
Terbilang Terbilang :#..................# :#..................#
Jepara, 15 Juli 2010 Jepara, 15 Juli 2010
Manajer Manajer Bendahara Bendahara
(.) (.) (.) (.)
86
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Pengeluaran Kas Pengeluaran Kas
Bukti Kas Keluar Bukti Kas Keluar
Dibayar Kepada Dibayar Kepada : . : .
Untuk Pembayaran Untuk Pembayaran : . : .
Jumlah Pembayaran Jumlah Pembayaran : Rp : Rp
Terbilang Terbilang : #......................# : #......................#
Jepara,12 Mei 2010 Jepara,12 Mei 2010
Manager Manager Bendahara Bendahara Penerima Penerima
(.) (..) () (.) (..) ()
Bukti Kas Keluar Bukti Kas Keluar
Dibayar Kepada Dibayar Kepada : . : .
Untuk Pembayaran Untuk Pembayaran : . : .
Jumlah Pembayaran Jumlah Pembayaran : Rp : Rp
Terbilang Terbilang : #......................# : #......................#
Jepara,12 Mei 2010 Jepara,12 Mei 2010
Manager Manager Bendahara Bendahara Penerima Penerima
(.) (..) () (.) (..) ()
Terima Kasih Terima Kasih
87
C. Kalkulasi Mikro
PRODUCT SHEET
Date 10-Apr-2010
Item Reference CH01
Description Bar Stool
Product Dimension (mm) 1230 x 580 x 630
COMPONENT LIST
No. T (mm) W (mm) L(mm) Pcs Vol (m3)
1 35 150 1230 2
0.001417
2 40 40 1000 2
0.001082
3 50 90 600 2
0.000742
4 30 200 520 1
0.000751
5 30 30 520 1
0.000581
6 40 40 460 2
0.000542
7 SERAMPAT SAMPING 30 30 430 2
0.000492
8 SUNDUK BELAKANG 30 90 420 1
0.000541
9 SERAMPAT BELAKANG 30 30 420 1
0.000481
10 30 120 420 1
0.000571
11 30 120 120 1
0.000271
12 30 100 420 2
0.000552
13 20 50 280 2
0.000352
14 20 80 260 2
0.000362
15 20 65 320 2
0.000407
16 20 160 180 2
0.000362
17 30 90 90 4
0.000214
18 20 60 500 1
0.000581
19 20 60 370 2
0.000452
20 20 60 410 1
0.000491
21 20 20 350 2
0.000392
22
0.000000
23
0.000000
24
0.000000
25
0.000000
26
0.000000
27
0.000000
28
0.000000
29
0.000000
30
0.000000
31
0.000000
32
0.000000
33
0.000000
34
0.000000
35
0.000000
36
0.000000
37
0.000000
38
0.000000
39
0.000000
0.011636
Comments:
1 85.94 - $ - $
TOTAL
LIST SAMPING ROTAN
RANGKA DUDUKAN BELAKANG
SUNDUK SAMPING
SANDARAN ATAS
ORNAMEN SANDARAN
SUNDUK TENGAH
RANGKA TEGAK
RANGKA BENGKOK
RANGKA ATAS
SUDUT ORNAMEN
SIKU
RANGKA DUDUKAN DEPAN
RANGKA DUDUKAN SAMPING
SERAMPAT DEPAN
Description
KAKI BELAKANG
KAKI DEPAN
TANGANAN
SUNDUK DEPAN
88
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
P
R
O
D
U
C
T

S
H
E
E
T
I
t
e
m

R
e
f
e
r
e
n
c
e
D
e
s
c
r
i
p
t
i
o
n
P
r
o
d
u
c
t

D
i
m
e
n
s
i
o
n

(
m
m
)
1
2
3
0

x

5
8
0

x

6
3
0
M
A
S
T
E
R

C
A
R
T
0
N
I
N
N
E
R

C
A
R
T
O
N
L
O
A
D
I
N
G
U
n
i
t

p
e
r

C
T
N
:
2
U
n
i
t

p
e
r

I
n
n
e
r
:
U
n
i
t
s
/
2
0
'
:
N
e
t

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
N
e
t

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
U
n
i
t
s
/
4
0
'
:
G
r
o
s
s

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
G
r
o
s
s

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
U
n
i
t
s
/
H
C
:
U
n
i
t

V
o
l
u
m
e

(
m
3
)

:
I
0
.
0
0
0
0
U
n
i
t

V
o
l
u
m
e

(
m

)
:
I
I
I
I
I
L
x
W
x
H
L
x
W
x
H
2
0
'
4
0
'
H
C
D
i
m
e
n
s
i
o
n
s

(
c
m
s
)

B
o
x
I
D
i
m
e
n
s
i
o
n
s

(
c
m
s
)
I
V
o
l

(
m

)
0
0
0
I
I
I
I
A
C
C
E
S
S
O
R
I
E
S

L
I
S
T
N
o
.
U
n
i
t
1
b
i
d
a
n
g
2
b
u
a
h
3
k
g
4
k
g
5
l
i
t
e
r
6
l
i
t
e
r
7
l
i
t
e
r
8
k
g
9
m
e
t
e
r
1
0
m
e
t
e
r
1
1
m
e
t
e
r
1
2
i
k
a
t
1
3
b
u
a
h
1
4
b
u
a
h
1
5
l
e
m
b
a
r
1
6
r
o
l
1
7
d
m
1
8
l
u
b
a
n
g
1
9
b
u
a
h
2
0
b
u
a
h
2
1
2
2
2
3
2
4
2
5
2
6
2
7
2
8
2
9
O
N
G
K
O
S

B
U
B
U
T
4
.
0
0
2
.
5
0
0
.
0
0
1
0
.
0
0
0
.
0
0
S
E
P
A
T
U

P
L
A
S
T
I
K
4
.
0
0
5
0
0
.
0
0
2
.
0
0
0
.
0
0
O
N
G
K
O
S

U
K
I
R
A
N
2
6
.
0
0
2
.
5
0
0
.
0
0
6
5
.
0
0
0
.
0
0
O
N
G
K
O
S

B
O
B
O
K
7
6
.
0
0
1
0
0
.
0
0
7
.
6
0
0
.
0
0
K
A
I
N

B
A
L
1
.
0
0
5
0
0
.
0
0
5
0
0
.
0
0
I
S
O
L
A
S
I
0
.
5
0
5
.
0
0
0
.
0
0
2
.
5
0
0
.
0
0
L
E
M

A
L
T
E
C
O
0
.
5
0
5
.
0
0
0
.
0
0
2
.
5
0
0
.
0
0
K
U
A
S
1
.
0
0
3
.
0
0
0
.
0
0
3
.
0
0
0
.
0
0
K
E
R
T
A
S

A
M
P
L
A
S

N
O

2
4
0
1
.
0
0
1
0
.
0
0
0
.
0
0
1
0
.
0
0
0
.
0
0
K
A
R
E
T
1
.
0
0
3
.
0
0
0
.
0
0
3
.
0
0
0
.
0
0
K
E
R
T
A
S

A
M
P
L
A
S

N
O

8
0
0
.
5
0
1
0
.
0
0
0
.
0
0
5
.
0
0
0
.
0
0
K
E
R
T
A
S

A
M
P
L
A
S

N
O

1
2
0
0
.
5
0
1
0
.
0
0
0
.
0
0
5
.
0
0
0
.
0
0
T
E
A

B
R
O
W
N

S
T
A
I
N
0
.
3
3
4
0
.
0
0
0
.
0
0
1
3
.
2
0
0
.
0
0
G
L
A
Z
E

A
N
T
I
Q
U
E

V
A
N
D
I
C
K

B
R
O
W
N
0
.
1
0
4
0
.
0
0
0
.
0
0
4
.
0
0
0
.
0
0
T
H
I
N
N
E
R

A
0
.
5
0
1
0
.
0
0
0
.
0
0
5
.
0
0
0
.
0
0
T
H
I
N
N
E
R

H
I
G
H

G
L
O
S
S
1
.
0
0
1
7
.
0
0
0
.
0
0
1
7
.
0
0
0
.
0
0
L
E
M
0
.
1
0
1
0
0
.
0
0
0
.
0
0
1
0
.
0
0
0
.
0
0
F
I
N
I
S
H
I
N
G

N
C
0
.
7
5
3
2
.
0
0
0
.
0
0
2
4
.
0
0
0
.
0
0
R
O
T
A
N
8
.
0
0
1
5
.
0
0
0
.
0
0
1
2
0
.
0
0
0
.
0
0
S
E
K
R
U
P

1
,
5

I
N
C
H
2
0
1
0
0
.
0
0
2
.
0
0
0
.
0
0
C
H
0
1
B
a
r

S
t
o
o
l
D
e
s
c
r
i
p
t
i
o
n
s
Q
t
y
U
.

P
r
i
c
e
A
m
o
u
n
t
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
89
I
N
F
O

P
R
I
C
E

C
A
L
C
U
L
A
T
I
O
N
I
t
e
m

R
e
f
e
r
e
n
c
e
D
e
s
c
r
i
p
t
i
o
n
P
r
o
d
u
c
t

D
i
m
e
n
s
i
o
n

(
m
m
)
0
M
A
S
T
E
R

C
A
R
T
0
N
I
I
I
I
N
N
E
R

C
A
R
T
O
N
I
/
I
I
L
O
A
D
I
N
G
/
U
n
i
t

p
e
r

C
T
N
:
2
/
U
n
i
t

p
e
r

I
n
n
e
r
:
/
U
n
i
t
s
/
2
0
':
0
/
N
e
t

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
0
/
N
e
t

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
/
U
n
i
t
s
/
4
0
':
/
G
r
o
s
s

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
0
/
G
r
o
s
s

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
/
U
n
i
t
s
/
H
C
:
0
/
U
n
i
t

V
o
l
u
m
e

(
m
3
)

:
I
U
n
i
t

V
o
l
u
m
e

(
m

)
:
I
I
I
I
I
L
x
W
x
H
L
x
W
x
H
A
S
1
1
2
0
'
D
i
m
e
n
s
i
o
n
s

(
c
m
s
)

B
o
x
I
0
0
0
D
i
m
e
n
s
i
o
n
s

(
c
m
s
)
I
V
o
l

(
m

)
0
I
I
0
0
0
I
I
S
U
B

T
O
T
A
L
7
2
.
5
2
C
o
m
m
e
n
t
s
:
G
R
A
N
D

T
O
T
A
L
6
1
6
.
4
0
9
.
5
1
7
2
.
5
2
7
5
.
8
5
4
.
6
3
5
6
0
.
3
7
2
.
2
9
F
E
E
1
0
%
5
6
.
0
3
7
.
2
3
6
.
5
9
T
O
T
A
L

B
I
A
Y
A

T
I
D
A
K

L
A
N
G
S
U
N
G
2
0
.
5
5
0
.
0
0
0
.
0
0
C
A
P
A
C
I
T
Y
/
M
O
N
T
H
3
5
0
5
8
.
7
1
4
.
2
9
6
.
9
1
E
N
E
R
G
I
1
.
0
0
0
.
0
0
0
.
0
0
M
A
I
N
T
E
N
A
N
C
E
2
5
0
.
0
0
0
.
0
0
1
0
.
0
0
0
.
0
0
9
5
.
6
4
T
E
L
E
P
O
N
8
0
0
.
0
0
0
.
0
0
B
I
A
Y
A

T
I
D
A
K

L
A
N
G
S
U
N
G
P
r
i
c
e
C
o
m
m
e
n
t
O
F
F
I
C
E

E
Q
U
I
P
M
E
N
T
1
.
5
0
0
.
0
0
0
.
0
0
O
F
F
I
C
E

S
A
L
A
R
Y
1
5
.
0
0
0
.
0
0
0
.
0
0
W
A
R
E
H
O
U
S
E
2
.
0
0
0
.
0
0
0
.
0
0
T
O
T
A
L

B
I
A
Y
A

L
A
N
G
S
U
N
G
5
0
1
.
6
5
8
.
0
0
2
1
2
.
5
0
1
.
0
0
3
1
1
3
0
0
3
1
1
.
3
0
0
.
0
0
3
6
.
6
2
P
R
O
D
U
C
T
I
O
N
0
,
0
1
1
6
3
6
1
.
5
0
0
.
0
0
0
.
0
0
1
7
.
4
5
4
.
0
0
5
7
.
8
4
D
O
C
U
M
E
N
T
1
.
0
0
1
0
.
0
0
0
.
0
0
B
I
A
Y
A

L
A
N
G
S
U
N
G
:
K
E
R
U
I
N
G
M
A
T
E
R
I
A
L
0
,
0
1
1
6
3
6
1
4
.
0
0
0
.
0
0
0
.
0
0
1
6
2
.
9
0
4
.
0
0
1
9
.
1
7
D
e
s
c
r
i
p
t
i
o
n
s
V
o
l
.
/
U
n
i
t
P
r
i
c
e

/

U
n
i
t
T
o
t
a
l

P
r
i
c
e
C
o
m
m
e
n
t
0
00
00
4
0
'
90
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
M
A
S
T
E
R

C
A
R
T
0
N
I
I
I
I
N
N
E
R

C
A
R
T
O
N
I
/
I
I
L
O
A
D
I
N
G
/
U
n
i
t

p
e
r

C
T
N
:
2
/
U
n
i
t

p
e
r

I
n
n
e
r
:
/
U
n
i
t
s
/
2
0
':
5
0
/
N
e
t

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
1
5
0
/
N
e
t

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
/
U
n
i
t
s
/
4
0
':
/
G
r
o
s
s

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
1
5
0
/
G
r
o
s
s

W
e
i
g
h
t

(
k
g
s
)
:
/
U
n
i
t
s
/
H
C
:
/
U
n
i
t

V
o
l
u
m
e

(
m
3
)

:
I
U
n
i
t

V
o
l
u
m
e

(
m

)
:
I
I
I
I
I
L
x
W
x
H
L
x
W
x
H
2
0
'
H
C
D
i
m
e
n
s
i
o
n
s

(
c
m
s
)

B
o
x
I
1
2
0
4
2
1
5
D
i
m
e
n
s
i
o
n
s

(
c
m
s
)
I
V
o
l

(
m

)
7
.
5
6
I
I
1
2
0
4
5
1
0
I
I
D
e
a
r

M
a
d
a
m
/
S
i
r
,
0
.
1
5
1
2
0
.
1
0
8
4
0
'
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
91
B
e
s
t

R
e
g
a
r
d
,
A
g
u
s

S
u
n
a
r
y
o
92
c. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
KREDIT USAHA RAKYAT
MERUPAKAN KREDIT MODAL KERJA
ATAU INVESTASI DENGAN PLAFOND
KREDIT SAMPAI DENGAN RP. 500
JUTA(TOTAL EKSPOSUR) YANG
DIBERIKAN KEPADA USAHA
MIKRO,KECIL DAN KOPERASI YANG
MEMILIKI USAHA PRODUKTIF YANG
AKAN DIMINTAKAN PENJAMINAN DARI
PERUSAHAAN PENJAMIN.
MERUPAKAN KREDIT MODAL KERJA
ATAU INVESTASI DENGAN PLAFOND
KREDIT SAMPAI DENGAN RP. 500
JUTA(TOTAL EKSPOSUR) YANG
DIBERIKAN KEPADA USAHA
MIKRO,KECIL DAN KOPERASI YANG
MEMILIKI USAHA PRODUKTIF YANG
AKAN DIMINTAKAN PENJAMINAN DARI
PERUSAHAAN PENJAMIN.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
93
KETENTUAN UMUM
1.Persyaratan Calon Debitur
a.Individu(perorangan/badan hukum,kelompok,
koperasi yang melakukan usaha produktif
yang layak, namun belum bankable.
b.Calon debitur penerima KUR Ritel tidak sedang
menerima kredit/pembiayaan modal kerja dan atau
investasi dari perbankan atauyang tidak sedang
menerima kredit program dari Pemerintah, yang
dibuktikan dengan hasil print out sistem Informasi
debitur Bank Indonesia pada saat permohonan
kredit/pembiayaan diajukan.
1.Persyaratan Calon Debitur
a.Individu(perorangan/badan hukum,kelompok,
koperasi yang melakukan usaha produktif
yang layak, namun belum bankable.
b.Calon debitur penerima KUR Ritel tidak sedang
menerima kredit/pembiayaan modal kerja dan atau
investasi dari perbankan atauyang tidak sedang
menerima kredit program dari Pemerintah, yang
dibuktikan dengan hasil print out sistem Informasi
debitur Bank Indonesia pada saat permohonan
kredit/pembiayaan diajukan.
2.Jenis dan Jangka Waktu.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat diberikan
untuk keperluan modal kerja atau Investasi,
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kredit Modal Kerja, jangka waktu maksimal 3 (tiga)
tahun
b. Kredit Investasi,jangka waktu maksimal 5 (lima)
tahun.
3. Besar Kredit.
Besar kredit yang dapat diberikan sampai
dengan maksimal Rp. 500 juta (total Eksposur)
2.Jenis dan Jangka Waktu.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat diberikan
untuk keperluan modal kerja atau Investasi,
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kredit Modal Kerja, jangka waktu maksimal 3 (tiga)
tahun
b. Kredit Investasi,jangka waktu maksimal 5 (lima)
tahun.
3. Besar Kredit.
Besar kredit yang dapat diberikan sampai
dengan maksimal Rp. 500 juta (total Eksposur)
94
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4. Suku Bunga
a. Suku bunga efektif yang dikenakan atas
kredit ini adalah minimal Base Lending
Rate dan maksimal 14 % per tahun dan
bersifat reveewable.
b. Perubahan suku bunga akan disampaikan
dengan surat tersendiri.
5. Bentuk Kredit
a. Kredit Modal Kerja (KMK).
b. Kredit Investasi
4. Suku Bunga
a. Suku bunga efektif yang dikenakan atas
kredit ini adalah minimal Base Lending
Rate dan maksimal 14 % per tahun dan
bersifat reveewable.
b. Perubahan suku bunga akan disampaikan
dengan surat tersendiri.
5. Bentuk Kredit
a. Kredit Modal Kerja (KMK).
b. Kredit Investasi
6. Denda / Pinalti
Penalti sebesar 50 % dari besarnya suku bunga
yang berlaku atas tunggakan pokok dan bunga.
7. Biaya Administrasi dan Provisi Kredit tidak dipungut.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
95
1. Legalitas Calon Debitur/Terjamin.
a. Individual : Identitas berupa KTP dan Kartu
Keluarga.
b. Kelompok : Surat Pengukuhan dari Instansi terkai
atau Surat Keterangan Usaha dari
Lurah/Kepala Desa atau Akte
Notaris.
2. Perijinan Calon Debitur/Terjamin.
Kredit dengan plafond 100 juta keatas, ijin usaha minimal
SIUP.bagi Usaha baru,minimal telah berjalan selama 6
bulan.
KEBIJAKAN PROSEDUR KREDIT
1. Legalitas Calon Debitur/Terjamin.
a. Individual : Identitas berupa KTP dan Kartu
Keluarga.
b. Kelompok : Surat Pengukuhan dari Instansi terkai
atau Surat Keterangan Usaha dari
Lurah/Kepala Desa atau Akte
Notaris.
2. Perijinan Calon Debitur/Terjamin.
Kredit dengan plafond 100 juta keatas, ijin usaha minimal
SIUP.bagi Usaha baru,minimal telah berjalan selama 6
bulan.
AGUNAN
Agunan Pokok.
a. Agunan kredit dapat hanya berupa agunan poko apabila
berdasarkan aspek-aspek lain dalam jaminan utama
(proyek/usaha yang dibiayai),telah diperoleh keyakinan atas
kemampuan debitur/terjamin untuk mengembalikan
hutangnya.
b. Agunan tambahan.
Agunan tambahan,seperti tanah/bangunan,kendaraan.
Agunan Pokok.
a. Agunan kredit dapat hanya berupa agunan poko apabila
berdasarkan aspek-aspek lain dalam jaminan utama
(proyek/usaha yang dibiayai),telah diperoleh keyakinan atas
kemampuan debitur/terjamin untuk mengembalikan
hutangnya.
b. Agunan tambahan.
Agunan tambahan,seperti tanah/bangunan,kendaraan.
96
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
POLA KREDIT
1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit modal kerja dan
atau investasi dengan plafond kredit sampai derngan 500
juta (total eksposur) yang diberikan kepada usaha
mikro,kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktif
yang akan dimintakan penjaminan dari Perusahaan
Penjamin.
2. Besarnya maksimal prosentase penjaminan atas kredit yang
disalurkan oleh BRI yang dapat dijamin oleh Penjamin
yaitu sebesar 70 % dari Plafond Kredit.
3. Bagian dari jumlah kerugian BRI sebesar 30 % atau yang
tidak diganti oleh Penjamin
4. Sumber dana KUR berasal sepenuhnya dari dana BRI.
1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit modal kerja dan
atau investasi dengan plafond kredit sampai derngan 500
juta (total eksposur) yang diberikan kepada usaha
mikro,kecil dan koperasi yang memiliki usaha produktif
yang akan dimintakan penjaminan dari Perusahaan
Penjamin.
2. Besarnya maksimal prosentase penjaminan atas kredit yang
disalurkan oleh BRI yang dapat dijamin oleh Penjamin
yaitu sebesar 70 % dari Plafond Kredit.
3. Bagian dari jumlah kerugian BRI sebesar 30 % atau yang
tidak diganti oleh Penjamin
4. Sumber dana KUR berasal sepenuhnya dari dana BRI.
TERIMA KASIH TERIMA KASIH
97
2. Materi Pelatihan Pemasaran
2.1. Pelatihan Pengolahan Gambar
Pelatihan Adobe Photoshop
CIFOR APKJ
Rabu, 18 April 2012
Tujuan Pelatihan
Meningkatkan kemampuan dalam mengedit gambar
dengan menggunakan program Adobe Photoshop
Meningkatkan kemampuan dalam memperbaharui
informasi dan gambar pada profil usaha pengrajin yang
dipromosikan pada situs Javamebel
Menjadikan forum pelatihan sebagai media untuk berbagi
pengalaman dan pengetahuan antar peserta pelatihan
Meningkatkan kemampuan dalam mengedit gambar
dengan menggunakan program Adobe Photoshop
Meningkatkan kemampuan dalam memperbaharui
informasi dan gambar pada profil usaha pengrajin yang
dipromosikan pada situs Javamebel
Menjadikan forum pelatihan sebagai media untuk berbagi
pengalaman dan pengetahuan antar peserta pelatihan
98
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Hasil yang diharapkan
Peserta dapat mengerjakan fungsi-fungsi dasar editing
gambar
Peserta memiliki pemahaman yang cukup untuk
mengembangkan kemampuan editing gambar pada tahapan
yang lebih tinggi secara mandiri
Peserta dapat meningkatkan kualitas gambar-gambar pada
profil pengrajin yang dipromosikan pada situs Javamebel
Peserta dapat mengerjakan fungsi-fungsi dasar editing
gambar
Peserta memiliki pemahaman yang cukup untuk
mengembangkan kemampuan editing gambar pada tahapan
yang lebih tinggi secara mandiri
Peserta dapat meningkatkan kualitas gambar-gambar pada
profil pengrajin yang dipromosikan pada situs Javamebel
Adobe Photoshop
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
99
Sumber training
http://www.adobe.com/designcenter-archive/video_workshop/?id=vid0187
Workspace
Tools Palette
Palette
Document
Window
100
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Toolbox
Mengoperasikan tool dan palette
Navigator
Zoom
Hand
Eyedropper
Memilih warna
Navigator
Zoom
Hand
Eyedropper
Memilih warna
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
101
Teknik-teknik dasar
Backup
Revert
Duplicate
Undo
History
Transformasi
Image size, Crop
Canvas
Canvas size, Rotate
Memilih format file
Backup
Revert
Duplicate
Undo
History
Transformasi
Image size, Crop
Canvas
Canvas size, Rotate
Memilih format file
Backup
Revert
File > Revert (F12)
Mengembalikan gambar pada
keadaan semula dengan
mengabaikan semua
perubahan, termasuk notes
Berlaku pada gambar orisinil,
bukan duplikatnya
Berlaku sebelum gambar
disimpan
Revert
File > Revert (F12)
Mengembalikan gambar pada
keadaan semula dengan
mengabaikan semua
perubahan, termasuk notes
Berlaku pada gambar orisinil,
bukan duplikatnya
Berlaku sebelum gambar
disimpan
102
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Backup
Duplicate
Image > Duplicate
Berfungsi membuat duplikat
gambar
Memastikan gambar asli tidak
berubah
File gambar asli dapat ditimpa
dengan menggunakanan:
File > Save as
Simpan dengan nama file gambar
asli
Duplicate
Image > Duplicate
Berfungsi membuat duplikat
gambar
Memastikan gambar asli tidak
berubah
File gambar asli dapat ditimpa
dengan menggunakanan:
File > Save as
Simpan dengan nama file gambar
asli
Backup
Undo
Ctrl + Z
Membatalkan satu operasi
terakhir
Lakukan Redo untuk
menjalankan kembali operasi
yang baru saja dibatalkan
Undo
Ctrl + Z
Membatalkan satu operasi
terakhir
Lakukan Redo untuk
menjalankan kembali operasi
yang baru saja dibatalkan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
103
Backup
History
Membatalkan satu atau lebih
operasi terakhir
Lakukan Redo untuk
menjalankan kembali satu atau
lebih operasi yang baru saja
dibatalkan
History
Membatalkan satu atau lebih
operasi terakhir
Lakukan Redo untuk
menjalankan kembali satu atau
lebih operasi yang baru saja
dibatalkan
Transformasi: Image Size
Image Size
Image > Image Size (Alt +
Ctrl + I)
Ukuran pixel
Pixel adalah bagian terkecil dari
sebuah gambar
Kapasitas informasi yang
disimpan bergantung pada mode
warna yang dipilih (dalam satuan
bit)
Ukuran dokumen
Berorientasi pada ukuran cetak
Berhubungan dengan ukuran
pixel yang diwujudkan dalam
resolusi gambar
Image Size
Image > Image Size (Alt +
Ctrl + I)
Ukuran pixel
Pixel adalah bagian terkecil dari
sebuah gambar
Kapasitas informasi yang
disimpan bergantung pada mode
warna yang dipilih (dalam satuan
bit)
Ukuran dokumen
Berorientasi pada ukuran cetak
Berhubungan dengan ukuran
pixel yang diwujudkan dalam
resolusi gambar
104
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Transformasi: Crop
Crop
Lakukan Selection kemudian
Image > Crop
Atau gunakan
Crop Tool (C)
Berfungsi mengambil bagian
gambar yang dipilih saja dan
menjadikan gambar dengan
ukuran baru
Berguna untuk menghilangkan
bagian gambar yang tidak
diperlukan
Crop bersifat beraturan dalam
bentuk persegi
Crop
Lakukan Selection kemudian
Image > Crop
Atau gunakan
Crop Tool (C)
Berfungsi mengambil bagian
gambar yang dipilih saja dan
menjadikan gambar dengan
ukuran baru
Berguna untuk menghilangkan
bagian gambar yang tidak
diperlukan
Crop bersifat beraturan dalam
bentuk persegi
Canvas: Size
Canvas Size
Image > Canvas Size (Alt +
Ctrl + C)
Mengatur ukuran canvas,
sedangkan gambar ukurannya
tetap
Perubahan ukuran canvas akan
merubah ukuran gambar di
layer background, tetapi tidak
merubah ukuran gambar di
layer yang lain
Pemilihan anchor akan
menentukan posisi perubahan
ukuran canvas
Canvas Size
Image > Canvas Size (Alt +
Ctrl + C)
Mengatur ukuran canvas,
sedangkan gambar ukurannya
tetap
Perubahan ukuran canvas akan
merubah ukuran gambar di
layer background, tetapi tidak
merubah ukuran gambar di
layer yang lain
Pemilihan anchor akan
menentukan posisi perubahan
ukuran canvas
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
105
Canvas: Rotate
Memutar Canvas
Image > Rotate Canvas
Berfungsi memutar canvas dan
gambar yang terdapat padanya
Putaran dapat dilakukan
dengan membaliknya, memilih
derajat yang sudah terdefinisi
atau menentukan derajat
secara manual (Arbitary)
Memutar Canvas
Image > Rotate Canvas
Berfungsi memutar canvas dan
gambar yang terdapat padanya
Putaran dapat dilakukan
dengan membaliknya, memilih
derajat yang sudah terdefinisi
atau menentukan derajat
secara manual (Arbitary)
Bekerja dengan layer (bagian 1)
Menciptakan layer
Melalui Layer Palette
Menciptakan dari layer background
Duplicate
New layer
Melalui Placing
Menambahkan teks
Menghapus layer
Menggabungkan layer
Melakukan flattening
Menciptakan layer
Melalui Layer Palette
Menciptakan dari layer background
Duplicate
New layer
Melalui Placing
Menambahkan teks
Menghapus layer
Menggabungkan layer
Melakukan flattening
106
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Menciptakan layer: dari background
Aktifkan Layer Palette,
melalui:
Palette panel, pilih Layers,
atau melalui
Window > Layers (F7)
Pada layer background,
lakukan:
Right click
Pilih Layer From Background
Aktifkan Layer Palette,
melalui:
Palette panel, pilih Layers,
atau melalui
Window > Layers (F7)
Pada layer background,
lakukan:
Right click
Pilih Layer From Background
Menciptakan layer: duplicate
Aktifkan Layer Palette,
melalui:
Palette panel, pilih Layers,
atau melalui
Window > Layers (F7)
Pada salah satu layer, lakukan:
Right click
Pilih Duplicate Layer
Aktifkan Layer Palette,
melalui:
Palette panel, pilih Layers,
atau melalui
Window > Layers (F7)
Pada salah satu layer, lakukan:
Right click
Pilih Duplicate Layer
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
107
Menciptakan layer: New layer
Aktifkan Layer Palette,
melalui:
Palette panel, pilih Layers,
atau melalui
Window > Layers (F7)
Click icon Create new layer
Aktifkan Layer Palette,
melalui:
Palette panel, pilih Layers,
atau melalui
Window > Layers (F7)
Click icon Create new layer
Create new layer
Menciptakan layer: Place
File > Place
Pilih gambar yang akan dimasukkan ke dalam gambar saat ini
Pilih Move Tool (V)
Click Place
108
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Menciptakan layer: Menggabungkan layer
Berfungsi menggabungkan
satu atau lebih layer menjadi
satu layer
Aktifkan Layer Palette,
melalui:
Palette panel, pilih Layers,
atau melalui
Window > Layers (F7)
Pilih layer yang diinginkan
Tekan Shift + Click layer yang
diinginkan
Right-click
Pilih Merge Layers
Berfungsi menggabungkan
satu atau lebih layer menjadi
satu layer
Aktifkan Layer Palette,
melalui:
Palette panel, pilih Layers,
atau melalui
Window > Layers (F7)
Pilih layer yang diinginkan
Tekan Shift + Click layer yang
diinginkan
Right-click
Pilih Merge Layers
1. Pilih layer
2. Pilih Merge Layers
Menciptakan layer: Menggabungkan layer
Berfungsi menggabungkan
seluruh layer menjadi satu
layer
Aktifkan Layer Palette,
melalui:
Palette panel, pilih Layers,
atau melalui
Window > Layers (F7)
Pilih layer yang diinginkan
Tekan Shift + Click layer yang
diinginkan
Right-click
Pilih Flatten Image
Berfungsi menggabungkan
seluruh layer menjadi satu
layer
Aktifkan Layer Palette,
melalui:
Palette panel, pilih Layers,
atau melalui
Window > Layers (F7)
Pilih layer yang diinginkan
Tekan Shift + Click layer yang
diinginkan
Right-click
Pilih Flatten Image
1. Right-click
2. Pilih Flatten Image
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
109
Melakukan koreksi atau penyesuaian
Adjustment
Brightness/Contrast
Levels
Color Balance
Hue Saturation
Adjustment Layer
Melakukan adjustment yang bersifat non-destruktif
Adjustment
Brightness/Contrast
Levels
Color Balance
Hue Saturation
Adjustment Layer
Melakukan adjustment yang bersifat non-destruktif
Adjustment
Image > Adjustments
Berfungsi melakukan
penyesuaian terhadap warna
dan gelap/terangnya gambar
110
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Adjustment: Brightness/Contrast
Image > Adjustments >
Brightness/Contrast
Berfungsi melakukan
penyesuaian terhadap:
Brightness: menentukan
tingkat gelap & terangnya
warna
Contrast: menentukan tingkat
ketegasan yang membedakan
antara bagian gelap dan terang
Image > Adjustments >
Brightness/Contrast
Berfungsi melakukan
penyesuaian terhadap:
Brightness: menentukan
tingkat gelap & terangnya
warna
Contrast: menentukan tingkat
ketegasan yang membedakan
antara bagian gelap dan terang
Adjustment: Levels
Image > Adjustments >
Levels
Berfungsi melakukan
penyesuaian gelap &
terangnya gambar dengan
melakukan pemetaan wilayah
gelap & terang gambar saat
ini (Input Levels) terhadap
wilayah gelap terang yang
dikehendaki (Output Levels)
Levels bersifat selektif
Wilayah gelap & terang dapat
dipilih sesuai keinginan
Image > Adjustments >
Levels
Berfungsi melakukan
penyesuaian gelap &
terangnya gambar dengan
melakukan pemetaan wilayah
gelap & terang gambar saat
ini (Input Levels) terhadap
wilayah gelap terang yang
dikehendaki (Output Levels)
Levels bersifat selektif
Wilayah gelap & terang dapat
dipilih sesuai keinginan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
111
Adjustment: Color Balance
Image > Adjustments > Color
Balance
Berfungsi melakukan
penyesuaian warna yang
meliputi tiga tingkatan warna:
Cyan-Red
Magenta-Green
Yellow-Blue
Diterapkan pada Tone Balance
Menentukan wilayah gelap &
terang (Shadows, Midtones &
Highlights) di mana
keseimbangan warna diterapkan
Image > Adjustments > Color
Balance
Berfungsi melakukan
penyesuaian warna yang
meliputi tiga tingkatan warna:
Cyan-Red
Magenta-Green
Yellow-Blue
Diterapkan pada Tone Balance
Menentukan wilayah gelap &
terang (Shadows, Midtones &
Highlights) di mana
keseimbangan warna diterapkan
Adjustment: Hue Saturation
Image > Adjustments > Hue
Saturation
Berfungsi menyesuaikan
warna dengan mengatur:
Hue: wilayah warna
Saturation: kadar warna
Lightness: gelap & terangnya
gambar
Penyesuaian dapat
diaplikasikan pada seluruh
color channel maupun
individual color channel
Image > Adjustments > Hue
Saturation
Berfungsi menyesuaikan
warna dengan mengatur:
Hue: wilayah warna
Saturation: kadar warna
Lightness: gelap & terangnya
gambar
Penyesuaian dapat
diaplikasikan pada seluruh
color channel maupun
individual color channel
112
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Melakukan irregular selection
Berfungsi melakukan penyeleksian area gambar dalam
bentuk yang tidak beraturan. Beberapa cara yang dapat
dilakukan adalah:
Quick mask
Quick selection tool
Path
Berfungsi melakukan penyeleksian area gambar dalam
bentuk yang tidak beraturan. Beberapa cara yang dapat
dilakukan adalah:
Quick mask
Quick selection tool
Path
Quick Mask
2. Aktifkan dan
atur brush
3. Tutup wilayah yang tidak
dipilih dengan
menggunakan brush
1. Aktifkan
Quick Mask
3. Tutup wilayah yang tidak
dipilih dengan
menggunakan brush
4. Non-aktifkan Quick
Mask untuk menampilkan
hasil selection
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
113
Quick Selection Tool
2. Tentukan ukuran brush
1. Aktifkan quick
selection tool
3. Tekan dan gerakkan quick selection tool mengikuti wilayah gambar yang
akan dipilih. Tentukan ukuran brush sesuai dengan kebutuhan dan tentukan
mode selection apakah menambah atau mengurangi pilihan.
Path (Langkah 1 - 4)
3. Tentukan Path (Jalur)
pilihan titik demi titik sampai
semua bagian terpilih
1. Create
New Path
2. Aktifkan Pen Tool
3. Tekan dan gerakkan quick selection tool mengikuti wilayah gambar yang
akan dipilih. Tentukan ukuran brush sesuai dengan kebutuhan dan tentukan
mode selection apakah menambah atau mengurangi pilihan.
4. Aktifkan Convert
Point Tool untuk
memperinci hasil
selection
114
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Path (Langkah 5 6)
6a. Rubah Path
menjadi Selection
6b. Tentukan
Setelan Rendering
5. Gunakan Convert Point Tool untuk
merubah garis lurus menjadi kurva dan
sebaliknya. Lalu lengkungkan path sesuai
dengan kebutuhan.
Path (Hasil akhir)
7. Hasil Path Selection
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
115
Bekerja dengan layer (bagian 2)
Layer Mask
Berfungsi untuk menutup wilayah gambar, sehingga wilayah
tersebut menjadi transparan atau sebaliknya.
Hasil masking dapat dijadikan sebagai sebuah selection
Operasi Layer berlaku pada Layer selain Layer Background
Beberapa operasi pada Layer Mask
Melakukan selection
Melakukan image-composite
Memberikan efek khusus
Layer Mask
Berfungsi untuk menutup wilayah gambar, sehingga wilayah
tersebut menjadi transparan atau sebaliknya.
Hasil masking dapat dijadikan sebagai sebuah selection
Operasi Layer berlaku pada Layer selain Layer Background
Beberapa operasi pada Layer Mask
Melakukan selection
Melakukan image-composite
Memberikan efek khusus
Layer Mask: melakukan selection
Layer > Layer Mask > Reveal
All
Menampilkan seluruh bagian
gambar
Pemilihan dilakukan dengan
menggunakan brush dan
warnanya disetel ke hitam
Tutup bagian yang tidak
diperlukan dengan mewarnai
bagian tersebut menggunakan
brush
Atur ukuran brush sesuai dengan
kebutuhan
Batalkan tutupan dengan
mewarnainya menggunakan warna
putih
Layer > Layer Mask > Reveal
All
Menampilkan seluruh bagian
gambar
Pemilihan dilakukan dengan
menggunakan brush dan
warnanya disetel ke hitam
Tutup bagian yang tidak
diperlukan dengan mewarnai
bagian tersebut menggunakan
brush
Atur ukuran brush sesuai dengan
kebutuhan
Batalkan tutupan dengan
mewarnainya menggunakan warna
putih
116
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Layer Mask: melakukan selection
2. Tentukan
ukuran brush
1. Pilih Brush
3. Tentukan
warna brush
4. Tutup daerah yang tidak diperlukan
dengan menggunakan brush
Layer Mask: melakukan selection
5. Tentukan ukuran brush
6. Menentukan setelan selection
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
117
Layer Mask: melakukan selection
7. Hasil akhir. Selection marquee muncul
Layer Mask
Proyek 1
Melakukan image-composite sederhana
Menggabungkan dua gambar di bawah ini.
Gunakan Layer Mask pada Baboon untuk menghilangkan latar
belakangnya
118
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Bekerja dengan teks
Pemilihan font
Mode anti-alias
Warp text
Bekerja dengan teks
Font: type, style, size Anti Alias
Alignment
1. Aktifkan Text Tool
Alignment
Warna
Warp
Mode
paragraf
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
119
Bekerja dengan teks
Bekerja dengan teks: Drop Shadow
120
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Bekerja dengan teks: Warp Text
Proyek 2
Bekerja dengan layer
Melakukan irregular selection
Menerapkan Smart Object
Memberikan special effect
Menyimpan dalam format yang optimal untuk website
Bekerja dengan layer
Melakukan irregular selection
Menerapkan Smart Object
Memberikan special effect
Menyimpan dalam format yang optimal untuk website
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
121
Proyek 2
Memindahkan almari dari gambar 1 ke gambar 2
Menyimpan almari dalam smart object
Memberikan efek bayangan
Penutup
Hal yang telah dipelajari
Workspace sebagai tempat bekerja
Beberapa fungsi Toolbox
Cara melakukan beberapa penyesuaian warna dan tone
Cara melakukan penyeleksian bagian gambar secara beraturan
dan tidak beraturan
Cara memberikan efek-efek sederhana pada gambar
Smart Object
Peserta sudah dibekali kemampuan dasar untuk
mengeksplorasi Photoshop lebih jauh
Gunakan sumber-sumber dari internet untuk berlatih
Membeli buku photoshop bagi pemula dan menengah
Hal yang telah dipelajari
Workspace sebagai tempat bekerja
Beberapa fungsi Toolbox
Cara melakukan beberapa penyesuaian warna dan tone
Cara melakukan penyeleksian bagian gambar secara beraturan
dan tidak beraturan
Cara memberikan efek-efek sederhana pada gambar
Smart Object
Peserta sudah dibekali kemampuan dasar untuk
mengeksplorasi Photoshop lebih jauh
Gunakan sumber-sumber dari internet untuk berlatih
Membeli buku photoshop bagi pemula dan menengah
122
Disusun oleh: Aris Darujo
0811249223
aris_export@yahoo.com
PERSIAPAN PAMERAN
PERDAGANGAN
INTERNASIONAL
Disusun Oleh : Aris Darujo
2
Topics
Tujuan dari pameran perdagangan
Menganalisa pameran perdagangan
sebelumnya
Persiapan sebelum pameran perdagangan
Saran saran dari praktek terbaik pameran
perdagangan
Hal hal yang harus dilakukan pada saat
pameran perdagangan berlangsung
Hal hal yang harus dilakukan setelah
pameran perdagangan
Kesimpulan
2.2. Pelatihan Manajemen Pameran Perdagangan dan
Pengetahuan Ekspor
a. Persiapan Pameran Perdagangan Internasioal
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
123
Disusun Oleh : Aris Darujo
3
Tujuan dari pameran perdagangan
Menambah kontak pembeli luar negeri
Bertemu dan bertatap muka dengan buyer
Mengawali diskusi dengan potensial buyer
Memulai memprospek database yang kita
punya
Mengumpulkan informasi pasar mengenai:
Kompetisi
Harga
Harapan dari pasar
Trend pasar
Disusun Oleh : Aris Darujo
4
Menganalisa pameran
perdagangan sebelumnya
Bagaimana waktu dulu kita memilih, men-
desain dan mengatur booth?
Produk apa saja yang ditampilkan?
Apa yang kita pelajari dari cara marketing
pesaing dan apa trendnya?
Berapa banyak kontak buyer yang kita bisa
dapatkan?
Bagaimana cara kita mem-follow up inquiry
dan apa hasilnya?
Apa yang dapat kita lakukan agar lebih baik
untuk pameran mendatang?
124
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Disusun Oleh : Aris Darujo
5
Persiapan sebelum pameran
perdagangan (I)
Pilih pameran perdagangan yang tepat!
Sesuai dengan industri yang kita geluti
Pesan dan pilih booth sejak dini
Ketahui ukuran dan letak dari booth anda
Rencanakan booth layout dan design
Tentukan apa yang akan di pajang di booth
Buat perencanaan detail untuk persiapan
pameran (set time line)
Disusun Oleh : Aris Darujo
6
Persiapan sebelum pameran
perdagangan (II)
Persiapkan material sbb:
Katalog
Daftar harga
Spesifikasi produk
Terms and conditions of sale
Persiapkan contoh barang
Pesan tiket dan akomodasi
Latih staf marketing yang akan
menjaga di booth anda
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
125
Disusun Oleh : Aris Darujo
7
Persiapan sebelum pameran
perdagangan (III)
Buat daftar list dari prospek buyer
Gunakan daftar pengunjung tahun lalu
Kirim undangan kepada prospek buyer
untuk mengunjungi booth anda
Buat lembar isian pengunjung untuk
registrasi prospek baru
Jika memungkinkan sewa native speaker
sebagai penterjemahuntuk membantu anda
dalam pameran perdagangan
Disusun Oleh : Aris Darujo
8
Persiapan sebelum pameran
perdagangan (IV)
Membawa camera dan peralatan
komunikasi
Pastikan semua sample dikirim tepat waktu
Jangan lupa membawa pasport dan visa
yang masih berlaku
126
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Disusun Oleh : Aris Darujo
9
Persiapan sebelum pameran
perdagangan (V)
Pada saat pameran akan dimulai
Sebarkan undangan kepada peserta
pameran lainnya
Persiapkan material untuk di berikan
kepada pengunjung booth anda
Tentukan apa yang akan diberikan dan
kepada siapa
Disusun Oleh : Aris Darujo
10
Saran saran dari praktek terbaik
pameran perdagangan
(I)
Jangan pamerkan terlalu banyak produk
Fokus pada produk unggulan
Pada saat kedatangan (on arrival), siapkan
staff anda untuk mengunjungi prospek dan
memberikan undangan
Desain booth sedemikian rupa sehingga ada
ruangan khusus untuk meeting bisnis dengan
buyer
Jika memungkinkan sediakan ruangan tertutup
lengkap dengan meja dan kursi untuk meeting
bisnis dengan buyer
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
127
Disusun Oleh : Aris Darujo
11
Saran saran dari praktek terbaik
pameran perdagangan
(II)
Pro Aktif
Ajak pengunjung ber-cakap cakap
Ajukan pertanyaan sbb: (Which of our
products look most interesting to you?)
Jangan membiarkan staff anda terlalu
banyak duduk duduk
Jangan makan atau merokok di booth
Disusun Oleh : Aris Darujo
12
Aktivitas di pameran (I)
Jangan simpan atau pajang daftar harga di
tempat terbuka sehingga dapat diambil
oleh semua orang termasuk pesaing
Berikan daftar harga kepada calon buyer
yang menunjukan keseriusan atau calon
buyer yang memang meminta daftar harga
Tanya calon buyer merujuk pada list
pertanyaan yang telah disiapkan sehigga
kita mengerti kebutuhan buyer
Isi lembar isian pengunjung pada saat
meeting atau secepatnya setelah meeting
128
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Disusun Oleh : Aris Darujo
13
Aktivitas di pameran (II)
Tempelkan kartu nama calon buyer pada
lembar isian pengunjung
Tetap membuat catatan apa saja yang
anda sudah berikan dan kepada siapa pada
saat di pameran
Membuat janji pada calon buyer yang tidak
sempat ditemui di booth
Diskusikan dan di-filing berapa banyak
prospek buyer yang mengunjungi booth
setiap akhir hari
Disusun Oleh : Aris Darujo
14
Aktivitas di pameran (III)
Penggunaan Camera
Disarankan ambil foto pada saat kolega
kita sedang diskusi serius dengan prospek
buyer
Jika diperbolehkan ambil foto desain booth
pesaing yang bagus sebagai bahan rujukan
untuk pameran berikutnya
Jika diperbolehkan ambil foto cara
packagin produk dari peserta pameran
lainnya
Jika diperbolehkan ambil foto produk
produk baru
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
129
Disusun Oleh : Aris Darujo
15
Aktivitas di pameran (III)
Rencanakan waktu untuk melihat lihat
booth peserta yang lain dan kumpulkan
informasi yang penting
Katalog, daftar harga
Disarankan untuk saling mengenal
dengan tetangga sebelah booth
Disarankan mencari tahu sebanyak
mungkin pameran lainnya, karateristik
buyer dan prospektiv pasar yang lain
Disusun Oleh : Aris Darujo
16
Aktivitas setelah pameran (I)
Perbaharui database prospek buyer
merujuk pada lembar isian
Membuat urutan prioritas prospek buyer
Secepatnya kirim email ucapan terimakasih
telah mengunjungi booth kita dan akan
mem-follow up semua permintaan buyer
secepatnya
Permintaan spesifik dari calon buyer harus
dijawab secepatnya setelah mengirim email
ucapan terimakasih
130
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Disusun Oleh : Aris Darujo
17
Aktivitas setelah pameran (II)
Urutkan database berdasarkan beberapa
kriteria di bawah ini:
Tipe dari prospek buyer
Produk yang diminati
Teritori
Tingkat ketertarikan
Kirim surat tersendiri kepada prospek
buyer yang sangat tertarik pada produk
anda
Tambahkan (attach di email) katalog dan photo
pada saat buyer mengunjungi booth anda
Disusun Oleh : Aris Darujo
18
Kesimpulan (I)
Gunakan prospek database pada setiap
aktivitas marketing anda sehari hari
Gunakan database yang sekarang ada
untuk mengundang buyer di pameran
berikutnya
Undang prospek buyer untuk pameran
berikutnya setidaknya 1 bulan sebelum pameran
di mulai
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
131
Disusun Oleh : Aris Darujo
19
Kesimpulan (II)
Jangan mengharapkan sukses yang datang
secara tiba tiba (contoh mendapatkan order
pada saat pameran)
Jangan mengharapkan semua prospek buyer
membeli produk dari anda
Tidak semua dari sekian banyak prospek
buyer yang didapat di pameran yang akan
benar benar memberikan order
Tetap tekun dan semangat membangun
database prospek buyer
Setap pameran yang anda ikuti akan
menambah prospek buyer
132
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Real Case Examples
Road to success!!
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Sample of a good booth (customize booth) (I)
b. Booth samples
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
133
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
134
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
135
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
136
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Sample of good booth (II) (Standard booth)
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
137
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Indonesia Solo Exhibition Sharjah (UAE)
3 container order!
138
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Sample of good booth (III) with private meeting room
Private
Meeting
Rooms
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
139
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Sample of good booth for small booth (Small booth 3 x 3 m)
Mendapatkan
order dan
pelanggan dari
Portugis!!
Container
ukuran 1x 20
kaki penuh
dengan aki
mobil!!
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Sample of a bad booth
140
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Kunjungi prospek buyer sebelumpameran di mulai
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
141
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
Kunjungi buyer anda setelah pameran selesai
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
142
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Created by Aris Darujo
aris_export@yahoo.com / 0811249223
143


2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 1 / 11















































BUKU KERJA
PERSIAPAN
PAMERAN
PERDAGANGAN






c. Trade Show Workbook
144
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel


2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 2 / 11
Pameran
Perdagangan:


Lokasi
Hari/Tanggal
Jam Pameran
Negara/Kota
Tempat
Industri
Kelompok produk utama
Jumlah peserta
pameran


Alasan/Tujuan Pameran (urut sesuai tingkat kepentingan: 1- paling penting hingga 8-paling
kurang penting)

Menjual produk/jasa
Mengembangkan dan mencari peluang penjualan
Memperkenalkan produk/jasa baru
Uji pasar/evaluasi
Mengidentifikasi pasar baru dan produk potensial
Mendukung agen/dealer lokal
Mendata agen/dealer baru untuk membawa produk
Mencari tahu tentang pesaing


Analisis Pameran Sebelumnya yang Pernah Dilakukan (Apa yang bisa kami tingkatkan untuk
pameran perdagangan mendatang?)


















Ruang Pameran

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
145

2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 3 / 11 Page 3
Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA
Penyelenggara Pameran
Kontak
Alamat
Kota Negara Bagian
Telepon /Faks
E-mail
Luas Stand/Kios Pameran ________m X ________m = ________ m
2

Nomor Stand/Kios
Pameran

Lokasi
Sewa Stand/Kios Pameran
Jadwal Pembayaran:
RP
Jatuh tempo
Dibayar?
Kontrak
Diterima (tanggal)
Ditandatangani oleh
Diserahkan (tanggal)
Dikonfirmasi (tanggal)

Stand/Kios Pameran

Stand/Kios Standar Penyelenggara
Stand/Kios Tambahan
Transportasi Stand/Kios Pameran
Perusahaan Pengiriman
Kontak
Alamat
Kota Negara Bagian
Telepon / Faks
E mail
Tanggal Pengambilan
Tempat Pengambilan
# Krat/kotak
Ditandai seperti apa?
146
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 4 / 11 Page 4
Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA
Perkiraan tanggal
pengiriman

Tanggal pengiriman
sebenarnya

Lokasi pengiriman
Biaya (RP)
Jatuh tempo pembayaran
Dilunasi?
Transportasi Stand/Kios Kembali
Tanggal pengepakan di
tempat pameran

Tanggal harus kembali di
kantor

Perusahaan Pengiriman
Kontak
Telepon / Faks
Konstruksi / Pekerja Stand/Kios (Gambar/cetak biru terlampir)
Perusahaan Pembuat
Kontak
Alamat
Kota Negara Bagian
Telepon / Faks
E - mail
Tanggal kedatangan
Stand/Kios

Lokasi kedatangan
stand/kios

Biaya (RP)
Jatuh tempo pembayaran
Dilunasi?
Pengerjaan selesai tanggal
Standar Listrik (Disediakan oleh Penyelenggara)
Tambahan Listrik (Gambar terlampir)
Jumlah soket listrik
Lampu Jumlah
Total biaya (KRP)
Furnitur Standar Stand/Kios (Disediakan oleh Penyelenggara)
Furnitur Tambahan Stand/Kios (Gambar terlampir)
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
147

2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 5 / 11 Page 5
Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA
Supplier
Kontak
Alamat
Kota Negara Bagian
Telepon Faks
Pesanan dikirim (tangal)
Barang yang dipesan
(Daftar terlampir)



Meja ukuran persegi
empat I



Meja ukuran persegi
empat II

Meja bundar
Sofa
Kursi Jenis I
Kursi Jenis II


Lainnya (Rak,
lemari,)

Bunga
Keranjang bunga
Tanaman hijau
Layanan Telepon
Sudah dibuat ketentuan
atau pengaturan? Tanggal

Nomor telepon yang
diberikan

Nomor faks yang diberikan
Pasang pada
Dilepas pada
Bawa telepon sendiri?
Ya
Tidak
Desain Stand/Kios Sendiri
Dekorasi Tambahan (contoh, tanda, poster)
Desainer
Telepon / Faks
Biaya (RP)
Pembayaran (Tanggal)
148
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 6 / 11 Page 6
Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA
Tenggat Desain
Fasilitas Standar (Disediakan oleh Penyelenggara)
Fasilitas Tambahan Sendiri (Gambar terlampir)
Total biaya (RP)
Layanan Lainnya
Kebersihan Stand/Kios
Keamanan
Lainnya

Staff

Manajemen:
Nama


Tanggal/Waktu
Kedatangan

Hotel
Staf Stand/Kios
Nama


Tanggal/Waktu
Kedatangan

Hotel
Nama


Tanggal/Waktu
Kedatangan

Hotel

Iklan / Promosi Pameran

Pra Pameran
Milis untuk menunjukkan daftar pengunjung pameran
Surat-surat ke milis perusahaan
Iklan di publikasi perdagangan
Iklan di publikasi pameran
Siaran pers ke publikasi perdagangan
Siaran pers ke ruang pers di pameran
Daftar di direktori pameran
Iklan di direktori pameran
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
149

2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 7 / 11 Page 7
Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA
Undangan yang diberikan oleh pameran
Telepon ke kontak tertentu yang sudah diseleksi
Selama Pameran
Literatur perusahaan
Literatur produk
Kartu nama
Sampel produk
Katalog
Pasca Pameran
Milis tindak lanjut ke daftar pengunjung
Surat personal ke pengunjung stand/kios
Iklan di publikasi perdagangan
Siaran pers yang mengumumkan hasilnya


Barang-barang yang Dibawa ke Pameran
Literatur
Brosur
Jenis
Jumlah
Lembar Spek
Produk
Jumlah
Produk
Jumlah
Daftar Harga
Per tanggal
Jumlah
Formulir Pesanan
Jumlah
Alas Tulis
Jumlah
Bahan Cetakan Lainnya
Uraian
Jumlah
150
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 8 / 11 Page 8
Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA
Uraian
Jumlah
Uraian
Jumlah
Uraian

Alat Bantu Pandang Dengar

Proyektor
Film
Slide
Mikrofon
Speaker
Komputer
Software/Program Komputer
Aksesoris Komputer
Televisi /VCR
Bawa Peralatan Sendiri
Dikirimkan tanggal


Perusahaan
Pengiriman

Kontak
Telepon
Sewa Peralatan
Perusahaan Sewa
Kontak
Telepon
Dikirim ke stand/kios
Model
Nama
Telepon


Penjaga Stand
Interpreter

Nama
Telepon
Barang Lainnya
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
151

2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 9 / 11 Page 9
Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA
Kabel Gulung
Peralatan Pasang/Bongkar
Kopi, makanan, snak
Lainnya

Kegiatan Promosi, Pesta

Pesta / Resepsi
Tanggal
Jam
Lokasi
Restauran


# yang diundang
(Daftar terlampir)

Undangan
Pengaturan ruang dan makanan
Kegiatan
Tanggal
Jam
Lokasi
Restauran


# diundang (Daftar
terlampir)

Undangan
Pengaturan
Ruang
Kontak
Telepon
Makanan
Kontak
Telepon
Hiburan
Kontak
Telepon

152
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 10 / 11 Page 10
Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA
Demonstrasi Produk / Sampel / Barang Display (Daftar semua produk yang akan dibawa ke
pameran)

Barang Jumlah













Pengumpulan Nama Prospek

Database computer sudah dibuat
Kotak untuk kartu nama
Formulir database


Hadiah & Souvenir

Pin
Alas tulis dan kertas
Balpoin & pensil
Kalendar
Tas belanja
Lainnya (tulis)
Supplier
Kontak
Alamat

Pelatihan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
153

2007 Aris Darujo
All Rights Reserved
Page 11 / 11 Page 11
Trade Show Workbook_v1.0.0Bahasa Version_JEPARA

Rapat Staf yang Diselenggarakan
Instruksi yang Diberikan


154

Author: Aris Darujo




RENCANA KERJA PERSIAPAN
PAMERAN










d. Rencana Kerja Persiapan Pameran
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
155

Author: Aris Darujo


PERSIAPAN PAMERAN INTERNATIONAL DI LUAR NEGERI

I. BOOTH dan Akomodasi
Rencanakan booth identity, layout, dan design (Di desain agar ada
tempat untuk membicarakan bisnis, meja, kursi)
Tata cara display produk di booth diusahakan semenarik mungkin
Tata cahaya lampu
Membawa kain penutup booth

RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?





II. SAMPLE
Model dari sample yang akan dibawa (model terbaru dan yang terbaik)
Jumlah dari sample yang akan dibawa
Pengiriman sample: dibawa langsung atau dikirim melalui laut/udara?
Tata cara pengkode-an dari produk
Dimensi atau kubikasi dari: Master box dan Individual box. Informasi
dimensi dibuat di program excel sehingga mudah jika ada customer
ingin mengetahui total kubikasi dari order yang akan dipesan
156
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Author: Aris Darujo

Sample Policy: apakah sample akan diberikan secara gratis atau buyer
harus membayar untuk mendapatkan sample. Tentukan siapa yang
harus menanggung biaya pengiriman
RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?




III. HARGA EKSPOR
Disarankan agar mempunyai 3 macam jenis harga sebagai berikut:
Daftar harga
Daftar harga untuk buyer yang akan order pada saat
pameran berlangsung
Daftar harga,special, jika buyer order dalam jumlah yang
sangat besar
Dipersiapkan simulasi perhitugan harga dengan berbagai
macam tingkat discount untuk mengetahui profit margin
disetiap tingkat discount yang diberikan keapada buyer

RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?









Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
157

Author: Aris Darujo




IV. BROSUR
Brosur harus mencakup informasi sebagai berikut:
Product description beserta spesifikasi dari setiap produk
Manufacturing time frame
Export Packaging
Port of loading
Contact person, complete address, phone, fax, email and website
Dimension and weight
Production capacity per month
Container load for 20 and 40

Jika memungkinkan CD interaktif mengenai company profile
dipersiapakan untuk dibagikan kepada potential buyer

RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?








158
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Author: Aris Darujo



V. SOUVENIR
Membawa souvenir yang memudahkan calon buyer mengingat
perusahaan kita

RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?





VI. PENGETAHUAN EKSPOR
Pengetahuan export minimal yang harus diketahui adalah:
a. Pengetahuan tentang mekanisme L/C (Checking L/C, macam
macam L/C, lama proses dari nego hingga uang cair)
b. Pengetahuan tentang mekanisme T/T (lama T/T dari pengiriman
sampai cair, swift code, bank korespondent)
c. Pengetahuan tentang sea freight dan air freight (closing time, direct
vessel, ETD, ETA, B/L, Airwaybil, charges
d. Cara perhitungan price FOB, CNF, CIF

RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?



Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
159

Author: Aris Darujo



VII. LEAD TIME TO SHIP
Disarankan exportir harus benar benar dapat memenuhi on time
delivery. Untuk itu agar masalah lama proses produksi didiskusikan
dengan supplier.


VIII. KONTAK AWAL DENGAN PROSPEKTIV BUYER
Melakukan kontak awal dengan calon buyer adalah sangat penting
agar pada saat exhibition berlangsung exportir benar benar dapat
mempergunakan waktunya untuk bernegosiasi dengan buyer yang
memang berniat untuk membeli bukan hanya sekedar melihat lihat.


RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?





IX. PENGETAHUA PRODUK
Seorang marketing export harus mengetahui dari a sampai z nya
product yang akan dijual. Setidaknya keunggulan product yang akan
dijual dibandingkan dengan produk sejenis.


RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?


160
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel

Author: Aris Darujo




X. PERSIAPAN TOOLS UNTUK PAMERAN
Buku purchase order
Kamera
Passport
Visa
Alat komunikasi
Laptop dan portable printer
Buku tamu yang berisi, nama perusahaan, contact persons,
phone, fax, email, kolom jenis usaha (distributor atau retailer),
kolom yang berisi pesan mengenai produk mana yang disukai.
Kartu nama
Brosur

RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?




XI. YANG PERLU DILAKUKAN PADA SAAT PAMERAN
Sapa calon buyer dengan pertanyaan Which of our product
look most interesting to you?
Jangan menyimpan price list secara sembarangan. Price list
hanya diberikan kepada calon buyer yang menyatakan minat
Berikan pertanyaan pertanyaan kepada calon buyer apa saja
yang mereka butuhkan dan apa yang mereka cari, sehingga kita
akan memahami apa yang buyer perlukan. Jangan paksa
buyer untuk melihat produk kita jika mereka tidak tertarik.
Minta calon buyer untuk mengisi buku tamu untuk nanti di follow
up permintaan mereka pada sat kembali ke Indonesia.
Jangan lupa untuk menempelkan kartu nama calon buyer di
buku tamu (Stand visitor record)
Buat janji dengan prospect yang tidak sempat untuk ditemui
secepatnya. Minta no Hp yang dapat dihubungi.
Ambil photo setiap calon buyer yang kelihatannya serius akan
membeli barang kita
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
161

Author: Aris Darujo

Jika ada waktu luang, ambil photo booth peserta lain yang
desainnya bagus untuk bahan rujukan pameran berikutnya
Jika diperbolehkan oleh peserta lain, ambil photo produk dan
kemasan yang bagus untuk bahan rujukan pameran berikutnya
Rencanakan waktu untuk berkeliling ke booth peserta lain untuk
mengambil katalog, price list, dan jika dimungkinkan sample.


RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?





XII. YANG PERLU DILAKUKAN SETELAH PAMERAN
Meng-update database secepatnya dari buku tamu (Stand
Visitor Record)
Menjawab semua inquiry dengan menggunakan skala prioritas
Secepatnya kirim ucapan terimakasih telah tertarik dan
berkunjung ke booth kita pada saat pameran
Memilah milah database berdasarkan berbagai macam
kriteria sebagai berikut:
- Tipe dari prospek
- Produk yang disukai
- Teritory
- Tingkat keseriusan


RENCANA TINDAK
TINDAKAN Siapa? Kapan?



162
TRADE FAIR CONTACT
PT XXXX

IFFINA MARCH 11 14, 2010
JAKARTA - INDONESIA


Date :
Recorded by :...


A B C

A very Important Attached name card here
B important
C less important




Name of Company:

Specification: Agent Importer Distributor Manufacturer Other

Street/ P.O.Box :

Postal Code : Telephone :

Town: Telefax :

Country: E-mail:

Visitor: Mr. Mrs. Function:


Remarks (e.g. products interested in, nature of interest, orders placed, delivery required ) :











Follow-up required:
e. Trade fair booth visitor record
163
1
Contoh term of order (back)
Pricing Terms
All prices quoted are FOB Port of Jakarta, Indonesia.
Prices quoted are valid for 2 weeks. After 2 weeks prices may change
without prior notice.
Terms of Payment
a. 30% deposit to start order, payment balance on copy against
document. Original documents sent immediately upon receipt of funds.
b. Letter of Credit (L/C) at sight issued by prime bank
Sampling Policy
All customers requesting samples will be charged for both freight of
samples and the samples.
Delivery Time
At time of order we will send pro-forma and advise delivery time. Our
delivery time depends greatly on time of year and number and type of
items ordered. This can run from 14 to 30 days depending on the
above-mentioned factors. Our counting of days starts on receipt of fax
copy of T/T or L/C.
f. Contoh term of order
164
i












Implementasi Lacak Balak pada Rantai
Penerimaan/Pembelian Bahan Baku Kayu




















PELATIHAN PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR EKSPOR
Kerjasama dengan
CENTER FOR INTERNATIONAL FORESTRY RESEARCH (CIFOR) BOGOR

Jepara, 27 29 Juli 2010
3. Materi Pelatihan Produk Hijau
3.1. Pelatihan Penelusuran Bahan Kayu untuk Pasar Ekspor
a. Implementasi COC pada Penerimaan Pembelian Bahan Baku
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
165
ii



Daftar Isi

Halaman

DAFTAR ISI........................................ i
DAFTAR GAMBAR............. i

I. PENDAHULUAN................. 1
1.1 Latar Belakang ............... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............... 2
1.3 Metodologi Pembelajaran .................... 2

II. PENGELOLAAN SEDIAAN BAHAN BAKU KAYU................. 5
2.1 Pemastian Jalur Pasokan Bahan Baku Kayu ................ 5
2.2 Mekanisme Penerimaan Bahan Baku Kayu .................. 6
2.3 Pengelolaan Sediaan Bahan Baku Kayu ................... 8

III. PEMBINAAN PEMASOK BAHAN BAKU KAYU.......... 10
3.1 Penilaian Pemasok ................ 10
3.2 Program Pembinaan Pemasok .................... 10

DAFTAR ISTILAH / DEFINISI............ 10
DAFTAR PUSTAKA............. 10


PPIC dan TQM
Daftar Gambar

Halaman
1. Model Pengadaan Bahan Baku Kayu untuk Industri
dari Berbagai Sumber ................................................ 5
2. Model Keterkaitan Pengendalian Rantai Pasokan ............... 6
3. Sistem Penandaan Pada Kayu Bundar .............. 7
4. Siklus Penyediaan Bahan Baku Kayu ......... 9
5. Rantai Pasokan .............. 11


166
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Berbagai tekanan terhadap aktifitas pengadaan bahan baku kayu dari rantai
pasokan hutan, seperti misalnya peraturan perundangan, tekanan dari pembeli
ramah lingkungan, investor dan dan lainnya telah mempengaruhi keputusan
suatu organisasi untuk mengadopsi manajemen rantai pasokan.
Bagi beberapa perusahaan modern, pengelolaan rantai pasokan dijadikan
sebagai isu penting karena dampak lingkungan yang besar acapkali
ditimbulkan oleh pemasok atau justru menimbulkan biaya lingkungan yang
besar. Bagi komoditas kehutanan, permasalahan penggunaan bahan kayu dari
eksploitasi hutan, termasuk katagori masalah lingkungan, yang mengancam
kelestarian hutan.
Mengelola industri pengolah hasil hutan secara ramah lingkungan tidak terlalu
sukar untuk dilakukan, tetapi ekploitasi dan pengusahaan hutan ramah
lingkungan relatif sukar. Diperlukan pola pembinaan yang sangat intensif,
terarah, dan spesifik untuk memastikan bahwa rantai terdepan komoditas
kehutanan telah dikelola secara ramah lingkungan. Sebagai wujud jaminan
penerapan sistem lacak balak di industri, maka komitmen awal adalah
memastikan untuk menerima atau membeli bahan baku kayu yang tertelusur
asal-usulnya.
Penerapan mekanisme pemeriksaan bahan baku kayu yang diterima pada
rantai penerimaan di industri, adalah langkah yang antisipatif untuk menjamin
bahan baku yang mampu telusur sehingga dapat diketahui berasal dari sumber
yang legal dan atau yang dikelola secara lestari.
Mekanisme penerimaan atau pembelian bahan baku kayu yang menjamin
kepastian asal sumber kayu, mencakup kegiatan perencanaan pembelian,
komunikasi dengan pemasok, inspeksi ke sumber kayu, pengukuran dan
pengujian kualitas produk yang akan dibeli, perlakuan peningkatan nilai mutu
kayu, penyimpanan dan pengendalian distribusi bahan baku kayu ke line
produksi.

1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan dan pengembangan modul ini untuk memberikan
pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta :
1) Tentang mekanisme penerimaan dan pembelian bahan baku kayu di
Industri
2) Untuk untuk melakukan pengendalian bahan baku kayu, dari masuknya
kayu non legal atau non sertifikasi lacak balak.
3) Untuk melakukan pemeliharaan dan pengendalian produk kayu dari
bercampurnya bahan baku kayu



Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
167
2


1.3 Metodologi Pembelajaran

Tipe Material Tujuan
Buku Pegangan Peserta

Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang
mekanisme pengelolaan dan pengendalian penerimaan
bahan baku kayu, dari sumber pengelolaan hutan

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep dan penerapan
pengelolaan penerimaan bahan baku kayu di industri,
guna menjamin sumber pasokan legal atau tertelusur,
dengan metode ceramah, tanya jawab,

Tipe Mater

BAB II PENGELOLAAN SEDIAAN BAHAN BAKU KAYU

2.1 Pemastian Jalur Pasokan Bahan Baku Kayu

Di dalam pasar bebas, akan tersedia berbagai macam pasokan bahan baku
kayu, ada yang berasal dari produk pengusahaan hutan yang telah meraih
sertiifikasi Pengelolaan Hutan Lestari, hingga sumber bahan baku yang tidak
tertelusur asal usulnya. Dengan demikian sumber pasokan bahan baku perlu
diidentifikasi dan dipastikan terlebih dahulu.
Pengadaan bahan baku kayu bagi suatu unit usaha Industri pengolahan kayu
dapat dari sumber :
1) Penerimaan/pembelian kayu dari perusahaan HPH (Hak Pengusahaan
Hutan) yang sekarang disebut IUPHHK (Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu) atau perusahaan IPK (Ijin Pemanfaatan Kayu) milik sendiri
satu perusahaan atau satu group usaha sektor kehutanan, atau perusahaan
di luar group.
2) Penerimaan/pembelian kayu dari petani Hutan Rakyat (lahan hutan
merupakan hak milik petani).
3) Penerimaan/pembelian kayu dari pemasok pedagang antara (broker) bahan
baku kayu (dalam negeri atau dari importir)
4) Penerimaan/pembelian kayu dari industri pengolahan kayu lainnya.

Pemastian jalur pasokan adalah upaya untuk meyakini bahwa suatu produk
yang berasal dari pengelolaan hutan lestari dapat diidentifikasi dari produk
keseluruhan yang beredar. Sistem pemastian jalur dilakukan dengan
memeriksa rekaman, termasuk keabsahan dokumen informasi bahan baku
yang dibeli dan bukti informasi fisik (label pada produk).


168
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
3



Pada masa transisi di mana sistem pengelolaan hutan lestari belum dapat
diterapkan secara luas, maka penilaian jalur pasokan menuju industri dapat
diterima berdasarkan kelompok bahan baku dari sumber yang legal, sesuai
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Dengan demikian sumber
bahan baku harus dipastikan sebagai berikut :
1) Berasal dari hutan yang telah mendapat sertifikasi pengelolaan hutan lestari
(sesuai skema FSC atau skema lain yang bersifat voluntary, atau skema
Dephut yang bersifat mandatory)
2) Berasal dari sumber kayu yang legal, yang telah disertifikasi secara
voluntary, misal dengan standard FSC (FSC Pure, FSC Recycled, FSC
Controllwood, FSC Mixed) atau standard lainnya.
3) Berasal dari sumber bahan baku kayu legal sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku atau yang telah disertifikasi secara mandatory
dengan menggunakan Standard Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK), sesuai
Peraturan Menteri Kehutanan No. P.38/Menhut-II/2009 dan Peraturan
Direktur Jenderal BPK No. P.6/VI-Set/2009.

2.2 Mekanisme Penerimaan Bahan Baku Kayu

Konsep lacak balak yang dapat diterapkan di industri diawali dengan pola
pembelian bahan baku kayu yang dapat memenuhi prinsip asal bahan baku
yang mampu telusur yaitu :
1) hanya membeli pada pemasok yang memiliki sertifikasi pengelolaan hutan
lestari, dan atau berasal dari kayu legal
2) proses pembelian memenuhi kaidah ramah lingkungan.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
169
4

Pola pembelian tersebut seharusnya telah mempertimbangkan aspek
pengendalian rantai pasokan, yang mencakup aspek-aspek kegiatan yang
harus diperhatikan keterkaitannya, yaitu :
1) Pengadaan bahan (procurement);
2) Pengolahan (processing)
3) Penyerahan (delivery).


Gambar 2. Model Keterkaitan Pengendalian Rantai Pasokan

Pengendalian penerimaan, sebagai upaya untuk menjamin bahwa bahan baku
yang masuk dan akan diproses senantiasa memenuhi persyaratan.
Mengendalikan pengunaan bahan baku kayu non legal, dan atau tidak mampu
tertelusur asal usul sumber kayunya.
Pengendalian penerimaan bukan hanya mengatur mekanisme pemeriksaan
bahan, kondisi bahan masuk, tetapi juga menyangkut mekanisme pengadaan,
transportasi, hingga penilikan terhadap personal yang terlibat di dalam aktifitas
pengadaan tersebut.
Beberapa industri meubel memulai prosesnya dari penerimaan bahan baku
berupa kayu bundar, seperti industri yang mengolah tusam (pinus), sengon,
akasia, dan jati di pulau Jawa sebagian besar menerima bahan baku dalam
bentuk kayu bundar. Namun banyak juga industri furniture yang menerima
bahan bakunya dalam bentuk kayu gergajian kering.
Bahan baku yang dikirim ke industri, khususnya di industri meubel di pulau
Jawa, umumnya melalui jalur darat, yakni menggunakan truk. Pengangkutan
kayu harus dilengkapi dengan dokumen surat keterangan sahnya hasil hutan
(skshh) sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu:
1) Permenhut Nomor P.55/Menhut-II/2006 sebagaimana telah diubah dengan
Permenhut Nomor P.63/Menhut-II/2006, Permenhut Nomor P.8/Menhut-
II/2009, dan Permenhut Nomor P.45/Menhut-II/2009 tentang
Penatausahaan Hasil Hutan yang Berasal dari Hutan Negara.
2) Permenhut Nomor P.51/Menhut-II/2006 sebagaimana telah diubah dengan
Permenhut Nomor P.62/Menhut-II/2006, dan Permenhut Nomor
170
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
5

P.33/Menhut-II/2007 tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul
(SKAU) untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan
Hak.
Kayu yang diangkut tanpa dokumen skshh sesuai dengan peraturan di atas
tidak akan dapat beredar di pasar komersial, kecuali kayu berstatus ilegal.
Dokumen skshh memberikan jaminan legal terhadap jumlah, volume, dan
spesies kayu yang diangkut. Dokumen tersebut juga dapat menelusuri asal
muasal kayu bundar, melalui tahap evaluasi dokumen dalam Tata Usaha Kayu
(TUK) yang terkait. Pabrik meubel dapat melakukan pemisahan antara kayu
yang sudah tersertifikasi, dan yang belum tersertifikasi tapi berstatus legal.
Selain dokumen skshh dan bukti sertifikasi kayu, pada fisik kayu saat
penerimaan harus pula memiliki penandaan atau informasi label kayu sesuai
dengan peraturan yang berlaku tersebut, seperti pada gambar berikut :



Gambar 3. Sistem Penandaan Pada Kayu Bundar

Selanjutnya industri meubel pada penerimaan kayu bundar melakukan
pengujian dan pengelompokkan mutu ulang (regrading), dengan pertimbangan
yaitu :
1) grade kayu yang tercantum di dalam invoice belum pasti sama dengan fisik
kayu yang diterima karena kerusakan selama pengiriman;
2) grade kayu belum tentu sesuai dengan peruntukan produksi.
Hasil regrading menjadikan kayu menjadi beberapa kelas mutu, bahkan hingga
menetapkan status reject (afkir). Kayu bundar afkir dapat dikembalikan kepada
pemasok, atau tetap dimanfaatkan perusahaan untuk penggunaan lain.
Sesuai standar FSC-STD-40-004, guna kepentingan pengendalian lacak balak,
perusahaan harus mengadopsi dan menggunakan bahan baku berdasarkan
kriteria FSC-murni, FSC-campuran, dan kayu klaim pengguna terakhir. Setiap
kayu yang dikelompokkan ke dalam kelompok produk FSC
harus berasal dari satu atau beberapa kategori berikut bahan kayu :
1) FSC-murni;
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
171
6

2) FSC-campuran;
3) Pengakuan pengguna terakhir;
4) Pengakuan lain;
5) Terkendali (legal).
Standar FSC mengatur mengenai penerimaan dan penyimpanan bahan
sebagai berikut :
1) perusahaan harus memeriksa setiap bahan masuk apakah memiliki
sertifikat FSC atau tidak;
2) perusahaan harus memeriksa setiap bahan masuk yang dipasok oleh
pengguna terakhir yang membuat pernyataan menjamin bahwa bahan
tersebut teridentifikasi lacak balaknya;
3) bahan dengan status FSC-murni harus jelas teridentifikasi dan/atau
disimpan terpisah dari bahan dengan kategori lain;
4) bahan lain yang tidak jelas statusnya harus dipisah dari kelompok bahan
tersebut.

2.3 Pengelolaan Sediaan Bahan Baku Kayu

Sesuai aspek pengendalian penerimaan bahan baku, pengendalian proses
pengolahan kayu, dan pengendalian penyerahan produk industri, dapat
menjadi dasar Pembuatan sistem perencanaan pengadaan bahan baku kayu
dan pengelolaan sediaan bahan baku kayu untuk mendukung industri.
Perencanaan Pengadaan dan Sediaan Bahan baku kayu, mencakup ;
1) Pengaturan skedul kedatangan kapal atau angkutan darat kayu dari hutan
(sumbernya).
2) Pengaturan jumlah stock bahan baku pada logpond industri
3) Pengaturan jumlah stock pada logyard industri.
4) Perhitungan dan analisa bahan setengah jadi yang masih tersedia
5) Perhitungan dan analisa jumlah rendamen hasil produksi kayu

172
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
7


Gambar 4. Siklus Penyediaan Bahan Baku Kayu



Siklus Pengadaan bahan baku kayu, dilakukan mulai dari identifikasi
kebutuhan penyediaan bahan baku (jenis, spesifikasi dan harga), negosiasi
skema penyediaan bahan baku, pengesahan kualifikasi pemasok, tender dan
evaluasi, hingga kesepkatan kontrak.
Hal terpenting di dalam siklus pengadaan ini sesuai penerapan sistem lacak
balak untuk menjamin produk ramah lingkungan dengan menetapkan
spesifikasi bahan baku kayu. Spesifikasi bahan baku kayu yang akan dibeli
seharusnya memenuhi persyaratan :
1) Keamanan bagi pengguna dan lingkungan;
2) Diproduksi atau diekstrak tanpa merusak lingkungan;
3) Mengikuti prinsip mampu telusur pada rantai proses selanjutnya, atau jika
proses sebaliknya
4) Distribusi dari pemasok dengan cara ramah lingkungan.


BAB III. PEMBINAAN PEMASOK BAHAN BAKU KAYU

3.1 Penilaian Pemasok

Penilaian pemasok bahan baku kayu mencakup seleksi dan evaluasi
perusahaan bahan baku kayu. Seleksi berkaitan dengan jaminan kompetensi
pemasok dan legalitas kayu yang dipasok Setelah pemasok dinyatakan
memenuhi syarat sebagai pemasok, maka dalam rentang waktu pengiriman,
pemasok seharusnya dievaluasi kinerjanya.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
173
8

Penilaian atau evaluasi pemasok dapat dilakukan sebagai berikut :
1) penilaian dokumen dan rekaman kayu yang dipasok
2) pemeriksaan dan pengujian fisik kayu saat penerimaan
3) pemeriksaan sistem lacak balak yang diterapkan oleh pemasok.
Dokumen dan rekaman yang diperiksa berkaitan dengan sistem lacak balak,
dapat berupa hasil pemeriksaan pihak ketiga, rekomendasi pengguna lain, atau
pemeriksaan sendiri. Sertifikat dan label bahan baku dari hutan lestari, atau
label fisik tata usaha kayu, termasuk rekaman yang dipergunakan sebagai
pertimbangan.
Pemeriksaan dan pengujian bahan dapat saja dilakukan oleh personal
pemasok secara mandiri, diuji oleh perusahaan pembeli, atau menggunakan
jasa pihak ketiga yang independen.
Pemeriksaan terhadap pemasok dikonsentrasikan kepada :
1) Manajemen Pengelolaan Rantai Pasokan
2) Kelengkapan administrasi dan informasi fisik dari bahan baku kayu yang
dipasok.
3) Dampak lingkungan yang pernah terjadi dari proses pengadaan, eksploitasi
atau produksi, dan penyerahan produk

3.2 Program Pembinaan Pemasok

Dalam siklus pengadaan program pembinaan pemasok yang terkait dengan
kebutuhan perusahaan, harus memperhatikan kontrak yang disepakati. Namun
dalam sistem lacak balak ini, Setiap spesifikasi yang belum dapat memenuhi
persyaratan standard FSC-STD-40-04 (1), seharusnya mutlak tidak bisa
menjami pemasok. Atau pada saat memasok bahan, terbukti telah memasok
produk non legal, maka sesuai aturan pemerintah atau persyaratan FSC harus
diputuskan sangsi pemutusan hubungan.
Di dalam rantai pasokan program pembinaan pemasok dilakukan oleh pihak
pembeli, misalnya pemasok dari pengusahaan hutan harus dibina oleh pihak
industri tentang persyaratan pelanggan yang menghendaki produk lacak balak.
Begitu pula pihak industri pengolah hasil hutan, dapat saja mendapat
pembinaan dari pembeli distributor atau eksportirnya. Dalam rantai pasokan,
proporsi margin umumnya semakin ke hilir akan semakin besar, sehingga
harus dapat mengalokasikan dana untuk pembinaan.

174
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
9


Sistem pembinaan ini dapat dikembangkan dengan dua pendekatan yakni :
1) insentif pembeli, yakni pembeli memberikan harga lebih tinggi terhadap
produk lacak balak yang sesuai spesifikasi;
2) bimbingan teknis, pembeli memberikan bimbingan secara cuma-cuma
kepada pemasok agar produknya memenuhi kriteria mampu telusur.
Secara praktis pemberian insentif memang lebih disenangi oleh pemasok, akan
tetapi diperlukan pengawasan ekstra guna menjamin tidak ada kegiatan
pemalsuan produk. Penggunaan sertifikat jaminan, baik berupa second party
maupun third party menjadi wajib.
Model bimbingan teknis sedikit sekali perusahaan melakukan, karena dianggap
hanya merepotkan. Salah satu cara yang tampak sebagai win-win solution
adalah kesepakatan kontrak jangka panjang, dengan persyaratan pemasok
harus memperhatikan aspek legalitas sumber bahan kayu atau telah
memerima sertifikat hutan lestari..
Bimbingan teknis umumnya dilakukan untuk komoditas yang dibudidayakan, di
mana pihak pembeli ingin mendapat kepastian dari para pemasok mengenai
status ramah lingkungan produknya. Pembeli tentu saja tak bersedia
kehilangan sumber pasokan yang telah dibinanya sehingga dilakukanlah
kontrak pembelian jangka panjang.
Kedua pendekatan ini dapat pula dijalankan bersama, misalnya menggunakan
kontrak jangka panjang dan insentif harga, namun pertimbangan matang harus
dilakukan agar tidak membebani biaya produksi akibat kenaikan harga bahan
baku.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
175
10

Konsepsi pembinaan pemasok oleh pelanggan ini telah sukses dilakukan untuk
pengelolaan mutu produk, namun sebagian besar hanya terbatas pada 2-3
rantai saja. Pada kasus produk mampu telusur ke sumbernya, pada
kenyataannya pembinaan tak cukup hanya 2-3 rantai.

Daftar Istilah / Definisi

skshh : surat keterangan sahnya hasil hutan adalah dokumen-dokumen yang
merupakan bukti legalitas hasil hutan pada setiap segmen kegiatan dalam
penatausahaan hasil hutan.
TUK adalah Tata Usaha Kayu yang mencerminkan tata urutan dokumentasi
kayu.
Regrading adalah Mengelompokkan ulang kayu menurut mutu
Kayu Reject adalah Kayu dengan kelas mutu terjelek. Biasanya diperoleh dari
proses regarding.
Sertifikat adalah Surat atau dokumen tanda bukti lulus atau telah
mengikuti/melakukan sesuatu, misalnya sertifikat ISO.
Kontraktor adalah Pihak yang melakukan pekerjaan pemborongan
berdasarkan kontrak kerja yang telah disepakati dengan pemilik pekerjaan.
Pemasok adalah Pihak yang menyediakan bahan baku atau bahan pendukung
untuk industri berdasarkan kontrak kerja yang telah disepakati dengan pihak
industri sebagai pelanggan.



Daftar Pustaka

Dennis, Pascal. 1997. Quality, Safety, and Environment : Synergy in the 21
st

Century. ASQC Quality Press, Wisconsin.
Foster, C. and B. Morton. 2001. Environmental Supply-chain Management: one
size doesnt fit all. The Environmentalist: 5 pp. 16-18.
Marshall, R. 2001. Sustainable Development from theory towards practice.
The Environmentalist: 4 pp. 20-22.
Uren, S. 1999. Environmental Supply Chain Management. Environmental
Assessment. Volume 7. Issue 1 pp. 14-16.
Rampersad, H.K. 2001. Total Quality Management. An executive guide to
continuous improvement. Springer -Verlag, Berlin.
FCS-STD-40-004 (Version 1.0). 2004. FSC chain of custody standard for
companies supplying and manufacturing FSC-certified products. FSC
International Standard.
FCS-STD-40-005 (Version 1.0). 2004. FSC standard for non FSC-certified
controlled wood. FSC International Standard.
176
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
11

FCS-STD-40-201 (Version 1.0). 2004. FSC on-product labeling requirements.
FSC International Standard.
FCS-STD-30-010 (Version 1.0). 2004. FSC standard for forest management
enterprises supplying non FSC-certified controlled wood. FSC
International Standard.

177
i













Implementasi Lacak Balak
Pada Rantai Pengiriman/Penjualan Produk









PELATIHAN PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR EKSPOR
Kerjasama dengan
CENTER FOR INTERNATIONAL FORESTRY RESEARCH (CIFOR) BOGOR

Jepara, 27 29 Juli 2010
b. Implementasi COC pada Penjualan
178
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
ii

Daftar Isi

Halaman
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 1
1.3 Metodologi Pembelajaran . 2

II. TINJAUAN PERSYARATAN PELANGGAN. 2
2.1 Lacak Balak Pada Evaluasi Permintaan Penawaran 3
2.2 Lacak Balak Pada Tinjauan Kontrak .......... 6

III. Penerapan Lacak Balak Pada Kegiatan Pemasaran ......... 8
3.1 Perencanaan Stuffing 8
3.2 Proses Stuffing .. 9
3.3 Proses Shipment 12
3.4 Pemantauan Peredaran Barang ..... 13
3.5 Penanganan Purna Jual . . 13
3.6 Evaluasi Kepuasan Pelanggan 14

DAFTAR ISTILAH / DEFINISI... 15
DAFTAR PUSTAKA 15

Daftar Tabel

Halaman
1. Beberapa hal umum yang menjadi pertimbangan dalam
evaluasi quotation, dihubungkan dengan lacak balak . 5
2. Fihak-Fihak Yang Dilibatkan Di Dalam Tinjauan Kontrak .. . 8
3. Permasalahan Lacak Balak Pada Perencanaan Stuffing . 9
4. Kasus Lacak Balak Pada Pemantauan Barang Beredar .. 14

Daftar Gambar

Halaman
1. Contoh Lembar Permohonan Penawaran .. . 3
2. Buku Evaluasi Permintaan Penawaran . 4
3. Contoh Sales Contract . 7
4. Proses Partial Shipment, Komposisi Tidak Tetap 9
5. Ilustrasi Hasil Pre Shipment Inspection . 11
6. Loading Ke Palka, Untuk Antar Pulau Nusantara .. 12


Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
179
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perencanaan pemuatan barang (stuffing) disusun sesuai dengan jadwal
pemenuhan order yang telah dibuat sebelumnya. Pemuatan barang dapat
dilakukan walaupun jumlah volume produksi belum dipenuhi sepenuhnya
sepanjang mendapat persetujuan dari pelanggan. Pemuatan bertahap (partial
shipment) umum dilakukan apabila kontrak pembelian dibuat dalam jangka
panjang. Namun demikian, umumnya pembeli menghendaki pemuatan setelah
seluruh pesanan siap.
Evaluasi kesiapan penyediaan barang yang akan dikirim dilakukan melalui
pemeriksaan sejumlah dokumen. Data yang tersedia pada dokumen diverifikasi
kebenarannya melalui pemeriksaan fisik di gudang barang jadi. Hasil
pengecekan tersebut menjadi dasar proses persiapan pengiriman. Rencana
pemuatan dapat dibuat dua hari sebelumnya, di mana kekurangan produk yang
akan dimuat masih dalam tahap pengerjaan akhir. Akurasi data harus benar-
benar dijamin kebenarannya sehingga proses pemuatan dapat dilakukan
dengan pasti.
Secara fisik, bagian gudang memisahkan barang yang akan dikirim diareal
dekat pintu gudang. Sistem penggudangan yang baik akan menerapkan prinsip
First in First out (FIFO) untuk meringankan biaya transportasi bahan. Areal
pemuatan dibuat tersendiri sehingga memudahkan proses pengerjaannya.
Pengecekan akhir umum dilakukan untuk keperluan pemuatan.
Dokumen pengeluaran barang (delivery order), berita acara pengeluaran
barang (release order), dokumen pengangkutan, dokumen lain yang berkaitan
dengan pengiriman barang telah dapat dipersiapkan oleh administrasi
penjualan. Untuk kegiatan eksport, perusahaan sudah dapat menghubungi
Lembaga Inspeksi Cargo untuk memperoleh berita acara ekspedisi dan segel
pada peti kemas.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Pelatihan ini untuk
memberikan pengetahuan kepada peserta yaitu :
1) Tentang konsep CoC pada penjualan dan pengiriman produk;
2) Untuk melaksanakan pengendalian fisik CoC pada penyerahan dan
pengiriman produk
3) Untuk melaksanakan pengendalian dokumen CoC pada penyerahan dan
pengiriman produk.




180
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2

1.3. Metodologi Pembelajaran

Tipe Material Tujuan
Buku Pegangan Peserta

Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang konsep
CoC pada penjualan dan penyerahan produk kepada
Pelanggan
Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep dan penerapan CoC pada
penjualan dan penyerahan produk kepada pelanggan

BAB II. TINJAUAN PERSYARATAN PELANGGAN

Produksi Meubel dapat dikelompokkan menjadi dua pendekatan yaitu
berdasarkan pesanan (job order) dan produksi Masal (mass production)
Produksi berdasarkan pesanan adalah kegiatan produksi di mana volume,
mutu, dan rancangan (disain) produk yang dibuat berdasarkan kepada
permintaan pembeli. Sementara itu produksi massal dilaksanakan tanpa
terlebih dahulu memperoleh permintaan pembelian, sehingga rancangan,
volume, dan mutu dibuat atas prakarsa produsen.
Produksi berdasarkan pesanan umumnya melalui tahap kegiatan yang disebut
dengan Tinjauan Kontrak (Contract Review). Adapun produksi massal harus
didukung oleh riset pasar yang memadai, guna membaca keinginan pasar
serta proses penelitian dan pengembangan produk yang inovatif.
Kedua pendekatan produksi tersebut akan memberikan pola yang berbeda di
dalam mengidentifikasikan proses lacak balak. Proses lacak balak pada
produksi berdasarkan pesanan terjadi pada tahap Tinjauan Kontrak.
Proses lacak balak pada produksi massal diidentifikasikan saat melakukan
penelitian pasar. Dalam prakteknya suatu industri dapat melakukan bauran
produksi (Production Mix) dengan mengadopsi kedua pendekatan tersebut.
Pameran (Exhibition) merupakan media yang cukup efektif di dalam
menemukan titik awal komunikasi dengan calon pelanggan. Dalam pameran
berbagai informasi mengenai produk dan kemampuan produksi ditampilkan
kepada masyarakat luas. Komunikasi langsung antara calon pembeli dengan
produsen umumnya cukup efektif di mana keinginan dan harapan calon
pembeli dapat diakomodir. Komunikasi tersebut mungkin sudah berlanjut ke
tahap pemesanan, tahap pemesanan contoh, atau bahkan mungkin baru tahap
perkenalan.
Beberapa produsen menggunakan media iklan, baik melalui media cetak
ataupun media audio visual. Media lain yang saat ini banyak dipilih adalah
dengan membuka situs website, di mana informasi lebih banyak mengenai
produk, kemampuan produksi, dan profil perusahaan dapat ditampilkan.
Bagi perusahaan yang memiliki hubungan komunikasi yang baik dengan
sesama produsen, mereka akan lebih percaya diri untuk bergabung ke dalam
suatu sistem pemasaran bersama yang umumnya dipayungi suatu organisasi.
Di Indonesia cukup banyak Asosiasi yang menampung minat kelompok
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
181
3

produsen Meubel, misalnya Asosiasi Meubel dan Kerajinan Indonesia
(ASMINDO) atau Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas).
Dokumentasi yang dapat dipergunakan untuk menjadi pintu masuk interaksi
produsen dan calon pelanggan umumnya adalah buku tamu (guess book) atau
kumpulan kartu nama. Pintu masuk tersebut penting untuk dapat mengenali
keinginan konsumen, termasuk penggunaan bahan baku yang memenuhi
kriteria Lacak Balak.

2.1. Lacak Balak Pada Evaluasi Permintaan Penawaran

Proses identifikasi terhadap lacak balak bahan baku mulai dipertimbangkan
saat sebuah perusahaan menerima permohonan penawaran (Quotation)
sebagaima contoh Gambar berikut,

Gambar 1. Contoh Lembar Permohonan Penawaran

Manakala membaca permintaan penawaran (quotation), pihak pabrik yang
diwakili oleh Bagian Pemasaran, dengan seksama harus mempelajari apakah
persyaratan yang dikirimkan oleh calon pembeli tersebut dapat dipenuhi atau
tidak. Quotation tersebut dapat diperiksa menggunakan daftar periksa
sebagaimana form berikut,
182
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4


Gambar 2. Buku Evaluasi Permintaan Penawaran

Apabila beberapa persyaratan pembeli dalam quotation tidak dapat dipenuhi
oleh produsen, maka Bagian Pemasaran umumnya diberikan kesempatan
untuk mengambil keputusan. Melalui konsultansi dengan pimpinan
perusahaan, bagian pemasaran dapat melakukan beberapa alternatif :
1) Menyatakan ketidak-mampuan memenuhi persyaratan dan mengajukan
pilihan rancangan kepada calon pelanggan;
2) Melakukan pencarian alternatif sub kontrak produksi atau pembelian produk
yang sesuai kepada pihak ketiga;
3) Melakukan investasi untuk pemenuhan persyaratan calon pelanggan.
Sebagai ilustrasi, Tabel 1 tersebut menyajikan beberapa hal yang umum
menjadi pertimbangan dalam evaluasi permintaan pembeli (quotation).
Suratsurat jawaban harus disimpan dalam file, sebaiknya dikelompokkan ke
dalam surat pemasaran, walaupun perusahaan tidak dapat memenuhi
permintaan calon pelanggan tersebut.
Calon pelanggan yang sudah mengirimkan permintaan penawaran (Quotation)
dapat dikelompokkan ke dalam Daftar Calon Pelanggan Potensial.
Pembubuhan tanggal komunikasi sudah diperlukan dalam pendaftaran calon
pelanggan potensial tersebut.











Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
183
5

Tabel 1. Beberapa hal umum yang menjadi pertimbangan dalam evaluasi
quotation, dihubungkan dengan lacak balak.












184
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
6

Tabel 1. Lanjutan



2.2. Lacak Balak Pada Tinjauan Kontrak

Setelah mengajukan jawaban kepada calon pelanggan, calon pelanggan
mungkin akan meneruskan kepada kontrak. Kadangkala ada calon pembeli
yang mengajukan permintaan contoh (sample) dan kasus ini akan dibahas
dalam Bab terpisah. Dokumen yang umum diperoleh dari calon pelanggan
adalah Sales Contract, sangat berbeda dengan kontrak yang umumnya dikenal
di Indonesia. Sales Contract sangat sederhana sebagaimana Gambar 3.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
185
7


Gambar 3. Contoh Sales Contract

Bagian pemasaran kemudian melakukan evaluasi (tinjauan) terhadap Sales
Contract tersebut dengan memperhatikan kemampuan internal perusahaan.
Informasi lebih detil mengenai kemampuan produksi diperoleh dengan
berbicara kepada bagian produksi. Di dalam sistem manajemen yang baik,
tinjauan kontrak sebaiknya melibatkan sejumlah pihak sebagaimana Tabel 2.









186
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
8

Tabel 2. Fihak-Fihak Yang Dilibatkan Di Dalam Tinjauan Kontrak


Aspek yang dievaluasi di dalam tinjauan kontrak tidak terbatas, tergantung
kepentingan dari masing-masing perusahaan. Secara umum agenda yang
tercantum di dalam Tabel 2 dapat dibahas pada tinjauan kontrak. Hasil tinjauan
kontrak dapat menyimpulkan beberapa kemungkinan, namun umumnya tidak
lagi mementahkan kontrak karena telah dibahas pada penawaran.
Apabila terjadi perubahan mendasar, di mana pembeli tidak konsisten terhadap
penawaran sebelumnya, maka dapat diajukan perubahan atau amandemen
kontrak. Perubahan tersebut penting untuk disepakati sebelum proses
perencanaan produksi dilaksanakan.
Permasalahan utama yang harus menjadi perhatian adalah tatawaktu
pemenuhan order, berkaitan dengan total pemenuhan persyaratan lacak balak.
Pada partial shipment, mungkin pemenuhan persyaratan lacak balak tidak
dapat dipenuhi proporsinya, namun secara kumulatif proporsi tersebut akan
terpenuhi. Beberapa pembeli mungkin masih dapat menerima pemenuhan
proporsi lacak balak secara bertahap sesuai partial shipment.
Beberapa importir dapat memahami pemenuhan proporsi lacak balak secara
bertahap, di mana setiap shipment-nya akan bervariasi dengan pertimbangan
kondisi :
1) akan melakukan pembauran (mixed) dengan produk yang sama yang
dipesan dari pemasok lain;
2) akan melakukan penimbunan karena pemasaran baru dilakukan beberapa
bulan kemudian.
Interpretasi mengenai partial shipment harus diperjelas sejelas mungkin,
apakah menyangkut volume, mutu, ataukah juga persyaratan lain.
Dokumentasi untuk proses tinjauan kontrak tidak harus menggunakan Form
khusus. Notulen rapat dapat dipergunakan sebagai bukti bahwa tinjauan
kontrak telah dilakukan.

BAB III.
PENERAPAN LACAK BALAK DI PEMASARAN

3.1. Perencanaan Stuffing

Bagian pemasaran atau bagian umum sebelumnya telah menginformasikan
penggunaan alat angkut kepada perusahaan ekspedisi, termasuk pengadaan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
187
9

peti kemas. Alat angkut sudah datang terlebih dahulu sehingga proses
pemuatan tidak berlangsung lama.
Proses persiapan pemuatan (stuffing) yang bertalian dengan pemenuhan lacak
balak disajikan pada Tabel 3. Permasalahan lacak balak sangat penting
diperhatikan apabila proses shipment dilakukan secara partial dan komposisi
kayu yang terlacak boleh dikirim secara partial dengan proporsi yang tidak
konstan. Pemuatan tidak konstan secara partial tersebut disatu sisi akan
memberikan kemudahan bagi produsen untuk memilih bahan baku.

Tabel 3. Permasalahan Lacak Balak Pada Perencanaan Stuffing




Gambar 4. Proses Partial Shipment, Komposisi Tidak Tetap

3.2. Proses Stuffing

Stuffing adalah kegiatan pemuatan produk yang siap jual ke wahana (vessel)
angkutan. Istilah stuffing umum digunakan untuk proses pemuatan produk ke
truk, kontainer, atau kendaraan pengirim lainnya. Istilah lain dari stuffing adalah
loading.
Stuffing dilakukan menggunakan alat angkut handlift, forklift, atau dengan
tenaga manusia. Proses muat harus mendapat perhatian penting dan
dilakukan dengan seksama karena beberapa alasan :
1) tidak terjadi kekeliruan akan barang yang dimuat;
2) tidak terjadi kerusakan fisik barang yang dimuat selama pemuatan;
188
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
10

3) penataan ruang muat agar efisien penggunaannya;
Kekeliruan akan barang yang dimuat dievaluasi melalui kebenaran dokumen
data gudang produksi dengan fisik barang yang dimuat. Kekeliruan tersebut
dapat terjadi dalam hal jumlah, mutu, maupun spesifikasi jenis barang.
Pemuatan hendaknya dicatat oleh petugas yang bukan personal muat
sehingga konsentrasi pengawasan menjadi optimal.
Kerusakan selama pemuatan dapat terjadi karena pengoperasian peralatan
angkut/angkat atau tenaga kerja yang ceroboh. Operator forklift haruslah orang
yang berkualifikasi dan terlatih, tidak boleh dilakukan oleh petugas yang bukan
kewenangannya. Ada baiknya menempatkan personal yang memiliki fisik
cukup baik untuk mengerjakan pekerjaan stuffing.
Tempat penyimpanan sementara atau tepatnya area sementara di bibir gudang
harus terlindung dari cuaca. Pabrik yang baik akan menyediakan kanopi untuk
area stuffing. Bagi pabrik yang tidak memiliki area stuffing, sebaiknya
menyediakan naungan atau terpal saat melakukan stuffing, baik cuaca cerah
maupun hujan. Perlu diketauhi bahwa pada beberapa kasus, kapal muatan
tidak dapat mentoleransi pemunduran waktu stuffing.
Perusahaan hendaknya tidak membedakan perlakuan stuffing untuk tujuan
ekspor dengan lokal. Pada era ekonomi bebas saat ini, banyak pembeli dalam
negeri bertindak sebagai brooker untuk produk eksport. Mutu produk harus
tetap dijaga hingga sampai ke tangan konsumen.
Optimalisasi pemanfaatan ruang kontainer harus sudah diperhitungkan sejak
merencanakan pemuatan. Optimasi tersebut dilakukan dengan pertimbangan :
1) seluruh ruang hendaknya terisi dengan produk, minimisasi biaya tonase;
2) memperkecil ruang gerak produk agar tidak bergerak saat pengiriman.
Sebagai catatan, upaya memenuhi ruang kontainer hanya dapat dilakukan
apabila destination port sama dan sudah ada kesepakatan dengan pembeli.

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
189
11



Gambar 5. Ilustrasi Hasil Pre Shipment Inspection

Proses penyegelan dilakukan setelah kontainer diisi penuh, dilakukan oleh
perusahaan surveyor yang mendapat kewenangan dari pemerintah.
Perusahaan surveyor atau lembaga inspeksi biasanya hanya mengeluarkan
Laporan Inspeksi dan Memasang Segel pada produk yang akan diekspor.
Produk yang akan dijual dalam negeri tidak diperlukan segel dan inspeksi dari
pihak ketiga, kecuali atas permintaan pembeli dan disepakati oleh perusahaan.
Permasalahan lacak balak saat pemuatan pada prinsipnya tidak nyata secara
fisik, kecuali pertukaran atau pemalsuan dokumen. Secara prosedural,
perusahaan inspeksi yang akan mengeluarkan sertifikat inspeksi harus
melakukan pemeriksaan secara teliti terhadap kebenaran barang yang akan
dikemas. Lembaga tersebut harus mengambil 10% sample untuk diperiksa
kebenaran produk yang dikirim, dihitung jumlah komponen dan volume isi
setiap kemasan luar (karton). Namun bila lembaga inspeksi juga diberikan
kewenangan oleh pembeli untuk memeriksa produk sebelum dikirim,
khususnya terhadap kebenaran komposisi antara kayu yang terlacak-balak
dengan tidak, maka persoalan konsistensi harus menjadi perhatian produsen.
Ilustrasi praktek manipulasi pada Gambar 5. dapat menjadi bahan pelajaran.
Petugas inspeksi tidak diperkenankan untuk menerbitkan sertifikat pada partai
keseluruhan apabila hasil sampling (pengambilkan contoh) produk
sebagaimana ilustrasi Gambar 5. Praktek sebagaimana Gambar 5 acapkali
dilakukan oleh produsen untuk meminimisasikan penggunaan bahan baku
yang bersertifikat guna menekan biaya produksi. Resiko praktek manipulasi
190
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
12

tersebut sangat besar dan merugikan perusahaan di masa kini dan masa
datang.

3.3. Proses Shipment

Pemuatan ke kapal atau shipment sebenarnya dapat dilakukan langsung dari
pabrik menggunakan Crane/Link Belt dari dermaga milik sendiri. Namun
demikian jarang sekali perusahaan meubel yang memilki dermaga muat/jetty,
mengingat meubel umumnya dikirim dalam peti-peti kemas. Pelabuhan peti
kemas hanya dimiliki oleh PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia pada beberapa
kota pelabuhan ekspor seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar, dan
Medan. Pada prakteknya saat ini produk meubel harus melalui transportasi
darat sebelum mencapai pelabuhan ekspor tersebut.
Pemuatan produk ke kapal untuk penjualan dalam negeri dilakukan hanya
untuk produk antar pulau, umumnya tidak menggunakan jasa kontainer.
Produk dikemas dalam peti atau palet-palet kayu dengan jumlah kubikasi
terbatas. Transportasi darat lebih disukai sehingga pada jalur Sumatera-Jawa-
Bali masih umum menggunakan transportasi truk dan ferry.


Gambar 6. Loading Ke Palka, Untuk Antar Pulau Nusantara

Permasalahan lacak balak pada proses loading hanya terpusat pada
kelengkapan dokumen pengapalan. Data yang tertulis pada bukti pengiriman
barang, berita acara inspeksi kargo (pre shipment inspection), bill of lading, dan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
191
13

dokumen ekspor lain harus sama. Hampir tidak mungkin ada percampuran fisik
lagi yang dapat merubah komposisi produk pada saat loading.


3.4. Pemantauan Peredaran Barang

Produk yang dijual ke luar negeri umumnya sudah sukar untuk dipantau
peredarannya, apalagi penjualan umum dilakukan dalam bentuk Franco Fabric
(FF) dan Free on board (FOB). Penjualan dengan pola Cost and Freight (CNF)
dan Const-Insurance-Freight (CIF) saja tidak mampu melakukan pemantauan
peredaran barang. Diperlukan dokumen pengalihan wewenang dan tanggung
jawab kepada pihak pembeli (buyer) biasanya dicantumkan di dalam contract.
Produk yang dijual dalam negeri dapat dipantau peredarannya dapat pula
tidak. Apabila perusahaan memiliki unit pemasaran sendiri atau bahkan gerai
(outlet) sendiri, maka perusahaan dapat memantau peredaran produk hingga
ke tangan pengguna (Customer). Namun bila penjualan hanya dapat
dikendalikan hingga tingkat distributor, maka diperlukan dokumen pelimpahan
wewenang kepada distributor tersebut.
Pelimpahan hak dan wewenang dari produsen kepada distributor memiliki
untung dan rugi yakni :
Keuntungan : hal-hal yang berhubungan dengan tuntutan pengguna akhir
dapat dipindahkan kepada distributor;
Kerugian : - margin keuntungan berbagi dengan distributor;
- ada kemungkinan kehilangan aksistensi merek dagang.
Khusus bagi produsen yang menjalani kerja sama pemasaran, di mana
distributor membeli kepada produsen tanpa disertai merek dagang, maka harus
memperkuat sistem administrasi pencatatan produknya. Selain itu, kontrak jual
beli (Sales Contract) dengan distributor harus ditegaskan mengenai
persyaratan penggunaan kayu yang bersertifikat dengan tidak bersertifikat.
Distributor dapat saja membeli produk dengan kualifikasi memenuhi lacak
balak, tetapi kemudian melakukan modifikasi rancangan dengan menggunakan
bahan yang tidak bersertifikat. Upaya pencampuran tersebut biasa dilakukan
untuk memungkinkan distributor menjual semua produk yang dibelinya dari
beberapa sumber, baik yang sumber kayunya jelas maupun tidak. Beberapa
kasus lacak balak yang harus diperhatikan pada pemantauan barang yang
beredar disajikan pada Tabel 4.

3.5. Penanganan Purna Jual

Hampir tidak ada sistem penjualan meubel yang menggunakan layanan purna
jual, kecuali beberapa hal yang menyangkut konstruksi dan perakitan produk.
Penjualan meubel dengan sistem bongkar pasang (knock down) menggunakan
layanan purna jual tetapi pada jangka waktu yang sangat terbatas.


192
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
14

Tabel 4. Kasus Lacak Balak Pada Pemantauan Barang Beredar



3.6. Evaluasi Kepuasan Pelanggan

Evaluasi dilakukan kepada pelanggan mengenai produk yang dijual, baik
menyangkut kepuasan maupun ketidak-puasan. Metoda evaluasi pelanggan
dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Evaluasi aktif adalah upaya
mengetahui kepuasan dan ketidak-puasan pelanggan di mana secara aktif
perusahaan melakukan evaluasi. Evaluasi pasif adalah evaluasi yang
dilakukan hanya menunggu masukan dari pelanggan.
Evaluasi aktif dapat dilakukan dengan beberapa metoda sebagai berikut :
1) perusahaan membagikan kuisoner evaluasi kepuasan dan ketidakpuasan
pelanggan secara periodik, misalnya 6 bulan atau 12 bulan sekali kepada
pelanggan;
2) menyebarkan angket disertakan dengan program promosi berhadian,
misalnya dengan membuat kuis;
3) menyediakan kotak keluhan;
4) menyediakan layanan telpon gratis (tool free);
5) menyediakan guess book pada websites;
6) membagikan kuisoner saat pameran.
Evaluasi pasif dilakukan dengan hanya menunggu keluhan dari pelanggan atau
penghargaan dari pihak luar. Saat ini bahkan penghargaan dari pihak luar
dapat diperoleh dengan cara membayar.

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
193
15

DAFTAR ISTILAH/DEFINISI

Contract Review adalah proses pemeriksaan terhadap persyaratan kontrak
disesuaikan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
Pameran (Exibition) adalah proses memperkenalkan produk kepada
masyarakat agar mereka tertarik
Permohonan Penawaran (Quotation) adalah surat yang diterbitkan oleh
pembeli kepada penjual berisi permintaan untuk diberikan penawaran terhadap
suatu produk
Stuffing adalah proses pemuatan produk ke dalam kontainer atau alat angkut
untuk dikirim ke luar pabrik
Franco Fabric (FF) adalah penjualan hingga pintu keluar pabrik
Free On Board (FOB) adalah penjualan hingga muat di kapal, dengan
demikian biaya kontainer dan transportasi darat sebelum muat ke kapal
menjadi tanggungan penjual
Cost and Freight (CNF) adalah penjualan hingga pelabuhan ekspor, di mana
biaya pengangkutan dari pabrik pembuat hingga pelabuhan tujuan pembeli
menjadi tanggungan produsen
Const-Insurance-Freight adalah penjualan hingga pelabuhan ekspor, di mana
semua biaya pengangkutan ditanggung produsen serta produknyapun
diasuransikan selama perjalanan.


DAFTAR PUSTAKA

Indonesia Cleaner Industrial Production Program (ICIP). 1998. Kajian Produksi
Bersih Pada Industri Kayu Lapis. Jakarta.
Marshall, R. 2001. Sustainable Development from theory towards practice.
The Environmentalist: 4 pp. 20-22.
Uren, S. 1999. Environmental Supply Chain Management. Environmental
Assessment. Volume 7. Issue 1 pp. 14-16.
SGS Forestry, 1996. Forest Certification in Practice. International Training
Course, Sweden.
Hermawan.1996. Perencanaan, Pengendalian Produksi dan Sediaan Pada
Industri Kayu. Makalah Pelatihan Manajer Industri Kayu.
UGMFOCUS QE.

194
i
























Implementasi Lacak Balak pada Rantai Kegiatan
Produksi dan Penanganan
Bahan Dalam Proses

















PELATIHAN PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR EKSPOR
Kerjasama dengan
CENTER FOR INTERNATIONAL FORESTRY RESEARCH (CIFOR) BOGOR

Jepara, 27 29 Juli 2010

c. Implementasi COC pada proses produks
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
195
ii


Daftar Isi
Halaman
I. PENDAHULUAN ....... 1
1.1 Latar Belakang ........... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ........... 2
1.3 Metodologi Pembelajaran ............. 2

II. PERANCANGAN PRODUK...... 2
2.1 Perancangan Skala Laboratorium / Studio ................ 3
2.2 Tahap Prototipe ........................................... 6
2.3. Tahap Uji Produksi Komersial .......... 12

III. PERENCANAAN PRODUKSI....... 15
3.1 Perencanaan Dalam Manufaktur .. 15
3.2 Perencanaan Produksi ... 16

IV. PRODUKSI DAN PENANGANAN BAHAN DALAM PROSES... 19
4.1 Persiapan Bahan ........ 19
4.2 Pengawetan Kayu .......... 22
4.3 Pengeringan ............ 23
4.4 Pembahanan ........... 25
4.5 Pembuatan Komponen ............. 28
4.6 Persiapan perakitan ........... 36
4.7 Perakitan .......... 38
4.8 Pengerjaan Akhir ............ 40

V. PENGEPAKAN ....... 44
5.1 Regrading ......... 44
5.2 Repairing .......... 44
5.3 Pengepakan ............. 44

DAFTAR ISTILAH / DEFINISI..... 45
DAFTAR PUSTAKA.. 46


Daftar Tabel

Halaman
1. Fungsi-fungsi Tim Design Pada Industri Furniture ........... 3
2. Pertimbangan Dalam Perancangan Produk ................. 4
3. Alternatif pemilihan bahan komposit .............. 7
4. Hasil Analisis Komponen Produk BB1 ........... 11
5. Penggunaan Sortimen Komersial Untuk Komponen ............... 11
6. Pendugaan Pemenuhan Lacak Balak ................ 12
7. Unit Proses Yang Diperlukan Untuk Produksi Produk BB1 .... ....... 12
8. Studi Waktu Terhadap Salah Satu Unit Proses Pada Rantai
Proses Produksi ... 13
9. Contoh Studi Waktu Yang Dipergunakan Untuk Menghitung
Waktu Proses Produk BB1, Komponen A ... 13
196
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
iii

10. Contoh rencana pemenuhan order Periode .... 16
11. Tipe Peramalan Berdasarkan Kegunaan . 17
12. Contoh Permintaan Kursi Pada Tahun 2005 .. 17
13. Contoh Rencana Produksi . 18
14. Permasalahan Lacak Balak Pada Persiapan Bahan Baku ... 20
15. Permasalahan Lacak Balak Pada Proses Pemotongan Panjang . 25
16. Persoalan Lacak Balak Pada Mesin Pembentuk . 34
17. Permasalahan Lacak Balak Pada Proses Pembubutan . 35



Daftar Gambar

Halaman
1. Perancangan Laboratorium ............... 5
2. Contoh Pemolaan Komponen Produk ................. 6
3. Pembuatan Pola Produk ................ 7
4. Pemotongan Bahan Sesuai Pola .............. 8
5. Mengerjakan Bahan Perkakas .............. 9
6. Proses Perakitan .......... 10
7. Log Breaking .. 20
8. Band Saw 21
9. Wood Stacking Dan Penandaan .... 22
10. Ketel Uap Untuk Pembangkit Kukus .. 24
11. Chamber Pada Mesin Kiln Dryer ............... 24
12. Proses Pengetaman Kayu .............. 26
13. Mesin Ketam Samping ............ 27
14. Alat Penyambung Bilah Kayu Secara Manual ................ 30
15. Rotary Clamper Dan Block Clamp ............ 31
16. Bekerja dengan Jig Saw ............. 31
17. Pergerakan Router ........... 32
18. Mesin Moulder 6 Spindel ............. 33
19. Mesin CNC Router ........... 33
20. Proses Pembubutan ............ 35
21. Bor Untuk Pembentuk ............. 36
22. Beberapa Penyambungan Yang Dipahat .................... 37
23. Sambungan Ekor Burung Dan Beberapa Sambungan Lain ................. 38
24. Proses Perakitan .............. 39
25. Mesin Perakit Kotak ............. 39
26. Merakit Bagian Bukan Kayu ............... 40
27. Wide Belt Sander ............. 41
28. Sanding dengan Alat Bantu ............... 41
29. Pewarnaan Kayu ............. 42
30. Pengampelasan Manual ................ 43
31. Proses Penyalutan (Coating) ............ 43
32. Pengepakan Produk Meubel Bongkar-Pasang ................. 44



Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
197
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada industri furniture skala besar yang orientasi produknya untuk kepentingan
digunakan masyarakat luas (mass poduct), memerlukan model design/
rancangan dan kualitas yang dapat memenuhi keinginan mayarakat secara
keseluruhan. Tujuan perancangan dan penetapan standard kualitas adalah
agar produk tersebut memiliki daur hidup produk (life cycle time produk) yang
panjang, sehingga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap
penjualan produk tersebut.
Bagi industri furniture skala kecilmenengah, sebagian besar orientasi
produknya masih mengikuti keinginan pelanggannya. Biasanya industri design
dan kualitas produk sudah ditetapkan pelanggan prospektifnya, sehingga peran
perusahaan hanya menjadi pelaksana kegiatan produk saja (tailor made).
Namun dalam upaya untuk tetap memberikan hubungan saling
menguntungkan dengan pelanggannya, upaya untuk mengembangkan design
dan kualitas bagi industri sangat bermanfaat. Bahkan ada juga industri skala
kecil justru item produk yang dipasarkan hanya berdasarkan pengembangan
design, dengan produksi terbatas, namun memberikan nilai penjualan yang
kompetitif.
Pada industri furniture yang komposisi produknya didominasi bahan kayu,
maka untuk design/perancangan produknya, dapat memperhatikan aspek
kualitas kayu (keawetan, kekuatan, ketampakan, dan lain-lain) serta nilai
estetis dari jenis-jenis kayu yang didesign. Aspek yang tak kalah penting
adalah memastikan asal-usul bahan kayu yang akan dibuat menjadi produk
furniture, karena sangat mendukung kebenaran informasi jenis dan kualitas
kayu yang akan diolah.
Rancangan produk dan atau persyaratan permintaan pelanggan, dapat
menjadi acuan perencanaan produksi dan rencana pemenuhan kebutuhan
bahan kayu yang akan di produksi. Sehingga dengan perencanaan yang
terukur, maka pengadaan kebutuhan kayu yang berkualitas dapat efisien
disediakan.
Peran perencanaan produksi dan pengendalian sediaan bahan (Production
Planning and Inventory Control), akan dapat menjadi panduan kegiatan proses
produksi, dan pengendalian sediaan bahan baku (raw material), dan bahan
setengah jadi (bahan komponen produk). Kegiatan proses produksi pada
industri furniture secara umum, dimulai dari kegiatan pengadaan bahan baku,
kegiatan proses produksi komponen bahan (kayu dan non kayu), kegiatan
perakitan komponen bahan, finishing produk (pewarnaan, pemasangan
asesories, dan pengemasan produk).




198
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Implementasi CoC pada
Rantai kegiatan produksi dan penanganan Bahan dalam proses, Untuk
memberikan pemahaman dan ketrampilan kepada peserta yaitu :
1) Untuk memperhatikan aspek rancangan/design produk.
2) Untuk mampu menerapkan pengendalian sediaan bahan kayu, dan
perencanaan produksi Furniture.
3) Tentang mekanisme proses produksi Furniture, dengan panduan produksi
yang konsisten dan terukur.
4) Tentang pengendalian aliran bahan kayu dalam proses produksi.

1.3 Metodologi Pembelajaran

Tipe Material Tujuan
Buku Pegangan Peserta

Memberikan dasar pemahaman kepada peserta
mengenai mekanisme Implementasi CoC pada
rantai kegiatan produksi dan penanganan bahan
dalam proses

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan Implementasi CoC pada
rantai kegiatan produksi dan penanganan bahan
dalam proses, dari mulai design produk,
perencanaan sediaan bahan, kegiatan produksi
hingga penanganan produk, dengan metode
ceramah, tanya jawab, simulasi dan studi kasus

Tipe Mater

BAB II
PERANCANGAN PRODUK

Perancangan adalah tahap penting dalam produksi meubel karena akan
mempengaruhi pola produksi komersial yang muaranya pada biaya produksi.
Ruang lingkup perancangan sangat luas, proses ini tidak hanya dilakukan pada
system produksi mass product saja tetapi juga job order/tailor made.
Perbedaan prinsipnya adalah pada mass product, produsen dapat mengklaim
bentuk rancangannya. Sementara pada job order, bentuk rancangan menjadi
hak pembeli atau buyer. Ruang lingkup perancangan di dalam system
manufaktur terdiri dari tiga tahap :
1) Tahap laboratorium atau studio;
2) Tahap prototype atau bangsal percontohan (pilot plant);
3) Tahap komersial.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
199
3

Perancangan dalam kegiatan manufaktur sebaiknya melalui keseluruhan tahap
sebagaimana di atas, kecuali job order di mana tahap studio dilakukan oleh
pihak buyer atau pembeli.
Fungsi perancangan pada beberapa perusahaan skala besar diletakkan di
bawah Litbang (Research and Development), namun pada perusahaan secara
umum fungsi ini diletakkan di bawah produksi. Bahkan adapula perusahaan
yang meletakkan fungsi perancangan di bawah Perencanaan Produksi.
Pekerjaan fungsi perencanaan sangat luas, mulai dari sekedar membuat
gambar rancangan, memilih bahan yang sesuai, pemilihan bentuk, kombinasi
warna, kekuatan produk, hingga rancang bangun proses. Tabel 1 menjabarkan
fungsi-fungsi dalam perancangan di pabrik. Perancangan produk adalah
aktifitas perancangan yang berhubungan dengan tampilan produk seperti
bentuk, warna, ukuran, dan atribut lain yang berhubungan dengan produk.
Perancangan proses adalah aktifitas perancangan yang berhubungan dengan
cara pembuatan serta peralatan yang dipergunakan. Perancangan biaya
adalah perancangan yang berhubungan dengan proses produksi komersial dan
efisiensi penggunaan bahan.
Pertimbangan lacak balak dalam perancangan dilakukan mulai dari
perancangan produk, khususnya pada pemilihan bahan, hingga perancangan
proses.

Tabel 1. Fungsi-fungsi Tim Design Pada Industri Furniture


2.1. Perancangan Skala Laboratorium / Studio

Perancangan laboratorium atau studio dilakukan oleh perusahaan yang
menjual produk berikut rancangannya. Perancangan tersebut dilakukan
dengan memperoleh masukan sebagaimana Tabel 1. Proses perancangan itu
200
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4

sendiri tidak dapat dideskripsikan karena sangat bergantung pada kekuatan
imaginatif para designer, namun demikian beberapa hal pada Tabel 2 dapat
dijadikan pertimbangan.

Tabel 2. Pertimbangan Dalam Perancangan Produk

Aspek Pertimbangan Pertimbangan lacak
balak
Bentuk

1. seni, menggunakan hasil riset pasar dan
sesuai dengan perspektif perancang;
2. ukuran, menggunakan hasil riset pasar,
sesuai dengan fungsi, atau perspektif
perancang
3. warna, sama dengan proses artistik namun
harus mempertimbangkan bahan yang
digunakan;
4. perakitan, mempertimbangkan apakah
produk akan dirakit fixed atau knock down
Ukuran dan bentuk menjadi
dasar pertimbangan,
terutama apabila
menggunakan bahan kayu
komposit.
Perakitan dipertimbangkan
bila menggunakan pin-pin
atau pasak-pasak kayu

Bahan

1. kayu, menggunakan kayu padat-baik sudah
berbentuk maupun belum, kayu lapis, kayu
partikel, atau papan serat;
2. non kayu, menggunakan bahan bukan kayu
dalam rancangan seperti bambu, batu,
keramik, resin, dan lain-lain;
3. perekat, pertimbangan perekat yang baik
buat kesehatan dan perekat komersial lain;
4. asesoris, bahan tambahan yang diperlukan
baik atas permintaan pembeli maupun ide
perancang. Pertimbangkan pula aspek
keamanannya
5. pelapis, yakni bahan finishing dengan
berbagai sifat keamanan produknya
Bahan kayu menjadi
pertimbangan perhitungan
porsi pemenuhan
persyaratan lacak balak

Kemasan

1. bentuk, menyangkut artistik dan disain
fungsinya;
2. bahan, mulai dari kemasan primer, kemasan
luar, hingga peti dan pallet. Persyaratan
bahan kayu kemasan yang dipergunakan.
Perhatikan dalam kontak
apakah bahan kayu
kemasan termasuk
dipertimbangkan dalam
proporsi pemenuhan
persyaratan lacak balak
Teknik
pembahanan

1. pengaturan pembahanan secara optimal
dengan meminimisasi scraps;
2. pengaturan bahan yang menggunakan
proses komposit
3. menduga kehilangan bahan menjadi wastes
Teknik pembahanan sangat
berhubungan erat dengan
pemenuhan persyaratan
lacak balak

Konstruksi

1. kekuatan bahan pada penggunaan,
umumnya menyangkut pemilihan kelas kuat
kayu, ukuran komponen, dan penggunaan
bahan pembantu
2. keawetan bahan menyangkut pemilihan
kelas awet kayu dan penggunaan bahan
pengawet
Kayu kelas awet dan kelas
kuat I dan II umumnya
adalah kayu rimba yang
merupakan obyek langsung
persyaratan lacak balak.

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
201
5



Gambar 1. Perancangan Laboratorium
Perancangan umumnya hanya mempertimbangkan aspek seni (art design),
bahan (material design), peruntukan (functional design). Pada perancangan
bahan (material design) harus sudah melibatkan kemungkinan pemaduan
bahan (composite) yang mempertimbangkan sumber-sumber bahan baku
kayu. Pertimbangan pemenuhan persyaratan lacak balak harus sudah
dilakukan pada perancangan.
Perancangan laboratorium dilakukan terutama untuk penggunaan bahan-
bahan tambahan seperti perekat, dempul, kemasan, cat, pelapis, dan lain-lain.
Perancangan laboratorium digunakan sebagai pelengkap perancangan produk
secara keseluruhan. Sebagai contoh perancangan laboratorium disajikan pada
kasus pada Gambar 1.
Perancangan studio menggunakan hasil perancangan laboratorium sebagai
salah satu masukan dalam perancangan akhir. Perancangan produk dapat
dilakukan dengan menggunakan peralatan gambar konvensional ataupun
menggunakan program komputer AUTOCAD.
Hasil rancangan dilengkapi dengan pola, rencana perakitan, ukuran potongan
bahkan sebaiknya hingga petunjuk perakitannya. Pemilihan mesin yang
diperlukan boleh pula diinformasikan agar bagian perencanaan produksi dapat
membuat rencana lebih akurat. Salah satu bentuk contoh keluaran rancangan
studio disajikan pada Gambar 2. Contoh Pemolaan Komponen Produk
202
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
6



Gambar 2. Contoh pemolaan komponen produk


2.2. Tahap Prototipe

Pembuatan prototipe perlu dilakukan baik diminta calon pelanggan sebagai
contoh maupun tidak. Pada tahap ini dapat diketahui dengan pasti tingkat
kerumitan pengerjaan produk. Selain itu, uji coba pada prototipe sangat baik
untuk menduga kebutuhan akan bahan baku.

2.2.1. Membuat Pola

Pembuatan pola dilakukan dengan menggambar komponen pada ukuran 1:1,
bisa menggunakan kertas kalkir atau dapat langsung di gambar di atas bahan.
Pembuatan gambar di atas bahan memungkinkan untuk memilih bahan baku
yang sesuai dengan jumlah sediaan yang dimiliki. Contoh pembuatan pola dari
produk yang dirancang pada Gambar 3.

Bila tidak tersedia bahan yang cukup ukurannya, baik panjang-lebar-tinggi,
maka dapat digunakan produk komposit. Pada saat perancangan
menggunakan produk komposit, penting untuk menghitung proporsi kayu
terlacak dengan tidak terlacak agar persyaratan lacak balak tetap terpenuhi.
Beberapa kemungkinan bahan yang dapat dipergunakan sebagai Tabel 3.
Pergunakanlah bahan sebaik mungkin dengan menggunakan pola tersebut di
atas agar jumlah scrap yang terbentuk sesedikit mungkin. Disarankan untuk
membuat simulasi pola dengan terlebih dahulu menggunakan template agar
tidak bekerja berulang-ulang.

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
203
7



Gambar 3. Pembuatan Pola Produk

Tabel 3. Alternatif pemilihan bahan komposit

Komponen

Bahan Alternatif

Alasan

Aspek Lacak
Balak

Komponen tebal >10
cm, untuk kaki meja,
gagang, dan lain-lain

1. Laminating Block,
balok ra-kitan dari
poto-ngan kayu
dan dikempa
2. Glue Laminated
Timber (GLT)
3. Rotan

Secara komersial
tidak menguntung-
kan menjual sawn
timber kering dengan
ketebalan >10 cm
sehingga sukar
diperoleh di pasaran.

Perhatikan
pencampuran antara
kayu yang detected
dengan undectected,
hitung komposisi
kubikasi kayu yang
dirakit. Pada La-
minating block,
pemeriksaan dila-
kukan pada potongan
lintang

Komponen lebar >20
cm, untuk badan sisi,
papan alas, dan
lainlain

1. Papan butt joint
seperti bahan
CLC pada Block
board;
2. Papan laminated
jointing;
3. Panel kayu (kayu
lapis, partickle
board dan block
board);
4. Panel kayu serat
(fiber board);
5. Bahan lain,
anyaman
bamboo atau
rotan
Sukar menemukan
papan kering ko-
mersial dengan uku-
ran lebar >20 cm.

Perhatikan
pencampuran pada
laminasi, mudah
dilihat kombinasinya,
kecuali bila meng-
gunakan bilah yang
sudah disambung jari
(finger jointed).
Pendugaan
perbandingan de-
tected dan
undetected lacak
balak harus dapat
dihitung.

204
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
8


Komponen panjang
>100 meter, untuk
rangka

1. Laminating Block,
dirakit dari finger
jointed;
2. Rotan

Tidak efisien
menggunakan kayu
ukuran panjang atau
apabila
menggunakan bahan
baku kayu pinus
karena jumlah mata
kayu yang terlalu
banyak

Finger jointed mudah
diamati perpaduan
kayunya, namun
jumlah bilah yang
dirakit bisa sangat
banyak. Perhitungan
proporsi harus
dihitung teliti



2.2.2. Memotong bentuk

Bentuk yang telah digambarkan di atas pola, dipotong menggunakan jig saw
sebagaimana disajikan pada Gambar 4, lalu bagian kasar diampelas. Hal
terpenting di dalam proses pemotongan tersebut dalam sistem lacak balak
bukanlah kerapihan bentuknya, tetapi berapa proporsi baru antara balak
terlacak dengan tidak terlacak pada komponen potongan yang baru.



Gambar 4. Pemotongan Bahan Sesuai Pola

Diperlukan penandaan yang sangat teliti apabila ingin mengetahui secara
akurat jumlah bahan terlacak (certified wood) yang terbuang atau terpakai.
Disarankan menggunakan prinsip sederhana dalam menduga jumlah bahan
certified dengan membuat faktor pengali proporsional. Apabila bahan rakitan
awal diketahui memiliki volume A m3 dengan proporsi komponer
certified:uncertified dalam rakitannya 6:4, maka asumsikan saja tidak terjadi
perubahan komposisi 6:4 tersebut.

2.2.3. Mengerjakan Bahan

Potongan bawah (B) dibuat dari kayu ukuran inci. Sisi-sisinya dibuat miring
dengan menggunakan router, table saw, atau ketam lalu ampelas hingga
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
205
9

halus. Lubang-lubang dibuat untuk memasukkan skrup pada bagian sisi.
Bagian sisi bawah (A) dibentuk miring sebagaimana Gambar 5.



Gambar 5. Mengerjakan Bahan Perkakas

2.2.4. Merakit dan Pengerjaan Akhir

Komponen yang telah dikerjakan dirakit menggunakan lem pada setiap sisinya,
lalu diperkuat dengan skrup sebagaimana Gambar 6. Beberapa bagian yang
tampak terbuka, misalnya celah dan lubang bekas kepala skrup, dapat ditutup
menggunakan dempul, lalu diwarnai dan difinishing.
Tidak banyak kasus lacak balak yang ditemukan pada proses perakitan dan
pengerjaan akhir. Beberapa rancangan ada yang menggunakan pasak (pin)
kayu sebagai penyambung dan penguat atau penyumbat (plug) dari kayu untuk
lubang-lubang skrup. Namun demikian, penggunaan pasak dan sumbat
tersebut jumlahnya relatif sedikit dan tidak merubah banyak proporsi kayu.
Permasalahan lingkungan acapkali mengemuka dikarenakan penggunaan
bahan-bahan pewarna atau cat. Produk mainan anak sudah melarang
penggunaan bahan resin melamin dan poliuretan sebagai coating, tetapi harus
menggunakan resin nitrosellulosa (NC). Alat-alat perkantoran untuk keperluan
interior tidak direkomendasikan menggunakan pelapis melamin (melamine
sealer) karena emisi Volatile Organic Compound (VOC) yang mengiritasi mata
hingga beberapa minggu.
206
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
10



Gambar 6. Proses Perakitan

2.2.5. Menghitung Penggunaan Bahan

Setiap bahan yang dipergunakan didaftar dan direkapitulasi perhitungan
akhirnya untuk mengetahui proporsi bahan certified dan uncertified. Selain itu,
daftar terakhir bahan juga dapat dipergunakan untuk menduga Sortimen kayu
yang digunakan dan efisiensi penggunaannya. Sebagai contoh akan digunakan
kasus rancangan produk buaian bayi di atas.
Daftar potongan komponen yang dipergunakan pada produk buaian bayi (BB1)
di atas telah didaftar sebagai berikut :
Komponen A = sisi samping, ukuran potongan x 6 x 20 atau
1.905 cm x 15.24 cm x 50.80 cm = 2 pcsIC dan TQM
Komponen B = alas, ukuran potongan x 10 x 21.5 atau
1.905 cm x 64.516 cm x 54.61 cm = 1 pcs
Komponen C = bagian sisi kepala, ukuran potongan x 6,75 x 8,75 atau
1.905 cm x 17.145 cm x 22.22 cm = 1 pcs
Komponen D = bagian sisi kaki, ukuran potongan x 7.75 x 9 atau
1.905 cm x 19.685 cm x 22.86 cm = 1 pcs
Komponen E = bagian kaki, ukuran potongan x 4 x 17
1.905 cm x 10.16 cm x 43.18 cm
Hasil analisis komponen selanjutnya disajikan pada Tabel 4.

Selanjutnya bahan yang dipergunakan harus diprediksikan berdasarkan
Sortimen komersial yang tersedia di pasar. Sortimen di pasar harus dibeli
dalam ukuran standar, tidak mungkin hanya dipesan seukuran produk. Apabila
dihitung sebagai Sortimen standar, maka pemilihan bahan dapat disajikan
pada Tabel 5 berikut.

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
207
11


Tabel 4. Hasil Analisis Komponen Produk BB1



Tabel 5. Penggunaan Sortimen Komersial Untuk Komponen




Optimasi penggunaan bahan tentu menjadi bagian dari proses perencanaan
produksi sehingga hasil pada Tabel 5 masih dapat diperbaiki. Apabila kondisi
penyediaan sertifikasi hutan lestari dapat diprediksikan, maka pada kasus di
atas perhitungan lacak balak dapat diilustrasikan sebagaimana Tabel 6
Apabila rancangan mempersyaratkan sertifikasi lacak balak, maka harus
diperoleh bahan blockboard yang telah bersertifikat atau dilakukan penggantian
dengan bahan kayu solid.
Perhitungan bahan pembantu lainnya pada kasus di atas sangat mudah
dilakukan dengan memperhatikan standar-standar penggunaannya.
Penggunaan paku dapat dihitung dari gambar perakitan produk. Konsumsi
perekat dihitung menggunakan standar berat labur antara 35-40 gram/ft2
bidang rekat, dan penggunaan cat per luas permukaan yang dicat.


208
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
12

Tabel 6. Pendugaan Pemenuhan Lacak Balak



2.3. Tahap Uji Produksi Komersial

2.3.1. Studi Gerak dan Waktu
Kecepatan produksi per unit sangat ditentukan oleh kecepatan produksi
komponen. Data produksi tersebut hanya dapat diperoleh melalui uji coba
pembuatan produk dalam skala pabrik. Beberapa kendala dalam produksi
skala pabrik akan dapat dikenali, sehingga mudah untuk perbaikannya. Salah
satu alat yang dapat dipergunakan adalah kajian gerak dan waktu (time and
motion study). Tahapan proses yang akan dilalui saat memproduksi suatu
produk terlebih dahulu ditetapkan berdasarkan hasil uji coba saat pembuatan
prototype. Pada kasus sebagaimana pembuatan produk BB1 di atas, unit
proses yang dilalui disajikan pada Tabel 7.
Setiap tahapan proses dilakukan pemeriksaan waktu pengerjaannya dengan
menggunakan pencatat waktu (stop watch). Pencatatan tersebut dilakukan
bersamaan dengan uji coba pembuatan produk pada skala pabrik. Pencatatan
tersebut penting mengingat perusahaan mungkin tidak hanya mengerjakan
satu jenis pekerjaan saja, tetapi produksi beberapa order sekaligus. Tabel 8
memberikan contoh bagaimana studi waktu dilakukan terhadap salah satu unit
proses pada rantai proses produksi contoh kasus BB1.
Tabel 7. Unit Proses Yang Diperlukan Untuk Produksi Produk BB1

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
209
13

Tabel 8. Studi Waktu Terhadap Salah Satu Unit Proses Pada Rantai
Proses Produksi



Tabel 9. Contoh Studi Waktu Yang Dipergunakan Untuk Menghitung Waktu
Proses Produk BB1, Komponen A



2.3.2. Analisa Biaya

Setelah uji coba produksi pada skala komersial pabrik, maka proses
selanjutnya adalah menghitung biaya produksi dari unit produk yang diteliti.
Penghitungan biaya dilakukan dengan membagi komponen biaya sebagai
berikut :


210
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
14

A. Biaya Produksi

A1. Biaya Peubah (Variabel Costs)

Adalah biaya yang dipengaruhi oleh jumlah unit produksi, termasuk di
dalamnya komponen biaya semi variabel, seperti di antaranya:
a. Biaya bahan baku
b. Biaya bahan pembantu
c. Biaya listrik dan tenaga uap;
d. Supplies pabrik
e. Tenaga kerja langsung.

A2. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produksi, tetapi yang
langsung dipergunakan oleh aktifitas produksi:
a. Tenaga kerja tak langsung di produksi
b. Reparasi dan pemeliharaan pabrik
c. Transportasi dalam pabrik
d. Asuransi pabrik
e. Administrasi dan umum pabrik
f. Penyusutan mesin pabrik.

B. Biaya Non Produksi

B1. Administrasi Umum dan Perkantoran

a. Gaji, Tunjangan, dan Jaminan
b. Alat Tulis Kantor
c. Telfon, Fax, Internet, dan Konverensi;
d. Listrik Kantor;
e. Operasional Kendaraan;
f. Sumbangan dan entertainment;
g. Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
h. Asuransi Sarana Perkantoran
i. Tunjangan Hari Raya
j. Legal
k. Amortisasi

B2. Biaya Pemasaran

a. Gaji, Tunjangan, dan Jaminan
b. Administrasi Pemasaran
c. Biaya Ekspor
d. Perjalanan Dinas
e. Biaya promosi dan komisi penjualan



Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
211
15

B3. Biaya Administrasi Keuangan

a. Gaji, Tunjangan, dan Jaminan
b. Administrasi Keuangan
c. Biaya Akuntan
d. Administrasi Bank
e. Pajak

Jumlah biaya bagian A akan menghasilkan Harga Pokok Produksi, dengan
perhitungan:
A1 + A2
Harga Pokok Produksi Per Unit =
Jumlah Produksi

Jumlah biaya bagian A+B akan menghasilkan Harga Pokok Penjualan, dengan
perhitungan:
A + B
Harga Pokok Penjualan Per Unit =
Jumlah Penjualan

Perlu diperhatikan bahwa jumlah unit terjual belum tentu sama dengan jumlah
unit produksi karena ada kemungkinan penurunan grade atau rusak.


BAB III
PERENCANAAN PRODUKSI

3.1. Perencanaan Dalam Manufaktur

Perencanaan dalam manufaktur dilaksanakan setelah memperoleh masukan
dari rencana pemenuhan order yang dibuat oleh bagian pemasaran. Sejumlah
order dari kontrak yang telah disepakati disusun dalam format khusus sesuai
dengan target pengiriman (Estimated Time Delivery-ETD), bahkan ada
perusahaan yang telah berani mencantumkan Estimated Time Arrival (ETA).
Perencanaan dalam manufaktur dilakukan secara menyeluruh dengan
menyusun jadwal :
1) Rencana produksi;
2) Rencana pengadaan bahan;
3) Rencana pemeliharaan mesin dan fasilitas pabrik;
4) Rencana pengaturan sumberdaya tenaga kerja.
Rencana produksi adalah dasar perhitungan untuk rencana-rencana
berikutnya. Keluaran dari aktifitas ini adalah bentuk perencanaan fisik, berupa
perhitungan volume, tingkat mutu, dan efisiensi. Perencanaan produksi
diteruskan dengan penentuan anggaran (budgeting) untuk memperoleh
gambaran biaya keseluruhan untuk aktifitas produksi tersebut. Secara umum
proses perencanaan manufaktur disajikan pada Gambar 7.
212
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
16

Data yang diperlukan pada perencanaan produksi cukup banyak di antaranya :
1) Rencana pemenuhan order;
2) Kapasitas mesin yang tersedia;
3) Tingkat pencapaian mutu yang diinginkan;
4) Standar satuan kerja per unit proses;
5) Posisi sediaan, baik sediaan bahan baku maupun sediaan produk jadi.
Khusus untuk perencanaan produksi yang dikaitkan dengan lacak balak,
perencanaan produksi harus dihubungkan dengan informasi tambahan
mengenai ketersediaan bahan baku maupun sediaan produk jadi yang telah
bersertifikat.
Perencanaan produksi pada industri meubel melibatkan keahlian production
mix yang baik agar dapat memanfaatkan sisa-sisa potongan kayu yang
tersedia. Industri meubel banyak sekali menghasilkan scrap, beberapa di
antaranya memiliki ukuran cukup besar. Beberapa perusahaan terbiasa
menyimpan sisa-sisa potongan produksi menjadi bahan sediaan, walaupun
nilai ekonomis bahan sediaan tersebut sudah dimasukkan ke dalam produk
sebelumnya.
Production mix yang memadukan sejumlah bahan baku dalam sediaan, harus
menyediakan wahana yang dapat dipergunakan untuk memantau klasifikasi
bahan, khususnya uncertified dan certified, walaupun sebenarnya prinsip
terbaru lacak balak yang dikeluarkan oleh FSC meringankan penggunaan
bahan baku limbah.
Tabel 10. Contoh rencana pemenuhan order


3.2. Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi dilakukan untuk menerjemahkan rencana pemenuhan
order yang sudah disusun oleh Bagian Pemasaran. Perencanaan produksi
disusun umumnya dalam format harian sehingga memudahkan pengawasan
pencapaiannya.
Penyusunan perencanaan produksi harus mempertimbangkan posisi sediaan,
sehingga rencana kerja yang dibuat harus benar-benar real dan sediaan dapat
digerakkan. Sediaan yang umumnya tidak terekam di dalam pangkalan data
bagian pemasaran adalah Persediaan Dalam Proses (PDP) sehingga tidak
diperhitungkan dalam penyusunan rencana pemenuhan order. Perlu dilakukan
consensus di dalam suatu perusahaan mengenai konversi PDP, agar basis
perhitungannya sama. Panduan umum yang dapat dilaksanakan adalah
sebagai berikut :
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
213
17

1) Apabila bahan baku kayu dimulai dari kayu gergajian basah, maka semua
bahan dalam proses yang belum dikeringkan dikonversikan sebagai Green
Sawn Timber (GST) atau Kayu Gesek;
2) Semua bahan dalam proses yang belum mengalami perubahan bentuk fisik
dan sudah kering, di mana dimensi panjang-lebar-tebal masih jelas
batasnya, maka dikonversikan sebagai Dried Sawn Timber (DST) atau
Kayu Gergajian Kering;
3) Semua bahan dalam proses yang telah menjadi komponen dan siap dirakit,
maka dalam perhitungannya dikonversikan sebagai produk rakitan jadi.
Proses konversi tersebut sangat diperlukan saat perusahaan akan menduga
berapa rendemen produksi. PDP diperoleh dari suatu kegiatan yang disebut
stock op name, sehingga jumlah dan besarannya tercatat hanya pada satu
satuan waktu, yakni pada saat dilakukan penilaian. Keberadaan PDP dapat
membantu penentuan jadwal pemenuhan order di mana tahap produksi
menjadi lebih pendek, dengan demikian maka produktifitas pada periode waktu
tersebut dapat meningkat.
Informasi lain yang diperlukan pada proses perencanaan produksi adalah
kapasitas produksi. Kapasitas produksi suatu perusahaan pada produksi
meubel akan berbeda-beda bergantung pada model rancangan produk yang
dibuat. Apabila model rumit, maka kapasitas produksi dapat menurun
dibandingkan pengerjaan model yang sederhana. Metoda paling konvensional
menentukan kapasitas produksi suatu perusahaan adalah dengan menemukan
bottle neck produksi. Besar kapasitas unit proses yang menjadi bottle neck
adalah cerminan kapasitas produksi operasi.
Peramalan produksi dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, sesuai
dengan kebutuhannya. Beberapa macam tipe peramalan yang biasa
dipergunakan disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Tipe Peramalan Berdasarkan Kegunaan

Data produksi tahun sebelumnya dapat saja dijadikan sebagai dasar
perhitungan, apalagi bila permintaan tetap konstan tetapi mempunyai variasi
cukup banyak, maka boleh menggunakan peramalan konstan. Sebagai contoh
misalnya disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Contoh Permintaan Kursi Pada Tahun 2005

214
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
18

Metoda sederhana penyusunan rencana produksi dilakukan oleh industri
dengan menggunakan data dari rencana pemenuhan order. Cara ini
dipergunakan hampir seluruh industri perkayuan, terutama pola produksi job
order. Pendekatan yang dipergunakan adalah plotting produksi sebagaimana
disajikan pada Tabel 13. Rencana produksi disusun harian mengikuti jadwal
pemenuhan order. Dalam satu hari dilakukan bauran produksi, terdiri dari
beberapa model, sepanjang komponen yang dipergunakan sama.

Tabel 13. Contoh Rencana Produksi


Setiap perusahaan, menggunakan data perancangan sebagaimana bab
sebelumnya, memiliki standar kemampuan produksi per satuan waktu.
kemampuan produksi tersebut dapat dihitung dalam satuan per jam atau dapat
pula per hari. Kolom paling kanan pada Tabel 13 harus tidak boleh lebih besar
dari kapasitas produksi perusahaan per harinya.
Selanjutnya perhatikan jumlah produksi (Rencana Produksi) pada baris paling
bawah, tidak sama dengan jumlah order (Rencana Shipment = RS) dari
masing-masing buyer. Perhitungan jumlah harian produksi dilakukan dengan
mempertimbangkan jumlah produk rusak yang tidak dapat terjual. Apabila
dibandingkan maka:

Rencana Shipment
Grade terjual = x 100%
Rencana Produksi


Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
215
19

BAB IV
PRODUKSI DAN PENANGANAN BAHAN DALAM
PROSES

Kegiatan produksi untuk industri meubel sangatlah banyak variasinya,
bergantung pada bentuk rancangan yang dibuat. Tidak ada keseragaman
bentuk karena di dalamnya terkandung unsur seni yang sangat tak terukur.
Penggunaan bahan meubel bahkan tidak hanya terbatas pada kayu dan rotan,
tetapi meluas menggunakan berbagai bahan alam dan sintetik.
Di Indonesia pernah dilakukan pengelompokan antara industri meubel dan
komponen oleh Masyarakat Perhutanan Indonesia yakni :
1) Indonesian Sawn Timber and Woodworking Industry (ISA/ISWA), yakni
mengelompokkan semua industri primer kayu mulai dari menggergaji kayu
sampai dengan membuat komponen, tetapi belum dirakit. Industri yang
memproduksi kayu gergajian (Sawn Timber), Smooth Two Sides (S2S),
Smooth Four Sides (S4S), Profile, Dowell, Laminating Board, Laminating
Block, dan beberapa produk lainnya;
2) Asosiasi Meubel dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO), yakni
mengelompokkan semua industri pengolahan kayu yang merakit komponen
menjadi bentuk produk yang memiliki fungsi sebagai perlengkapan rumah
tangga atau hiasan, baik dikerjakan hingga selesai maupun setengah jadi.
Pada prakteknya saat ini, pengelompokkan tersebut tidak lagi menjadi bagian
yang harus kaku. Industri Meubel di Indonesia saat ini telah mengerjakan
bahan mulai dari penggergajian kayu hingga perakitan produk. Industri meubel
tertentu melakukan ekspansi ke industri wood working atau sebaliknya banyak
sekali industri wood working yang menambah unit perakitan meubel.

4.1. Persiapan Bahan

4.1.1. Penggergajian Kayu

Sebaiknya, kayu bundar digergaji menurut pengelompokkannya, sehingga
kayu yang telah bersertifikat tidak tercampur dengan yang belum. Pemisahan
tersebut tidak harus dilakukan dalam bentuk pemisahan fisik unit mesin, dapat
juga menggunakan tata waktu atau pergiliran produksi.
Kayu yang memiliki ukuran besar, umumnya berdiameter lebih dari 40 cm,
disarankan dibelah terlebih dahulu menggunakan log breaker. Selain
memudahkan penanganan pada proses selanjutnya, penggunaan log breaker
juga untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mengurangi porsi sebetan
(slab). Gambar 7 memperlihatkan proses log breaking.
216
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
20


Gambar 7. Log Breaking

Penggalan dari log breaking, dibelah (digesek) menggunakan gergaji pita
(Band Saw) menjadi sortimen papan atau balok. Ukuran papan dan balok
sangat beragam sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pasar komersial
umumnya menyediakan papan ukuran tebal 2-3 cm dengan lebar 20-25 cm,
sementara balok tersedia ukuran 10x5 cm, 5 x5 cm, atau 5x10 cm. Istilah
pasar, khususnya pasar dalam negeri, mengenal istilah reng, yakni balok
ukuran kecil dapat mencapai 2x3 cm. Perusahaan yang melakukan
pembelahan kayu untuk keperluan sendiri, umumnya tidak mempermasalahkan
lebar standar guna mengefisienkan penggunaan sebetan (slab).
Sejumlah besar perusahaan menerapkan ketentuan borongan pada proses
penggesekan kayu, mengingat pekerjaan tersebut memerlukan kekuatan fisik
yang besar. Pekerjaan borongan pada penggesekan kayu beresiko tinggi di
antaranya adalah :
1) Tidak memperdulikan keselamatan kerja;
2) Tidak memperdulikan mutu;
3) Tidak mempedulikan pemisahan antara bahan baku bersertifikat dan tidak.
Kayu pinus atau tusam memiliki kulit kayu sangat tebal, dapat mencapai 1 cm
untuk diameter kayu 30-40 cm, sehingga bila tidak cermat saat pengupasan
akan menyebabkan recovery rates jatuh. Tabel 14 menyajikan permasalahan
lacak balak penting pada proses persiapan bahan baku.

Tabel 14. Permasalahan Lacak Balak Pada Persiapan Bahan Baku

No

Satuan
Operasi
Permasalahan Lacak-
balak
Alternatif Penyelesaian

1.
Log Breaking

- Kehilangan tanda-tanda
fisik, untuk lacak balak
apabila menggunakan
sensor fisik pada kayu;
- Bercampur antara yang
terlacak dan tidak terlacak

- catat ulang tanda fisik pada
form sebelum kayu dibelah;


- pemisahan kayu
bersertifikat dan tidak,
dengan penjadwalan
produksi
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
217
21

2.
Saw Milling

Penggesekan yang tidak
terkendali karena mengejar
target;
disediakan petugas khusus
yang melakukan penandaan
dan pemisahaan
3.
Stick Racking

Mencukupkan jumlah bilah
yangdisusun dengan bahan
yang bukan bersertifikasi.

boleh dicampur tetapi diberi
tanda, sebaiknya
mengelompok pada salah satu
sisi palet;


Gambar 8. Band Saw

4.1.2. Penyusunan Bilah

Setelah dibelah menjadi papan atau balok, kayu umumnya langsung disusun
dalam suatu palet, berbentuk tumpukan. Bila menggunakan stick (bilah
penyangga), maka kayu disusun berlapis-lapis dan dibuat berlawanan arah
setelah dipisahkan dengan stick. Apabila tidak menggunakan stick, maka
sortimen disusun saling berlawanan arah setiap lapisnya.
Keperluan menyusun kayu dalam bentuk susunan tertentu dimaksudkan untuk
beberapa tujuan berikut :
1) melancarkan sirkulasi saat pengeringan;
2) mengoptimalkan kapasitas Kiln Dryer;
3) memudahkan pengelompokan grading kayu;
4) menyeragamkan kekeringan kayu;
5) memudahkan transportasi.
218
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
22


Gambar 9. Wood Stacking Dan Penandaan

4.1.3. Regrading Kayu Gergajian (Sawn Timber)

Bagi perusahaan yang tidak melakukan pembelahan kayu sendiri, yakni
membeli kayu gergajian, maka proses penyusunan dilakukan terhadap kayu
yang telah di-regrade saat penerimaan. Bagi perusahaan yang membelah kayu
sendiri, regrading umum dilakukan setelah proses pengeringan.
Kegiatan regrading kayu dilakukan sama tujuannya dengan regrading kayu
bundar. Berbagai alasan seperti keragaman grade, kemungkinan kerusakan
selama perjalan, atau hal lain yang dapat menyebabkan grade berbeda antara
invoice grade dengan physical grade.
Proses regrading harus dilakukan dengan tetap memperhatikan dokumen
bahan masuk, khususnya kemungkinan pencampuran antara kayu yang
memiliki lacak-balak dengan yang tidak. Hendaknya tidak memaksakan
pencampuran status lacak balak hanya untuk tujuan pemenuhan target volume
produksi.

4.2. Pengawetan Kayu

Beberapa kayu bahan meubel, khususnya kayu dengan kelas awet sangat
rendah seperti kayu karet (Hevea brasiliensis), umumnya diawetkan terlebih
dahulu sebelum digunakan. Proses pengawetan adalah memasukkan bahan
kimia pengawet ke dalam kayu. Salah satu bahan kimia yang sangat poluler
adalah larutan asam borax. Proses pengawetan dapat dilakukan dengan
berbagai metoda seperti misalnya perendaman, pengecatan, hingga proses
vacum.
Proses pengawetan Vacum adalah memasukkan sortimen ke dalam tangki
vacum, lalu mengalirkan larutan pengawet yang dihisap dari satu sisi ke sisi
berikutnya. Dengan tekanan tinggi, larutan pengawet dipaksa penetrasi ke
dalam pori-pori kayu. Proses vacum dinilai paling efektif dibanding metoda
lainnya.
Produsen umumnya mengoptimalkan penggunaan ruang dalam tangki vakum,
sehingga berbagai sortimen dimasukkan. Problem penting yang harus
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
219
23

diperhatikan adalah adanya kemungkinan pencampuran sortimen yang
terlacak balak dengan sortimen yang tidak terlacak balak di dalam tangki
vacum.
Disarankan proses vacum sebaiknya dilakukan per batch dengan partai kayu
sesuai dengan penandaan, tidak memaksakan pencampuran dengan bahan
lain. Apabila kapasitas kurang, hendaknya melakukan pemilihan terhadap kayu
terlacak walaupun dari susunan palet berbeda.

4.3. Pengeringan

4.3.1. Pengeringan Udara (Air Dry)

Kapasitas pengeringan dapat ditingkatkan dengan terlebih dahulu melakukan
pengeringan secara alami menggunakan sinar matahari. Proses ini dapat
membantu penurunan kadar air hingga 16% secara teoritik, namun demikian
kadar air 18-20% sudah sangat membantu beban pengeringan Kilang.
Sortimen yang telah disusun tersebut dibiarkan di udara terbuka sehingga
terjadi proses pengeringan secara alami selama sekitar 6-10 hari. Namun bila
perusahaan mengerjakan kayu pinus, sengon, atau karet disarankan untuk
tidak melakukan pengeringan udara lebih dari tiga hari karena akan cepat
terserang blue/black stain ( Aspergillus niger) dan bubuk kayu.
Karena tidak ada pergerakan bahan berarti, maka peluang kontaminasi atau
bercampurnya kayu pada proses ini hampir tidak mungkin. Walaupun
demikian, disarankan tetap menyediakan areal khusus yang memungkinkan
pemisahan dan penandaan tumpukan kayu.
Proses pengeringan udara bukan rantai proses wajib dalam pengolahan kayu,
tetapi pilihan yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Apabila kapasitas Kiln
Dryer memadai, maka proses ini boleh dilangkahi.

4.3.2. Pengeringan Kilang

Pengeringan kilang dilakukan dengan mengunakan mesin pengering yang
disebut kilang atau Kiln Dryer. Kilang memperoleh sumber panas dari berbagai
sumber, ada yang menggunakan kukus (steam), udara panas dari pembakaran
minyak atau kayu bakar, atau elemen pemanas listrik.
Penggunaan kukus yang dibangkitkan dari ketel uap sangat populer karena
lebih efisien dalam penggunaan bahan bakar dengan hasil pengeringan yang
seragam. Gambar 12 memperlihatkan ketel uap skala kecil yang dapat
dipergunakan sebagai pembangkit uap.
Kayu disusun di dalam ruang pengering kilang yang populer disebut dengan
Chamber. Chamber memiliki alat kelengkapan seperti pemanas (heater), kipas
pemanas (heating fan), pengatur sirkulasi udara (damper), sensor panas
(thermocouple), perangkat transportasi (lorry dan hoist). Chamber berukuran
besar, mulai dari 10 m3 hingga 75 m3, maksudnya dapattmenampung jumlah
tumpukan kayu antara 10-75 m3, tergantung rancangannya.
220
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
24


Gambar 10. Ketel Uap Untuk Pembangkit Kukus

Pengeringan di dalam chamber sebaiknya menampung kayu dengan
penandaan seragam atau dalam palet yang memiliki tanda sama guna
menghindari pencampuran. Selain itu, keseragaman spesies yang dikeringkan
juga menjadi penentu laju proses pengeringan. Bahkan secara teoritik, kadar
air awal kayu yang dikeringkan sebaiknya seragam agar pengeringan kayu
merata dalam suatu chamber.


Gambar 11. Chamber Pada Mesin Kiln Dryer

Pada praktek pengeringan kayu, perusahaan acapkali mengoptimalkan
penggunaan ruang pengering dengan memasukkan kayu sebanyak-
banyaknya. Perlu diperhatikan kemungkinan pencampuran antara kayu yang
terlacak balak dengan yang tidak terlacak balak. Proses pencampuran tersebut
tidak dilarang sepanjang penandaan pada palet cukup memadai dan mudah
dipisahkan setelah pengeringan.
Kadar air kayu yang dihasilkan dari proses pengeringan umumnya berkisar
antara 10-12%, namun demikian beberapa species kayu dapat mengalami
penurunan kadar air hingga 8%. Setelah keluar kilang, penyerapan uap air dari
udara dapat berlangsung menuju keseimbangan baru bahkan mencapai 14%.

Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
221
25

4.4. Pembahanan

4.4.1. Pemotongan Panjang (Cross Cutting)

Pemotongan panjang adalah tahap awal pembahanan, di mana sortimen yang
akan dipergunakan dipotong sesuai panjang yang diinginkan komponen.
Pemotongan panjang dilakukan untuk membuang bagian ujung kayu pada arah
panjang yang tidak rata, lalu membagi panjang menjadi beberapa ukuran
komponen secara optimal.
Mesin pemotong yang umum dipergunakan adalah Cross cut, baik yang
digerakkan vertikal maupun horisontal (arm saw). Kayu ukuran reng mungkin
dapat dipotong menggunakan Arm Saw, namun kayu ukuran balok umumnya
menggunakan Cross Cut vertikal.
Permasalahan keamanan lacak balak pada unit proses pemotongan panjang
dapat terjadi sebagaimana kasus Tabel 15.

Tabel 15. Permasalahan Lacak Balak Pada Proses Pemotongan Panjang


Perlu diperhatikan agar melakukan pemisahan dengan seksama antara
potongan kayu yang masih memiliki ukuran ekonomis dengan yang tidak.
Penyimpanan potongan bilah yang tidak ekonomis (scrap) hanya akan
menambah timbunan sampah dengan berbagai kerugian seperti misalnya
peluang kebakaran, menghabiskan ruang, dan mempersulit pengendalian
produksi.
Pada proses pemotongan panjang dihasilkan serbuk gergaji cukup banyak
yang menjadi bagian perhitungan di dalam penentuan recovery. Apabila
memungkinkan, hendaknya dipasang host untuk exhaust fan debu gergaji guna
memberikan kenyamanan kerja bagi karyawan.
Mesin Cross Cut termasuk mesin pembahanan yang dapat dipergunakan lebih
dari satu kali. Proses sesudahnya masih mungkin kembali lagi ke mesin ini
untuk diproses sehingga pengoperasiannya mungkin cukup sibuk. Arm saw
termasuk mesin yang sangat tinggi frekwensi penggunaannya dalam proyek
ini.




222
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
26

4.4.2. Pengetaman (Planing)

Setiap komponen memerlukan persyaratan ketebalan kayu tertentu, sehingga
ukuran sortimen harus ditipiskan dengan menggunakan pengetam. Apabila
ketebalan tatal yang ingin dibuang sangat besar, dapat dipilih Double Side
Planner, yakni ketam dengan dua sisi mata pisau. Ketam yang hanya memiliki
satu mata pisau disebut dengan Single Side Planner, dan banyak
dipergunakan pada industri meubel skala kecil. Prinsip kerja ketam adalah
menatal satu permukaan, biasanya sisi lebar dari sortimen, pada arah
memanjang serat. Bahan yang semula dimasukkan memiliki ketebalan tertentu
akan keluar mesin dengan ketebalan yang diharapkan. Proses pengetaman
disajikan pada Gambar 12.
Selain untuk menipiskan ukuran sortimen, ketam juga dipergunakan untuk
meratakan permukaan kayu yang bergelombang. Permukaan bergelombang
terjadi karena proses penggesekan, pengeringan, atau bahkan dari produk
rakitan (composites). Ciri bahwa produk sudah diketam dapat dilihat pada
bagian sisi lebarnya yang bersih seperti baru dikupas.
Proses pengetaman pada industri meubel diperlukan untuk mengolah sortimen
dan juga kayu rakitan. Dengan demikian proses ini dilalui oleh sedikitnya dua
aktifitas, sehingga peluang pencampuran bahan dapat terjadi. Namun demikian
pemisahan fisik sangat mudah dilakukan berdasarkan ukuran lebar dari
sortimen yang dikerjakan serta dari kenampakan sambungan di permukaan.


Gambar 12. Proses Pengetaman Kayu

Pengetaman dapat pula dilakukan pada bagian sisi tebal, menggunakan mesin
yang disebut Thicknesser. Mesin ketam samping ini memiliki pisau tunggal dan
umumnya dalam posisi terbuka atau dapat tampak langsung. Kayu yang
diketam umumnya hanya sorrtimen tunggal, bukan rakitan karena meja
kerjanya dirancang sedemikian rupa untuk kayu dengan lebar terbatas.
Gambar 13 berikut adalah contoh Thicknesser.
Bagi industri yang perputaran kayu dalam prosesnya cepat, penandaan wajib
dilakukan terhadap produk yang telah diketam. Lakukan pemisahan dengan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
223
27

palet yang berbeda, baik antar sortimen, antar tahap pengerjaan, juga antar
jenis kayu yang telah terlacak-balak dengan tidak terlacak balak.
Perlu menjadi perhatian bagi tenaga kerja karena proses pengetaman
berpotensi untuk menimbulkan gangguan kebisingan dan debu. Pekerja
sebaiknya menggunakan alat pelindung diri (APD) berupa sumbat telinga (Ear
plug), kacamata plastik, dan masker kain. Jangan menarik bahan tersangkut di
dalam mesin dengan jari tangan, tetapi harus menggunakan kayu atau alat
pendorong.


Gambar 13. Mesin Ketam Samping

4.4.3. Perajangan (Ripping)

Perajangan dilakukan untuk memperoleh komponen dengan lebar tertentu dari
sortimen yang diolah. Perajangan dapat dimaksudkan untuk membagi papan
menjadi beberapa ukuran atau dapat pula ditujukan untuk menghilangkan sisi
lebar sortimen yang tidak rata. Produk limbah dari perajangan berupa bilah
kayu memanjang namun lebarnya relatif kecil mungkin kurang dari 3 cm.
Sortimen berukuran lebar tertentu, antara 15 sampai 30 cm, dirajang menjadi
komponen dengan lebar seragam antara 4-10 cm. Apabila sortimen yang
dikerjakan lebar dan ingin menghasilkan banyak bilah, maka dipergunakan
mesin pejarang dengan banyak pisau atau disebut Multi Gang Ripsaw
(Multirip). Namun bila hanya merajang satu potongan bilah, maka dapat
menggunakan Single Gang Ripsaw (Singlerip) atau gergaji meja biasa (Table
saw).
Permasalahan lacak balak proses perajangan lebih berpeluang terjadi
pencampuran bahan pada outfeed atau keluaran proses. Beberapa alternatif
untuk mengatasi persoalan lacak balak pada proses perajangan adalah :
1) menyediakan petugas khusus yang menata secara cepat bilah yang keluar
dari proses perajangan, sehingga kayu dari sortimen terlacak dapat
dipisahkan dengan yang tidak;
2) mengatur sedemikian rupa agar perajangan dilakukan bertahap, artinya ada
pemisahan batch antara kayu dari sortimen terlacak dengan yang tidak
terlacak;
224
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
28

3) apabila memiliki jumlah mesin perajang yang banyak, boleh pula melakukan
pemisahan lini produksi, yakni perajangan kayu terlacak balak dipisahkan
mesinnya dengan kayu belum terlacak.

4.5. Pembuatan Komponen

4.5.1. Penyambungan (Jointing)

Proses penyambungan pada prinsipnya adalah memadukan beberapa bilah
kayu pada arah memanjang agar diperoleh panjang yang sesuai dengan
keinginan. Penyambungan kayu dilakukan untuk beberapa alasan berikut :
1) Keterbatasan sumberdaya alam kayu, terutama spesies tertentu yang dinilai
langka, memerlukan pemikiran khusus agar tetap dapat ditampilkan pada
produk;
2) Kayu tertentu seperti tusam atau pinus, memiliki mata kayu dengan jarak
yang berdekatan, sehingga harus dibuang;
3) Tujuan dekoratif, yakni menghasilkan motif yang diinginkan;
4) Efisiensi penggunaan sumberdaya alam kayu.
Proses dan jenis-jenis sambungan banyak macam ragamnya, namur untuk
pembuatan komponen paling populer dipergunakan dua macam yakni :
1) sambungan puntung (butt joint);
2) sambungan jari (finger joint).
Namun demikian, sambungan puntung umumnya harus dikombinasikan
dengan pelapisan (laminating), sehingga tidak dapat berdiri sendiri sebagai
sambungan panjang. Proses penyambungan jari lebih populer untuk
menghasilkan panjang kayu tertentu.
Perlu diketahui bahwa sambungan tunggal memanjang tidak dapat
dipergunakan sebagai bahan yang memenuhi persyaratan konstruksi. Apabila
akan dipergunakan sebagai bahan untuk kekokohan konstruksi, sambungan
tunggal memanjang harus dipadukan dengan pelapisan. Kekuatan
penyambungan sangat bergantung pada perekat yang dipergunakan.
Tahapan penyambungan yang standar dan telah tersusun dalam mesin
penyambung di antaranya adalah :
1) pemotongan sisi panjang, agar permukaan rata pada potongan
melintangnya. Pada sambungan puntung pisau potong hanya gergaji biasa,
tetapi pada sambungan jari mesin potong dirancang khusus agar potongan
berbentuk jeruji;
2) pencampuran perekat pada mixer apabila menggunakan resin (urea
formaldehida atau fenol formaldehida). Pencampuran tidak diperlukan bila
menggunakan perekat Poli Vinil Asetat (PVAc) atau dikenal dengan perekat
warna susu;
3) aplikasi perekat menggunakan aplicator, namun beberapa perusahaan
menggunakan kuas secara manual;
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
225
29

4) pengempaan dingin dan pengempaan panas;
5) mesin potong produk sambungan yang dapat diatur untuk kepanjangan
tertentu,

Persoalan lacak-balak paling krusial terjadi pada proses penyambungan, di
mana berbagai sortimen dapat disambung tanpa dapat dilacak dengan mudah.
Karena tingkat kesukaran yang tinggi untuk menelusuri kayu pada saat produk
rakitan sudah terbentuk, maka disarankan melakukan hal-hal berikut :
1) Proses penyambungan harus dilakukan malalui pemisahan batch, artinya
suatu batch hanya untuk kayu terlacak tidak boleh dicampur dengan kayu
yang belum jelas asal-usulnya;
2) Bila memungkinkan, lakukan pemisahan mesin antara kayu terlacak
dengan yang belum;
3) Siapkan palet untuk pemisahan terhadap produk sambungan;
4) Gunakan identifikasi catatan dan label pada kayu, baik bahan masuk yang
akan disambung maupun produk sambungannya.
Beberapa perusahaan tidak memiliki mesin penyambung sendiri, tetapi
menggunakan jasa perusahaan lain atau justru membeli produk yang sudah
disambung. Identifikasi produk sambungan yang dibeli dari pihak ketiga harus
dapat diperoleh dari dokumen pembelian.

4.5.2. Pelapisan (Laminating)

Pelapisan atau laminating dipergunakan untuk proses penyambungan bilah
pada sisi lebar dan sisi tebal. Dua produk utama yang dikenal dari proses
pelapisan adalah : 1) papan laminasi (laminating board); dan 2) balok laminasi
(laminating block). Sesuai dengan namanya maka kedua produk tersebut
berhubungan dengan fungsinya sebagai papan atau balok.
Papan laminasi dari proses pembentukannya dapat dikategorikan menjadi tiga
macam yakni :
1) papan laminasi bilah utuh, yakni papan laminasi yang dibuat dari bilah kayu
utuh disambung dengan perekat pada sisi samping arah memanjang;
2) papan laminasi bilah sambungan, yakni papan laminasi yang dibuat dari
bilah kayu hasil sambung jari;
3) papan sambung puntung.
Papan laminasi bilah utuh umumnya disambung dengan posisi lengkung papan
yang dibuat berlawanan setiap bilahnya, sehingga papan sambungan seperti
ini tidak seragam ketebalannya. Penyambunganpun umumnya dilakukan
secara manual dengan mesin Clamper sebagaimana disajikan pada Gambar
14. Produk papan laminasi seperti ini umumnya harus menjalani proses
pengetaman kembali sebagaimana telah dibahas sebelumnya.
226
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
30


Gambar 14. Alat Penyambung Bilah Kayu Secara Manual

Papan laminasi bilah sambungan memiliki ketebalan relatif seragam,
disambung menggunakan mesin Composser atau High Frequency Press.
Walaupun demikian, dapat saja disambung menggunakan mesin sambung
manual. Produk papan laminasi bilah sambungan dapat dipergunakan
langsung sebagai bahan komponen atau kalaupun tidak rata hanya perlu
menjalani proses pengampelasan saja.
Papan sambung puntung dirakit menggunakan mesin khusus yang disebut butt
jointer atau kadang disebut Core Lumber Core Composser. Papan jenis ini
tidak dapat dipergunakan langsung, tetapi harus dilapis salah satu bagian
permukaannya dengan bahan lebih utuh, misalnya panel kayu. Karena
sambungan terjadi baik secara tebal maupun potongan lintang memanjang,
maka kekuatan papan menjadi lemah mengingat tidak ada ikatan seperti
sambungan jari.
Balok laminasi adalah balok yang dibentuk dari bahan-bahan sambungan
(jointing), disusun sedemikian rupa menjadi ketebalan yang diinginkan. Pada
balok laminasi, produsen dapat menempatkan kayu kurang indah berada di
bagian dalam, sementara bagian luarnya dipasang kayu sambungan. Perakitan
juga dilakukan dengan menggunakan perekat.
Secara internasional tidak ada ketentuan jumlah bilah yang boleh disambung
dalam proses laminasi, demikian pula jenis species atau jumlah perekat yang
dipakai. Persyaratan sambungan dan laminasi lebih ditekankan kepada
kemampuannya terhadap uji perekatan atau keteguhan rekat (bonding
strength) dan delaminasi.
Karena ketidak-jelasan ketentuan penyambungan dan pelapisan tersebut,
maka perusahaan harus membuat penertiban tersendiri terhadap pemilihan
jenis kayu yang dirakit, khususnya menyangkut beberapa hal berikut :
1) keindahan dan keseragaman susunan;
2) kekuatan rakitan;
3) ketertelusuran kayu dalam lacak balak.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
227
31

Guna menghindari pencampuran antar bahan yang terlacak-balak dan tidak,
maka prinsip pemisahan sebagaimana proses penyambungan harus
diperhatikan.


Gambar 15. Rotary Clamper Dan Block Clamp

4.5.3. Pembentukan dua dimensi (Jig Sawing dan Router)

Pembentukan dua dimensi dilakukan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu
dari lebar papan. Bahan baku yang masuk dapat berasal dari papan hasil
pengetaman ataupun papan laminasi. Bentuk tidak beraturan yang akan dibuat
tentu saja sesuai dengan rancangan.

Gambar 16. Bekerja dengan Jig Saw

Bentuk yang akan dibuat harus sudah dibuat cetakannya (mal) dengan
menggunakan kayu lapis ukuran tipis 2-3 mm atau akrilik bila ingin tembus
pandang. Mal tersebut telah diketahui luasannya, baik secara kotor (sesuai
228
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
32

bahan) maupun sesuai bentuk. Pengetahuan luasan diperlukan untuk
kemudahan mengukur komposisi kubikasi kayu terlacak-balak dengan tidak.
Pembentukan menggunakan mesin Jig Saw dilakukan dengan meletakkan mal
pada bagian atas bahan yang dipotong. Diperlukan ketrampilan yang cukup
untuk bekerja dengan Jig Saw, sebagaimana disajikan pada Gambar 18.
Gerakan memotong harus berjalan menyusuri pinggiran mal, dan tidak terburu-
buru.
Peletakan mal untuk pembentukan menggunakan router ada dua cara,
bergantung kepada jenis mesin. Pada router gantung, di mana router bit
berada menggantung di atas meja kerja, maka mal diletakkan di bawah bahan
yang akan dibentuk. Sementara pada router duduk, di mana router bit berada
di permukaan meja kerja, maka mal justru diletakkan di atas bahan.
Pergerakan router bit disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Pergerakan Router

Perhatian penting lacak-balak pada proses pembentukan dua dimensi adalah
perubahan komposisi bahan yang dipakai akibat pembentukan. Agar
konsentrasi bahan yang terlacak-balak lebih besar proporsi penggunaannya,
maka di dalam perakitan harus diusahakan berada dalam areal yang terpakai.
Namun bila keseluruhan bahan rakitan adalah bahan terlacak, maka proses
pembentukan dua dimensi tersebut tidak mempengaruhi komposisi.

4.5.4. Pembentukan tiga dimensi (Moulding dan CNC Router)

Komponen meubel ada yang menghendaki bentuk khusus pada lebih dari dua
sisi panjang dan lebar, tetapi juga sisi tebal. Bentuk tiga dimensi tersebut
dikerjakan dengan mesin pembentuk (moulder) dan Computer Numerical
Control Router (CNC Router). Mesin moulder banyak dipergunakan di industri
meubel hingga skala kecil, tetapi CNC Router hanya dipakai oleh pabrik skala
besar.
Prinsip Moulder sebenarnya sama dengan router hanya saja jumlah bits atau
mata pisau yang dipergunakan lebih dari satu serta digerakkan lebih dari satu
spindle. Jumlah spindle menunjukkan tingkat kehalusan produk yang akan
dibuat. Semakin banyak jumlah spindle maka hasil pembentukannya akan
semakin halus.
Komponen yang dikerjakan oleh mesin Moulder adalah bentuk bilah, baik
ukuran balok maupun reng atau papan dengan lebar sangat terbatas (kurang
dari 10 cm). Ukuran lebar terbatas tersebut disesuaikan dengan meja kerja
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
229
33

mesin Moulder. Bentuk moulder bergantung pada bentuk mata pisau (bits)
yang dipergunakan. Apabila bentuknya cekung, maka moulder akan
menghasilkan produk yang dinamakan Dowell, yakni bilah kayu panjang
berbentuk bundar. Contoh mesin moulder disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18. Mesin Moulder 6 Spindel

Mesin CNC Router adalah mesin pembentuk dengan banyak mata pisau yang
dapat diatur dengan berbagai sudut potong. Pengaturan dapat dilakukan
dengan memasukkan contoh mal ke dalam program komputer sehingga pisau
akan menyusun formasi sebagaimana diinginkan. Setelah seluruh posisi siap,
maka bahan yang diletakkan di meja kerja akan dikerjakan sendiri oleh
sejumlah alat potong atau router bits yang tersedia. Mestipun posisi bits pada
CNC fleksibel, namun jangan dibayangkan semudah tangan pemahat yang
dapat berpindah dengan kebebasan sepenuhnya.
Tangan CNC Router tetap memiliki keterbatasan pergerakan, sesuai dengan
sumbu X-Y-Z, dengan berbagai kemiringan sudut. CNC Router jugaIdilengkapi
dengan sapu pembersih setiap pergerakan sehingga sisa potongan tidak
mengganggu pemotongan berikutnya. Contoh ilustrasi pergerakan CNC Router
disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19. Mesin CNC Router
230
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
34

Permasalahan lacak balak pada mesin pembentuk tiga dimensi sama dengan
persoalan pada mesin pembentuk dua dimensi sebagaimana disajikan pada
Tabel 14 Penandaan sangat diperlukan untuk dapat mengatur kembali
komposisi antara sumber kayu terlacak dengan yang tidak terlacak.
Sebagian besar praktisi merasa enggan untuk mempermasalahkan perubahan
komposisi antara komponen awal dengan komponen bentukan. Namun bentuk
ekstrim dari komponen meubel dalam jumlah banyak akan sangat
mempengaruhi status ketertelusuran produk. Hasil penetapan yang dilakukan
oleh bagian pengembangan saat melakukan perancangan produk sangat
penting, karena setelah diterjemahkan oleh Bagian Perencanaan Produksi,
akan mudah diterapkan pada bagian produksi. Rancangan dapat dihitung
dengan mudah menggunakan program paket sederhana pada komputer meja
produksi.

Tabel 16. Persoalan Lacak Balak Pada Mesin Pembentuk



4.5.5. Pembubutan (Turning)

Pembubutan adalah bagian dari proses pembuatan komponen, khususnya
bentuk dengan pola dasar simetri tiga dimensi. Bentuk awal bahannya tidak
harus bundar, namun untuk efisiensi dan kemudahan kerja umumnya dipilih
bentuk bundar. Proses bubut umumnya menggunakan bahan yang sangat
banyak terbuang. Menghitung volume sisa produk bubutan akan sangat sukar,
tetapi dapat menggunakan proporsi pengurangan berat.
Prinsip pembubutan adalah dengan membentuk kayu menggunakan pahat
dalam kondisi kayu tersebut diputar pada poros memanjang. Pahat digerakkan
sesuai keinginan rancangan, baik secara manual oleh tangan ahli ataupun
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
231
35

secara komputer menggunakan mal. Ilustrasi proses pembubutan disajikan
sebagai berikut.

Gambar 20. Proses Pembubutan

Perhatian yang harus diberikan mengenai lacak-balak pada proses
pembubutan adalah perubahan proporsi jumlah bahan antara yang memiliki
lacak balak dengan yang tidak. Permasalahan lacak balak yang perlu
mendapat perhatian apabila ada pekerjaan pembubutan disajikan pada Tabel
17.

Tabel 17. Permasalahan Lacak Balak Pada Proses Pembubutan



4.5.6. Pengukiran (Carving)

Proses pengukiran dilakukan pada meubel dengan rancangan klasik, etnik,
atau atas permintaan khusus. Tidak ada proses standar karena secara
keseluruhan diserahkan pada keahlian personal. Mesin peniru yang dapat
menggantikan fungsi ahli ukir adalah mesin ukir laser namun meninggalkan
bekas yang harus ditutup dengan pengecatan.
Permasalahan lacak balak pada proses pengukiran adalah pengurangan
proporsi yang apabila cukup besar dapat dihitung menggunakan prinsip
232
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
36

pengurangan berat. Namun bila ukiran sangat kecil, boleh saja diabaikan pada
perhitungan akhir proporsi antara kayu terlacak dengan yang tidak terlacak
balaknya.

4.6. Persiapan Perakitan

4.6.1. Pelubangan (Drilling)

Beberapa komponen yang akan dirakit umumnya dibuat lubang untuk
memasukkan skrup, baut atau pasak kayu. Bila dihitung dengan teliti pasti
ditemukan jumlah bahan yang terbuang sebesar ukuran drilling bits atau mata
bor, namun jumlah tersebut umumnya diabaikan pada perhitungan lacak balak.
Perlu diperhatikan ada beberapa rancangan yang menggunakan bor untuk
membentuk komponen, misalnya pembuatan roda mobil-mobilan pada mainan
anak. Diameter cakram pemotong yang diletakkan pada mata bor dapat
memcapai 5 cm. Peruntukan bor untuk pembuatan komponen harus
diperhitungkan karena menjadi bagian dari obyek lacak balak.

Gambar 21. Bor Untuk Pembentuk

Perhitungan komposisi bahan yang terlacak-balak dan tidak terlacak pada
komponen yang dibuat dari bor cutter, sama prinsipnya dengan komponen
yang dibuat dua dimensi. Namun bila sukar untuk diidentifikasi, maka
proporsinya dapat mengikuti komposis awal bahan sebelum dibentuk.

4.6.2. Pemahatan (Hollow Chessel)

Pemahatan pada industri meubel umumnya dilakukan sebagai persiapan bagi
komponen yang akan dirakit. Prinsip umumnya adalah pengaturan bagian
pengunci dan bagian penguat dari komponen yang dirakit. Beberapa contoh
bentuk paduan perakitan dapat dilihat pada Gambar 22.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
233
37


Gambar 22. Beberapa Penyambungan Yang Dipahat

Permasalahan lacak balak menjadi rumit apabila komponen yang akan dirakit
berbeda sumber kayunya, terutama menyangkut komposisi terlacak dengan
tidak terlacak balaknya. Bentuk sambungan harus ditetapkan dengan teliti, lalu
dilakukan perhitungan terhadap komponen yang dibentuk.
Komponen penguat (lidah) akan mengalami penurunan jumlah dalam hal
volume karena jumlah yang terbuang lebih besar. Komponen pengunci (celah)
mengalami penurunan jumlah dalam hal volume yang terbuang lebih kecil
karena hanya lubang. Namun perhitungan jumlah yang terbuang akan sama
apabila penyambungan dilakukan lebih dari satu sisi, di mana di sisi lain
komponen menjadi penguat sementara di sisi lainnya menjadi pengunci,
seperti misalnya rancangan parquet flooring.

4.6.3. Pembuatan Sambungan Ekor-Burung

Sambungan ekor burung tidak dibuat menggunakan mesin pahat, tetapi
menggunakan mesin moulder spindle tunggal (Single Spindle Moulder).
Sambungan model ekor burung banyak dipakai pada perakitan laci meja dan
kotak.
Perubahan komposisi bahan mudah dihitung karena pola pemotongan sangat
teratur. Tidak dibutuhkan posisi bahan kayu yang terlacak balaknya pada
komponen karena perhitungan dapat langsung dirujuk kepada komposisi
terakhir bahan tersebut sebelum dirakit.






234
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
38


Gambar 23. Sambungan Ekor Burung Dan Beberapa
Sambungan Lain

4.7. Perakitan

4.7.1. Perakitan Bentuk

Semua komponen pada akhirnya akan dirakit menjadi meubel. Ada dua
kemungkinan proses yang dilakukan pada perakitan :
1) Perakitan dilakukan tetap (fixed) sampai pengerjaan akhir (finishing) atau
meubel utuh
2) Perakitan sementara (fitting) untuk meubel model bongkar-pasang (knock
down).
Pada proses perakitan, semua komponen digabung menjadi satu dari seluruh
sumber, baik yang terlacak balaknya maupun yang tidak terlacak.
Permasalahan lacak balak pada perakitan dapat diselesaikan dengan sistem
pencatatan yang baik, mengingat seluruh tahapan sebelumnya telah dilakukan
pencatatan. Gambar 23 memberikan contoh proses perakitan.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
235
39


Gambar 24. Proses Perakitan

Pada proses perakitan acapkali masih ada bahan kayu yang ditambah,
misalnya pasak (pin) dari kayu untuk pengganti paku dan sumbat (plug) yang
digunakan untuk menutup lubang kepala sekrup. Penggunaan pasak (pin) dan
sumbat apabila tampak banyak boleh saja dikalkulasi untuk menentukan
kontribusinya terhadap bahan kayu terlacak atau tidak terlacak balaknya.
Perakitan dapat pula menggunakan peralatan khusus untuk merakit, tetapi
terbatas pada bentuk tertentu. Mesin perakit kotak terdiri dari alat press
sebagaimana disajikan pada Gambar 25.

Gambar 25. Mesin Perakit Kotak

Langkah penting yang harus dilakukan pada perakitan adalah sebagai berikut :
1) Rekap catatan semua komponen yang dirakit;
2) Hitung volume bahan yang dirakit keseluruhan berdasarkan penjumlahan
komponen;
3) Lakukan perhitungan komposisi bahan yang terlacak-balak;
4) Catat komposisi paling akhir dari penggunaan bahan.
236
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
40


4.7.2. Perakitan Komponen Selain Kayu

Bagi beberapa rancangan meubel atau kerajinan yang menggunakan bahan
tambahan selain kayu pada prinsipnya tidak dimasukkan ke dalam
perhitungan. Permasalahan perhitungan akan terjadi apabila untuk keperluan
menempelkan atau menyatukan bahan bukan kayu tersebut diperlukan bidang
yang harus mengurangi bagian kayu. Bahan yang dipasang pada bingkai
terpahat, atau celah khusus, sudah barang tentu mengurangi porsi bagian
kayu.

Gambar 26. Merakit Bagian Bukan Kayu

4.7.3. Pendempulan

Pendempulan dilakukan untuk menutup celah-celah pada rakitan yang tampak
terbuka. Celah tersebut dapat disebabkan oleh proses penyambungan yang
tidak sempurna, retak bahan kayu, mata kayu, serangan organisme perusak
kayu, atau sebab fisik lain.
Dempul yang dipergunakan bermacam-macam, di antaranya dempul berbahan
lilin, berbahan dasar kapur, serta serbuk pengisi. Dempul biasanya
dipergunakan dalam jumlah sangat sedikit, kecuali dempul lilin yang memang
khusus dipergunakan untuk menutup bagian ekstrim terbuka. Tidak ada
permasalahan lacak balak pada proses pendempulan karena tidak ada
penambahan dan pengurangan kayu pada proses ini.

4.8. Pengerjaan Akhir

4.8.1. Pengampelasan

Pengampelasan adalah proses penghalusan permukaan,dapat dilakukan
dengan tangan secara manual, menggunakan bantuan alat genggam,
pengampelas pita (belt), hingga menggunakan mesin pengampelas ukuran
lebar atau disebut Wide belt sander.


Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
237
41


Gambar 27. Wide Belt Sander

Wide belt sander dipergunakan untuk mengampelas bahan dengan maksud
menghaluskan dan menipiskan, sehingga fungsinya ganda. Pada produk lebar
seperti misalnya alas meja (table top), wide belt sander digunakan pada
finishing, namun pada sejumlah besar produk meubel, mesin ini hanya untuk
mempersiapkan komponen. Pengurangan kayu pada wide belt sander mudah
dikalkulasi yakni dengan menghitung tebal bahan sebelum diampelas
dibandingkan dengan bahan setelah diampelas.
Pengampelasan menggunakan alat bantu dilakukan juga pada komponen kecil
seperti misalnya contoh pada Gambar 28. Pengampelasan menggunakan alat
bantu umumnya tidak diperhitungkan pada lacak balak karena nilai konversinya
sangat kecil.
Pengampelasan menggunakan tangan umumnya dilakukan pada saat
menghaluskan produk rakitan jadi. Kegiatan pengampelasan tersebut
dilakukan dua kali, yakni sebelum dicat dan setelah dilapis sanding sealer.
Proses pengampelasan juga tidak menimbulkan masalah pada lacak balak.

Gambar 28. Sanding dengan Alat Bantu




238
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
42

4.8.2. Pewarnaan (Staining)

Salah satu daya tarik yang dimiliki produk meubel kayu adalah tata warna.
Meubel kayu dapat diberikan berbagai macam warna dasar melalui proses
yang disebut pewarnaan (staining). Proses pewarnaan dilakukan dengan
menggunakan kuas, kain perca, atau disemprot menggunakan sprayer.
Permasalahan lacak balak yang diakibatkan oleh pewarnaan kayu adalah
kehilangan inisial dan penandaan bahan karena tertutup pewarna. Namun
demikian apabila sistem pencatatan pada proses sebelumnya telah baik, maka
penghilangan identitas tersebut tidak mengganggu proses berikutnya.

4.8.3. Sanding Sealer

Sanding sealer adalah semacam bahan bubuk dalam cairan, biasanya bubuk
kayu, tempurung kelapa, atau bahan butiran tertentu yang dilaburkan pada
permukaan bahan yang akan dicat. Sanding sealer digunakan untuk menutup
pori-pori kayu sebelum proses penyalutan (coating) dilakukan.
Produk dilapis dengan menggunakan kuas atau semprot (spray) hingga merata
ke seluruh permukaannya. Setelah disemprot, produk tersebut dibiarkan
mengering di udara hingga pori-pori kayu tertutup rapat.

Gambar 29. Pewarnaan Kayu

Produk yang telah kering diampelas secara manual oleh pekerja hingga merata
dengan kertas ampelas yang memiliki grid sangat halus, mungkin mencapai
400-600. Proses pengampelasan produk secara manual disajikan pada
Gambar 30. Proses manual ini tidak mempengaruhi komposisi bahan baku
yang digunakan, sehingga tidak berpengaruh pada lacak balak.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
239
43


Gambar 30. Pengampelasan Manual

4.8.4. Penyalutan (Coating)
Integrasi Implementasi CoC dengan PPIC dan TQM
Akhir dari proses pengerjaan akhir dari produksi meubel adalah prnyalutan
(coating) yakni dengan menyemprotkan cairan penyalut. Cairan penyalut yang
dipergunakan bermacam-macam tergantung kepada permintaan pembeli di
antaranya berbahan Nitro Cellulose (NC), melamin (melamic), Poly Urethane
(PU), dan Ultraviolet Sealer.
Tidak ada permasalahan lacak balak pada tahap ini, namur permasalahan
lingkungan menjadi perhatian penting. Pabrik meubel besar umumnya
menyediakan sarana pengecatan yang dilengkapi Hood dan exhaust fan guna
mengendalikan fogging bahan kimia berbahaya. Beberapa sistem pengecatan
pabrik besar juga dilengkapi dengan konveyor untuk memindahkan produk
yang telah dicat agar tidak tersentuh oleh tangan.

Gambar 31. Proses Penyalutan (Coating)

4.8.5. Pemasangan Assesories

Beberapa produk meubel dilengkapi dengan assesoris seperti engsel, gagang,
kunci, dan lain-lain. Assesoris tersebut dipasang setelah produk dicat rapi.
240
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
44

Tidak ada lagi permasalahan lacak balak pada tahap ini karena komposisi
assesories tidak dimasukkan ke dalam perhitungan lacak balak.

BAB V. PENGEPAKAN

5.1. Regrading

Penilaian ulang terhadap mutu produk meubel umum dilakukan sebagai
pengecekan akhir dari kondisi utuh produk. Pemeriksaan mutu dapat dilakukan
secara visual hingga melalui pengujian konstruksi. Hasil dari proses pengujian
akhir mutu produk meubel tidak akan mempengaruhi sistem lacak balak.

5.2. Repairing

Beberapa perusahaan terpaksa harus melakukan penyempurnaan terhadap
produk yang belum memenuhi syarat pada tahap regrading. Perbaikan
umumnya hanya dilakukan sedikit-sedikit dan tidak merubah rancangan secara
nyata. Namun apabila perbaikan tersebut merubah rancangan dalam jumlah
besar, maka produk harus kembali melalui proses finishing ulang.
Permasalahan lacak balak akan timbul bila proses perbaikannya dilakukan
dengan mengubah rancangan, di mana komposisi kayu harus dihitung ulang.

Gambar 32. Pengepakan Produk Meubel Bongkar-Pasang

5.3. Pengepakan

Produk yang telah jadi kemudian dipak dengan berbagai cara pengepakan
serta menggunakan bahan kemasan yang dapat melindungi produk. Bahan
pengepak yang dipakai mulai dari plastik, styro foam lembaran, hingga karton
yang dirancang khusus. Tidak ada pengaruh dari pengepakan terhadap
komposisi lacak balak bahan baku yang dipergunakan, namun demikian lebih
ditekankan kepada perlindungan mutu. Gambar 32 memberikan contoh
pengepakan.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
241
45


DAFTAR ISTILAH / DEFINISI

Mass Product adalah Produk yang dibuat secara missal untuk dijual secara
luas
Job Order adalah produk yang hanya diproduksi berdasarkan pesanan
life cycle time produk adalah masa yang menunjukkan daur hidup lakunya
produk di pasaran komersial
Raw Material adalah Bahan dasar atau bahan baku yang digunakan untuk
memproduksi barang
Pilot Plant adalah skala bangsal percontohan atau prototipe suatu produk
yang memiliki spesifikasi sama dengan produk aslinya.
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar nasional yang diterapkan di
Indonesia untuk seluruh produk barang
Jig Saw adalah peralatan yang digunakan untuk memotong sesuai bentuk
yang diinginkan
Router adalah peralatan yang digunakan untuk membentuk sisi kayu
Table Saw adalah gergaji yang memiliki meja untuk tempat memotong
Komponen Biaya adalah satuan-satuan biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi sebuah barang.
Estimated Time Arrival (ETA) adalah dugaan waktu tibanya kiriman ke tempat
tujuan
Green Sawn Timber adalah kayu gergajian yang belum dikeringkan
Bottle Neck adalah titik di mana terjadi sendatan, sehingga produksi
terhambat
ASMINDO (Asosiasi Meubel dan Kerajinan Indonesia) adalah organisasi
perusahaan yang bergerak di bidang produksi mebel dan kerajinan
Invoice Grade adalah jenjang mutu sebagaimana dicantumkan dalam surat
pengantar penjualan
Physical grade adalah jenjang mutu sebagaimana bukti yang terlihat secara
fisik.













242
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
46

DAFTAR PUSTAKA

Budianto, A.D. 1999. Mesin Tangan Industri Kayu. PIKA, Semarang.
Hammond. J.J, E.T. Donnelly, W.F. Harrod, N.A. Rayner. 1961. Woodworking
Technology. McKnight and McKnight Publishing Company,
Bloomington.
Hermawan.1996. Perencanaan, Pengendalian Produksi dan Sediaan Pada
Industri Kayu. Makalah Pelatihan Manajer Industri Kayu. UGM-FOCUS
QE.
Indonesia Cleaner Industrial Production Program (ICIP). 1998. Kajian Produksi
Bersih Pada Industri Kayu Lapis. Jakarta.
Capotosto, R. 1975. Complete Book of Woodworking. Grand Book Record &
Tape Co., LTD., Taipei.
Haven, G (Ed.). 1995. The Familiy Handyman : Toys, Games, and Furniture.
Readers Digest, Montreal.
Nurendah, Y. 1998. Kajian Pemanfaatan Limbah Kayu Melalui Teknologi
Bebas Limbah di PT Internasional Timber Corporation Indonesia.
Tesis. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. Institut
Pertanian Bogor.

243
i

























Interpretasi Persyaratan CoC
Untuk Inspeksi Telusur Fisik Aliran Bahan












PELATIHAN PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR EKSPOR
Kerjasama dengan
CENTER FOR INTERNATIONAL FORESTRY RESEARCH (CIFOR) BOGOR

Jepara, 27 29 Juli 2010
d. Persyaratan lacak balak penelusuran fsik aliran barang
244
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
ii

Daftar Isi

Halaman
I. PENDAHULUAN............. 1
1.1 Latar Belakang ............ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ............ 2
1.3 Metodologi Pembelajaran ................. 2

II. INSPEKSI FISIK PRODUK BERBAHAN KAYU............ 2
2.1 Identifikasi Area Penelusuran Fisik .............. 2
2.2 Lacak Fisik Persiapan Bahan Baku Kayu ............... 3
2.3 Lacak Fisik Pada Pengeringan ................. 4

III. LACAK FISIK PADA AREA AKTIVITAS PRODUKSI.............. 5
3.1 Lacak Fisik Penyambungan Pada Pembahanan ................... 5
3.2 Lacak Fisik Pembuatan Komponen .................. 6
3.3 Lacak Fisik Pada Perakitan ................ 9
3.4 Lacak Fisik pada Pengepakan ................... 10
3.5 Peralatan Lacak Fisik .................. 10

DAFTAR ISTILAH / DEFINISI........... 11
DAFTAR PUSTAKA........... 12



Daftar Tabel

Halaman
1. Kondisi Umum Unit Proses Pada Produksi Mebel yang
Perlu Dilakukan Sampling Untuk Telusur Fisik .................... 9
2. Status Terakhir Komposisi Produk Mainan Kayu Bentuk Ikan .............. 10
3. Instrumen Untuk Lacak Balak ............. 11



Daftar Gambar

Halaman
1. Perbedaan Fisik Dari Warna dan Serta ............. 4
2. Mengenali Perbedaan Kelembaban dari Warna .................. 5
3. Menduga Komposisi Sambungan Pada Finger Jointing ................. 6
4. Contoh Menghitung Komposisi Lacak Balak pada Produk Bentukan
Dua Dimensi ............................................ 7
5. Produk Tiga Dimesi ........... 8
6. Menduga Komposisi Akhir Bahan Baku Kayu Pada Rakitan ............. 9






Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
245
1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada industri furniture/meubel yang menggunakan bahan baku kayu sebagai
komponen utama, menggunakan beberapa unit proses dan kondisi yang diduga berat
perlu dilakukan sampling telusur fisik, guna memastikan bahan atau produk tersebut
tidak terjadi percampuran antara produk bahan kayu bersertifikat dengan yang bahan
kayu non sertifikat.
Pekerjaan telusur fisik terhadap bahan atau produk kayu, dilakukan untuk menemukan
bukti obyektif pengaturan komposisi kayu terlacak dan tidak terlacak pada suatu unit
produksi. Pekerjaan tersebut merupakan bagian dari aktifitas audit yang harus
dilaksanakan, sebagai bentuk verifikasi, baik oleh internal auditor maupun oleh
eksternal auditor.
Pekerjaan telusur fisik tentu saja memerlukan pengetahuan yang cukup mengenai
sistem produksi, agar proses pemeriksaan lebih efektif. Dalam prakteknya, tidak
semua tahapan harus diperiksa secara fisik, tetapi dipilih sesuai dengan pencampuran
bahan baku yang dilakukan. Namun demikian, bagi pihak yang ingin melakukan
penilaian pada keseluruhan tahap tidak dibatasi.
Lacak fisik pada area penerimaan bahan baku kayu, guna memastikan kesesuaian
antara dokumen yang mengikuti kayu dengan informasi fisik yang melekat pada bahan
baku kayu. Kegiatan inspeksi lacak fisik pada area ini memerlukan pengetahuan dan
kompetensi khusus, ketika asal kayu terdiri dari banyak sumber pemasok, dan juga
kayu yang dipasok terdiri berbagai jenis kayu.
Pada saat dalam proses pembahanan kegiatan lacak fisik juga akan semakin rumit,
ketika industri furniture menghasil banyak item produk, yang memadu komposisi jenis
kayu dan atau terdiri bahan yang komposit. Penanganan kelompok item yang tidak
teridentifikasi pasti, karena mengikuti persyaratan pelanggan yang selalu berubah,
dapat menyebabkan kerumitan lacak fisik kayu pada kegiatan pembahanan.
Lacak fisik pada kegiatan perakitan, juga sangat dipengaruhi dari komposisi
bahan/komponen kayu yang diperlukan. Secara matematis mungkin dapat
diperhitungkan jumlah komponen bahan yang dapat diperlukan dalam sebuah design
produk. Namun kegiatan lacak fisik akan semakin sulit, ketika sebuah design produk
furniture berorientasi etnik atau futuristik, cenderung tidak semetris kebutuhan
komponen bahannya. Sehinggan pada kegiatan inspeksi lacak fisik memerlukan
pemahaman yang cukup dengan design produk, yang membutuhkan komposisi
komponen kayu yang tidak matematis.
Pada kegiatan lacak fisik pada sebuah produk jadi sudah semakin mudah, jika
komposisi komponen kayunya terukur pada saat design, kelompok item komponen
sudah terindentifikasi, dan potensi pencampuran bahan pada perakitan telah
dikendalikan dalam rantai proses aliran komponen. Kegiatan lacak fisik pada produk
furniture, tinggal memastikan kesesuaian informasi label produk CoC, dengan
komposisi bahan kayu yang diperhitungkan pada sebuah design produk. Secara
sederhana inspeksi fisik pada produk ini tinggal memastikan prosen komposisi bahan
sertifikasi lebih dari 70% adalah bagian dari komponen produk.
Secara umum untuk unit proses produksi bahan kayu yang dinilai tidak mengalami
perakitan, menjadi tidak relevan untuk melakukan pemeriksaan khusus terhadap fisik
produk. Pemeriksaan fisik tersebut meliputi pengukuran komposisi menggunakan
scale loup dan pengenalan jenis kayu.

246
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Pelatihan ini adalah :
1) Untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang konsep secara umum
untuk mengidentifikasi area-area aktivitas yang diperlukan kegiatan lacak fisik.
2) Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta untuk dapat
melakukan inspeksi atau lacak fisik bahan baku kayu yang akan digunakan dalam
produk furniture.
3) Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta untuk dapat
melakukan inspeksi atau lacak fisik pada komponen-komponen bahan yang akan
digunakan dalam proses perakitan produk.
4) Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta untuk untuk
dapat melakukan inspeksi atau lacak fisik pada produk, guna memastikan
informasi komposisi bahan kayu pada produk, telah memenuhi persyatan standard
lacak balak FSC, sebelum dikirim kepada pelanggan

1.3. Metodologi Pembelajaran

Tipe Material Tujuan
Buku Pegangan Peserta

Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang konsep
untuk mengindentifikasi area aktivitas yang memerlukan
lacak fisik pada industri furniture, termasuk cara inspeksi
pada setiap tahap proses produksi industri Furniture.

Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep dan penerapan untuk
melakukan identfikasi dan inspeksi lacak fisik
bahan/produk kayu, dengan metode ceramah, diskusi,
simulasi dan studi kasus.

Tipe Mater


BAB II. INSPEKSI FISIK PRODUK BERBAHAN KAYU

2.1. Identifikasi Area Penelusuran Fisik
Produk Rakitan adalah produk yang dibentuk dari dua atau lebih potongan kayu padat,
dirakit bersama-sama untuk membentuk produk yang lain. Contohnya termasuk
mebel, lemari, alat musik, kayu lapis, kayu berlapis, blockboard. Produk ini dapat
mengandung komponen produk chip dan serat.
Produk samping adalah produk dari semua pengolahan primer atau sekunder atau
setelahnya, seperti misalnya setelah penggergajian. Produk seperti ini dapat
dihasilkan dari pembuatan papan panel, struktur bangunan, kertas dan lain lain.
Produk tersebut dapat termasuk potongan diluar cetakan, serbuk gergaji, potongan
halus atau papan kayu.
Produk samping pada lacak balak digolongkan dalam Kategori B, bahan netral.
Serpihan gergajian kecuali produk samping penggergajian (slab atau sebetan) tidak
tercakup dalam kategori ini. Perbedaan antara produk sampingan dan produk antara
memerlukan perhatian yang hati-hati dalam pabrik pengolahan terintegrasi, misalnya
jika suatu pabrik perabot mengolah kayu bulat dan menghasilkan perabot pada di satu
lokasi, maka sama dengan "Kayu dan serat kayu daur ulang yang belum digunakan"
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
247
3

Pada industri furniture yang berbahan baku kayu atau sebagian besar komponen
produknya berbahan kayu, maka kegiatan identifikasi area aktivitas yang berpotensi
terjadinya pencampuran bahan kayu sertifikasi dan non sertifikasi sangat perlu
dilakukan. Mengingat banyak faktor yang dapat mempengaruhi sebuah aktivitas
produksi untuk menghasilkan produk sertifikasi lacak balak. Karena bisa saja terjadi
perbedaan area yang memerlukan inspeksi lacak balak, walaupun sama-sama industri
furnirture dan sama-sama tipikal produknya. Namun secara umum area/lokasi aktivitas
kegiatan industri furniture yang perlu diperhatikan dalam kegiatan lacak fisik pada
Tabel 1. berikut.

Tabel 1. Kondisi umum unit proses pada produksi meubel yang perlu dilakukan
sampling untuk telusur fisik

No. Unit Proses Kondisi Sampling
1. Penerimaan Kayu
(termasuk penyimpanan
kayu)

Tidak beraturan, tercampur
antara kayu yang bersertifikat
dan tidak

Sampling minimal 5% secara acak
untuk menghitung komposisi kayu
yang bersertifikat dan tidak

2. Pengeringan Kayu

- -
3. Pembahanan,
khususnya Laminating

Perakitan beberapa bilah kayu
karena :
1. tampak beda spesies
2. beda sumber palet

Sampling minimal 5% produk
laminasi, periksa menggunakan
Calipper

4. Pembentukan
komponen, khususnya
Jigsaw dan Bubut

Terjadi pengurangan komposisi
karena :
1. menggunakan bahan
laminasi;
2. beda sumber bahan

Sampling minimal 5% produk
komponen, periksa menggunakan
scale loup atau micrometer

5. Perakitan Komponen,
menjadi produk akhir

Terjadi penggabungan beberapa
komponen karena kondisi :
1. menggunakan bahan laminasi
dan bentukan;
2. beda sumber bahan

Sampling minimal 5% produk
rakitan jadi, periksa menggunakan
alat ukur yang sesuai



2.2. Lacak Fisik Persiapan Bahan Baku Kayu

2.2.1. Lacak Fisik Penerimaan Kayu

Lacak fisik pada persiapan bahan baku dilakukan untuk memastikan bahwa komposisi
kayu yang diterima sesuai dengan kebutuhan industri. Proses lacak fisik dapat
disatukan dengan Regrading, yakni pemeriksaan ulang grade kayu pada saat masuk
ke dalam pabrik.
Secara acak, grader mengambil contoh beberapa potong kayu untuk dilihat secara
fisik tanda-tandanya. Tanda tersebut disesuaikan dengan skshh dan dokumen
sertifikasi lainnya. Apabila hasil pemeriksaan tidak sesuai dengan dokumen, maka
kayu tersebut dinyatakan sebagai Uncontrolled atau tidak terkendali. Prinsip
pemeriksaan ini menggunakan konsep uji petik.
Berdasarkan standar FSC-STD-40-004 (version 1.0) yang diterbitkan FSC 1 Oktober
2004 Part 2: Wood sourcing, guna kepentingan pengendalian lacak balak, perusahaan
harus mengadopsi dan menggunakan bahan baku berdasarkan kriteria FSC-murni,
248
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4

FSC-campuran, dan kayu klaim pengguna terakhir. Namun apabila ditemukan ketidak-
sesuaian yang menuju kepada usaha penipuan, maka diberikan label tidak terkendali.

2.2.2. Lacak Fisik Penyusunan Bilah

Pada penyusunan bilah sebelum masuk proses Kiln Dryer, acapkali dilakukan
pencampuran dalam satu palet hanya untuk memenuhi jumlah tumpukan minimum.
Pencampuran dapat dikenali dari beberapa ciri berikut :
1) warna dan kenampakan serat kayu yang berbeda;
2) species kayu berbeda;
3) kadar air awal kayu berbeda.
Apabila menemukan tanda-tanda sebagaimana tersebut di atas, maka perlu dilakukan
pengambilan contoh terhadap tumpukan kayu untuk diperiksa fisiknya. Pemeriksaan
fisik sudah tentu diikuti dengan pemeriksaan dokumen.
Beberapa perusahaan melakukan pembelian bahan baku dalam bentuk kayu
gergajian sehingga komposisi bahan tersebut dapat saja memiliki kategori sebagai
FSC Campuran. Dalam kasus FSC Campuran, perlu dilakukan pengembilan contoh
untuk memastikan bahwa komposisi kayu terlacak dan tidak terlacaknya sesuai
dengan dokumen penerimaan barang.





Gambar 1. Perbedaan fisik dari warna dan serat



2.3. Lacak Fisik Pada Pengeringan

Lacak fisik pada proses pengeringan dapat dilakukan dengan mengevaluasi
kelengkapan dokumen dari kayu yang dikeringkan. Lacak fisik hanya dilakukan untuk
keperluan pendataan volume, kadar air, dan informasi produksi lainnya
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
249
5

Penggunaan alat Moisture Content (MC) Tester direkomendasikan untuk mengetahui
kadar air bahan, terutama apabila tampak fisik bahan berbeda dalam satu partai.
Perbedaan spesies kayu atau bahkan perbedaan varietas dapat menyebabkan
perbedaan tingkat kekeringan, akibat sifat fisika-kimia yang berbeda. Perbedaan
spesies menjadi indikati telah terjadi pencampuran antara balak terlacak dengan tidak
terlacak.
Kayu lunak sangat mudah dikeringkan sehingga apabila ditemukan dalam tumpukan
kayu keras dengan mudah dapat dikenali dari kadar airnya. Spesies meranti masih
lebih mudah dikeringkan daripada kayu keruing atau akasia.


Gambar 2. Mengenali perbedaan kelembaban dari warna


III. LACAK FISIK PADA AREA AKTIVITAS PRODUKSI

3.1. Lacak Fisik Penyambungan Pada Pembahanan

Proses penyambungan berpeluang besar menimbulkan pencampuran antara bahan
yang telah bersertifikat dengan bahan yang belum bersertifikat. Bahkan
penyambungan dapat dijadikan sebagai media untuk menghasilkan produk dengan
memanfaatkan produk sisa. Penyambungan paling umum dilakukan pada
pembahanan komponen meubel adalah finger jointing.
Pemeriksaan terhadap fisik hasil penyambungan wajib dilakukan karena proses finger
jointing umumnya dilakukan dengan sangat cepat sehingga feeding bahan dilakukan
secara acak. Tanda fisik pada bahan yang diproses melalui finger jointing pasti hilang
karena bilah dipotong kedua sisinya sebelum dibentuk jari (finger). Satu-satunya teknik
pelacakan adalah melalui dokumen dan sedikit informasi jenis kayu.
Pilih secara acak bilah-bilah yang telah disambung jari (finger joint), lakukan
pengamatan terhadap bilah yang dibentuk dari beberapa species yang berbeda.
Perbedaan warna, serat, dan kadar air sambungan dapat dijadikan sebagai tolok ukur
untuk memisahkan bilah-bilah yang disambung. Perhitungan komposisi sederhana
dapat dilakukan dengan membuat garis bagi lurus pada jari sambungan.

250
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
6



Gambar 3. Menduga komposisi sambungan pada finger jointing


Komposisi dihitung sebagaimana contoh berikut :
Produksi = 1 m3
Sample = 5% x 1 m3 = 0.05 m3
Volume Bilah = 5 cm x 1.2 cm x 50 cm = 0.0003 m3
Bilah Sample = 0.05 m3/0.0003 m3 = 167
Jumlah bilah yang dicurigai (dari sambungan) = 56 bilah
Komposisi sambungan berbeda (dari bilah) = 0.02 m3
Persen bahan kayu uncontrolled = (0.02/0.05)x100% = 40%

3.2. Lacak Fisik Pembuatan Komponen

3.2.1. Pembentukan Dua Dimensi Menggunakan Jig Saw

Pembentukan dua dimensi dilakukan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu dari
lebar papan. Papan untuk bentuk dalam bidang lebih lebar dari 20 cm umumnya
dibuat dari produk laminasi atau sambungan. Apabila produksi menggunakan berbagai
macam sumber kayu, yakni ada dari kelompok kayu tak terkendali, maka asumsi
dasar yang harus dipakai adalah panel rakitan terdiri dari beberapa sumber kayu.
Komposisi kayu terlacak dengan kayu tidak terlacak perpeluang menjadi berubah
setelah proses pembentukan komponen menggunakan jigsaw. Apabila bagian kayu
yang terbuang adalah bagian kayu tak terlacak pada sambungan, maka persen kayu
terlacak menjadi lebih besar pada produk, demikian pula sebaliknya.
Pelacakan fisik dilakukan terhadap komponen hasil pembentukan menggunakan mal
luasan. Mal luasan panel sebelum dipotong dibandingkan dengan mal luasan panel
setelah dipotong. Karena tebal produk sama, maka perbandingan perubahan luasan
tersebut dapat digunakan sebagai persen komposisi sumber kayu.
Sebagai ilustrasi menghitung perubahan komposisi bentuk dua dimensi disajikan pada
Gambar 4. Perhatikanlah bahwa papan tersebut dibuat dari rakitan tiga bilah papan
yang berbeda, di mana satu bilahnya diketahui non certified.



Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
251
7


Gambar 4. Contoh menghitung komposisi lacak balak pada produk bentukan dua
dimensi

Komposisi dihitung sebagai berikut :
Volume awal bahan rakitan = 0.00864 m3
Luas mal = 72 cm x 48 cm = 3456 cm2
Volume kayu mal = 3456 cm2 x 2 cm = 6912 cm3 = 0.00691 m3
Luas produk Trapesium GFED = (72+40)/2 x 32 = 1824 cm2
Empat persegi GDCH = 72 x 8 = 576 cm2
Empatpersegi ABCH = 72 x 16 = 1152 cm2
Jumlah keseluruhan = 3552 cm2
Volume kayu produk = 3552 cm x 2 cm = 7104 cm3 = 0.00710 cm3
Pada gambar tampak bahwa empatpersegi ABCH adalah kepingan kayu yang
tidak bersertifikat, volumenya
Unsertified = 1152 cm x 2 cm = 2304 cm3 = 0.00230 cm3
252
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
8

Maka sisanya adalah kayu bersertifikat (terlacak)
Sertified = 0.00710 cm3 0.00230 cm3 = 0.004796 cm3.
Dengan demikian komposisi akhir kayu terlacak atau tersertifikasi adalah =
0.004796/0.00710 x 100% = 67.55%
Persentase kayu terlacak turun dari persen awalnya 67.67%.

3.2.2. Lacak Fisik Pembentukan Tiga Dimensi

Pembubutan adalah bagian dari proses pembuatan komponen, khususnya bentuk
dengan pola dasar simetri tiga dimensi. Bentuk awal bahannya tidak harus bundar,
namun untuk efisiensi dan kemudahan kerja umumnya dipilih bentuk bundar. Proses
bubut umumnya menggunakan bahan yang sangat banyak terbuang. Menghitung
volume sisa produk bubutan akan sangat sukar, tetapi dapat menggunakan proporsi
pengurangan berat.
Telusur fisik terhadap perubahan komposisi bahan yang dipergunakan pada proses
pembuatan komponen tiga dimensi perlu dilakukan apabila asal bahan baku yang
diolah adalah kayu komposit atau balok laminasi. Namun apabila bentuk bubutan atau
ukiran tersebut simetri, maka tidak perlu dihitung ulang perubahan komposisi kayunya.
Gambar berikut dapat mengilustrasikan kesulitan menghitung proporsi kayu terlacak
(certified) dan tidak terlacak (uncertified).

Gambar 5. Produk tiga dimensi

Untuk menduga proporsi bahan baku terlacak digunakan proporsi berat, karena
pengukuran dimensi sukar dilaksanakan.
Proporsi berat produk adalah 1.1 kg/3.2 kg = 34.38%
Proporsi volume produk adalah 34.38% x 0.006 m3 = 0.002 m3.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
253
9

Proporsi uncertified berdasarkan luasan = 9/30 kotak x 100% = 30%
Volume dugaan bagi uncertified wood = 30% x 0.002 m3 = 0.0006 m3
Volume dugaan certified wood = 0.002 m3 0.0006 m3 = 0.0014 m3
Proporsi certified wood = (0.0014/0.002) x 100% = 70%, lebih besar daripada proporsi
awal yang hanya 50%.

3.3. Lacak Fisik Pada Perakitan

Telusur fisik pada proses perakitan dilakukan dengan memeriksa jumlah komponen
yang akan disatukan menjadi bentuk produk. Masing-masing kategori bahan pada
komponen telah terlacak pada sistem penandaan sehingga mudah untuk mengetahui
komposisi akhir dari produk rakitan. Sebagai ilustrasi dapat diperlihatkan rakitan
produk berikut:

Gambar 6. Menduga komposisi akhir bahan baku kayu pada rakitan

Perhitungan komposisi bahan tersertifikasi atau terlacak dengan yang tidak terlacak
dicontohkan pada Tabel 2.












254
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
10

Tabel 2. Status terakhir komposisi bahan pada setiap komponen produk mainan kayu
bentuk ikan



Dari contoh sederhana tersebut di atas tampak bahwa komposisi kayu certified hanya
57.51%.

3.4. Lacak Fisik pada Pengepakan

Telusur fisik pada proses pengepakan dapat dilihat langsung pada label bahan
kemasan. Penandaan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah dipersyaratkan
oleh pembeli atau lembaga sertifikasi. Peluang bertambah dan berkurangnya
komposisi kayu bersertifikat tidak mungkin terjadi lagi selama proses pengerjaan akhir
ataupun pengepakan.
Penelusuran fisik dilakukan pada saat pemuatan dengan memperhatikan jumlah kotak
karton yang bertanda dan tidak bertanda certified. Karton yang tidak memiliki tanda
certified tidak dicampurkan dengan karton bertanda certified saat pemuatan.

3.5. Peralatan Lacak Fisik

Lacak fisik dilakukan untuk memperoleh data fisik yang dapat dikalkulasi langsung
untuk pengambilan keputusan. Karena data yang dibutuhkan adalah kuantitatif, maka
instrumen yang dipergunakan harus dapat menampilkan data kuantitatif. Sebagian
besar data yang diperoleh adalah besaran panjang, sehingga dipergunakan alat ukur
panjang. Hanya perubahan bentuk pada proses ukir dan bubut yang diperiksa
perubahannya menggunakan alat ukur berat.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
255
11

Instrumen lain yang dibutuhkan untuk menjadi alat pemeriksaan awal adalah MC
tester, yakni pengukur kelembaban. Alat MC Tester digunakan untuk memeriksa
sambungan dua bilah kayu yang dicurigai dari sumber yang berbeda. Selain itu
penggunaan Scale Loup untuk mengenali serat kayu juga bermanfaat menduga
produk kayu rakitan dari berbagai jenis species kayu. Tabel 3. menyajikan beberapa
instrumen yang dapat digunakan untuk lacak fisik.

Tabel 3. Instrumen untuk lacak fisik



Peralatan lain yang akan sangat membantu dalam perhitungan adalah kalkulator serta
beberapa mal dari kertas bergaris skala 1 cm.


Daftar Istilah/ Definisi

Poses Kiln Dryer adalah pengeringan kayu menggunakan pengering kilang
Lacak fisik adalah pemeriksaan secara fisik yang dilakukan terhadap komposisi kayu
terlacak dan tidak terlacak
Feeding adalah pengumpanan bahan masuk ke dalam mesin untuk diproses
Komposisi adalah menampilkan proporsi
Pembubutan adalah bagian dari proses pembuatan komponen menggunakan prinsip
gerusan pada bahan yang berputar, khususnya bentuk dengan pola dasar simetri tiga
dimensi
Scale Loup adalah peralatan optic yang dipergunakan untuk memperbesar bidang
penglihatan dan diberi skala
Mikrometer skrup adalah peralatan ukur dimensi pada rentang ukur mm sampai cm
dengan tingkat ketelitian 1/100 mm






256
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
12

Daftar Pustaka

Indonesia Cleaner Industrial Production Program (ICIP). 1998. Kajian Produksi Bersih
Pada Industri Kayu Lapis. Jakarta.
Hermawan.1996. Perencanaan, Pengendalian Produksi dan Sediaan Pada Industri
Kayu. Makalah Pelatihan Manajer Industri Kayu. UGM-FOCUS QE.
FCS-STD-40-201 (Version 1.0). 2004. FSC on-product labeling requirements. FSC
International Standard.
FCS-STD-40-005 (Version 1.0). 2004. FSC standard for non FSC-certified controlled
wood. FSC International Standard.

257
Pemahaman Sistem Lacak Balak atau Chain of Custody
(CoC) pada Industri Perkayuan
Dipersiapkan oleh:
Deden Rochmanudin
Dikembangkan Berdasarkan Modul Pelatihan dari :
IFC Advisory Services in Indonesia
Program Kayu Berkelanjutan
Jepara, 27 Juli 2010
e. Pemahaman Sistem lacak Balak atau Chain of Custody (CoC)
258
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Standar Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) atau Sertifkasi Ecolabel
dalam sistem pengelolaan hutan mulai diterapkan sebagai tuntutan pasar
internasional sejak tahun 2000 sebagai tindak lanjut dari kesepakatan sidang
ITTO (International Tropical Timber Organization) ke-8 di Bali, tahun 1990.
Dalam pertemuan tersebut ITTO menyepakati untuk memasyarakatkan
sistem pengelolaan hutan lestari (Sustainable Forest Management/SFM)
melalui pemberian sertifkat ekolabel kepada perusahaan yang memproduksi
maupun mengolah hasil hutan yang bersifat ramah lingkungan yang dimulai
tahun 2000.
Sebagai akibat dari kegiatan kampanye produk hijau dari berbagai pihak,
maka para kelompok pembeli produk kayu (buyers group) di berbagai negara
maju, seperti di Amerika Serikat, Uni Eropa (Inggris, Belgia, Jerman,
Belanda) dan Jepang sejak tahun 1998 sudah mulai memasukkan syarat
produk hijau (ecolabel) untuk produk kayu yang akan diperdagangkan di
pasar mereka. Tekanan melalui mekanisme pasar ini agaknya cukup efektif
sehingga para pelaku produsen hasil hutan kayu, terutama yang membidik
pasar-pasar tersebut mau tidak mau harus mulai menerapkan sistem
pengelolaan hutan produksi lestari.
Sedangkan dari dimensi produk yang dihasilkan, para pembeli menghendaki
adanya jaminan bahwa asal usul bahan baku produk kayu dibelinya adalah
berasal dari hutan yang dikelola secara lestari. Penelusuran bahan baku
produk kayu tersebut lazim disebut dengan Chain of Custody (CoC) atau
disebut sertifkasi produk lacak balak. Penerapan sistem sertifkasi produk
lacak balak ini merupakan suatu sistem yang menjamin kemamputelusuran
hasil hutan yang ditelusur dari konsumen akhir, distributor produk, industri
kayu, hingga ke unit pengelolaan hutan produksi yang dikelola secara lestari.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
259
Kegiatan sertifkasi lacak balak atau CoC merupakan kegiatan yang dilakukan
oleh pihak ketiga yang bersifat independen yang berhak mengeluarkan
pernyataan resmi bahwa hasil hutan yang diproduksi oleh suatu unit
manajemen usaha kehutanan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari.
Unit manajemen sebagai pemohon sertifkasi lacak balak, bisa pemerintah,
pengusaha pengelolaan hutan yang memproduksi hasil hutan berupa kayu,
pengusaha industri pengolahan hasil hutan kayu, pihak pedagang distributor
kayu (agen/retail) atau pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
Lembaga sertifkasi yang berhak memberikan pengakuan sistem lacak balak
merupakan lembaga yang telah mendapat akreditasi dari Dewan Pemangku
hutan dunia, atau Forest Stewardship Council (FSC).
Skema FSC mengatur pernyataan (klaim) sertifkasi produk secara
proporsional, berdasarkan sumber bahan baku yang berasal dari hutan yang
dikelola secara lestari (certifed resources) dan sumber bahan baku kayu yang
berasal dari sumber yang tidak lestari (uncertifed resources).
Berdasarkan proporsi pernyataan (klaim) sertifkasi tersebut, publikasi
produk kayu yang telah dikelola dengan sistem lacak balak tersebut
diperbolehkan oleh FSC untuk mencantumkan initial label produk ramah
lingkungan (ekolabel). Informasi pada label akan menunjukan prosentasi
bahan baku yang berasal dari kayu lestari (Certifed resources) dan bahan kayu
tidak lestari (uncertifed resources).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengembangan dan penyampaian Modul Pelatihan ini adalah :
1. Untuk memberikan pengetahuan tentang masalah perdagangan produk
kayu CoC (ekolabel), dan kondisi pengelolaan hutan di Indonesia.
2. Untuk memberikan pengetahuan tentang tuntutan pembeli terhadap
produk lacak balak dari industri perkayuan.
3. Untuk memberikan pengetahuan tentang sertifkasi produk lacak balak
dan pernyataan/informasi untuk klaim produk sertifkasi CoC (Ekolabel)
260
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
1.3 Metodologi Pembelajaran
Tipe Material Tujuan
Buku Pegangan Peserta Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang
standard sistem lacak Balak
Aktivitas kelas Mencakup penjelasan masalah perdagangan
produk CoC, pemahaman sistem lacak balak pada
pengusahaan atau di industri kayu, dengan metode
ceramah dan tanya jawab.
261
Bab II
Pemahaman Sistem Lacak Balak
2.1. Tuntutan Sertifkasi Produk Lacak Balak
Bisnis industri dan perdagangan produk berbahan baku kayu telah
mengalami tekanan tuntutan secara eksternal dari perdagangan pasar dan
menghadapi tekanan internal dari kondisi sumber bahan baku kayu.
Pada kondisi internal sumber daya hutan di Indonesia, kayu sebagai sumber
bahan baku produk perkayuan ketersediaan pasokannya saat ini masih
sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan industri perkayuan yang
membutuhkan berbagai bentuk produk hasil hutan kayu.
Kondisi sumber daya hutan alam di Indonesia saat sekarang (2009)
diperhitungkan tinggal lebih kurang 38.000.000 Ha, dari total luas kawasan
hutan 140.000.000 Ha. Kondisi ini mendorong kebijakan pemerintah
untuk semakin mengurangi jumlah potensi hutan yang boleh ditebang (soft
landing), sehingga secara langsung mengurangi sumber bahan baku industri.
Dari tahun 2004 s/d 2008 jumlah suplai bahan baku kayu resmi dari hutan
alam cenderung akan mengalami penurunan, sementara suplai bahan baku
kayu dari hutan tanaman serta sumber ijin lainnya yang sah cenderung
mengalami kenaikan, seperti diperlihatkan dalam pada tabel di bawah
ini,yaitu ;
No Tahun
Sumber Produksi Bahan Baku Kayu Bulat (Log)
Jumlah
(m
3
)
Hutan Alam (m
3
) Hutan Tanaman (m
3
)
Ijin Lainnya
Yg Sah (m3) RKT IPK PERHUTANI HTI
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2004 3,510,752 1,631,885 924,632 7,329,028 153,640 13,549,937
2 2005 5,720,525 3,614,347 757,993 12,818,199 1,311,584 24,222,648
3 2006 5,586,722 3,434,181 337,797 11,451,149 982,195 21,792,044
4 2007 6,437,685 3,063,607 48,034 20,614,209 1,328,050 31,491,585
5 2008*) 4,610,077 2,764,015 96,954 22,321,885 2,191,511 31,984,442
262
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Keterangan : *) Data terakhir diambil dari sistem online realisasi Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI)
Tahun 2008 per tanggal 7 April 2009
(RKT : Rencana Kerja Tahunan; IPK : Ijin Pemanfaatan Kayu; PERHUTANI : Perhutani; HTI : Hutan Tanaman Industri)
Sumber: Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan Kementrian Kehutanan RI
Walaupun jika digabungkan antara pemenuhan kebutuhan sumber bahan
baku kayu dari hutan alam dan sumber dari hutan tanaman serta dari sumber
ijin lainnya yang sah, dari rata-rata kebutuhan kayu sebesar 24.608.131
m
3
(tahun 2004 s/d tahun 2008), untuk seluruh industri hasil hutan
kayu, maka jika diasumsikan rendemen produk rata-rata 50%, seharusnya
dibutuhkan suplai bahan baku kayu untuk industri minimal rata-rata
49.216.262jutam
3
.
Kondisi tersebut menjadi pilihan yang sangat sulit bagi industri yang tidak
memiliki sumber bahan baku yang pasti atau dari pengelolaan hutan sendiri,
maka akan menerima kayu dari sumber tidak legal (illegal logging), atau
berhenti berproduksi.
Saat ini dari total industri kayu primer, sudah lebih dari 60% industri kayu
yang berhenti berproduksi karena kekurangan bahan baku kayu, dan banyak
industri yang mendapat pinalti penutupan dari pemerintah karena terbukti
menerima bahan baku kayu dari sumber yang tidak legal.
Tuntutan ekternal saat ini terhadap kebutuhan produk berbahan baku
kayu, seperti produk kayu lapis, furniture dan lain-lain, tidak saja terbatas
kepada tuntutan jaminan mutu produk dan harga yang bersaing, namun
sebagian besar pembeli lebih memperhatikan kepada jaminan produk yang
ramahlingkungan.
Tuntutan produk ramah lingkungan terkait dengan adanya tekanan beberapa
pihak, diantaranya yaitu :
1. adanya Kesepakatan antar negara (konvensi global), misalnya produk
yang memenuhi persyaratan ITTO, Konvensi perubahan iklim (Protokol
Kyoto), konvensi species dilindungi (Konvensi CITES), dll.
2. adanya tuntutan standard produk dari negara pengimport/pembeli
produk, seperti standard JAS Green Konyohu (Jepang), standard
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
263
CE marking (negara Uni Eropa), UU Konstruksi Swedia, peraturan
perdagangan kayu Amerika Serikat (Lacey Act), dll.
3. adanya tekanan dari kelompok pembeli peduli lingkungan (Buyers group
atau Green Consumer), mencakup perhatian kepada standar sistem
pengelolaan hutan lestari dan produk lacak balak, seperti standard FSC
(SFM dan CoC), Helsinski process, Kiriteria dan indikator ITTO.
4. adanya tuntutan penerapan proses ramah lingkungan (sesuai standard
ISO 14001:2004) dan adanya tuntutan produk ramah lingkungan (sesuai
standard ekolabel ISO 14021:20020).
Tekanan dari beberapa buyers group yang menguasai perdagangan kayu di
Eropa dan Amerika, diantaranya seperti berikut :
No Nama Kelompok Buyer Negara Jumlah Anggota
1 1995+Group Inggris 87
2 Hart Voor Hout Belanda 11
3 Club 1997 Belgia 79
4 Gruppe 98 Austria 26
5 Gruppe 98 Jerman 31
6 WWF Wood Group Swis 10
7 Certifed Forest Product Council Amerika Utara 149 perusahaan
500 individual

Beberapa dealer/distributor besar di Amerika Serikat, yang meminta
persyaratan jaminan produk kayunya yang dibeli ramah lingkungan, seperti
pada tabel di bawah ini.
Dealers
Sales US$
(Billion)
Certifcation Requested Deadlines
Home Depot 36.8 COC FSC Akhir 2002
Lowis 16 COC FSC Plus Tidak ditentukan
Menard 4.6 Third Party (TP) Akhir 2003
Home Base 1.77 No Endangered Woods Akhir 2002
84 Lumber 1.5 ISO 14001, SFI, CSA, TP Akhir 2002
Wickes 1 TP Certifaction Akhir 2001
264
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Untuk menjaga kelestarian sumber bahan baku dan mencegah penggunaan
bahan baku kayu ilegal, pemerintah melalui Kementerian Kehutanan, secara
intensif telah mendorong perusahaan pengelolaan hutan untuk menerapkan
sistem pengelolaan hutan lestari, dan menerapkan sistem lacak balak (Chain
of custody), sesuai skema pemerintah yang bersifat wajib (mandatory) dan
tertuang dalam Kepmenhut No. P.38/2009, tentang standar dan pedoman
penilaian kinerja pengelolaan hutan produksi lestari dan verifkasi legalitas
kayu pada pemegang izin atau pada hutan hak, maupun skema lembaga
independen yang bersifat sukarela (voluntary) seperti skema Lembaga
ekolabel Indonesia (LEI), dan atau skema sertifkasi Forest stewardship
Council (FSC).
Adanya tekanan eksternal dan kondisi internal tersebut dapat menjadi
tantangan masalah bagi industri perkayuan, namun sekaligus peluang
yang dapat diraih, jika industri dapat mengelola sistem manajemennya
secara efsien, dan memiliki sumber bahan baku yang legal, yaitu dengan
menerapkan sistem manajemen mutu yang terintegrasi dengan sistem
lacakbalak.
2.2. Pemahaman Sistem Lacak Balak
Sistem Lacak balak atau Chain of Custody adalah standard atau persyaratan
yang mengatur rantai aliran penggunaan bahan baku kayu yang dapat
ditelusur kembali dari output produknya, menuju sumber asal-usul kayu
tersebut (lokasi tegakan hutannya).
Sesuai standard FSC yang dikembangkan oleh BM-Trada, Sistim Lacak balak
adalah suatu sistem yang mengatur rangkaian yang tidak terputus (unbroken
path), mulai dari produk yang diambil dari hutan yang telah dikelola secara
lestari, sampai dengan digunakan oleh konsumen, termasuk seluruh tahapan
pada saat transportasi, distribusi dan proses pengolahannya.
Sesuai pengertian Pedoman LEI 88, Sistem Lacak Balak adalah sistem
yang menjamin akuntabilitas dan kebenaran fsik sampel, data dan catatan
mengenai hasil hutan, apabila dilakukan proses pelacakan secara runtut.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
265
Akuntabilitas sendiri diartikan sebagai informasi yang terpercaya mengenai
asal usul kayu dari pengelolaan hutan lestari.
Terhadap standar pengelolaan hutan lestari (sustainable forest management)
dan standard sistem lacak balak (Chain of Custody), telah banyak skema
yang dikembangkan oleh berbagai negara dan organisasi non pemerintahan.
Namun yang sangat dikenal dalam skema perdagangan yaitu standard sistem
Lacak Balak (Chain of Custody), yang telah ditetapkan oleh Lembaga FSC.
Forest Stewardship Council (FSC) atau disebut Dewan Pemangku Hutan
Dunia, merupakan lembaga non pemerintah yang telah berdiri sejak tahun
1983. FSC sebagai lembaga dunia, yang anggotanya terdiri dari perwakilan
lembaga kehutanan negara dan lembaga non pemerintah (NGO), seperti
WWF, Green Peace, organisasi bisnis perkayuan seperti ITTO, ITTA, dll.
Berdasarkan dukungan anggotanya, lembaga ini secara khusus
mengembangkan prinsip dan kriteria pengelolaan hutan lestari, dengan
skema sertifkasi pengelolaan hutan lestari dan sertifkasi produk mampu
telusur (produk lacak balak) dari pengelolaan hutan lestari.
Untuk dapat meraih sertifkasi pengelolaan hutan lestari dan produk lacak
balak (chain of custody), bagi organisasi/perusahaan yang bergerak dalam
pengelolaan hutan dan atau industri pengolahan produk perkayuan,
seharusnya memenuhi prinsip dan kriteria pengelolaan hutan lestari dan
kriteria indikator sistem lacak Balak FSC ini.
2.3 Sertifkasi Sistem Lacak Balak
Dalam sertifkasi sistem Lacak Balak (CoC), terdapat 2 komponen sistem
yang perlu dipenuhi terhadap produk hasil hutan kayu, yaitu :
1. Sistem pergerakan produk hasil hutan, adalah merupakan sistem
konfgurasi hasil hutan, simpul pergerakan, pelaksana, mutasi bentuk dan
jumlah hasil hutan, perangkat pengenal, pencatat dan dokumen yang
menyertai pergerakan hasil hutan.
2. Sistem assesment adalah merupakan sistem penelusuran hasil hutan yang
merupakan konfgurasi kriteria dan indikator penilaian, asesor pelaksana,
266
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
lembaga sertifkasi, metodologi, prosedur dan teknik, yang digunakan
untuk merunut perjalanan hasil hutan.
Setelah pengelolaan hutan mendapat sertifkasi pengelolaan hutan lestari
sesuai pemenuhan persyaratan kriteria dan indikator pengelolaan hutan
lestari tersebut, maka untuk mendapatkan sertifkasi produk ekolabel, pada
industri perkayuan atau distributor produk kayu harus memenuhi kriteria
indikator sistem lacak balak.
Perusahaan atau industri yang telah mendapat sertifkasi lacak balak, berhak
menyatakan dan mempublikasikan diri sebagai organisasi yang telah diakui
oleh FSC, telah menerapkan sistem lacak balak, dan produknya berhak
menempelkan label produk CoC. Publikasi tersebut dapat dalam laporan
resmi, keterangan pers, iklan, brosur dan selebaran media lainnya. Klaim
tersebut harus melalui badan sertifkasi yang telah diakreditasi/diakui FSC
untuk mengeluarkan sertifkat.
Beberapa lembaga sertifkasi di Indonesia yang telah diakreditasi oleh FSC
dan dapat mengeluarkan sertifkasi CoC, diantaranya adalah :
1. SGS (manual yang dikembangkan adalah SGS Qualifor)
2. SMARTWOOD (manual yang dikembangkannya adalah CoC guidelines)
3. BM TRADA (manual yang dikembangkannya adalah Trada Track CoC
Certifcation)
4. SILVA FOREST FONDATION (manual yang dikembangkannya
adalah Standard for CoC Guidelines)
5. PT MUTUAGUNG LESTARI (manual yang dikembangkannya adalah
MAL Sylvace Program)
Perkembangan organisasi/perusahaan yang telah mendapat sertifkasi
pengelolaan hutan lestari dan sistem lacak balak (s/d tahun 2008) dimana
Jumlah kawasan pengelolaan hutan yang telah disertifkasi FSC, diseluruh
dunia seluas 92.887.557 Ha, dengan rincian berdasarkan jumlah unit
manajemen pengelolaan hutan dan jumlah negara, sebagai berikut :
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
267
1. Jumlah unit pengelolaan yang meraih sertifkasi hutan lestari dan CoC
rantai hutan dari FSC sebanyak 907 unit, yang mencakup sebanyak 78
negara.
2. Jumlah sertifkat CoC yang telah dikeluarkan FSC pada unit industri dan
agen dagang produk kayu sebanyak 7.873 sertifkat pada 84 negara.
Di indonesia jumlah kawasan hutan yang telah disertifkasi SFM seluas
702.762 Ha, atau sebanyak 6 unit pengelolaan hutan, dan jumlah sertifkat
CoC yang telah diterbitikan FSC untuk industri di Indonesia sebanyak 48
sertifkat (data s/d tahun 2008).
268
Bab III
Sertifkasi Sistem Lacak Balak (CoC)
3.1 Penyataan Klaim Produk Lacak Balak
Setiap perusahaan atau unit pengelolaan hutan yang telah mendapat
sertifkasi pengelolaan hutan lestari dari Forest Stewardship Council (FSC),
maka produk kayunya berhak untuk mendapat sertifkasi sistem lacak Balak.
Kemudian untuk industri kayu yang bahan baku kayunya seluruhnya atau
sebagian berasal dari hutan yang telah mendapat sertifkasi pengelolaan
hutan lestari dapat membuat pernyataan klaim secara proporsional, untuk
mendapat sertifkasi lacak balak terhadap produknya.
Peryataan klaim prosentasi sertifkasi produk, menunjukan proporsi antara
produk yang bahan baku kayunya telah disertifkasi (certifed resources) dan
bahan baku kayu tidak bersertifkat (uncertifed resources).
Untuk sumber bahan baku kayu yang dapat disertifkasi dibedakan sesuai
katagori yaitu :
1. Katagori A, yaitu Bahan baku kayu berasal dari hutan yang telah dikelola
secara lestari (mendapat sertifkat hutan lestari). Seperti pengusahaan
hutan alam, pengusahaan hutan tanaman, dan pengusahaan hutan
berbasis masyarakat (dalam kawasan hutan). Katagori tersebut yaitu ;
kayu termasuk serpihnya, Chip atau serat yang berasal dari hutan yang
telah disertifkasi pengelolaan hutan lestari. Atau produk antara dari hasil
penggergajian.
2. Katagori B (netral), yaitu bahan baku kayu yang tidak berasal dari hutan
dikelola secara lestari, namun dipastikan bukan berasal dari kawasan
hutan katagori C (uncertifed Resources). Katagori ini seperti kayu
daur ulang yang belum digunakan, Serat kayu, kayu hasil sampingan
industri, serat tanaman bukan kayu (seperti kapas, kain lap, rami, jerami,
ampas tebu) kayu yang hanyut dibawa arus, dan kayu dari limbah bekas
bangunan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
269
3. Katagori C (uncertifed resources), Bahan baku kayu yang sumbernya
tidak dapat disertifkasi Lacak Balak.
Sesuai persyaratan FSC sumber bahan baku katagori ini yaitu :
a. Kayu yang dipanen secara tidak sah, katagori ini menyangkut legalitas
sumber pemanenan kayu atau sumber asal-usul kayu yang tidak
memenuhi peraturan pemerintah, termasuk kepatuhan terhadap
kewajiban pajak pemungutan sumber daya hutan.
b. Kayu dari pohon yang dimodifkasi secara genetik, Katagori ini termasuk
bahan baku kayu yang berasal dari tegakan yang berasal dari benih hasil
rekayasa genetis.
c. Kayu dari area Terdapat Pelanggaran Hak tradisional, katagori ini
menyangkut adanya hukum adat atau hak sipil yang jelas, dari pihak
orang-orang pribumi atau lembaga sosial masyarakat, yang menguasai
akses kawasan hutan sebagai sumber bahan baku kayu.
d. Kayu dari hutan yang bernilai konsevasi tinggi (HCVFs), kayu yang
berasal dari kawasan ekosistem hutan yang sesuai kriteria panduan FSC,
dinyatakan sebagai kawasan hutan bernilai konservasi tinggi (habitat,
fora, fauna, dan nilai tradisional). Atau dalam ketentuan pemerintah
nasional dinyatakan sebagai kawasan hutan lindung, taman nasional,
kawasan konservasi, taman buru, dll.
4. Katagori D, sebagai bahan bukan kayu lainnya diabaikan untuk
kepentingan klaim sertifkasi. Bahan seperti itu meliputi besi, plastik,
pengisi mineral dan pencerah, dll.
Pilihan untuk menyatakan/klaim produk telah disertifkasi sesuai skema
FSC ini yaitu :
Pilihan 1 : Merek dagang FSC TIDAK digunakan pada item kayu padat
satuan, hanya memasang label informasi persentase produk kayu certifed
dan non certifed pada item kayu padat satuan. Pilihan ini dianjurkan setelah
mendapat persetujuan dari badan sertifkasi untuk menjamin pencampuran
produk secara tidak sah.
Pilihan 2 : Hanya mencantumkan Nomor sertifkat Lacak balak, yang
diberikan oleh badan sertifkasi, pada setiap hasil produk, namun tanpa
merek dagang FSC
270
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Pilihan 3 : Merek dagang FSC, dengan penjelasan lengkap dari bahan baku,
dan sumber bahan baku serta persentase kayu bersertifkat yang digunakan di
dalam proses pabrikasi, dapat digunakan pada label di produk.
3.2 Proporsi Pernyataan Klaim Sertifkasi
Proporsi pernyataan klaim sertifkasi produk lacak balak, dapat mengikuti
ketentuan proporsi bentuk atau kelompok produknya yaitu :
1. Kelompok Kayu Padat
2. Kelompok produk Serat atau chip
3. Kelompok produk rakitan
Untuk sekelompok produk kayu padat, yang diproduksi industri atau
dipasarkan pada rantai pedagang antara, meliputi produk :
1. Hasil dari lokasi log yard atau logpond pengusahaan hutan
2. Hasil produk industri kayu olahan (sawn timber atau moulding)
3. Produk kayu olahan dalam rantai pengelolaan pedagang antara untuk
bahan baku industri.
Pernyataan kayu padat sebagai produk lacak balak, dari hasil lokasi logyard
atau logpond dari pengelolaan hutan lestari harus 100% berasal dari hutan
yang mendapat sertifkat (sumber kayu Katagori A)
Pernyataan klaim produk lacak balak dari kayu padat yang berasal dari hasil
pengolahan dan atau produk dalam rantai pengelolaan pedagang antara,
proporsi kayu lestari (certifed resources) minimal 71%, terhadap bahan baku
kayu tidak mendapat sertifkasi 29% (uncertifed resources).
Untuk produk berasal dari bahan baku Serat, partikel, atau chip kayu
(partikel board dan MDF), dapat menyatakan klaim sertifkasi lacak balak
menggunakan logo, nama, dan inisial FSC.
Pernyataan klaim dari Komponen Dan Produk Serat Dan Chip, harus
memenuhi prosentasi yaitu :
a. Sedikitnya 30% tentang serat dari hutan harus FSC-CERTIFIED dan
b. Sedikitnya 17.5% tentang total serat harus FSC-CERTIFIED.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
271
Untuk produk komponen kayu rakitan, yang terdiri dari bahan kayu padat,
blackboard, kayu lapis dan moulding, maka Logo, merek dagang, initial FSC
dapat digunakan pada produk dan label kayu, jika Sedikitnya 70% dari
volume kayu yang digunakan dalam pembuatan produk mendapat sertifkasi
FSC (Kategori bahan A), dan 30% sisanya katagori B
Untuk Produk Rakitan Yang Mengandung Gabungan Komponen Solid,
Chip dan serat, aturan pernyataan klaim sertifkasi lacak balaknya tersedia
dua alternatif pilihan klaim yaitu :
Pilihan 1: Merek dagang FSC dapat digunakan jika kombinasi dari semua
komponen kayu padat dan serat atau chip baru mengandung sedikitnya
70%, (berdasarkan volume atau berat), termasuk katagori A, dan sisanya
30% masuk katagori B, atau D misalnya meja dibuat terdiri dari kayu
lapis, kayu padat, dan particle board.

Pilihan 2: Merek dagang FSC dapat digunakan, aturan kayu padat
menggunakan proporsi penjumlahan komponen kayu padat. Ditambah
aturan produk chip dan serat, menggunakan penjumlahan komponen
chip dan serat.
Proporsi dari campuran pilihan 2 tersebut yaitu :
17.5% Kayu FSC-CERTIFIED + 50% kayu netral + 32,5% daur ulang
17.5% Kayu FSC-CERTIFIED + 82.5% kayu netral/daur ulang
30% kayu FSC-CERTIFIED + 70% kayu dari hutan tidak bersertifkat
Perhitungan 1 ton komponen bahan kayu yang mencakup base klaim 70%
dikombinasikan dengan 1 ton bahan kayu terdiri base klaim 80%, dan 1 ton
bahan dengan base klaim 90%, untuk menghasilkan 3 ton produk. 3 (tiga)
ton produk akhir tersebut mencakup klaim sebagai berikut :
(70 + 80+ 90) dibagi dengan 3 = sedikitnya 80% kayu yang digunakan
dalam proses pabrikasi berasal dari hutan yang telah disertifkasi FSC.
Kasus lebih rumit dapat dilakukan perhitungan persentase berdasarkan
sumber bahan baku, jika masing-masing bahan kayu terpisah oleh kombinasi
272
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
dalam suatu proses pabrikasi. Sebagai contoh, campuran berikut digunakan
untuk membuat satu kelompok produk membutuhkan atau menggunakan:
a. 1 ton chip mengandung 40% klaim bahan bersertifkat,
b. 2 ton komponen kayu serbuk/partikel, mengandung 90% klaim bahan
bersertifkat
c. 3 ton komponen kayu padat, mengandung 80% klaim bahan bersertfkat
d. 0.5 ton komponen kayu, mengandung bahan tidak bersertifkat.
Sehingga komposisi bahan produk tersebut, dapat menyatakan klaim dengan
perhitungan sebagai berikut :
( 1 X 40 + 2 X 90 + 3 X 80 + 0.5 X 0) : (1 + 2 + 3 + 0.5) = 460 : 6.5
= 70.77%. (klaim kayu bersertifkat), memenuhi batas minimal 70%
komponen kayu bersertifkat.
3.3 Pelabelan Produk Lacak Balak
Produk yang telah mendapat pengakuan sertifkasi lacak balak, berhak
mencantumkan informasi produk lacak balak, dengan mencantumkan label
pada produk, pada bahan pembungkus/kemasan, pada etiket produk dan
lain-lain,
Informasi Label seharusnya menunjukan logo FSC dengan
menginformasikan kandungan kayu yang bersetifkat FSC (Kategori A), dan
kandungan kayu tidak bersertifkat (katagori B dan atau D).
Penulisan informasi prosentasi produk sama besar dengan huruf FSC dari
logo. Bentuk informasi produk yang dicantumkan pada label, seperti pada
contoh berikut :
Label untuk suatu produk rakitan
(misal Furniture, Kayu Lapis, Blockboard)
Label untuk suatu produk Chip/Serat
(misal kertas, partikel board, MDF)
71%
Minimal
19%
Minimal
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
273
Label harus memasukan pernyataan deskriptif untuk menjelaskan arti logo
FSC dan untuk mengecualikan tanggung jawab untuk atribut lain dari
produk, sesuai aturan berikut :
1. Untuk produk kayu solid, dengan tidak ada bahan netral, harus 100%
berasal dari hutan yang telah mendapat sertifkat pengelolaan hutan lestari
sesuai ketentuan FSC, pada label dapat tidak menyatakan informasi
proporsi 100%.
2. Minimal 70% kayu yang digunakan dalam pembuatan produk ini
berasal dari hutan yang telah mendapat sertifkat pengelolaan hutan lestari
sesuai ketentuan FSC.
3. Minimal 30% serat yang digunakan dalam proses pabrikasi serat/chip
berasal dari hutan yang telah mendapat sertifkat pengelolaan hutan lestari
sesuai ketentuan FSC.
4. Minimal 17.5% serat yang digunakan dalam proses pabrikasi serat/chip
ini berasal dari hutan yang telah mendapat sertifkat pengelolaan hutan
lestari sesuai ketentuan FSC, dan 82.5% merupakan kertas bekas pakai
yang didaur ulang
Dari perusahaan yang telah menerapkan sistem lacak balak atau telah meraih
sertifkasi lacak balak, telah meraih manfaat secara internal dari penerapan
manajemen perusahaan dan manfaat eksternal dari pengakuan pelanggan.
Manfaat penerapan dan sertifkasi sistem lacak balak secara internal yaitu :
1. Menyediakan sistem efsiensi pemanfaatan bahan baku kayu, dari sumber
hutan lestari.
2. Mendorong efsiensi bahan dari pemanfaatan bahan sumber daur ulang
atau produk samping, yang diakui sertifkasi.
3. Menyediakan sistem mampu telusur bahan, yang dapat digunakan untuk
menelusur sumber kesalahan dalam proses produksi.
4. Perusahaan semakin peduli terhadap kelompok sumber bahan baku yang
bisa dimanfaatkan.
Manfaat secara eksternal yang dapat diraih perusahaan yaitu :
1. Sistem ini sebagai perangkat yang menghubungkan konsumen akhir
dengan pengelola sumberdaya hutan.
274
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2. Sertifkasi Lacak Balak menjadi salah satu perangkat kompetitif bagi
konsumen atau pasar yang menuntut produk Ekolabel.
3. Bagi Manajemen Perusahaan dapat memperoleh informasi stok dan
arus perjalanan kayu (fow) secara terus menerus di setiap simpul
pergerakan kayu (dari rantai hutan industri sampai konsumen kayu).
275
Istilah dan Defnisi
Produk Rakitan, adalah Produk yang dibentuk dari dua atau lebih potongan
kayu padat, dirakit bersama-sama untuk membentuk produk lainnya.
Produk samping, Produk dari hasil pengolahan sekunder atau setelahnya.
Panjang batch, adalah Panjang waktu yang diperlukan untuk suatu proses
produksi atau suatu bagian dari suatu proses produksi berkelanjutan
(misalnya 30 hari).
Produk serat/chip, adalah Semua produk yang menggunakan bahan kayu
yang telah dipotong atau dihancurkan.
Kumpulan produk, adalah item kayu padat satuan atau produk seperti
batang kayu, kayu gergajian, papan, moulding, komponen, yang
disimpan atau dibungkus atau dijual atau dipertunjukkan bersama
dalam suatu kotak, peti tampilan, pekarangan, atau gudang
penyimpanan.
Kayu Hanyutan, adalah bahan Kayu yang telah hanyut di air tanpa
disengaja, tidak termasuk kayu bulat yang sengaja dirakitkan, dimilirkan
atau diangkut melalui air.
Hutan Bernilai Konservasi Tinggi adalah hutan yang memiliki satu atau
lebih atribut untuk menjamin kelstarian ekosistem.
Post-Consumer (kayu produk ulang) : Bahan kayu, serat, chip dari limbah
Domestik, rumah tangga atau kantor, seperti barang sisa bangunan, sisa
mebel yang telah digunakan.
Produk Antara Penggergajian (co-products): Produk sebagai hasil
pengolahan batang kayu utama, termasuk offcuts, papan, serbuk gergaji
dan potongan gergajian, dalam proses lanjutan masih bisa digunakan
dalam suatu lokasi pabrik.
Produk kayu padat: potongan kayu Padat tunggal, seperti suatu batang
kayu, [balok/berkas cahaya], papan, sendok kaku/kayu.
Pohon Penjarangan: Pohon yang ditebang sebelum masa panen akhir,
untuk tujuan mensitmulir pertumbuhan pohon/tegakan sisanya
Kayu Hutan Kota (pohon taman): kayu atau Pohon dari lingkungan
kota, mencakup kayu dari tepi jalan, kayu dari taman dan pohon kebun
(Arboricultural).
276
Daftar Pustaka
Marshall, R. 2001. Sustainable Development from theory towards practice.
The Environmentalist: 4 pp. 20-22.
Hammond. J.J, E.T. Donnelly, W.F. Harrod, N.A. Rayner. 1961.
Woodworking Technology. McKnight and McKnight Publishing
Company, Bloomington.
Upton, C. and Stephen Bass. 1995. The Forest Certification Handbook.
Earthscan Publication Ltd., Upsala.
FCS-STD-40-004 (Version 1.0). 2004. FSC chain of custody standard for
companies supplying and manufacturing FSC-certified products. FSC
International Standard.
FCS-STD-40-005 (Version 1.0). 2004. FSC standard for non FSC-certified
controlled wood. FSC International Standard.
FCS-STD-40-201 (Version 1.0). 2004. FSC on-product labeling
requirements. FSC International Standard.
FCS-STD-30-010 (Version 1.0). 2004. FSC standard for forest
management enterprises supplying non FSC-certified controlled wood.
FSC International Standard.
Hermawan.1996. Perencanaan, Pengendalian Produksi dan Sediaan Pada
Industri Kayu. Makalah Pelatihan Manajer Industri Kayu. UGM-
FOCUS QE.
277
Lampiran :
Daftar Perusahaan di Indonesia yang telah meraih Sertifkasi Lacak
Balak
No Nama Perusahaan Alamat Produk Sertifkasi
1 PT Allure Indonesia Kawasan Industri Candi Blok
1 No. 2A-2BJl Gatot Subroto,
Semarang
The manufacture of
garden furniture from
certifed teak logs
SGS-COC-0778
2 Aurora Group JI Tegelsari 6 Weru-Cirebon Garden furniture,
Flooring, Profle
mouldings
TT-COC-1651
3 PD Sinar Agung PD Sinar Agung, JL Manis
Raya No 30, Km 8.5,
Kawasan Industri Manis,
Tangerang,Indonesia.
Laminated timber
products
SGS-COC-1358
4 PT Alam Inrotama JL. Raya Jetis Km 43, Desa Jetis
Mojokerto
Manufacture of metal
framed garden furniture
using 100% certifed
SGS-COC-1166
5 PT Arona Binasajati In Jl. Narogong KM 16.5,
Cileungsi Bogor, West Java
Furniture (tables and
chairs
TT-COC-1883
6 PT Bangkit Jaya
Semesta
Jalan Telesonic Km 8, Kadujaya
No.109, Tangerang
Market umbrella and
gazebo (tent).
SGS-COC-0457
7 PT Cemerlang
Selaras Wood
Working
Jl. Industrial Raya IV Blok AF
No. 18 Desa Bundar Cikupa
(km 8) Tangerang
FSC-pure doors,
components and
moulding products
SGS-COC-0581
8 PT Cipta Kreasi
Wood Industry
Jl. Raya Kosambi Cimahi KM 4,
Desa Cimahi Karawang, Jawa
Barat, 41371
Furniture - outdoor /
garden Table, chairs,
furniture accessories
1000
SW-COC-1145
9 PT Erna Djuliawati
- COC
Lyman Wing, Wisma 46 Kav. 1,
Jl. Jendral Sudirman
Plywood SW-COC-1622
10 PT Falak Jaya
Furnitama
Jalan Industri III, Block AF no
88, Jatake - Tangerang
The manufacture of
garden furniture from
sawn timber
SGS-COC-0375
11 PT Inatai Golden
Furniture Industries
Kawasan Berikat NusantaraJl
Raya Cakung Cilincing No. 12/
KBNJakarta Utara 14140
The manufacture of
wooden furniture from
certifed sawn timber
SGS-COC-0770
12 PT Innovasi Artistika PT Innovasi Artistica : World
Trade Center L-16 Jalan Jend
Sudirman Kav 31; Jakarta
12920
Garden furniture /
Indoor furniture
SGS-COC-1414
13 PT International
Furniture Industries
Kawasan Berikat Nusantara
Cakung Jl. Madura 7, Blok
D-14 Jakarta Utara, 14140
Furniture - outdoor /
garden Tables,Chairs,
Umbrella 1200
SW-COC-1010
14 PT Intertrend Utama JL. Industri no.28, Buduran
Sidoarjo 61252
Furniture-outdoor/
garden
SW-COC-310
278
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
No Nama Perusahaan Alamat Produk Sertifkasi
15 PT Intracawood
Manufacturing
Jl Terusan Lembang D-53,
Jakarta Pusat 10310
4 x 8 feet Plywood, LVL
and general housing
components including
assembled doors and
cabinets. A minimum
percentage, at least 70
SCS-COC-00433
16 PT Kutai Timber
Indonesia
Head Ofce Jakarta,
Summitmas II Floor 8, Jl. Jend.
Sudirman Kav. 61-62, Jakarta
Selatan 12190
Plywood and Door
Blanks
TT-COC-2009
17 PT Panca Eka Bina
Plywood Industry
Desa Merempan, Kecamatan
Siamk, Riau, Indonesia
Plywood TT-COC-1745
18 PT Pelita Mulia
Pratama
Jl. Ancol Barat II No.5 Jakarta
14430
Furniture SW-COC-1061
19 PT Pensilindo JL. Peta No. 223, Bandung,
40233
Colored and lead pencils SW-COC-289
20 PT Ragil Adiperkasa Ds. Wonorejo, Jl. Solo-
Purwodadi Km 7.2, Gondang
Rejo, Karanganyar
(PO.Box 380) Solo
Furniture - outdoor /
garden 480
SW-COC-407
21 PT Rimba Mutiara
Kusuma
Palmanusa Adhi Kencana JL.
Indutri Raya III Blok AB no.
06 Jatake Industrial Estate
Tangerang
Garden furniture from
certifed teak logs
SGS-COC-0771
22 PT Rimbawood
Arsilestari
Jln Raya Cikande,
Rangkasbitung Km 6.5,
Serang, Jawa Barat, Indonesia
42178
Indoor and Outdoor
Furniture
TT-COC-1724
23 PT Sentosa Hasta
Reksa
Padalarang Raya Street Nr. 273
Bandung 40553, West Java
Handles SW-COC-682
24 PT Sumalindo
Lestari Jaya Tbk
Mega Kuningan Jakarta 12950
Indonesia
The Manufacture and
Sale of FSC Certifed
Plywood and Secondary
Process Products.
Plywood - FSC Mixed
Secondary process
products: Paper-Amino
Coating-PAC FSC Mixed
Film Faced Panels
FSC Mixed Film Faced
Plywood FSC Mixed
TT-COC-2187
25 PT Tjipta Rimba
Djaja
Jl. Kol. Yos Sudarso KM. 7.5,
Tanjung Mulia Medan,
Medan 20241, Indonesia
Plywood TT-COC-2010
26 PT Trimitra
Mebelindo
Jln. Raya Rangkas Cikande
Km 4 Kawasan Industri
Buditexindo, Desa Junti,
Serang 42177
Garden furniture
Eucalyptus
SGS-COC-1457
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
279
No Nama Perusahaan Alamat Produk Sertifkasi
27 PT Uniseraya Jalan Dr. Sutoma, No. 62,
Pekanbaru 28141 Riau
Garden furniture and
doors containing,
manufacture of
components and
moulding products
containing 100% FSC
certifed material
SGS-COC-0767
28 PT. Kayu Lapis
Indonesia
Industrial Estate MM 2100
Industrial 3, Kav. B5 Cibitung
Bekasi 17520 Indonesia
The Manufacture and
Sale of FSC Certifed
Doors, Door Frames and
Mouldings
TT-COC-2188
29 PT. Tri Dinamika
Makmur
Jl Agarindo No 2 Km 6 Desa
Sukamantri Kecamatan Pasar
Kemis, Tangerang 15560
Manufacture of
photograph frames,
shelves and shelving kits
and fnished wooden
products
SGS-COC-0883
280
f. Prinsip Pengendalian Mampu Telusur
Prinsip Pengendalian Produk
Mampu Telusur
Dipersiapkan oleh:
Deden Rochmanudin
Dikembangkan Berdasarkan Modul Pelatihan dari :
IFC Advisory Services in Indonesia
Program Kayu Berkelanjutan
Jepara, 27 Juli 2010
281
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Jaminan produk mampu telusur (product traceability), merupakan
produk yang dapat menunjukan bukti keterkaitan produk dengan asal-
usul bahan atau sumber input dari kegiatan produksinya, baik secara
proses maupun bukti secara fsik. Bukti mampu telusur secara proses
dapat berupa informasi proses pengolahan dan transportasi produknya
yang dapat ditelusuri kembali sesuai simpul-simpul aliran proses dan
transportasinya. Dan bukti secara fsik suatu produk berupa informasi
yang melekat pada produk, yang keterkaitannya dapat ditelusuri dengan
informasi pada proses dan transportasinya.
Setiap jenis atau kelompok produk, bagi produsennya dapat berbeda
tujuan untuk menginformasikan kemamputelusuran produknya. Pada
industri makanan dan obat-obatan, informasi produk mampu telusur
berguna untuk memastikan kapan produk tersebut diproduksi, dan
untuk menjamin makanan tersebut tidak melewati masa kadaluwarsa atau
aman untuk dikonsumsi. Untuk produk non makanan informasi mampu
telusur produk, umumnya berguna untuk memastikan kapan produk
tersebut diproduksi atau ingin menunjukan produk tersebut lebih baru
dari produk lainnya.
Khusus produk berbahan baku kayu, sesuai prinsip sistem lacak balak ini,
informasi kemamputelusuran produk bertujuan untuk menjamin produk
yang diproduksi berasal dari sumber kayu dari hutan yang dikelola secara
lestari (bersertifkat), dan atau berasal dari sumber yang diakui oleh
peraturan pemerintah (sumber yang legal).
Pada rantai aliran bahan kayu dari sumber lokasi pohon atau lokasi
tebang, kemungkinan besar masih mudah dan mau diterapkan
perusahaan pengelolaan hutan, dengan mengikuti format informasi sesuai
282
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
peraturan tata usaha kayu (TUK). Namun setelah bahan kayu sampai di
industri, jarang sekali produsen kayu yang memperhatikan informasi asal
usul sumber bahan baku kayunya.
Upaya mengembangkan dan menerapkan sistem mampu telusur asal-usul
bahan baku kayu di industri, dapat mencakup penggunaan perangkat
sistem informasi proses dan informasi fsik, mencakup penggunaan
perangkat sistem label, dan identifkasi barcode.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Pelatihan ini adalah
Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta:
1. tentang simpul-simpul pergerakan kayu pada kegiatan pengelolaan hutan
yang dapat menjamin asal usul log/batang kayu mampu telusur.
2. tentang simpul-simpul pergerakan bahan kayu pada kegiatan Industri
Furniture, yang dapat menjamin sumber bahan mampu telusur.
3. untuk dapat mengaplikasikan perangkat mampu telusur, dan menerapkan
penataan proses produksi untuk menjamin sumber bahan mampu telusur.
1.3 Metodologi Pembelajaran
Tipe Material Tujuan
Buku Pegangan Peserta
Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang
konsep pergerakan bahan kayu yang mampu
telusur, hingga ke sumbernya.
Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep dan penerapan
kepada peserta tentang prinsip mampu telusur
aliran bahan produk kayu, dengan metode ceramah
diskusi, dan simulasi.
283
Bab II
Produk Mampu Telusur Pada Rantai Hutan
2.1 Prinsip Mampu Telusur Pada Pengelolaan Hutan
Prinsip mampu telusur pada kegiatan pengelolaan hutan, menyangkut
Informasi asal-usul sumber bahan baku kayu (pohon asal), dari produk
berbahan baku kayu. Penerapan ini umumnya untuk keperluan
pemenuhan persyaratan tata usaha kayu (TUK) dari pemerintah,
guna memastikan kebenaran kayu yang dimanfaatkan sesuai rencana
penebangan yang di usulkan, dan untuk keperluan pemungutan pajak
sumber dayanya. Namun dalam prakteknya informasi tata usaha
kayu yang dipersyaratkan pemerintah tersebut jarang dilaksanakan
secarakonsisten.
Pada rantai aliran bahan kayu dari sumber lokasi pohon atau lokasi
tebang, kemungkinan besar masih mudah dan mau diterapkan
perusahaan pengelolaan hutan, sesuai peraturan tata usaha kayu, namun
setelah bahan kayu sampai di industri, jarang sekali produsen kayu
memperhatikan informasi asal usul sumber bahan baku kayunya.
Sesuai prinsip lacak balak, prinsip mampu telusur seharusnya tersedia
data/informasi ketertelusuran pada setiap rantai aliran bahan kayu, yang
mengalami perubahan bentuk, ukuran dan atau mengalami pencampuran
dari input proses lainnya.
Pada Kegiatan pengelolaan hutan (hutan tanaman atau hutan alam)
peluang terjadinya perubahan bentuk, ukuran dan pencampuran, terjadi
pada kegiatan yang mencakup aktivitas sebagai berikut :
1. Penebangan pohon dan pembagian batang (Felling).
2. Penyaradan batang ke lokasi Tempat Pengumpulan kayu di hutan (Tpn)
3. Pemotongan pembersihan batang (bucking)
284
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4. Pengangkutan Kayu dari Tpn ke Tempat Penimbunan Kayu Antara
(Tpk antara)
5. Pengangkutan Kayu dari (Tpk antara) ke Logpond atau Tpk Akhir.
Namun dari aktivitas tersebut sebagai sumber informasi awal, yang
menunjukan posisi atau lokasi asal-usul tegakan pohon/kayu yang akan
ditebang, adalah berasal dari kegiatan penataan areal/blok penebangan
dan kegiatan inventarisasi tegakan sebelum penebangan (cruising).
Pada areal pengelolaan hutan, dilakukan kegiatan kompartemenisasi yang
menata areal pengelolaan hutan menjadi blok-blok atau unit terkecil
(biasa disebut petak) areal pengelolaan hutan. Setelah dilaksanakan
penataan areal, kemudian dilakukan inventarisasi potensi tegakan yang
tumbuh atau yang ditanam (cruising) pada kompartemen areal tersebut.
Kegiatan inventarisasi dilakukan sebelum penebangan untuk
mendapatkan data informasi jumlah dan jenis potensi tegakan/pohon
yang tersedia pada areal yang sudah ditata. Pada kegiatan inventarisasi
tegakan (cruising) tersebut, kegiatan pengambilan data informasi pohon
mencakup aktivitas :
1. Identifkasi Nama Jenis Pohon
2. Pengukuran diameter Pohon
3. Pengukuran Tinggi Pohon
4. Pengukuran Posisi Pohon
Hasil pengambilan informasi pohon tersebut sesuai aturan legal
pemerintah saat ini (KEMENHUT), biasanya direkam datanya kedalam
Laporan Hasil Cruising (LHC), dan dibuat peta distribusi pohon (peta
pohon) yang menunjukan posisi pohon tersebut pada lokasi petak
inventarisasinya.
Sementara pada fsik pohonnya di tempelkan label informasi pohon
tersebut, yang mencakup informasi :
1. Nama Jenis pohon
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
285
2. Nomor pohon
3. Nomor petak
4. Tinggi pohon
5. Diameter pohon
Pemasangan label pada pohon ini, biasanya terdiri dari 2 (dua) bagian,
dimana pada saat penebangan pohon, satu bagian label informasi tetap
ditempelkan pada tunggak (sisa tebangan), dan satu bagian label ditempel
pada batang yang ditebang.
Sesuai aturan pemerintah label pohon yang ditebang digunakan sebagai
bukti informasi untuk disesuaikan dengan Data Rekaman Hasil Cruising
(LHC) yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pada perusahaan yang telah
menerapkan sistem lacak balak, biasa membuat informasi tidak hanya
mengikuti peraturan pemerintah akan tetapi pelabelan juga dimaksudkan
untuk penunjang identifkasi kedalam sistem pengendalian bahan baku
tertentu yang ditetapkan perusahaan.

Gambar 1. Contoh Cruising Informasi dengan Barcode
286
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Identifkasi nomor pohon yang spesifk, sesuai prinsip mampu telusur
posisi pohon, dipetakan dengan sistem Global positioning system
(koodinat satelit). Informasi initial kayu ditempelkan pada pohon/
tegakan, kemudian datanya dimasukan kedalam sistem komputer
penyimpan data guna memberikan jaminan tegakan/pohon tersebut
mampu telusur ketika sudah ditebang, atau pada rantai penjualan.
2.2 Informasi Mampu telusur Pergerakan Kayu Di Hutan
Setelah informasi lokasi suatu tegakan pohon/kayu tercatat, maka pada
kegiatan pengelolaan hutan, informasi asal lokasi pohon/kayu tersebut
harus selalu tertelusur, dari mulai penebangan sampai kayu diterima di
Tpk Akhir (logpond atau Logyard).
Pada kegiatan penebangan untuk menjamin kemampu telusuran pohon/
tegakan yang ditebang, seharusnya setiap pohon yang telah ditebang,
dicatat informasi label pada pohon (yang dibuat saat cruising), kedalam
data rekaman hasil tebangan. Kemudian jika pada satu pohon, dibagi lagi
menjadi beberapa bagian batang/log, maka informasi sesuai label cruising
setiap potongan batang, menjadi kode tambahan, nomor identifkasi
pohon atau nomor barcode yang sama.
Pada fsik hasil penebangan, ditempelkan kembali informasi label pohon
yang dibuat saat inventarisasi kegiatan, yaitu : 1) Bagian label 1 (satu),
yang bertulis tunggak, ditempelkan kembali pada tunggak pohon yang
ditebang. 2) Bagian label 2 (dua) yang bertulis batang, ditempelkan pada
batang /log yang telah ditebang.
Jika batang tersebut terjadi pembagian batang (potongan lebih dari satu),
maka Pada fsik setiap potongan batang di tempelkan label informasi
batang/log sesuai informasi pada label bagian 2, dengan membuat label
tambahan, dan memberikan tambahan pada setiap potongan batang.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
287
Label Pada Tunggak
Nomor Petak : H 78
Nomor Pohon : 78-01987
Jenis Pohon : Akasia Mangium
Diameter / Tinggi 120 Cm / 56 cm
Label Pada Batang
Nomor Petak : H 78
Nomor Pohon : 78-01987
Jenis Pohon : Akasia Mangium
Diameter / Tinggi 120 Cm / 56 cm
Label Pada Batang
Nomor Petak : H 78
Nomor Pohon : 78-01987
Jenis Pohon : Akasia Mangium
Diameter / Tinggi 120 Cm/56 cm
Label Pada Potongan ke -1
Nomor Petak : H 78
Nomor Pohon : 78-01987 1/3
Jenis Pohon : Akasia Mangium
Diameter / Tinggi 120 Cm / 56 cm
Label Pada Potongan Ke -2
Nomor Petak : H 78
Nomor Pohon : 78-01987 2/3
Jenis Pohon : Akasia Mangium
Diameter /Tinggi 120 Cm / 56 cm
Label Pada potongan ke - 3
Nomor Petak : H 78
Nomor Pohon : 78-01987 3/3
Jenis Pohon : Akasia Mangium
Diameter /Tinggi 120 Cm / 56 cm
Contoh informasi label pada pohon dan batang/log seperti pada gambar
di bawah ini :
Setelah Pembagian batang, misalnya
menjadi 3 potongan
Label Hasil Cruising Label Setelah Tebang
288
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Setelah batang hasil penebangan dimasukan ke dalam buku ukur, hasil
pengukuran batang dan pengujian (scaling dan grading). Kemudian setiap
batang kayu ditarik (disarad) dengan traktor, atau kumpulan batang di
kumpulkan ke Tpn dengan bucket tracktor.
Pada area Tempat pengumpulan kayu di hutan ini, biasa juga dilakukan
pemotongan dan pembersihan kayu, sesuai grade mutu kayu.
Kemudian batang atau log kayu diangkut ke lokasi Tempat Penimbunan
kayu (Tpk) antara atau langsung ke Tempat Penimbunan (Tpk) akhir.
Kegiatan pengangkutan kayu dari lokasi Tpn ke Tpk antara ke
Tpk Akhir, biasa menggunakan moda transportasi darat (truck atau
loggingtruck).
Untuk menjamin informasi mampu telusur pada kegiatan pengangkutan
bahan baku log, menggunakan informasi dari data/rekaman yang
mengikuti perjalanan kayu dan informasi pada fsik kayu, yaitu :
1. Buku Laporan Arus mutasi dan Stock batang/log di Tpn
2. Bon trip angkutan kayu (Tpn Tpk antara, dan Tpk antara Tpk akhir)
3. Buku Laporan arus mutasi dan Stock Log di Tpk antara
4. Buku laporan arus mutasi kayu dan stock log di Tpk akhir (logpond atau
logyard).
Dalam rantai aliran informasi pergerakan kayu dari Tpn Tpk antara
dan Tpk akhir, seharusnya secara administrasi dapat menunjukan
keterkaitan data hubungan, antara jumlah input, jumlah stock, dan
jumlah output kayu pada setiap simpul tersebut.
Secara prinsip arus masuk kayu dari suatu tempat (origin) ke tempat
berikutnya (destination) merupakan penambahan stock di tempat tujuan
dan merupakan pengurangan (negatif) stock di tempat asal. Sehingga
(sisa) stock di suatu tempat baik ditempat origin maupun di tempat
tujuan pada setiap akhir periode waktu berjalan tertentu (= S(t)), harus
dapat dihitung sebagai volume sisa pada saat akhir periode yang lalu (=
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
289
S(t-1)), ditambah dengan penambahan netto di dalam periode waktu
berjalan (= Q(t)).
Menggunakan lambang matematik, prinsip tersebut dapat ditulis sebagai:
S(t) = S(t-1) + Q(t)
Secara fsik juga dapat ditunjukkan kesesuaian antara informasi pada
label batang/log dengan buku laporan arus mutasi batang dan stock.
Misalnya jika pada buku laporan arus mutasi dan stock batang di Tpn,
menunjukan jumlah dan jenis kayu tertentu, maka ketika diperiksa pada
label batang/kayu, ada kesesuaian informasi.
2.3 Informasi Mampu Telusur Kayu Ke Industri
Pelepasan produk kayu dari rantai hutan sesuai peraturan pemerintah
harus memenuhi persyaratan pemerintah, menyangkut bukti pemanfaatan
kayu, untuk kepentingan pajak sumber daya hutan.
Sehingga sebelum produk kayu dikirim ke industri harus memenuhi
persyaratan informasi produk, yang mencakup :
1. Daftar Hasil Hutan
2. Laporan Hasil Produksi (LHP)
3. Bukti kesesuaian antara LHP dengan Laporan LHC
4. Laporan Mutasi Kayu Bulat (LMKB)
5. Daftar Angkutan kayu Bulat (DKB)
6. Daftar untuk ijin angkutan pengapalan (Bill of loading)
Pergerakan produk kayu dari rantai hutan ke industri untuk tujuan 1)
Penyediaan bahan baku kayu kepada industri sendiri, 2)Penjualan
Kepada pedagang antara, atau 3)langsung dijual kepada industri
pengolahankayu.
Prinsip mampu telusur non skema sertifkasi FSC (sumber kayu legal),
dapat berdasarkan bukti informasi rekaman data produksi kayu dari
290
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
hutan. Pihak pemerintah (cq. Dinas kehutanan), akan mengeluarkan
Dokumen Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH). Sesuai
nomor registrasi SKSHH, sebagai bukti menjamin legalnya kayu dari
rantai hutan untuk dikirim ke lokasi industri.
Guna memastikan produk kayu mampu telusur, sebelum dilakukan
pengiriman, kayu harus disesuaikan informasi Daftar Hasil Hutan
(DHH), yang menjadi lampiran SKSHH, dengan bukti fsik pada label
kayu yang akan di kirim, mencakup :
1. Nomor Batang pada log
2. Jenis kayu
3. Nomor petak asal kayu
4. Volume batang/log (panjang dan diameter)
Sesuai skema sertifkasi FSC untuk menunjukan bukti mampu telusur
produk kayu dari rantai hutan, pada dokumen kayu di informasikan
bukti nomor sertifkasi pengelolaan hutan lestari, yang didapat dari
lembaga sertifkasi yang telah diakreditasi FSC. Namun sesuai prinsip
FSC, perusahaan tetap harus mengikuti peraturan tata usaha kayu yang
telah ditetapkan pemerintah.
291
Bab III
Penerapan Mampu Telusur Bahan Di Industri
3.1 Prinsip Mampu Telusur Bahan Baku Kayu Di Industri
Batang atau log yang diterima di pintu industri, seharusnya mendapat
pengesahan atau persetujuan dari Petugas Pengukur dan Penguji Kayu
Bulat (P3KB) dari Dinas kehutanan, dimana industri pengolahan/industri
kayu tersebut berada.
Pemeriksaan tersebut untuk menjamin keabsahan kayu berasal dari
sumber yang legal, biasanya dilakukan sampling pengujian dan
pengukuran, untuk memastikan jumlah volume kayu telah melewati
batas toleransi ketidaksesuaian (maksimal 5%), dengan informasi volume
dokumen yang ada pada DHH. Dan secara sampling pemeriksaan
kebenaran jenis, namun harus semua jenis yang diidentifkasi sesuai
dengan Daftar Hasil Hutan, yang menyertai dokumen kayu bulat.
Untuk industri yang tidak menerima langsung kayu bulat, seperti industri
furniture, block board, moulding, dll, yang menerima kayu olahan,
biasanya untuk memastikan status legal kayu olahan, hanya berdasarkan
informasi SKSHH Kayu Olahan, dan Daftar Kayu Olahan (DKO).
Pada penerimaan kayu olahan di industri, tidak dilakukan pemeriksaan
dari petugas kehutanan, biasanya hanya melaporkan kepada pos terdekat
Dinas Kehutanan, guna memastikan masih berlakunya SKSHH
yangdikeluarkan.
Untuk sumber bahan kayu, berasal dari industri pengolahan kayu primer
yang telah mendapat sertifkat lacak balak FSC, disamping dokumen
SKSHH kayu olahan, seharusnya diinformasikan nomor sertifkat lacak
balak industri primernya, termasuk label informasi klaim bahan baku
kayu bersertifkat (FSC murni atau FSC campuran).
292
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Prinsip mampu telusur pergerakan kayu pada industri, tergantung
jenis industri dan tipe produk, yang menentukan lokasi-lokasi titik
kritis terjadinya perubahan bentuk, ukuran dan peluang pencampuran
bahankayu.
3.2 Penerapan mampu Telusur Pada Industri.
Pada industri pengolahan kayu yang telah menerapkan sistem lacak
balak biasanya, setelah hasil penerimaan kayu dianggap sah di pintu
industri, biasa dilakukan kembali inventarisasi kayu bulat, di logyard
atau di logpond industri. Inventarisasi dengan mengidentifkasi kembali
informasi rekaman data kayu yang diterima yaitu dari :
1. Daftar Hasil Hutan (DHH)
2. Dokumen Bill of loading (informasi nomor batang, nomor shipment/
pengapalan atau nomor partai rakit), dan Nomor SKSHH.
3. Nomor sertifkat penngelolaan hutan lestari dan atau nomor sertfkat
lacak balak dari perusahaan pemasok kayunya.
Petugas perusahaan dapat menambahkan kembali label identifkasi fsik
kayu untuk produk kayu yang dinyatakan berasal dari hutan yang dapat
disertifkasi, katagori A skema FSC (certifed wood), atau batang log yang
bukan berasal dari sumber yang belum disertiffkasi, atau katagori B,
kayu netral (controlled wood).
Hasil identifkasi ulang di pintu pabrik, pada semua fsik kayu diberikan
label tambahan, yang terdiri dari :
1. Informasi kayu katagori A (kayu bersertifkasi), label pada log warna Biru
2. Informasi kayu katagori B (netral), label pada log warna Kuning
3. Informasi kayu sesuai dokumen Tata Usaha Kayu (label putih)
Informasi pada label log/batang sebaiknya menginformasikan :
1. Jenis pohon
2. Nomor batang/kode identifkasi tambahan dari industri
3. Volume Kayu
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
293
Label ditempel tambahan pada fsik kayu sebaiknya terbuat dari bahan,
yang kuat, dan terdiri dari 3 (tiga) bagian informasi yang sama.
Pada saat identifkasi ulang tersebut dilakukan pemasangan label (terdiri
3 bagian). Apabila saat identifkasi informasi pada label langsung
dimasukan ke dalam buku ukur (thally sheet) identifkasi, satu bagian
label di sobek, untuk dibawa kebagian pengolahan data.
Sesuai hasil identifkasi ulang tersebut/bukti sobekan label, bagian
administrasi pengolahan data menyimpan dan mengolah datanya menjadi
informasi pada komputer yaitu :
1. Jenis pohon
2. Kode identifkasi tambahan/nomor batang, akan langsung menunjukan
asal sumber kayu (nama perusahaan HPH/HTI, atau nama perusahaan
penjual kayu, Nomor petak cruising, dan nomor SKSHH tiap shipment)
3. Volume kayu, yang sudah memperhitungkan kebutuhan nomor mesin
yang dapat mengolah).
Untuk industri yang menerima bahan baku kayu berupa kayu olahan,
seharusnya mengidentifkasi ulang bahan baku kayu,yaitu berdasarkan:
1. Nomor Surat Keterangan Hasil Hutan (SKSHH) kayu olahan,
2. Daftar Kayu Olahan (DKO)
3. Nomor bon trip angkutan kayu dari truk yang mengantar
4. Nomor bundel kayu, sesuai ukuran sortimennya.
Hasil identfkasi ulang ini sebaiknya pada setiap bundel/pallet kayu yang
memiliki asal usul sumbernya yang sama, diberi label ulang. Pelabelan
dilakukan pada saat penerimaan kayu, dengan informasi pada label
mencakup :
1. Jenis Kayu atau item sortimen
2. Nomor SKSHH atau nomor palletnya (jika ada)
3. Tanggal trip penerimaan kayu, dan nomor bon trip nya
294
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Penerapan sistem mampu telusur pada industri tergantung adanya titik-
titik kritis sesuai dengan jenis industri dan tipe produk yang dihasilkan.
Contoh titik kritis sebagai simpul proses pada industri plywood
(pembuatan kayu lapis) secara umum pada lokasi aktivitas, yaitu:
1. Administrasi penerimaan dan penyimpanan log
2. Pembagian Batang
3. Transportasi potongan log ke lokasi rotary (conveyor atau loader)
4. Pembuatan veneer (rotary felling)
5. Penggulungan Veneer F/B dan penyerahan ke Dryer (reeling atau
unreeling)
6. Pengiriman Veneer Core ke drayer
7. Penyiapan dan perbaikan bahan veneer (Core builder, setting F/B, dan
composer)
8. Perlakuan setelah perakitan/assembly produk, di cold press atau hotpress.
9. Perlakuan setelah inspeksi akhir (pemisahan produk, penandaan dan
pengepakan).
Contoh Titik kritis dari simpul proses produksi pada industri Furniture
secara umum, yaitu:
1. Administrasi penerimaan dan penyimpanan bahan kayu (log atau papan/
balok), atau sortimen khusus dari pemasok.
2. Kegiatan pembahanan (pemotongan, pembelahan, perakitan untuk bahan
sambung/fngerjoint).
3. Perakitan/assembly dalam proses memerlukan bahan, kayu selain
disiapkan dari pembahan.
4. Perakitan dari bahan setengah jadi (material in process)
5. Perakitan akhir produk
6. Perlakuan setelah inspeksi akhir (pemisahan produk, penandaan dan
pengepakan).
Penerapan sistem lacak balak dari setiap titik kritis pada tahapan proses
tersebut diatur, yaitu :
1. Mekanisme prosedur atau instruksi kerja, untuk menjamin
mamputelusur
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
295
2. Kodefkasi rekaman data /pelaporan antar simpul proses tersebut, yang
menjamin keterkaitan data (kohort)
3. Adanya penandaan pada fsik bahan kayu (kode produk, kode batch,
warna, dll).
4. Penataan lay out aliran bahan kayu, dengan separasi untuk menjamin
tidak tercampurnya bahan baku kayu antar line proses, dalam rantai
telusur produk.
3.3 Penerapan Sistem Label/Kartu Aliran Bahan
Penerapan sistem kartu atau label aliran bahan, banyak model yang bisa
diterapkan industri, untuk menjamin mampu telusur aliran bahan dan
status produk. Namun Setiap sistem mempunyai aturan penggunaan dan
metode penerapan tertentu. Jika kita menerapkannya dengan baik, sistem
itu akan sesuai dapat mencapai sasaran yang diinginkan
Penerapan sistem kartu telusur aliran bahan, biasa menggunakan Sistem
kartu kanban(istilah jepang artinya sistem kartu tarik dan dorong).
Sistem ini lazim digunakan dalam rantai aliran bahan produksi perakitan.
Jenis-jenis kanban, yaitu :
1. Kanban Produksi
2. Kanban Proses
3. Kanban Isyarat / material
4. Kanban Pindahan
5. Kanban Pabrik
6. Kanban Pemasok
Kanban produksi digunakan untuk jalur pemasangan dan di jalur lainnya
di mana waktu setup mendekati nol dan produksi dilakukan satu demi
satu. Untuk penerapan pada sistem conveyor aliran bahan/produk, kartu
diletakkan di depan benda kerja.
Kanban isyarat (signal kanban,) digunakan untuk produksi dengan sistem
lot seperti proses pembahanan, proses penghalusan (planner dan sanding).
Dengan menaruh kanban isyarat pada posisi tertentu (yaitu tepat pada
296
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
tingkat stock minimum atau reorder point) di tempat penyimpanan,
pengaturan pemanuhan kembali persediaan dapat dilakukan.
Dengan mencantumkan ukuran lot produksi di dalamnya, kanban isyarat
akan berfungsi seperti kanban produksi karena memberikan semacam
instruksi bagi operator. Dalam hal ini sebuah kanban isyarat mewakili
setumpuk kanban produksi yang dikumpulkan menjadi satu. Cara ini
tentu lebih praktis, karena kita tidak perlu menggunakan banyak kanban
produksi. Kanban isyarat sangat tepat untuk mengendalikan minimum/
maximum stock barang-barang produksi, cukup dengan satu kartu.
Kanban meterial untuk produksi pembahanan, dimana operator
pembelahan menyampaikan kepada operator pemotongan lembar kayu
agar bersiap. Produksi barang sesuai kanban kemudian dilakukan sesuai
dengan urutan, sampai kanban pada setiap perator tersebut mengalami
perputaran kembali.
Secara lebih terinci misalnya bagaimana kanban material digunakan
untuk mendapatkan bahan kayu berupa lembar sortimen bahan
terpotong. Ketika kedua kanban isyarat dan kanban material sampai pos
kanban, operasi pemotongan dimulai dan langsung diikuti oleh operasi
pemeriksaan hasil, proses ini dapat menghindari proses pemotongan
bahan terlalu awal, atau terlambat dari aliran bahan.
Setiap orang yang terlibat dalam operasi kanban harus memahami dan
melatih penerapan aturan dasarnya. Aturan dasar penerapan sistem
kanban ini mencakup :
1. Operator proses hilir (penerima) harus mengambil komponen dari proses
yang lebih hulu sesuai yang tercantum dalam kartu/kanban (kanban
pindahan).
2. Operator produksi hanya memproduksi komponen sesuai informasi pada
kanban (kanban produksi).
3. Jika tidak ada kartu kanban, tidak ada produksi atau pengiriman material/
barang.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
297
4. Kartu kanban harus selalu dilekatkan pada komponen bahan atau kotak
bahan/kontainer, kecuali pada masa sementara, yaitu saat produksi atau
pengiriman sedang dipersiapkan.
5. Operator proses produksi harus mampu meyakinkan bahwa hasil
produksi mereka 100% sempurna, sesuai standar sebelum dimasukkan ke
dalam kontainer.
6. Jika ada cacat produksi, jalur harus berhenti dan upaya penanggulangan
dilakukan.
7. Jumlah kanban harus dikurangi perlahan-lahan agar kaitan antar proses
makin menjadi erat, sehingga pemborosan dari waktu aliran bahan/
produk dapat semakin dikurangi.
3.4 Pengendalian Proses Produksi
Pengendalian proses produksi untuk menjamin aliran bahan atau produk
mampu telusur, dapat dilakukan dengan alternatif :
1. Penetapan langkah proses produksi mengikuti peta proses/lay out aliran
bahan.
2. Penataan dan pemisahan line proses aliran bahan/produk bersertifkat
dengan bahan/produk non sertifkasi.
Peta proses aliran bahan dipergunakan sebagai panduan setiap pelaksana
operasi untuk menunjukkan perpindahan atau aliran bahan atau
produk, termasuk mekanisme komunikasi tertulis antara kegiatan/bagian
salingterkait.
Penerapan panduan peta proses ini dapat mengikuti skedul produksi atau
sesuai rencana batch produksi, meliputi kelompok produk FSC Murni,
Produk Campuran dan atau produk dari bahan dikendalikan (legal), atau
bahan dari daur ulang.
Dalam proses pelaksanaan panduan peta proses ini, harus selalu dipantau
periode waktu produksi, dari setiap kelompok produk, seharusnya
dievaluasi untuk mendapatkan perhitungan periode waktu yang efsien
untuk menjamin suatu proses mampu telusur.
298
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Penerapan sistem separasi proses, berdasarkan titik-titik kritis dari setiap
rantai proses, dapat dipisahkan line proses antara kelompok bahan/
produk sertifkat FSC dan yang non sertifkat.
Penerapan separasi proses aliran bahan/produk ini seharusnya
mempertimbangkan :
1. Jumlah kapasitas produksi untuk setiap kelompok produk sertikasi FSC
dan non FSC.
2. Ketersediaan sarana peralatan produksi.
3. Kondisi tata ruang dan peletakan lay out proses yang sudah tersedia.
Jika diperhitungkan feasible diterapkan, penerapan sistem separasi ini
sangat menjamin kemamputelusuran aliran bahan kayu/produk, sehingga
efektif untuk menerapkan sistem lacak balak.
299
Daftar Istilah / Defnisi
Cruising adalah Penelusuran terhadap potensi sumberdaya secara langsung di
lapangan dengan menggunakan sample.
Barcode adalah kode produksi yang terdiri dari tanda garis dan angka.
Petak/Blok adalah Satuan terkecil dalam wilayah pengelolaan hutan.
300
Daftar Pustaka
Indonesia Cleaner Industrial Production Program (ICIP). 1998. Kajian
Produksi Bersih Pada Industri Kayu Lapis. Jakarta.
Uren, S. 1999. Environmental Supply Chain Management. Environmental
Assessment. Volume 7. Issue 1 pp. 14-16.
Rampersad, H.K. 2001. Total Quality Management. An executive guide to
continuous improvement. Springer -Verlag, Berlin.
Biegel, J.E. 1992. Production Control : a quantitative approach (Edisi Bahasa
Indonesia). Akademika Pressindo, Jakarta.
301
g. Pemahaman Standard Sistem CoC Skema FSC
Penerapan Sistem Lacak Balak
Pada Industri Perkayuan
Dipersiapkan oleh:
Deden Rochmanudin
Dikembangkan Berdasarkan Modul Pelatihan dari :
IFC Advisory Services in Indonesia
Program Kayu Berkelanjutan
Jepara, 27 Juli 2010
302
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Forest Stewarship Council (FSC) atau Dewan Pemangku Hutan Dunia
sebagai organisasi yang berperan dalam mengembangkan skema dan
prinsip pengelolaan hutan lestari, termasuk didalamnya skema sistem
lacak balak (chain of Custody). Lembaga ini secara terus-menerus
mengembangkan dan meningkatkan kesesuaian konsepnya, sesuai kondisi
dan penerapan yang efektif di lapangan.
Sistem Lacak Balak (Chain of Custody) sebagai salah satu perangkat dari
upaya menjaga kelestarian hutan, dengan memastikan semua produk
kayu yang dihasilkan berasal dari hutan yang dikelola secara lestari.
Sistem lacak balak ini diterapkan guna menjamin bahwa hasil produk
kayu yang dihasilkan dari kegiatan pengelolaan hutan, dan atau dari
industri perkayuan dapat ditelusuri asal usul bahan baku kayunya.
Sistem Lacak balak ini merupakan konsep manajemen pengelolaan aliran
kayu yang harus memenuhi prinsip mampu telusur hingga ke lokasi
dimana tegakan pohon dari kayu yang dihasilkan tumbuh. Konsep
manajemen aliran kayu ini berisi seperangkat kriteria dan indikator yang
harus dipenuhi oleh suatu unit manajemen yang terlibat dalam kegiatan
pengelolaan produk kayu.
Menyangkut kriteria titik kritis terjadinya pencampuran, secara
spesifk tergantung dari proses atau aktivitas dalam kegiatan produksi
untuk menghasilkan produk kayu, baik pada rantai pengelolaan hutan
maupun dalam kegiatan industri. Kriteria terjadinya pencampuran
kayu, merupakan lokasi yang harus dikendalikan untuk menjamin aliran
produk kayu yang mampu telusur.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
303
Proses pembuktian produk mampu telusur, dengan dibuktikan adanya
aturan penandaan (tagging system) yang menunjukan hubungan
keterkaitan secara fsik dari rantai aliran produk kayu. Bukti keterkaitan
secara fsik tersebut, seharusnya pula didukung oleh bukti objektif secara
administrasi. Dokumen administrasi ini lazim disebut sistem tata usaha
kayu (TUK), yang dapat menunjukkan bukti keterkaitan data yang
mampu ditelusuri (kohort data).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Penerapan sistem
lacak balak pada Industri perkayuan ini adalah :
1. Untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang rute atau rantai
aliran kayu, dari sumber tegakan kayu di hutan, hingga produk berbahan
baku kayu diterima pengguna terakhir.
2. Untuk memberikan pengetahuan kepada peserta tentang metode
melakukan pelacakan dan menerapkan kriteria sistem lacak balak pada
pengusahaan hutan, sebagai rantai sumber bahan baku di industri.
3. Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta
tentang cara mengembangkan dan menerapkan kriteria sistem lacak balak
di industri perkayuan, khususnya industri Furniture.
1.3 Metodologi Pembelajaran
Tipe Material Tujuan
Buku Pegangan
Peserta
Memberikan dasar pemahaman dan ketrampilan kepada
peserta tentang penerapan sistem lacak balak sesuai
skema FSC.
Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep lacak balak pada
pengusahaan hutan dan aplikasinya pada industri Kayu
dengan metode ceramah, tanya jawab dan simulasi.
304
Bab II
Penerapan Sistem Lacak Balak
2.1 Produk Hasil Hutan Kayu
Penerapan sistem lacak balak (chain of custody), merupakan sistem yang
mempersyaratkan kepada suatu organisasi (perusahaan atau industri) yang
mengelola hasil hutan kayu, untuk dimanfaatkan atau diolah menjadi
produk yang dapat diperjualbelikan.
Berdasarkan sumber pengelolaannya, asal tegakan/pohon sebagai bahan
baku kayu dapat dikelompokkan menjadi :
1. Produk kayu rimba (dari pengelolaan hutan alam).
2. Produk kayu tanaman (dari pengelolaan hutan tanaman).
3. Produk hasil pengelolaan hutan tanaman rakyat atau hutan hak.
Sedangkan berdasarkan kelompok penggunaannya, bahan baku Kayu
dikelompokan kedalam :
1. Kayu pertukangan.
2. Kayu Industri.
3. Kayu untuk energi.
Dalam penerapan sistem lacak balak, diperlukan pengetahuan untuk
mengenali asal-usul jenis kayu, untuk dapat melakukan penelusuran
sumber asal usul kayu, secara umum sering dikelompokan sumber kayu
dari hutan alam (kayu rimba) dan sumber kayu dari hutan tanaman.
Produk kayu rimba dapat dikatagorikan sebagai produk yang dihasilkan
dari pengelolaan hasil tegakan pohon yang berasal dari alam (bukan
tanaman). Produk kayu rimba ini seperti jenis keluarga Meranti (Shorea
sp), Keruing (Dipterocarpus sp), Damar (Agathis sp), dll.
Dalam pengelolaan hutan tanaman untuk tujuan pengolahannya dapat
dibedakan :
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
305
1. HTI pulp dan kayu serat, untuk menyediakan bahan baku pulp dan serat,
2. HTI kayu pertukangan, orientasi hasil untuk kayu bahan perkakas seperti,
untuk bahan bangunan, furniture dan alat rumah lainnya.
Produk kayu tanaman merupakan hasil kayu yang berasal dari
pengelolaan hutan tanaman, baik dari konsesi pengelolaan hutan
tanaman, atau tanaman dari masyarakat (hutan rakyat dan hutan hak)).
Produk kayu tanaman ini seperti, Jati (Tectona grandis), Mahoni
(Switenia mahagony), Akasia (Acacia sp), Cemara (Pinus sp), Sengon
(Albizia falcataria), dll.
2.2 Pemanfaatan Produk Hasil Hutan Kayu
Dalam sistem lacak balak produk hasil hutan kayu yang akan disertifkasi
harus mampu dibuktikan asal-usul kayunya. Produk hasil hutan berupa
kayu umumnya diperoleh dari sistem pengelolaan hutan di areal hutan
produksi yang dikelola oleh sebuah unit manajemen pemegang ijin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam (IUPHHK-
HA), pemegang ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam
Hutan Tanaman (IUPHHK-HT), pemegang ijin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE), pemegang ijin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat
(IUPHHK-HTR) dan pemegang ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Kemasyarakatan (IUPHHK-HKm).
Hasil hutan kayu ini dapat pula dihasilkan dari hasil hutan kayu
yang diperoleh dari ijin-ijin penebangan kayu yang lain yang bersifat
pemanfaatan hasil hutan dari kegiatan konversi hutan alam ke areal
penggunaan lain (APL), seperti untuk perkebunan, pemukiman
transmigrasi serta kegiatan pertanian.
Pada kegiatan pengelolaan hutan tersebut, sebelum kayu ditebang atau
dimanfaatkan didahului dengan kegiatan penataan areal kerja untuk
menentukan batas-batas serta nomor blok dan petak tebang.
306
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Setelah penataan areal, dilakukan inventarisasi tegakan sebelum
penebangan (ITSP) sering disebut dengan Cruising. Kegiatan ini
bertujuan untuk pemberian nomor pohon dan notasi individu pohon
lainnya (jenis, diameter, tinggi) serta pengajuan ijin tebang tahunan
kepada institusi pemerintah (Kementerian Kehutanan dan Dinas
Kehutanan daerah).
Data atau informasi tegakan pohon hasil cruising sebagai sumber
informasi kayu yang akan ditebang, dalam sistem lacak balak merupakan
informasi yang menjadi acuan dalam pergerakan kayu mulai dari kegiatan
penebangan, penarikan (penyaradan), pengangkutan kayu sampai di
logpond atau TPK (tempat penumpukan kayu) akhir.
Umumnya produk kayu rimba dalam bentuk logs (kayu bulat), maka
proses lacak balak harus diperlakukan terhadap setiap individu pohon
dan/atau batang. Hal ini penting perlu diperhatikan selama pergerakan
logs adalah mengenai mutasi tempat dan perubahan ukuran, yang
menjamin saling keterkaitan data dan fsik.
2.3. Kriteria dan Indikator Sistem Lacak Balak
Sistem lacak balak (chain of custody), merupakan proses untuk
menerapkan sistem pengelolaan hutan secara lestari yang dilanjutkan
dengan penerapan sistem pengelolaan atau pengolahan produk hasil
hutan kayu di industri dan pada rantai perdagangan kayu.
Penerapan sistem pengelolaan hutan lestari harus mengacu kepada
prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari yang diacu atau
dipersyaratkan pihak terkait (pemerintah, pelanggan, dan organisasi
terkait). Kemudian dilanjutkan penerapan kriteria dan indikator sistem
lacak balak yang diacu atau mempersyaratkan.
Prinsip, Kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari dan sistem
lacak balak telah banyak dikembangkan oleh pihak inisiator, baik oleh
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
307
pemerintah yang bersifat wajib (mandatory) maupun oleh organisasi non
pemerintah yang bersifat sukarela (voluntary).
Hampir di setiap negara penghasil kayu, inisiator kerjasama regional
antar pemerintah telah mengeluarkan kriteria dan indikator pengelolaan
hutanlestari.
Namun prinsip kriteria dan indikator yang telah diakui oleh banyak
negara dan organisasi non pemerintah serta terkait dengan skema
perdagangan kayu yang diakui secara internasional adalah prinsip kriteria
dan indikator pengelolaan hutan sesuai dengan standar dari Forest
Stewardship Council (FSC), yaitu standard FSC-STD-01-001 (2000),
Forest Stewarship Council Principles and Criteria for Sustainable forest
Management.
Prinsip, kriteria dan Indikator pengelolaan hutan lestari sesuai standard
FSC tersebut, mencakup 10 (sepuluh) prinsip pengelolaan hutan lestari,
yaitu :
Prinsip 1 : Kepatuhan Kepada Peraturan dan Standard FSC
(6 kriteria)
Prinsip 2 : Hak dan tanggungjawab Penggunaan lahan dan
Kepastian Kawasan (3 kriteria)
Prinsip 3 : Hak-hak masyarakat adat (4 kriteria)
Prinsip 4 : Hubungan Masyarakat dan Hak pekerja (5 kriteria)
Prinsip 5 : Keuntungan Dari Nilai Hutan (6 kriteria)
Prinsip 6 : Dampak Lingkungan (10 kriteria)
Prinsip 7 : Perencanaan Pengelolaan Hutan (4 kriteria)
Prinsip 8 : Pemantauan dan Penilaian (5 kriteria)
Prinsip 9 : Pemeliharaan Hutan Memiliki Nilai Konservasi Tinggi
(4 kriteria)
Prinsip 10 : Pengembangan Hutan tanaman (4 kriteria)
Setelah perusahaan pengelolaan hutan meraih sertifkasi pengelolaan
hutan lestari sesuai prinsip, kriteria dan indikator tersebut untuk
308
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
sertifkasi lacak balak, produk kayu dari hasil pengelolaan hutan juga
harus memenuhi standar sistem lacak balak dengan skema dari FSC.

Standard Sistem Lacak Balak dalam skema sertifkasi Forest Stewarship
Council sesuai standar FSC-STD-40-004 (versi 1) : Standard Lacak Balak
FSC untuk perusahaan dan industri pemasok produk bersertifkat FSC
(FSC Chain of custody standard for companies supplying and manufacturing
FSC certifed products), terdiri dari persyaratan, sebagai berikut :
Bagian 1 : Persyaratan Sistem Mutu
1. Tanggung jawab.
2. Lingkup sistem lacak balak.
3. Prosedur terdokumentasi.
4. Rekaman dan laporan.
5. Pelatihan.
Bagian 2 : Sumber Kayu
1. Spesifkasi input.
2. Pernyataan jaminan bahan kayu dari sumbernya oleh perusahaan umum.
3. Pernyataan jaminan bahan baku kayu pada pengguna akhir oleh
perusahaan pengumpul atau pedagang.
4. Penerimaan dan penyimpanan bahan baku Kayu.
Bagian 3 : Pengendalian Produksi dan Rekaman
Pengumpulan informasi dan rekaman.
Bagian 4 : Persyaratan Untuk Pelabelan
1. Eligibility untuk produk yang menggunakan merek dagang FSC.
2. Persyaratan untuk label FSC.
3. Pemeliharaan rata-rata pergantian bahan FSC pada kelompok produk.
4. Perhitungan kredit/penerimaan produk FSC.
5. Pengesahan pada label produk.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
309
Bagian 5 : Dokumentasi Pengapalan, Penjualan dan Penagihan,
1. Invoices penjualan.
2. Dokumentasi penjualan.
3. Rekaman penjualan.
310
Bab III
Penerapan Standar Sistem Lacak Balak FSC
3.1 Simpul Pergerakan Hasil Hutan Kayu
Pergerakan hasil hutan kayu baik dalam kegiatan pengelolaan
hutan maupun dalam kegiatan di industri pengolahan hasil hutan,
memungkinkan terjadinya mutasi bentuk, jumlah, ukuran, kualitas,
tanda, dan penampilannya. Lokasi dimana terjadi mutasi dan perubahan
bentuk hasil hutan kayu, disebut simpul pergerakan.
Pada Penerapan sistem lacak balak, simpul pergerakan bahan baku kayu
pada umumnya dibagi menjadi beberapa rute, antara lain:
Simpul 0 : simpul-simpul di dalam hutan yang dimulai dari blok
tebangan sampai dengan titik penjualan di rute hutan,
biasa di Logpond/logyard atau Tpk akhir, disebut juga rute 0
Simpul I : simpul-simpul yang berada pada rentang jarak dari areal
hutan ke pembeli pertama atau industri penerima dan
pengolah hasil hutan hulu (industri primer), disebut juga
rute 1
Simpul II : simpul-simpul di dalam rantai atau tahap proses
pengolahan hasil hutan kayu di industri, hingga menjadi
produk kayu, disebut juga rute II
Simpul III : simpul-simpul yang berada pada rentang jarak antara
industri, transportasi produk hingga ke pembeli akhir, atau
antara pedagang antara dari industri ke pemakai akhir,
disebut juga rute III.
Dalam sistem penilaian lacak balak ini dapat digunakan prinsip penilaian
satu langkah ke belakang (one step backward), artinya dalam sistem ini
hanya menilai apakah sumber hasil hutan pada satu simpul sebelumnya
telah tersertifkasi dan memenuhi aturan sistem lacak balak.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
311
Prinsip one step backward sebagai langkah agar rantai perjalanan hasil
hutan kayu tersebut tidak pernah putus. Oleh karena itu dalam penetapan
simpul harus jelas, berdasar dokumen yang menjelaskan status dari simpul
ke simpul berikutnya pada rute perjalanan hasil hutan.
3.2 Penerapan Sistem Lacak Balak Pada Simpul Hutan
Secara prinsip apabila sebuah unit manajemen pengelolaan hutan telah
memenuhi prinsip, kriteria dan indikator pengelolaan hutan lestari, atau
telah meraih sertifkasi pengelolaan hutan lestari sesuai standard FSC
tersebut, maka seharusnya produk pada simpul hutan tersebut telah
memenuhi sistem lacak balak.
Pada kegiatan pengusahaan hutan (hutan alam, tanaman), proses aktivitas
yang dapat menjadi titik kritis simpul pergerakan kayu pada simpul ini,
yaitu :
1. Kegiatan inventarisasi tegakan pohon (cruising), penandaan potensi
pohon yang akan ditebang.
2. Kegiatan penebangan dan pembagian batang atau log pada petak tebang.
3. Kegiatan penyaradan (pemindahan) potongan kayu dari petak tebang ke
lokasi Tpn hutan (tempat pengumpulan kayu di dalam hutan).
4. Kegiatan pengangkutan kayu (hauling) dari Tpn hutan ke Tpk (antara),
dan pengangkutan sampai ke Tpk penjualan log (sales point), sering
disebut Logyard (di darat) atau logpond (di sungai/laut).
Penerapan sistem lacak balak pada kegiatan survei potensi pohon yang
akan ditebang (cruising), merupakan proses yang diatur dalam prosedur
kerja untuk inventarisasi tegakan potensi pohon yang akan ditebang.
Didalam prosedur biasanya diatur mekanisme :
1. Identifkasi jenis pohon, posisi pohon (nama petak dan koordinat pada
petak), dan pengukuran diameter atau tinggi pohon.
2. Metode perhitungan volume potensi tegakan.
3. Metode penandaan/label pohon tebang (nomor pohon, jenis, nomor
petak), dan penempatan label pada pohon.
312
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4. Administrasi pencatatan hasil inventarisasi tegakan pohon (tally sheet) data
cruising.

Hasil inventarisasi pohon yang akan ditebang, biasa termasuk pohon
potensi selanjutnya (pohon inti), dan pohon yang dilindungi. Hasil ini
direkapitulasi ke dalam Laporan Hasil Cruising (LHC) dan peta distribusi
pohon, sebagai dasar penerbitan ijin pohon yang dibolehkan untuk
ditebang (pohon legal).
Hasil penetapan informasi pada pohon/tegakan dari hasil cruising tersebut
menjadi acuan informasi sistem lacak balak kegiatan pemanfaatan kayu
pada simpul hutan, yaitu :
1. Penebangan pohon/tegakan yang telah diinventarisasi sebagai pohon yang
boleh ditebang.
2. Pembagian batang pohon yang telah ditebang.
3. Penyaradan atau penarikan kayu dari tempat tebangan ke lokasi
pengumpulan kayu di hutan (Tpn).
4. Pengangkutan kayu (hauling) dari Tpn hutan ke Tpk (antara).
Pengangkutan kayu (hauling) dari Tpk (antara) ke Tpk penjualan
(salespoint).
Kesesuaian data/informasi hasil laporan hasil crusing (LHC) dengan
laporan Hasil Produksi/Penebangan (LHP) kayu dan kesesuaian dengan
fsik kayunya, merupakan pemenuhan sistem lacak balak pada Simpul 0.
Penerapan sistem lacak balak pada kegiatan pengangkutan kayu dari
Tpk Penjualan ke lokasi industri (Simpul 1), dapat dilaksanakan dengan
menetapkan prosedur atau instruksi kerja yang mengatur mekanisme :
1. Kegiatan perakitan (pengelompokan kayu) untuk ditarik melalui sungai
menuju pabrik.
2. Kegiatan pengakutan melalui darat dari Tpk penjualan menuju pabrik.
3. Perjalanan kayu yang mengharuskan adanya persingahan sementara
(logpond antara atau logyard antara), menimbulkan konsekwensi
perubahan persyaratan dokumen yang menyertai kayu.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
313
4. Mekanisme jika ada, batang/log yang jatuh/hilang selama pengankutan,
tersedia informasi pengurangan kayu sehingga tidak ada penukaran fsik
batang dari informasi yang sebenarnya.
5. Penerimaan kayu di Tpk Industri atau logpond industri, tersedia
informasi penerimaan kayu (dokumen bill of loading, SKSHH, dokumen
pengangkutan dari otoritas terkait).
Kesesuaian Data Laporan Mutasi pada Tpk penjualan (Nomor LHP,
Daftar Angkutan Kayu, dan dokumen SKSHH), dengan Laporan
penerimaan kayu di Tpk Industri menunjukan, produk kayu mampu
telusur (atau Lacak Balak) pada simpul 1 ini.
Secara keseluruhan dari penerapan sistem lacak balak pada kegiatan
pengelolaan hutan ini, disamping penerapan sesuai panduan prosedur
atau Instruksi kerja yang ditetapkan perusahaan, juga pada setiap proses
yang dilalui harus disediakan tenaga yang mempersyaratkan kompetensi
khusus atau adanya penyediaan pelatihan.
Pada kegiatan pengelolaan hutan, biasanya tenaga kerja yang
mempersyaratkan kompetensi khusus dan tenaga tersebut mempunyai
nomor registrasi yang disyahkan oleh Dinas Kehutanan setempat
terdapat pada tenaga pengenal jenis pohon/kayu, tenaga pengukur kayu
(scaller), tenaga penguji kayu bulat (gradder), dan tenaga administrasi
produksikayu.
Untuk mendukung sistem lacak balak ini diperlukan bukti kompetensi
tenaga-tenaga tersebut, yaitu :
1. Program Pelatihan dan bukti pelaksanaan pelatihan.
2. Bukti sertifkat pelatihan.
3. Bukti surat ijin melaksanakan pengukuran dan pengujian yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
314
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
3.3 Penerapan Lacak Balak Pada Simpul Industri
Simpul pergerakan kayu di industri tergantung dari tipe industri dan
kelompok produk yang dihasilkan. Secara spesifk simpul pergerakan pada
industri ini dipertimbangkan dari proses kegiatan industri yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi terjadinya pencampuran bahan kayu dari
sumber asal (input proses) yang berbeda.
Penerapan sistem lacak balak pada rute ini harus dapat dipenuhi beberapa
prinsip utama sesuai tahapan sebagai berikut:
1. Jaminan bahwa bahan baku kayu dipasok dari perusahaan atau unit
manajemen yang dikelola secara lestari, dapat dibuktikan dengan adanya
sertifkat ekolabel pengelolaan hutan lestari.
2. Diterapkannya mekanisme pengendalian secara sistematis terhadap
pergerakan bahan kayu selama dalam proses pengolahan sampai barang
jadi atau setengah jadi dari kemungkinan terjadinya mutasi.
3. Pelabelan terhadap produk olahan sebagai jaminan kepada konsumen
bahwa produk yang diterima adalah berasal dari hutan yang dikelola
lestari.
Penerapan sistem lacak balak pada simpul ini merupakan suatu kegiatan
yang memungkinkan berjalannya mekanisme yang runut, rasional dan
dapat dipertanggung jawabkan meliputi proses :
1. Aliran pergerakan hasil hutan kayu dari lokasi logpond/TPK ke pabrik.
2. Aliran bahan baku kayu selama proses pengolahan dalam pabrik.
3. Aliran bahan baku kayu setengah jadi, yang disimpan di dalam gudang
pabrik (warehouse), atau mendapat perlakuan oleh pihak eksternal pabrik.
Penerapan sistem lacak balak sesuai standar FSC tersebut pada setiap
tipe industri, seharusnya diawali dengan menetapkan persyaratan sistem
mutunya, yaitu :
1. Manajemen puncak organisasi atau perusahaan industri harus menunjuk
seorang Wakil Manajemen untuk bertanggung jawab memenuhi
persyaratan standar sistem lacak balak ini (Ref FSC B1.K1.1).
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
315
2. Wakil manajemen seharusnya memastikan seluruh personal kunci
pekerja dan subkontraktor yang terkait dengan penerapan sistem, telah
memahami persyaratan standar FSC tersebut (Ref FSC B1.K1.2).
3. Perusahaan harus memelihara sistem pengendalian produksi untuk
kelompok produk FSC, seperti rencana, realisasi dan pengendalian
produksi khusus kelompok produk FSC (Ref FSC B1.K2.1).
4. Jika industri juga memproduksi kelompok produk sumber bahan baku
non FSC, maka harus ditetapkan lingkup tipe produk untuk sertifkasi
FSC, termasuk menjaga kemutakhiran informasi produknya (Ref FSC
B1.K2.2, 2.3).
5. Mengindentifkasi input sumber kayu yang masuk ke industri, yaitu input
sumber dari bahan baku kayu FSC murni (100%), input sumber bahan
baku kayu campuran, dan input sumber bahan baku kayu dari sumber
daur ulang (Ref FSC B1.K2.4).
6. Menetapkan sistem dokumentasi yang mengatur dan menjamin
penerapan standar sistem lacak balak ini secara tertulis, mencakup
kebijakan tertulis, prosedur, dan instruksi kerja (Ref FSC B1.K2.5 dan
B1.K3.1)
7. Mengatur sistem dokumentasi yang ditulis harus mencakup identifkasi
personal atau bagian yang terlibat dalam penerapan sistem lacak balak ini
(Ref FSC B1.K3.2).
8. Mengatur sistem pengendalian rekaman dan pelaporan, mencakup
kelengkapan, ketepatan, dan kemutakhiran rekaman yang terkait dengan
penerapan sistem lacak balak (Ref FSC B1.K4.1).
9. Mengatur masa simpan rekaman dan pelaporan minimal dalam rentang
waktu lima (5) tahun (Ref FSC B1.K4.2).
10. Menyediakan mekanisme persyaratan pelaksanaan pelatihan, kepada
pekerja/personal yang terkait dengan penerapan standard ini, termasuk
memelihara rekaman terkait kegiatan pelatihan (Ref FSC B1.K5.1,
5.2,5.3).
Setelah ditetapkan sistem mutu penerapan sistem lacak balak ini, sesuai
standard FSC, perlu mengidentifkasi sumber bahan baku yang menjadi
input dalam proses produksi. Identifkasi sumber bahan baku mencakup
spesifkasi input bahan baku, yaitu :
316
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
1. Perusahaan harus menetapkan dan mengelompokan tipe bahan baku,
meliputi kelompok kayu, serat kayu/chipwood, dan jenis bahan lain (Ref
FSC B2.K6.1).
2. Input bahan baku kayu yang digunakan industri dapat dikelompokan
sumber bahan kayu dari FSC Murni, FSC Campuran, bahan yang
diklaim pengguna akhir, bentuk klaim lain, bahan kayu yang terkendali
atau bahan kayu dari sumber legal (Ref FSC B2.K6.2).
3. Jika dari kelompok yang telah ditetapkan tersebut, tidak dapat
diidentifkasi sebaiknya dinyatakan saja sebagai input bahan baku yang
tidak dikendalikan, dan seharusnya dipisahkan sebagai bahan baku untuk
sistem lacak balak (Ref FSC B2.K6.3).
4. Bahan baku yang dibeli dari sumber yang bersertifkat FSC, seharusnya
diatur persyaratan pembeliannya (Ref FSC B2.K6.4), yaitu :
a. Perusahaan pemasok seharusnya perusahaan yang telah mendapat
sertifkasi dari lembaga sertifkasi yang diakreditasi.
b. Bahan baku yang dibeli mencakup bahan FSC murni dan bahan
campuran.
c. Bahan baku yang dipasok seharusnya memenuhi lingkup sertifkat
perusahaan pemasok atau sertifkasi pengelolaan hutan lestari.
d. Dokumen-dokumen untuk pengangkutan, dan penagihan dari transaksi
pembelian bahan baku bersertifkat, seharusnya mencantumkan nomor
sertifkat FSC yang diterima perusahaan.
5. Perusahaan seharusnya menetapkan spesifkasi persyaratan pembelian,
sesuai spesifkasi bahan baku yang diatur dalam defnisi standar ini (pada
halaman tambahan standar) dan mengatur bahan baku yang dibeli telah
memenuhi persyaratan dokumentasi pengangkutan, sesuai persyaratan
legal dari pihak pemerintah (Ref FSC B2.K6.5).
6. Bahan baku yang dibeli dari sumber kayu dari hutan yang baru ditebang
(wood virgin) atau non sertifkasi FSC, seharusnya telah memenuhi sesuai
standard FSC-STD-40-005 Persyaratan perusahaan untuk Penggunaan
kayu yang dikendalikan. Dan seharusnya tersedia mekanisme atau
prosedur untuk mengatur input sumber kayu non FSC (Ref FSC B2.K6.6,
K6.7).
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
317
7. Input Bahan baku yang dibeli atau didapat dari produk samping (co
product), yang di dapat dari proses utama, seperti serbuk kayu, potongan
sisi, dll. Seharusnya telah memenuhi aturan FS-STD-40-005 Persyaratan
perusahaan untuk Penggunaan kayu yang dikendalikan (Ref FSC B2.K6.8).
8. Jika input bahan baku yang diterima/dibeli terdiri berbagai bahan,
maka untuk bahan proses produksi dan penjualan produk, seharusnya
dikelompokan, sesuai standard FSC B2.K6.2, termasuk yang tidak
dikendalikan (Ref FSC B2.K7.1)
9. Perusahaan harus menetapkan prosedur/instruksi kerja, untuk mengatur
pengumpulan dan penyimpanan bahan yang diklaim sumber bersertifkat
(Ref FSC B2.K7.2)
10. Semua produk yang berasal dari sumber FSC certifed, jika seluruh input
bahan kayu tidak bisa diklasifkasikan sebagai sumber FSC murni dan
campuran, maka semua bahan dinyatakan sebagai FSC campuran saja
(Ref FSC B2.K7.3)
11. Jika input bahan tidak bisa diidentifkasi sebagai bahan kayu yang
terkendali, maka harus diklasifkasikan sebagai bahan katagori lain (Ref
FSC B2.K7.3)
Penerapan sistem lacak balak dalam pada Simpul 3, merupakan
penerapan sistem lacak balak dari hasil produk jadi atau setengah jadi
dari industri, proses pengangkutan, pedagang antara hingga sampai
ke konsumen/pengguna akhir. Lacak balak pada simpul ini adalah
produk yang telah dihasilkan oleh unit manajemen industri yang telah
menerapkan sistem lacak balak produk.
Perusahaan industri atau sebagai perusahaan dagang yang menjual
produknya kepada konsumen/pengguna akhir, harus mampu
menunjukan kesesuaian produknya dengan standar lacak balak ini dan
memenuhi persyaratan yang diakui oleh badan sertifkasi lacak balak
(Ref FSC B2.K8.1, 8.2). Persyaratan khusus dari standard lacak balak
ini seharusnya diterapkan jika ada katagori bahan meminta persyaratan
khusus dalam proses pengolahannya (Ref FSC B2.K8.3).
318
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Penerimaan dan penyimpanan bahan baku kayu seharusnya telah
memenuhi mekanisme, yaitu :
1. Pemeriksaan pada saat kedatangan bahan baku kayu (bahan FSC murni
atau campuran), menyangkut kelengkapan atau kebenaran dokumen
pengapalan dan nomor sertifkat pengelolaan hutan lestari, validitas
datanya termasuk pemeriksaan bahan baku kayu dari sumber yang
dikendalikan (Ref FSC B2.K9.1, 9.2, 9.3).
2. Untuk bahan baku kayu yang berasal dari FSC murni seharusnya
diidentifkasi status penyimpanannya dan dipisahkan penyimpanannya
dari sumber bahan baku kayu lain selama dipenyimpanan (Ref FSC
B2.K9.4).
3. Jika sebagian bahan baku kayu ada yang tidak bisa diindentifkasi, maka
bahan tersebut dinyatakan sebagai bahan katagori lain, dan dipisahkan
penyimpanannya dari kelompok bahan FSC (Ref FSC B2.K9.5).
Penerapan sistem lacak balak pada kegiatan produksi industri pengolahan
hasil hutan kayu, perusahaan harus mengumpulkan dan mengendalikan
rekaman kegiatan produksi, yang mencakup :
1. Rekaman pengendalian bahan/produk kayu secara kuantitas (volume atau
berat) kelompok produk FSC murni, campuran, klaim pengguna akhir,
klaim produk lain, berdasarkan data bulanan yaitu (Ref FSC B3.K10.1):
a. Penerimaan bahan sebagai stock untuk produksi.
b. Penggunaan bahan kelompok produk untuk proses di industri.
c. Penjualan produk disertifkasi FSC (murni atau campuran) atau FSC
bahan daur ulang.
2. Perusahaan sebaiknya mengurangi periode waktu produksi sampai kurang
dari bulanan, untuk permintaan produk yang terbatas atau tidak tetap
(Ref FSC B3.K10.2).
3. Perusahaan seharusnya mengidentifkasi rata-rata penggatian bahan
atau produk kayu dalam periode yang ditetapkan. Rata-rata pergantian
diperhitungkan dari mulai tanggal mulai produksi, hingga tanggal claim
ditetapkan (Ref FSC B3.K10.3).
4. Untuk setiap kelompok produk, perusahaan seharusnya menghasilkan
rekaman rata-rata penggantian yang menggunakan bahan FSC, dari
kelompok produk tersebut (Ref FSC B3.K10.4).
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
319
5. Jika memungkinkan perusahaan seharusnya menetapkan nomor spesifk
produksi atau nomor batch produk, untuk mengindentifkasi produk
dalam kelompok produknya (Ref FSC B3.K10.5).
6. Untuk setiap kelompok produk seharusnya secara spesifk ditetapkan
periode klaimnya sampai 12 bulan kalender. Kemudian perusahaan
mengurangi periode waktu produksi sampai kurang dari bulanan, untuk
permintaan produk yang terbatas atau tidak tetap (Ref FSC B3.K10.6,
10.7).
Untuk memenuhi persyaratan pelabelan, perusahaan harus menetapkan
mekanisme (FSC B4.K11.1, 11.2) sebagai berikut :
1. Produk dapat menggunakan merek dagang FSC apabila :
a. Telah memenuhi persyaratan standard FSC bagian 1 s/d 3.
b. Produk termasuk dalam kelompok produk FSC yang direncanakan.
2. Pemenuhan persyaratan standar pada bagian 4 dan 5 dari standar
tersebut, juga merupakan pemenuhan persyaratan pelabelan, sesuai
standar FSC-STD-40-201 tentang persyaratan pelabelan produk.
Pengaturan persyaratan pelabelan ini, sesuai diatur pada persyaratan
standar FSC-STD-40-004 (V1) ini, diatur dengan klausul B4.12.1 /sd
15.3, yang telah dibahas secara umum pada modul 1. Sistem pelabelan
ini secara khusus diatur sesuai standar FSC-STD-40-201 tentang
persyaratan pelabelan produk.
Untuk mengendalikan sistem lacak balak setelah produk siap dipasarkan,
maka sesuai standar FSC ini diatur :
1. Semua invoice dari kelompok produk FSC yang dipasarkan seharusnya
menyediakan informasi (Ref FSC B5.16.1), yaitu :
a. Nama dan alamat pembeli.
b. Tanggal waktu invoice dikeluarkan.
c. Deskripsi produk kelompok FSC yang dipasarkan.
d. Jumlah produk yang dijual.
e. Nomor sertifkat lacak balak yang dikeluarkan badan sertifkasi.
320
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
f. Referensi batch produk atau dokumen pengapalan/delivery yang terkait,
yang membuktikan terkait dengan bukti penerimaan produk sampai
dipelanggan.
2. Produk yang akan dipasarkan atau telah dipasarkan, harus memenuhi
persyaratan (Ref FSC B5.16.2 s/d 16.3):
a. Kode nomor registrasi invoice menunjukan keterkaitan (dapat ditelusur)
dengan nomor sertifkat CoC.
b. Ketika terjadi perbedaan antara nomor sertifkat yang ada pada invoice,
dengan nomor sertifkat CoC, seharusnya keterkaitan keduanya dapat
dijelaskan dengan sistem kodifkasi.
c. Keterkaitan nomor tersebut harus jelas pada invoice, untuk kelompok
produk FSC atau tidak ada terkait dengan produk non FSC.
3. Invoice yang dikeluarkan pada saat transaksi pemasaran, seharusnya
menyatakan/ menginformasikan (Ref FSC B5.16.3 s/d 16.7), yaitu :
a. Invoice Produk FSC-murni.
b. Invoice produk dari bahan kayu, berdasarkan klaim sistem rentang batas
(FSC threshod System).
c. Invoice produk bahan kayu, berdasarkan klaim sistem kredit (FSC-
credit system).
Untuk pelaksanaan pengiriman produk kepada pelanggan (shipment/
delivery), seharusnya memenuhi ketentuan. Jika produk FSC diangkut
atau dikirim secara terpisah, maka harus disediakan dokumen
angkutannya, yang mencakup informasi:
1. Nama dan alamat Pembeli.
2. Tanggal waktu invoice dikeluarkan.
3. Deskripsi produk kelompok FSC yang dipasarkan.
4. Jumlah produk yang diangkut atau dikirim kepelanggan.
5. Referensi invoice penjualan, dari produk yang diangkut, dapat dibuktikan
keterkaitan antara invoice dari produk yang dikirim, dengan dokumen
angkutan/pengapalan.
Dokumen angkutan yang dikeluarkan untuk pengiriman produk
sertifkasi FSC, harus mengandung informasi :
1. Nomor registrasi sertifkat sistem lacak balak yang dikeluarkan.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
321
2. Pernyataan kebenaran klaim harus sesuai proporsi bahan baku kayu, yang
dikeluarkan.
Sesuai rekaman data penjualan produk sertifkasi FSC, perusahaan harus
menyediakan rekaman semua pembeli, input kelompok produk (batch) yang
dipasarkan, volume bahan kayu yang menjadi produk untuk dipasarkan
(murni, campuran dan bahan daur ulang/recycled), rekaman harus tersedia
pada saat ada permintaan produk yang sertifkasi FSC.
322
Daftar Istilah / Defnisi
Anisotropis adalah Suatu benda (Kayu) yang mempunyai sifat yang berbeda
pada ke tiga arah (arah Longitudinal, arah Tangensial dan arah Radial)
Bowing (Membusur) adalah Melengkungnya papan Kayu Pada arah
memanjang Serat.
Cacat Pengeringan adalah Kerusakan Kayu yang terjadi pada kayu sebagai
akibat dari hasil Proses Pengeringan yang bisa menurunkan Kekuatan,
Keawetan, dan Nilai dari Kayu.
Cupping (Memangkuk) adalah Melengkungnya pada arah Lebarnya.
Higroskopis adalah Sifat suatu benda (Kayu) yang bisa Menyerap dan
Melepaskan air (uap air) sebagai akibat dari perubahan Suhu dan
Kelembaban Udara disekitarnya.
Honey Comb (Pecah Dalam) adalah Pecah yang terjadi pada bagian dalam
Kayu yang tidak terlihat dari luar.
Kadar Air Kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam Kayu.
Kadar air Kesetimbangan Kayu (EMC) adalah Kondisi dimana kayu tidak
lagi melepaskan Kandungan airnya dan dapat menyesuaikan dirinya
dengan kondisi udara dan temperature disekitarnya.
Kelembaban Relatif (RH) adalah merupakan presentase Jumlah Uap Air
terhadap Jumlah Uap Air Maksimum yang dapat dikandung oleh udara
pada kondisi yang sama (Ruang dan Suhu).
Penyusutan adalah Berkurangnya dimensi sebagai akibat dari Proses
Pengeringan.
Retak adalah sedikit terpisahnya serat kayu pada arah memanjang tetapi
tidak menembus permukaan kayu.
Titik Jenuh Serat (TJS/FSP) adalah kondisi dimana air bebas didalam
rongga sel telah kosong, sedangkan di dinding sel telah jenuh dengan air
terikat.
Twisting (Memuntir) adalah melengkungnya kayu ke arah diagonal.
323
Daftar Pustaka
FSC-STD-01-001 Forest Stewardship Council Principles and Criteria of
Forest Stewardship (2000).
FSC-STD-40-201 FSC standard for on-product labeling, Forest Stewardship
Council Principles and Criteria of Forest Stewardship (2001).
ISO standard 14021 Environmental labels and declarations self-declared
environmental claims (type II environmental labelling)
Ginoga, B. 1997. Beberapa Sifat Kayu Mangium (Acacia mangium Willd)
pada beberapa tingkat umur. Buletin Penelitian Hasil Hutan, Pusat
Penelitian Hasil hutan, Bogor.
Haygreen, John G., Bowyer, Jim L. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu
Pengantar (Diterjemahkan Oleh Dr. Ir. Sutjipto A. Hadikusumo).
Gajah Mada University Press.
PT. Musi Hutan Persada, 2004. Pembangunan Hutan Tanaman Acacia
mangium Pengalaman di PT. Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan.
Oey Djoen Seng, 1990. Berat Jenis Dari Jenis-jenis Kayu Indonesi dan
Pengertian Beratnya Kayu Untuk Keperluan Praktek (Diterjemahkan
oleh Ir. Soewarsono P.H.). Pusat Penelitian Dan pengembangan Hasil
Hutan, Bogor.
Haven, G (Ed.). 1995. The Familiy Handyman : Toys, Games, and
Furniture. Readers Digest, Montreal.
Budianto, A.D. 1999. Mesin Tangan Industri Kayu. PIKA, Semarang.
Marshall, R. 2001. Sustainable Development from theory towards practice.
The
Capotosto, R. 1975. Complete Book of Woodworking. Grand Book
Record & Tape Co., LTD., Taipei.
324
Pemahaman Prinsip Mutu
Dipersiapkan oleh:
Deden Rochmanudin
Dikembangkan Berdasarkan Modul Pelatihan dari :
IFC Advisory Services in Indonesia
Program Kayu Berkelanjutan
Jepara, 27 Juli 2010
h. Penerapan Prinsip Manajemen Mutu
325
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Prinsip Manajemen Mutu diterapkan menjadi dasar bagi penerapan
sistem manajemen mutu, menjadi dasar bagi top manajemen dalam
mengarahkan organisasi menuju peningkatan kinerja mutu perusahaan
dan memfasilitasi keberhasilan perubahan budaya manajemen.
Dalam membangun dan mengembangkan sistem manajemen mutu
organisasi/perusahaan harus memahami 8 (delapan) prinsip manajemen
mutu, untuk dapat diaplikasikan dan diterapkan dalam pengelolaan
masing-masing proses dan pengelolaan organisasi secara keseluruhan.
Bagi top manajemen (pimpinan puncak) perusahaan, prinsip manajemen
mutu dapat menjadi landasan mengambil keputusan dalam organisasi
dan juga dapat digunakan sebagai kerangka kerja untuk mengarahkan
organisasinya menuju peningkatan kinerja yang berkesinambungan.
Penerapan prinsip manajemen mutu dalam organisasi akan memberikan
dampak yang signifkan dalam membentuk budaya organisasi yang
berorientasi kepada pelanggan (pihak berkepentingan) dan peningkatan
berkesinambungan.
Pada organisasi perusahaan atau industri pengolahan kayu, penerapan
prinsip manajemen mutu ini sangat berguna sekali untuk menuntun dan
melandasi perusahaan dalam meningkatkan kinerja mutu proses /kegiatan
perusahan, dan kinerja mutu produk yang meningkat berkesinambungan.
Beberapa pengalaman pada industri kayu, khususnya pada industri
Furniture penerapan prinsip manajemen mutu dapat mendorong meraih
manfaat peningkatan efektivitas dan efsiensi bahan dan biaya produksi.
326
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Uraian manfaat dan penerapan terhadap delapan prinsip manajemen
mutu akan dijelaskan pada masing-masing pokok bahasan prinsip
manajemen tersebut.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Prinsip Manajemen
Mutu ini adalah agar peserta memiliki pengetahuan dan memiliki
kepedulian, yaitu :
1. terhadap prinsip penerapan manajemen mutu.
2. dapat menerapkan prinsip manajemen mutu pada kegiatan industri,
khususnya dalam mengelola pemanfaatan bahan baku agar lebih efsien.
3. meraih manfaat dari penerapan prinsip manajemen mutu ini untuk
meningkatkan efsiensi dan efekstivitas dari kegiatan industri.
1.3. Metodologi Pembelajaran
Tipe Material Tujuan
Buku Pegangan Peserta Memberikan dasar pemahaman kepada peserta
pelatihan tentang prinsip penerapan manajemen
mutu.
Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep delapan prinsip
manajemen mutu, dengan metode ceramah dan
tanya jawab.
327
Bab II.
Penerapan Prinsip Manajemen Mutu
8 Prinsip Manajemen Mutu
1. Fokus Pada Pelanggan
2. Kepemimpinan
3. Keterlibatan Karyawan
4. Pendekatan Proses
5. Pendekatan Sistem Pada Manajemen
6. Peningkatan Berkesinambungan
7. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
8. Hubungan Yang Saling Menguntungkan Dengan Pemasok
Penerapan delapan prinsip manajemen mutu dalam organisasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda. Untuk menentukan
bagaimana organisasi menerapkannya akan sangat bergantung dari sifat
alamiah organisasi itu sendiri dan tujuan-tujuan spesifk yang ingin
diperoleh organisasi.
Penerapan prinsip manajemen mutu ini tidak hanya akan memberikan
keuntungan bagi organisasi yang menerapkannya tapi lebih luas lagi bagi
konsumen, pemilik, karyawan, pemasok, komunitas lokal dan masyarakat
umum yang secara langsung ataupun tidak berkait dengan organisasi yang
bersangkutan.
2.1. Fokus Kepada Pelanggan
Prinsip 1 : Fokus Pada Pelanggan
Organisasi (perusahaan) seharusnya :
- Bergantung pada pelanggan
- Memahami kebutuhan pelanggan
- Memenuhi persyaratan pelanggan
- Berusaha melampaui harapan pelanggan
328
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Organisasi bergantung pada pelanggannya dengan demikian maka
organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan saat ini dan di masa
mendatang serta harus memenuhi persyaratan pelanggan dan berusaha
melampaui harapan pelanggan.
Manfaat penerapan fokus kepada pelanggan :
1. Meningkatkan penghasilan dan pangsa pasar melalui tanggapan yang
cepat dan feksibel terhadap peluang pasar.
2. Meningkatkan efektiftas dalam penggunaan sumberdaya organisasi untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan.
3. Meningkatkan loyalitas pelanggan menuju bisnis berkelanjutan (repeat
business).
Penerapan Fokus pada pelanggan dilakukan dengan :
1. Melakukan riset dan memahami kebutuhan dan harapan pelanggan.
2. Menjamin tujuan organisasi sejalan dengan kebutuhan dan harapan
pelanggan.
3. Mengkomunikasikan kebutuhan dan harapan pelanggan dalam organisasi.
4. Mengukur kepuasan pelanggan dan melakukan tindakan terhadap hasil-
hasil.
5. Mengelola hubungan dengan pelanggan secara sistematis.
6. Menjamin pendekatan yang seimbang antara kepuasan pelanggan dan
pihak berkepentingan lainnya (seperti : pemilik, karyawan, pemasok,
penyandang dana, komunitas lokal, dan masyarakat umum).
Gambar 1. Bagan Alir Produsen - Konsumen
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
329
2.2. Kepemimpinan
Prinsip 2 - Kepemimpinan
Pemimpin memiliki peran
- Menetapkan maksud dan arah organisasi
- Menciptakan dan memelihara lingkungan yang kondusif untuk mencapai
tujuan
Pemimpin menetapkan kesatuan maksud dan arah organisasi. Pemimpin
harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal sehingga karyawan
dapat terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan organisasi.
Manfaat penerapan prinsip kepemimpinan :
1. Karyawan akan memahami dan termotivasi menuju tujuan dan sasaran
organisasi.
2. Mengevaluasi, menyelaraskan dan menerapkan aktivitas-aktivitas dengan
cara yang sama (unifed).
3. Meminimisasi masalah komunikasi (miscommunication) antar berbagai
jenjang dalam organisasi.
Gambar 2. Organisasi Untuk Memenuhi Kepuasan Pelanggan
330
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
4. Penerapan Kepemimpinan dilakukan dengan :
a. Mempertimbangkan kebutuhan seluruh pihak berkepentingan
termasuk pemilik, karyawan, pemasok, penyandang dana, komunitas
lokal, dan masyarakat umum.
b. Menetapkan visi organisasi yang jelas dimasa mendatang.
c. Menetapkan tujuan dan sasaran.
d. Menciptakan dan menjaga nilai bersama, kejujuran, etika yang menjadi
panutan bagi seluruh jenjang dalam organisasi.
e. Membangun kepercayaan dan menghilangkan ketakutan.
f. Menyediakan sumberdaya yang diperlukan, pelatihan, dan kebebasan
untuk melakukan aktivitas secara bertanggungjawab.
g. Memberikan inspirasi, keberanian dan memahami kontribusi setiap
karyawan.
Top manajemen organisasi harus menciptakan lingkungan dimana
karyawan akan terlibat secara penuh dan sistem manjamen mutu
dioperasikan secara efektif melalui sikap kepemimpinan dan tindakan
nyata yang dilakukannya.
Adapun peran top management dalam sistem manajemen mutu adalah
sebagai berikut :
1. Menetapkan dan memelihara kebijakan dan tujuan mutu organisasi;
2. Mempromosikan Kebijakan dan tujuan mutu kepada seluruh organisasi
untuk meningkatkan kesadaran, motivasi dan keterlibatan;
3. Menjamin fokus pada persyaratan pelanggan dalam organisasi;
4. Menjamin proses-proses diterapkan untuk dapat memenuhi persyaratan
pelanggan dan pihak-pihak berkepentingan lainnya serta menjamin
pencapaian tujuan mutu;
5. Menjamin sistem manajemen mutu ditetapkan, diterapkan dan dipelihara
secara efektif dan efsien untuk mencapai tujuan mutu;
6. Menjamin ketersediaan sumberdaya yang dibutuhkan;
7. Meninjau sistem manajemen mutu secara periodik;
8. Menentukan tindakan yang diperlukan berkenaan dengan pencapaian
kebijakan dan tujuan mutu;
9. Menentukan tindakan bagi peningkatan sistem manajemen mutu.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
331
Peran top manajemen yang diuraikan diatas didasarkan atas prinsip
manajemen mutu, yaitu :
Quality happens through people, NOT by the system itself
***
People create satisfed customers, NOT by he product itself
2.3. Keterlibatan Karyawan
Prinsip 3 - Keterlibatan Karyawan
Keterlibatan Karyawan adalah :
- Esensi aset sebuah organisasi
- Kemampuan kayawan dapat digunakan untuk manfaat organisasi
Karyawan pada semua jenjang adalah penting (esensi) bagi sebuah
organisasi dan keterlibatan karyawan secara penuh memungkinkan
kemampuan mereka digunakan untuk memberikan manfaat bagi organisasi

Manfaat prinsip keterlibatan karyawan :


1. Memberikan motivasi, komitmen, dan keterlibatan karyawan dalam
organisasi.
2. Meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam melampaui tujuan organisasi.
3. Karyawan dapat mempertanggungjawabkan kinerja mereka sendiri.
4. Karyawan berkeinginan untuk berpartisipasi dan memberikan kontribusi
dalam peningkatan berkesinambungan.
Penerapan Keterlibatan karyawan dilakukan dengan :
1. Karyawan memahami pentingnya peran dan kontribusi mereka dalam
organisasi.
2. Karyawan mengidentifkasi pembatas bagi kinerja mereka.
332
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
3. Karyawan memahami masalah yang dihadapi dan bertanggung jawab
untuk menyelesaikannya.
4. Karyawan mengevaluasi kinerjanya berdasarkan tujuan dan sasaran
masing-masing personal.
5. Karyawan secara aktif mencari peluang untuk meningkatkan kompetensi,
pengetahuan, dan pengalaman mereka.
6. Karyawan membagi pengetahuan dan pengalaman mereka.
7. Karyawan mendiskusikan masalah-masalah secara terbuka.
Tahapan keterlibatan peran karyawan dalam organisasi seperti pada
boxberikut :
Program Pendidikan
Pengembangan Pengetahuan
Pengembangan Pemikiran
Terciptanya Budaya Mutu
Motivasi Internal
Kesadaran akan kebutuhan untuk berkembang
Perubahan paradigma
(Melaksanakan pelatihan secara efektif )
Paradigma baru
(Meningkat Kemampuan Personal)
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
333
2.4. Pendekatan Proses
Prinsip 4 - Pendekatan Proses
- Mengelola aktivitas dan sumberdaya terkait sebagai sebuah proses
- Mencapai hasil yang lebih efsien
Sebuah hasil yang diinginkan dapat dicapai lebih efsien jika aktivitas-
aktivitas dan sumberdaya terkait dikelola sebagai sebuah proses
Manfaat penerapan pendekatan proses :
1. Mencapai biaya rendah dan waktu siklus lebih cepat melalui penggunaan
sumberdaya yang efektif.
2. Meningkatkan dan memberikan hasil yang konsisten dan dapat
diperkirakan.
3. Memfokuskan dan memprioritaskan peluang-peluang peningkatan.
Penerapan Pendekatan Proses dilakukan dengan cara :
1. Menentukan aktivitas yang diperlukan secara sistematis untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
2. Menetapkan tanggungjawab dan pertanggungjawaban yang jelas untuk
mengelola aktivitas-aktivitas.
3. Melakukan analisa dan mengukur kapabilitas aktivitas-aktivitas kunci.
4. Mengidentifkasi aktivitas-aktivitas kunci yang saling beririsan antara
fungsi-fungsi dalam organisasi.
5. Memfokuskan faktor-faktor yang akan meningkatkan aktivitas-aktivitas
kunci dalam organisasi, seperti : sumberdaya, metode, dan material.
6. Melakukan evaluasi terhadap resiko, konsekuensi dan dampak aktivitas-
aktivitas yang dilakukan kepada pelanggan, pemasok, dan pihak
berkepentingan lainnya.
334
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PROSEDUR
Cara yang spesifk untuk melaksanakan
sebuah aktivitas dan proses, baik tertulis
atau tidak
PROSES
Nilai tambah bagi pelanggan
Kesatuan aktivitas yang ber-interaksi
dan ber-interrelasi
Transformasi input menjadi output
INPUT
Sumberdaya,
data/informasi
PRODUK
Hasil
dari
Proses
PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN
(sebelum, selama dan setelah proses)
EFEKTIFITAS PROSES
Kemampuan untuk
mencapai hasil yang
diinginkan
EFISIENSI PROSES
Hasil yang dicapai
vs sumberdaya yang
digunakan

Output


Gambar 3. Prosedur Input Output dalam Pendekatan Proses
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
335
2.5. Pendekatan Sistem Manajemen
Prinsip 5 - Pendekatan Sistem Pada Manajemen
Mengidentifkasi, memahami dan mengelola proses-proses yang saling
berhubungan sebagai sebuah sistem
Mengidentifkasi, memahami, dan mengelola proses-proses yang saling
berhubungan sebagai sebuah sistem yang memberikan kontribusi dalam
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efsien
Manfaat penerapan pendekatan proses :
1. Akan memberikan pencapaian terbaik terhadap hasil yang diinginkan
dengan mengintegrasikan dan keterkaitan (kerjasama) proses-proses.
2. Mampu memfokuskan usaha pada proses-proses kunci.
3. Memberikan keyakinan pada pihak yang berkepentingan sebagai
organisasi yang konsisten, efektif dan efsien.
Penerapan Pendekatan sistem pada manajemen dilakukan dengan :
1. Menata struktur sistem dengan cara yang paling efektif dan efsien untuk
mencapai tujuan organisasi.
2. Memahami kesalingbergantungan antara proses-proses dalam sistem.
3. Pendekatan yang terstruktur yang memberikan harmonisasi dan intergrasi
proses-proses.
4. Memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap peran dan
tanggungjawab yang sesuai untuk mencapai tujuan umum dan dengan
demikian mengurangi hambatan lintas fungsional.
5. Memahami kapabilitas organisasi dan menetapkan pembatas sumberdaya
sebelum melakukan tindakan.
6. Menetapkan target dan menentukan bagaimana mengoperasikan aktivitas
yang spesifk dalam sebuah sistem.
7. Meningkatkan sistem secara berkesinambungan melalui pengukuran dan
evaluasi.
336
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2.6 Peningkatan Berkesinambungan
Prinsip 6 - Peningkatan Berkesinambungan
- Diperuntukan bagi kesuluruhan kinerja organisasi
- Menjadi tujuan tetap organisasi
Peningkatan berkesinambungan pada keseluruhan kinerja organisasi harus
menjadi tujuan tetap (permanen) organisasi
Manfaat penerapan prinsip perbaikan berkesinambungan :
1. Memberikan manfaat bagi kenerja organisasi melalui peningkatan
kemampuan (capabilities).
2. Meningkatkan aktivitas-aktivitas secara bersamaan pada semua jenjang
dengan stratergi organisasi yang tajam.
3. Memberikan feksibilitas untuk berreaksi secara cepat dalam menangkap
peluang.
Penerapan Peningkatan berkesinambungan dilakukan dengan cara :
1. Menggunakan pendekatan pada keseluruhan organisasi yang konsisten
terhadap peningkatan berkesinambungan bagi kinerja organisasi.
2. Menyediakan pelatihan bagi karyawan sebagai metode dan alat untuk
peningkatan berkesinambungan.
3. Membuat peningkatan berkesinambungan pada produk, proses, dan
sistem sebagai sebuah tujuan bagi setiap individu dalam organisasi.
4. Menetapkan sasaran untuk memandu dan memberikan pedoman bagi
peningkatan berkesinambungan.
5. Menghargai dan mengakui adanya peningkatan.
Peningkatan berkesinambungan merupakan suatu aktivitas yang
dilaksanakan untuk mencapai efektiftas dan efsiensi proses yang
lebih tinggi melalui pemantauan dan pengukuran kinerja dan
melakukan tindakan yang sesuai berdasarkan hasil pemantauan dan
pengukurantersebut.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
337
Penggambaran umum bagi peningkatan berkesinambungan tersebut
adalah dengan menggunakan sebuah siklus yang dikembangkan untuk
pertama kalinya oleh Dr. Walter A. Shewhart dan dilanjutkan serta
dipopulerkan oleh Dr. Edward Deming, yaitu siklus P-D-C-A atau
siklusDeming.
Dalam manajemen umum kita telah lama mengenal istilah 8 (delapan)
langkah dan 7 (tujuh) alat untuk melakukan peningkatan yang
berkesinambungan.
Sistem manajemen mutu, Quality management system elements - Guidelines
for quality improvement, telah pula menjelaskan metodologi bagi proyek-
proyek atau aktivitas-aktivitas peningkatan mutu, yaitu terdiri dari :
1. Keterlibatan seluruh organisasi ;
2. Berinisiatif (memulai) proyek-proyek atau aktivitas peningkatan mutu ;
3. Menyelidiki penyebab yang mungkin ;
4. Menetapkan hubungan sebab-akibat ;
Gambar 4. Siklus Deming
Act
Bagaimana
melakukan
peningkatan
berikutnya ?
Plan
- Apa yang akan
dilakukan?
- Bagaimana
melakukannya?
Check
Apa yang terjadi ?
Periksa sesuai
rencana !
Do
Lakukan
apa yang
direncanakan!
338
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
5. Melakukan tindakan koreksi atau pencegahan ;
6. Memastikan (konfrmasi) peningkatan ;
7. Pertahankan keuntungan-keuntungan yang diperoleh ;
8. Lanjutkan peningkatan.
Sedangkan alat bantu atau teknik yang diberikan sistem manajemen mutu
untuk menganalisa data dan situasi dalam proyek/aktivitas peningkatan
mutu, yaitu :
1. Untuk Pengumpulan Data : formulir pengumpulan data
2. Untuk Data Numerik : Peta Kontrol, Histogram, Diagram Pareto,
Diagram tebar.
3. Untuk Data Non-Numerik : Diagram Afnitas, Benchmarking,
Sumbang-Saran (Brainstorming), Diagram Sebab-Akibat, Diagram Alir
(Flowchart), Diagram Pohon.
Saat ini sistem manajemen mutu yang merupakan panduan bagi
peningkatan kinerja juga memberikan panduan/metode dasar dalam
melaksanakan peningkatan berkesinambungan, yaitu :
1. Pengembangan proyek (breakthrough projects), biasanya dengan
melakukan redesain proses dan dilaksanakan oleh tim lintas fungsional.
Langkah yang dilakukan adalah :
a. Bertahap (small-step ongoing) defnisikan tujuan secara jelas;
b. Tetapkan metode (outline) proyek yang akan dilakukan;
c. Analisa proses yang ada dan peluang untuk perubahan;
d. Defnisikan dan rencanakan peningkatan proses;
e. Verifkasi dan validasi proses peningkatan;
f. Evaluasi peningkatan yang dicapai, termasuk hal-hal yang dapat
dijadikan pelajaran bagi peningkatan berikutnya.
2. Bertahap (small-step continual improvement), melaksanakan aktivitas
peningkatan secara bertahap terhadap proses-proses yang ada dan
dilakukan oleh personal dalam departemen itu sendiri. Dalam
peningkatan bertahap yang harus diperhatikan adalah :
a. Ide terbaik biasanya berasal dari karyawan dan merupakan partisipasi
kelompok kerja.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
339
b. Karyawan yang terlibat diberi kewenangan, bantuan teknis maupaun
sumberdaya yang diperlukan untuk melakukan peningkatan.
c. Lakukan pengendalian dan pahami efek perubahan yang terjadi.
Secara umum hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan aktivitas
peningkatan berkesinambungan, meliputi :
1. Alasan untuk melakukan peningkatan; identifkasi masalah dalam proses
dan area yang akan ditingkatkan.
2. Situasi saat ini; evaluasi efektiftas dan efsiensi proses yang ada, pilih
masalah yang spesifk, dan tetapkan tujuan peningkatan.
3. Analisa; identifkasi dan verifkasi akar penyebab masalah.
4. Identifkasi solusi yang mungkin; gali berbagai solusi alternatif, pilih
solusi terbaik untuk diterapkan.
5. Evaluasi efek yang timbul; pastikan solusi dapat dilaksanakan dan tujuan
peningkatan terpenuhi, tanpa menimbulkan efek yang berlebihan.
6. Terapkan dan standarkan solusi baru; proses lama digantikan dengan
proses baru yang telah ditingkatkan untuk mencegah masalah terulang
kembali.
7. Evaluasi efektiftas dan efsiensi proses yang telah ditingkatkan;
pertimbangkan untuk menerapkan solusi tersebut pada proses lain yang
sesuai dalam organisasi.
Untuk menfasilitasi keterlibatan dan kesadaran karyawan dalam aktivitas
peningkatan tersebut, maka manajemen harus mempertimbangkan :
1. Pembentukan kelompok (group) kecil dan memilih pemimpinnya.
Pemimpin dapat dipilih dari anggota group itu sendiri.
2. Pemberian keleluasaan kepada karyawan untuk mengendalikan dan
memperbaiki tempat kerja mereka.
3. Pengembangan pengetahuan, pengalaman, dan keahlian karyawan sebagai
bagian dari aktivitas manajemen mutu organisasi.
340
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2.7. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta - 7
Keputusan berdasarkan analisa data dan informasi
Keputusan yang efektif didasarkan pada analisa data dan informasi
Manfaat penerapan prinsip keputusan berdasarkan fakta : Pengambilan
keputusan berdasarkan informasi :
1. Meningkatkan kemampuan untuk mendemonstrasikan efektiftas
keputusan yang lalu dengan menunjukkan rekaman/catatan yang faktual.
2. Meningkatkan kemampuan untuk meninjau, menghadapi keraguan dan
perubahan pendapat dan keputusan.
Penerapan Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dilakukan
dengancara:
1. Menjamin data dan informasi akurat dan dapat diandalkan,
2. Menjadikan data dapat diakses oleh personal yang membutuhkannya,
3. Melakukan analisa data dan informasi menggunakan metode yang valid,
4. Membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan pada
analisa yang faktual dengan menggunakan pengalaman dan intuisi yang
berimbang.
Konsep manajemen berdasarkan fakta (management by fact) merupakan
konsep yang digunakan oleh para pengambil keputusan untuk
menentukan tindakan apa yang harus dilakukan atau diambil dalam
mengatasi setiap permasalahan.
Konsep ini memberikan panduan untuk mengurangi resiko dalam
mengambil keputusan berdasarkan opini semata (management by
opinion), dengan melakukan pengumpulan data hasil pengukuran dan
melakukan analisa terhadap data yang relevan sehingga memberikan
informasi yang akurat sebagai dasar pengambilan keputusan/tindakan.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
341
2.8. Hubungan Saling Menguntungkan Dengan Pemasok
Prinsip 8 - Hubungan Yang Saling Menguntungkan Dengan
Pemasok
- Organisasi dan pemasoknya saling tergantung dan membutuhkan
- Meningkatkan kemampuan untuk menciptakan nilai
Organisasi dan pemasoknya saling bergantung dan sebuah hubungan yang
saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan keduanya dalam
menciptakan nilai
Manfaat Penerapan prinsip hubungan saling menguntungkan:
1. Meningkatkan kemampuan untuk menciptakan nilai bagi kedua belah
pihak,
Fakta
Pengukuran
Data
Analisa
Informasi
TIDAK
Keputusan ?
YA
Tindakan
Hasil untuk
mencapai tujuan
Gambar 5. Proses Pendekatan Berdasarkan Fakta
342
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2. Kerjasama dalam memberikan tanggapan yang feksibel dan cepat
terhadap perubahan pasar atau kebutuhan dan harapan pelanggan,
3. Mengoptimalkan biaya dan penggunaan sumberdaya.
Penerapan Hubungan yang saling mengguntungkan dengan pemasok
dilakukan dengan cara :
1. Menentukan hubungan yang memberikan keuntungan jangka pendek
dan pertimbangan jangka panjang yang berimbang,
2. Mengumpulkan (pooling) keahlian dan sumberdaya yang dimiliki bersama
rekan kerja,
3. Mengidentifkasi dan memilih pemasok-pemasok kunci,
4. Menjalin komunikasi yang terbuka dan jelas,
5. Membagi informasi dan rencana dimasa mendatang,
6. Menetapkan aktivitas pengembangan dan peningkatan bersama-sama,
7. Memberikan inspirasi, mendorong dan menghargai peningkatan dan
pencapaian yang dilakukan oleh pemasok.
Membangun hubungan kemitraan (partnership) yang strategis dan saling
menguntungan harus didasarkan pada saling percaya dan komunikasi
yang terbuka.
PEMASOK ORGANISASI PELANGGAN
Feedback Feedback Feedback
Gambar 6. Rantai Hubungan Pemasok Pelanggan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
343
Manfaat yang dapat diraih dari penerapan 8 (delapan) prinsip mutu yaitu:
1. Perusahaan lebih memperhatikan persyaratan pelanggan (pembeli)
sehingga dapat membina hubungan bisnis yang lebih baik.
2. Penerapan sistem manajemen yang dilandasi peran kepemimpinan
mutu, dan keterlibatan ide/pemikiran semua karyawan untuk selalu
meningkatkan disain, kualitas produk dan kinerja perusahaan
secaraberkelanjutan.
3. Setiap keputusan manajemen untuk menghasilkan produk selalu
dilandasi hasil perhitungan dan analisis terhadap fakta ril yang
dihadapiperusahaan.
4. Setiap pelaksanaan proses manajemen selalu memperhatikan unsur
manajemen P-D-C-A (merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan
melakukan tindakan perbaikan).
5. Perusahaan dapat selalu membina hubungan menguntungkan dengan
pemasok bahan baku, sehingga dapat menjamin kontinuitas pasokan
bahan baku (khususnya kayu).
344
Daftar Istilah / Defnisi
Produk adalah hasil dari sekumpulan kegiatan yang saling terkait atau saling
interaksi yang mengubah masukan menjadi keluaran
Mutu adalah derajat yang dicapai oleh karakteristik (3.5.1) yang inheren
dalam memenuhi persyaratan
Persyaratan adalah kebutuhan atau harapan yang dinyatakan oleh pelanggan
atau pihak yang berkepentingan.
kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan tentang derajat telah
dipenuhinya persyaratan pelanggan
sistem manajemen mutu adalah sistem manajemen untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi dalam hal mutu
kebijakan mutu adalah maksud dan arahan secara menyeluruh sebuah
organisasi yang terkait dengan mutu seperti yang dinyatakan secara
resmi oleh pimpinan puncak
345
Daftar Pustaka
Standard SNI 19-9001: 2000 Sistem manajemen Mutu Persyaratan,
Jakarta tahun 2000, Badan Standardisasi Nasional - Indonesia
Standard SNI 19-9000 : 2001 Sistem Manajemen Mutu Dasar-dasar dan
Kosakata, Jakarta tahun 2001, Badan Standardisasi Nasional - Indonesia
Standard SNI 19-9004 : 2002 Sistem manajemen mutu -Panduan untuk
perbaikan kinerja, Jakarta tahun 2002, Badan Standardisasi Nasional -
Indonesia
FSC STD 40 004 (version 1) FSC Chain of Custody Standard For
Companies Supplying and Manufacturing Certified Produck, 1 st
October 2004
346
Penerapan Sistem Penandaan dan Penataan Lay Out
Aliran Bahan dalam Industri Furniture
Dipersiapkan oleh:
Deden Rochmanudin
Dikembangkan Berdasarkan Modul Pelatihan dari :
IFC Advisory Services in Indonesia
Program Kayu Berkelanjutan
Jepara, 27 Juli 2010
i. Penerapan sistem penandaan dan aliran bahan
347
Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Produktiftas industri pengolahan kayu dapat ditunjang oleh aliran unsur
bahan baku yang bergerak melalui fasilitas produksi (mesin) dengan
efsien. Dengan memperlancar aliran bahan baku maka akan memangkas
biaya produksi. Pabrik meubel tidak hanya lebih dari sekedar kumpulan
mesin-mesin, akan tetapi merupakan kumpulan proses produksi mulai
dari penerimaan barang bahan baku atau barang penunjang produksi
lainnya, pembuatan komponen, perakitan, pengerjaan akhir sampai
dengan pengiriman. Masalah aliran (lay out) keseluruhan muncul dari
kebutuhan untuk memindahkan unsur produksi (bahan, komponen,
orang) dari permulaan proses (penerimaan) sampai akhir (pengiriman)
sepanjang lintasan yang paling efsien.
Konsep aliran sepanjang industri pengolahan kayu paling baik dapat
digambarkan dengan mempertimbangkan bahwa tiap unsur yang
memasuki bangunan/pabrik mengalir sepanjang bangunan/pabrik,
mengikuti lintasan yang telah ditetapkan baik direncanakan maupun
tidak sampai batas akhir proses. Apabila setiap unsur tidak memiliki
lintasannya sendiri sepanjang fasilitas produksi, komposisi dari beberapa
aliran mandiri menjadi pola aliran keseluruhan dalam perusahaan.
Dengan menggambarkan lintasan tersebut sebagai seutas benang, maka
komposisi aliran yang dihasilkan mungkin akan menunjukkan :
1. Lintasan yang simpang-siur, menunjukkan kurangnya perencanan
aliranbarang;
2. Pengelompokkan lintasan aliran yang rapi dan teratur dengan berbagai
kepadatan, melalui beberapa fasilitas dengan lancar dengan pola aliran
total memuncak pada suatu lintasan menuju wilayah pengiriman
menunjukkan akhir dari aliran internal.
Pertimbangan lain yang harus diperhatikan pada perancangan aliran
adalah beberapa hal berikut :
1. Membutuhkan mesin-mesin atau peralatan yang sama;
348
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2. Membutuhkan proses yang sama;
3. Membutuhkan operasi yang sama;
4. Mengikuti urutan operasi;
5. Memiliki waktu operasi yang sama;
6. Memiliki bentuk, ukuran, kegunaan atau rancangan yang sama;
7. Menuntut derajat mutu yang sama;
8. Terbuat dari bahan yang serupa atau sama.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan dan pengembangan Modul Pelatihan ini adalah:
1. Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta tentang
prinsip penataan infrastruktur aliran bahan pada industri.
2. Untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta untuk
metode untuk merencanakan dan mengendalikan pola aliran bahan lacak
balak.
3. Untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta untuk
melakukan analisa perhitungan waktu terhadap aliran bahan
1.3. Metodologi Pembelajaran
Tipe Material Tujuan
Buku Pegangan Peserta Memberikan dasar-dasar pemahaman tentang
konsep penataaan infrastruktur, mengatur aliran, dan
penandaan aliran bahan lacak balak.
Aktivitas kelas Mencakup penjelasan konsep dan penerapan
penataan dan pengendalian aliran bahan, dengan
metode ceramah dan diskusi.
349
Bab II
Manajemen Aliran Bahan
2.1. Pola Aliran Bahan
Pola aliran secara umum dikelompokkan menjadi beberapa model seperti:
1) aliran lurus; 2) aliran seperti ular atau zig-zag; 3) aliran bentuk U; 4)
aliran Melingkar; dan 5) aliran bersudut ganjil. Pada proses perancangan
aliran, beberapa patokan yang perlu dijadikan pertimbangan disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Pertimbangan dalam penataan aliran bahan
No Patokan
1 Aliran barang optimum
2 Aliran runtut-dari penerimaan sampai pengiriman
3 Aliran lurus (jika mungkin)
4 Aliran antar kegiatan, minimum
5 Perhitungan tata letak proses, produk, atau tata letak kelompok
6 Jarak minimum pemindahan barang antar operasi atau kegiatan
7 Barang berat dipindahkan sependek mungkin
8 Aliran pegawai optimum dengan mempertimbangkan :
a. jumlah pegawai
b. kekerapan perjalanan/gerakan
c. ruang yang dibutuhkan
9 Minimisasi aliran balik
10 Lintas produksi jika mungkin
11 Operasi-operasi digabung untuk menghilangkan (meminimumkan)
pemindahan;
12 Minimisasi pemindahan ulang
13 Pemrosesan digabung dengan pemindahan
14 Minimisasi bahan dalam wilayah kerja
15 Bahan berada pada tempat pemakaiannya
350
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
No Patokan
16 Bahan disebar pada operasi dalam lokasi yang tepat, untuk diambil operator
berikutnya
17 Minimisasi jarak jalan kaki operator
18 Sesuai dengan bangunan (yang ada atau yang diusulkan):
a. konsfgurasi (bentuk);
b. kendala-panjang, matra, letak tiang, jarak, dan sebagainya
19 Gang
a. lurus
b. dari penerimaan ke penerimaan;
c. Jumlah minimum;
d. Lebar optimum
20 Kegiatan yang berkaitan, dalam kedekatan satu sama lain yang tepat
21 Penyediaan bagi :
a. Gudang/penyimpanan barang setengah jadi
b. Aliran bahan buangan
22 Keluwesan terhadap :
a. Penurunan atau kenaikan produksi
b. Produk baru
c. Proses baru
d. Penambahan departemen
23 Tersedia untuk perluasan yang telah direncanakan dengan tepat
24 Kaitan yang tepat dengan tapak
a. Orientasi
b. Topograf
c. Perluasan-pabrik, parkir, dan struktur tambahan
25 Hubungan yang tepat antara pengiriman dan penerimaan dengan :
a. aliran dalam pabrik
b. fasilitas transportasi luar-yang ada dan usulan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
351
No Patokan
26 Kegiatan dengan tuntutan lokasi yang khusus ditempatkan pada titik yang
tepat
a. operasi produksi
b. pelayanan produksi
c. pelayanan pegawai
d. pelayanan administrasi
27 Kebutuhan penyeliaan yang ditentukan pertimbangan yang tepat
a. ukuran departemen
b. bentuk
c. lokasi
28 Segi pengendalian produksi yang mudah dilaksanakan
29 Segi pengendalian mutu yang mudah dilaksanakan
30 Pertimbangan yang diberikan pada peluang untuk berlantai banyak
a. sekarang
b. masa datang
31 Tidak timbul gangguan kesehatan atau keselamatan
Pola garis lurus dapat digunakan jika proses produksi pendek, relatif
sederhana, dan hanya mengandung sedikit komponen atau beberapa
peralatan produksi. Proses produksi S2S, S4S, Moulding, Dowell, dan
industri wood working secara umum memenuhi kriteria garis lurus.
Pola zig-zag atau seperti ular diterapkan apabila ketersediaan ruangan
terbatas tetapi proses produksinya lurus dan panjang. Pola seperti
ini tidak cocok bagi produksi Profle dan Dowell karena bahan baku
dan produknya panjang, namun bisa dipakai untuk pembuatan
komponenlaci.
Pola U dapat diterapkan jika diharapkan produk jadinya mengakhiri
proses pada tempat yang relatif sama dengan awal proses, karena
keadaan fasilitas transportasi diluar, pemakaian mesin yang sama, atau
untuk memperpendek aliran. Pabrik pembuatan meubel yang dicat
dapat menggunakan pola ini namun diadakan pemisahan ruang secara
352
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
permanen untuk pengerjaan akhir (fnishing) agar produk tidak terganggu
oleh debu proses.
Pola melingkar dapat diterapkan hanya jika diharapkan barang atau
produk kembali ke tempat waktu memulai, misalnya pada kasus : 1)
bak cetak penuangan; 2) penerimaan dan pengiriman terletak pada satu
tempat yang sama; 3) menggunakan mesin dengan rangkaian yang sama
untuk kedua kalinya.
Pola bersudut ganjil, polanya tak tentu tetapi sangat sering ditemui.
Alasan penggunaannya adalah : 1)memperpendek lintasan antar
kelompok kerja dari area yang berdekatan; 2) jika menggunakan
pemindahan mekanis; 3) jika keterbatasan ruangan tidak memungkinkan
pola lain; 4) jika lokasi permanen dari fasilitas menuntut pola sedemikian
rupa.
2.2. Merancang Pola Aliran
Perancangan pola aliran bagi industri meubel sangat penting karena
keragaman jenis produk memberikan beragam pola aliran pada persiapan
komponennya. Pergerakan, pencampuran, pemisahan komponen kayu
apabila dikaitkan dengan persyaratan lacak balak menjadi sangat dinamis
dan sukar teridentifkasi. Semakin kecil komponen semakin rumit
identifkasinya.
Prosedur yang harus menjadi dasar pertimbangan didalam merancang
aliran bahan adalah sebagai berikut :
1. Identifkasi dan tinjau semua unsur yang mengalir melalui fasilitas seperti:
bahan buangan dan sisa; tenaga kerja; peralatan; informasi (termasuk label
dan kertas kerja);
2. Kumpulkan semua data yang diperlukan tentang beberapa unsur : urutan
produksi bagi bahan; rata-rata buangan dan sisa; volume dan letaknya;
3. Gerakan pekerja yang diperhitungkan akan bergerak disekitar fasilitas.
Mencakup jumlah pegawai dan lokasi pegawai yang berhubungan dengan
pekerjaannya yakni : a) penggunaan peralatan produksi; b) pengendalian
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
353
produksi dan mutu; c) ruang serta rak perkakas; d) perawatan; e) ruang
ganti pakaian; f) toilet; g) kantin; dan h) fasilitas pelayanan umum
lainnya;
4. Data teknik tentang peralatan yang bergerak selama pengolahan bahan
(terutama untuk peralatan pengolahan selain alat pemindah barang;
5. Pengaliran informasi dan kebutuhan pemindahan dalam hal : a) sistem
komunikasi; b) urutan perjalanan kertas kerja; c) peralatan pemneri
tanda; d) stasiun komputer jarak jauh; e) alat pengirim data pengendalian
produksi;
6. Tinjau patokan perencanaan;
7. Tinjau faktor-faktor yang berkaitan dengan aliran seperti misalnya :
karakteristik bahan
kebutuhan pemindahan bahan
pemindahan barang pendahuluan
gerakan perpindahan pegawai
urutan pemrosesan dan urutan operasi yang dibutuhkan
cara memproduksi
lokasi penerimaan dan pengiriman
lokasi bahan baku, barang setengah jadi, dan produk jadi
gang : jenis, lokasi dan lebarnya
lokasi kegiatan tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu
kebutuhan penyeliaan
pengendalian produksi dan kebutuhan pengendalian mutu
keluwesan
kemampuan perluasan
kendala bangunan yang ada atau potensial
topograf tapak.
8. Pertimbangkan beberapa peluang susunan mengikuti produk, komponen,
atau bagian lainnya;
9. Tinjau teknik analisis yang sesuai dan pergunakanlah.
10. Buat sketsa beberapa pola aliran potensial.
11. Tinjau kembali dan evaluasi pola aliran.
12. Perbaiki atau perhalus sketsa.
354
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
2.3. Analisa Aliran Bahan
Bagi pabrik meubel yang telah berjalan, analisis terhadap pola aliran
bahan perlu dilakukan. Teknik analisis yang dapat digunakan ada dua,
yakni teknik konvensional dan teknik kuantitatif. Teknik konvensional
seringkali membutuhkan rincian pekerjaan yang banyak untuk membuat
catatan perpindahan pada seluruh proses dengan teliti. Sumber data yang
diperlukan disajikan pada Tabel 2.
Ada beberapa teknik yang umum digunakan dalam merencanakan aliran,
beberapa diantaranya khusus digunakan dalam tata letak pabrik, lainnya
digunakan dalam tahap pemindahan bahan dan teknik tata cara kerja.
Tabel 2 menyajikan perbandingan beberapa teknik yang dipergunakan
pada analisa aliran bahan.
Tabel 2. Sumberdata Untuk Aliran Bahan
Sifat
perpindahan
(gerakan)
Sumber data dasar
Jadwal Bahan Lintasan
Tata
Letak
Urutan
pekerjaan/
perpindahan
Rencana
gambar
Penjual Pelanggan
Jangkauan
Sumber/
Tujuan

Kekerapan
Kecepatan/laju
Jumlah
Perpindahan

Daerah/bidang
lingkupan

Alur
Lokasi
Pengerjaan
dalam
pengangkutan

Pembatas
fsik

Sumber data tambahan adalah : matra, pengangkut, peta, gambar/denah bangunan, dan prosedur pengendalian/
pengawasan
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
355
Bab III
Penataan Lay Out Aliran Bahan
3.1. Peta Rakitan
Peta rakitan adalah gambaran grafs dari urut-urutan aliran komponen
dan rakitan bagian kedalam rakitan suatu produk. Peta rakitan
menunjukkan cara yang mudah dipahami tentang :
komponen-komponen yang membentuk produk.
bagaimana komponen-komponen bergabung bersama.
komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian.
aliran komponen ke dalam sebuah rakitan.
keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian.
gambaran menyeluruh dari proses rakitan.
urutan waktu komponen bergabung bersama.
suatu gambaran awal dari pola aliran bahan.
Contoh peta rakitan disajikan pada Gambar 1.
BAB III
PENATAAN LAY OUT ALIRAN BAHAN
3.1. Peta Rakitan
Peta rakitan adalah gambaran grafis dari urut-urutan aliran komponen dan
rakitan bagian kedalam rakitan suatu produk. Peta rakitan menunjukkan cara yang
mudah dipahami tentang :
1. komponen-komponen yang membentuk produk.
2. bagaimana komponen-komponen bergabung bersama.
3. komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian.
4. aliran komponen ke dalam sebuah rakitan.
5. keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian.
6. gambaran menyeluruh dari proses rakitan.
7. urutan waktu komponen bergabung bersama.
8. suatu gambaran awal dari pola aliran bahan.
Contoh peta rakitan disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Rakitan Pembuatan Kursi Jok Busa
1
3
4
2
S S A-1
S ambung papan alas
Bubut balok untuk kaki
S andaran
S A-1
A-1
Tangan kursi logam
5
6
Jahit sarung kulit jok
Gunting busa
A-2
Gambar 1. Diagram Rakitan Pembuatan Kursi Jok Busa
356
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
3.2. Peta Proses Operasi
Teknik ini digunakan untuk melihat operasi mandiri dari tiap
komponen atau rakitan. Peta operasi memperluas peta rakitan dengan
menambahkan setiap operasi ke dalam gambaran grafs dari pola aliran
pertama yang telah dikembangkan. Contoh peta proses disajikan pada
Gambar berikut :

3.2. Peta Proses Operasi
Teknik ini digunakan untuk melihat operasi mandiri dari tiap komponen atau
rakitan. Peta operasi memperluas peta rakitan dengan menambahkan setiap operasi
ke dalam gambaran grafis dari pola aliran pertama yang telah dikembangkan. Contoh
peta proses disajikan pada Gambar berikut :
Gambar 2. Prinsip penggambaran peta proses operasi
Peta proses Operasi adalah salah satu teknik yang paling berguna dalam
perencanaan produksi. Beberapa keuntungan dan kegunaan dari peta proses operasi
adalah :
1. mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga memberikan
informasi yang lebih lengkap;
2. menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen;
3. menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen;
4. menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen;
5. menunjukkan kerumitan relatif dari fabrikasi tiap komponen;
6. menunjukkan hubungan antar komponen;
7. menunjukkan panjang relatif dari lintasan fabrikasi dan ruang yang dibutuhkannya;
8. menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses;
9. menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan bagian;
10. membedakan antara komponen yang dibuat dan dibeli;
11. membantu perencanaan tempat kerja mandiri;
Bahan

S
u
b
-
r
a
k
i
t
a
n

a
t
a
u

k
o
m
p
o
n
e
n

y
a
n
g

b
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n

d
e
n
g
a
n

s
u
b

r
a
k
i
t
a
n

k
o
m
p
o
n
e
n

l
a
i
n
Bahan/barang
pembelian
S
u
b

R
a
k
i
t
a
n

a
t
a
u

k
o
m
p
o
n
e
n

y
a
n
g

b
e
r
g
a
b
u
n
g

d
e
n
g
a
n

k
o
m
p
o
n
e
n

u
t
a
m
a
Bahan/barang
yang sedang
dikerjakan
Bahan/barang
pembelian
Bahan/barang yang
sedang dikerjakan
Bahan/barang yang
sedang dikerjakan
Bahan/barang
pembelian
K
o
m
p
o
n
e
n

d
e
n
g
a
n

p
e
n
g
e
r
j
a
a
n

t
e
r
b
a
n
y
a
k
ARAH BAHAN MEMASUKI PROSES
L
A
N
G
K
A
H

P
R
O
S
E
S

S
E
S
U
A
I

U
R
U
T
A
N

P
E
K
E
R
J
A
A
N
Gambar 2. Prinsip penggambaran peta proses operasi
Peta proses Operasi adalah salah satu teknik yang paling berguna dalam
perencanaan produksi. Beberapa keuntungan dan kegunaan dari peta
proses operasi adalah :
1. mengkombinasikan lintasan produksi dan peta rakitan sehingga
memberikan informasi yang lebih lengkap;
2. menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen;
3. menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen;
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
357
4. menunjukkan urutan fabrikasi dan rakitan dari tiap komponen;
5. menunjukkan kerumitan relatif dari fabrikasi tiap komponen;
6. menunjukkan hubungan antar komponen;
7. menunjukkan panjang relatif dari lintasan fabrikasi dan ruang yang
dibutuhkannya;
8. menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses;
9. menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan bagian;
10. membedakan antara komponen yang dibuat dan dibeli;
11. membantu perencanaan tempat kerja mandiri;
12. menunjukkan jumlah pekerja yang dibutuhkan;
13. menunjukkan secara relatif konsentrasi mesin, peralatan, dan pekerja;
14. menunjukkan sifat pola aliran bahan;
15. menunjukkan sifat masalah penanganan bahan;
16. menunjukkan kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam aliran
produksi;
17. mencatat proses pembuatan untuk diperlihatkan pada yang lain.
3.3 Menata Lay Out Analisa Aliran Bahan
Aliran bahan dapat pula disusun dengan menggambarkan letak mesin
dalam areal pabrik sebagaimana disajikan pada Gambar berikut.
12. menunjukkan jumlah pekerja yang dibutuhkan;
13. menunjukkan secara relatif konsentrasi mesin, peralatan, dan pekerja;
14. menunjukkan sifat pola aliran bahan;
15. menunjukkan sifat masalah penanganan bahan;
16. menunjukkan kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam aliran produksi;
17. mencatat proses pembuatan untuk diperlihatkan pada yang lain.
3.3 Menata Lay Out Analisa Aliran Bahan
Aliran bahan dapat pula disusun dengan menggambarkan letak mesin dalam
areal pabrik sebagaimana disajikan pada Gambar berikut.
Gambar 3. Tata Letak Pabrik Woodworking
Table Saw
Cross Cutting
Thicknesser
Double Planer
Rotary Clamper
Wide belt Sander
Moulder
D/E Tenoner
Packing
Gambar 3. Tata Letak Pabrik Woodworking
358
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Bab IV
Analisa Aliran Bahan
4.1. Beban Pemindahan Bahan
Beban bahan dapat dihitung dengan menggunakan ukuran tenaga yang
digunakan untuk pemindahan barang. Pemindahan barang tersebut
memerlukan tenaga yang dinamakan energi. Semakin jauh jarak
pemindahan dan semakin besar volume beban yang dipindahkan, dengan
sendirinya membutuhkan tenaga atau energi yang semakin besar. Prinsip
pemindahan bahan dalam kegiatan produksi adalah menggunakan tenaga
sekecil-kecilnya. Contoh perhitungan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Contoh Pendataan Beban Dan Jarak Perpindahan Bahan Pada Kasus
Pabrik Woodworking Pada Gambar 3
No
Bahan Bergerak Dari Menuju Ke
Mesin/Proses Segmen Mesin/Proses Segmen
1 Bahan baku i1j1 Cross cut i2j1/i3j2 20 0.28 2 (max) 0.56
2 Cross cut i2j1/i3j2 Double Planer i4j3 8 0.11 1.5 0.17
3 Cross cut i2j1/i3j2 Thicknesser i5j1 10 0.14 2 0.28
4 Thicknesser i5j1 Moulder i6j7 9 0.13 5 0.65
5 Double Planer i4j3 Table Saw i5j5 6 0.08 1.5 0.12
6 Table Saw i5j5 Rotary Clamper i3j5 5 0.07 1 0.07
7 Rotary Clamper i3j5 W.B. Sander i4j7 5 0.07 1.5 0.11
8 W.B.Sander i4j7 D/E Tenoner i3j9 4 0.05 1 0.05
9 Moulder i6j7 D/E Tenoner i3j9 6 0.08 2.5 0.20
10 D/E Tenoner i3j9 Packing i1j6 9 0.13 0.5 0.07
TOTAL 2.28
1. dihitung dari rata-rata berat jenis kayu 0.5
2. beban x jarak
Untuk menemukan tata letak optimum, maka harus disimulasikan
jarak antar mesin dengan mencoba-coba memindahkan mesin-mesin
tersebut, lalu dihitung ulang seperti tabel di atas. Apabila total energi
bisa lebih rendah dari contoh 2.28 tersebut, maka tata letak tersebut
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
359
lebih baik. Tata letak dan pergerakan bahan yang optimum adalah yang
mengeluarkan energi paling minimum.
4.2 Metoda Jalur Kritis
Lamanya perjalan bahan baku didalam proses pengolahan menjadi
produk jadi dapat digunakan untuk menganalisa efektiftas aliran bahan.
Jalur kritis adalah istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan jalur
terpanjang yang harus dilalui oleh suatu bahan menjadi produk. Sebagai
ilustrasi disajikan proses sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 4.
Untuk dapat menentukan jalur kritis, Gambar 4 harus dijabarkan sesuai
dengan waktu penyelesaiannya sebagaimana disajikan Tabel 4.
Kejadian waktu tercepat adalah waktu tercepat di mana suatu kejadian
dapat terjadi. Kejadian tersebut adalah jalur yang terpanjang dari awal
sampai akhir. Untuk mendapatkan kejadian dengan waktu tercepat atau
yang singkat, kita mencari waktu tercepat maksimum dari semua kejadian
yang sebelumnya ditambah lamanya kegiatan antaranya.
Gambar 4. Contoh Penggambaran Jalur Jaringan Kerja
Untuk dapat menentukan jalur kritis, Gambar 4 harus dijabarkan sesuai dengan
waktu penyelesaiannya sebagaimana disajikan Tabel 4.
Tabel 4. Contoh Penguraian Kegiatan Dan Waktu Penyelesaian, Pembuatan Kursi
Kegiatan (Activity) Kejadian (Event)
Kode Aktifitas Awal Akhir
Lama (menit)
A Penggergajian papan 1 2 20
B Laminasi papan 2 6 43
K Pembentukan dudukan 6 9 23
C Pengukiran tangan 1 3 90
D Pemasangan busa tangan 1 3 30
E Profil kaki 1 4 33
F Pemasangan ujung karet 4 7 21
G Pengetaman Sandaran 1 5 37
H Pembentukan Sandaran 5 8 45
I Pemasangan Sandaran 1 8 22
J Pemasangan Tangan 3 6 22
L Penguatan Sandaran 8 10 22
M Pasang busa sandaran 10 11 22
N Gabung atas dan bawah 9 11 86
O Pengampelasan 11 12 21
P Pengecatan 12 13 63
Total Waktu 600
Kejadian waktu tercepat adalah waktu tercepat di mana suatu kejadian dapat
terjadi. Kejadian tersebut adalah jalur yang terpanjang dari awal sampai akhir. Untuk
mendapatkan kejadian dengan waktu tercepat atau yang singkat, kita mencari waktu
tercepat maksimum dari semua kejadian yang sebelumnya ditambah lamanya kegiatan
antaranya.
1
2
3
4
6
9
7
5
8
10
11 12 13
A
C
E
B
J
F
K
N
I
G
H
L M
O P
D
Gambar 4. Contoh Penggambaran Jalur Jaringan Kerja
360
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Jalur kritis didefnisikan sebagai jalur terpanjang melalui jaringan kerja.
Semua kejadian pada jalur kritis mempunyai waktu tercepat sama dengan
waktu terlambatnya. Dalam Gambar 4 kejadian-kejadian ini adalah 1, 3,
6, 9, 12 dan 13. Kegiatan-kegiatan yang memberikan waktu tercepat dan
paling lambat adalah kejadian-kejadian kritis dan termasuk jalur kritis.
Kejadian tersebut adalah D, J, K, N, O dan P ditandai garis rangkap.
Tabel 4. Contoh Penguraian Kegiatan Dan Waktu Penyelesaian, Pembuatan
Kursi
Kegiatan (Activity) Kejadian (Event)
Lama (menit)
Kode Aktiftas Awal Akhir
A Penggergajian papan 1 2 20
B Laminasi papan 2 6 43
K Pembentukan dudukan 6 9 23
C Pengukiran tangan 1 3 90
D Pemasangan busa tangan 1 3 30
E Profl kaki 1 4 33
F Pemasangan ujung karet 4 7 21
G Pengetaman Sandaran 1 5 37
H Pembentukan Sandaran 5 8 45
I Pemasangan Sandaran 1 8 22
J Pemasangan Tangan 3 6 22
L Penguatan Sandaran 8 10 22
M Pasang busa sandaran 10 11 22
N Gabung atas dan bawah 9 11 86
O Pengampelasan 11 12 21
P Pengecatan 12 13 63
Total Waktu 600
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
361
4.3 Teknik Antrian
Banyak model yang berbeda tentang system aliran barang mencakup
beberapa factor yang ditandai dengan suatu sebaran peubah acak, salah
satunya adalah Teori Antrian. Teori antrian mengacu kepada pengamatan
matematis dan fsik dari suatu kelompok masalah yang ditandai beberapa
ciri : 1) ada masukan dari satuan yang memasuki sistem; 2) satuan
yang bergerak melewati sistem adalah diskrit; 3) satuan yang mulai
membutuhkan pelayanan disusun dengan satu cara dan menerima
pelayanan menurut susunan tadi; 4) mekanisme yang ada yang mengatur
kapan satu satuan layanan dapat terlayani; 5) paling tidak satu dari dua
mekanisme, kedatangan atau pelayanan, tidak ditentukan seluruhnya,
tetapi dapat diperhitungkan pada satu jenis sistem probabilistik. Analisa
kapasitas produksi dilakukan untuk membandingkan secara kuantitatif
kapasitas produksi operasional dengan kapasitas terpasang suatu mesin
kayu olahan. Sebagai ilustrasi adalah PT. Komponen Woodworking
(KaWe) sebagaimana disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Data hasil produksi, kapasitas mesin dan faktor konversi pada
PT.KaWe
No Mesin Utama Jumlah
Unit
Kapasitas
Total
(m3/jam)
Hasil Produksi
(m3/jam)
Faktor Konversi
(% Logbased)
1 Log (eqivalent Log) 2,1500
2 Saw Mill 4 6,0000 2,0000 68.00
3 Kiln Dryer 6 2,0000 1,5968 63,25
4 Planner 1 2,7500 1,2016 50,50
5 Rip Saw 1 2,2300 2,1420 38,00
6 CLC Composser 1 1,7900 2,0234 36,00
6 D-End Tenoner 1 4,2500 1,9110 34,00
Dengan agregasi data produksi tersebut maka aliran produk diasumsikan
sebagai antrian saluran tunggal, digambarkan sebagai berikut
362
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Tabel 6. Hasil perhitungan beberapa tolok ukur dalam model antrian mesin
PT KaWe
No Mesin
Utama
Rata-rata Jumlah
Bahan mengantri
Lq =
Faktor
Penggunaan
Mesin
p =
Rata-rata bahan
diolah pada
mesin
L =
Status
1 Saw Mill 0,2001 m3/jam 0,3584 0,5585 m3/jam Idle
2 Kiln Dryer -1.001,0010 m3/jam 1,0000 1,001 m3/jam -
3 Planner 0,8040 m3/jam 0,5807 1,3847 m3/jam Idle
4 Rip Saw 0,6296 m3/jam 0,5388 1,1684 m3/jam Idle
5 Composser -7,2763 m3/jam 1,1969 -6,0795 m3/jam Bottle
neck
6 D-End
Tenoner
0,4326 m3/jam 0,4761 0,9087 m3/jam Idle
Catatan : Iddle = menganggur; bottle neck = tersumbat
Kapasitas CLC Composser = 10.174,7368 m3
Konversi ke Produk Akhir CLC = 10.174,7368 m3 x (34,00/36,00)
= 9.609,4737 m3
Teknik antrian dapat memberikan pola aliran bahan dan penumpukan
yang terjadi di beberapa unit kerja. Diperlukan ruang antar mesin
atau antar unit proses guna menampung bahan-bahan yang menunggu
untuk diproses. Teknik antrian juga dipergunakan untuk menduga
penambahan unit mesin agar tidak terjadi bottle neck atau penyumbatan.
Dengan agregasi data produksi tersebut maka aliran produk diasumsikan
sebagai antrian saluran tunggal, digambarkan sebagai berikut
Gambar 5. Laju kedatangan bahan dan laju pelayanan mesin produksi utama dalam
teknik antrian PT KaWe

Tabel 6. Hasil perhitungan beberapa tolok ukur dalam model antrian mesin
PT KaWe
No Mesin Utama
Rata-rata Jumlah
Bahan mengantri
Lq =

Faktor
Penggunaan
Mesin
p =
Rata-rata
bahan diolah
pada mesin
L =

Status
1 Saw Mill 0,2001 m3/jam 0,3584 0,5585 m3/jam Idle
2 Kiln Dryer -1.001,0010 m3/jam 1,0000 1,001 m3/jam -
3 Planner 0,8040 m3/jam 0,5807 1,3847 m3/jam Idle
4 Rip Saw 0,6296 m3/jam 0,5388 1,1684 m3/jam Idle
5 Composser -7,2763 m3/jam 1,1969 -6,0795 m3/jam Bottle neck
6 D-End Tenoner 0,4326 m3/jam 0,4761 0,9087 m3/jam Idle
Catatan : Iddle = menganggur; bottle neck = tersumbat
Kapasitas CLC Composser = 10.174,7368 m3
Konversi ke Produk Akhir CLC = 10.174,7368 m3 x (34,00/36,00)
= 9.609,4737 m3
Teknik antrian dapat memberikan pola aliran bahan dan penumpukan yang
terjadi di beberapa unit kerja. Diperlukan ruang antar mesin atau antar unit proses
guna menampung bahan-bahan yang menunggu untuk diproses. Teknik antrian juga
dipergunakan untuk menduga penambahan unit mesin agar tidak terjadi bottle neck
atau penyumbatan.

2

(-)





( - )
S aw Mill
2,000
m3/jam
( )
Kiln Dryer
2,000 m3/jam
( )
Planner
2,7500 m3/jam
( )
Rip S aw
2,2300
m3/jam
( )
Composser
1,7900
m3/jam ( )
2,1500
m3/jam
()
2,0000
m3/jam
()
1,5968
m3/jam
()
1,2016
m3/jam
()
2,1420
m3/jam
()
D-End
Tenoner
4,2500
m3/jam ( )
2,0234
m3/jam
()
Gambar 5. Laju kedatangan bahan dan laju pelayanan mesin produksi
utama dalam teknik antrian PT KaWe
l
2
m(m-l) l
m
l
(m - l)
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
363
Bab V
Sistem Penandaan
Komunikasi informasi sangat penting di dalam penerapan sistem lacak
balak, karena menunjukkan perjalanan kayu. Peta prosedur adalah teknik
yang dapat dipergunakan untuk menunjukkan perpindahan atau aliran
komunikasi lisan atau komunikasi tertulis antara kegiatan, departemen,
dan manusia untuk menunjukkan aliran barang yang diikat oleh
komunikasi tersebut. Peta prosedur menggunakan konvensi sebagaimana
Gambar 6.
BAB V
SISTEM PENANDAAN
Komunikasi informasi sangat penting di dalam penerapan sistem lacak balak,
karena menunjukkan perjalanan kayu. Peta prosedur adalah teknik yang dapat
dipergunakan untuk menunjukkan perpindahan atau aliran komunikasi lisan atau
komunikasi tertulis antara kegiatan, departemen, dan manusia untuk menunjukkan
aliran barang yang diikat oleh komunikasi tersebut. Peta prosedur menggunakan
konvensi sebagaimana Gambar 6.

Gambar 6. Lambang-lambang untuk peta prosedur/informasi
Garis menunjukkan perpindahan dokumen (formulir) komunikasi tertulis.
Garis yang tersendiri harus digunakan untuk tiap lembar kertas sejauh
dapat dilakukan
Garis bergelombang adalah komunikasi lisan
Garis terputus-putus menunjukkan perpindahan produk, peti kemas, atau
peralatan
Lingkaran (besar) menunjukkan Pengambilan tindakan, dan harus lebih
besar dari lambang lain jika merupakan lambang yang kuat
S egitiga besar (dengan segitiga kecil di dalamnya) menunjukkan
Penyimpanan Produk
Kotak (besar) menunjukkan pemeriksaan
LS M R
R
Bendera (dengan singkatan bermakna di dalamnya) dihubungkan
dengan lambang tindakan besar yang menunjukkan asal dokumen
(formulir) pada saat itu
S egitiga kecil menunjukkan Arsip Kertas-kerja
S egitiga (kecil dan penuh) menunjukkan Pembuangan atau Pemusnahan
Kerta-kerja
Gambar 6. Lambang-lambang untuk peta prosedur/informasi
364
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Pembentukan peta prosedur dapat dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. siapkan formulir sebagaimana Gambar 7
Gambar 7. Peta Informasi
Pembentukan peta prosedur dapat dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. siapkan formulir sebagaimana Gambar 7
Gambar 7. Peta Informasi
2. baris mendatar menunjukkan langkah-langkah dalam prosedur. Biasanya hanya
ada satu lambang yang menonjol dalam satu baris, kecuali jika kegiatan dilakukan
secara bersamaan pada beberapa tempat, atau jika lambang-lambang bersifat
menjelaskan;
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
365
2. baris mendatar menunjukkan langkah-langkah dalam prosedur. Biasanya
hanya ada satu lambang yang menonjol dalam satu baris, kecuali jika
kegiatan dilakukan secara bersamaan pada beberapa tempat, atau jika
lambang-lambang bersifat menjelaskan;
3. kolom tegak menunjukkan tempat pelaksanaan, kegiatan, lokasi, manusia,
departemen. Lambang-lambang pada sebuah kolom menunjukkan
kegiatan yang dilakukan manusia, departemen, dan seterusnya;
4. arah aliran selalu berada di atas dan di bawah lambang, dan umumnya
dari sisi kiri ke sisi kanan peta;
5. jumlah garis yang meninggalkan lambang pada bagian bawah harus selalu
sama dengan jumlah garis yang memasuki lambang di atas, kecuali untuk
komunikasi lisan;
6. setiap baris ditunjukkan dengan kode, yang diterangkan dalam uraian di
bawah peta;
7. lambang-lambang rutin Pengarsipan dan pembuangan dokumen lebih
kecil daripada lambang kuat pengambilan tindakan. Sebagai suatu aturan
umum, lambang kecil tidak perlu diperkuat dengan catatan dalam peta.
8. Kode yang ada di sepanjang lambang akan menunjukkan pengarsipan
dokumen atau pembuangannya;
9. suatu jalur pengganti dapat diperlihatkan dengan garis serupa dengan
garis yang digunakan dalam alur biasa, dengan petunjuk untuk alur
pengganti tadi;
10. komentar atau catatan dapat dibuat di sebelah kiri peta jika diinginkan
sehingga tujuan dari langkah-langkah menjadi lebih jelas. Catatan ini
dibuat sejelas mungkin dan diletakkan pada baris mendatar yang sama
dengan langkah yang diterangkannya. Catatan ini diletakkan di sebelah
kiri baris pada ruangan yang telah ditentukan.
Untuk keperluan lacak balak, peta prosedur dapat dilengkapi keterangan
dengan persentase posisi terakhir bahan baku kayu yang masih terlacak-
balaknya. Persentase tersebut dapat dicantumkan pada segitiga arsip
dokumen. Dengan demikian dapat terlihat peredaran kayu terlacak dan
tidak terlacak.
366
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Daftar Istilah
Moulding adalah proses pencetakan benda berrbentuk tiga dimensi.
Dalam pengolahan kayu, moulding adalah pencetakan bentuk kayu
tiga dimensi menggunakan prinsip penyerutan dengan pisau potong
berputar.
Dowell adalah produk moulding berbentuk bundar memanjang
Industri wood working adalah industri yang mengolah kayu menjadi
komponen peralatan berbagai bentuk, tidak ada perubahan kimia yang
penting dari kayu, dan umumnya produk belum dirakit menjadi barang
kebutuhan sehari-hari
Fabrikasi adalah proses pengerjaan suatu bahan menjadi produk yang
melibatkan mesin dan orang-orang
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
367
Daftar Pustaka
Hermawan.1996. Perencanaan, Pengendalian Produksi dan Sediaan Pada
Industri Kayu. Makalah Pelatihan Manajer Industri Kayu. UGM-
FOCUS QE.
Indonesia Cleaner Industrial Production Program (ICIP). 1998. Kajian
Produksi Bersih Pada Industri Kayu Lapis. Jakarta.
FCS-STD-40-201 (Version 1.0). 2004. FSC on-product labeling
requirements. FSC International Standard.
Biegel, J.E. 1992. Production Control : a quantitative approach (Edisi
Bahasa Indonesia). Akademika Pressindo, Jakarta.
368
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC)
UNTUK PASAR EKSPOR - JEPARA 27-29
JULI 2010
Ir. Stepi Hakim, MEMD
PT. Penta Sumberdaya Nusantara (Forestry Specialist)
EC Indonesia FLEGT SP (Component Leader for
Trade & Industry)
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Materi Ajar hari ke - 3:
Persyaratan Lacak Balak untuk inspeksi bukti Rekaman
Penerapan
Pengadaan Label
Inspeksi Dokumen
Persyaratan Dokumentasi CoC untuk FSC
Teknis Audit Internal Sistem Lacak Balak
Teknis Audit
Pengembangan Rencana Pengrajin untuk implementasi CoC
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Persyaratan Lacak Balak untuk inspeksi bukti Rekaman
Penerapan
Pengadaan Label
Inspeksi Dokumen
Persyaratan Dokumentasi CoC untuk FSC
Teknis Audit Internal Sistem Lacak Balak
Teknis Audit
Pengembangan Rencana Pengrajin untuk implementasi CoC
j. Penelusuran bahan baku CoC untuk pasar ekspor
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
369
Pengantar
Apa itu Lacak Balak (Chain of Custody)?
Rantai aliran barang dari bahan baku, proses produksi, sampai
dengan barang jadi yang berasal dari hutan sampai dengan
pemakai (consumer) dimana tiap tahap proses dari pemindahan,
pembuatan dan pengerjaan serta penyimpanan mampu
ditelusuri dengan jelas.
Persyaratan CoC meliputi 5 hal, yaitu:
kualitas system
sumber bahan baku
pengawasan (kontrol) produksi dan penyimpanan rekaman
Label dan produk FSC
Dokumentasi
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Apa itu Lacak Balak (Chain of Custody)?
Rantai aliran barang dari bahan baku, proses produksi, sampai
dengan barang jadi yang berasal dari hutan sampai dengan
pemakai (consumer) dimana tiap tahap proses dari pemindahan,
pembuatan dan pengerjaan serta penyimpanan mampu
ditelusuri dengan jelas.
Persyaratan CoC meliputi 5 hal, yaitu:
kualitas system
sumber bahan baku
pengawasan (kontrol) produksi dan penyimpanan rekaman
Label dan produk FSC
Dokumentasi
Label & Pembuatan Kode Rekaman
Contoh:
Label pada pengelolaan hutan
Label pada proses di Industri
Label dan Merek dagang FSC (FSC trademark) (FSC-STD-50-
001(V1.1) Final Version)
Perusahaan yang boleh menggunakan label FSC haruslah memiliki sertifikat
resmi melalui CoC atau gabungan antara sertifikat managemen hutan dengan
CoC yang hanya dikeluarkan oleh FSC. Label FSC hanya diperkenankan
untuk kelompok produk yang terdaftar.
Tidak diperkenankan modifikasi label, bila tidak bisa dipasang pada produk
maka pengaturan pemasangan perlu persetujuan lembaga sertifikasi FSC
Label FSC tidak boleh dipasang pada produk bersama dengan logo, nama atau
identitas lain dari skema penilaian kesesuaian managemen, misalnya tidak
serta merta dengan persyaratan ISO
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Contoh:
Label pada pengelolaan hutan
Label pada proses di Industri
Label dan Merek dagang FSC (FSC trademark) (FSC-STD-50-
001(V1.1) Final Version)
Perusahaan yang boleh menggunakan label FSC haruslah memiliki sertifikat
resmi melalui CoC atau gabungan antara sertifikat managemen hutan dengan
CoC yang hanya dikeluarkan oleh FSC. Label FSC hanya diperkenankan
untuk kelompok produk yang terdaftar.
Tidak diperkenankan modifikasi label, bila tidak bisa dipasang pada produk
maka pengaturan pemasangan perlu persetujuan lembaga sertifikasi FSC
Label FSC tidak boleh dipasang pada produk bersama dengan logo, nama atau
identitas lain dari skema penilaian kesesuaian managemen, misalnya tidak
serta merta dengan persyaratan ISO
370
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Lanjutan
Label FSC tidak serta merta meningkatkan pengakuan mengenai
kelestarian hutan dari sumber kayu yang digunakan
Label harus dipasang pada produk tersertifikasi yang dijual atau pada
kartu barang, label, striker, dan lainnya.
Label harus tampak mudah terlihat
Pabrik yang bahan bakunya bukan dari hutan bersertifikat FSC,
maka industri tersebut belum dapat menggunakan logo COC-
FSC pada produknya (get a certificate COC-FSC, but not use
logo COC-FSC on product). Sertifikat yang diperoleh adalah
sertifikat implementasi sistem dan standar COC FSC
Umumnya buyer sudah setuju karena buyer tidak
mempermasalahkan logo on product atau logo off product,
yang penting buyer melihat pabrik memiliki Sertifikat COC
FSC, maka buyer sudah setuju. Apabila pabrik telah mempunyai
kayu bersertifikat FSC, dengan melalui sekali kunjungan
verifikasi.
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Label FSC tidak serta merta meningkatkan pengakuan mengenai
kelestarian hutan dari sumber kayu yang digunakan
Label harus dipasang pada produk tersertifikasi yang dijual atau pada
kartu barang, label, striker, dan lainnya.
Label harus tampak mudah terlihat
Pabrik yang bahan bakunya bukan dari hutan bersertifikat FSC,
maka industri tersebut belum dapat menggunakan logo COC-
FSC pada produknya (get a certificate COC-FSC, but not use
logo COC-FSC on product). Sertifikat yang diperoleh adalah
sertifikat implementasi sistem dan standar COC FSC
Umumnya buyer sudah setuju karena buyer tidak
mempermasalahkan logo on product atau logo off product,
yang penting buyer melihat pabrik memiliki Sertifikat COC
FSC, maka buyer sudah setuju. Apabila pabrik telah mempunyai
kayu bersertifikat FSC, dengan melalui sekali kunjungan
verifikasi.
Kategori Pemberian label FSC (pada
produk)
Pilihan 1: Pure (murni) 100% artinya pabrik menggunakan 100%
bahan baku yang berasal dari hutan yang telah bersertifikat FSC
Pilihan 2 : Mixed (campuran) artinya kombinasi bahan baku
(material) dari kayu bersertifikat dengan label FSC, FSC
Controlled Wood, dan atau dari serat/kayu daur ulang (recycled
fiber).
Proporsi produk untuk label FSC Mixed dapat dihitung dengan
menggunakan Credit System atau Threshold system. Namun sejak
1 January 2008, perusahaan dianjurkan menggunakan Credit System
untuk FSC Mixed group produk.
Pilihan 3 : Recycled = penggunaan bahan baku yang berasal dari
kayu daur ulang (kayu bekas penggunaan lain)
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Pilihan 1: Pure (murni) 100% artinya pabrik menggunakan 100%
bahan baku yang berasal dari hutan yang telah bersertifikat FSC
Pilihan 2 : Mixed (campuran) artinya kombinasi bahan baku
(material) dari kayu bersertifikat dengan label FSC, FSC
Controlled Wood, dan atau dari serat/kayu daur ulang (recycled
fiber).
Proporsi produk untuk label FSC Mixed dapat dihitung dengan
menggunakan Credit System atau Threshold system. Namun sejak
1 January 2008, perusahaan dianjurkan menggunakan Credit System
untuk FSC Mixed group produk.
Pilihan 3 : Recycled = penggunaan bahan baku yang berasal dari
kayu daur ulang (kayu bekas penggunaan lain)
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
371
Lanjutan..
Credit System:
material dari FSC sertifikat harus lebih besar 10% ( misal = A%) maka
yang boleh dilabel FSC Mixed adalah A%
Perhitungan menggunakan faktor konversi yang didasarkan pada volume
setelah proses pengolahan bahan baku.
Diharapkan input material dari bahan FSC sertifikat secara kredit (angsur)
meningkat.
Threshold System (tidak berlaku setelah 1 January 2008), pilihannya:
a) Material FSC sertifikat minimal 70%100% produknya dapat diberi
label FSC Mixed
b) Material FSC sertifikat minimal 10%, campuran FSC sertifikat dan
material yang telah digunakan/claim oleh konsumen lebih dari 70%
100% produknya dapat diberi label FSC Mixed
c) Material yang telah digunakan/claim oleh konsumen lebih dari 90%
100% produknya dapat diberi label FSC Mixed
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Credit System:
material dari FSC sertifikat harus lebih besar 10% ( misal = A%) maka
yang boleh dilabel FSC Mixed adalah A%
Perhitungan menggunakan faktor konversi yang didasarkan pada volume
setelah proses pengolahan bahan baku.
Diharapkan input material dari bahan FSC sertifikat secara kredit (angsur)
meningkat.
Threshold System (tidak berlaku setelah 1 January 2008), pilihannya:
a) Material FSC sertifikat minimal 70%100% produknya dapat diberi
label FSC Mixed
b) Material FSC sertifikat minimal 10%, campuran FSC sertifikat dan
material yang telah digunakan/claim oleh konsumen lebih dari 70%
100% produknya dapat diberi label FSC Mixed
c) Material yang telah digunakan/claim oleh konsumen lebih dari 90%
100% produknya dapat diberi label FSC Mixed
Contoh hitungan threshold
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
372
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Kategori Label FSC
Perancangan Label FSC:
Logo FSC
Pengakuan hak cipta
Judul label (berdasarkan produk)
CoC yang benar (atau gabungan sertifikat managemen hutan dan CoC yang
diterbitkan oleh FSC)
Pengakuan standar menurut jenis label
Alamat website FSC
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Perancangan Label FSC:
Logo FSC
Pengakuan hak cipta
Judul label (berdasarkan produk)
CoC yang benar (atau gabungan sertifikat managemen hutan dan CoC yang
diterbitkan oleh FSC)
Pengakuan standar menurut jenis label
Alamat website FSC
Contoh Label
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
373
FSC-STD-50-001 (V1.1) Final Version
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
PERSYARATAN DOKUMENTASI
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
374
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Persyaratan Dokumentasi
Dokumentasi CoC FSC
Manfaat sistem dokumentasi
Syarat dokumentasi CoC - FSC
Struktur Sistem Dokumentasi
Pengembangan dokumen CoC mengacu pada hierarki
dokumentasi sistem managemen mutu yang diterapkan oleh
perusahaan
Dokumentasi CoC FSC
Manfaat sistem dokumentasi
Syarat dokumentasi CoC - FSC
Struktur Sistem Dokumentasi
Pengembangan dokumen CoC mengacu pada hierarki
dokumentasi sistem managemen mutu yang diterapkan oleh
perusahaan
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Dokumentasi dalam Perdagangan
Kayu
Dokumen Untuk Transaksi Perdagangan
Dokumen Pendahuluan: dokumen yang belum ditandatanganinya suatu kontrak beli
(Letter of Offer, Letter of Intent, or Sale Confirmation)
Dokumen Pokok: kontrak jual beli itu sendiri (namun dalam konteks International
trade jarang terjadi) misalnya: Export Sales Agreement or Export Sales Contract
Dokumen lain yang sering digunakan: 1) Dokumen Letter of Credit (L/C); 2)
Dokumen Transportasi; and 3) Invoice
L/C: Jaminan Pembayaran Bersyarat (surat yang diterbitkan oleh Bank atas
permintaan importer, ditunjukan kepada Bank lain di negera eksportir
(advising/negotiating bank)
L/C untuk kepentingan pihak eksportir dimana eksportir diberi hak untuk menarik
wesel-wesel atas importir yang bersangkutan sebesar jumlah uang yang disebutkan
dalam surat tersebut
Invoice: dokumen yang mengandung informasi transaksi perdagangan, mencakup
informasi deskripsi barang, jumlah buaya yang ditarik, persyaratan asuransi, dan
penyelesaian segala bea masuk.
Contoh Invoice: commercial invoice, proforma invoice, certified invoice, dan
consulaire invoice
Dokumen Untuk Transaksi Perdagangan
Dokumen Pendahuluan: dokumen yang belum ditandatanganinya suatu kontrak beli
(Letter of Offer, Letter of Intent, or Sale Confirmation)
Dokumen Pokok: kontrak jual beli itu sendiri (namun dalam konteks International
trade jarang terjadi) misalnya: Export Sales Agreement or Export Sales Contract
Dokumen lain yang sering digunakan: 1) Dokumen Letter of Credit (L/C); 2)
Dokumen Transportasi; and 3) Invoice
L/C: Jaminan Pembayaran Bersyarat (surat yang diterbitkan oleh Bank atas
permintaan importer, ditunjukan kepada Bank lain di negera eksportir
(advising/negotiating bank)
L/C untuk kepentingan pihak eksportir dimana eksportir diberi hak untuk menarik
wesel-wesel atas importir yang bersangkutan sebesar jumlah uang yang disebutkan
dalam surat tersebut
Invoice: dokumen yang mengandung informasi transaksi perdagangan, mencakup
informasi deskripsi barang, jumlah buaya yang ditarik, persyaratan asuransi, dan
penyelesaian segala bea masuk.
Contoh Invoice: commercial invoice, proforma invoice, certified invoice, dan
consulaire invoice
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
375
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
376
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Lanjutan
Dokumen Transportasi:
Bill of Lading : tanda terima penyerahan barang yang dikeluarkan oleh perusahaan
pelayaran sebagai tanda bukti pemilikan atas barang yang telah dimuat di atas kapal laut,
oleh eksportir untuk diserahkan kepada importir
Good Receipt: Dokumen ini diterbitkan dan ditandatangani oleh Pengangkut barang.
Sebagai bukti tanda terima barang dari pihak yang mengangkut barang
Mate`s Receipt: Dokumen sebagai keterangan yang diterbitkan oleh perusahaan pelayaran
dan ditandatangani oleh Kapten Kapal. Dokumen ini menyatakan bahwa barang dengan
spesifikasinya telah dimuat dalam kapal. Sebagai dasar pemberian anotasi on board atas bill
of landing
Air Waybill: Dokumen pengangkutan dilakukan lewat udara dan merupakan kontrak
pengangkutan barang antara shipper dengan carrier (maskapai penerbangan) dari Bandar
Udara ke tempat Tujuan.
Road/Railway transport document: Dokumen transportasi darat/kereta api yang
dikeluarkan oleh Perusahaan Angkutan Darat atau Kereta Api jika barang lewat
darat/kereta api
Dokumen Transportasi:
Bill of Lading : tanda terima penyerahan barang yang dikeluarkan oleh perusahaan
pelayaran sebagai tanda bukti pemilikan atas barang yang telah dimuat di atas kapal laut,
oleh eksportir untuk diserahkan kepada importir
Good Receipt: Dokumen ini diterbitkan dan ditandatangani oleh Pengangkut barang.
Sebagai bukti tanda terima barang dari pihak yang mengangkut barang
Mate`s Receipt: Dokumen sebagai keterangan yang diterbitkan oleh perusahaan pelayaran
dan ditandatangani oleh Kapten Kapal. Dokumen ini menyatakan bahwa barang dengan
spesifikasinya telah dimuat dalam kapal. Sebagai dasar pemberian anotasi on board atas bill
of landing
Air Waybill: Dokumen pengangkutan dilakukan lewat udara dan merupakan kontrak
pengangkutan barang antara shipper dengan carrier (maskapai penerbangan) dari Bandar
Udara ke tempat Tujuan.
Road/Railway transport document: Dokumen transportasi darat/kereta api yang
dikeluarkan oleh Perusahaan Angkutan Darat atau Kereta Api jika barang lewat
darat/kereta api
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
377
Lanjutan
Kaitan Dokumen-dokumen lain dengan CoC
Upaya pemenuhan peraturan dalam transaksi perdagangan, apabila produk
kayu diperjualbelikan, sehingga dapat mendukung validitas sertifikasi CoC
Informasi status barang harus jelas terhadap barang yang dikirim dan
diperjualbelikan serta telah bersertifikat CoC agar lebih meyakinkan pembeli
dan pihak terkait
Perusahaan harus mampu memilah dokumen-dokumen mana saja yang
relevan dan terkait dengan implementasi CoC. Selain deskripsi barang, dalam
dokumen yang akan menyertai barang tersebut harus pula dicantumkan
cuplikan nomor sertifikat CoC yang diterima lengkap dengan masa
berlakunya.
Kaitan Dokumen-dokumen lain dengan CoC
Upaya pemenuhan peraturan dalam transaksi perdagangan, apabila produk
kayu diperjualbelikan, sehingga dapat mendukung validitas sertifikasi CoC
Informasi status barang harus jelas terhadap barang yang dikirim dan
diperjualbelikan serta telah bersertifikat CoC agar lebih meyakinkan pembeli
dan pihak terkait
Perusahaan harus mampu memilah dokumen-dokumen mana saja yang
relevan dan terkait dengan implementasi CoC. Selain deskripsi barang, dalam
dokumen yang akan menyertai barang tersebut harus pula dicantumkan
cuplikan nomor sertifikat CoC yang diterima lengkap dengan masa
berlakunya.
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Interpretasi Standar Mengenai
Rekaman
FSC-STD-40-004: Standar FSC untuk Lacak Balak bagi
perusahaan pemasok dan pengolah produk bersertifikat FSC
FSC-STD-40-005: Standar FSC untuk KayuTerkendali bukan
Sertifikasi FSC
FSC-STD-40-201: Persyaratan FSC pada pelabelan produk
(diperbaharui dengan FSC-STD-50-001 (V1.1) Final Version)
FSC-STD-40-004: Standar FSC untuk Lacak Balak bagi
perusahaan pemasok dan pengolah produk bersertifikat FSC
FSC-STD-40-005: Standar FSC untuk KayuTerkendali bukan
Sertifikasi FSC
FSC-STD-40-201: Persyaratan FSC pada pelabelan produk
(diperbaharui dengan FSC-STD-50-001 (V1.1) Final Version)
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
378
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
FSC-STD-40-004
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
FSC-STD-40-005
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
379
Rekaman Identifikasi Penelusuran
Proses: dimulai dari identifikasi bahan baku yang akan digunakan,
identifikasi pada pengeringan kayu, identifikasi proses
pembahanan, identifikasi proses pembuatan komponen, identifikasi
perakitan, identifikasi finishing, pengemasan hingga penelusuran
produk jadi.
Apabila memakai label, maka harus memenuhi syarat sbb:
Label mudah lepas dan tidak permanen untuk produk penandaan produk
dalam proses
Label harus permanen dan tidak mudah lepas untuk penandaan akhir
Menggunakan cat/pewarna pada proses yang tidak menggunakan label
Proses: dimulai dari identifikasi bahan baku yang akan digunakan,
identifikasi pada pengeringan kayu, identifikasi proses
pembahanan, identifikasi proses pembuatan komponen, identifikasi
perakitan, identifikasi finishing, pengemasan hingga penelusuran
produk jadi.
Apabila memakai label, maka harus memenuhi syarat sbb:
Label mudah lepas dan tidak permanen untuk produk penandaan produk
dalam proses
Label harus permanen dan tidak mudah lepas untuk penandaan akhir
Menggunakan cat/pewarna pada proses yang tidak menggunakan label
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
RFID SYSTEM FOR LABELING
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
380
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
AUDIT INTERNAL LACAK BALAK
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Audit Internal Sistem Lacak Balak
Teknis dan Pelaksanaan
Jenis, Kategori danTahapan Audit
Pemahaman terhadap Jenis Audit (berdasarkan tujuan, pelaksana Audit, dan
model Audit sistem management)
Pemahaman terhadap mekanisme Audit standard produk lacak balak
Mekanisme PelaksanaanAudit Internal
PersiapanAudit (Pre-Audit)
PelaksanaanAudit (audit process)
TahapTindak Lanjut dan Pelaporan (pasca audit)
Teknis dan Pelaksanaan
Jenis, Kategori danTahapan Audit
Pemahaman terhadap Jenis Audit (berdasarkan tujuan, pelaksana Audit, dan
model Audit sistem management)
Pemahaman terhadap mekanisme Audit standard produk lacak balak
Mekanisme PelaksanaanAudit Internal
PersiapanAudit (Pre-Audit)
PelaksanaanAudit (audit process)
TahapTindak Lanjut dan Pelaporan (pasca audit)
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
381
Persiapan Audit
Pada tahap persiapan audit perlu dilakukan koordinasi antara
anggota tim auditor, yg dipimpin oleh ketua tim auditor, dan
koordinasi dengan pihak auditee menyangkut kesepakatan tata
waktu yang telah dibuat.
Saat koordinasi, perlu disiapkan perangkat check list audit sesuai
persyaratan standar FSC dan peraturan pemerintah yang terkait
CoC
Disiapkan juga perangkat audit Daftar Temuan Audit dan
Permintaan TIndakan Perbaikan, sering disebut Form Permintaan
Tindakan Koreksi (Corrective Action Request/CAR)
Pada tahap persiapan audit perlu dilakukan koordinasi antara
anggota tim auditor, yg dipimpin oleh ketua tim auditor, dan
koordinasi dengan pihak auditee menyangkut kesepakatan tata
waktu yang telah dibuat.
Saat koordinasi, perlu disiapkan perangkat check list audit sesuai
persyaratan standar FSC dan peraturan pemerintah yang terkait
CoC
Disiapkan juga perangkat audit Daftar Temuan Audit dan
Permintaan TIndakan Perbaikan, sering disebut Form Permintaan
Tindakan Koreksi (Corrective Action Request/CAR)
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Proses Pelaksanaan Audit
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
382
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
383
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
384
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Tindak Lanjut Pelaporan Audit:
mencari peluang perbaikan, sehingga setiap temuan diharap dapat
memberikan rekomendasi perbaikan yang realistis dan terukur, untuk
memenuhi penyimpangan yang terjadi.
Sehingga fungsi auditor adalah tidak hanya sampai menemukan temuan
penyimpangan, tetapi lebih penting adalah memberikan rekomendasi
perbaikan dan berperan memonitor dan memastikan temuan tersebut telah
diperbaiki
Pasca Audit, tugas auditor untuk monitoring terhadap rekomendasi tindakan
perbaikan yang telah disepakati, sesuai rntang waktu yang dijanjikan oleh
auditee.
Status Close - perbaikan terpenuhi
Status Open - perbaikan belum terpenuhi diskusikan dengan manejemen
puncak perusahaan
Tindak Lanjut Pelaporan Audit:
mencari peluang perbaikan, sehingga setiap temuan diharap dapat
memberikan rekomendasi perbaikan yang realistis dan terukur, untuk
memenuhi penyimpangan yang terjadi.
Sehingga fungsi auditor adalah tidak hanya sampai menemukan temuan
penyimpangan, tetapi lebih penting adalah memberikan rekomendasi
perbaikan dan berperan memonitor dan memastikan temuan tersebut telah
diperbaiki
Pasca Audit, tugas auditor untuk monitoring terhadap rekomendasi tindakan
perbaikan yang telah disepakati, sesuai rntang waktu yang dijanjikan oleh
auditee.
Status Close - perbaikan terpenuhi
Status Open - perbaikan belum terpenuhi diskusikan dengan manejemen
puncak perusahaan
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
385
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
386
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
RENCANA TINDAK LANJUT
IMPLEMENTASI CoC PADA PENGRAJIN
Pelatihan Penelusuran Bahan Baku (CoC) untuk Pasar
Ekspor 2010
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
387
Apa yang harus dipersiapkan?
Pelajari proses penilaian sertifikasi (dan mencakup apa saja yang akan di
nilai)
Untuk FSC CoC, proses penilaian terdiri dari:
Kualitas manajemen (adanya pelatihan dan staff yang ditunjuk sebagai tanggung jawab
pelaksanaan CoC system, adanya system dan procedur yang berkaitan dengan standar,
serta pemeliharaan terhadap dokumen-dokumen rekaman)
Lingkup dari sistem CoC yang terdiri dari:
Kelompok produk FSC (identifikasikan produk mana yang akan disertifikasi)
Sumber bahan baku (spesifikasi tipe input dan mampu validasi suppliernya)
Penerimaan dan Penyimpanan bahan baku (identifikasi dan pemisahan input)
Kontrol volume (mampu ditelusuri balance dari bahan baku dan limbah pengolahan
untuk memastikan terhadap barang yang disertifikasi)
Penjualan dan Pengiriman barang. (Identifikasi barang yang di jual dengan label
FSC)
Penggunaan Merk Dagang FSC untuk produk dan promosi barang
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Pelajari proses penilaian sertifikasi (dan mencakup apa saja yang akan di
nilai)
Untuk FSC CoC, proses penilaian terdiri dari:
Kualitas manajemen (adanya pelatihan dan staff yang ditunjuk sebagai tanggung jawab
pelaksanaan CoC system, adanya system dan procedur yang berkaitan dengan standar,
serta pemeliharaan terhadap dokumen-dokumen rekaman)
Lingkup dari sistem CoC yang terdiri dari:
Kelompok produk FSC (identifikasikan produk mana yang akan disertifikasi)
Sumber bahan baku (spesifikasi tipe input dan mampu validasi suppliernya)
Penerimaan dan Penyimpanan bahan baku (identifikasi dan pemisahan input)
Kontrol volume (mampu ditelusuri balance dari bahan baku dan limbah pengolahan
untuk memastikan terhadap barang yang disertifikasi)
Penjualan dan Pengiriman barang. (Identifikasi barang yang di jual dengan label
FSC)
Penggunaan Merk Dagang FSC untuk produk dan promosi barang
Lanjutan
Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum perencanaan penilaian:
Tentukan terlebih dahulu produk dan sistem mana yang ingin
ingin digunakan untuk diklaim sebagai sertifikasi FSC
Tunjuk staf yang bertanggung jawab terhadap sistem kontrol
CoC
Telah tersedia secara lengkap sistem penyimpanan dokumen
(jika belum sebaiknya dibuat)
Buat rencana pelatihan dan lakukan pelatihan terhadap staf-staf
yang bertanggung jawab terhadap CoC
Apabila ada pengerjaan/pengolahan yang terkait CoC dilakukan
oleh orang luar (outsourcing), maka sebaiknya data dan
dokumen tersebut tersedia untuk siap di review oleh tim audit.
PENELUSURAN BAHAN KAYU (CoC) UNTUK PASAR
EKSPOR - JEPARA 27-29 JULI 2010
Hal-hal yang perlu dilakukan sebelum perencanaan penilaian:
Tentukan terlebih dahulu produk dan sistem mana yang ingin
ingin digunakan untuk diklaim sebagai sertifikasi FSC
Tunjuk staf yang bertanggung jawab terhadap sistem kontrol
CoC
Telah tersedia secara lengkap sistem penyimpanan dokumen
(jika belum sebaiknya dibuat)
Buat rencana pelatihan dan lakukan pelatihan terhadap staf-staf
yang bertanggung jawab terhadap CoC
Apabila ada pengerjaan/pengolahan yang terkait CoC dilakukan
oleh orang luar (outsourcing), maka sebaiknya data dan
dokumen tersebut tersedia untuk siap di review oleh tim audit.
388
4. Materi Pelatihan Mutu, Desain dan Pengembangan Usaha
4.1. Pelatihan Standar Mutu Desain Mebel
a. Kualitas Produk Mebel
Kualitas Produk Mebel
AGUS SUNARYO SH. MBA,Sc. Design & furniture construction
DESAIN MEBEL DILIHAT DARI
SISTEM PRODUKSINYA
JENIS JOB ORDER JENIS SERIAL
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
389
PRINSIP-PRINSIP UMUM DESAIN
DESAIN MEBEL SERIAL DESAIN MEBEL SERIAL
PRINSIP-PRINSIP MANUFAKTURING
390
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PRINSIP - PRINSIP
UMUM DESAIN
DATA ERGONOMI SIKAP DUDUK
TITIK ERGONOMI
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
391
Ergonomi
Tinggi dan kedalaman dudukan
KEDALAMAN DUDUKAN KETINGGIAN DUDUKAN
392
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
ASPEK KONSTRUKSI
GOLDEN SECTION
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
393
394
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
395
396
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
397
DESAIN MEBEL SERIAL
DITETAPKAN BERDASARKAN
PASAR
STRATEGI PEMASARAN
AKTIF
STRATEGI PEMASARAN
PASIF
MENCERMATI SWOT
-KEMAMPUAN
-KELEMAHAN
-KESEMPATAN
-ANCAMAN
MENGOLAH
WANTS & NEEDS
PASAR / KONSUMEN
PRODUK MEBEL
MENERIMA ORDER
GAMBAR DESAIN
DARI BUYER
PRODUK MEBEL
MENCERMATI SWOT
-KEMAMPUAN
-KELEMAHAN
-KESEMPATAN
-ANCAMAN
TAKTIK PEMASARAN
398
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
S.P.A S.P.A S.P.P S.P.P
KEMAMPUAN KEMAMPUAN
MENDISAIN MENDISAIN

ELEMEN KOMPETISI PEMASARAN ELEMEN KOMPETISI PEMASARAN
PENGENDALIAN PENGENDALIAN
MUTU MUTU

MEKANISASI MEKANISASI
PENGOLAHAN PENGOLAHAN

FIBRE SATURTION POINT FSP
( T i t i k j e n u h s e r a t )=25-30%
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
399
SUSUT SELAMA PERMESINAN
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
DESAIN & kONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
400
b. Pelatihan konstruksi kayu
PELATIHAN KONSTRUKSI PELATIHAN KONSTRUKSI
KAYU KAYU
PELATIHAN PELATIHAN
KONSTRUKSI KAYU KONSTRUKSI KAYU
Oleh : Oleh :
Agus Sunaryo SH. MBA. MSc
PENGGOLONGAN KAYU PENGGOLONGAN KAYU
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
401
SEL KAYU DAUN JARUM SEL KAYU DAUN JARUM
SEL KAYU DAUN LEBAR SEL KAYU DAUN LEBAR
402
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Aspek yang berhubungan Aspek yang berhubungan
dengan kekuatan konstruksi dengan kekuatan konstruksi
Berat jenis kayu Berat jenis kayu
Kadar air kayu Kadar air kayu
Kembang susut kayu Kembang susut kayu
Pemilihan konstruksi Pemilihan konstruksi
Berat jenis kayu Berat jenis kayu
Kadar air kayu Kadar air kayu
Kembang susut kayu Kembang susut kayu
Pemilihan konstruksi Pemilihan konstruksi
Tabel kelas
Awet
Tabel kelas
Kuat
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
403
404
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
1. BERAT JENIS KAYU 1. BERAT JENIS KAYU
Berat jenis, Berat jenis, didapat didapat dari hasil bagi antara dari hasil bagi antara berat berat
kayu kayu kering tanur kering tanur (MC 0%) (MC 0%) dengan dengan volume kayu volume kayu
tersebut. tersebut.
Berat jenis Berat jenis semakin tinggi semakin tinggi, kayu semakin , kayu semakin awet awet;;
serta memiliki serta memiliki kelas kuat kelas kuat yang baik yang baik..
Tetapi, Berat jenis yg. semakin tinggi Tetapi, Berat jenis yg. semakin tinggi,,
semakin sulit pengeringannya semakin sulit pengeringannya dan dan
semakin sulit pula pengerjaanya semakin sulit pula pengerjaanya
Berat jenis, Berat jenis, didapat didapat dari hasil bagi antara dari hasil bagi antara berat berat
kayu kayu kering tanur kering tanur (MC 0%) (MC 0%) dengan dengan volume kayu volume kayu
tersebut. tersebut.
Berat jenis Berat jenis semakin tinggi semakin tinggi, kayu semakin , kayu semakin awet awet;;
serta memiliki serta memiliki kelas kuat kelas kuat yang baik yang baik..
Tetapi, Berat jenis yg. semakin tinggi Tetapi, Berat jenis yg. semakin tinggi,,
semakin sulit pengeringannya semakin sulit pengeringannya dan dan
semakin sulit pula pengerjaanya semakin sulit pula pengerjaanya
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
405
2. KADAR AIR KAYU 2. KADAR AIR KAYU
KAYU MEMILIKI SIFAT HIGROSKOPIS KAYU MEMILIKI SIFAT HIGROSKOPIS
RUMUS MENENTUKAN KADAR AIR KAYU RUMUS MENENTUKAN KADAR AIR KAYU
Moisture content : Moisture content :
(Berat kayu basah) (Berat kayu basah) (berat kayu kering tanur ) (berat kayu kering tanur )
________________________________ ________________________________ x 100% x 100%
(Berat kayu kering tanur ) (Berat kayu kering tanur )
KAYU MEMILIKI SIFAT HIGROSKOPIS KAYU MEMILIKI SIFAT HIGROSKOPIS
RUMUS MENENTUKAN KADAR AIR KAYU RUMUS MENENTUKAN KADAR AIR KAYU
Moisture content : Moisture content :
(Berat kayu basah) (Berat kayu basah) (berat kayu kering tanur ) (berat kayu kering tanur )
________________________________ ________________________________ x 100% x 100%
(Berat kayu kering tanur ) (Berat kayu kering tanur )
Cara pengukuran kadar Cara pengukuran kadar air air
406
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Kayu bersifat higroskopis Kayu bersifat higroskopis
Bersifat higroskopis, berarti kayu membuang Bersifat higroskopis, berarti kayu membuang
dan menyerap air mengikuti kelembaban dan dan menyerap air mengikuti kelembaban dan
suhu lingkungannya. suhu lingkungannya.
FIBRE SATURTION POINT FIBRE SATURTION POINT FSP FSP
(( T i t i k j e n u h s e r a t )= T i t i k j e n u h s e r a t )=25 25--30% 30%
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
407
PEMBULUH KAYU
SEL PEMBULUH KAYU
408
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
EQUILIBRIUM MOISTURE CONTENT EQUILIBRIUM MOISTURE CONTENT
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
409
TABLE THERMO HYGROGRAPH TABLE THERMO HYGROGRAPH
EQUILIBRIUM MOISTURE CONTENT EQUILIBRIUM MOISTURE CONTENT
KOTA DI USA & INDONESIA KOTA DI USA & INDONESIA
TOWN TOWN EMC EMC
%%
Janu Janu
ary ary
July July
New York New York 10 10 77 13 13
Madison Madison 88 66 10 10
KOTA KOTA EMC EMC
%%
Janu Janu
ari ari
Juli Juli
Jakarta Jakarta 13 13 14 14 12 12
Semarang Semarang 13 13 15 15 12 12 Madison Madison 88 66 10 10
New Orleans New Orleans 13 13 12,5 12,5 13,5 13,5
San San Francisco Francisco 12 12 10 10 13 13
Boston Boston 10 10 13 13 77
Salt Lake City Salt Lake City 55 77 44
Semarang Semarang 13 13 15 15 12 12
Bandung Bandung 14 14 16 16 13 13
Surabaya Surabaya 13 13 14 14 12 12
Jogyakarta Jogyakarta 14 14 16 16 13 13
Malang Malang 14 14 16 16 13 13
410
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
3. KEMBANG SUSUT KAYU 3. KEMBANG SUSUT KAYU
Papan 1. Papan 1.
Kayu susut ke arah lebar dan Kayu susut ke arah lebar dan
Membentuk cuping. Membentuk cuping.
Papan 2. Papan 2.
Susut lebih sedikit dan stabil. Susut lebih sedikit dan stabil.
Papan 3. Papan 3.
Terletak pada daerah teras Terletak pada daerah teras
yang padat dan stabil. yang padat dan stabil.
Papan 4. Papan 4.
Terletak diperempatan log, Terletak diperempatan log,
gelang tahun membentuk gelang tahun membentuk
diagonal, susut diamonding diagonal, susut diamonding
Papan 1. Papan 1.
Kayu susut ke arah lebar dan Kayu susut ke arah lebar dan
Membentuk cuping. Membentuk cuping.
Papan 2. Papan 2.
Susut lebih sedikit dan stabil. Susut lebih sedikit dan stabil.
Papan 3. Papan 3.
Terletak pada daerah teras Terletak pada daerah teras
yang padat dan stabil. yang padat dan stabil.
Papan 4. Papan 4.
Terletak diperempatan log, Terletak diperempatan log,
gelang tahun membentuk gelang tahun membentuk
diagonal, susut diamonding diagonal, susut diamonding
Permukaan Permukaan kayu Tangensial kayu Tangensial
BUSUR GELANG
TAHUN REBAH
AGUS SUNARYO,SH.MBA.Sc.
BERORIENTASI GELANG TAHUN
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
411
PAPAN TANGENSIAL PAPAN TANGENSIAL
Flat sawn Flat sawn
Penyusutan Penyusutan se searah arah dgn dgn..
lingkaran tumbuh. lingkaran tumbuh.
Besar penyusutan 10% Besar penyusutan 10%
berkisar 4,3 % berkisar 4,3 % -- 14 % 14 %
Agus Sunaryo Agus Sunaryo SH. MBA, Sc SH. MBA, Sc Pengeringan Kayu Pengeringan Kayu
Penyusutan Penyusutan se searah arah dgn dgn..
lingkaran tumbuh. lingkaran tumbuh.
Besar penyusutan 10% Besar penyusutan 10%
berkisar 4,3 % berkisar 4,3 % -- 14 % 14 %
Agus Sunaryo Agus Sunaryo SH. MBA, Sc SH. MBA, Sc Pengeringan Kayu Pengeringan Kayu
KADAR AIR DAN PENYUSUTAN
SUSUT RETAK
ARAH SUSUT
TANGENSIAL
ARAH SUSUT
RADIAL
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
412
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PAPAN RADIAL PAPAN RADIAL
Quarter sawn Quarter sawn
Penyusutan searah Penyusutan searah
dengan jari dengan jari--jari kayu. jari kayu.
Atau memotong Atau memotong
sumbu batang. sumbu batang.
Besar penyusutan Besar penyusutan 5% 5%
berkisar berkisar 2,1% 2,1% -- 8,5% 8,5%
Penyusutan searah Penyusutan searah
dengan jari dengan jari--jari kayu. jari kayu.
Atau memotong Atau memotong
sumbu batang. sumbu batang.
Besar penyusutan Besar penyusutan 5% 5%
berkisar berkisar 2,1% 2,1% -- 8,5% 8,5%
Arah penyusutan
Permukaan Kayu Permukaan Kayu
Radial Radial
BUSUR GELANG
TAHUN TEGAK
Berorientasi pada arah ruji-ruji
AGUS SUNARYO SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
413
Pola serat tangensial dan radial
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
SUSUT SELAMA PERMESINAN SUSUT SELAMA PERMESINAN
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
414
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PAPAN PAPAN SEMI RADIAL SEMI RADIAL
((Semi quarter sawn ) Semi quarter sawn )
Arah penyusutan
Biasanya hasil dari penggergajian log kecil yang dibagi 4 melalui Biasanya hasil dari penggergajian log kecil yang dibagi 4 melalui
sumbu batang. sumbu batang.
Penyusutannya mempunyai 2 dimensi yang berbeda, sehingga Penyusutannya mempunyai 2 dimensi yang berbeda, sehingga
susutnya membentuk jajaran genjang. susutnya membentuk jajaran genjang.
Agus Sunaryo SH. MBA, Sc Agus Sunaryo SH. MBA, Sc Pengeringan Kayu Pengeringan Kayu
Tabel kembang susut kayu Tabel kembang susut kayu ::
Douglas fir Douglas fir
(Pseudotsuga taxifolia) (Pseudotsuga taxifolia) 0, 51 0, 51 0,3 0,3 5,0 5,0 7,8 7,8 13,0 13,0
O a k O a k ( European ) ( European )
(Quercus pedunculata) (Quercus pedunculata) 0, 65 0, 65 0,4 0,4 0,4 0,4 8,8 8,8 13,0 13,0
Jenis kayu Jenis kayu Berat Berat
jenis jenis
Penyusutan Maksimum ( % ) Penyusutan Maksimum ( % )
L R L R TT Vol. Vol.
O a k O a k ( European ) ( European )
(Quercus pedunculata) (Quercus pedunculata) 0, 65 0, 65 0,4 0,4 0,4 0,4 8,8 8,8 13,0 13,0
English walnut English walnut
( Juglans regia ) ( Juglans regia ) 0, 64 0, 64 0,5 0,5 0,54 0,54 7,5 7,5 13,9 13,9
T e a k T e a k
( Tectona grandis ) ( Tectona grandis ) 0, 63 0, 63 0,6 0,6 3,0 3,0 5,8 5,8 9,4 9,4
Mahogany (American) Mahogany (American)
((Swietenia mahagoni ) Swietenia mahagoni ) 0, 55 0, 55 0,3 0,3 3,2 3,2
5,1 5,1
8,9 8,9
G a b o n G a b o n
((Aucoumea klaineana) Aucoumea klaineana) 0, 31 0, 31 0,2 0,2 4,1 4,1 6,6 6,6 10,9 10,9
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
415
CARA MENGHITUNG CARA MENGHITUNG
KEMBANG SUSUT KAYU KEMBANG SUSUT KAYU
Seberapa besar penyusutan papan mahoni apa bila Seberapa besar penyusutan papan mahoni apa bila
lebar awal lebar awal 100 mm 100 mm, dengan kadar air , dengan kadar air 20% 20%dikering dikering
kan menjadi kan menjadi 10%, 10%, pola serat papan bidang utama pola serat papan bidang utama
adalah adalah tangensial tangensial dari gelang dari gelang--gelang tahun ? gelang tahun ?
Jawab : Jawab :
Tabel susut : 5,1 % Beda MC : 10 % Tabel susut : 5,1 % Beda MC : 10 %
Lebar awal : 100mm FSP : 30 % Lebar awal : 100mm FSP : 30 %
Besar penyusutan = 5,1 % x 100 x Besar penyusutan = 5,1 % x 100 x 10 % 10 %
30 % 30 %
= 0,051 x 100 x = 0,051 x 100 x 0,10 0,10
0,30 0,30
= 1, 7 mm. = 1, 7 mm.
Agus Sunaryo SH. MBA, Sc Agus Sunaryo SH. MBA, Sc Pengeringan Kayu Pengeringan Kayu
Seberapa besar penyusutan papan mahoni apa bila Seberapa besar penyusutan papan mahoni apa bila
lebar awal lebar awal 100 mm 100 mm, dengan kadar air , dengan kadar air 20% 20%dikering dikering
kan menjadi kan menjadi 10%, 10%, pola serat papan bidang utama pola serat papan bidang utama
adalah adalah tangensial tangensial dari gelang dari gelang--gelang tahun ? gelang tahun ?
4. PEMILIHAN KONSTRUKSI 4. PEMILIHAN KONSTRUKSI
a.Konstruksi kursi
b.Konstruksi Almari
c.Konstruksi meja
a.Konstruksi kursi
b.Konstruksi Almari
c.Konstruksi meja
416
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
STANDARD ANTHROPOMETRIC
DESIGN DAN KONSTRUKSI AGUS SUNARYO,SH.MBA,Sc
STANDARD UKURAN ANTRHOPOMETRIC UNTUK MEBEL
DESIGN DAN KONSTRUKSI AGUS SUNARYO,SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
417
SITUASI SESEORANG SEDANG DUDUK ATAU MENULIS DI MEJA
DESIGN DAN KONSTRUKSI AGUS SUNARYO,SH.MBA,Sc
Standing heights table chair easy chair table top heights Standing heights table chair easy chair table top heights
(factor 0.25) (0.234) (factor 0.41) (factor 0.25) (0.234) (factor 0.41)
1.60 0.40 1.60 0.40 0.357 0.357 0.655 0.655
1.70 1.70 0.425 0.425 0.40 0.70 0.40 0.70
1.80 1.80 0.45 0.45 0.42 0.42 0.74 0.74
Seat heights Seat heights
1.60 0.40 1.60 0.40 0.357 0.357 0.655 0.655
1.70 1.70 0.425 0.425 0.40 0.70 0.40 0.70
1.80 1.80 0.45 0.45 0.42 0.42 0.74 0.74
418
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
419
Bentwood E
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Ladder back F Ladder back F
420
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Contemporary G
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
PEMBUATAN KURSI PEMBUATAN KURSI
PENETAPAN POLA GELANG TAHUN PADA PENETAPAN POLA GELANG TAHUN PADA
KAKI KAKI--KAKI KURSI. KAKI KURSI.
KONSTRUKSI KAKI DENGAN BINGKAI KONSTRUKSI KAKI DENGAN BINGKAI
SAMPING SAMPING
KONSTRUKSI SRAMPAT ATAU STRETCHER KONSTRUKSI SRAMPAT ATAU STRETCHER
KONSTRUKSI FRAME DUDUKAN SANDARAN KONSTRUKSI FRAME DUDUKAN SANDARAN
BELAKANG BELAKANG
PENETAPAN POLA GELANG TAHUN PADA PENETAPAN POLA GELANG TAHUN PADA
KAKI KAKI--KAKI KURSI. KAKI KURSI.
KONSTRUKSI KAKI DENGAN BINGKAI KONSTRUKSI KAKI DENGAN BINGKAI
SAMPING SAMPING
KONSTRUKSI SRAMPAT ATAU STRETCHER KONSTRUKSI SRAMPAT ATAU STRETCHER
KONSTRUKSI FRAME DUDUKAN SANDARAN KONSTRUKSI FRAME DUDUKAN SANDARAN
BELAKANG BELAKANG
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
421
DESAIN & kONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
422
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
423
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
424
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
425
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
426
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
427
KEKUATAN UNGKITAN PADA KEKUATAN UNGKITAN PADA
BINGKAI SAMPING KURSI BINGKAI SAMPING KURSI
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
428
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
429
430
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
431
Hasil Test pembebanan Hasil Test pembebanan
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
209 209 32
5
4
54
5 5 kg
5
5 5
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
432
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
433
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
434
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
RIGIDITAS ALMARI
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
435
TERBUKA, RIGIT DENGAN
TONGGAK DAN AMBANG
TERBUKA, RIGIT DENGAN LANTAI PLAT
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
a b c a b c
436
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Prinsip upaya
Rigiditas pada konstruksi Almari
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
437
Prinsip upaya
Rigiditas pada
konstruksi Almari
Rigiditas pada top Almari
PENGOKOHAN PADA TOP ALMARI
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
438
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PENGGUNAAN KERANGKA PIRAMIDA
PENGGUNAAN KERANGKA
PIRAMIDAPADA TOP ALMARI
Pengokohan atau rigiditas
almari masih bisa
Dipertahankan baik
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
439
Konstruksi peluncur laci yang yang biasa
Digunakan namun perlu dilakukan penyempurnaan
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
440
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Sering dipakai untuk mebel kantor
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
441
KONSTRUKSI DOVE TAIL PADA DRAWER
SECARA MANUAL DAN MASINAL
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
KONSTRUKSI DOVETAIL RANGKAP
SECARA LANGSUNG DENGAN ROUTER
KONSTRUKSI SUDUT PANEL DAN CASE
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
442
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
DENGAN ROUTER BIT BISA MEMBUAT ALUR
MAUPUN DOVETAIL DENGAN RAPIH
Pengantar
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
443
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
444
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
445
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
446
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
DESAIN & KONSTRUKSI Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
447
2
4 1
3
4 1
448
c. Sifat kayu yang berpengaruh pada proses mesin
OLEH :
AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
SIFAT KAYU YANG
BERPENGARUH PADA
PROSES MESIN
OLEH : OLEH :
AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Pola permukaan serat
Kadar air dan penyusutan kayu
Arah serat tumbuh kayu
Kekerasan Kayu
Cacat-cacat kayu
Sifat kayu yang berhubungan dengan
proses permesinan
Pola permukaan serat
Kadar air dan penyusutan kayu
Arah serat tumbuh kayu
Kekerasan Kayu
Cacat-cacat kayu
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
449
1 . POLA PERMUKAAN
SERAT
POLA PERMUKAAN RADIAL
POLA PERMUKAAN TANGENSIAL
POLA PERMUKAAN RADIAL
POLA PERMUKAAN TANGENSIAL
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Permukaan kayu Tangensial
BUSUR GELANG
TAHUN REBAH
AGUS SUNARYO,SH.MBA.Sc.
BERORIENTASI GELANG TAHUN
450
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Permukaan Kayu Radial
BUSUR GELANG
TAHUN TEGAK
Berorientasi pada arah ruji-ruji
AGUS SUNARYO SH.MBA,Sc
Pola serat tangensial dan radial
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
451
2. KADAR AIR DAN PENYUSUTAN
SUSUT RETAK
ARAH SUSUT
TANGENSIAL
ARAH SUSUT
RADIAL
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
SUSUT SELAMA PERMESINAN
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
452
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PENANGANAN
PERGERAKAN SUSUT KAYU
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
3. ARAH SERAT TUMBUH KAYU
ARAH ALAT
MELAWAN SERAT
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
453
ALAT MENAKLUKKAN SERAT
ARAH ALAT
ARAH ALAT ATAU PISAU
454
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
ARAH ALAT ATAU PISAU
MENAKLUKKAN
SERAT TUMBUH
SALAH BETUL
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
ARAH PISAU MELAWAN SERAT
ARAH DORONGAN
MELAWAN
ARAH SERAT
MELAWAN ARAH SERAT
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
455
ARAH PISAU MENAKLUKKAN
ARAH SERAT TUMBUH KAYU
ARAH DORONGAN
ARAH DORONGAN
MENAKLUKKAN SERAT
SERAT LURUS
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
4. KEKERASAN KAYU
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
456
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
5. CACAT KAYU
RETAK SUSUT
PECAH
GELANG
KULIT
SISIP
PECAH
GELANG
HUBUNGAN KAYU MESIN Oleh : AGUS SUNARYO, SH.MBA,Sc
MENGGERGAJI BELAH
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
457
ARAH MEMBELAH KAYU
458
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
MESIN PANEL SAW JET
BENTUK-BENTUK GIGI GERGAJI
MATA GERGAJI BELAH MATA GERGAJI POTONG
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
459
PENGARUH SEMBULAN
EFEK SEMBULAN GERGAJI
EFEK SEMBULAN
460
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
SUDUT PEMOTONGAN
PASANGAN UNTUK GIGI
BELAH
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
461
HASIL ALUR TIAP GIGI
GERGAJI GIGI KOMBINASI
462
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PEMBATASAN TATAL
PUNGGUNG PEMBATAS
TATAL
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
463
TURUN SEDIKIT DARI PUNCAK GIGI
MEMOTONG ARAH SERAT
464
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
MEMBENTUK SUDUT
MIRING
SUDUT
GIGI UNTUK POTONG
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
465
HASIL POTONGAN KASAR
HASIL POTONGAN KASAR
466
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
JENIS BELAH ATAU POTONG
GIGI SERONG SELANG - SELING
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
467
HASIL POTONGAN HALUS
HASIL POTONGAN KASAR
468
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
MEMOTONG PANEL PARTIKEL
BERMACAM PANEL BAHAN
MEBEL
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
469
BAIK UNTUK ENGINEERING
WOOD
GIGI JARANG UNTUK BAHAN
LUNAK
470
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
GIGI SEDIKIT DAN GIGI
BANYAK
PENGARUH JUMLAH GIGI
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
471
KAYU LUNAK & KERAS
BERBEDA JUMLAH GIGI
PLANER THICKNESSER PRESISI
472
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PRINSIP KERJA PLANER
BEKERJA DENGAN MESIN KETAM
PERATA DGN. BENDA KERJA TIPIS
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
473
POSISI DAN SIKAP TANGAN UNTUK
MENGETAM LIS YANG TIPIS
KETAM & MOULDING BERGIGI
SEDIKIT TETAPI KUAT
474
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PERHITUNGAN
KUALITAS
CUTTER MARK
PERHITUNGAN
KUALITAS
CUTTER MARK
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
475
CONTOH
Kecepatan dorong (V) : 7 m / menit
Putaran poros (n / rpm ) : 6000 rpm
Jumlah pisau (Z) : 3 buah
Langkah / Pitch mark (Sz) :
7 x 1000
= 0,38 mm
6000 x 3
RUMUS : V x 1000
Sz =
N x Z
Kecepatan dorong (V) : 7 m / menit
Putaran poros (n / rpm ) : 6000 rpm
Jumlah pisau (Z) : 3 buah
Langkah / Pitch mark (Sz) :
7 x 1000
= 0,38 mm
6000 x 3
RUMUS : V x 1000
Sz =
N x Z
476
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
477
PEMILIHAN PISAU MOULDING
478
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PISAU MIRING COCOK UNTUK
MDF & ENGINEERING WOOD
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
479
KECEPATAN MAKSIMUM
MESIN BUBUT KAYU
YANG MUDAH PENANGANANNYA
480
4.2. Pelatihan mengukir dan desain untuk perempuan
a. Pelatihan kewirausahaan mengukir Dept SDM APKJ
PENGALAMAN KERJA
* Desain interior etnik PT. TIANG LIMA Malang.
Tukan ukir kayu , tukang graji ukir canshow.
* Owner UD.GAJAH SUNGGING CARVINGTahun 2007
* Direktur CV . IFC akhir Tahun 2011
PENGALAMAN ORGANISASI
* Ketua bid. Pemasaran dan hubungan luar OCI Mulyoharjo , Jepara
* Ketua Departemen SDMAPKJ
* Ketua Desain Program dan Inovasi DEWINDIF Mulyoharjo , Jepara
PHYLOSOPY HIDUP
Think Big, Small Step, Take Action
PENGALAMAN KERJA
* Desain interior etnik PT. TIANG LIMA Malang.
Tukan ukir kayu , tukang graji ukir canshow.
* Owner UD.GAJAH SUNGGING CARVINGTahun 2007
* Direktur CV . IFC akhir Tahun 2011
PENGALAMAN ORGANISASI
* Ketua bid. Pemasaran dan hubungan luar OCI Mulyoharjo , Jepara
* Ketua Departemen SDMAPKJ
* Ketua Desain Program dan Inovasi DEWINDIF Mulyoharjo , Jepara
PHYLOSOPY HIDUP
Think Big, Small Step, Take Action
Legiman Arya
Jl.Centra Patung no : 04
Centra industri ukir patung
Mulyoharjo
Jepara
Telp. 0291 4295558
HP. 081228715798
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
481
PENDAHULUAN
( metode permainan genggamjari /partisipan maju kenalan)
Kesempatan seorang pengukir kayu saat ini masih terbuka sangat luas, terutama untuk
produk-produk ukiran pada mebel ,relliefe,patung dan lainnya ,terbukti masih banyak di
cari tenaga ukir kayu dan bangkitnya kembali kegiatan usaha permebelan dan usaha
ukiran di Jepara baik untuk pasar di dalam negeri maupun luar negeri dan masih tetap
tingginya pesanan produk ukiran ,terbukti order yang masuk ke Jepara masih banyak.
Walaupun seorang pengukir memiliki pekerjaan yang banyak, kemampuan yang handal, ada
baiknya meluangkan waktu pada kegiatan kewirausahaan , berkelompok dan berfikir
prestasi , karena pada jangka panjang dapat mengarahkannya lebih mapan.
Beberapa pengukir berkelompok akan memiliki kesamaan kesamaan menentukan sesuatu
,baik visi, misi , harga, pasar dan yang lain .Kegiatan itu bisa membuat mereka lebih mampu
bertahan ditengah persaingan baik lokal , nasional maupun internasional, mudah di akses
dan mudah mendapatkan akses fasilitas baik pemerintah maupun lembaga terkait lainnya
untuk meningkatkan kesejahteraannya .
Berkomunitas dalam lingkup lokal,nasional bahkan internasional akan mengarahkan
seorang pengukir berfikir prestasi serta mendapat akses menuju sukses yang lebih luas.
Kesempatan seorang pengukir kayu saat ini masih terbuka sangat luas, terutama untuk
produk-produk ukiran pada mebel ,relliefe,patung dan lainnya ,terbukti masih banyak di
cari tenaga ukir kayu dan bangkitnya kembali kegiatan usaha permebelan dan usaha
ukiran di Jepara baik untuk pasar di dalam negeri maupun luar negeri dan masih tetap
tingginya pesanan produk ukiran ,terbukti order yang masuk ke Jepara masih banyak.
Walaupun seorang pengukir memiliki pekerjaan yang banyak, kemampuan yang handal, ada
baiknya meluangkan waktu pada kegiatan kewirausahaan , berkelompok dan berfikir
prestasi , karena pada jangka panjang dapat mengarahkannya lebih mapan.
Beberapa pengukir berkelompok akan memiliki kesamaan kesamaan menentukan sesuatu
,baik visi, misi , harga, pasar dan yang lain .Kegiatan itu bisa membuat mereka lebih mampu
bertahan ditengah persaingan baik lokal , nasional maupun internasional, mudah di akses
dan mudah mendapatkan akses fasilitas baik pemerintah maupun lembaga terkait lainnya
untuk meningkatkan kesejahteraannya .
Berkomunitas dalam lingkup lokal,nasional bahkan internasional akan mengarahkan
seorang pengukir berfikir prestasi serta mendapat akses menuju sukses yang lebih luas.
Seorang pengukir dan yang lain jika mampu berfikir dan berbuat prestasi serta
bekerja sambil menyisihkan waktu untuk kegiatan peningkatan karier kerja untuk
jangka panjang yang baik akan mendapat peluang sukses lebih banyak.
BERFIKIR PRESTASI :
1. Menyaingi , menyamai, mengatasi atau melebihi hasil karya orang lain yang lebih baik.
2. Menyaingi, memenuhi atau melebihi ukuran hasil karya sendiri.
3. Melakukan sesuatu yang khas , lain dari yang lain secara kreatif dan inovatif.
4. Giat bersibuk diri dengan upaya-upaya mencapai karier diri jangka panjang.
BERFIKIR DAN BERBUAT PRESTASI
BERBUAT PRESTASI :
1. Bertanggung jawab secara pribadi atas segala perbuatanya ( catat-
lakukan / lakukan-catat ) evaluasi.
2. Mengambil resiko sedang atau wajar dan diperhitungkan.
3. Menggunakan umpan balik pengalaman diri atau orang lain.
4. Melakukan segala sesuatu secara kreatif dan inovatif.
BERBUAT PRESTASI :
1. Bertanggung jawab secara pribadi atas segala perbuatanya ( catat-
lakukan / lakukan-catat ) evaluasi.
2. Mengambil resiko sedang atau wajar dan diperhitungkan.
3. Menggunakan umpan balik pengalaman diri atau orang lain.
4. Melakukan segala sesuatu secara kreatif dan inovatif.
HAMBATAN:
Etos kerja lemah, tidak disiplin / kurang disiplin , sikap mental negatif.
LINGKUNGAN KEBIASAAN BUDAYA.
1. LINGKUNGAN keluarga / masyarakat yang AMTENAR / priyayi cenderung
feodal.
2. KEBIASAAN-Merasa puas dengan hasil yang belum optimal, rajin tetapi
kurang produktif
3. BUDAYA- makan tak makan asal kumpul , alon-alon kelakon ,bapak nenek
saya begitu dll.
482
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Order
BUYER
Asosiasi / koperasi
klp.ukir 4
UKM / Pengrajin
klp.ukir 3 klp.ukir 2 Kelp.ukir 1
Dampak Positif yang diharapkan dengan adanya pengukir berfikir prestasi dalam
wadah kelompok pengukir binaan asosiasi antara lain :
1. Membangun kebersamaan dengan standar prosedure yang sama.
2. Terbentuknya sikap untuk berwirausaha yang mandiri, yang memiliki skill dan
kemampuan dengan pola pikir dan tingkah laku seperti orang yang berprestasi.
3. Mengurangi persaingan tidak sehat antar sesama , karena disatukan dalam wadah
kelompok binaan,untuk saling mendorong maju.
4. Mampu menetapkan tujuan jangka pendek , menengah dan jangka panjang.
5. Memiliki sikap niat sungguh-sungguh, disiplin, jujur dan terbuka, partisipasi aktif
mengikuti secara penuh.
6. Bagi Perusahaan yang memiliki hubungan kerja dengan kelompok pengukir itu
beban bisa berkurang karena tidak lagi mengurusi produksi, bisa lebih fokus
untuk mencari buyer dan order sebanyak-banyaknya.
7. Taraf hidup pengukir meningkat dan sistem kerja yang seimbang.
8. Hubungan saling menguntungkan dan profesional .
1. Membangun kebersamaan dengan standar prosedure yang sama.
2. Terbentuknya sikap untuk berwirausaha yang mandiri, yang memiliki skill dan
kemampuan dengan pola pikir dan tingkah laku seperti orang yang berprestasi.
3. Mengurangi persaingan tidak sehat antar sesama , karena disatukan dalam wadah
kelompok binaan,untuk saling mendorong maju.
4. Mampu menetapkan tujuan jangka pendek , menengah dan jangka panjang.
5. Memiliki sikap niat sungguh-sungguh, disiplin, jujur dan terbuka, partisipasi aktif
mengikuti secara penuh.
6. Bagi Perusahaan yang memiliki hubungan kerja dengan kelompok pengukir itu
beban bisa berkurang karena tidak lagi mengurusi produksi, bisa lebih fokus
untuk mencari buyer dan order sebanyak-banyaknya.
7. Taraf hidup pengukir meningkat dan sistem kerja yang seimbang.
8. Hubungan saling menguntungkan dan profesional .
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
483
484
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Menunggang badai
.alon-alon asal
kelakon mbokne..!!!!
Iyo..pakne, kapan bisa cepat
sukses jika begini
terus.berfikir prestasi
pakne.! Bisa cepat
suksese.. sepedahe di jual
,,,,, naik bis wae pakne..!!!!!!!
485
b. Pengenalan teori mengukir
PENGENALAN TEORI MENGUKIR BAGI PENGENALAN TEORI MENGUKIR BAGI
PEREMPUAN JEPARA PEREMPUAN JEPARA
Oleh : Sutrisno
Jepara, 29 Februari 2012
PENGENALAN ALAT PENGENALAN ALAT
ALAT POKOK
1. Satu set pahat ukir
2. Palu dari kayu
3. Batu asah
ALAT BANTU
1. Meje kursi
2. Sikat atau kwas
3. Janka
4. Gergaji
5. Alat tulis dan lain-lain
ALAT POKOK
1. Satu set pahat ukir
2. Palu dari kayu
3. Batu asah
ALAT BANTU
1. Meje kursi
2. Sikat atau kwas
3. Janka
4. Gergaji
5. Alat tulis dan lain-lain
486
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
PAHAT UKIR PAHAT UKIR
1. Penilat sebanyak 10 buah
2. Penguku sebanyak 20 buah
3. Kol sebanyak sebanyak 4 buah
1. Penilat sebanyak 10 buah
2. Penguku sebanyak 20 buah
3. Kol sebanyak sebanyak 4 buah
4. Pahat coret
5. Pahat pengot
6. Pahat bengkok
7. Pahat salur
4. Pahat coret
5. Pahat pengot
6. Pahat bengkok
7. Pahat salur
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
487
PALU KAYU PALU KAYU
Palu atau ganden terbuat dari kayu :
a. Kayu Sawo
b. Kayu Jambu Batu
c. Kayu Cemara
d. Kayu Asam
e. Kayu lain yang mempunyai serat ulet dan keras
Berat palu 0,5 kg sampai 2,5 kg.
Konstruksi tangkai palu :
1. Dengan tangkai tembus
2. Dengan tangkai menggunakan pen biasa.
Contoh palu dengan tangkai menggunakan pen biasa
Palu atau ganden terbuat dari kayu :
a. Kayu Sawo
b. Kayu Jambu Batu
c. Kayu Cemara
d. Kayu Asam
e. Kayu lain yang mempunyai serat ulet dan keras
Berat palu 0,5 kg sampai 2,5 kg.
Konstruksi tangkai palu :
1. Dengan tangkai tembus
2. Dengan tangkai menggunakan pen biasa.
Contoh palu dengan tangkai menggunakan pen biasa
BATU ASAH BATU ASAH
Batu asah yang dibutuhkan bagi pengukir minimal 2 buah :
1. Batu asah dengan permukaan halus.
Batu asah yang berasal dari batu bukit atau gunung yang digunakan untuk
menajamkan mata pahat.
Diusahakan batu asah halus salah satu sisi tetap rata karena mengingat jenis pahat
yang bervariasi bentuk matanya.
2. Batu asah dengan permukaan kasar.
Batu asah ini buatan pabrik berguna untuk memperbaiki mata pahat yang rusak.
Batu asah yang dibutuhkan bagi pengukir minimal 2 buah :
1. Batu asah dengan permukaan halus.
Batu asah yang berasal dari batu bukit atau gunung yang digunakan untuk
menajamkan mata pahat.
Diusahakan batu asah halus salah satu sisi tetap rata karena mengingat jenis pahat
yang bervariasi bentuk matanya.
2. Batu asah dengan permukaan kasar.
Batu asah ini buatan pabrik berguna untuk memperbaiki mata pahat yang rusak.
488
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
ALAT BANTU ALAT BANTU
1. Meje kursi
2. Sikat atau kwas
3. Janka
4. Gergaji
5. Meteran atau penggaris
6. Alat tulis dan lain-lain
Alat-alat bantu di atas bisa dipakai atau ditambah sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh: adalah meja dan kursi. Sebagian orang tidak memerlukan meja
dan kursi dalam mengukir, karena langsung duduk ditanah dengan beralaskan
tikar.
Melihat fenomena di Jepara sebagian besar pengukir Jepara menggunakan meja
dan kursi karena budaya, bahkan seperti menjadi alat pokok yang harus
dipenuhi dalam mengukir.
Contoh lain adalah mal/pola : untuk menghemat waktu bisa di foto copy tetapi
tidak memnghemat beaya untuk produk masal.
Kusus produk spesial foto copy lebih hemat beaya dan waktu.
1. Meje kursi
2. Sikat atau kwas
3. Janka
4. Gergaji
5. Meteran atau penggaris
6. Alat tulis dan lain-lain
Alat-alat bantu di atas bisa dipakai atau ditambah sesuai kebutuhan.
Sebagai contoh: adalah meja dan kursi. Sebagian orang tidak memerlukan meja
dan kursi dalam mengukir, karena langsung duduk ditanah dengan beralaskan
tikar.
Melihat fenomena di Jepara sebagian besar pengukir Jepara menggunakan meja
dan kursi karena budaya, bahkan seperti menjadi alat pokok yang harus
dipenuhi dalam mengukir.
Contoh lain adalah mal/pola : untuk menghemat waktu bisa di foto copy tetapi
tidak memnghemat beaya untuk produk masal.
Kusus produk spesial foto copy lebih hemat beaya dan waktu.
TEKNIK MENGUKIR KAYU TEKNIK MENGUKIR KAYU
TEKNIK MEMEGANG PAHAT
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
489
TEKNIK MEMGANG PALU
Salah satu contoh memegang palu
TEKNIK MEMGANG PALU
Salah satu contoh memegang palu
TEKNIK DORONG ( NYUSUK : BHS JAWA ) TEKNIK DORONG ( NYUSUK : BHS JAWA )
Teknik ini dilakukan dengan cara hanya memegang pahat tanpa memegang palu,
teknik ini timbul karena proses atau tahapan mengaharuskan perlakuan kusus, biasanya
dilakukan pada proses menghaluskan. Teknik ini dapat dilakukan hanya dengan menekan
dan mendorong pahat dengan satu atau dua tangan. Yang perlu diperhatikan adalah
tingkat keamanan terhadap tangan kita, karena pada bagian teknik ini biasanya para
pengukir sering mendapat kejutan, tangan terluka apalagi bagi para pengukir pemula.
Kecendurungan untuk melakukan teknik ini karena dorongan rasa bukan logika.
490
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
TAHAP TAHAP--TAHAP MENGUKIR TAHAP MENGUKIR
1. Nggetaki/Ngracap : membuat garis-garis gambar sesuai pola dengan cara dipahat baik
garis lurus atau lengkung di samping itu menyesuaikan besar
kecilnya jika garis yang dibuat tersebut berupa garis lengkung.
2. Malesi/Nyaweni : menyerongkan garis yang telah diukir supaya lebih jelas.
3. Dasari : membuat dasaran pada salah satu tempat bagian ukiran harus yang
diturunkan.
4. Nggrabahi/Mbukaki : membentuk ukiran pada tahap awal secara sederhana menurut
tinggi rendahnya suatu bentuk ukiran. Dari empat tahap ini sering
disebut mbladoki. Hal ini disebabkan sudah sering tidak dilakukan
secara berurutan tetapi secara acak menyesuaikan dengan keadaan
ukiran yang sedang dikerjakan bahkan kadang-kadang bagi
pengukir-pengukir yang sudah terampil pola gambar yang sudah ada
pun tidak menjadi patokan utama atau tidak diikuti secara
keseluruhan. Pola garis lengkung yang seharusnya menggunakan
pahat penguku malah menggunakan pahat penyilat
5. Mecahi : menghias dengan cara member garis-garis pada daun atau batang
ukiran yang member kesan seperti serat sehingga menambah
lebih artistic dan dinamis daripada bentuk sebelumnya.
1. Nggetaki/Ngracap : membuat garis-garis gambar sesuai pola dengan cara dipahat baik
garis lurus atau lengkung di samping itu menyesuaikan besar
kecilnya jika garis yang dibuat tersebut berupa garis lengkung.
2. Malesi/Nyaweni : menyerongkan garis yang telah diukir supaya lebih jelas.
3. Dasari : membuat dasaran pada salah satu tempat bagian ukiran harus yang
diturunkan.
4. Nggrabahi/Mbukaki : membentuk ukiran pada tahap awal secara sederhana menurut
tinggi rendahnya suatu bentuk ukiran. Dari empat tahap ini sering
disebut mbladoki. Hal ini disebabkan sudah sering tidak dilakukan
secara berurutan tetapi secara acak menyesuaikan dengan keadaan
ukiran yang sedang dikerjakan bahkan kadang-kadang bagi
pengukir-pengukir yang sudah terampil pola gambar yang sudah ada
pun tidak menjadi patokan utama atau tidak diikuti secara
keseluruhan. Pola garis lengkung yang seharusnya menggunakan
pahat penguku malah menggunakan pahat penyilat
5. Mecahi : menghias dengan cara member garis-garis pada daun atau batang
ukiran yang member kesan seperti serat sehingga menambah
lebih artistic dan dinamis daripada bentuk sebelumnya.
Lanjutan Lanjutan
Ada 2 macam bentuk pecahan :
1.Pecahan cawen atau cekung
2.Pecahan timbul atau cembung
6. Menghaluskan : membentuk ukiran yang sesungguhnya sambil memeriksa bentuk bentuk yang
kurang baik, sehingga menjadi ukiran yang halus dan indah.
7. Matut : yakni menyempurnakan seluet pada bentuk pilin, daun maupun bentuk-bentuk
elemen yang lain.
Tahap mBladoki
Ada 2 macam bentuk pecahan :
1.Pecahan cawen atau cekung
2.Pecahan timbul atau cembung
6. Menghaluskan : membentuk ukiran yang sesungguhnya sambil memeriksa bentuk bentuk yang
kurang baik, sehingga menjadi ukiran yang halus dan indah.
7. Matut : yakni menyempurnakan seluet pada bentuk pilin, daun maupun bentuk-bentuk
elemen yang lain.
Tahap mBladoki
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
491
SELAMAT MENCOBA & SUKSES SELAMAT MENCOBA & SUKSES
MATUR NUWUN
492
c. Pentingnya mengetahui hitungan kubikasi dalam dunia mebel
Oleh :
Sulthon, S.Sn
Log
Balok
Log
Balok
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
493
Papan
Kayu DL, 10,13
Kayu OP, 16,19
Kayu OD, 22, 25, 28
Ugd/A3 30, 31, 32-39
A4 40, 41, 42-49
A5...
Kayu DL, 10,13
Kayu OP, 16,19
Kayu OD, 22, 25, 28
Ugd/A3 30, 31, 32-39
A4 40, 41, 42-49
A5...
494
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Untuk mengetahui besaran kebutuhan kayu
dalam membuat suatu produk
Untuk mengetahui penentuan harga jual
produk
Untuk mengetahui jenis kayu/kriteria yang
harus dibeli
Untuk mengetahui besaran kebutuhan kayu
dalam membuat suatu produk
Untuk mengetahui penentuan harga jual
produk
Untuk mengetahui jenis kayu/kriteria yang
harus dibeli
Panjang x Lebar x Tinggi = CBM
100x100x100cm = 1.000.000cm atau 1 CBM
Panjang x Lebar x Tinggi = CBM
100x100x100cm = 1.000.000cm atau 1 CBM
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
495
100x50x3cm
496
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Daun 120x60x2.5cm x1 = 18000
Kaki 4x4x72.5cm x4 = 4640
Sunduk Panjang 104x12x2.5 x2 = 6240
Sunduk Pendek 44x12x2.5 x2 = 2640
Total 31520 cm x 20 = Rp. 630.400
Daun 120x60x2.5cm x1 = 18000
Kaki 4x4x72.5cm x4 = 4640
Sunduk Panjang 104x12x2.5 x2 = 6240
Sunduk Pendek 44x12x2.5 x2 = 2640
Total 31520 cm x 20 = Rp. 630.400
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
497
498
d. Ada apa dengan ornamen?
ADA APA
DENGAN
ORNAMEN ??
SUTRISNO
01 Maret 2012
PERBEDAAN MOTIF DAN RAGAM HIAS
Motif adalah dasar untuk menghias ornamen. Motif berbentuk
alami, prinsip dasrnya mengambil dari bentuk dari bentuk
lingkungan sekitar atau dari alam. Contohnya : bentuk-bentuk
flora dan fauna.
Ragam hias adalah sebuah corak yang memiliki karateristik
sehingga mempunyai ciri khas dari setiap perwujudannya.
Karateristik yang ada sangat menonjol karena merupakan
bentuk yang tidak dapat dihilangkan karena merupakan
bentuk-bentuk yang membedakan antara ragam hias yang satu
dengan yang lainnya.
Motif adalah dasar untuk menghias ornamen. Motif berbentuk
alami, prinsip dasrnya mengambil dari bentuk dari bentuk
lingkungan sekitar atau dari alam. Contohnya : bentuk-bentuk
flora dan fauna.
Ragam hias adalah sebuah corak yang memiliki karateristik
sehingga mempunyai ciri khas dari setiap perwujudannya.
Karateristik yang ada sangat menonjol karena merupakan
bentuk yang tidak dapat dihilangkan karena merupakan
bentuk-bentuk yang membedakan antara ragam hias yang satu
dengan yang lainnya.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
499
BEBERAPA CONTOH RAGAM HIAS
500
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
501
502
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
503
e. Seni budaya dan pariwisata di lingkungan Jepara
SENI BUDAYA DAN PARIWISATA
DI LINGKUNGAN JEPARA
Ragam seni dan budaya
Kain tradisional jepara
Rumah adat
Ukir kayu jepara
Batik jepara
Anyaman
Kain tradisional jepara
Rumah adat
Ukir kayu jepara
Batik jepara
Anyaman
504
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Kain tradisional Jepara(Kain Troso)
KAIN TROSO
Jepara kain tradisionalnya adalah Lurek Troso yang
terkenal di daerah luar jawa, bali, Kalimantan. Kain
troso merupakan corak yang unik dan lembut. Bias
dipakai dalam acara resmi maupun santai.
(gambar)
KAIN TROSO
Jepara kain tradisionalnya adalah Lurek Troso yang
terkenal di daerah luar jawa, bali, Kalimantan. Kain
troso merupakan corak yang unik dan lembut. Bias
dipakai dalam acara resmi maupun santai.
(gambar)
Rumah adat Jepara
RUMAH ADAT JEPARA
Rumah adat jepara pada masa orde baru model rumah
telah berubah bentuk adat yang asli telah hilang
ditekan zaman.
(gambar)
Model rumah joglo yang berukir khas jepara
merupakan ciri unik yang kita miliki dan sangat
berbeda dengan daerah lain. Ukiran pada dinding
rumah maupun tiangnya
RUMAH ADAT JEPARA
Rumah adat jepara pada masa orde baru model rumah
telah berubah bentuk adat yang asli telah hilang
ditekan zaman.
(gambar)
Model rumah joglo yang berukir khas jepara
merupakan ciri unik yang kita miliki dan sangat
berbeda dengan daerah lain. Ukiran pada dinding
rumah maupun tiangnya
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
505
Ukir kayu khas Jepara
UKIR KAYU KHAS JEPARA
Apresiasi terhadap keunikan motif khas seni ukir.
Apresiasi adalah bentuk kesadaran terhadap nilai-nilai
seni dan budaya. Untuk mengapresiasikan motif hias
pada karya seni ukir kita harus mengetehui keunikan
motif hias tersebut, salah satu cara untuk mengetahui
keunikan motif ukir adalah melakukan suatu
pengamatan.
(gambar)
UKIR KAYU KHAS JEPARA
Apresiasi terhadap keunikan motif khas seni ukir.
Apresiasi adalah bentuk kesadaran terhadap nilai-nilai
seni dan budaya. Untuk mengapresiasikan motif hias
pada karya seni ukir kita harus mengetehui keunikan
motif hias tersebut, salah satu cara untuk mengetahui
keunikan motif ukir adalah melakukan suatu
pengamatan.
(gambar)
Batik tradisional Jepara
BATIK JEPARA
Membatik adalah menggambarkan pada kain atau kertas
dengan lilin atau malam. Dengan membatik diperlukan
kesabaran, ketelitian dan ketekunan agar kualitas batik
yang dihasilkan benar-benar baik. Pada zaman dahulu,
kain yang dibatik jarik tetapi sekarang teknik batik sudah
digunakan untuk membuat baju, celana, dan batik lainnya
Ada dua batik di Indonesia
Batik trasional
Batik modern
(gambar)
BATIK JEPARA
Membatik adalah menggambarkan pada kain atau kertas
dengan lilin atau malam. Dengan membatik diperlukan
kesabaran, ketelitian dan ketekunan agar kualitas batik
yang dihasilkan benar-benar baik. Pada zaman dahulu,
kain yang dibatik jarik tetapi sekarang teknik batik sudah
digunakan untuk membuat baju, celana, dan batik lainnya
Ada dua batik di Indonesia
Batik trasional
Batik modern
(gambar)
506
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Anyaman Rotan,bambu dan
pandan
ANYAMAN ROTAN, BAMBU, DAUN PANDAN
Anyaman merupakan kerajinan tangan yang di buat dengan mengatur bilah bambu,daun
pandan, banbu dengan cara menumbapng tindihkan dan menyilangkan. Kerajinan
anyaman memiliki fungsi sebagai benda pakai dan benda hias
Sebagai benda pakai misalnya: Keranjang,Tas,Tikar,Dll
Sebagai benda hias misalnya:
hiasan dinding,lampu penyekat ruangan, dll

Bahan-bahan anyaman
Bahan alam
Yang terdapat dialam yang belum diolah berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Ex. Daun kelapa,mendong,bamboo,pandan,rotan
Bahan buatan
Bahan yang sengaja di buat dari hasil industry.
Ex.kertas,plastic,benang,
ANYAMAN ROTAN, BAMBU, DAUN PANDAN
Anyaman merupakan kerajinan tangan yang di buat dengan mengatur bilah bambu,daun
pandan, banbu dengan cara menumbapng tindihkan dan menyilangkan. Kerajinan
anyaman memiliki fungsi sebagai benda pakai dan benda hias
Sebagai benda pakai misalnya: Keranjang,Tas,Tikar,Dll
Sebagai benda hias misalnya:
hiasan dinding,lampu penyekat ruangan, dll

Bahan-bahan anyaman
Bahan alam
Yang terdapat dialam yang belum diolah berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Ex. Daun kelapa,mendong,bamboo,pandan,rotan
Bahan buatan
Bahan yang sengaja di buat dari hasil industry.
Ex.kertas,plastic,benang,
507
4.3. Pelatihan fnishing dan pengembangan usaha bagi perempuan
a. APKJ modul tentang teknik mengamplas dan fnishing politur
Cara mengamplas dan
fnishing politur
By: Drs. Suharto
Furniture Finishing
Proses fnishing adalah pekerjaan
tahap akhir dari suatu proses
pembuatan produk mebel. Pada
saat ini proses fnishing lebih
dikenal sebagai proses aplikasi cat.
Hal yang sangat wajar karena saat
ini sebagian besar proses fnishing
dilakukan dan dikerjakan dengan
menggunakan cat (coating) sebagai
bahan fnishing. Sebenarnya furniture
fnishing mempunyai cakupan yang lebih luas. Ada banyak proses fnishing
untuk mebel yang dikerjakan dengan menggunakan bahan-bahan selain
cat, dan ada banyak proses-proses pekerjaan lain yang bukan merupakan
pengecatan tetapi juga merupakan proses fnishing. Proses fnishing untuk
mebel bisa berupa: pengamplasan, pengecatan, pemolesan, penggosokan dan
pengerjaanpengerjaan yang lain yang diperlukan.
Bagaimana proses fnishing dikerjakan sangat tergantung pada penampilan
akhir dan kualitas fnishing yang diinginkan. Beberapa produk mebel
menghendaki suatu fnishing yang kompleks yang akan membutuhkan
pelapisan bahan fnishing yang berulang kali dengan bahan-bahan fnishing
khusus dan bahkan membutuhkan alat-alat khusus untuk aplikasinya.
Sedangkan produk-produk mebel yang lain cukup dengan fnishing yang
simple, hanya membutuhkan lapisan bahan fnishing yang tipis dan dapat
diaplikasikan dengan cara yang sederhana atau bahkan ada produk mebel
508
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
yang cukup diamplas atau dipolish saja tanpa menggunakan bahan fnishing
sama sekali.Finishing merupakan proses yang akan membentuk penampilan
dari suatu produk mebel. Finishing dapat membuat suatu mebel menjadi
kelihatan bersih, halus, rata seperti barang yang baru, fnishing dapat juga
membuat suatu mebel kelihatan kotor, antik, kuno seperti barang yang sudah
berusia ratusan tahun, fnishing dapat membuat permukaan mebel menjadi
rata atau permukaan mebel menjadi tidak rata, bertekstur, dan retak-retak,
fnishing dapat dibuat dengan lapisan flm yang tipis sekali atau lapisan flm
yang tebal sekali. Jadi fnishing mempunyai variasi yang sangat banyak, dari
yang paling sederhana dengan alat-alat dan bahan-bahan yang sederhana
sampai dengan yang paling kompleks yang membutuhkaan alat-alat dan
bahan-bahan fnishing yang khusus. Demikian juga dengan bahan-bahan
fnishing terdiri dari banyak jenis dan macamnya mulai dari yang bahan-
bahan yang murah sampai bahan-bahan yang mahal yang membutuhkan
alat-alat khusus untuk aplikasinya.
Wood fnishing
Wood fnishing adalah proses pengecatan pada kayu atau produk olahan
kayu. Wood fnishing merupakan istilah yang sangat dekat dengan furniture
fnishing. Seringkali saat kita menyebutkan istilah wood fnishing yang
tergambar di dalam otak kita adalah furniture fnishing dan sebaliknya.
Hal yang sangat masuk akal karena dari dulu saat manusia mengenal mebel
sampai sekarang, kayu merupakan bahan baku utama untuk membuat
meubel. High end furniture yang membutuhkan fnishing yang bagus dan
membutuhkan sentuhan seni hampir semuanya dibuat dari kayu atau produk
olahannya. Meskipun saat ini telah banyak juga produk mebel yang dibuat
dari bahan baku selain kayu misalnya seperti rotan, plastik, logam atau
bahkan resin, tetapi pengetahuan dan keahlian fnishing untuk kayu masih
merupakan dasar utama yang sangat penting untuk bisa menguasai dan
mendalami furniture fnishing.
Sebenarnya ada juga proses yang merupakan wood fnishing yang bukan
furniture fnishing karena kayu banyak juga dipakai untuk bahan baku
membuat produk-produk selain furniture product, seperti fooring parquet,
wall panelling, decking, dan lain-lainnya. Proses fnishing untuk kayu untuk
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
509
produk-produk tersebut secara teknik sangat mirip dengan dengan prinsip-
prinsip untuk proses fnishing meubel yang terbuat dari kayu, kecuali bahwa
untuk furniture fnishing selain kemampuan yang menyangkut teknik juga
dibutuhkan sentuhan seni. Yang harus selalu diingat adalah bahwa kayu
merupakan produk alam yang sangat unik, maka pengetahuan mengenai
jenis-jenis kayu dan sifat-sifatnya merupakan hal yang sangat penting dalam
mempelajari wood fnishing dan juga furniture fnishing.
Fungsi yang harus dipenuhi oleh furniture fnishing
Finishing pada mebel harus dapat memenuhi 2 fungsi, yaitu fungsi
keindahan dan fungsi perlindungan. Yang dimaksud dengan fungsi
keindahan adalah bahwa suatu fnishing harus dapat membuat suatu produk
mebel menjadi indah dan menarik bagi orang yang mau memakainya,
sedangkan yang dimaksud dengan fungsi perlindungan adalah bahwa
suatu fnishing yang dari suatu produk mebel harus dapat memberikan
perlindungan sehingga mebel tersebut dapat menjalankan fungsinya sebagai
perlengkapan dalam suatu rumah atau ruangan.
Fungsi perlindungan dari fnishing
Pada jaman dulu saat pertama kali orang
mengenal fnishing untuk furniture,
fungsi utamanya adalah untuk bisa
memberikan perlindungan sehingga
produk mebel tersebut dapat bisa
digunakan lebih lama. Sampai sekarang
tentu saja furniture fnishing masih tetap
diharapkan untuk dapat memberikan
perlindungan yang cukup. Furniture
fnishing harus cukup kuat sehingga
produk furniture itu dapat menjalankan
fungsinya sebagai alat-alat untuk rumah
tangga. Kekuatan yang diharapkan
oleh suatu produk furniture sangat
tergantung dari kegunaan dari produk
tersebut. Misalnya suatu fnishing untuk
510
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
produk outdoor furniture diharapkan dapat tahan terhadap cuaca udara luar
seperti: panas, dingin, hujan. Finishing untuk indoor furniture seperti: bed
room set harus bisa membuat produk meubel itu dapat dibersihkan dengan
mudah dan bisa digunakan tanpa mengotori pakaian atau benda yang
diletakkandiatasnya.
Suatu fnishing untuk kitchen cabinet atau dinning set harus cukup kuat
dan mudah dibersihkan kalau kena kotoran seperti saus kecap, minyak atau
makanan-makanan yang lain. Finishing untuk suatu kids furniture atau toys
tentu saja harus aman dan bebas racun sehingga tidak mengganggu kesehatan
anak-anak yang memakainya.
Fungsi keindahan dari fnishing
Pada perkembangan berikutnya ternyata fnishing juga berfungsi untuk
memberikan keindahan pada suatu produk mebel. Semakin berkembangnya
dan maju suatu peradaban maka kebutuhan terhadap nilai keindahan dan
seni ini menjadi semakin penting. Suatu produk mebel sekarang ini tidak
hanya dilihat dari fungsinya saja, tetapi semakin lama semakin dibutuhkan
untuk dapat memenuhi selera dari pemakainya. Fungsi estetika dari fnishing
ini pada saat ini menjadi semakin diperlukan bagi suatu produk furniture.
Pada saat ini dimana teknologi dan informasi mengenai pembuatan mebel
sudah menyebar dan dikuasai oleh sebagian besar pelaku industri mebel,
maka fungsi suatu produk mebel hampir sudah dapat dipenuhi oleh semua
produk mebel yang ditawarkan ke pasar. Pada kondisi ini maka kunci untuk
menarik pembeli adalah dengan memberikan design dan model yang bisa
menarik dan cocok dengan selera para pembeli.
Karena itulah maka saat ini telah berkembang berbagai macam model
dan desain produk meubel seperti: model klasik, model antic, model
kontemporer, model minimalis dan lain-lain. Untuk melengkapi desain
mebel tersebut maka suatu produk mebel membutuhkan suatu penampilan
fnishing yang sesuai dengan model-model tersebut. Seiring dengan hal
tersebut berkembang pula berbagai macam model fnishing menyesuaikan
dengan perkembangan model mebel tersebut misalnya fnishing gaya antik,
fnishing gaya klasik, simple fnish, natural fnish, dan lain-lainnya. Sebagai
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
511
departemen terakhir dalam proses pembuatan meubel maka proses fnishing
harus bisa menyesuaikan dengan model meubel yang sudah ada untuk bisa
menghasilkan suatu produk mebel yang menarik dan disukai oleh banyak
orang yang akan membelinya.
Salah satu jenis fnishing yang ada adalah fnishing politur dengan
menggunakan bahan dasar selak. Bagaimana cara mengamplas yang efektif
dan efsien namun mendapatkan kwalitas yang baik dan bagaimana pula
langkah- langkah dalam aplikasi fnishing polituragar mendapatkan hasil
akhir politur yang baik?
Inilah yang akan kita bahas bersama!
Untuk memudahkan dalam memahami akan saya bagi dalam dua
bahasan,yaitu;
1. Pengamplasan yang baik dan benar
2. Langkah kerja fnishing politur
Pengamplasan
Pengampalasan atau penghalusan
permukaan media kerja merupakan
salah satu bagaian dari proses
sanding yang memiliki peranan
sangat penting dalam proses
fnishing. Sehingga hal ini
merupakan suatu pekerjaan yang
perlu mendapat perhatian kusus
dalam dunia industri meubel dan
handy craf. Fungsi pengamplasan
atau penghalusanpermukaan media
kerja yaitu pondasi pada tahapan
fnishing yang dapat menentukan
keindahan dan kekuatan pada hasil fnishing.
512
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Untuk mendapatkan hasil amplasan yang baik dan benar perlu diperhatikan
beberapa hal dibawa ini:
1. Karakter permukaan kayu
2. Jenis Produk meubel dan handy craf
3. Macam- macamjenis mesin amplas dan penggunaannya
4. Ukuran ketajamam atau tekstur kertas amplas
5. Cara mengamplas yang benar.
Karakter permukaan kayu
sebelum menghaluskan
permukaan bidang kerja perlu
kita perhatikan bahan dasar
yang digunakan, apakah jenis
kayunya? Jati, mahogani, mindi,
durian atau bahkan meh dan lain
sebagainya. Bagaimana tingkat
kekeringan kayu tersebut?
Masing-masing memiliki sifat
yang berbeda yang disebabkan
struktur dan serat yang dimiliki.
Hal ini berpengaruh pada
hasil ketaman, terutama pada
tingkat kehalusan permukaan
setelah diketam atau diplaner.
Selain hal ini juga dipengaruhi
oleh faktor tingkat kekeringan.
Kayu yang baik untuk dibuat
produk meubel dan handy craf adalah kayu yang hanya mengandung kadar
air sekitar 6% sampai dengan 10%. Pada satu sisi memiliki keunggulan
tidak terlalu besar mengalami perubahan pada cuaca yang berbeda, sehingga
tidak mudah pecah dan disisi lain memudahkan dalam proses penghalusan
permukaan. Baik penghalusan dengan ketam maupun peningkatan kehalusan
melalui pengamplasan.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
513
Pada tahapan penghalusan permukaan dengan ketam atau planer ternyata
belum mampu medapatkan tingkat kehalusan yang dapat langsung di
fnishing, masih meninggalkan bulu sisa-sisa ketaman yang tak mampu
dipangkas oleh ketajaman pisau ketam, sehingga perlu diamplas.
Menggunakan amplas yang bagaimana untukmemangkas bulu sisa ketaman
dan meningkatkan kehalusan permukaan kayu tersebut? Hal ini kita
sesuaikan dengan sifat kayu dan grit atau tingkat ketajaman kertas amplas
yang ada.
Jenis meubel dan
handy craf
selain kayu sebagai bahan
dasar pembuatan meuble
dan handy craf yang
harus kita perhatikan,
jenis meubel dan handy
craf juga perlu kita
perhatikan. Dalam hal
ini meubel dan handy
craf dibedakan menjadi
dua yaitu: meubel
dan handy craf yang
memiliki ukiran atau
514
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
meubel dan handy craf yang tanpa menggunakan ukiran. Bentuk permukaan
ada yang cekung, cembung maupun datar. Masing masing karakter yang
dimiliki perlu adanya perlakuan yang berbeda dari masing masing karakter
yang dimiliki. Dengan memahami keadaan ini kita dapat menentukan
penggunaan amplas yang tepat dan teknik pengamplasan atau penghalusan
permukaan secara efektif dan efsien.
Macam-macam jenis mesin amplas dan penggunaannya.
Di bawah ini merupakan beberapa contoh mesin amplas, masing- memiliki
fungsi menghaluskan permukaan kayu. Dalam pemakaiannya tentu
disesuaikan dengan bidang yang hendak diamplas, ada yang fungsinya untuk
menghaluskan bidang datar dan ada yang digunakan untuk menghaluskan
didang lengkung, bahkan ada yang fungsinya untuk menghaluskan bagian
libang, semisal lobang yang terdapat pada ukiran krawangan.
UkuranKetajaman atau tekstur Amplas
Bahan amplas yang digunakan ada dua jenis yaitu amplas yang menggunakan
media kertas, bahan yang digunakan silikon carbide pada umumnya
digunakan untuk mengamplas besi dan menggunakan media kain, terbuat
dari partikel batu granit. Kedua jenis amplas ini memiliki tingkat ketajaman
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
515
yang berbeda, yatu mulai dari
amplas yang paling kasar hingga
amplas paling halus.Pada kertas
amplas terdapat nomor, nah nomor
tersebut berkisar dari angka 1
sampai 3000, yang menandakan
tingkat kehalusan dari amplas
tersebut, cara membacanya angka
1 merupakan amplas kasar, dan
amplas 3000 merupakan amplas
super halus.
Namun pada realita di lapangan,
jenis angka yang beredar biasanya
dimulai dari angka 100 sampai
1000, akan sangat jarang sebuah
toko mensuply stock amplas
dengan tingkat kehalusan yang
berurutan, biasanya sebuah toko
bangunan atau toko cat akan
memiliki stock amplas dengan
kelipatan 100, 200, 300, 400, 600,
800, 1000, 1500 ini adalah contoh
ukuran amplas besi yang banyak
dijual dipasaran.
Untuk amplas kayu, cara membaca
ukurannya tidak jauh berbeda. Tingkat kehalusan yang banyak dijual
dipasaran untuk amplas kayu biasaya adalah 40, 60, 80, 100, 150, 220, 300,
400, dan 500. Ukuran amplas nomor 40 sangat kasar, dan ukuran amplas
nomor 500 halus.
Cara Mengamplas yang Benar
Tahapan yang harus dijalankan untuk mendapatkan hasil amplasan yang
baik , efektif dan efsien adalah sebagai berikut:
516
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Kontrol produk yang akan diamplas
Kontrol produk yang hendak diamplas, baik itu konstruksinya, sisa-
siasa lem yang tak sempurna, jenis kayu dan keadaan kadar air yang
terkandung, intensitas kehalusan hasil ketaman maupun ukiran serya
jenis kayunya. Hal ini untuk menentukan jenis amplas, ukuran ketajaman
amplas dan alat yang hendak digunakan. Gunakan bahan amlpas dan alat
sesuai dengan kondisi bidang yang dikerjakan.
Pilih bagian yaang harus diamplas terlebih dahulu
Pemilihan bagian bidang yang hendak diamplas berdasarkan posisi.
Tahap awal amplaslah bagian bawah atau bidang yang berada pada bagian
yang tidaak mudah terlihat, seperti bagian bawah serampat kursi , laci dan
lainnya.
Lanjutkan pada bidang bidang berukir apabila bidang amplas memiliki
ukiran.Perhatikan dan dahulukan bagian yang rumit baru kemudian
bagian yang lebih mudah.
Tahap akhir bagian yang paling mudah terlihat secara langsung. Hal ini
agar tidak ada yang ketinggalan dalam proses pengamplasan.
Pilih alat dan bahan amplas sesuai tahapan dan karakter produk yang
hendak diamplas

Kebijakan memilih alat dan ukuran ketajaman amplas juga menentukan
hasil akhir dari proses pengamplasan, baik dari sisi kwantity atau jumlah
hasil dan kwality atau tingkat kehalusan permukaan.
Gunakan teknik yang benar dalam mengamplas
Cara mengamplas yang benar yaitu menggerakkan amlpas searah dengan
pola serat kayu, dengan kata lain tidak melintang. Mengamplas secara
melintang akan meninggalkan goresan yang dapat merusak keindahan
permukaan bidang kerja, terutama setelah difnishing goresan tersebut
akan kelihatan semakin jelas.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
517
Gunakan amplas yang memiliki tingkat ketajaman atau tektur yang
paling kasar sesuai dengan tingkat kehalusan hasil ketaman dan
bertahap gunakan tekstur amplas yang lebih halus. Hal ini bisa terjadi
menggunakan kertas amplas dengan ukuran atau grit 2000, yaitu ukuran
amplas yang paling halus. Namun ini disesuaikan kondisi bidang yang
diamplas dan juga jenis fnishing yang dilakukan.
Pada bidang berukir, perhatikan bentuk ukiran, amplaslah searah dengan
pola ukiran. Lakukan secara teliti dan hati-hati, jangan sampai merubah
karakteristik ukiran, semisal; bentuk yang runcing atau tajam diupayakan
supaya tetap tajam , bentuk yang cembung atau cekung juga jangan
sampai berubah menjadi datar.
Pada bidang datar bisa menggunakan mesin amplas yang memiliki
permukaan datar, baik itu model setrika atau silinder, hal ini dapat
mempercepat kerjaan. Gerakan mesin amplas searah serat kayu
dengan menekan mesin amplas sesuai dengan kapasitas mesin. Jangan
pernah memaksakan mesin amplas diluar kapasitasnya, hal ini dapat
mengakibatkan kerusakan pada mesin dan mengakibatkan keborosan
bahan amplas.
Gunakan gerenda pada bidang cekung maupun cembung secara hati-
hati, sesuaikan ukuran amplasnya dengan kehalusan sisa ketaman, jangan
sampai mengalami ofer sanding atau meninggalkan goresan yang dapat
mengganggu keindahan.
Gunakan kaca jernih ukuran ketebalan 2mm untuk memangkas sisa
ketaman yang sulit dipangkas dengan amplas. Dalam menghaluskan sisa
ketaman dengan kaca usahakan secara hati-hati, sehingga tidak merusak
permukaan kayu.
Kontrol kembali pekerjaan yang sudah diselesaikan secara seksama,
amplas ulang bagian yang belum teramplas maupun sudah teramplas
namun belum mampu memenuhi standart yang diharapkan hingga
mampu memenuhi standart yang ditentukan tersebut.
518
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Catatan:
1. Simpanlah amplas pada tempat yang kering dan tidah lembab agar terjaga
kwalitas ketajaman dan tidak mudah rusak.
2. Gunakan masker saat bekarja demi kesehatan dan keselamatan kerja.
a. Debu sisa pengamplasan, terutama adanya unsur obat yang digunakan
untuk melindungi kayu dari serangan hama yang terbuat dari bahan
kimia dapat mengakibatkan sakit paru-paru
b. Lebih fatal dapat mengakibatkan fek paru-paru pada bayi.
519
b. Teknik fnishing polistur
TEKNIK FINISHING
POLISTUR
By Drs Suharto
Sekilas tentang polistur
Penggunaan polistur dimulai th 1630 di India.
Bahan berasal dari selak (shelac) sejenis insek,
kutu lak yang bernama laccifer kerr.
Hasil finishing polistur lebih indah dibanding
finishing kuna lainnya, seperti penggunaan air
hati pohon pisang yang dicampur dg minyak
tembakau dan pinang.
Pengerjaan finishing polistur tidak sulit.
Penggunaan polistur dimulai th 1630 di India.
Bahan berasal dari selak (shelac) sejenis insek,
kutu lak yang bernama laccifer kerr.
Hasil finishing polistur lebih indah dibanding
finishing kuna lainnya, seperti penggunaan air
hati pohon pisang yang dicampur dg minyak
tembakau dan pinang.
Pengerjaan finishing polistur tidak sulit.
520
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Manfaat Polistur
Disamping melapisi dan mengkilapkan
permukaan kayu, juga memperindah dan
mempertajam pola serat kayu.
Mengurangi reaksi kayu terhadap suhu dan
kelembaban sekitarnya.
Mampu memberikan keindahan warna yang
tercipta.
Melindungi kayu dari serangan cendana/
jamur dan terhindar dari pelapukan .
Disamping melapisi dan mengkilapkan
permukaan kayu, juga memperindah dan
mempertajam pola serat kayu.
Mengurangi reaksi kayu terhadap suhu dan
kelembaban sekitarnya.
Mampu memberikan keindahan warna yang
tercipta.
Melindungi kayu dari serangan cendana/
jamur dan terhindar dari pelapukan .
Bahan Polistur
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
521
Selak / shelac / sirlak terbuat dari sekresi kutu lak
(Laccifer Kerr) yg hidupnya parasitis pada tumbuhan
tertentu.
Hasil sekresi tersebut dikeluarkan di sekeliling badan
kutu sebagai proteksi .
Berasal dari India dan dikembangkan di Yogyakarta dan
Probolinggo yang dibudidayakan pada pohon kesambi
(schleisbera oleosa merr) dan akasia (accasia villosa
wild) sera serta ploso (butea monosperma) dan widara
(zizyphus jujuba lam).
Selak diproduksi di Probolinggo, dari seedlak dihasil-kal
serlak kuning, dari pencucian selak kuning ber-bentuk
serpihan dan selak putih berbentuk batangan.
1.Selak/ Sirlak
Selak / shelac / sirlak terbuat dari sekresi kutu lak
(Laccifer Kerr) yg hidupnya parasitis pada tumbuhan
tertentu.
Hasil sekresi tersebut dikeluarkan di sekeliling badan
kutu sebagai proteksi .
Berasal dari India dan dikembangkan di Yogyakarta dan
Probolinggo yang dibudidayakan pada pohon kesambi
(schleisbera oleosa merr) dan akasia (accasia villosa
wild) sera serta ploso (butea monosperma) dan widara
(zizyphus jujuba lam).
Selak diproduksi di Probolinggo, dari seedlak dihasil-kal
serlak kuning, dari pencucian selak kuning ber-bentuk
serpihan dan selak putih berbentuk batangan.
2.Spiritus
Berfungsi sebagai pelarut selak, berwarna biru.
Warna biru, tergolong ethil alkhohol (ethanol), tak
dapat dimakan (edible).
Spiritus yg baik hanya mengandung air 0,5%.
Spiritus biru untuk melarutkan selak kuning.
Alkohol putih tanpa dibirukan untuk melarutkan
selak putih.
Spiritus terbuat dari tetes tebu.
Berfungsi sebagai pelarut selak, berwarna biru.
Warna biru, tergolong ethil alkhohol (ethanol), tak
dapat dimakan (edible).
Spiritus yg baik hanya mengandung air 0,5%.
Spiritus biru untuk melarutkan selak kuning.
Alkohol putih tanpa dibirukan untuk melarutkan
selak putih.
Spiritus terbuat dari tetes tebu.
522
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Cara pemilihan spiritus yang baik
Organoleptik Organoleptik
Instrumentik Instrumentik
Organoleptik Organoleptik
Instrumentik Instrumentik
Organoleptik
Ambil dua mangkok kecil, masing masing isi
spiritus yang berbeda merek, atau pada salah
satu mangkok tambahkan air 10%.
Masukkan kedua jari secara bersamaan, lalu
usapkan cedua jari pada lengan kiri secara
bersamaan.
Pada salah satu yang cepat mengalami
penguapan, maka itulah yang terbaik.
Ambil dua mangkok kecil, masing masing isi
spiritus yang berbeda merek, atau pada salah
satu mangkok tambahkan air 10%.
Masukkan kedua jari secara bersamaan, lalu
usapkan cedua jari pada lengan kiri secara
bersamaan.
Pada salah satu yang cepat mengalami
penguapan, maka itulah yang terbaik.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
523
instrumentik
Menggunakan instrumen pengukur alkohol yg
disebut alkohol meter.
Alkohol meter akan menunjukkan prosentase
kadar alkohol spiritus yang kita ukur.
Lebih tepat menggunakan instrumen berat jenis
dan cocokan dg tabel kelompok alkohol.
Akan kita temukan berat jenis atauspesifik
grafity- nya adalah 0,791 kg/l
Berat jenis yg tinggi tidak baik, karena
penguapannya lambat, hasil polistur kurang
gilap / mengkilat.
Menggunakan instrumen pengukur alkohol yg
disebut alkohol meter.
Alkohol meter akan menunjukkan prosentase
kadar alkohol spiritus yang kita ukur.
Lebih tepat menggunakan instrumen berat jenis
dan cocokan dg tabel kelompok alkohol.
Akan kita temukan berat jenis atauspesifik
grafity- nya adalah 0,791 kg/l
Berat jenis yg tinggi tidak baik, karena
penguapannya lambat, hasil polistur kurang
gilap / mengkilat.
3. Pewarna Polistur
Pewarna larut dalam air
Naptul
Teres (pewarna makanan)
Tepung pigmen (Jelaga untuk warna hitam, oker
untuk warna kuning kecoklatan, daocu untuk warna
merah maron
Pewarna larut dalam non air
Pewarna larut minyak / solvent, misalnya tepung cat
dg berbagai waarna.
Migrosir yg berwarna merah
Malachite yg berwarna hijau
Bahan dyerstuff berbahan aniline
Pewarna larut dalam air
Naptul
Teres (pewarna makanan)
Tepung pigmen (Jelaga untuk warna hitam, oker
untuk warna kuning kecoklatan, daocu untuk warna
merah maron
Pewarna larut dalam non air
Pewarna larut minyak / solvent, misalnya tepung cat
dg berbagai waarna.
Migrosir yg berwarna merah
Malachite yg berwarna hijau
Bahan dyerstuff berbahan aniline
524
Panduan Pelatihan untuk Pengrajin Mebel
Wood Filler dan Parapin
Wood filler merupakan bahan yang berfungsi
menutup pori- pori pada permukaan kayu.
Gunakan wood filler yang larut dalam air atau
biasa disebut Water base
Parapin atau biasa disebut lilin.
Untuk membuat dempul dapat direbus hingga
cair, lalu tambahkan oker sesuai warna kayu.
Juga bisa di tambah pewarna yang sesuai.
Wood filler merupakan bahan yang berfungsi
menutup pori- pori pada permukaan kayu.
Gunakan wood filler yang larut dalam air atau
biasa disebut Water base
Parapin atau biasa disebut lilin.
Untuk membuat dempul dapat direbus hingga
cair, lalu tambahkan oker sesuai warna kayu.
Juga bisa di tambah pewarna yang sesuai.
4. Perlengkapan polistur
Kuas
Pilih kuas yang berbulu halus.
Tidak meninggalkan bekas
Kuas yg baik, ujung bulunya bercabang dua atau
tiga.
Kaos perca
Terbuat dari bahan katun / kapas
Dengan penyerapan yang baik kaos tidak terlalu
sering mencelup.
Kuas
Pilih kuas yang berbulu halus.
Tidak meninggalkan bekas
Kuas yg baik, ujung bulunya bercabang dua atau
tiga.
Kaos perca
Terbuat dari bahan katun / kapas
Dengan penyerapan yang baik kaos tidak terlalu
sering mencelup.
Bayuni Shantiko dan Herry Purnomo
525
SISTEM POLISTUR NATURAL BENING
PENGISIAN PORI- PORI
Gunakan Wood filler jenis water base
Amplas dg no. 80= 180 15 menit setelah
amplas halus
PELAPISAN PENDASARAN I
Pelapisan dengan polistur,gunakan kuas/ kaos.
Amplas dg 120=200 20 menit
amplas dengan cara basah/kering
PELAPISAN AKHIR / TOP COAT
Pelapisan dengan polistur sangat cair, gunakan kaos/ kain perca
(pop/ bal) hingga gilap
PENGISIAN PORI- PORI
Gunakan Wood filler jenis water base
Amplas dg no. 80= 180 15 menit setelah
amplas halus
PELAPISAN PENDASARAN I
Pelapisan dengan polistur,gunakan kuas/ kaos.
Amplas dg 120=200 20 menit
amplas dengan cara basah/kering
PELAPISAN AKHIR / TOP COAT
Pelapisan dengan polistur sangat cair, gunakan kaos/ kain perca
(pop/ bal) hingga gilap
Selamat mencoba!!
MATURNUWUN MATURNUWUN
Selamat mencoba!!
FRK - IFJ
Penelitian riset aksi (action research) rantai nilai mebel (Furniture Value Chain Project-
FVC) 2008-2013, yang didanai oleh Australian Centre for International Agricultural
Research (ACIAR) mencakup rangkaian refeksi, perencanaan, tindakan dan pemantauan
yang dilakukan berulang. Pelatihan merupakan bagian dari "Tindakan" dengan tujuan
untuk meningkatkan keterampilan pengrajin, khususnya yang terkait dengan produksi,
pengorganisasian bisnis, dan pemasaran.
Tema pelatihan ditentukan secara partisipatif dengan melibatkan pengrajin. Setelah
mengikuti pelatihan mereka melihat bisnis mebel dengan pola pikir yang lebih
progresif. Bekal pemahaman dan pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam bisnis
dan ditularkan kepada sesama pengrajin. Panduan pelatihan ini disusun berdasarkan
kumpulan materi pelatihan yang diselenggarakan oleh proyek FVC yang dilakukan oleh
CIFOR, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Balitbanghut) Kementerian
Kehutanan, dan Fakultas Kehutanan Instititut Pertanian Bogor (IPB). Panduan ini dapat
dijadikan rujukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka pengembangan
kapasitas pengrajin mebel di Indonesia. Panduan ini terdiri dari empat bagian yaitu
manajemen dan organisasi, pemasaran, produk hijau, serta mutu dan desain mebel.
cifor.org/furniture
cifor.org blog.cifor.org
Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (CIFOR)
CIFOR memajukan kesejahteraan manusia, konservasi lingkungan dan kesetaraan
melalui penelitian yang membantu membentuk kebijakan dan praktik kehutanan di
negara berkembang. CIFOR adalah anggota Konsorsium CGIAR. Kantor pusat kami
berada di Bogor, Indonesia, dengan kantor wilayah di Asia, Afrika dan Amerika Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan oleh CIFOR sebagai bagian dari Program
Penelitian CGIAR pada Hutan, Pohon dan Wanatani (CRP-FTA).
Program kolaboratif ini bertujuan untuk meningkatkan pengelolaan
dan pemanfaatan hutan, wanatani, dan sumber daya genetis pohon
yang mencakup lanskap dari hutan sampai ke lahan budidaya.
CIFOR memimpin CRP-FTA melalui kemitraan dengan Bioversity
International, CIRAD, International Center for Tropical Agriculture dan
World Agroforestry Centre.

Anda mungkin juga menyukai