Pada saat sekarang ini banyak orang yang berlomba-lomba untuk mendirikan lembaga pendidikan informal tau lebih dikenal dengan bimbingan belajar. Masing- masing bimbingan belajar memiliki ciri tersendiri. Namun, jika kita lihat secara seksama bimbingan belajar yang telah berdiri pada dasarnya sama saja untuk membantu siswa belajar dan memecahkan permasalahan siswa dalam memahami materi pelajaran yang ada dan dengan cara yang hampir sama. Terkadang bimbingan-bimbingan belajar yang telah berdiri kurang memperhatikan kemampuan masing-masing peserta didik yang berbeda. Mereka justru membagi siswa ke dalam kela yang berbeda hanya berdasarkan biaya masuk bimbingan belajar tersebut. Salah satu lembaga pendidikan informal yang memiliki ciri yang berbeda yaitu bimbingan belajar Inten. Bimbingan belajar Inten memiliki sebuah inovasi berupa sistem pembelajaran yang terdapat didalamnya berbeda dengan bimbingan belajar lainnya. Inovasi ini terletak dari sistem pembelajaran yang menekankan pada cara belajar siswa yang disesuaikan dengan cara kerja otak siswa. Dalam inovasi ini, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya tanpa memaksakan siswa untuk terus belajar dan memahami suatu materi padahal mereka sudah tidak bisa memahami materi secara maksimal. Sistem pembelajaran yang seperti ini belum ada di bimbingan belajar lainnya terutama untuk siswa menengah atas.
II. Permasalahan Dari latar belakang masalah yang ada maka di dapatkan beberapa permasalahan yang dapat diangkat, yaitu: 1. Bagaimana pendapat masyarakat mengenai bimbingan belajar yang berkembang saat ini? 2. Apakah inovasi yang ada dapat diterima dengan baik oleh masyarakat? 3. Apakah sistem pembelajaran dalam bimbingan belajar ini dapat disebut sebagai inovasi? 4. Bagiamana cara untuk menyebarluaskan inovasi yang ada kepada masyarakat? 5. Apakah sistem belajar yang ada di bimbingan belajar Inten dapat berjalan efektif? III. Pembatasan Masalah Dari beberapa maslah yang diangkat maka penulis membatasi masalah pada nomor 3, 4, dan 5 yaitu mengenai alasan sistem pembelajaran yang diterapkan dapat disebut inovasi, cara penyebarluasan dan hasil dari inovasi yang telah dijalankan. IV. Tujuan Tujuan dari mengangkat inovasi ini yaitu agar mengetahui bagaimana cara belajar siswa sesuai dengan cara bekerja otak peserta didik.
V. Manfaat Pembahasan mengenai inovasi ini penulis lakukan karena memiliki beberapa manfaat, yaitu: 1. Sebagai referensi bagi pembaca mengenai inovasi dalam pendidikan. 2. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan informasi mengenai difusi inovasi pendidikan 3. Bagi pemilik bimbingan belajar, makalah ini bermanfaat sebagai hasil analisis dari inovasi yang diciptakan oleh bagi pemilik lembaga pendidikan informal tersebut. VI. Tempat dan Waktu Observasi mengenai difusi inovasi pendidikan ini kami lakukan dengan memilih tempat di Bimbingan Belajar INTEN, Rawamangun Jakarta Timur. Observasi kami laksanakan pada hari Kamis, 20 Mei 2010. Sumber data yang kami peroleh berasal dari hasil wawancara kami dengan salah satu pengajar Inten yang mengetahui mengenai Inten secara mendalam yaitu Bapak Jhony.
VII. Pembahasan Inovasi Inovasi merupakan sebuah ide atau gagasan, barang dan cara serta pemikiran yang dianggap baru oleh orang atau masyarakat yang menerimanya, yang mengandung nilai guna dan nilai tambah untuk masyarakat tersebut. Menurut Rogers (1983), mengemukakan ciri-ciri atau karakteristik inovasi, yaitu : A. Ciri-ciri inovasi Keuntungan Relatif Inovasi tersebut dianggap memiliki manfaat yang lebih baik. Inovator memiliki gagasan tersebut karena pengalaman dimasa lalu dirasakan kurang efektif sehingga diciptakanlah inovasi yang lebih bermanfaat dan lebih efektif. Manfaat yang dirasakan dengan adanya inovasi berupa sistem pembelajaran yang lebih menekankan pada cara kerja otak siswa maka siswa tidak merasa terbebani ketika belajar, sehingga siswa akan lebih mudah memahami dan dapat belajar secara efektif.
Kompleksitas Inovasi ini dapat digunakan dengan mudah oleh adopter. Hal ini dapat dikatakan mudah karena cara belajar yang mengikuti kemampuan siswa sehingga tidak akan sulit dalam penerapannya. Bahkan inovasi ini merupakan solusi untuk mempermudah cara belajar agar lebih efektif dan lebih mendalam.
Kompetibel Inovasi yang ada dapat dikatakan sesuai dengan kebutuhan adopter. Karena inovasi ini diciptakan untuk membantu siswa mengatasi masalah belajar agar lebih mudah.
Dapat diuji coba Inovasi ini sudah dapat diujicobakan selama beberapa periode. Hasil yang diperoleh dapat dikatakan memuaskan karena tujuan yang diinginkn telah tercapai dan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah belajar.
Dapat diamati Inovasi yang ada dapat dibuktikan dengan adanya siswa yang berhasil dalam memecahkan masalah belajar sehingga siswa tersebut dapat lulus dalam ujian masuk perguruan tinggi.
B. Model pengambilan keputusan Ada beberapa model pengambilan keputusan inovasi yaitu pembuatan keputusan secara individu, pembuatan keputusan secara kolektif dan pembuatan keputusan oleh pihak yang memiliki kekuasaan. Dari ketiga model ini, maka tahap pengambilan keputusan yang digunakan yaitu pembuatan keputusan secara kolektif. Dimana di dalam model ini, keputusan untuk mengadopsi inovasi dibuat oleh para inovator dan pemimpin opini. Pemimpin opini memiliki peran ini karena ketika inovator memiliki gagasan tersebut, inovator tidak bekerja sendiri tetapi memiliki sebuah tim kerja yang berperan sebagai pemimpin opini.
C. Tahapan proses difusi inovasi Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui atau dialami oleh seseorang atau kelompok pengambil keputusan, mulai dari yang pertama kali tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan membentuk sebuah sikap terhadap inovasi, mengambil keputusan untuk menolak atau mengadopsi, implementasi atau perwujudan dari inovasi serta konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Model keputusan inovasi secara konseptual terdiri atas lima tahap, yaitu
Tahap pengetahuan Pada tahap ini inovator beserta agen perubahan dan pemimpin opini memberikan informasi mengenai bimbingan belajar dengan sistem pembelajaran baru yang berbeda dengan bimbingan belajar lainnya yaitu belajar sesuai dengan cara kerja otak. Informasi yang diberikan berupa pengenalan cara belajar yang diterapkan dalam bimbingan belajar tersebut serta kelebihan dari cara belajar yang diterapkan dalam bimbingan belajar tersebut. Dalam penyampaian informasi ini pihak imbingan belajar menggunakan media massa sebagai alat penyampai informasi tersebut. Media massa yang digunakan berupa brosur, spanduk, internet.
Tahap persuasi Setelah memberikan pengetahuan kepada masyarakat terutama peserta didik mengenai cara belajar pada bimbingan belajar ini, selanjutnya peserta didik atau adopter mulai meyakinkan untuk mengadopsi inovasi tersebut. Agar peserta didik dapat lebih yakin untuk masuk ke dalam bmbingan belajar inten, biasanya mereka mencari informasi kepada orang yang sudah pernah mengikuti bimbingan belajar ini sebelumnya. Maka dari itu, saluran komunikasi yang digunakan pada tahap ini yaitu saluran komunikasi interpersonal.
Tahap keputusan Pada tahapan ini, para calon adopter sudah dapat memutuskan untuk menerima inovasi yang ada atau tidak. Mereka dihadapkan kepada dua pilihan menerima tau menolak. Semua hal itu, bergantung pada bagaimana informasi yang didapat. Semakin jelas informasi yang didapat dan semakin banyak keuntungan dan manfaat yang mereka dapatkan maka mereka akan menerima inovasi tersebut. Pada kenyataannya pada tahap persuasi yang menggunakan saluran komunikasi interpersonal dan melihat buktu yang ada sehingga banyak peserta didik yang menerima dan menggunakan inovasi tersebut. Pada awal pembentukan inovasi bimbingan belajar ini hanya menerima peserta didik sebanyak 43 siswa. seiring dengan berjalannya waktu hingga 12 tahun maka peserta didik yang diterima bertambah hingga 1200 siswa.
Tahap implementasi Setelah banyaknya siswa yang memutuskan untuk mengikuti inovasi tersebut. Pihak bimbingan belajar inten mengadakan placement test untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuan intelegensi yang dimilikinya. Setelah dilakukan penempatan siswa mulai dibagi ke dalam beberapa kelas yang berisi maksimal 15 orang dengan tingkat intelegensi yang sama. Dengan begitu, siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat intelegensinya tanpa harus memaksakan otak untuk terus bekerja. Hal ini merupakan inovasi berupa system pembelajaran mengenai cara belajar yang lebih mudah karena cara belajar siswa disesuaikan dengan cara kerja otak siswa itu sendiri. Sehingga siswa akan mudah memahami dan tidak merasa terbebani disaat belajar.
Tahap konfirmasi Pada tahap ini setelah menerapkan sistem pembelajaran tersebut. Adopter dapat membuat keputusan untuk mengambil atau menolak inovasi selama periode waktu yang tidak pasti. Setelah peserta didik merasakan manfaat dari inovasi tersebut, maka peserta didik akan melanjutkan inovasi tersebut. Namun, jika terjadi keraguan dalam diri peserta didik, maka ia dapat mencari informasi lebih lanjut untuk mencari kepuasan. Jika masih tidak merasa puas maka ia akan menolaknya. Tetapi pada kenyataannya di bimbingan belajar inten ini semua peserta didik merasa senang dan puas karena tujuan yang diinginkan telah tercapai. D. Pemimpin opini Pada lembaga bimbingan belajar inten, seseorang yang memimpin dalam mempengaruhi opini orang banyak tentang inovasi disebut pemimpin opini. Pemimpin opini tersebut merupakan 9 orang yang bergabung ketika inovator mempunyai gagasan tersebut. Pemimpin opini pada lembaga ini dapat dikatakan sebagai pemimpin opini Momomorphic, karena seseorang tersebut hanya dapat membawa satu jenis topik saja dalam mempengaruhi orang lain untuk mengadopsi inovasi tersebut yaitu topic mengenai system pembelajaran yang akan menjadi suautu inovasi . Pemimpin opini akan mulai mempengaruhi golongan masyarakat heterophily yang memiliki karekteristik yang berbeda. Karakteristik pemimpin opini yang diharapkan yaitu memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif, memiliki banyak akses, memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi, memiliki kesadaran yang tinggi akan adanya inovasi dan inovatif serta mematuhi sistem norma yang berlaku. E. Agen perubahan Seseorang yang mempengaruhi adopter dalam mengambil keputusan inovasi yaitu agen perubah. Setelah pemimpin opini memberikan informasi dan mempengaruhi adopter. Maka agen perubahan dapat membantu dalam mempengaruhi hingga adopter tersebut dapat mengambil keputusan agar inovasi tersebut dapat diadopsi. Agen perubahan memiliki peranan yaitu untuk mengembangkan kebutuhan belajar pada peserta didik yang akan mengadopsi inovasi tersebut, untuk menganalisis masalah peserta didik dalam belajar, untuk menumbuhkan cara belajar yang berbeda pada peserta didik, agar dapat menstabilkan adopsi dan mengurangi discontinue. Hubungan agen perubahan dengan adopter sebaiknya berada pada kondisi yang sama sehingga komunikasi yang terjadi antara agen perubahan dan adopter dapat berjalan dengan efektif.
F. Adopter Dan Kategori Adopter Adapun para siswa-siswi bimbingan belajar yang mengadopsi inovasi dinamakan adopter. Adopter tersebut kemudian diklasifikasikan berdasarkan jarak, usia dan pengetahuan. Pengklasifikasian adopter meliputi : 1. Innovator, yakni seorang guru yang pada masa lalu memiliki pengalaman yang dianggapnya ada suatu kesenjangan pada saat mengajar di suatu bimbingan belajar lainnya. Dari kesenjangan itu, maka diciptakan system pembelajaran yang baru agar tujuan yang diinginkan akan tercapai, yaitu mengembangkan cara belajar sesuai dengan cara kerja otak peserta didik. 2. Early adopter, yakni orang-orang yang menjadi perintis dalam penerimaan inovasi. Early adopter meliputi pemilik bimbingan belajar inten dan 9 orang guru yang telah diajak bekerja sama dalam membangun dan merintis bimbingan belajar tersebut. 3. Early majority, yakni seseorang yang menjadi pera pengikut awal. Yang berperan sebagai early majority adalah guru-guru yang memiliki pemikiran terbuka terhadap inovasi di bimbingan belajar inten. 4. Late majority, adalah mereka yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan inovasi, mencakup masyarakat yang masih meragukan bimbingan belajar ini, dengan adanya seseorang yang pernah merasakan manfaat inovasi tersebut. Maka baru bersedia menerima inovasi, walaupun mempunyai pola pikir kurang terbuka, namun masih bersedia menerima inovasi tidak dengan terpaksa. 5. Laggards, yaitu kaum kolot/ tradisional yang sangat sulit dalam menerima inovasi, mencakup masyarakat yang menganggap bahwa suatu bimbingan belajar tidak terlalu penting karena bimbingan belajar merupakan pendidikan non formal. Dengan sikap seperti itu maka akan berdampak pada begitu lambatnya inovasi yang akan diterima dalam kalangan mereka. G. Elemen-Elemen Difusi Dalam mendifusikan inovasi tersebut, terdapat elemen-elemen tertentu yang mempengaruhi proses pendifusian. Berbagai elemen yang terkait dengan difusi inovasi tersebut, meliputi : Inovasi, yakni sistem pembelajaran yaitu cara belajar sesuai dengan cara kerja otak peserta didik. Saluran komunikasi, diantaranya : a. saluran media massa melalui media cetak seperti brosur, spanduk, Koran serta media elektronik yaitu radio. Seperti halnya saluran komunikasi, saluran media massa berperan penting dalam penyebaran informasi di tahap pengetahuan. b. saluran interpersonal yang berlangsung antar pemimpin opini ataupun agen perubahan dengan adopter, biasanya berperan pada tahap persuasi. Sistem sosial, yakni peserta didik yang akan mengikuti bimbingan belajar. Dan system social yang ada yaitu masyarakat kalangan menengah atas. Waktu difusi adalah satu bulan terjadinya perencanaan, lalu pada bulan ke-tiga sudah dapat membuka satu cabang baru dan pada tahun pertama sudah memperoleh siswa sejumlah 43 orang.
H. Konsekuensi Inovasi Dalam mengadopsi sebuah inovasi maka akan memiliki konskuensi ketika memutuskan untuk menggunakan inovasi tersebut, maka konsekunsi inovasi sebagai berikut : Diinginkan vs tidak diinginkan Sebuah inovasi tidak mudah untuk dapat diterima pada suatu system social. Hal ini dapat diterima hanya pada system social tertentu saja. Karena inovasi yang ada dapat dikatakan membutuhkan dana yang cukup besar maka tidak semua kalangan akan menerimanya walaupun banyak manfaat yang akan diperoleh. Oleh karena itu yang menginginkan yaitu masyarakat pada kalangan status ekonomi menengah ke atas dan memiliki kepedulian yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Selain itu, masyarakat tersebut juga berorientasi ke depan untuk meningkatkan kualitas. Tetapi, ada juga pihak yang tidak menginginkannya yaitu masyarakat pada kalangan status ekonomi social yang berada pada menengah ke bawah karena dapat dianggap terlalu mahal untuk membayar suatu inovasi tersebut.
Langsung vs tidak langsung Inovasi ini dapat berjalan secara langsung, jika masyarakat tersebut mempercayai mutu dan kualitas dari bimbingan belajar ini. Tetapi, ada juga adopter yang masih meragukan kualitas dari inovasi ini. Maka adopter akan membutuhkan perantara untuk meyakinkan bahwa bimbingan belajar ini berkualitas, dengan melihat hasil dari orang lain yang pernah merasakan manfaat akan inovasi tersebut maka adopter baru meyakini bahwa inovasi layak untuk digunakan.
Difusi Inovasi A. Bentuk inovasi Bentuk inovasi merupakan suatu sistem pembelajaran pada lembaga bimbingan belajar. Proses pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan menyesuaikan materi yang akan diajarkan dengan kemampuan otak peserta didik. Sebelum terjadinya proses pembelajaran di kelas, peserta didik harus mengikuti placement test agar pada kelas tersebut peserta didik memiliki pengetahuan yang sama. B. Mengapa inovasi dibutuhkan Inovasi yang ada diciptakan agar peserta didik dapat lebih memahami materi- materi pelajaran secara mendalam. Banyak dari bimbingan belajar lain yang hanya mencari cara cepat untuk menyelesaikan topik hanya dalam satu kali pertemuan. Dengan inovasi berupa belajar sesuai dengan cara kerja otak tersebut maka siswa tidak dikejar waktu untuk menyelesaikan satu topik dalam satu kali pertemuan. C. Pencipta inovasi Inovasi yang ada berawal dari pengalaman seorang pengajar dari bimbingan belajar inten yang sebelumnya pernah mengajar di bimbingan belajar lainnya. Menurutnya tempat bimbingan belajar yang ada tidak efektif dengan sistem pembelajaran yang diterapkan. Lalu pencipta inovasi tersebut memiliki keinginan untuk mendirikan sebuah bimbingan belajar dengan suatu sistem baru yaitu belajar sesuai dengan cara kerja otak.
D. Tahapan pengambilan keputusan Dalam pengambilan keputusan dari inovasi yang ada bimbingan belajar inten sudah sampai tahap konfirmasi. Berikut penjelasan dari tahapan pengetahuan hingga konfirmasi.
E. Awal inovasi mulai digunakan Inovasi mulai digunakan ketika adanya ketidakseimbangan pada diri inovator. Dimana ia melihat bahwa bimbingan belajar yang sudah ada belum dapat membantu para siswa untuk belajar secara mendalam. maka dari itu, pada tahun 1998 mulai diciptakan inovasi tersebut.
F. Cara memasyarakatkan inovasi Saluran komunikasi yang digunakan yaitu dengan adanya media massa pada tahap pengetahuan dan komunikasi interpersonal pada tahap persuasi. Dimana untuk meyakinkan orang lain dalam mendifusikan inovasi, seseorang tersebut harus sudah pernah merasakan manfaat dari inovasi tersebut sehingga orang itu dapat dikatakan pemimpin opini yang dapat memberikan informasi maupun meyakinkan orang lain.
G. Adopter Siswa-siswi SMA yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri dengan status ekonomi menengah ke atas.
H. Apakah ada masalah dalam adopsi inovasi Pada proses adopsi inovasi terjadi suatu permasalahan pada tahap konfirmasi. Karena pada tahap konfirmasi, akan dapat terlihat pengaruhnya setelah menggunakan inovasi tersebut. Pada pelaksanaannya tidak terlihat suatu permasalahan bahkan sudah memuaskan, tetapi karena memiliki tujuan yang lebih dari cukup yaitu berharap dengan system pembelajaran menggunakan cara kerja otak siswa dalam belajar akan meningkatkan prestasi siswa dan berharap akan lulus ketika ujian masuk perguruan tinggi. Maka belum tentu semua siswa akan lulus dalam mengikuti ujian tersebut. Hal ini harus dianalisis terlebih dahulu, karena tidak dapat dikatakan system pembelajarannya yang salah. Bisa saja ada factor lain yang dapat mempengaruhi hal ini. Jika adopter tidak menerima hal ini, maka inovasi dapat ditolak dan tidak akan digunakan lagi, jika tidak adopter akan mencari tahu hal apa yang menjadi kendala tersebut dan jika bisa diperbaiki maka akan melanjutkan inovasi tersebut. Tapi, bagi adopter yang tidak memiliki permasalahan maka pada tahap konfirmasi dapat menerima dan melanjutkan dalam penggunaan inovasi ini.
I. Hasil Inovasi Hasil inovasi pada saat ini, jika dilihat dari awal inovasi ini diadopsi. Pada awal dibukanya bimbingan belajar inten pada tahun 1998 dengan jumlah siswa 43 orang pada tahun pertama, kini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 2010 setelah 12 tahun berlangsungnya system pembelajaran di bimbingan belajar inten maka jumlah siswa saat ini berjumlah 1200 orang. Selain itu, tiga bulan pertama sudah memiliki cabang baru dan sampai saat ini memiliki 5 cabang dengan fasilitas yang memadai dan memiliki 60 pengajar. Inovasi ini dapat dikatakan berhasil karena dapat diterima oleh system sosialnya.
VIII. Kesimpulan Dari pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa sistem pembelajaran yang diterapkan di bimbingan belajar Inten yaitu belajar sesuai dengan cara kerja otak merupakan suatu inovasi. Hal ini karena sistem pembelajara yang berupa Belajar dengan Cara Kerja Otak ini belum diterapkan dibimbingan belajar lain, terutama bimbingan belajar untuk Sekolah Menengah Atas. Sistem pembelajaran ini juga dapat dikatakan inovasi karena memiliki karakteristik inovasi yang ada. Inovasi Belajar dengan Cara Kerja Otak ini merupakan inovasi dalam sistem pembelajaran yang membantu siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan dalam tiap diri siswa yang berbeda. Sehingga materi dapat disampaikan secara mendalam dan siswa benar-benar paham mengenai materi pelajaran tersebut dan memudahkan siswa untuk mengerjakan soal-soal ujian. Untuk meyebarluaskan inovasi ini atau dalam proses pendifusian inovasi, digunakan beberapa saluran komunikasi. Saluran komunikasi ini lebih sering digunakan pada tahap pengetahuan dan persuasi. Pada tahap pengetahuan, saluran komunikasi yang digunkan oleh para agen perubahan berupa brosur atau spanduk. Sedangkan pada tahap persuasi, untuk meyakinkan calon adopter digunakan saluran komunikasi interpersonal. Sehingga calon adpoter akan lebih cepat yakin bahwa inovasi yang ada sesuai dengan kebutuhan dan dapat membantu siswa dalam belajar. Inovasi yang ada dalam bimbingan belajar ini telah mencapai tahap konfirmasi. Dimana, masyarakat atau adopter dapat membuat keputusan untuk mengambil atau menolak inovasi selama periode waktu yang tidak pasti. Setelah peserta didik merasakan manfaat dari inovasi tersebut, maka peserta didik akan melanjutkan inovasi tersebut. Inovasi yang telah berjalan cukup lama ini dapat dikatakan telah mencapai tujuan yang diinginkan yaitu banyaknya peserta didik yang mengikuti bimbingan belajar di Inten dapat lulus ujian masuk perguruan tinggi.
IX. Referensi
Rogers, E. M. 1983. Diffusion of Innovation. New York : The Free Press.