Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

HOMOGENITAS PEMBAGIAN KELAS DAN


PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS X MM 3 SMK
NEGERI 10 MALANG

Mata Kuliah Metode Penelitian Kuantitatif
Dosen Pengampu / Pembimbing
Drs. Agus Purwadi, M.Si











Muhammad Soleh
201110010322125



JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

A. Judul Penelitian PENGARUH PEMBAGIAN KELAS TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS X MM 3 SMKN 10 MALANG.
B. Bidang Ilmu
Peneliti pada penelitian ini membatasi masalah yang akan diteliti pada bidang psikologi pendidikan,
yaitu pengaruh pembagian kelas yang diskriminatif terhadap motivasi belajar siswa.
C. Latar Belakang
Pembagian kelas sudah lazim dilakukan di setiap sekolah yang mempunyai jumlah siswa yang
banyak. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan kelas yang ideal sesuai peraturan pemerintah. Jumlah
maksimal siswa dalam setiap kelas sesuai standar nasional berdasarkan UU 14/2009 tentang
pendidikan berbeda pada tiap tingkatan. Untuk SD, SMP, SMA batasnya 42 orang, sedangkan SMK
36 orang.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pembagian kelas berpengaruh terhadap motivasi siswa kelas X MM 3 SMKN 10
Malang?
2. Apa pengaruh pembagian kelas terhadap motivasi siswa kelas X MM 3 SMKN 10
Malang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk:
1. Mengetahui pengaruh pembagian kelas terhadap motivasi siswa kelas X MM 3 SMKN
10 Malang.
2. Mengetahui pengaruh yang ditimbulkan oleh pembagian kelas terhadap motivasi siswa
kelas X MM 3 SMKN 10 Malang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak antara lain:
1. Bagi peneliti
Menambah wawasan pengetahuan tentang adanya pengaruh pembagian kelas terhadap motivasi
belajar siswa.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi gurua agar lebih berhati-hati dalam melakukan pembagian kelas, baik
pra maupun pasca pembagian kelas.
3. Bagi Siswa
Sebagai masukan bagi siswa bahwa pembagian kelas bertujuan untuk efektifitas belajar bukan
diskriminatif.
4. Bagi Peneliti Lain.
Sebagai referensi dan gambaran awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pembagian
kelas / rombel dan pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa.
G. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pembagian Kelas / Rombel
Kata pembagian berasal dari bagi yang berarti pecahan dari sesuatu yang utuh
1
. Jika ditambahkan
awalan pe dan akhiran an, maka berarti proses, cara, perbuatan membagi atau membagikan
2
.
Sedangkan kelas berarti tingkat, ruang tempat belajar di sekolah
3
. Jadi pengertian pembagian kelas
adalah pembagian tingkat dan ruang tempat belajar di sekolah.
Menurut Oemar Hamalik, "kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar
bersama yang mendapatkan pengajaran dari guru". Pengertian ini jelas ditinjau dari segi anak didik
karena dalam pengertian tersebut ada frase kelompok orang.
Sedangkan menurut Suharsini Arikunto, kelas adalah "sekelompok siswa yang pada waktu yang
sama menerima pelajaran yang sama
4
.
Rombel atau rombongan belajar adalah tempat pertemuan antara siswa dan guru, sehingga sebuah
rombel dianggap sah sebagai sebuah rombel jika memiliki siswa minimal 20 orang dan adanya guru
yang mengajar. Agar guru dapat terhitung jumlah jam mengajarnya maka guru harus dimapping
kedalam rombel dan ditentukan mata pelajaran yang diajarkan pada kelas (rombel) tersebut.
Pembagian kelas secara homogen cenderung membentuk kelas-kelas unggulan jiika peserta
didiknya terdiri dari siswa-siswa yang memiliki bakat dan kecerdasan yang tinggi. Kelas unggulan
inilah yang sekarang menjadi tren pendidikan di sekolah-sekolah kita saat ini meski secara harfiah
kelas dikelompokkan dengan kelas A,B,C, dst.
Menurut Aripin Silalahi, kelas unggulan adalah:kelas yang menyediakan program pelayanan kusus
bagi peserta didik dengan cara mengembangkan bakat dan kreativitas yang dimilikinya untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
5

Sedangkan menurut Direktorat Pendidikan Dasar yang ditulis kembali oleh Agus Supriyono
adalah sejumlah anak didik yang karena prestasinya menonjol dikelompokkan di dalam satu kelas
tertentu kemudian diberi program pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan
dan adanya tambahan materi pada mata pelajaran tertentu.
6


1
http://kbbi.web.id/bagi-2, diakses tanggal 10 Mei 2014
2
Ibid,
3
http://kbbi.web.id/kelas, diakses 10 Mei 2014.
4
Sudirman. N dkk, 1992, Ilmu Pendidikan, Cet. IV; Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya
5
Aripin Silalahi, Program Kelas Unggulan, (Sidikalang: 2006), hlm. 1-2.
6
Agus Supriyono, Tesis: Penyelenggaraan Kelas Unggulan di SMA Negeri 2 Ngawi, (Surakarta: Universitas Sebelas
2. Macam-macam Pembagian Kelas
Dalam pembagian kelas/rombel diketahui ada yang bersifat heterogen dan kelas homogen.
a. Kelas heterogen adalah kelas yang distribusi siswanya tidak berdasarkan pada
kesamaan kemampuan akademik, ras, gender dan lain sebagainya. Tetapi siswa
dikelompokkan berdasarkan usia dan masa belajarnya di sekolah.
Menurut Carol Brainbridge
7
, kelas heterogen adalah tipe pembagian siswa diantara berbagai ruang
kelas dari tingkat yang berbeda di sekolah. Metode ini membagi siswa berdasarkan usia yang
sebaya dengan tujuan untuk pendistribusian siswa berdasarkan kemampuan yang berbeda dan
kebutuhan emosional yang berbeda. Siswa yang berbakat dan berprestasi ditempatkan di semua
kelas daripada dikumpulkan menjadi satu kelompok kelas unggulan.
b. Sedangkan kelas homogen adalah pendistribusian siswa kedalam kelas-kelas
berdasarkan bakat dan kemampuan akademik siswa kedalam kelas tertentu. Menurut
Carol Bainbridge kelas homogen adalah penempatan siswa dengan kesamaan
kemampuan kedalam satu kelas yang sama. Meskipun mungkin terdapat perbedaan
kemampuan dan sebuah kelas, tetapi perbedaan itu lebih terbatas dari pada di kelas
heterogen.
8

3. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi belajar dalam KBBI diartikan sebagai dorongan yg timbul pd diri seseorang secara sadar
atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dng tujuan tertentu, usaha yg dapat menyebabkan
seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan
yg dikehendakinya atau mendapat kepuasan dng perbuatannya
9
. Menururt Sardiman (2003)
motivasi diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif
10
.
Ngalim Purwanto (2006) berpendapat, bahwa setiap motif itu bertalian erat dengan suatu tujuan dan
cita-cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motifnya sehingga
motif itu sangat berguna bagi tindakan atau perbuatan seseorang
11
.
Dari dua pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa motivasi merupakan daya atau energi yang
mendorong setiap individu mencapai tujuan atau keinginannya.
Fungsi motivasi adalah:
a. Motif mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak.
b. Motif menentukan arah perbuatan yakni kearah [erwujudan suatu tujuan atau cita-

Maret, 2009), hlm. 13.
7
http://giftedkids.about.com/od/glossary/g/heterogeneous.htm, diakses 10 Mei 2014
8
http://giftedkids.about.com/od/glossary/g/homogeneous.htm, diakses 10 Mei 2014
9
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal
973.
10
Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: raja Grafindo Persada.
11
Ngalim, Purwanto, 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
cita.
c. Motif menyeleksi perbuatan itu. Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana
yang harus dilakukan dan yang harus dijauhi guna tercapainya suatu tujuan.
Belajar menurut KBBI adalah berusaha mengetahui sesuatu; berusaha memperoleh ilmu
pengetahuan (kepandaian, keterampilan)
12
.
Menurut Thursan Hakim (2000) yang dikutip Winastwan Gora dan Sunarto (2010 : 16), belajar
adalah suatu proses perubahan perubahan didalam manusia, ditampakan dalam bentuk peningkatan
kualitan dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain
13
.
Mahmud (1989 : 121-122) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku
baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadi dalam diri
seseorang karena pengalaman
14
.
Berdasarkan dari pengertian dan pendapat beberapa ahli, belajar dapat diartikan sebagai proses
usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan yang relatif menetap dalam
bentuk pengetahuan, perasaan maupun ketrampilan berdasarkan pada latihan atau pengalaman.
Motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, menggerakkan dan mengarahkan siswa dalam
belajar (Endang Sri Astuti, 2010 : 67).
Motivasi belajar sangat erat sekali hubungannya dengan prilaku siswa disekolah. Motivasi belajar
dapat membangkitkan dan mengarahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baru. Bila
pendidik membangkitkan motivasi belajar anak didik, maka meraka akan memperkuat respon yang
telah dipelajari (TIM Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007 : 141). Motivasi belajar yang
tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang
oleh berbagai kesulitan.
4. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Motivasi yang ada pada diri siswa sangat penting dalam kegiatan belajar. Ada tidaknya motivasi
seseorang individu untuk belajar sangat berpengaruh dalam proses aktivitas belajar itu sendiri.
Seperti dikemukakan oleh Sardiman AM (2003 : 83) motivasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak
pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah

12
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hal
24.
13
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008)
14

dicapai).
c. Mewujudkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa.
(misalnya masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan
korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya).
d. Lebih senang bekerja mandiri
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-
ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal
Jika ciri-ciri tersebut terdapat pada seorang siswa berarti siswa tersebut memiliki motivasi belajar
yang cukup kuat yang dibutuhkan dalam aktifitas belajarnya. Dari pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan menunjukkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Keinginan mendalami materi
b. Ketekunan dalam mengerjakan tugas
c. Keinginan berprestasi
d. Keinginan untuk maju
5. Jenis-jenis motivasi belajar
Kegiatan pembelajaran akan berhasil jika para siswa bersikap aktif dan mempunyai iunisiatif yang
kuat dalam memahami dan mempelajari materi pelajaran. Sikap aktif ini tidak akan terwujud tanpa
adanya motivasi dalam diri siswa.
Sri Hapsari (2005 : 74) membagi motivasi membagi dua jenis yaitu motivasi instrinsik dan motivasi
ekstrinsik dengan mendefinisikan kedua jenis motivasi itu sebagai berikut yaitu Motivasi instrinsik
adalah bentuk dorongan belajar yang datang dari dalam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan
dari luar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan belajar yang datangnya dari luar diri
seseorang.
berdasarkan pendapat tersebut, maka motivasi dibagi menjadi dua yakni intrinsik dan ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah dorongan yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang tanpa adanya
pengaruh dari luar. Semakin kuat motivasi intrinsik yang dimiliki seseorang, semakin ia
memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan.
Menurut Singgih (2008 : 50), motivasi intrinsik merupakan dorongan yang kuat berasal dari dalam
diri seseorang. Sedangkan John W Santrock (2003 : 476) mengatakan motivasi intrinsik adalah
keinginan dari dalam diri seseorang untuk menjadi konpeten, dan melakukan sesuatu demi usaha itu
sendiri. Thursan (2008 : 28) mengemukakan motif intrinsik adalah motif yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan.
Menurut Sri Hapsari (2005 : 74) motivasi Intrinsik pada umumnya terkait dengan bakat dan faktor
intelegensi dalam diri siswa. Motivasi intrinsik dapat muncul sebagai suatu karakter yang telah ada
sejak seseorang dilahirkan, sehingga motifasi tersebut merupakan bagian dari sifat yang didorong
oleh faktor endogen, faktor dunia dalam, dan sesuatu bawaan (Singgih, 2008 : 50),
Motivasi intrinsik yang dimiliki siswa akan lebih kuat jika memiliki motivasi ekstrinsik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi intrinsik adalah:
1. Keinginan diri
2. Kepuasan
3. Kebiasaan baik
4. Kesadaran
b. Motivasi Ekstrinsik
Menurut Supandi (2011 : 61), motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul manakala terdapat
rangsangan dari luar individu. Menurut Thomas (2010 : 39) motivasi ekstrinsi adalah motivasi
penggerak atau pendorong dari luar yang diberikan dari ketidak mampuan individu sendiri. Menurut
Jhon W Santrock (2003 : 476) berpendapat, motivasi ekstrinsik adalah keinginan mencapai sesuatu
dengan tujuan untuk mendapatkan tujuan eksternal atau mendapat hukuman eksternal.
John W Santrock (2003 : 476), motivasi ekstrinsik adalah keinginan untuk mencapai sesuatu
didorong karena ingin mendapatkan penghargaan eksternal atau menghindari hukuman eksternal.
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan untuk berprestasi yang diberikan oleh orang lain seperti
semangat, pujian dan nasehat guru, orang tua, dan orang lain yang dicintai.
Dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi ektrinsik dipengaruhi atau
dirangsang dari luar individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik antara lain:
1. pujian
2. nasehat
3. semangat
4. hadiah
5. hukuman
6. meniru sesuatu
6. Hubungan antara pembagian kelas dengan motivasi belajar
Motivasi merupakan hal yang berhubungan dengan jiwa dan bersifak psikologis. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya bahwa motivasi merupakan dorongan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor
baik internal (intrinsik) maupun eksternal (ekstrinsik), dan pembagian kelas merupakan upaya
dalam mengefektifkan pembelajaran. Maka terdapat hubungan antara pembagian kelas dan motivasi
yang diterima oleh siswa tergantung pada kondisi psikologis dan kemampuan akademis siswa.
Ketika pembagian kelas bersifat homogen (dibedakan berdasarkan kemampuan akademik dan bakat
peserta didik) maka akan berpengaruh pada motivasi siswa. Sebagai contoh ketika peserta didik
dieklompokkan kedalam kelas A atau 1 atau unggulan dan psikologis siswa tersebut baik, maka ia
akan memiliki motivasi yang kuat dalam pembelajaran. Sebaliknya ketika siswa tersebut memiliki
mental yang lemah, ia akan merasa terbebani dengan pembagian tersebut karena merasa pesimis.
Ketika seorang siswa dikelompokkan kedalam kelas yang gombal, kadar motivasi pun bervariasi.
Jika siswa tersebut bermental kuat, maka ia akan merasa tertantang dan berusaha untuk
memperbaiki prestatisnya agar dipindah ke kelas unggulan. Sebaliknya ketika mentalnya rendah,
maka ia akan semakin merasa direndahkan dan tidak termotivasibelajarnya.


H. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi dengan menggunakan pendekatan survey format
implikasi karena untuk meneliti pengaruh pembagian kelas terhadap motivasi belajar siswa.
2. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian adalah seluruh siswa kelas X MM 3 SMKN 10 Malang yang berjumlah 33 anak.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SMK Negeri 10 Malang Jl. Raya Tlogowaru Malang.
4. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive, yakni seluruh siswa kelas X
MM 3.
5. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas (x) dan variabel terikat (y).
a. Pembagian kelas adalah variabel bebas (x) atribut:baik, cukup, jelek.
b. Motivasi belajar siswa adalah variabel terikat (y) attribut: tinggi, sedang, jelek.
6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh
yang ditimbulkan oleh pembagian kelas terhadap motivasi belajar siswa.
7. Metode Pengumpulan Data
a. angket
Angket merupakan teknik utama, yaitu teknik pengumpulan data dengancara menyebarkan
sejumlah lembaran pertanyaan kepada responden yang adarelevansinya dengan permasalahan yang
diteliti.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pendukung atau pelengkap untuk mengumpulkan data-data atau
keterangan-keterangan tertulis mengenai keadaan siswa kelas X MM 3 seperti nilai akademik dan
catatan prestasi maupun pelanggaran.
8. Sumber Data
Sumber data penelitian ini berasal dari hasil angket yang disebarkan pada siswa dan dokumentasi
nilai siswa kelas XX MM 3 SMKN 10 Malang.
9. Metode Analsisis Data
erdasarkan jenis data yang telah diperoleh pada kuantitatif maka teknik pengalolaan data atau
analisis data yang dipergunakan adalah data kuantitatif, yaitudengan mengelolah kemudian
disajikan dalam bentuk tabel untuk mempersentasekanhasil perolehan data tersebut kemudian
dianalisis dengan menggunakan teknik dekriptif dan presentasi.
Dalam melakukan analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik deskriptif
dan statistik inferensial. Sesuai dengan penjelasan Sugiyono bahwa teknik analisis data dalam
penelitian kuantitatif menggunakanstatistik deskriptif dan statistik inferensial.
15

a. Statistik Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi, dan tanpa uji signifikansi.
16

Dalam analisis statistik deskriptif peneliti menggunakna rumus:
P=x 100%
Keterangan:
P : Presentase
F : Frekuensi
N : Jumlah Sampel yang diambil
17

Untuk mengetahui pengaruh pembagian kelas terhadap motivasi belajar siswa kelas X MM 3
SMKN 10 Malang, peneliti menggunakan rumus regresi linear sederhana:
Y' = nilai pengaruh yan gdiprediksikan

15
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kualitatif,Kuantitatif, dan R&D
(Cet. IX. Bandung: Alfabeta, 2010). h. 207
16
Ibid,
17
Anas Sudjino, Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: PT Rajagrafindo,2009).h. 34
a = konstanta atau bilangan harga X = 0
b = koefisien regresi
X = nilai variable terikat
18

b. Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data
sampel dan hasilnya dari populasi yang dilakukan secara random
19
. Untuk itu,
statistik inferensial digunakan untuk menguji taraf signifikansi misalnya uji t pada
tabel t, uji F pada tabel F.
Statistik ini menggunakan rumus:
=
2
1 +
2

Keterangan:
t = nilai t yang dihitung
n = jumlah anggota sampel
r = koefisien korelasi
20

I. Instrumen Penelitian
Penilit menggunakan instrumen penelitian berupa angket/kuisioner dengan jawaban tertutup.
Angket terdiri dari ... pertanyaan yang harus dijawab oleh seluruh siswa kelas X MM 3 SMKN 10
Malang. Adapun isi pertanyaan mengenai pembagian kelas dan pengaruhnya terhadap motivasi
belajar siswa.
J. Daftar Pustaka

18
Sugiyono, op.cit. h. 262
19
ibid.h. 209
20
Ibid, h. 259

Anda mungkin juga menyukai