Anda di halaman 1dari 34

ANASTESI SPINAL PADA OPERASI SECTIO SECAREA DENGAN RIWAYAT PREEKLAMPSI

BERAT
(Case Report OK)



Oleh:
Tetra Arya Saputra
Ahmad Farizan R.
Lovensia
Rinavi Adrin


Pembimbing:
dr. Hartawan, Sp.An
dr. Yusnita Debora, Sp.An



KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RSUD AHMAD YANI
2014

STATUS ANESTESI PASIEN
IDENTITAS

Nama : Ny. J
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Bangun Rejo
Diagnosa : G4P2A1
Operasi : Sectio Caesaria + MOW
Operator : dr. Wahdi, Sp.OG
Ahli anestesi : dr. Yusnita Debora,Sp.An
No. RM : 237199
Anamnesis : autoanamnesa

Anamnesis
Keluhan Utama : mau melahirkan dengan hipertensi
dan glaukoma

Riwayat
Pasien datang ke RSAY Metro dengan keluhan mau
melahirkan dengan hipertensi dan glaukoma.
Keluhan disertai dengan pusing, kaki bengkak.
Pasein hamil 35 minggu. Pasien sebelumnya periksa
ke RS permata Hati, kemudian dokter menyarankan
untuk di rawat. Akhirnya pasien dibawa ke RSAY
Metro. Setelah dirawat dokter menyarankan untuk
terminasi kehamilan dengan SC. Kemudian pasien
diminta untuk puasa.

Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat Hipertensi tidak
ada
Riwayat Alergi tidak ada
Riwayat Operasi
sebelumnya ada, operasi
glaukoma 9 tahun yang
lalu
Riwayat asma tidak ada
Riwayat DM tidak ada


Riwayat penyakit
keluarga:
Riwayat hipertensi ada
Riwayat Asma tidak ada
Riwayat Alergi tidak ada


Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 190/110 mmhg
Nadi : 90 x/menit
RR : 25x/menit
Suhu : 36,5
0
C
Berat Badan : 50kg
Tinggi badan : 150 cm

Kepala
Mata : Konjungtiva ananemis
Sclera : Ikterik (-)
Mallampati score : 4
Tiromental distance : 6 cm

Leher
Kelenjar tiroid : Pembesaran (-)
KGB : Pembesaran (-)
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak
terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Kesan redup
Auskultasi : BJ
1
-BJ
2
reguler, gallop
(-). Murmur (-)

Paru
Inspeksi : Pergerakan kedua
hemithorax simetris
Palpasi : Fremitus normal
Perkusi : Sonor/sonor
Auskulasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-,
wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : cembung, simetris
Palpasi : hepar dan lien tidak
bisa dinilai
Perkusi : tidak dilakukan
Auskulasi : BU (+)
Ekstremitas
Atas : Hangat +/+, edem -/-
Bawah : Hangat +/+, edem -/-,
deformitas-/-

Status obstetri
TFU 21cm
Memanjang, puka
G4P2A1 (35 minggu)

Pemeriksaan penunjang
Darah Rutin Hasil Normal
Haemoglobin 10,9 g/dl 12 16 g/dl
Hematokrit 29,4 % 35 47%
Leukosit 11.600/l 3.800 10.600 /l
Trombosit 150.000/l 150.000- 450.000 /l
Eritrosit 3,9juta/l 3,6- 5,8 juta/l
MasaPerdarahan 2 1-6
MasaPembekuan 12 9-15
Kimia Darah Hasil Normal
AST (SGOT) 15 <25 U/L
ALT (SGPT) 16 < 30 U/L
Ureum 23 mg/dl 15-50 mg/dl
Kreatinin 0,88 mg/dl 0,8 - 1,3 mg/dl
Urine lengkap Hasil Normal
Warna Kuning jernih
pH 6,5 5 8
Protein Negatif Negatif
Leukosit Negatif Negatif
Diagnosa
G4P2A1 hamil 35 minggu belum inpartu JTH
preskep + PEB + glaukoma (ASA II)

Informed Consent
Tindakan anestesi dan operasi telah
diterangkan dan dimengerti, disetujui,
kemudian ditandatangani oleh keluarga
pasien.

ProsedurAnestesi

Status Fisik : ASA II
Kesadaran : Compos mentis
Airway : bernafas spontan
Tekanan Darah : 190/110 mmhg
Nadi : 90 x/menit
RR : 25x/menit
Suhu : 36,5
0
C
SpO2 : 99%

Premedikasi : nifedipin 10 mg
Tindakan Operasi : sectio caesaria + MOW
Jenis Anestesi : Spinal Anestesi
Teknik Anestesi : spinal
pasien dalam posisi duduk tegak dan kepala
menunduk
Dilakukan desinfeksi di sekitar daerah tusukan
yaitu regio vertebra lumbal 4-5
Dilakukan subarachnoid blok dengan jarm
spinal no 27 pada regio lumbal 4-5
Approach median
Barbotage (+)
LCS keluar jernih
Respirasi spontan

Medikasi
Anestesi spinal : Bupivacain 20 mg (1
ampul)
Posisi : telentang
Durante operasi : O2 2 liter

Cairan
Total Asupan Cairan
1. Kristaloid : RL 2 colf
2. Produk Darah : -

Cairan yang Keluar
1. Perdarahan : 400 ml
2. Urin : 100 ml

Monitoring
Monitoring selama operasi ( 1 jam )
Nadi
Saat mulai anastesi : 95 x/ menit
Saat operasi : Nadi tertinggi : 100 x/menit
Nadi terendah : 80
x/menit
Saturasi oksigen : 98-100 %

Instruksi Post Operasi
Posisi pasien bedrest, jaga jalan nafas
Infus RL 30 tetes / menit mikro
Monitoring jalan nafas
Analgetik ketoprofen sup 3 dd 2
Taximax 2dd1g
Amlodipin 1x10 mg
Puasa4 jam
Awasi perdarahan

Keadaan Pasca Bedah
Pasien masuk ICU dengan keadaan
Keadaan umum : Tampak Sakit
Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanandarah : 179/99 mmHg
Nadi : 83x / menit,
Respirasi : 18 x / menit,
bernapas spontan
Suhu : 36,5 celcius

Resume Prosedur Anestesi
Ny J, usia 40 tahun dengan diagnosis G4P2A1
hamil 35 minggu dengan PEB dan glaukoma
status ASA II. Pada pasien ini dilakukan tindakan
operasi SC + MOW, dilakukan premedikasi
dengan nifedipin 10 mg, kemudian pembiusan
spinal anestesi dengan bupivacaine 20 mg.
Nadi saat mulai anastesi 95x/menit, saat operasi
nadi tertinggi 100x/menit dan nadi terendah
80x/menit, dengan saturasi oksigen 98-100%.
Pada saat operasi berlangsung total cairan
yang masuk (RL) 1000cc dan total cairan yang
keluar (darah dan urin) 500cc

ANALISA KASUS
Dalam hal ini, kami menganalisis penentuan
ASA, pemedikasi. Pemilihan jenis anestesi,
pemberian terapi cairan durante operasi,
manajemen pasca operatif.

Penentuan ASA
Pada pasien ini, penentuan ASA sudah
tepat, yaitu ASA 2, karena pasien menderita
penyakit sistemik yang ringan yaitu riwayat
hipertensi.
Kelas Status Fisik
ASA I
Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik
selain penyakit yang akan dioperasi
ASA II
Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai
sedang.
ASA III
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang
belum mengancam jiwa.
ASA IV
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang
mengancam jiwa.
ASA V
Penderita sekarat yang mungkin tidak bertahan dalam
waktu 24 jam dengan atau tanpa pembedahan,
kategori ini meliputi penderita yang sebelumnya sehat,
disertai dengan perdarahan yang tidak terkontrol,
begitu juga penderita usia lanjut dengan penyakit
terminal.
Visit pre operasi dan
premedikasi
Pada pasien ini, sebelum
operasi, telah dilakukan visit
terlebih dahulu, visit pre
operasi bertujuan
mengetahui kondisi pasien
meliputi airway, breathing,
circulasi, dissability,
membina sambung rasa
pada keluarga pasien, dan
menentukan teknik anestesi
yang akan dilakukan. Hal-
hal tersebut sudah
dilakukan dengan baik
pada Ny. J

tujuan kunjungan pra
anestesi adalah:
Mempersiapkan mental
dan fisik secara optimal.
Merencanakan dan
memilih tehnik serta
obatobat anestesi yang
sesuai dengan fisik dan
kehendak pasien.
Menentukan status fisik
penderita dengan
klasifikasi ASA
Pada pasien ini
dilakukan
premedikasi
dengan nifedipin
10 mg bertujuan
untuk menurunkan
tekanan darah
karena pada
pasien ini tekanan
darahnya
tergolong tinggi

tujuan dari premedikasi
antara lain:
Memberikan rasa nyaman bagi pa
sien, misal : diazepam.
Menghilangkan rasa khawatir, misa
l : diazepam
Membuat amnesia, misal : diazepa
m, midazolam
Memberikan analgesia, misal pethi
din
Mencegah muntah, misal : domper
idol, metoklopropamid
Memperlancar induksi, misal : pethi
din
Mengurangi jumlah obat-obat ane
sthesia, misal pethidin
Menekan reflek-reflek yang tidak di
inginkan, misal : sulfas atropin.
Mengurangi sekresi kelenjar saluran
nafas, misal : sulfas atropin dan hios
in.
Pemilihan Jenis Anestesi

Indikasi spinal
anestesi
Pada pasien ini
dilakukan regional
anestesi. Pemilihan
anestesi regional
sebagai teknik anestesi
pada pasien ini
berdasarkan
pertimbangan bahwa
pasien akan menjalani
operasi section
secarea
o bedah abdomen bagian
bawah, misal: op hernia,
apendiksitis
o bedah urologi
o bedah anggota gerak
bagian bawah
o bedah obstetri ginekologi
o Bedah anorectal & perianal,
misal: ophemoroid

Manajemen Cairan Durante
Operatif
Perhitungan Rencana Pemberian Cairan
BB : 50 kg
Puasa : 6 jam
Lama operasi : 1 jam
Perdarahan : 400 cc
Cairan yang diberikan : RL 1000cc

Kebutuhan cairan maintenance untuk pasien dengan
berat badan 9 kg
2cc x 50kg = 100cc/jam
Pengganti Puasa
Lama puasa x maintenance = 6 jam x 100 cc =
600 cc

Jumlah cairan selama operasi berat (stress operasi)
6cc x 50 = 300 cc/ jam

Jam I : M+SO+1/2PP= 100+300+300= 700 cc
Jam II : M+SO+1/4PP= 100+300+150= 550 cc
Jam III : M+SO+1/4PP= 100+300+150= 550 cc

Cairan yang diberikan pada pasien ini selama
operasi :
Jam I : RL 1000 cc

Perdarahan selama operasi
Darah yang disuccion = 550 cc
Cuci NaCl = 300 cc
250 cc
Kassa kecil 15 kassa x 10cc = 150 cc
Jumlah perdarahan = 400 cc

Perdarahan = 400 cc
EBV (70 x BB) = 70 x 50 =
3500 cc

Grade Perdarahan
400 x 100% = 11,4%
3500


Pada pasien ini
terjadi perdarahan
sebanyak 11,4% atau
400 cc, sehingga
diberikan pemberian
larutan fisiologis (RL) 3
kali lipat.

Jika perdarahan 10%
: diganti dengan
larutan fisiologis (RL)
3 kali lipat
Jika perdarahan 15-
20%: diganti dengan
koloid sejumlah
perdarahan
Jika perdarahan
>20% : diganti
dengan wb sejumlah
perdarahan

Manajemen Pasca Operatif

Setelah operasi selesai, pasien
dipindahkan ke ruang ICU.
Pada pasien ini indikasi masuk
ICU adalah post operasi
sedang dengan glaukoma
yang memerlukan
pemantauan intensif untuk
pain management.

Pasien berbaring dengan
tetap menjaga dan
memantau jalan nafas agar
tidak tersumbat, dengan
pemberian oksigen
menggunakan nasal canul
sebanyak 3 Liter/menit,
monitoring pedarahan dan
dipuasakan hingga bising usus
positif.

Indikasi pasien masuk
ICU adalah kegagalan
atau krisis pada sistem
pernafasan, sistem
hemodinamik, sistem
saraf usat, sistem
endokrin dan metabolik,
sistem pembekuan
darah, overdosis obat,
reaksi obat dan
keracunan, infeksi berat
atau sepsis, dan pasien
post operasi besar yang
memerlukan
pemantauan intensif
untuk mencegah
komplikasi berat.
KESIMPULAN
Penggunaan anestesi sangat penting untuk
melakukan tindakan medis tertentu. Pemeriksaan pra
anestesi yang baik dan teliti memungkinkan kita
mengetahui kondisi pasien dan memperkirakan
masalah yang mungkin timbul sehingga dapat
mengantisipasinya serta dapat menentukan teknik
anestesi yang akan dipakai.

Anestesi spinal memungkinkan ibu untuk tetap sadar
pada saat kelahiran dan mendengar suara tangis
an dari bayinya, sehingga teknik anestesi tersebut
menjadi pilihan para ibu hamil dan dokter.


Pada makalah ini disajikan kasus anestesi
spinal pada operasi sectio caesarea pada
wanita, usia 40 tahun, status fisik ASA II
dengan diagnosis preeklamsia berat gravida
hamil preterm.Prosedur anestesi spinal pada
sectio casarea dalam kasus ini tidak
mengalami hambatan yang berarti baik dari
segi anestesi maupun dari tindakan
operasinya. Selama di ruang pemulihan
pasien sadar penuh, hemodinamik stabil, dan
tidak terjadi hal yang memerlukan
penanganan serius.

DAFTAR PUSTAKA

Morgan, Edward Jr, dkk. Clinical Anesthesiology. 2005.Lange. Mc Graw Hill

Longnecker E David, dkk. Anesthesiology. 2008. Mc Graw Hill

Stoelting K Robert, dkk. Anesthesia and Co-Existing Disease. 2002. Churchill
Livingstone

Latief A Said, dkk. Anestesiologi. 2010. Bagian Anestesiologi dan Terapi intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

William, dkk. Obstetric. Edisi 23. 2010. Cuninghan FG, dkk

Hyderally H. Complications of Spinal Anesthesia.The Mountsinai Journal of
Medicine.Jan-Mar 2002.

Katz J, Aidinis SJ. Complications of Spinal and Epidural Anesthesia.J Bone Joint
Surg Am.2010; 62:1219-1222.

Anda mungkin juga menyukai