Anda di halaman 1dari 2

INSTITUSI NIRLABA YANG DIPAJAKI

Yang melandasi keluarnya Undang Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) adalah untuk
melindungi yayasan yang bertujuan nirlaba. Pendapat ini berdasarkan realita yang ada
bahwa ada sebagian orang yang mendirikan yayasan (institusi nirlaba) sebagai kedok untuk
menghindari pajak ataupun memperkaya diri sendiri.

Sebelum lahirnya Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, pendirian Yayasan
di Indonesia dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat, dokrin dan yurisprudensi.
Badan hukum Yayasan didirikan untuk tujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Oleh
karena sifat dan tujuan Yayasan tersebut, maka Yayasan sama sekali berbeda dengan badan
hukum atau badan usaha lain, seperti Perseroan Terbatas (PT), Perusahaan dagang, dan
sebagainya, dimana badan-badan tersebut tidak bertujuan sosial, keagamaan dan
kemanusiaan melainkan untuk mencari keuntungan semata. Namun kini Yayasan telah
dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang bukan untuk tujuan sosial, kemanusiaan
dan keagamaan, seperti untuk memperkaya diri sendiri atau pengurus Yayasan,
menghindari pajak yang seharusnya dibayar, menguasai suatu lembaga
pendidikan untuk selama-lamanya, menembus birokrasi, memperoleh fasilitas dari
Negara atau penguasa, dan berbagai tujuan lainnya.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004


diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah mengenai Yayasan. Mengamati
perkembangan Yayasan baik pada waktu yang lalu maupun pada waktu yang sekarang ini,
Yayasan banyak digunakan untuk melakukan kegiatan usaha yang sulit dibedakan dengan
lembaga/badan hukum yang bersifat komersil, sehingga dalam prakteknya Yayasan sering
dijadikan kedok ataupun cara untuk melakukan kegiatan usaha yang bersifat komersil.

Oleh karena itu, timbullah pertanyaan : Perlukah badan hukum pendidikan dipajaki ?
Menurut UU Perpajakan bukan Badan hukumnya yang dipajaki, tetapi Laba Bersih badan
hukumnya yang dipajaki. UU pph pasal 4 berbunyi :
“ Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, …..”
Jadi apabila badan hukum/ yayasan tersebut tidak memperoleh laba, tentu saja tidak terkena
pajak.

Keringanan Pajak terhadap Yayasan Pendidikan sudah diatur tersendiri dengan peraturan
yang lebih spesifik. Keringanan berupa penghasilan-penghasilan yayasan pendidikan yang
tidak termasuk penghasilan kena pajak diatur dalam SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL
PAJAK No. SE-34/PJ.4/1995 yang di antaranya berbunyi:
Pengurangan penghasilan bruto. Untuk memperoleh penghasilan neto, yayasan atau
organisasi yang sejenis diperkenankan mengurangkan :
c. subsidi/bea siswa yang diberikan kepada siswa yang kurang mampu ataupun biaya
pendidikan siswa yang kurang mampu yang dipikul oleh yayasan atau organisasi
yang sejenis yang tidak bergerak di bidang pendidikan, …
Serta biaya2 yang diperkenankan untuk dikurangkan Juga dalam SURAT EDARAN DIREKTUR
JENDERAL PAJAK No. SE-39/PJ.4/1995 yang diantaranya berbunyi :
Biaya-biaya yang diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto, antara
lain berupa :
a. Bagi Yayasan Pendidikan ada 18 point, diantaranya:
1. Gaji/tunjangan/honorarium
pimpinan/dosen/pengajar/karyawan;
2. Biaya penelitian dan pengembangan;……

Oleh karena itu janganlah cepat-cepat menolak UU BHP , karena apabila UU BHP dijalankan
dengan benar maka Institusi Pendidikan dapat bersaing dengan sehat dan negara harus
bertanggung jawab memberi akses kepada mahasiswa miskin untuk menempuh pendidikan
di PT(N). Bentuk tanggung jawab itu bisa berupa kuota, pembebasan uang kuliah, beasiswa,
subsidi, atau pinjaman lunak. Alokasi dana itu harus tak mengurangi independensi PTN.
Dan yang terpenting di masa mendatang tidak ada lagi Yayasan Pendidikan yang dijadikan
kedok untuk menghindari pajak dan mencari keuntungan semata sehingga keluar dari sifat
dasarnya yaitu sebagai organisasi nirlaba.

Anda mungkin juga menyukai