Anda di halaman 1dari 5

323 Sari Pediatri, Vol. 9, No.

5, Februari 2008
Artikel Asli
Perbandingan Baku Rujukan World Health
Organization Child Growth Standards (WCGS)
dan National Center For Health Statistics
(NCHS)/WHO: Implikasinya pada Diagnosis
Tuberkulosis Anak Balita
Harry Iskandar, Heda Melinda D. Nataprawira, Julistio TB. Djais, Herry Garna
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Dr. Hasan Sadikin Bandung
Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang. Latar belakang. Badan kesehatan dunia WHO mengeluarkan baku rujukan yang disebut WHO Child
Growth Standards ( (( ((WCGS) menggantikan NCHS/WHO untuk menilai pertumbuhan anak usia 0-5 tahun.
Status gizi merupakan salah satu kriteria dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis (TB) anak di Indonesia
sehingga pemilihan baku rujukan status gizi mungkin berpengaruh terhadap diagnosis TB anak balita.
Tujuan. Tujuan. Tujuan. Tujuan. Tujuan. Mengetahui implikasi penilaian status gizi menggunakan baku rujukan WCGS dibandingkan
NCHS/WHO untuk diagnosis TB anak balita.
Metode. Metode. Metode. Metode. Metode. Penelitian potong-lintang dengan membandingkan dua baku rujukan untuk menilai status gizi
dan menegakkan diagnosis TB anak balita. Penelitian berdasarkan data sekunder penelitian prevalens TB
anak balita yang dilakukan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Bandung selama periode Februari-
Juli 2006. Uji McNemar digunakan untuk membandingkan status gizi dan diagnosis TB antara kedua
kelompok baku rujukan.
Hasil. Hasil. Hasil. Hasil. Hasil. Berdasarkan uji McNemar didapatkan perbedaan status gizi yang bermakna secara statistik antara
kelompok WCGS dan NCHS/WHO (p=0,002), meskipun demikian tidak didapatkan perbedaan diagnosis
TB antara kedua kelompok tersebut.
Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Kesimpulan. Baku rujukan WCGS dapat digunakan untuk menentukan status gizi dan diagnosis TB
pada populasi penelitian ini. (Sari Pediatri 2008; 9(5):323-7).
Kata kunci: WHO Child Growth Standards, NCHS/WHO, status gizi, TB anak
Alamat korespondensi
Dr. Harry Iskandar, Sp.A, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RS Dr. Hasan Sadikin,
Jl. Pasteur No. 38, Bandung, Telepon/Fax. (022) 2034426, 2035957 B
aku rujukan pertumbuhan merupakan alat
yang paling sering digunakan dan sangat
bermanfaat untuk menilai pertumbuhan
seorang anak, baik dalam skala individu,
324
Harry Iskandar dkk: WCGS dan NCHS/WHO pada Diagnosis Tuberkulosis
Sari Pediatri, Vol. 9, No. 5, Februari 2008
kelompok, maupun komunitas. Berdasarkan data dari
United States Health Examination Surveys dan Ohio Fels
Research Institute, National Center for Health Statistics
(NCHS) dan Center for Disease Control (CDC)
membuat distribusi persentil yang diperhalus untuk
berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala anak
mulai lahir sampai usia 18 tahun.
1,2
Pada tahun 1975,
sebuah kelompok kerja yang terdiri dari para ahli
merekomendasikan WHO untuk menggunakan data
NCHS tersebut (selanjutnya disebut NCHS/WHO)
menjadi baku rujukan untuk menilai pertumbuhan
serta status gizi, dan berlaku sebagai standar
internasional walaupun masih banyak terdapat
keterbatasan.
3
Untuk mengatasi kekurangan-kekurangan ter-
sebut, pada tahun 1993 WHO mengevaluasi baku
rujukan NCHS/WHO dengan membuat proyek
WHO Multicentre Growth Reference Study (MGRS),
4,5
kemudian menetapkan baku rujukan baru yang
dikeluarkan pada tahun 2006 dan disebut dengan
WHO Child Growth Standard (WCGS).
6-8
De Onis dkk,
9
melakukan penelitian potong-
lintang untuk membandingkan baku rujukan WCGS
dan NCHS/WHO. Subjek penelitian tersebut adalah
anak usia 0-5 tahun yang mewakili berbagai ras dan
negara di dunia. Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan bahwa jumlah anak kurang gizi menjadi
lebih banyak dengan menggunakan baku rujukan
WCGS dibandingkan dengan NCHS/WHO pada
anak usia 0-6 bulan. Sebaliknya, pada anak usia >6
bulan jumlah anak kurang gizi menjadi lebih sedikit
dengan menggunakan baku rujukan WCGS di-
bandingkan dengan NCHS/WHO.
Status gizi merupakan salah satu kriteria dalam
sistem skoring diagnosis tuberkulosis (TB) anak
menurut Pedoman Nasional TB (PNTB) Anak yang
dibuat oleh Unit Kerja Koordinasi Pulmonologi
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK
Pulmonologi PP IDAI) tahun 2005.
10
Baku rujukan
yang digunakan untuk menentukan status gizi pada
kriteria diagnostik menurut PNTB Anak tidak
disebutkan secara eksplisit. Berdasarkan kenyataan
adanya perbedaan penilaian status gizi dengan
menggunakan baku rujukan WCGS dibandingkan
dengan NCHS/WHO, maka penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui implikasi penilaian status gizi dengan
menggunakan baku rujukan WCGS dibandingkan
dengan NCHS/WHO terhadap penentuan diagnosis
TB anak berdasarkan krtieria PNTB Anak.
Metode
Penelitian potong-lintang dengan menggunakan data
sekunder penelitian kami terdahulu yang dilakukan
di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Bandung
selama periode Februari-Juli 2006 mengenai prevalens
TB anak balita. Penelitian telah mendapatkan
persetujuan etik dari Komite Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RS Dr.
Hasan Sadikin Bandung.
Diagnosis TB menggunakan kriteria diagnostik
dengan sistem skoring menurut PNTB Anak UKK
Pulmonologi PP IDAI tahun 2005. Kriteria diagnostik
tersebut meliputi adanya kontak dengan kasus TB paru
dewasa, uji tuberkulin, status gizi (keadaan gizi),
demam tanpa sebab jelas, batuk, pembesaran kelenjar
limfe koli, aksila, atau inguinal, pembengkakan tulang/
sendi panggul, lutut, atau falangs, serta foto rontgen
toraks (Tabel 1).
10
Diagnosis TB dibedakan menjadi
penyakit TB dan infeksi TB. Penyakit TB ditegakkan
bila memenuhi kriteria TB menurut PNTB Anak
UKK Pulmonologi PP IDAI tahun 2005, sedangkan
bila tidak memenuhi kriteria tersebut tetapi didapatkan
hasil indurasi uji kulit tuberkulin positif (>10 mm atau
untuk anak yang dianggap imunosupresi >5 mm) maka
disebut dengan infeksi TB. Pada sistem skoring
diagnostik TB anak tersebut terdapat status gizi sebagai
salah satu kriteria dengan menggunakan berat badan
terhadap usia (BB/U) atau berat badan terhadap tinggi
badan (BB/TB). Nilai skor 1 diberikan untuk BB/TB
<90% atau BB/U <80%, sedangkan untuk BB/TB
<70% atau BB/U <60% atau bila dijumpai keadaan
klinis gizi buruk diberi skor 2. Baku rujukan yang
digunakan untuk menentukan status gizi tidak
disebutkan.
10
Kami melakukan modifikasi kriteria status gizi
untuk memudahkan pelaksanaan ini di lapangan
dengan menetapkan skor 1 untuk BB/TB 70 <90%
(disebut kurang gizi ringan-sedang), skor 2 untuk BB/
TB <70% atau bila dijumpai keadaan klinis gizi buruk
(disebut gizi buruk), serta skor 0 utuk BB/TB >90%
(disebut gizi baik/lebih). Baku rujukan yang digunakan
pada penelitian kami yang terdahulu tersebut adalah
baku rujukan NCHS/WHO. Pada penelitian tersebut
didapatkan 20 orang anak dengan kurang gizi ringan-
sedang, 41 orang anak dengan gizi baik atau lebih,
dan tidak didapatkan anak dengan gizi buruk.
Diagnosis TB pada penelitian terdahulu dibedakan
menjadi infeksi TB dan penyakit TB Infeksi TB adalah
325
Harry Iskandar dkk: WCGS dan NCHS/WHO pada Diagnosis Tuberkulosis
Sari Pediatri, Vol. 9, No. 5, Februari 2008
didapatkannya uji tuberkulin positif tetapi jumlah skor
<6, sedangkan penyakit TB ditegakkan bila jumlah
skor >6 berdasarkan kriteria diagnosis TB menurut
UKK Pulmonologi PP IDAI (2005).
11
Infeksi TB
terdapat pada 6 (9,8%; IK 95% 2,3-17,3) orang anak,
dan penyakit TB ditemukan pada 10 (16,4%; IK 95%
7,1-24,7) orang anak.
Dihitung ulang BB/TB subjek penelitian
dengan menggunakan baku rujukan WCGS. Data
BB/TB yang didapat dengan baku rujukan WCGS
diklasifikasikan sama dengan klasifikasi NCHS/
WHO yaitu gizi baik/lebih, kurang gizi ringan-
sedang, dan gizi buruk. Untuk membandingkan
status gizi antara kelompok WCGS dan NCHS/
WHO digunakan uji komparatif kategorik ber-
pasangan tabel 2x(>2) yaitu dengan uji marginal
homogeinity.
11
Terdapat perbedaan bermakna antara kedua
kelompok baku rujukan status gizi selanjutnya
ditindaklanjuti dengan membandingkan diagnosis TB
yang dibedakan menjadi normal, infeksi TB, dan
penyakit TB, juga dengan menggunakan uji komparatif
kategorik berpasangan tabel 2x(>2) dengan uji
marginal homogeinity.
11
Hasil
Setelah diklasifikasikan ternyata dengan menggunakan
baku rujukan WCGS didapatkan 10 orang anak
kurang gizi ringan-sedang, 51 orang anak gizi baik atau
lebih, dan tidak didapatkan anak dengan gizi buruk
dibandingkan dengan 20 orang anak dengan kurang
gizi ringan-sedang, 41 orang anak dengan gizi baik
Tabel 1. Kriteria diagnosis tuberkulosis anak UKK Pulmonologi PP IDAI (2005)
Parameter Skor
0 1 2 3
Kontak TB Tidak jelas Laporan keluarga, Kavitas (+), BTA (+)
BTA (-), atau tidak tahu BTA tidak jelas
Uji tuberkulin Negatif Positif (>10 mm,
atau >5 mm pada
imunosupresi)
Berat badan
(BB)/keadaan gizi BB/TB <90% atau Klinis gizi buruk
BB/U <80% atau BB/TB <70%
atau BB/U <60%
Demam tanpa > 2 minggu
sebab jelas
Batuk > 3 minggu
Pembesaran kelenjar Ukuran >1 cm,
limfe leher, aksila, jumlah >1,
inguinal tidak nyeri
Pembengkakan Ada pembengkakan
tulang/sendi panggul,
lutut, falang
Foto rontgen toraks Normal/ - Infiltrat - Kalsifikasi + infiltrat
tidak jelas - Pembesaran kelenjar - Pembesaran kelenjar
- Konsolidasi segmental/lobar + infiltrat
- Atelektasis
Keterangan
Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis
Berat badan dinilai saat datang
Penyakit TB: jumlah skor >6
Sumber: UKK Pulmonologi IDAI, 2005
11
326
Harry Iskandar dkk: WCGS dan NCHS/WHO pada Diagnosis Tuberkulosis
Sari Pediatri, Vol. 9, No. 5, Februari 2008
atau lebih, dan tidak didapatkan anak dengan gizi
buruk dengan menggunakan baku rujukan NCHS/
WHO (Tabel 2).
Pada Tabel 2 tertera tidak didapatkan gizi buruk
pada kedua baku rujukan, sehingga digunakan uji
komparatif kategori berpasangan tabel 2x2 dengan uji
McNemar. Berdasarkan uji McNemar, didapatkan
perbedaan bermakna antara kelompok WCGS dan
NCHS/WHO (p=0,002).
Perbedaan status gizi menyebabkan terjadinya
perbedaan jumlah skor untuk tiap subjek penelitian.
Namun demikian, pada penelitian ini tidak terdapat
perbedaan diagnosis TB pada kelompok WCGS
dibandingkan dengan NCHS/WHO yaitu infeksi TB
terdapat pada enam (9,8%; IK 95% 2,3-17,3) orang
anak, sedangkan penyakit TB terdapat pada 10
(16,4%; IK 95% 7,1-24,7) orang anak (Tabel 3).
Pada Tabel 3 tampak tidak terdapat perbedaan
diagnosis TB menggunakan status gizi berdasarkan
baku rujukan WCGS dan NCHS/WHO, sehingga
tidak diperlukan uji marginal homogeinity untuk
melihat adanya perbedaan secara statistik.
Diskusi
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan secara
bermakna antara penilaian status gizi dengan
menggunakan baku rujukan WCGS dan NCHS/
WHO. Hal ini mungkin disebabkan karena perbedaan
kriteria inklusi populasi penelitian NCHS/WHO dan
WCGS (WHO MGRS). Pada data WHO MGRS
hanya melibatkan bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif sedangkan data NCHS/WHO didominasi
oleh bayi yang menggunakan susu formula. Perbedaan
lain adalah interval pengukuran pada data WHO
MGRS dilakukan setiap dua minggu selama satu bulan
pertama yang dilanjutkan dengan pengukuran tiap
bulan dibandingkan dengan pengukuran tiap tiga
bulan pada data NCHS/WHO. Selain itu WCGS
telah menggunakan metode analitik yang lebih baik
dengan bentuk kurva pertumbuhan yang lebih
disempurnakan.
6-8
Setelah diimplementasikan pada diagnosis TB anak
berdasarkan sistem skoring menurut kriteria Pedoman
Nasional TB Anak UKK Pulmonologi PP IDAI tahun
2005, ternyata penggunaan kedua baku rujukan tidak
berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena diagnosis
penyakit TB memerlukan jumlah skor minimal adalah
6, sedangkan perubahan status gizi hanya mengubah
satu skor saja sehingga pengaruhnya tidak terlalu besar.
Kesimpulan
Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan diagnosis
TB anak balita menggunakan status gizi berdasarkan
baku rujukan WCGS dan NCHS/WHO. Status gizi
dengan menggunakan baku rujukan WCGS dapat
digunakan sebagai salah satu kriteria diagnostik TB
anak balita pada populasi subjek penelitian ini.
Daftar Pustaka
1. United States Vital and Health Statistics. National Center
for Health Statistics: growth curves for children birth-
18 years. Ser. 11, No. 165, DHEW publ 78-1650. Wash-
ington: Government Printing Office, 1977.
2. Hamill PVV, Drizd TA, Johnson CL, Reed RB, Rouche
AF, Moore WM. Physical growth: national center for
health statistics percentiles. Am J Clin Nutr. 1979;
32:607-29.
3. World Health Organization. A growth chart for inter-
national use in maternal and child health care - guide-
lines for primary health care personnel. Geneva: WHO;
1978.
Tabel 2. Perbandingan status gizi dengan menggunakan
baku rujukan WCGS dan NCHS/WHO
Baku rujukan
Status gizi
Gizi Kurang gizi Gizi
Jumlah
baik/lebih ringan-sedang buruk
WCGS 51 10 0 61
NCHS/WHO 41 20 0 61
Jumlah 92 30 0 122
Tabel 3. Perbandingan diagnosis tuberkulosis dengan
menggunakan status gizi berdasarkan baku rujukan WCGS
dan NCHS/WHO
Baku rujukan
Diagnosis TB
Jumlah
Normal Infeksi TB Penyakit TB
WCGS 45 6 10 61
NCHS/WHO 45 6 10 61
Jumlah 90 12 20 122
327
Harry Iskandar dkk: WCGS dan NCHS/WHO pada Diagnosis Tuberkulosis
Sari Pediatri, Vol. 9, No. 5, Februari 2008
4. World Health Organization. Physical status: the use and
interpretation of anthropometry. Report of a WHO
Expert Committee. Technical Report Series No. 854.
Geneva: World Health Organization; 1995.
5. de Onis M, Garza G, Victora CG, Onyango AW,
Frongillo EA, Martines J. The WHO Multicentre
Growth Reference Study: planning, study design, and
methodology. Food and Nutr Bull. 2004; 25[suppl.1] :
S15-26.
6. WHO Multicentre Growth Reference Study Group.
WHO child growth standards: length/height-for-age,
weight-for-age, weight-for length, weight-for-height, and
body mass index-for-age: methods and development.
Geneva: WHO; 2006.
7. WHO Multicentre Growth Reference Study Group.
WHO child growth standards based on length/
height, weight, and age. Acta Paediatr Suppl. 2006;
450:76-85.
8. de Onis M, Garza C, Onyango AW, Mantorell R. WHO
child growth standards. Acta Paediatr Suppl. 2006; 450:
1-101.
9. de Onis M, Onyango AW, Borghi E, Garza C, Yang H.
Comparison of the World Health Organozation (WHO)
Child Grooth Standards and the National Center for
Health Statistics/WHO international growth reference:
implications for the child health programmes. Publ
Health Nutr. 2006; 9:942-7.
10. UKK Pulmonologi PP IDAI. Pedoman nasional
tuberkulosis anak. Jakarta: IDAI; 2005.
11. Dahlan MS. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan
seri 1 uji hipotesis dengan menggunakan SPSS. Jakarta:
Arkans; 2004.

Anda mungkin juga menyukai