Anda di halaman 1dari 13

I.

Latar Belakang Masalah


Pada saat sekarang ini banyak orang yang berlomba-lomba untuk mendirikan
lembaga pendidikan informal tau lebih dikenal dengan bimbingan belajar. Masing-
masing bimbingan belajar memiliki ciri tersendiri. Namun, jika kita lihat secara seksama
bimbingan belajar yang telah berdiri pada dasarnya sama saja untuk membantu siswa
belajar dan memecahkan permasalahan siswa dalam memahami materi pelajaran yang
ada dan dengan cara yang hampir sama.
Terkadang bimbingan-bimbingan belajar yang telah berdiri kurang memperhatikan
kemampuan masing-masing peserta didik yang berbeda. Mereka justru membagi siswa
ke dalam kela yang berbeda hanya berdasarkan biaya masuk bimbingan belajar tersebut.
Salah satu lembaga pendidikan informal yang memiliki ciri yang berbeda yaitu
bimbingan belajar Inten.
Bimbingan belajar Inten memiliki sebuah inovasi berupa sistem pembelajaran yang
terdapat didalamnya berbeda dengan bimbingan belajar lainnya. Inovasi ini terletak dari
sistem pembelajaran yang menekankan pada cara belajar siswa yang disesuaikan
dengan cara kerja otak siswa. Dalam inovasi ini, siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya tanpa memaksakan siswa untuk terus belajar dan
memahami suatu materi padahal mereka sudah tidak bisa memahami materi secara
maksimal. Sistem pembelajaran yang seperti ini belum ada di bimbingan belajar lainnya
terutama untuk siswa menengah atas.

II. Permasalahan
Dari latar belakang masalah yang ada maka di dapatkan beberapa permasalahan yang
dapat diangkat, yaitu:
1. Bagaimana pendapat masyarakat mengenai bimbingan belajar yang berkembang
saat ini?
2. Apakah inovasi yang ada dapat diterima dengan baik oleh masyarakat?
3. Apakah sistem pembelajaran dalam bimbingan belajar ini dapat disebut sebagai
inovasi?
4. Bagiamana cara untuk menyebarluaskan inovasi yang ada kepada masyarakat?
5. Apakah sistem belajar yang ada di bimbingan belajar Inten dapat berjalan efektif?
III. Pembatasan Masalah
Dari beberapa maslah yang diangkat maka penulis membatasi masalah pada nomor
3, 4, dan 5 yaitu mengenai alasan sistem pembelajaran yang diterapkan dapat disebut
inovasi, cara penyebarluasan dan hasil dari inovasi yang telah dijalankan.
IV. Tujuan
Tujuan dari mengangkat inovasi ini yaitu agar mengetahui bagaimana cara belajar
siswa sesuai dengan cara bekerja otak peserta didik.

V. Manfaat
Pembahasan mengenai inovasi ini penulis lakukan karena memiliki beberapa
manfaat, yaitu:
1. Sebagai referensi bagi pembaca mengenai inovasi dalam pendidikan.
2. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan informasi mengenai difusi inovasi
pendidikan
3. Bagi pemilik bimbingan belajar, makalah ini bermanfaat sebagai hasil analisis dari
inovasi yang diciptakan oleh bagi pemilik lembaga pendidikan informal tersebut.
VI. Tempat dan Waktu
Observasi mengenai difusi inovasi pendidikan ini kami lakukan dengan memilih
tempat di Bimbingan Belajar INTEN, Rawamangun Jakarta Timur. Observasi kami
laksanakan pada hari Kamis, 20 Mei 2010. Sumber data yang kami peroleh berasal dari
hasil wawancara kami dengan salah satu pengajar Inten yang mengetahui mengenai
Inten secara mendalam yaitu Bapak Jhony.


VII. Pembahasan
Inovasi
Inovasi merupakan sebuah ide atau gagasan, barang dan cara serta pemikiran
yang dianggap baru oleh orang atau masyarakat yang menerimanya, yang
mengandung nilai guna dan nilai tambah untuk masyarakat tersebut. Menurut
Rogers (1983), mengemukakan ciri-ciri atau karakteristik inovasi, yaitu :
A. Ciri-ciri inovasi
Keuntungan Relatif
Inovasi tersebut dianggap memiliki manfaat yang lebih baik. Inovator memiliki
gagasan tersebut karena pengalaman dimasa lalu dirasakan kurang efektif
sehingga diciptakanlah inovasi yang lebih bermanfaat dan lebih efektif. Manfaat
yang dirasakan dengan adanya inovasi berupa sistem pembelajaran yang lebih
menekankan pada cara kerja otak siswa maka siswa tidak merasa terbebani
ketika belajar, sehingga siswa akan lebih mudah memahami dan dapat belajar
secara efektif.

Kompleksitas
Inovasi ini dapat digunakan dengan mudah oleh adopter. Hal ini dapat dikatakan
mudah karena cara belajar yang mengikuti kemampuan siswa sehingga tidak
akan sulit dalam penerapannya. Bahkan inovasi ini merupakan solusi untuk
mempermudah cara belajar agar lebih efektif dan lebih mendalam.

Kompetibel
Inovasi yang ada dapat dikatakan sesuai dengan kebutuhan adopter. Karena
inovasi ini diciptakan untuk membantu siswa mengatasi masalah belajar agar
lebih mudah.




Dapat diuji coba
Inovasi ini sudah dapat diujicobakan selama beberapa periode. Hasil yang
diperoleh dapat dikatakan memuaskan karena tujuan yang diinginkn telah
tercapai dan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah belajar.

Dapat diamati
Inovasi yang ada dapat dibuktikan dengan adanya siswa yang berhasil dalam
memecahkan masalah belajar sehingga siswa tersebut dapat lulus dalam ujian
masuk perguruan tinggi.

B. Model pengambilan keputusan
Ada beberapa model pengambilan keputusan inovasi yaitu pembuatan
keputusan secara individu, pembuatan keputusan secara kolektif dan pembuatan
keputusan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Dari ketiga model ini, maka
tahap pengambilan keputusan yang digunakan yaitu pembuatan keputusan
secara kolektif. Dimana di dalam model ini, keputusan untuk mengadopsi inovasi
dibuat oleh para inovator dan pemimpin opini. Pemimpin opini memiliki peran ini
karena ketika inovator memiliki gagasan tersebut, inovator tidak bekerja sendiri
tetapi memiliki sebuah tim kerja yang berperan sebagai pemimpin opini.

C. Tahapan proses difusi inovasi
Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui atau dialami oleh seseorang
atau kelompok pengambil keputusan, mulai dari yang pertama kali tahu adanya
inovasi, kemudian dilanjutkan dengan membentuk sebuah sikap terhadap
inovasi, mengambil keputusan untuk menolak atau mengadopsi, implementasi
atau perwujudan dari inovasi serta konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang
telah diambilnya. Model keputusan inovasi secara konseptual terdiri atas lima
tahap, yaitu

Tahap pengetahuan
Pada tahap ini inovator beserta agen perubahan dan pemimpin opini
memberikan informasi mengenai bimbingan belajar dengan sistem pembelajaran
baru yang berbeda dengan bimbingan belajar lainnya yaitu belajar sesuai dengan
cara kerja otak. Informasi yang diberikan berupa pengenalan cara belajar yang
diterapkan dalam bimbingan belajar tersebut serta kelebihan dari cara belajar
yang diterapkan dalam bimbingan belajar tersebut. Dalam penyampaian
informasi ini pihak imbingan belajar menggunakan media massa sebagai alat
penyampai informasi tersebut. Media massa yang digunakan berupa brosur,
spanduk, internet.

Tahap persuasi
Setelah memberikan pengetahuan kepada masyarakat terutama peserta didik
mengenai cara belajar pada bimbingan belajar ini, selanjutnya peserta didik atau
adopter mulai meyakinkan untuk mengadopsi inovasi tersebut. Agar peserta
didik dapat lebih yakin untuk masuk ke dalam bmbingan belajar inten, biasanya
mereka mencari informasi kepada orang yang sudah pernah mengikuti
bimbingan belajar ini sebelumnya. Maka dari itu, saluran komunikasi yang
digunakan pada tahap ini yaitu saluran komunikasi interpersonal.

Tahap keputusan
Pada tahapan ini, para calon adopter sudah dapat memutuskan untuk menerima
inovasi yang ada atau tidak. Mereka dihadapkan kepada dua pilihan menerima
tau menolak. Semua hal itu, bergantung pada bagaimana informasi yang didapat.
Semakin jelas informasi yang didapat dan semakin banyak keuntungan dan
manfaat yang mereka dapatkan maka mereka akan menerima inovasi tersebut.
Pada kenyataannya pada tahap persuasi yang menggunakan saluran komunikasi
interpersonal dan melihat buktu yang ada sehingga banyak peserta didik yang
menerima dan menggunakan inovasi tersebut. Pada awal pembentukan inovasi
bimbingan belajar ini hanya menerima peserta didik sebanyak 43 siswa. seiring
dengan berjalannya waktu hingga 12 tahun maka peserta didik yang diterima
bertambah hingga 1200 siswa.

Tahap implementasi
Setelah banyaknya siswa yang memutuskan untuk mengikuti inovasi tersebut.
Pihak bimbingan belajar inten mengadakan placement test untuk menempatkan
siswa sesuai dengan kemampuan intelegensi yang dimilikinya. Setelah dilakukan
penempatan siswa mulai dibagi ke dalam beberapa kelas yang berisi maksimal 15
orang dengan tingkat intelegensi yang sama. Dengan begitu, siswa dapat belajar
sesuai dengan tingkat intelegensinya tanpa harus memaksakan otak untuk terus
bekerja. Hal ini merupakan inovasi berupa system pembelajaran mengenai cara
belajar yang lebih mudah karena cara belajar siswa disesuaikan dengan cara kerja
otak siswa itu sendiri. Sehingga siswa akan mudah memahami dan tidak merasa
terbebani disaat belajar.

Tahap konfirmasi
Pada tahap ini setelah menerapkan sistem pembelajaran tersebut. Adopter dapat
membuat keputusan untuk mengambil atau menolak inovasi selama periode
waktu yang tidak pasti. Setelah peserta didik merasakan manfaat dari inovasi
tersebut, maka peserta didik akan melanjutkan inovasi tersebut. Namun, jika
terjadi keraguan dalam diri peserta didik, maka ia dapat mencari informasi lebih
lanjut untuk mencari kepuasan. Jika masih tidak merasa puas maka ia akan
menolaknya. Tetapi pada kenyataannya di bimbingan belajar inten ini semua
peserta didik merasa senang dan puas karena tujuan yang diinginkan telah
tercapai.
D. Pemimpin opini
Pada lembaga bimbingan belajar inten, seseorang yang memimpin dalam
mempengaruhi opini orang banyak tentang inovasi disebut pemimpin opini.
Pemimpin opini tersebut merupakan 9 orang yang bergabung ketika inovator
mempunyai gagasan tersebut. Pemimpin opini pada lembaga ini dapat dikatakan
sebagai pemimpin opini Momomorphic, karena seseorang tersebut hanya dapat
membawa satu jenis topik saja dalam mempengaruhi orang lain untuk
mengadopsi inovasi tersebut yaitu topic mengenai system pembelajaran yang
akan menjadi suautu inovasi . Pemimpin opini akan mulai mempengaruhi
golongan masyarakat heterophily yang memiliki karekteristik yang berbeda.
Karakteristik pemimpin opini yang diharapkan yaitu memiliki kemampuan
berkomunikasi yang efektif, memiliki banyak akses, memiliki status sosial
ekonomi yang lebih tinggi, memiliki kesadaran yang tinggi akan adanya inovasi
dan inovatif serta mematuhi sistem norma yang berlaku.
E. Agen perubahan
Seseorang yang mempengaruhi adopter dalam mengambil keputusan inovasi
yaitu agen perubah. Setelah pemimpin opini memberikan informasi dan
mempengaruhi adopter. Maka agen perubahan dapat membantu dalam
mempengaruhi hingga adopter tersebut dapat mengambil keputusan agar
inovasi tersebut dapat diadopsi. Agen perubahan memiliki peranan yaitu untuk
mengembangkan kebutuhan belajar pada peserta didik yang akan mengadopsi
inovasi tersebut, untuk menganalisis masalah peserta didik dalam belajar, untuk
menumbuhkan cara belajar yang berbeda pada peserta didik, agar dapat
menstabilkan adopsi dan mengurangi discontinue. Hubungan agen perubahan
dengan adopter sebaiknya berada pada kondisi yang sama sehingga komunikasi
yang terjadi antara agen perubahan dan adopter dapat berjalan dengan efektif.

F. Adopter Dan Kategori Adopter
Adapun para siswa-siswi bimbingan belajar yang mengadopsi inovasi dinamakan
adopter. Adopter tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan jarak, usia dan
pengetahuan. Pengklasifikasian adopter meliputi :
1. Innovator, yakni seorang guru yang pada masa lalu memiliki pengalaman yang
dianggapnya ada suatu kesenjangan pada saat mengajar di suatu bimbingan
belajar lainnya. Dari kesenjangan itu, maka diciptakan system pembelajaran
yang baru agar tujuan yang diinginkan akan tercapai, yaitu mengembangkan
cara belajar sesuai dengan cara kerja otak peserta didik.
2. Early adopter, yakni orang-orang yang menjadi perintis dalam penerimaan
inovasi. Early adopter meliputi pemilik bimbingan belajar inten dan 9 orang
guru yang telah diajak bekerja sama dalam membangun dan merintis
bimbingan belajar tersebut.
3. Early majority, yakni seseorang yang menjadi pera pengikut awal. Yang
berperan sebagai early majority adalah guru-guru yang memiliki pemikiran
terbuka terhadap inovasi di bimbingan belajar inten.
4. Late majority, adalah mereka yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan
inovasi, mencakup masyarakat yang masih meragukan bimbingan belajar ini,
dengan adanya seseorang yang pernah merasakan manfaat inovasi tersebut.
Maka baru bersedia menerima inovasi, walaupun mempunyai pola pikir
kurang terbuka, namun masih bersedia menerima inovasi tidak dengan
terpaksa.
5. Laggards, yaitu kaum kolot/ tradisional yang sangat sulit dalam menerima
inovasi, mencakup masyarakat yang menganggap bahwa suatu bimbingan
belajar tidak terlalu penting karena bimbingan belajar merupakan pendidikan
non formal. Dengan sikap seperti itu maka akan berdampak pada begitu
lambatnya inovasi yang akan diterima dalam kalangan mereka.
G. Elemen-Elemen Difusi
Dalam mendifusikan inovasi tersebut, terdapat elemen-elemen tertentu yang
mempengaruhi proses pendifusian. Berbagai elemen yang terkait dengan difusi
inovasi tersebut, meliputi :
Inovasi, yakni sistem pembelajaran yaitu cara belajar sesuai dengan cara
kerja otak peserta didik.
Saluran komunikasi, diantaranya :
a. saluran media massa melalui media cetak seperti brosur, spanduk,
Koran serta media elektronik yaitu radio. Seperti halnya saluran
komunikasi, saluran media massa berperan penting dalam
penyebaran informasi di tahap pengetahuan.
b. saluran interpersonal yang berlangsung antar pemimpin opini
ataupun agen perubahan dengan adopter, biasanya berperan pada
tahap persuasi.
Sistem sosial, yakni peserta didik yang akan mengikuti bimbingan belajar.
Dan system social yang ada yaitu masyarakat kalangan menengah atas.
Waktu difusi adalah satu bulan terjadinya perencanaan, lalu pada bulan
ke-tiga sudah dapat membuka satu cabang baru dan pada tahun pertama
sudah memperoleh siswa sejumlah 43 orang.

H. Konsekuensi Inovasi
Dalam mengadopsi sebuah inovasi maka akan memiliki konskuensi ketika
memutuskan untuk menggunakan inovasi tersebut, maka konsekunsi inovasi
sebagai berikut :
Diinginkan vs tidak diinginkan
Sebuah inovasi tidak mudah untuk dapat diterima pada suatu system
social. Hal ini dapat diterima hanya pada system social tertentu saja.
Karena inovasi yang ada dapat dikatakan membutuhkan dana yang cukup
besar maka tidak semua kalangan akan menerimanya walaupun banyak
manfaat yang akan diperoleh. Oleh karena itu yang menginginkan yaitu
masyarakat pada kalangan status ekonomi menengah ke atas dan
memiliki kepedulian yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Selain itu,
masyarakat tersebut juga berorientasi ke depan untuk meningkatkan
kualitas. Tetapi, ada juga pihak yang tidak menginginkannya yaitu
masyarakat pada kalangan status ekonomi social yang berada pada
menengah ke bawah karena dapat dianggap terlalu mahal untuk
membayar suatu inovasi tersebut.

Langsung vs tidak langsung
Inovasi ini dapat berjalan secara langsung, jika masyarakat tersebut
mempercayai mutu dan kualitas dari bimbingan belajar ini. Tetapi, ada
juga adopter yang masih meragukan kualitas dari inovasi ini. Maka
adopter akan membutuhkan perantara untuk meyakinkan bahwa
bimbingan belajar ini berkualitas, dengan melihat hasil dari orang lain
yang pernah merasakan manfaat akan inovasi tersebut maka adopter
baru meyakini bahwa inovasi layak untuk digunakan.

Difusi Inovasi
A. Bentuk inovasi
Bentuk inovasi merupakan suatu sistem pembelajaran pada lembaga bimbingan
belajar. Proses pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan menyesuaikan materi
yang akan diajarkan dengan kemampuan otak peserta didik. Sebelum terjadinya
proses pembelajaran di kelas, peserta didik harus mengikuti placement test agar
pada kelas tersebut peserta didik memiliki pengetahuan yang sama.
B. Mengapa inovasi dibutuhkan
Inovasi yang ada diciptakan agar peserta didik dapat lebih memahami materi-
materi pelajaran secara mendalam. Banyak dari bimbingan belajar lain yang
hanya mencari cara cepat untuk menyelesaikan topik hanya dalam satu kali
pertemuan. Dengan inovasi berupa belajar sesuai dengan cara kerja otak
tersebut maka siswa tidak dikejar waktu untuk menyelesaikan satu topik dalam
satu kali pertemuan.
C. Pencipta inovasi
Inovasi yang ada berawal dari pengalaman seorang pengajar dari bimbingan
belajar inten yang sebelumnya pernah mengajar di bimbingan belajar lainnya.
Menurutnya tempat bimbingan belajar yang ada tidak efektif dengan sistem
pembelajaran yang diterapkan. Lalu pencipta inovasi tersebut memiliki
keinginan untuk mendirikan sebuah bimbingan belajar dengan suatu sistem baru
yaitu belajar sesuai dengan cara kerja otak.

D. Tahapan pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dari inovasi yang ada bimbingan belajar inten
sudah sampai tahap konfirmasi. Berikut penjelasan dari tahapan pengetahuan
hingga konfirmasi.

E. Awal inovasi mulai digunakan
Inovasi mulai digunakan ketika adanya ketidakseimbangan pada diri inovator.
Dimana ia melihat bahwa bimbingan belajar yang sudah ada belum dapat
membantu para siswa untuk belajar secara mendalam. maka dari itu, pada
tahun 1998 mulai diciptakan inovasi tersebut.

F. Cara memasyarakatkan inovasi
Saluran komunikasi yang digunakan yaitu dengan adanya media massa pada
tahap pengetahuan dan komunikasi interpersonal pada tahap persuasi. Dimana
untuk meyakinkan orang lain dalam mendifusikan inovasi, seseorang tersebut
harus sudah pernah merasakan manfaat dari inovasi tersebut sehingga orang itu
dapat dikatakan pemimpin opini yang dapat memberikan informasi maupun
meyakinkan orang lain.

G. Adopter
Siswa-siswi SMA yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri dengan
status ekonomi menengah ke atas.


H. Apakah ada masalah dalam adopsi inovasi
Pada proses adopsi inovasi terjadi suatu permasalahan pada tahap konfirmasi. Karena
pada tahap konfirmasi, akan dapat terlihat pengaruhnya setelah menggunakan inovasi
tersebut. Pada pelaksanaannya tidak terlihat suatu permasalahan bahkan sudah
memuaskan, tetapi karena memiliki tujuan yang lebih dari cukup yaitu berharap dengan
system pembelajaran menggunakan cara kerja otak siswa dalam belajar akan
meningkatkan prestasi siswa dan berharap akan lulus ketika ujian masuk perguruan
tinggi. Maka belum tentu semua siswa akan lulus dalam mengikuti ujian tersebut. Hal ini
harus dianalisis terlebih dahulu, karena tidak dapat dikatakan system pembelajarannya
yang salah. Bisa saja ada factor lain yang dapat mempengaruhi hal ini. Jika adopter tidak
menerima hal ini, maka inovasi dapat ditolak dan tidak akan digunakan lagi, jika tidak
adopter akan mencari tahu hal apa yang menjadi kendala tersebut dan jika bisa
diperbaiki maka akan melanjutkan inovasi tersebut. Tapi, bagi adopter yang tidak
memiliki permasalahan maka pada tahap konfirmasi dapat menerima dan melanjutkan
dalam penggunaan inovasi ini.

I. Hasil Inovasi
Hasil inovasi pada saat ini, jika dilihat dari awal inovasi ini diadopsi. Pada awal dibukanya
bimbingan belajar inten pada tahun 1998 dengan jumlah siswa 43 orang pada tahun
pertama, kini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 2010 setelah 12
tahun berlangsungnya system pembelajaran di bimbingan belajar inten maka jumlah
siswa saat ini berjumlah 1200 orang. Selain itu, tiga bulan pertama sudah memiliki
cabang baru dan sampai saat ini memiliki 5 cabang dengan fasilitas yang memadai dan
memiliki 60 pengajar. Inovasi ini dapat dikatakan berhasil karena dapat diterima oleh
system sosialnya.

VIII. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa sistem pembelajaran
yang diterapkan di bimbingan belajar Inten yaitu belajar sesuai dengan cara kerja
otak merupakan suatu inovasi. Hal ini karena sistem pembelajara yang berupa
Belajar dengan Cara Kerja Otak ini belum diterapkan dibimbingan belajar lain,
terutama bimbingan belajar untuk Sekolah Menengah Atas. Sistem pembelajaran ini
juga dapat dikatakan inovasi karena memiliki karakteristik inovasi yang ada.
Inovasi Belajar dengan Cara Kerja Otak ini merupakan inovasi dalam sistem
pembelajaran yang membantu siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan dalam
tiap diri siswa yang berbeda. Sehingga materi dapat disampaikan secara mendalam
dan siswa benar-benar paham mengenai materi pelajaran tersebut dan
memudahkan siswa untuk mengerjakan soal-soal ujian.
Untuk meyebarluaskan inovasi ini atau dalam proses pendifusian inovasi,
digunakan beberapa saluran komunikasi. Saluran komunikasi ini lebih sering
digunakan pada tahap pengetahuan dan persuasi. Pada tahap pengetahuan, saluran
komunikasi yang digunkan oleh para agen perubahan berupa brosur atau spanduk.
Sedangkan pada tahap persuasi, untuk meyakinkan calon adopter digunakan saluran
komunikasi interpersonal. Sehingga calon adpoter akan lebih cepat yakin bahwa
inovasi yang ada sesuai dengan kebutuhan dan dapat membantu siswa dalam
belajar.
Inovasi yang ada dalam bimbingan belajar ini telah mencapai tahap
konfirmasi. Dimana, masyarakat atau adopter dapat membuat keputusan untuk
mengambil atau menolak inovasi selama periode waktu yang tidak pasti. Setelah
peserta didik merasakan manfaat dari inovasi tersebut, maka peserta didik akan
melanjutkan inovasi tersebut.
Inovasi yang telah berjalan cukup lama ini dapat dikatakan telah mencapai
tujuan yang diinginkan yaitu banyaknya peserta didik yang mengikuti bimbingan
belajar di Inten dapat lulus ujian masuk perguruan tinggi.

IX. Referensi

Rogers, E. M. 1983. Diffusion of Innovation. New York : The Free Press.

Anda mungkin juga menyukai