Anda di halaman 1dari 1

TEMPO Interaktif, Manado: Tim peneliti Indonesia-Amerika menemukan gunun

g api bawah laut di perairan kepulauan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. Gunung it
u memiliki ketinggian 3.400 meter, hampir setara dengan tinggi gunung Semeru di
Pulau Jawa. Kami menyebut gunung api bawah laut itu dengan nama Kawio Barat, kata
Sugiarta Wirasantosa, koordintor tim penelitian laut dalam Indonesia, seusai sem
inar Indonesia-USA Expedition Sangihe Talaud 2010 di Manado, Senin (19/7).
Menurut Sugiarta, nama itu diambil karena lokasi gunung berdekatan dengan pulau
Kawio sebelah barat di kepulauan Sangihe Talaud. Selain itu, di dalam gunung api
bawah laut itu terdapat beberapa titik sumber panas bumi dan ribuan spesies uni
k yang bertahan hidup dengan memakan bakteri disekitar gunung api bawah laut.
Sugiarta mengatakan, penelitian itu itu dilakukan dengan menggunakan kapal Okean
os dari Amerika Serikat dan kapal Baruna Jaya IV dari Indonesia pada kedalaman 6
000 meter. Penelitian ini baru pertama kali dilakukan dan merupakan satu-satunya
riset di dunia yang menggunakan teknologi canggih dengan kolaborasi antara kapa
l Okeanos milik tim riset National Oceanic Athmospheric Administration (NOAA) Am
erika dan kapal Baruna Jaya 1V milik Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) I
ndonesia.
Keberadaan gunung api bawah laut serta sumber panas bumi dan biota lainnya terek
em dengan jelas oleh robot yang terpasang kamera berresolusi tinggi. Robot terse
but oleh ilmuan dari Indonesia dan Amerika disebut Remotely Operated Vehicle (RO
V).
Saat robot mengambil gambar aktivitas gunung berapi itu, visualnya dapat dilihat
oleh semua peneliti berada di Jakarta atau di Amerika. Sebab, tampilan gambar h
idup dan data-data yang ada dibawah laut melalui robot kecil itu terkirim secara
langsung melalui satelit. Lalu satelit mengirimkan video dan suaranya ke Expedit
ion Command Centre yang ada didua lokasi, yakni di Jakarta dan Seattle, Amerika,
kata Jeremy Potter, ilmuan dari NOAA.
Hal itulah yang menurutnya menjadikan riset ini sebagai riset tercanggih. Karena
peneliti tidak harus berada di atas kapal, tapi bisa di darat dengan memanfaatk
an teknologi. Yang ada dalam kapal hanya beberapa orang saja, sedang isi kapal ad
alah alat-alat canggih, terang Jeremy.
Penelitian yang melibatkan 20 ilmuan dari indonesia dan 8 ilmuan dari Amerika it
u, memulai ekspedisinya pada tanggal 24 Juni 2010 dan direncanakan berakhir tang
gal 14 Agustus mendatang.
Webb Pinner, juga dari dari NOAA, mengatakan, riset laut dalam ini adalah pertam
a kali dilakukan oleh kapal Okeanos dan bekerja sama dengan pemerintah Indonesia
. Kegiatan tersebut, kata dia, merupakan bagian kerjasama kemitraan jangka panja
ng antara Indonesia dan Amerika untuk memajukan ilmiah kelautan, teknologi dan p
endidikan.
Namun dari hasil riset itu, ilmuan dari Indonesia maupun Amerika belum mengident
ifikasi, apakah ekosistem bawah laut tersebut merupakan temuan baru atau sudah d
itemukan ditempat lain.
Kami baru fase identifikasi dan belum bisa mengatakan bahwa temuan ini hanya ada
di kepulauan Sangihe Talaud, tambah Noorsalam Nganro, peneliti dari Institut Tekn
ologi Bandung.
Namun menurut Noorsalam, riset ini berhasil menyibak rahasia kedalaman laut yang
selama ini sulit dilakukan. Dan hal itupula menunjukan kemampuan Indonesia beke
rja sejajar dengan para peneliti dari Amerika. Masih banyak yang akan terungkap
dari riset ini nanti. Seperti sebuah teka-teki, kata Noorsalam.

Anda mungkin juga menyukai