Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

(K3) PADA KARYAWAN DILIHAT DARI SISI PSIKOLOGIS


ILHAM RUDY SAPUTRO JANUARI 24, 2012
[0] COMMENTS
ABSTRAK
Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak pernah kita duga, tidak pernah kita harapkan. kecelakaan
bisa terjadi dimanapun berpijak, apakah sumber kecelakaan dari diri sendiri ataupun dari orang lain semuanya
merupakan sumber kecelakaan yang sebelumnya tidak pernah kita rencanakan, siapa yang mau celaka.
Hendaknya kecelakaan bisa diminimalisar dengan adanya pengawasan yang memberikan cara-cara aman
sebelum terlanjur mengalami kecelakaan. Penerapan pengawasan kecelakaan tidak harus diterapkan oleh
anak kecil saja yang butuh pengawasan ibunya, pengawasan juga dibutuhkan orang dewasa dalam
aktivitasnya. Pengawasan pada orang dewasa adalah pengawasan khusus agar mengurangi resiko terjadinya
kecelakaan. Pengawasan pada orang dewasa dapat dilakukan di dalam melakukan kerja yang menuntut
menggunakan alat keamanan karena melakukan kegiatan-kegiatan yang berbahaya. Tidak hanya kondisi fisik
saja yang diperiksa untuk mengurangi resiko kecelakaanan tetapi penelitian secara psikologis juga penting
mengingat beberapa kecelakaan terjadi karena tekanan sehingga menyebabkan depresi dan masih banyak lagi
kecelakaan yang terjadi akibat sisi pskologis yang mendapat goncangan sehingga tidak fokus terhadap
pekerjaanya. Kecelakaan yang terjadi ketika berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang
timbul karena hubungan kerja. Kecelakaan kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya. Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kedua faktor utama, yakni
faktor fisik dan faktor manusia. kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari kesehatan kerja. Kecelakaan
kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja.
KEY WORD : KECELAKAAN, PENGAWASAN, [1]
Table of Contents
BAB I. PENDAHULUAN.. 3
1.1 Latar belakang masalah. 3
1.2 Sejarah K3. 4
BAB II. ISI. 5
2.1 Pembahasan. 5
BAB III. PENUTUP. 7
3.1 Kesimpulan. 7
3.2 Saran. 8
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Kecelakaan kerja merupakan hal yang tidak dapat ditolelir lagi kalau tidak adanya kehati-hatian dalam
bekerja, pekerja harus mematuhi petunjuk keselamatan kerja, apalagi keryawan yang berhubungan
langsung dengan alat produksi itu akan berbahaya terhadap keselamatanya. Tetapi kadang pekerja
mengacuhkan prosedur keselamatan kerja yang sudah dibuat oaleh perusahaan, berdalih tidak nyaman
dalam bekerja karena menurut andi salah satu karyawan swasta di kawasan industry tanjung mas
Semarang, mengatakan bahwa memakain helm saat bekerja membuatnya pusing dan masker juga
menghalangi udara yang masuk ke hidung sehingga tidak focus bekerja, perusahaan banyak aturan yang
membuat tidak nyaman.
Tempat kerja juga menjadikan salah satu yang menyebabkan kecelakaan kerja itu bisa terjadi, letak lokasi
kerja, kebersihan lokasi kerja dan kenyamanan menjadikan pekerja merasa aktifitas dalam bekerjanya
nyaman sehingga mengurangi resiko kecelakaan terjadi. Bandingkan dengan tempat kerja yang kumuh dan
sempit juga akan memberikan risiko kerja yang besar dan bisa berakibat vatal dan menyebabkan kematian.
Kebutuhan yang harus dimengerti oleh pemilik usaha agar memberikan tempat yang sesuai dengan
standar kerja menjadikan perhatian tersendiri oleh pemilik perusahaan, unsure argonomis juga harus
dibuat untuk member keindahan dan kenyamanan dalam bekerja.
Kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolerir lagi. Menurut data yang disampaikan oleh
kementrian tenaga kerja dan transportasi, sepanjang tahun 2009 telah terjadi sebanyak 54.398 kasus
kecelakaan kerja di Indonesia. Pada tahun sebelumnya, jumlah kecelakaan sebanyak 20.086 kasus
tergolong pelanggaran K3. Belum lagi kecelakaan lalu lintas yang diperkirakan mengakibatkan 30.000
korban jiwa setiap tahunnya, menjadi pembunuh no. 3 di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke.
Penjaminan serta perlindungan tenaga kerja sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi
diberikan kepada setiap pekerja yang ada di Indonesia tak terkecuali kepada para pekerja rumahan (home
based workers). Selain jumlah pekerja rumah tangga telah mencapai angka 2.593.399 orang, termasuk
diantaranya pekerja anak yang berjumlah 688.132 (Survey ILO-IPEC 2003), UU No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan belum secara eksplisit memberikan perlindungan pada kenyataannya- kepada kelompok
para pekerja rumahan (www.diknakerstrans.com).[2]
Kecelakaan saat kerja sering terjadi akibat kelalaian manusia, melanggar aturan yang sudah diterapkan k3
sebagai standar aturan keselamatan kerja. Pada tahun 2008 silam telah terjadi kecelakaan akibat produksi
di pabrik gula di kawasan industry cilacap, korban adalah keryawan yang bekerja di temapat penggilingan
bahan gula, akibat kelalaian mematikan mesin giling korban akhirnya masuk dalam mesin giling dan tewas.
Hanya karna lupa dengan hal yang sepele akan menjadi vatal karena tidak mematuhi standar (k3). Di kudus
juga terjadi kecelekaan kerja pada kontruksi bahan bangunan yang lupa karna tidak membawa peralatan
pengaman, akhirnya korban terjun dari lantai 2 saat bekerja. Kecelekaan seperti ini bisa diminimalisir
apabila pekerja menaati program kesehatan dan keselamatan kerja yang sudah dirancang (k3) dibagian
keselamatan kerja (Koran meteor, edisi sabtu 24 mei 2008, hal 13).
1.2 Sejarah K3
Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah secara filosofis suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan
adalah merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Seirama dengan derap langkah pembangunan negara ini kita akan
memajukan industri yang maju dan mandiri dalam rangka mewujudkan era industrialisasi. Proses
industrialisasi maju ditandai antara lain dengan mekanisme, elektrifikasi dan modernisasi. Dalam keadaan
yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, pesawat- pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan
berbahaya mungkin makin meningkat. (Ridley, 2006, hal 77)
Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat
keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu
keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu
dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar :
-Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya.
-Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien.
Proses produksi berjalan lancar.
(Daryanto, 2003, 63)
Kondisi tersebut di atas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran, peledakan dan
penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi. Oleh karena itu setiap usaha kesehatan dan
keselamatan kerja tidak lain adalah usaha pencegahan dan penanggulangan dan kecelakaan di tempat
kerja. Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk mengenal dan
menemukan sebab-sebabnya, bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat mungkin menghilangkan
atau mengeliminirnya. Untuk itu semua pihak yang terlibat dalam usaha berproduksi khususnya para
pengusaha dan tenaga kera diharapkan dapat mengerti dan memahami serta menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) di tempat masing-masing.
BAB II. ISI
2.1 Pembahasan
Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor kecelakaan, karyawan
harus mematuhi standart (k3) agar tidak menjadikan hal-hal yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya
kecelakaan banyak dikarenakan oleh penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas
(k3), seharusnya pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar
mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya. Keselamatan dan kesehatan
kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat
seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja
terjamin keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, pesawat, alat kerja, proses
pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi sehat
jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana yang terjamin keselamatannya maka
produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan.[3]
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah
lain di luar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Keempat faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lainnya, bilamana keempat faktor tersebut secara
bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal, maka status kesehatan akan tercapai secara optimal.
Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
pengolahanya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta melakukan cara-cara melakukan pekerjaan
(Sumamur, 1989, hal 12).
(Budiono, 2003, hal 171) menerangkan bahwa keselamatan kerja yang mempunyai ruang lingkup yang
berhubungan dengan mesin, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, memberi perlindungan sumber-sumber produksi sehingga dapat
meningkatkan efesiensi dan produktifitas. (Sumamur 1989, hal 13) berpendapat bahwa kesehatan kerja
merupakan spesialis ilmu kesehatan beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usahapreventif atau kuratif terhadap
penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap
penyakit umum.
(Budiono, 2003, hal 14) mengemukakan indikator keselamatan dan kesehatan kerja (k3), meliputi :
1. Faktor manusia/pribadi
Faktor manusia disini meliputi, antara lain kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurangnya
pengetahuan dan keterampilan, dan stress serta motivasi yang tidak cukup
1. Faktor kerja/lingkungan
Meliputi, tidak cukup kepemimpinan dan pengawasan, rekayasa, pembelian/pengadaan barang,
perawatan, standar-standar kerja dan penyalah gunaan.
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai indikator tentang keselamatan dan
kesehatan kerja (k3) meliputi: faktor lingkungan dan faktor manusia. (Anoraga, 2005, hal 76)
mengemukakan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja (k3) meliputi :
1. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana seseorang atau keryawan dalam beraktifitas bekerja.
Lingkungan kerja dalam hal ini menyangkut kondisi kerja, suhu, penerangan, dan situasinya
1. Alat kerja dan bahan
Alat kerja dan bahan merupakan hal yang pokok dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang.
Dalam memproduksi barang alat-alat kerja sangatlah vital digunakan oleh para pekerja dalammelakukan
kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan-bahan utama yang akan dijadikan barang.
1. Cara melakukan pekerjaan
Setiap bagian-bagian produksi memiliki cara melakukan pekerjaan yang berbeda-beda yang dimiliki oleh
karyawan. Cara-cara yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktifitas pekerjaan.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melihat beberapa uraian diatas mengenai pengertian keselamatan dan pengertian kesehatan kerja diatas,
maka dapat disimpulkan mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja (k3) adalah suatu bentuk
usaha atau upaya bagi para pekerja untuk memperoleh jamianan atas keselamatan dan kesehatan kerja
(k3) dalam melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya yang berasal
dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya.[4]
Pada hakekatnya keselamatan dan kesehatan (k3) merupakan suatu keilmuan multidisiplin yang
menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keamanan kerja, keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja serta melindungi tenaga kerja terhadap resiko bahaya dalam melakukan
pekerjaan serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran,
peledakan atau pencemaran lingkungan kerja.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan diatas maka kami ajukan saran-saran sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan
Bagi pihak perusahaan untuk disarankan untuk menekankan seminimal mungkin terjadinya kecelakaan
kerja, dengan jalan antara lain meningkatkan dan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
dengan baik dan tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan sering diadakan sosialisasi tentang manfaat dan arti
pentingnya program keselamatan dan kesehatan kerja (k3) bagikaryawan, seperti misalnya dengan
pemberitahuan bagaimana cara penggunaan peralatan, pemakaian alat pelindung diri, cara mengoprasikan
mesin secara baik dan benar. Selain itu perusahaan harus meningkatkan program keselamatan dan
kesehatan kerja (k3) serta menerangkan prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (k3) dalam
kegiatan operasional.
1. Bagi karyawan
Bagi karyawan lebih memperhatikan program keselamatan dan kesehatan kerja (k3) dengan bekerja secara
disiplin dan berhati-hati serta mengikuti prosed
http://ilhamgooloriented.blog.unissula.ac.id/2012/01/24/penerapan-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja-k3-pada-karyawan-dilihat-dari-sisi-psikologis/

Anda mungkin juga menyukai