Anda di halaman 1dari 6

PSIKOLOGI AGAMA

1. Pengertian dan Sejarah Perkembangan Psikologi Agama


A. Pengertian Psikologi Agama
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa psikologi agama termasuk
pesikologi khusus yang mempelajari sikap, cara seseorang berfikir, bersikap,
bereaksi dan bertingkah laku, tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya,
karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.
Lihat saja bagaimana kenyataan ini dapat kita amati ketika seseorang
masuk ke rumah ibadah, misalnya.
Seorang yang menganut keyakinan Islam akan terlihat menunjukkan
sikap hormat ketika masuk ke mesjid, ketimbang mereka yang menganut
keyakinan lain.
Memang diakui bahwa untuk mengemukakan definisi secara tegas
mengenai psikologi agama agak sulit, karena selain disiplin ilmu ini mencakup
bidang kajian yang berlainan maupun gama merupakan persoalan yang
abstrak.
Psikologi agama membatasi lapangan penelitiannya pada proses kejiwaan
manusia yang dihayati secara sadar dalam kondisi yang normal. Manusia yang
memiliki norma-norma kahidupan yang luhur dan berperadaban .
Psikologi agama hanya mampu meneliti mengenai bagaimana sikap batin
seseorang terhadap keyakinan kepada uhan, hari kemudian, dan masalah
ghaib lainnya. !uga bagaimana keyakinan tersebut mempengaruhi penghayatan
batinnya, sehingga menimbulkan berbagai perasaan seperti tenteram, tenang,
pasrah dan sebagainya.
Menurut "akiah #arajat, kesadaran beragama (religious conciousnes)
adalah aspek mental dari kati$itas agama. %spek inimerupakan bagain&seni
agama yang hadir 'terasa( dalam pikirand an dapat diuji melalui instropeksi.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman agama 'religious experience)
adalah unsur perasaan dalam kesadaran agama, yaitu perasaan yang membawa
kepada keyakinan yang dihasilkan dalam tindakan 'amaliyah( nyata.
Secara indi$idual, baik kesadaran agama maupun pengalaman agama
dapat mempengaruhi seseorang. )ita dapat lihat bagaimana seseorang mampu
hidup tenang, sabar, dan bahagia sebagai refleksi dari keyakinan agamanya.
)eluar dari sikapnya sifat sederhana, suka menolong, berbudi luhur, cinta
kepada sesama makhluk dan sebagainya sebagai cerminan sikap agamanya.
B. Sejarah Perkembangan Psikologi Agama
*alaupun secara formal pembahasan tentang psikologi agama di dunia
imur 'Islam( sama sekali tidak ditemukan, hal ini bukan berarti pada masa itu
psikologi agama belum dibicarakan sama sekali.
Ibnu %rabi sudah membahas psikologi empiris, sifat-sifat dan fungs-
fungsi jiwa, dan teori tentang mimpi yang banyak diungkapkan oleh Sigmund
+reud. *alaupun pembicaraan mengenai butir-butir psikologis tersebut sangat
lekat dengan penghayatan sufistiknya, namun hal itu jelas mempunyai arti
sangat penting bagi kajian psikologi agama dan kesehatan mental.
)esehatan mental yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan psikologi agama, juga banyak dibahas oleh para ilmuan muslim. #ari
uraian di atas, tampak bahwa para ilmuan muslim masa silam sudah banyak
menyinggung bahasan tentang psikologi agama, kesehatan mental dan
tentunya tasauf. Setidaknya, mereka telah berhasil meletakkan dasar-dasar
psikologi agama dan kesehatan mental.
#i Idonesia sendiri tulisan mengenai psikologi agama mulai diminati
orang bahkan dengan memperhatikan nilai manfaatnya bagi dunia pendidikan
psikologi agama telah dimasukkan dalam materi pendidikan di fakultas-
fakultas di lingkungan perguruan tinggi agama.
2. Metode Penelitian dan Sumber i!a Agama
A. Metode Penelitian
Sebagai disiplinilmu yang otonom maka psikologi sagama juga memiliki
metode penelitian ilmiah kajian dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta
berdasarkan data yang terkumpul dan dianalisi secara objektif .
%gar penelitian mengenai agama dapat dilakukan lebih etral dalam arti
tidak memihak kepada suatu keyakinan atau menentangnya masih diperlukan
adanya sikap yang objetif makanya dalam penelitian psikologi agama perlu
diprhatikan diantara lain ,
-( Memiliki kemampuan dalam meneliti kehidupan dan kesadaran
batin manusia.
/( Memiliki keyakinan bahwa segala bentuk pengalaman dapat
dibuktikan secara empiris.
0( #alam penelitian harus bersikap filosofis-spritualistis.
1( idak mencampuradukkan antara fakta dengan angan-angan atau
perkiraan khayali.
2( Mengenal dengan baik masalah-masalah psikologi dan metodenya.
3( Memiliki konsep mengenai agama serta mengeahui metode-
metodenya.
4( Menyadari tentang adanya perbedaan antara ilmu dan agama.
Maka dalam menafsir fakta yang ada ia memasukkan konsep-konsep
yang sejalan dengan keyakinannya. Pengaruh keyakinan tadi paling tidak akan
cenderung membawa kesimpulan yang bersifat subjektif. #an akan lebih parah
lagi kalau kesimpulan tersebut bersifat mencela terhadap sesuatu keyakinan
agama.
#alam meneliti psikologi agama menggunakan sejumlah metode, yang
antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut ,
1. "okumen Pribadi (Personal Document)
Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang bagaimana
pengalaman dan kehidupan batin seseorang dalam hubungannya dengan
agama. 5ntuk memperoleh informasi mengenai hal dimaksud maka cara
yang ditempuh adalah mengumpulkan dokumen pribadi orang seorang.
#alam penerapannya metode dokumen pribadi ini dilakukan dengan
berbagai cara atau teknik-teknik tertentu. #iantara yang banyak
digunakan adalah ,
a. eknik 6omotbatic, digunakan untuk menarik kesimpulan
sejumlah dokumen yang diteliti.
b. eknik %nalisis 6ilai (value analysis)
c. eknik Idiography approach,
d. eknik Penilaian erhadap Sikap (Evaluation Attitudes
Tehnique).
2. Kuesioner dan !a!an#ara.
Metode ini dinilai memiliki beberapa kelebihan antara lain ,
-( #apat memberi kemungkinan untuk memperoleh jawaban yang
cepat dan segera.
/( 7asilnya dapat dijadikan dokumen pribadi tentang seseorang
serta dapat pula dijadikan data nomothatic.
Selain pertimbangan tersebut, metode ini juga mempunyai
kelemahan-kelemahan, seperti ,
-( !awaban yang diberikan terikat oleh pernyataan hingga
responden tak dapat memberikan jawaban secara lebih bebas.
/( Sulit untuk menyusun pertanyaan yang mengandung tingkat
rele$ansi yang tinggi, karena itu diperlukan keterampilan yang
khusus untuk itu.
0( )adang-kadang sering terjadi salah penafsiran terhadap
pertanyaan yang kurang tepat, dan tidak semua pertanyaan
sesuai untuk setiap orang.
1( 5ntuk memperoleh jawaban yang tepat, dibutuhkan adanya
jalinan kerjasama yang baik antara penanya dan responden. #an
kerjasama seperti itu memerlukan pendekatan yang baik dari si
penanya.
#alam penerapannya metode kuesioner dan wawancara dilakukan
dalam berbagai bentuk, antara lain ,
8ksperimen, eknik eksperimen digunakan untuk mempelajari
sikap dan tingkah laku keagamaan seseorang melalui
perlakuan khusus yang sengaja dibuat.
9bser$asi, melalui pendekatan sosilogi dan anthropologi
(Sociological and anthropological observation).
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sosiologi,
dengan mempelajari sifat-sifat manusiawi orang perorangan
atau kelompok.
Studi %gama berdasarkan pendekatan anthropologi budaya.
Pendekatan terhadap Perkembangan (Development Approach),
teknik ini digunakan untuk meneliti mengenai asal usul dan
perkembangan aspek psikologi manusia dalam hubungannya
dengan agama yang dianutnya.
Metode )linis dan Proyekti$itas 'linical !ethod and
"ro#ectivity Te$nique)
Penyembuhan dilakukan dengan cara menyelaraskan
hubungan, antara jiwa dengan agama.
Metode 5mum Proyekti$itas, berupa penelitian dengan cara
menyadarkan sejumlah masalah yang mengandung makna
tertentu.
%persepsi 6omotatik (%omothatic Apperception(. :aranya
dengan menggunakan gambar-gambar samar. Melalui gambar-
gambar yang diberikan diharapkan mereka yang diteliti dapat
mengenal dirinya.
Studi kasus (ase study)
7asil wawancara
Sur$ei
$.
B.
$.

Anda mungkin juga menyukai