Anda di halaman 1dari 2

Post Hegemony XIV: Laahaula Walaa quwwata ilabillahil Aliyyil Adhiim

Setelah khalwat selama


enam hari di ruang samping mushola, pada malam hari ketujuh Obeth keluar menemui
Guru Sufi yang sedang duduk di teras mushola ditemani Sufi tua, Sufi Sudrun, Sufi Kenthir,
Dullah, dan Sukiran. Dengan suara bergetar Obeth mengucap salam dan berkata
kepada Guru Sufi,Saya sudah menemukan Kebenaran dari semua yang sudah
pernah Mbah Kyai sampaikan. Saya sadar, selama ini pikiran dan jiwa saya sangat
dihegemoni oleh dogma, doktrin dan mitos masyarakat awam yang diyakini banyak orang
sebagai suatu kebenaran umum.
Guru Sufi tersenyum dan berkata,Apa itu tentang Kebenaran faktual di balik kalimat
Laahaula walaaquwwata ilabillahil aliyyil adhiim?
Benar sekali, Mbah Kyai, sahut Obeth dengan nafas naik turun.
Apa yang telah sampeyan alami selama khalwat sampai sampeyan menyadari Kebenaran
kalimah Laa haula walaa quwwata ilabillahil aliyyil adhiim yang bermakna tidak ada daya
dan kekuatan kecuali dari Allah Yang Mahatinggi dan Mahaagung? tanya Guru Sufi.

Ee sewaktu saya tenggelam dalam kekhusyukan tanaffus dan tadzakkur, ungkap Obeth
menjelaskan,Saya tiba-tiba merasakan bagaimana jantung saya berdetak, saya juga
merasakan bagaimana keluar dan masuknya nafas serta getaran dari aliran darah saya. Saya
merasakan itu semua Mbah Kyai.
Setelah itu? tanya Guru Sufi dengan suara ditekan.
Tiba-tiba saya merasakan ada sesuatu di kedalaman jiwa saya yang mengungkapkan
fakta tentang bagaimana detak jantung saya ternyata berdetak sendiri tanpa bisa saya
kendalikan. Saya terkejut dan sadar akan kenyataan faktual itu. Tetapi sesuatu di kedalaman
jiwa saya itu mengungkapkan kenyataan faktual tentang keluar dan masuknya nafas saya
yang ternyata tidak bisa saya kendalikan, kata Obeth bergetar.
Setelah itu?
Sesuatu di kedalaman jiwa saya itu terus mengungkap kenyataan-kenyataan faktual yang
tak tersanggah bahwa kita itu sejatinya tidak memiliki daya dan kekuatan apa pun, bahkan
sekedar daya dan kekuatan untuk mengatur segala sesuatu yang melekat pada diri kita,
kata Obeth menenangkan diri.
Setelah sadar bahwa sampeyan tidak bisa mengatur detak jantung dan tidak pula bisa
mengatur keluar dan masuknya nnafas, apalagi kesadaran yang sampeyan capai? tanya
Guru Sufi.
Sesuatu di kedalaman jiwa saya mengungkapkan bagaimana saya tidak punya daya dan
kekuatan untuk mengatur tumbuhnya rambut di kepala saya, tumbuhnya kumis dan
janggut saya, tumbuhnya alis mata saya. Saya juga sadar bahwa saya ternyata tidak punya
daya dan kekuatan untuk mengatur tumbuhnya kuku di jari tangan dan kaki saya. Saya sadar
bahwa saya tidak punya daya dan kekuatan untuk mengatur sirkulasi darah dan unsur-unsur
kimiawi di tubuh saya. Semua yang ada di dalam tubuh fisik saya bergerak dan berjalan
sendiri di luar kontrol dan kendali saya, kata Obeth menjelaskan.
Padahal selama ini bagaimana pandangan sampeyan?
Seperti umumnya orang-orang yang pikirannya terhegemoni pandangan awam yang naif
bahwa diriku adalah milikku yang kugerakkan sesuai keinginan dan kehendakku, kata
Obeth tegas,Dan itu ternyata keliru dalam memaknai Kebenaran faktual.
Berarti selama ini samnpeyan ikut pandangan Aku yang diagungkan Chairil Anwar ya?
Tepat sekali Mbah Kyai, sahut Obeth,Selama ini saya meyakini kebenaran Aku-nya
Chairil Anwar yang berkhayal seolah memiliki daya dan kekuatan untuk menentukan jalan
hidup sendiri sebagai manusia eksistensialis. Dan ternyata, pandangan dan keyakinan saya
itu tidak benar secara faktual.
Jadi yang Benar secara faktual sekarang ini menurut apa? tanya Guru Sufi
Laa haula walaaquwwata ilabillahil aliyyil adhiim.
Para sufi bertepuk tangan dan satu demi satu saling menyalami Obeth yang dinilai telah
memperoleh kenaikan maqam ruhani karena telah berhasil mencapai kesadaran yang
berbeda dengan kesadaran seumumnya masyarakat. Namun untuk maqam itu, Obeth
belum diberi gelar khusus sebagai sufi meski Dullah sudah mengusulkan gelar Sufi Koming
untuknya.

Anda mungkin juga menyukai